Anda di halaman 1dari 15

STERIL A

Kondisi Sterilisasi
Metode Kondisi
Autoklaf (panas basah) 121⁰C 15’ 1atm
134⁰C 3’
Oven (panas kering) 160⁰C 120’
170⁰C 60’
180⁰C 30’
Radiasi sinar Gamma, electron Cobalt dosis 25 KGy
dipercepat (cara dingin)
Gas Etilen Oksida (cara dingin) 800-1200 mg/L 45-63⁰C RH 30-70%
1-4 jam
Filtrasi (removal bakteri) Membrane filter pori 0,22 µm

Perbedaan metode sterilisasi akhir dan Teknik aseptic


Sterilisasi Akhir Teknik Aseptik
Produk difilling dan sealing dalam ruangan Produk obat, bahan tambahan, wadah dan
dengan kondisi terkontrol tapi tidak penutup wadah disterilisasi secara terpisah
menjamin sterilitas, dilakukan filtrasi untuk dan kemudian dilakukan dispensing. Karena
produk yang dapat difiltrasi). Produk pada tidak ada sterilisasi di akhir proses
wadah akhir disterilisasi dengan panas, atau pembuatan, maka filling dan sealing harus
sterilisasi cara dingin (radiasi/kimia) dilakukan pada lingkungan dengan jaminan
sterilitas yang tinggi

Ruang Produksi
Proses Sterilisasi akhir Aseptic
Sterilisasi alat Grey Area Grey Area
Penimbangan White Area Grade A/C White Area Grade A/B
Pencampuran White Area Grade A/C White Area Grade A/B
Filling White Area Grade A/C White Area Grade A/B
Sealing White Area Grade A/C White Area Grade A/B
Sterilisasi Grey Area -
Evaluasi Tergantung evaluasi Tergantung evaluasi
Ruang produksi dengan metode sterilisasi akhir

Ruang produksi dengan metode teknik aseptik

4-6

Proses pembuatan sediaan larutan injeksi pembawa air


Persiapkan raw material (ba, eksipien dan pembawa) – aprov – aprov kemasan primer (wadah
dan penutup) – preparasi produk (dispensing) – filtrasi – filling – sealing – sterilisasi
Semua langkah terkontrol (kualitas), tervalidasi, memenuhi syarat GMP
Sterilisasi akhir
Jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya,
di bawah lampu natrium
1. Zat aktif digerus dan ditimbang menggunakan kertas perkamen, kemudian dimasukkan
ke dalam gelas kimia. Jika menggunakan kaca arloji dibilas 2 kali dengan WFI
2. Zat aktif dilarutkan dalam sejumlah tertentu WFI. Dilakukan hal yang sama bagi bahan
tambahan.
3. Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut, larutan tersebut dituang ke dalam
gelas kimia sehingga volume tertentu di bawah volume akhir.
4. IPC dilakukan dengan mengukur pH sediaan. Adjust pH jika perlu.
5. Larutan dipindahkan ke labu ukur yang sesuai dengan volume akhir sediaan, dengan
berhati-hati hingga tidak ada larutan yang terbuang. Beaker glass dibilas 2 kali,
dimasukkan ke labu ukur. Larutan digenapkan hingga tanda.
6. Kertas saring rangkap 2 yang akan digunakan untuk menyaring dibasahi sejumlah
tertentu WFI terlebih dahulu, kemudian corong dipindahkan ke erlenmeyer lain yang
telah steril
7. Larutan yang ada di labu ukur disaring ke dalam labu erlenmeyer yang telah disiapkan.
8. Larutan disaring dengan membran filter (ukuran pori-pori 0,45 µm)
9. Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungnya ditutup dengan alumunium foil
10. Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan dengan kertas saring yang
telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi dengan larutan ..... ml sesuai
persyaratan volume injeksi dalam wadah
11. Vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan dialiri dengan gas nitrogen
12. (Bila wadah ampul) Ampul ditutup dengan api dan disterilkan menggunakan autoklaf
secara terbalik dalam gelas kimia yang telah dialasi kapas (121°C selama 15 menit)
atau metode lain yang sesuai
13. (Bila wadah vial) Vial ditutup dengan tutup karet lalu di-seal dengan alumunium cap,
kemudian disterilkan menggunakan autoklaf dalam gelas kimia yang telah dialasi kapas
(121°C selama 15 menit) atau metode lain yang sesuai
14. Setelah sterilisasi akhir, dilakukan evaluasi sediaan
15. Sediaan dikemas dalam kemasan sekunder yang sudah diberi etiket dan disertakan
brosur informasi obat
Teknik Aseptik
Semua pengerjaan pembuatan sediaan dilakukan di bawah LAF. Jika zat sensitif terhadap
cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium
1. Semua bahan baku (zat aktif + eksipien) yang telah ditimbang disterilisasi dengan
metode yang sesuai
2. Prosedur sama dengan yang tercantum pada metode sterilisasi akhir
3. Larutan yang telah disaring dengan membran filter bakteri (ukuran pori-pori 0,22 µm)
4. Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungnya ditutup dengan alumunium foil
5. Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan dengan kertas saring yang
telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi dengan larutan …. mL sesuai
persyaratan volume injeksi dalam wadah
6. Ampul/vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan dialiri dengan gas nitrogen
7. Dilakukan evaluasi sediaan
8. Sediaan dikemas dalam kemasan sekunder yang sudah diberi etiket dan disertakan
brosur informasi obat
Catatan:
Karbon aktif (dipanaskan pada 60-70⁰C selama 15 menit, sesekali diaduk. disaring saat
panas)
Buffer NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N

Kosolvensi pembuatan larutan injeksi


❑ Banyak kondisi klinik sangat memerlukan suatu zat dibuat dalam bentuk larutan sejati, agar
siap bercampur dengan larutan infus IV ketika diberikan.
❑ Untuk zat yang sukar larut dalam air, selain digunakan dalam bentuk garam atau diformulasi
dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat pula diformulasi dalam pelarut campur.
❑ Kosolvent digunakan untuk menurunkan polaritas pembawa sehingga zat lebih larut.
❑ Pemberian sediaan parenteral dengan sistem pelarut campur ini biasanya mengiritasi, toksik
dan menimbulkan rasa nyeri.
❑ Pemberian intravena perlu dilakukan perlahan untuk mencegah presipitasi zat aktif.
❑ Pemilihan kosolvent terbatas oleh toksisitas.
❑ Contoh:
a. glikols (glikol, propilen glikol, PEG BM rendah). PEG bersifat higroskopis sehingga
kemampuan untuk melarutkan zat kurang, sehingga dipakai yang anhidrous dan BM
rendah. Propilen glikol + benzil akohol (suhu 40oC), untuk injeksi digoxin.
b. etanol/alkohol
c. dimetil asetamid, dimetil formasmide, DMSO. Pelarut ini larut sempurna dengan air,
toksisitas akutnya rendah, toksisitas kronisnya merusak liver.
d. N-(B-hidroksietil), laktamid
e. aseton (kosolven pada obat antitumor dan antibiotik)
f. asam organik (asam laktat, asam sitrat)
g. surfaktan (emulphor EL-714, chremophor, plurnic F 68, lesitin)
h. antibeku (gliserol sp 5%, alkohol 15%).
Menentukan Jenis Sterilisasi sediaan parenteral berdasar bahan pembawa

Untuk tahu F0 maka harus


mengetahui n mikroba pada
sediaan dan resistensi
mikroba pada bahan.
Sehingga dapat sterilisasi
dengan autoklaf metode
Tidak tahan panas maka
bioburden
filtrasi dengan membrane
filter 0,45 µm dan 0,22 µm

F0 (Equivalent sterilization time at 121)

F0 = Δt ∑ 10* 𝑇−121
𝑧

(lanjutan)
Waktu dikurangi

Perhitungan kebutuhan bahan aktiv SVP


Kelebihan
Volume penandaan
Cairan encer Cairan kental
0,5 0,1 0,12
1,0 0,1 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,3 0,50
10,0 0,5 0,70
20,0 0,6 0,90
30,0 0,8 1,20
50 atau lebih 2% 3%
% ba x volume sediaan
Fungsi bahan tambahan dalam sediaan parenteral
LVP (pengisotonis dan pengadjust pH)
SVP (+Pengawet, Antioksidan, Anestetik local, Zat pengompleks dan Suspending agent)
Bahan Fungsi Ket
Pengisotonis Meningkatkan patient comfort NaCl
Menjaga agar tidak terjadi Dekstrosa
kehilangan atau peningkatan air Gliserin
dalam sel atau perubahan lain
dalam sel tersebut
Pengadjust pH menstabilkan larutan dari Alkalizing agent:
Cairan fisiologis degradasi kimia (khusus untuk Na bicarbonate; Na citrate; Na
(7,4) protein) dan fisika (agregasi Hydroxida
Sediaan (3,0-9,0) dan presipitasi) dengan
kapasitas rendah (0,01), Acidifying agent:
meningkatkan patient comfort HCl; Citric acid; Sulfuric acid
serta meningkatkan stabilitas
kimia larutan
mengganggu kapasitas buffer
sistem tubuh

Pengawet Melindungi sediaan dari single dose, intraspinal dan


pertumbuhan mo dan menekan inctraocular tidak boleh
pertumbuhan mikroorganisme
saat withdrawal obat mellaui
syring dan hypodermic needles

benzyl alcohol (reaksi toksik


neonatus)

Antioksidan meningkatkan shelf life obat Apabila bahan terdegredasi bukan


mencegah bahan teroksidasi karena oksidasi maka defreeze dry/
serta meningkatkan stabilitas serbuk kering
kimia larutan
• Na metabisulfite (asam)
• Na bisulfit (netral)
dapat di+ chelating agent • Na sulfit (basa)
(Asam sitrat dan NaEDTA)
• Asam askorbat (aqueous)
• Vitamin E (oil based) BHT dan BHA
Zat Meningkatkan drug solubility
pengkompleks
Suspending agent Mencegah ketidakstabilan • Turunan selulosa larut air (MC) -
sediaan untuk IM dan intraarticular injection
suspension
• Povidon - saat ini penggunaannya
ditinggalkan karena data
keamanan buruk
• Surfaktan tipe non-ionic untuk
injeksi, misalnya polisorbat untuk
mengingkatkan disperse obat
Solubilizing agent Meningkatkan kelarutan obat • Polioksietilen carstor oil →
meningkatkan kelarutan obat yang
hidrofobik dalam air, misalnya
pada formulasi paclitaxel;
diazepam; cisplatin
• Ciclodextrins : molekul
oligosakarida siklik yang memiliki
struktur hidrofobik pada bagian
dalam dan hirofil pada bagian luar
• Bentuk α dan γ dapat digunakan,
sedangkan bentuk β menyebabkan
severe kidney damage
Surfaktan Meningkatkan drug solubility Surfactant: Polioksietilen sodium
monolaurat dan Polioksietilen sodium
monooleat
Surfaktan dan Menurunkan interaksi protein
albumin dengan permukaan inert
Cryoprotectant Meningkatkan stabilitais kimia
dan dan fisika produk freeze dried
Lyoprotectant

Perbedaan jenis sediaan LVP (berdasarkan cara pemberian)


IV Non IV
Injeksi IV Larutan dialysis (larutan dialysis peritonial
dan haemodialisis)
TPN Larutan irigasi (larutan irigasi untuk operasi,
larutan irigasi urologic, larutan glycine,
larutan sorbitol dan larutan urologic G)

Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan penggunaannya


• Larutan elektrolit (asidosis atau alkalosis, mengatasi perbedaan ion)
• Infus karbohidrat (nutrisi untuk energi)
• Kombinasi larutan elektrolit dan karbohidrat
• Larutan irigasi (meredam, mencuci luka dan mengurangi perdarahan)
• Larutan dialysis peritoneal (menghilangkan senyawa toksik)
• Larutan Plasma Expander Atau Penambah Darah (menggantikan plasma darah yang
hilang akibat perdarahan, luka, operasi dkk)
Baca selengkapnya : https://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/sediaan-infus.html

Perhitungan bahan aktif dan bahan tambahan sediaan infus


Pada saat pembuatan dilebihkan 2% (kelebihan tiap wadah untuk cairan encer
volume >50mL) dan 10% (antisipasi kehilangan selama proses)
a. Bahan aktif dilebihkan 5% atau sesuai monograf selisih rentang kadar bagi 2 (untuk
antisipasi kehilangan akibat diserap karbon aktif)
Bahan aktif z% = z% x 1,05 x volume sediaan
b. Karbon aktif 0,1% = 0,1% x volume sediaan
c. Zat tambahan y% = y% x volume sediaan
d. WFI ad volume sediaan
Contoh:
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
Kadar NH4Cl 0,25%
0,25 g
= x 500 ml
100 ml
= 1,25 gram

1. Ammonium Klorida
Dilebihkan 5 %
= 1,25 gram + (1,25 gram x 5%)
= 1,25 gram + 0,0625 gram
= 1,3125 gram
2mg/mL (0,2%) untuk 5mEq/mL
(Handbook on Injectable Drug Edisi 15)

Sediaan yang dibuat 0,0467 mEq/mL


0,0467 mEq/mL
%Na2EDTA = x 0,2%
5 mEq/mL
2. Dinatrium EDTA = 0,0019%

Kadar Na2EDTA 0,0019%


0,0019 g
= x 500 ml
100 ml
= 0,0095 gram
Kadar NaCl 0,1682%
0,1682 g
3. Natrium Klorida = x 500 ml
100 ml
= 3,091 gram
4. Karbon Aktif Kadar Karbon Aktif 0,1%
0,1 g
= x 500 ml
100 ml
= 0,5 gram
Kadar WFI ad 100%
= 500 g – (1,25+ 0,0095 + 3,091) g
5. Water for Injection(WFI)
= ±495,6495 g
= ±495,6495 mL

Fungsi dan persyaratan larutan irigasi


Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan dengan cepat. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg
mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
Fungsi
Mencuci dan merendam luka atau lubang operasi serta mengurangin pendarahan
Contoh: Sodium Klorida (NaCl) secara umum digunakan untuk irigasi (seperti irigasi pada
rongga tubuh, jaringan atau luka)
1. NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan
tambahan lain.
2. NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka.
3. Glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya.
4. Asetic acid irrigation (0,25%) untuk irigasi kandung kemih dengan pH 2,9-3,3
5. Neomisin dan polimiksin sulfat sol. Digunakan sebagai antibakteri topikal irigasi
kandung kemih yang terus menerus
Persyaratan
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Fungsi dan persyaratan larutan dialisa
Dialisis adalah proses dimana senyawa-senyawa dapat dipisahkan satu dengan
lainnya dalam larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi lewat membran. Larutan
tidak disuntikan ke vena tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal. Pada kasus
keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien yang menunggu transplantasi ginjal. Larutan
dialysis memiliki jumlah yang besar yaitu 2 liter yang mengandung dekstrosa sebagai sumber
utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, dan asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen.
Fungsi
1. membilas perut secara terus menerus
2. menghilangkan racun dari tubuh
3. membantu mempercepat fungsi ekspresi normal ke ginjal
Persyaratan
1. Hipertonis, untuk mencegah absorbs air dari larutan dialysis ke dalam sirkulasi
2. Steril
3. Dapat menarik toksin dalam peritoneal

Sediaan optalmik (tetes mata, suspense mata, salep mata)


sediaan steril berupa larutan atau supensi yang digunakan dengan meneteskan atau
mengoleskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bolamata.
Solution (larutan) Suspensi Ointment
Pengertian Larutan steril, bebas Sistem dispersi zat padat Sediaan semisolid steril
partikel asing, merupakan yang relatif tidak larut yang mempunyai
sediaan yang dibuat dan dengan pembawa fase penampilan homogen dan
dikemas sedemikian rupa cair dan mengandung ditujukan untuk pengobatan
hingga sesuai digunakan suspending dan dispersing konjungtiva
pada mata agent
Karakteristik • terlarut • Serbuk sangat halus • Menimbulkan gangguan
• Homogen (10𝜇l) pandangan karena
• Waktu kontak absorbsi • BA tidak larut dalam air sediaan salep
sangat singkat (dapat • Mengandung suspending menimbulkan lapis film
ditambahkan viscosity agent dan dispensing • Waktu kontak dan
agent) agent bioavaibilitas lebih tinggi
• Tidak mengganggu • Waktu kontak lebih • Onset time lebih lama
pandangan saat lama daripada larutan • Penggunaan dilakukan
digunakan pada malam hari
Cara Autoklaf, filtrasi, gas, Autoklaf, filtrasi, gas, Mencampur secara aseptis
sterilisasi radiasi radiasi Steriliasai dengan sinar
gama
Ket - - Basis salep yang
digunakan:
a. Minyak petrolatum
b. Minyak mineral
c. Lanolin anhidrous
d. Gel polietilen dan minyak
mineral
Catatan Salep mata
• Digunakan untuk menurunkan drainase akibat dari aliran air mata
• Digunakan untuk bahan aktif yang kelarutannya buruk dalam air
• Sustained release selama 2-4 jam
• BA yang dibuat salep: antibiotik, antifungal, dan steroid

SYARAT-SYARAT SEDIAAN MATA


1. Steril
Persyaratan yang sangat penting pembuatan larutan mata yang tidak layak dapat
membawa banyak organisme yang paling berbahaya adalah pseodomonas aeroginosa,
infeksi mata dari organisme ini telah membuat kebutaan khususnya, berbahaya bagi
produk non steril yang dimasukkan dalam mata ketika kornea terbuka.
2. Isotonis dengan air mata
3. Bila mungkin isohidris
4. Larutan harus jernih
5. Bebas partikel asing
6. Basis salep tidak iritan
Tambahan
7. pH ideal 7,4
8. Tonisitas 0,6-2,0%
9. Pengawet perlu ditambahkan pada sediaan obat tetes mata yang digunakan dalam dosis
ganda. Pengawet harus efektif dan efisien, inert, idak iritan terhadap mata dan tidak toksis
Pengawet yang biasa digunakan:
• Benzalkonium klorida, 0,004-0,02%
• Garam raksa (pH sedikit asam)
Fenilraksa (II) nitrat (PMN), 0,002-0,004%
Fenilraksa (II) asetat (PMA), 0,005-0,02%
Tiomersal, 0,01%
• Klorbutanol, 0,5%
• Metil dan propil paraben, Kelarutan rendah dan dapat menimbulkan rasa perih di mata,
0,03-0,1% dan 0,01-0,02%
• Feniletilalkohol, aktivitas yang lemah, mudah menguap, kelarutan kecil, dan memberi rasa
perih di mata, 0,5%
10. Kekentalan/viskositas, batas toleransi 25-50cPs
Perhitungan formulasi sediaan salep mata
Seperti semisolid biasa

Prinsip (?) pembuatan sediaan salep mata


• Bahan aktif ditambahkan sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi
dalam basis salep mata steril
• Hasil akhir dimasukkan ke dalam tube steril secara aseptis
• Sterilisasi basis salep dikerjakan tergantung pada sifat fisik dari basis salep yang
digunakan
• Sterilisasi tube dilakukan dalam autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15 menit.

Sediaan steril tetes hidung (baca juga PPT)


Sistem penghantaran obat melalu hidung memiliki efek lokal, sistemik, vaksin, dan
memungkinkan untuk penghantaran sampai ke otak. BA yang dapat dibeikat melalui hidung
adalah: kortikosteroid, antihistamin, antibakteri (efek lokal), hormon polipeptida, 5HT1 agonis
dan alkaloid (efek sistemik), dan vaksin influenza. Nasal preparation terdiri dari nasal drops,
nasal sprays, semisolid nasal, nasal washes, dan nasal sticks.
Keuntungan Kerugian
Luas absorbsi besar (160cm2) Volume sedikit 25-200 mcl
Supply darah baik sehingga efek cepat Mucociliary clearence hanya 30 menit saja
Tidak dimetabolisme Terdapat reaksi enzimatik (prodrugs)
Epitel permeabel kecil, molekul lipofil, onset Molekul hidrofil sulit masuk butuh penetrant
time cepat enhancer dan dosis harus besar
Penggunaan yang mudah dapat digunakan
sendri tanpa didampingi

Tetes hidung adalah Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.

Tujuan pengembangan sediaan tetes hidung untuk efek sistemik


• Ya… untuk mencapai target obat secara sistemik(?)
• Tujuan sistemik → kelarutan dalam air harus cukup dalam volume sekecil mungkin. Volume
yang dapat diberikan kedalam lubang hidung 25-150 microliter dengan jumlah volume
maksumal 200 microliter
• Umumnya bahan aktif hormone polipeptida, 5HT1 agonis dan alkaloid

Formulasi sediaan telinga


Sediaan untuk bagian luar telinga umumnya tetes telinga nonsteril atau semisolid
Sediaan untuk bagian tengah harus steril, pembawa aqua dan diharapkan isoosmotik
Sediaan non aqua lebih dipilih berkaitan dengan pertumbuhan mo

Bahan aktif dan penstabil


Tetes telinga (banyak larutan (lebih mudah mengontrol homogenitas disbanding suspemsi)
pembawa aqua atau non aqua)
Semakin lama bahan aktif kontak dengan bagian tengah dan dalam dari telinga, semakin
besar kemungkinan terjadinya kerusakan. Mempersingkat waktu kontak dapat menurunkan
resiko tsb
Contoh:
• Fosfat ester kortikosteroid mudah terhidrolisis sehingga pembawa harus netral atau sedikit
alkali serta teroksidasi sehingga dapat ditambah EDTA untuk mengika logam
• triamsinolon asetat terdegradasi oleh asam asetat dan PPG jadi disimpan di kulkas dan
terbatas) kelarutan ba diperhatikan agar cegah kristalisasi bila di suhu ruang
• asam asetat dan hidrokortison 1%, hidrokortison terdegradasi oleh reaksi non oksidatif
• aminoglikosida (neomisin, gentamisin) → dapat menyebabkan hearing loss (ototoksik)
• asam asetat memiliki efek antibakteri karena efek pH yang rendah (p. airugenosa yg
bersifat pathogen penyebab otorrhoea)
Solvent dan penngawet
• Hypermelllose 0,5% dapat digunakan untuk meningkatkan viskositas
• Gliserin, propilen glikol, macrogol 400 digunakan sebagai pembawa non aqua.
• Propilen glikol paling banyak digunakan, << higroskopis jika dibanding dengan gliserin,
dan lbh tdk mudah teroksidasi dibanding macrogol 400. dapat digunakan sebagai
pengawet pada kadar >15%
• propilen glikol dan macrogol (PEG) menyebabkan ototoksik, tetapi dapat meningkatkan
jalan pintas menuju membran
• Gliserin: higroskopis. farmakoterapetik → menurunkan tekanan pada telinga bagian
tengah dengan mekanisme dehidrasi. dapat digunakan sebagai pengawet pada kadar
>30%.
• Larutan aqueous ditujukan untuk external auditory canal atau bagian tengah telinga.
Kombinasi benzalkonium klorida 0,01% dan disodium edetate 0,1% merupakan pilihan
pertama, pilihan kedua methyl parahydroxybenzoate 0.1 %
Pemilihan pembawa :
• Inflamasi akut maupun kronis pada bagian tengah telinga diterapi dengan antibiotik
dikombinasi dengan kortikosteroid, steril, dan pembawa air.
• Tetes telinga yang digunakan untuk menurunkan tekanan pada bagian tengah telinga
yang inflamasi, digunakan pembawa gliserin
pH
Tetes telinga aqueous yang ditujukan ke bagian tengah telinga harus mempunyai pH 6- 8.
Larutan asam basa kuat dapat mengiritasi.
Tekanan Osmotik
Tetes telinga aqueous yang ditujukan ke bagian tengah telinga harus iso osmotic atau antara
260 milliosmole dan 460 milliosmole (0,8 dan 1,4% NaCl)
Viskositas
• Viskositas << semakin sulit untuk melalui tympanostomy tube atau melalui gendang telinga
dan masuk kesalam telinga bagian tengah
• Viskositas >> membantu untuk mencegah tetes telinga keluar dari auditory canal.
Stabilitas dan sterilitas
• Sterile ear drops may also have a shelf life of 2 years, but only if they have been sterilised
by steam sterilisation (15 min at 121 C).
• Ear drops that are only subjected to a heat treatment at 100 C are best stored refrigerated
(2–8 ◦C)
• Aseptically prepared ear drops an additional security against any microbial growth may
be obtained by freezing at least -15 ◦C, for a maximum of 6 months, provided the
closure/container security at this temperature has been suitably validated.
• Ear drops that have been stored in a freezer should be swirled until clear during thawing.
• For sterile aqueous preserved ear drops the usage period is set at maximum 1 month after
opening
• For preservative free preparations intended for the middle ear the in-use expiry date is 24
h after opening.

Anda mungkin juga menyukai