0Jut1TFD9F p1337421018020
0Jut1TFD9F p1337421018020
W
DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DI
RSUD KARDINAH KOTA TEGAL
ii
iii
iv
v
vi
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN
POST OPERASI HERNIORAPHY DENGAN DI
RSUD KARDINAH KOTA TEGAL
Abstrak
vii
NURSING CARE OF INFECTION RISK IN TN. W
WITH POST HERNIORAPHY SURGERY WITH
IN KARDINAH HOSPITAL, TEGAL CITY
Abstract
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
A. Konsep Dasar Hernia .......................................................................... 5
B. Resiko Infeksi Pada Pasien Post Operasi Hernioraphy ................... 14
C. Pengelolaan Resiko Infeksi Pada Post Operasi Hernioraphy........... 15
D. Asuhan Keperawatan........................................................................ 16
1. Pengkajian .................................................................................... 16
2. Diagnosis ...................................................................................... 18
3. Intervensi ...................................................................................... 19
4. Implementasi ................................................................................ 20
5. Evaluasi ........................................................................................ 21
ix
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 22
A. Hasil ............................................................................................ 26
B. Pembahasan …............................................................................ 39
1. Pengkajian ............................................................................. 39
3. Perencanaan ........................................................................... 40
4. Implementasi ......................................................................... 42
5. Evaluasi ................................................................................. 43
A. Simpulan ........................................................................... 45
B. Saran .................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 : Leaflet
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, industri di dunia semakin maju. Dan
hal itu menuntut seseorang bekerja lebih keras untuk dapat memenuhi
kebutuhan ekonominya, yang tentunya dapat mempengaruhi pola hidup
dan membuat tubuh bekerja lebih keras sehingga dapat menimbulkan
kelelahan dan kelemahan organ tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia karena terdapat tekanan yang terlalu berlebihan. Agus.
(2018).
Menurut Mutakin (2011) Hernia merupakan adanya penonjolan
pada organ, jaringan atau struktur yang berada tidak tepat dan melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian tersebut. Hernia
terdiri atas bagian cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia diberi nama
sesuai dari anatominya, yaitu seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis, femoralis, bilateral, dan masih banyak lagi. Sekitar 75%
hernia sering terjadi di lipatan paha, perbandingan angka kejadian pada
pria lebih banyak dari wanita. Amrizal. (2015).
Tahun 2005 sampai dengan 2010, World Health Organization
(WHO) mendapatkan data penderita hernia di dunia mencapai 19.173.279
orang. Pada tahun 2011, Negara Uni Emirat Arab menjadi negara dengan
jumlah penderita hernia terbesar di dunia yaitu 3.950 orang. Penyebaran
hernia paling banyak berada di negara berkembang seperti di Afrika dan
juga di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Gian, 2017). Selain itu,
berdasarkan data yang diperoleh dari Departermen Kesehatan RI pada
bulan Januari 2010 - Februari 2011, penderita hernia inguinalis berjumlah
1.243 orang (DepKesRI, 2011). Burney (2012) memperkirakan terdapat 20
juta kasus pembedahan pada kasus penyakit hernia inguinalis setiap
tahunnya. Kejadian dan prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang ada di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Operasi Hernioraphy Dengan Resiko Infeksi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Resiko Infeksi Pada
Tn. W dengan Post Operasi Hernioraphy Di RSUD Kardinah Kota
Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Menuliskan hasil pengkajian pada pasien post operasi
hernioraphy dengan resiko infeksi
b. Menuliskan diagnosa keperawatan pada pasien post operasi
hernioraphy dengan resiko infeksi
c. Menuliskan perencanaan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi
d. Menuliskan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi resiko infeksi pada pasien post operasi hernioraphy
dengan resiko infeksi
e. Menuliskan evaluasi masalah keperawatan resiko infeksi pasien
post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi
f. Membahas hasil pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi diagnosa pasien post operasi hernioraphy dengan
resiko infeksi
4
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan dan berbagi ilmu
b. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring
dengan adanya perkembangan zaman
2. Manfaat praktis
a. Dapat meningkatkan ilmu sesuai data dan praktik keperawatan
yang sudah di lakukan
b. Mahasiswa dapat mengerti dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan yang sudah di buat
c. Memperluas pengalaman dalam menghadapi pasien post operasi
hernia
d. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2. Klasifikasi Hernia
a. Berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau kongenital
Hernia bawaan merupakan hernia yang terjadi sejak bayi
dilahirkan akibat prosesus vaginalis yang tidak menutup
sempurna saat bayi dalam kandungan.
2) Hernia didapat atau akuisita
Merupakan hernia yang biasa timbul akibat berbagai faktor
pemicu
b. Berdasarkan letaknya
1) Hernia inguinalis adalah isi perut yang menonjol di sela paha,
dibagi menjadi 2 :
a) Indirek/lateralis
Adanya benjolan di selangkangan yang bisa mengecil atau
hilang saat tidur.
b) Direk/medialis
Benjolan yang tidak menghilang bahkan saat berdiri
2) Hernia femoralis, terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum terjadi pada wanita. Adanya penyumbatan lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk kedalam kantung.
3) Hernia umbilikalis yaitu, adanya benjolan di sekitar area perut.
Biasanya terjadi pada pasien yang gemuk dan wanita
multipara.
4) Hernia diafragmatik, yaitu hernia yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada
5) Hernia insision, yaitu batang usus atau organ lain yang
menonjol melalui jaringan perut lemah. Dapat terjadi melalui
7
luka pasca operasi di perut dan hernia ini muncur disekitar area
pusar.
6) Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan
cakram pada tulang belakang. HNP umumnya terjadi di
punggung bawah pada tiga vertebra lumbal bawah.
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponiberl/reducibel
Isi hernia bisa hilang timbul, akan hilang bila berbaring atau di
tekan dan timbul bila pasien berdiri atau mengejan. Tidak
terdapat keluhan rasa nyeri atau bahkan obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
Isi hernia tidak akan kembali/menghilang apabila digunakan
berbaring, karena adanya perlengketan isi kantong pada
peritonium kantong hernia.
3) Hernia inkanserata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia, hernia jenis ini merupakan
keadaan darurat karena perlu mendapatkan pertolongan secara
segera.
3. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti :
a. Batuk kronik
b. Adanya presus vaginalid yang terbuka
c. Kelemahan otot dinding perut
d. Tekanan intra abdomen yang meningkat
e. Obesitas
f. Kehamilan multipara
g. Mengangkat beban terlalu berat
h. Asites
Merupakan adanya penumpukan cairan pada abdomen.
8
i. Kelahiran prematur
Menurut Haryono (2012) usia dan jenis pekerjaan juga
mempengaruhi terjadinya hernia. Karena semakin bertambahnya
usia keadaan dinding perut juga semakin melemah, biasa
mengkonsumsi makanan yang kurang serat. dan jenis pekerjaan
yang berat juga mempengaruhi karena mengangkat beban berat
membuat seseorang mengejan secara sspontan. Dan hernia sering
dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan karena laki-laki
perokok dapat mempengaruhi kekuatan dinding perut.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nuari (2015, hal. 229) pada urnumnya keluhan pada
orang dewasa berupa benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa
mengecil dan menghilang pada saar istirahat dan bila menangis,
rnengejan, mengangkat beban barat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan
umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring
pasien diminta mengejan dan menurup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia. Diraba
konsistensinya dan coba didorong apakah benjolan dapat direposisi
dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin
hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar, pemeriksaan
melalui skrotum, jari telunjuk dimasukan ke atas 1ateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermarikus sampai ke anulus
inguinalis lateralis pada keadaan normal jari tangan tidak dapar masuk,
bila masa sebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis
lateralis, sedangkan bila menyeoruh sisi jar! maka iru adalah hernia
inguinalis medialis.
Pada umumnya terapi operarif merupakan terapi satu-satunya
yang rasional. berapa masalah yang sering terjadi pada fase pasca
operasi antara lain kesadaran menurun, sumbatan saluran nafas,
hipoventilasi, hipotensi, aritmi kardiak, shok, nyeri, distensi kandung
kernih, cemas, aspirasi lambung. Tindakan operatif dilakukan dengan
melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh memerlukan waktu untuk
penyembuhan luku. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai
teknik aseptik pada umunmya penyernbuhannya lancar dan cepat. Nuari
(2015, hal. 229)
10
5. Patofisiologis
Menurut Nuari (2015, hal. 299) Terjadinya hernia disebabkan oleh
dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan
penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan
menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis
berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia
ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang
tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia
maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang
akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga
menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau
prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus
juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang
timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
6. Pathway hernia
Hernia
Pembesaran Pemenuhan
skrotum intake cairan
dan nutrisi
Pembedahan Resiko
Cairan dan nutrisi
ketidakseimbangan
tubuh tidak
nutrisi dan cairan
seimbang
Peristaltik
menurun
nyeri Resiko
infeksi
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif, A, H. & Kusuma, H. (2015) pemeriksaan penunjang
hernia yaitu :
a. Radiografi abdomen
b. CT Scan
c. Sinar X abdomen
d. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit
8. Penatalaksanaan
Menurut Amin & Kusuma (2015, hal. 76) penanganan hernia ada dua
macam:
a. Konservatif,
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif
sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:
1) Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia
ke dalam kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan
secara manual, reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan, Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak.
2) Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintuu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar
dari kavum peritoneum.
3) Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
14
b. Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan
pada hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
inkarserata.
Operasi hernia ada 3 macam:
1) Herniotomy
Mernbuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke kavum abdominalis.
2) Hemioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus
Intra abominalis dan musculus Iranversus abdominalis yang
berinsersio di tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada Iigamentum inguinale agar
LMR hilang tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
tertutup otor, Hemioplasty pada hernia inguinalis lareralis ada
bermacam-macam menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini,
halst, hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia
femoralis dikerjakan dengan cara Me.Vay)
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
tanggal dan jam masuk RS, nomor registrasi, diagnosa, nama
orang tua, pekerjaan, suku bangsa.
b. Riwayar penyakit sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan masuk dan
keluhan yang dirasakan seperti :
1) Terdapat nyeri pada perut bagian bawah(acrotum).
2) Pasien mengeluh terasa mual, dan muntah.
3) Pasien mengeluh sakit saat buang air kecil.
4) Buang air besar keras.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apasaja yang pernah diderita oleh pasien
selama hidupnya
d. Riwayat keperawatan keluarga
Meliputi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
seperti DM, hipertensi, dll
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi
Kebiasaan yang dilakukan oleh pasien seperti merokok,
olahraga, dan bagaimana status ekonomi pasien.
2) Pola tidur dan istirahat
17
2) Vital sign
3) BB/TB
4) Kepala
5) Genetalia
Meliputi kebersihan genetalia
6) Leher
Apakah ada pembengkakan di leher atau tidak
7) Mulut
Meliputi kebersihan mulut, ada atau tidak pembengkakan
pada gusi, dan ada tidaknya perdarahan di mulut dan bibir,
dan menilai keadaan bibir lembab atau tidak
8) Abdomen
Apakah ada kelainan pada warna kulit abdomen, ada jejas
atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, bising usus
normal atau tidak.
9) Ekstremitas
Ada atau tidaknya kelainan, dan apakah ada keterbatasan
dalam melakukan pergerakan di ekstremitas
10) Terapi
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien, seperti
pemberian obat
g. Pengetahuan keluarga
Menilai tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang
diderita pasien.
SLKI
4. Implementasi
Menurut Kozier, Glenora, Berman, dan Snyder (2011)
implementasi adalah fase saat perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Perawat
mendelegasikan tindakan untuk intervensi yang sudah disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan serta respon pasien
terhadap tindakan yang sudah diberikan.
21
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut Kozier, Glenora, Berman, dan
Snyder (2011) adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah
fase terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah aktivitas
yang sudah direncanakan, berkelanjutan, dan terarahEvaluasi yang
digunakan yaitu SOAP yang meliputi respon subjek (respon
pasien), respon objek (respon yang dilihat dari pihak perawat),
apakah masalah sudah teratasi atau belum, dan apabila masalah
belum teratasi harus dicantumkan rencana selanjutnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
B. Subjek penelitian
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convinence
sampling method (nonprobability sampling technique), dimana subjek
dipilih karena kemudahan atau keinginan penulis.
Partisipan yang dijadikan subjek penelitian adalah pasien post
operasi hernioraphy di RSUD Kardinah Kota Tegal dengan kriteria hasil :
1. Pasien post operasi hari ke-1
2. Pasien yang bersedia menjadi responden
3. Pasien yang sudah menandatangani informed consent
4. Kesadaran composmentis dan kooperatif
22
23
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Hernia Adanya penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeutorik dinding
perut.
Resiko infeksi Beresiko terhadap terjadinya infeksi yang disebabkan oleh
adanya bakteri/virus yang terkontaminasi kedalam luka post
operasi.
Asuhan keperawatan Suatu proses pemberian tindakan dalam praktik
keperawatan yang akan diberikan langsung kepada pasien,
tindakan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Modern wound dressing Metode dalam perawatan luka secara tertutup dan lembab
yang bertujuan untuk mencegah luka post operasi
mengalami dehidrasi.
Pendidikan kesehatan diit Pemberian informasi mengenai manfaat dan tujuan dari diit
TKTP tinggi kalori tinggi protein untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan luka.
Pendidikan kesehatan Pemberian edukasi dan informasi mengenai pentingnya
hand hygiene mencuci tangan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
luka.
G. Etika penulisan
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang
telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan.
Peneliti memberikan informasi secara lengkap kepada pasien dan
keluarga tentang tujuan penelitian yang dilakukan yaitu terkait
Pengelolaan Resiko Infeksi dengan Pasien Post Operasi Hernioraphy di
ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal, setelah
pasien atau keluarga memahami maksud dan tujuan diberikan informed
consent lalu peneliti memberikan hak kepada partisipan untuk bebas
berpartisipasi atau menolak. Lembar persetujuan diberikan kepada
partisipan apabila partisipan bersedia maka harus menandatangani
lembar tersebut.
2. Kerahasiaan (confidentially)
Confidentially merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi, indentitas, maupun masalah-masalah lainnya. Peneliti
menjamin kerahasiaan pasien, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dengan mencantumkan nama
menggunakan inisial, alamat yang dituliskan bukan alamat lengkap, dan
No. RM hanya 2 angka awal yang dicantumkan.
3. Keadilan (justice)
Peneliti menjunjung tinggi keadilan bagi partisipan dengan tidak
membeda-bedakan partisipan satu dengan yang lainnya, tidak
memandang sosial ekonominya, pendidikan, suku, serta peneliti tidak
akan berlaku diskriminasi kepada partisipan yang diketahui ternyata
25
A. Hasil
1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kardinah Kota Tegal, yang
berada di kelurahan Kejambon tepat di kota Tegal. Posisinya yang
strategis berada di persimpangan jalan utama antara kota Tegal dan
Purwokerto, sekaligus menjadi pintu masuk tempat sarana pelayanan
kesehatan wilayah pantura pulau Jawa. RSUD Kardinah Kota Tegal
bermula dari balai pengobatan yang didirikan pada tahun 1927 oleh
Raden Ajeng Kardinah, beliau merupakan adik kandung dari Raden
Ajeng Kartini.
Penelitian dilakukan selama 3 hari di ruangan Wijaya Kusuma
Bawah yang terdiri dari 12 kamar yang saling berhadapan dalam 1
lorong, pada setiap kamar terdiri dari 2 bed, terdapat 1 ruang kamar
mandi, juga di fasilitasi 1 buah tv dan kipas angin. Ruangan
merupakan bangsal kelas II dan di tujukan untuk pasien yang akan
melakukan pembedahan, perawatan dilakukan mulai pre sampai post
operasi. Biasanya pasien masuk ke ruangan 1 hari sebelum dilakukan
operasi guna untuk memantau keadaan pasien, hingga post operasi
untuk memantau dan melakukan perawatan pada pasien dan luka post
operasinya.
26
27
2. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Tabel 4.1 identitas pasien
Identitas Pasien
Nama Pasien Tn. W
Umur 69 tahun
Agama Islam
Jenis Kelamin L
Pendidikan SD
Suku/Bangsa Jawa
No. Register 62xxxx
Tgl. Masuk 29 Maret 2021
Diagnosa Medis Hernia scrotalis sinistra
Ruang/Kelas Wijaya Kusuma Bawah
Tgl. Pengkajian 30 Maret 2021
Alamat Slerok
b. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Pasien
BB : 53 kg
TB : 160 cm
IMT : 20,7
Pola Eliminasi Pasien mengatakan sebelum masuk RS BAB
2x sehari dengan konsistensi lunak dan
a. BAB berwarna khas feses.
Saat dikaji pasien terakhir BAB kemarin
dengan konsistensi lunak dan berwarna khas
feses.
Pada hari pertama operasi terpasang cateter
b. BAK Pasien mengatakan sebelum di rawat BAK 6-
7x sehari.
Saat di kaji pasien BAK 2x sehari.
Pola Aktivitas 1. Makan dan minum di bantu orang
2. Mandi di bantu orang
3. Toileting dibantu orang
4. Berpakaian dibantu orang
5. Mobilisasi di tempat tidur dibantu
29
orang
6. Berpindah dibantu orang
7. Ambulansi/ROM dibantu orang
Pola Istirahat dan Tidur Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidur
selama 5 jam di malam hari dan 1 jam di
siang hari.
Sesudah dirawat pasien hanya tidur selama 5
jam di malam hari.
Pola Perseptual Pasien mengatakan penglihatan dan
pengecapan tidak ada gangguan, akan tetapi
pendengaran sedikit terganggu karena faktor
usia.
Pola Seksualitas dan Reproduksi Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada
seksualitas dan reproduksi.
Pola Peran dan Hubungan Pasien mengatakan jika ada masalah selalu
dibicarakan secara musyawarah dan baik-
baik dengan anak dan istri nya, interaksi
dengan perawat ruangan baik.
d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik
Observasi Pasien
parotis, mastoid.
5 5
3 3
Gerak
Bebas Bebas
Terbatas Terbatas
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan EKG dan laboratorium dilakukan pada
saat pasien masuk IGD yaitu pada tanggal 29 maret 2021.
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic Nilai rujukan Pasien
KIMIA KLINIK
SGOT 19.3 U/L <35 u/ l
SGPT 12.4 U/L <46 u/ l
Ureum 29.7 mg/dL 18. 0 – 55.0
Creatinine H 1.43 mg/dL 0.70 – 1. 30
Glukosa Sewaktu 106 mg/dL 75.0 – 121.0
SERO IMUNOLOGI
HIV 3 TEST
HIV (Rapid Test Non reaktif Non reaktif
ONCOPROBE
HbsAg Negatif Negatif
32
Program terapi
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi ketorolac 30 mg drip/ 8 jam
c. Cefotaxim 1 gram/ 8 jam
d. Antalgin 250 mg 3x1 oral
e. Sofratulle
3. Analisis masalah
4. Diagnosis keperawatan
5. perencanaan
6. Implementasi
e. Membersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
08 : 40 sesuai kebutuhan
S:-
O : luka tampak bersih,
tidak ada pus/nanah,
tidak keluar darah pada
luka insisi
f. Pemberian salep yang
sesuai ke luka/lesi
S:-
08 : 45 O : diberikan sofratulle
pada luka insisi pasien
g. Memasang balutan sesuai
dengan jenis luka
S:-
08 : 50 O : luka dibalut dengan
menggunakan prosedur
steril
h. Mempertahankan teknik
08 : 55 steril saat melakukan
perawatan luka
i. Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
09 : 00
S : pasien mengatakan
akan mencoba merawat
lukanya sebaik mungkin
O : pasien tidak tampak
cemas
38
7. Evaluasi
Rabu/31 maret S:
2021 1) Pasien mengatakan tidak
merasakan adanya tanda dan
gejala infeksi
2) Pasien mengatakan tidak terasa
panas pada insisi post operasi
O:
1) Luka insisi post operasi bersih
2) Tidak ada tanda infeksi seperti
adanya pembengkakan atau
kemerahan pada luka
3) Pasien dan keluarga dapat
menyebutkan contoh tanda dan
gejala infeksi
4) Pasien dapat menjelaskan
kembali makanan yang dapat
dikonsumsi dan dihindari
5) TTV :
TD : 150/90 mmHg
S : 36,5 ^ C
N : 82x/mnt
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
39
Kamis/1 april S:
2021 1) Pasien mengatakan dapat
memahami tanda dan gejala
infeksi
2) Pasien mengatakan selalu
menjaga kebersihan tubuh
supaya tidak terjadi infeksi pada
insisi post operasi
3) Pasien mengatakan akan
merawat lukanya dengan sebaik
mungkin selama dirumah
O:
1) Keadaan pasien membaik
2) Tidak ada tanda infeksi yang
dirasakan pasien
3) TTV
TD : 140/90 mmHg
S : 36^ C
N : 82x/mnt
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pada pengkajian didapatkan data bahwa Tn. W mengatakan
dulunya merukapan seseorang yang bekerja mengangkat benda-benda
berat, alasan masuk ke rumah sakit yaitu terdapat benjolan di bagian
scrotum sebelah kiri, terasa nyeri, dan merasakan susah untuk
beraktivitas.
Faktor yang dapat menyebabkan hernia yaitu usia, jenis kelamin,
pekerjaan, bahkan obesitas. Menurut teori obesitas atau kelebihan
berat badan secara alami akan memiliki tekanan internal yang lebih
besar. Tekanan internal tersebut dengan mudah dapat mendorong
jaringan lemak dan organ internal menjadi hernia (Kourosh Sarkhosh,
2012). Menurut Singgih Pambudi (2013) yang dari hasil penelitiannya
40
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang di peroleh dari pasien post operasi hernia adalah
nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, gangguan pola
tidur, dan ansietas. Untuk penelitian ini penulis memfokuskan pada
diagnosa resiko infeksi pada pasien post operasi hernioraphy. Menurut
SDKI resiko infeksi yaitu beresiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik, karena adanya : penyakit kronis, efek prosedur
41
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan pada Tn. W untuk mengatasi
masalah resiko infeksi pada luka insisi bedah tujuannya yaitu Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
pasien dapat memenuhi kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat
memenuhi kriteria hasil: Tingkat infeksi : L.14137 Kebersihan badan
Meningkat (5), Nafsu makan Meningkat (5), Nyeri Menurun (5),
Kultur area luka Membaik (5). Kontrol resiko : L.14128 Kemampuan
mencari informasi tentang faktor resiko Meningkat (5), Kemampuan
mengidentifikasi faktor resiko Meningkat (5), Kemampuan
melakukan strategi kontrol resiko Meningkat (5), Kemampuan
menghindari faktor resiko Meningkat (5), Kemampuan
mengenali perubahan status kesehatan Meningkat (5). Dengan
intervensi keperawatan Perawatan luka : I.14564 Observasi : a.
42
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi pasien (Potter &
Perry, 2009 dalam Alfiah Maya, 2019). Pada hari pertama
didapatkan : Pasien mengatakan tidak terasa panas pada area luka,
pasien dan keluarga mengatakan kurang memahami jenis makanan
yang harus dikonsumsi dan yang harus dihindari. Penulis melihat area
sekitar balutan insisi post operasi terlihat bersih, Tidak ada tanda-
tanda infeksi, Pasien dan keluarga tampak kurang memahami jenis
makanan TKTP , TTV : TD : 130/90 mmHg, S : 36^C, N : 86x/mnt.
Penulis akan melaksanakan implementasi hari ke 2, Pada hari ke 2
evaluasi keperawatan : Pasien mengatakan tidak merasakan ada rasa
panas dan nyeri yang berlebihan pada luka, Luka insisi post operasi
bersih, Tidak ada tanda infeksi seperti adanya pembengkakan
atau kemerahan pada luka, Pasien dan keluarga dapat menyebutkan
45
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada saat pengkajian, penulis merumuskan masalah resiko infeksi
berhubungan dengan luka insisi pembedahan karena Tn. W merupakan
pasien yang menjalani operasi dan rentan mengalami resiko infeksi bisa
dikarenakan faktor usia ataupun kebersihan diri pasien dan perawatan
luka insisi. Pasien tampak sedikit cemas karena luka insisi terasa nyeri
dan takut apabila luka tersebut mengalami penyembuhan dalam jangka
waktu yang lama.
2. Diagnosa keperawatan
Dari data subjektif dan objektif didapatkan diagnosa resiko infeksi
berhubungan dengan luka insisi pembedahan, karena pasien dan
keluarga belum mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mencegah
adanya resiko infeksi, dan asupan makanan yang dapat membantu
proses penyembuhan luka.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn. W
perpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI, mengenai resiko infeksi pada
pasien post operasi, mulai dari tujuan hingga tindakan yang akan
dilakukan.
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. W dan keluarga
sudah sesuai dengan intervensi yang dirumuskan, saat melakukan
implementasi penulis tidak menemukan hambatan karena terjalin
kerjasama yang baik dari pasien, keluarga pasien, dan perawat ruangan.
46
47
5. Evaluasi keperawatan
Penulis telah melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan
evaluasi keperawatan dengan masalah resiko infeksi berhubungan
dengan luka insisi pembedahan pada Tn. W dengan hasil tindakan
keperawatan ganti balut dan pemberian edukasi diit TKTP, dan
pencegahan terjadinya infeksi yang dilakukan pada pasien teratasi.
Pasien dan keluarga dapat memahami tanda dan gejala infeksi, dapat
mencegah terjadinya infeksi, mengatur pola makan sehat yang dapat
membantu proses penyembuhan luka, dan menghindari kecemasan
dengan adanya luka insisi di abdomen pasien.
B. Saran
1. Rumah sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan rumah sakit khususnya
RSUD Kardinah Kota Tegal dapat memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan
dan pasien serta keluarga yang ditujukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien
hernia pada khususnya diharapkan di rumah sakit mampu menyediakan
fasilitas dan mengembangkan pelayanan yang mendukung kesembuhan
pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak institusi dapat menyediakan berbagai refrensi bagi
mahasiswa untuk bisa mengetahui lebih banyak informasi dan akses
yang dapat dijangkau dengan mudah tentang kesehatan salah satunya
masalah risiko infeksi pada pasien post operasi hernioraphy dengan
mesh serta penanganan yang dapat dilakukan dan melakukan
bimbingan mengenai asuhan keperawatan yang tepat kepada mahasiswa
sehingga dapat dilaksanakan kepada pasien secara optimal.
48
Agus. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Pasca Operasi Hernia
Skrotalis Dextra Di Ruang Mawar Blud Rumah Sakit Konawe Selatan, tidak
diterbitkan, Kendari : Poltekkes Kemenkes Kendari.
Dhivya, S., Padma, V. V., & Santhini, E. (2015). Wound dressing – a review.
Biomedicine, 5(4). http://doi.org/10.7603/s40681-015-0022-9
Kementrian Kesehatan RI, (2011). Permenkes No. 2406 tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan., Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sandy, T. P. F., Yuliwan, R., Utami, W. N. (2015). Infeksi Luka Operasi (ILO)
Pada Pasien Post Operasi Laparotomi. Jurnal Keperawatan Terapan, [e-
journal] 1 (1) : 14-24. jurnal.poltekkes-malang.ac.id
Siswati Sri. (2019). Pengelolaan Keperawatan Resiko Infeksi Pada Pasien Post
Operasi Hernia Inguinalis Di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes. Brebes:
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Prodi Tegal. Didapat
Dari http://repository.poltekkes-
smg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=19197&keywords=KTI+RESIKO+
INFEKSI+POST+OPERASI+HERNIA di akses pada 28 November 2020
Sjamsuhidajat & De Jong, Wim, (2011). Buku Ajar llmu Bedah Edisi 3. Jakarta.
EGC.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan
2. Pengajuan dan
persetujuan judul
3. Pembuatan proposal
6. Sidang Proposal
7. Revisi proposal
8. Mulai penerapan
pengelolaan
9. Pembuatan BAB IV
dan BAB V
10. Konsul BAB IV dan
BAB V
11. Persetujuan KTI
14. ACC
Lampiran 5
LEMBAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN LUKA POST OPERASI
1. Pengertian
Perawatan luka post operasi merupakan suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan luka insisi.
2. Indikasi
Diberikan kepada pasien post operasi
3. Tujuan
Untuk menghindari adanya infeksi
4. Peralatan
1) Pinset anatomis 2
2) Pinset silurgis 1
3) Kassa kering dalam kom secukupnya
4) Kassa desinfektan dalam kom tertutup
5) Hand scoon 1 pasang
6) Korentang
7) Bengkok/nierbeken
8) Gunting verban 1 buah
9) Plester
10) Kantong untuk tempat sampah
5. Pelaksanaan
a. Tahap prainteraksi
1) Membaca status pasien
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam teraupetik
2) Validasi kondisi pasien
3) Menjaga privasi pasien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien dan keluarga
c. Tahap kerja
1) Pasang sampiran
2) Perawat mencuci tangan
3) Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada yang
belum jelas
4) Gunakan masker dan hand scoon
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin
6) Letakkan perlak pengalas dibawah area luka
7) Gunakan kapas yang sudah dibasahi dengan NaCl untuk
mengurangi rekatan pada plester yang digunakan untuk menutup
bagian sekitar area luka insisi
8) Buka plester dengan pinset anatomis secara perlahan
9) Letakkan balutan kotor ke dalam nierbeken
10) Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan, warna, bau dari luka
11) Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci
luka dan obat luka dengan memperhatikan teknik aseptic
12) Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
13) Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9%
14) Membersihkan obat atau antibiotik pada area luka (disesuaikan
dengan terapi)
15) Menutup luka dengan kassa
16) Plester bagian pinggir kassa dengan rapi
17) Buka sarung tangan dan letakkan ke nierbeken
18) Lepaskan masker
19) Ambil perlak pengalas
20) Atur posisi pasien senyaman mungkin
21) Buka sampiran
22) Evaluasi keadaan umum pasien
23) Rapikan peralatan dan kembalikan ke tempatnya dalam keadaan
bersih, kering, dan rapi
24) Cuci tangan
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Berpamitan dengan pasien
3) Mencuci tangan
4) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
DOKUMENTASI
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Rencana kegiatan dan penyaji materi penyuluhan dipersiapkan dari
sebelum kegiatan
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media: leaflet
2. Evaluasi Hasil
a. Mampu menjawab pertanyaan
b. Keluarga dan pasien mengetahui tentang tujuan dilakukannya
pemberian edukasi diit TKTP
c. Keluarga dan pasien mengetahui diit yang tepat untuk pasien post
operasi
MATERI
A. Pengertian
Diit tinggi kalori tinggi protein yaitu mengkonsumsi bahan makanan yang
tinggi atau memiliki banyak kandungan kalori dan protein
B. Manfaat diit tinggi kalori tinggi protein untuk pasien post operasi hernia
a) Membantu mempercepat proses penyembuhan luka
b) Pembentukan jaringan
c) Pembentukan kolagen bagi penyembuhan luka yang optimal
d) Meningkatkan kekuatan tegangan penyembuhan luka
e) Sebagai antioksidan
f) Proses metabolisme didalam tubuh
C. Makanan yang mengandung tinggi kalori tinggi protein
1) Karbohidrat
nasi, singkong, kentang, susu
2) Protein
a) Protein hewani
ikan, ayam, daging, telor
b) Protein nabati
kacang hijau, kedelai
3) Vitamin C
jambu biji, jeruk, pepaya, mangga
D. Tujuan
Untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang diit tinggi
kalori tinggi protein
E. Indikasi
Dilakukan untuk pasien post operasi
Lampiran 13 : format asuhan keperawatan
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin :L
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Slerok
1. Riwayat alergi : tidak ada
2. Rambut : rambut lurus, berwarna putih
3. Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, parotis,
mastoid
4. Wajah : simetris, tidak ada kelainan pada warna kulit, bentuk
mata simetris, hidung bersih, mulut lembab.
5 5
3 3
Gerak
Bebas Bebas
Terbatas Terbatas
CBC
Hemoglobin L 12.0 g/dL 13.7-17.7
Lekosit 7.4 10^3/ul 4.4-11.3
Hematocrit L 35 42-52
Trombosit 229 10^3/ul 150-521
Eritrosit L 3.82 10^6/ul 4.5-5.9
RDW 13.0 11.5-14.5
MCV 92.1 U 80-96
MCH 31.4 Pcg 28-33
MCHC 34.1 g/Dl 33-36
Diff
Netrofil 65.3 50-70
Limfosit L 23.3 25-40
Monosit H 9.1 2-8
Eosinofil 2 2-4
Basophil 0.1 0-1
Netrofil 4.83 10^3/ul 2.20 – 7.91
Limfosit 1.72 10^3/ul 1.10 – 4.52
NLR 2.8
KIMIA KLINIK
SGOT 19.3 U/L <35 u/ l
SGPT 12.4 U/L <46 u/ l
Ureum 29.7 mg/dL 18. 0 – 55.0
Creatinine H 1.43 mg/Dl 0.70 – 1. 30
Glukosa Sewaktu 106 mg/Dl 75.0 – 121.0
SERO IMUNOLOGI
HIV 3 TEST
HIV (Rapid Test)ONCOPROBE Non reaktif Non reaktif
HbsAg Negatif Negatif
C. THERAPY
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi ketorolac 30 mg drip/ 8 jam
c. Cefotaxim 1 gram/ 8 jam
d. Antalgin 250 mg 3x1 oral
e. Sofratulle
Diagnosa
Tanggal/ TTD
No Keperawata Tujuan Intervensi
jam Perawat
n
1. Selasa, 30 Resiko Setelah dilakukan Perawatan luka : I.14564
maret infeksi b.d. tindakan asuhan Observasi :
2021/ 12: efek keperawatan selama c. Monitor
00 prosedur 3x24 jam, diharapkan karakteristik luka
invasif pasien dapat memenuhi d. Monitor tanda-
kriteria hasil: tanda infeksi
Tingkat infeksi : L.14137 Terapeutik :
9) kebersihan badan f. Lepaskan balutan
meningkat (5) dan plester secara
10) nafsu makan perlahan
meningkat (5) g. Bersihkan dengan
11) nyeri menurun (5) cairan NaCl atau
12) kultur area luka pembersih
membaik (5) nontoksik, sesuai
Kontrol resiko : L.14128 kebutuhan
9) kemampuan h. Berikan salep
mencari informasi yang sesuai ke
tentang faktor kulit/lesi, jika
resiko meningkat perlu
(5) i. Pasang balutan
10) kemampuan sesuai jenis luka
mengidentifikasi j. Pertahankan
faktor resiko teknik steril saat
meningkat (5) melakukan
11) kemampuan perawatan luka
melakukan strategi
kontrol resiko Edukasi :
meningkat (5) d. Jelaskan tanda
12) kemampuan dan gejala infeksi
menghindari faktor e. Anjurkan
resiko meningkat mengkonsumsi
(5) makanan tinggi
kalori dan protein
f. Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
2 Selasa, 30 Hambatan Setelah dilakukan a. Lakukan
maret mobilitas tindakan keperawatan hubungan
2021/10 fisik selama 3x24 jam terapeutik dengan
berhubungan diharapkan hambatan pasien dan
dengan nyeri mobilitas fisik dapat keluarga
akut diatasi dengan kriteria b. Monitor TTV
hasil: sebelum dan
1) Peningkatan sesudah latihan
aktivitas fisik c. Kaji kemampuan
pada pasien pasien dalam
2) Pasien mengerti mobilisasi
tujuan dari d. Latih pasien
peningkatan dalam pemenuhan
mobilitas fisik ADLS secara
3) Pasien mampu mandiri
memverbalisasi e. Bantu pasien
kan perasaan untuk melakukan
dalam latihan gerakan
meningkatkan mulai dari miring
kekuatan dan kanan/kiri, duduk,
kemampuan berdiri, berjalan
berpindah f. Dampingi dan
bantu pasien saat
mobilisasi
g. Edukasi pasien
dan keluarga
tentang
pentingnya
mobilisasi
h. Observasi ADLS
dengan
menggunakan
indeks berthel
i. Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter
TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Tanggal/ Tindakan TTD
Diagnosa Respon Pasien
jam Keperawatan Perawat
Kep.
Selasa, 1 a. Mengukur TTV a. S : pasien mengatakan
30 maret b. Berkolaborasi bersedia dan menanyakan
2021/ pemberian hasil pengukuran TTV
12 : 30 – injeksi cetorolac O : TD: 130/90 mmHg, suhu:
13 : 30 dan cefotaxim 36˚C, N: 86x/mnt
c. Memonitor b. S : Pasien mengatakan
karakteristik luka bersedia diberikan tindakan
d. Memonitor pemberian injeksi cetorolac
tanda-tanda dan cefotaxim
infeksi O : Pasien tampak kooperatif
e. Menjelaskan c. S : Pasien mengatakan luka
tanda dan gejala terasa sakit
infeksi O : area sekitar balutan luka
f. menganjurkan tampak bersih
mengkonsumsi d. S : pasien mengatakan tidak
makanan tinggi merasakan panas pada luka
kalori dan post operasi
protein O : tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi seperti
pembengkakan, kemerahan,
luka tampak bersih
e. S : pasien mengatakan
sebelumnya tidak mengetahui
tanda dan gejala terjadinya
infeksi
O : setelah diberikan edukasi
pasien tampak memahami
tanda dan gejala infeksi
f. S : pasien mengatakan
tampak bingung dengan jenis
makanan apa yang harus
dikonsumsi untuk
mempercepat proses
penyembuhan luka
O : pasien tampak bingung
memilah jenis bahan
makanan yang dapat
dikonsumsi dan harus
dihindari
Rabu, 31 a. Mengukur TTV a. S : pasien mengatakan
maret b. Berkolaborasi bersedia
2021/ 08 pemberian injeksi O : TD: 150/90 mmHg, suhu:
: 00 – 09 cetorolac 30 mg 36,5˚C, N: 82x/mnt
: 25 drip/8 jam dan b. S : pasien mengatakan
cefotaxim 1 gram bersedia diberikan obat
drip/8 jam injeksi
c. Memonitor O : pasien tampak kooperatif
karakteristik luka c. S : pasien mengatakan rasa
d. Memonitor tanda- nyeri pada luka sedikit
tanda infeksi berkurang
e. Menganjurkan O : luka tampak mulai
mengkonsumsi membaik
makanan tinggi d. S : pasien mengatakan tidak
kalori tinggi merasakan tanda infeksi
protein seperti panas, gatal, dan
f. Mengajarkan keadaanya baik-baik saja
prosedur O : tidak terlihat adanya tanda
perawatan luka infeksi pada luka
secara mandiri e. S : pasien mengatakan
sudah bisa menentukan jenis
makanan apasaja yang bagus
untuk dikonsumsi dan yang
seharusnya dihindari
O : pasien dapat menjawab
pertanyaan tentang jenis
makanan yang dapat
mempercepat dan
menghambat penyembuhan
luka
f. S : Pasien mengatakan masih
takut apabila lukanya tidak
cepat kering/sembuh
O : pasien tampak khawatir
dengan keadaan lukanya.
Kamis, 1 a. Mengukut a. S : pasien mengatakan
april TTV bersedia dilakukan
2021/ 08: b. berkolaborasi pengukuran TTV dan tidak
00 – 08 : pemberian merasakan kenaikan suhu
50 injeksi tubuh
cetorolac dan O : TD: 140/90 mmHg, suhu:
cefotaxim 36˚C, N: 82x/mnt
c. Memonitor b. S : pasien mengatakan
tanda-tanda bersedia diberikan injeksi
infeksi O : pasien tampak kooperatif
d. melepaskan c. S : pasien mengatakan tidak
balutan dan ada tanda infeksi yang
plester secara dirasakan
perlahan O : luka tampak terbebas dari
e. membersihkan adanya
dengan cairan d. S : pasien mengatakan tidak
NaCl atau merasakan nyeri
pembersih O : pasien tampak kooperatif
nontoksik, dan tenang
sesuai e. S:-
kebutuhan O : luka tampak bersih, tidak
f. memberikan ada pus/nanah, tidak ada
salep yang darah pada insisi
sesuai ke f. S:-
kulit/lesi O : diberikan sofratulle pada
g. memasang luka insisi pasien
balutan sesuai g. S:-
jenis luka O : luka dibalut menggunakan
h. mempertahank prosedur steril
an teknik steril h. –
saat i. S : pasien mengatakan akan
melakukan mencoba merawat lukanya
perawatan dengan sebaik mungkin
luka selama berada di rumah
i. mengajarkan O : pasien tampak sangat
prosedur antusias dan tidak tampak
perawatan cemas
luka secara
mandiri
CATATAN PERKEMBANGAN