Anda di halaman 1dari 8

SAINTIFIKASI JAMU

APA?
Saintifkasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Penelitian berbasis
pelayanan adalah penelitian kepada pasien yang melakukan pengobatan di klinik jamu atas persetujuan pasien (informed
consent).

MENGAPA?
Merupakan program Kementerian Kesehatan (PMK No. 3 Th. 2010) untuk meningkatkan penggunaan jamu di kalangan
medis; membangun jejaring di kalangan dokter (untuk lebih mengenal dan mempelajari terapi); membuat evidence based
jamu dari tanaman obat sehingga bisa diterima; menyediakan obat tradisional yang aman, berkhasiat, dan bermutu.

Intinya: agar jamu dapat diakui dan diresepkan di pelayanan kesehatan

DASAR HUKUM
PMK No. 3 Th. 2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan
PerKBPOM Th. 2011 tentang Persyaratan Teknis CPOTB
PP No. 51 Th. 2009 tentang Pekerjaan kefarmasian
UU No. 36 Th. 2009 tentang Kesehatan
KepMenKes No. 1076 Th. 2003 tentang Penyelenggaraan Obat Tradisional

PERAN APOTEKER

HULU KE HILIR
Bagian hulu ➜ pengelolaan bahan baku (bekerjasa sama dengan pakar-pakar pertanian mulai dari penanaman jamu hingga
pengelolaan jamu)
Tengah ➜ penelitian
Bagian hilir ➜ pelayanan jamu (dari pasien datang hingga mendapatkan KIE dan monitoring dari petugas)

1. Pembudidayaan tanaman obat


Sebagai pengawas dalam hal proses pembudidayaan tanaman obat, sehingga dihasilkan simplisia dengan kualitas yang
baik (kandungan aktifnya baik)
2. Pasca panen tanaman obat
a. Sebagai pengawas dalam evaluasi proses dan monitoring terhadap proses pasca panen
b. Memberikan pelatihan kepada pekerja terkait cara dan teknik penanganan yang baik
3. Pengembangan jamu dan penelitian
Melakukan eksplorasi manfaat tanaman obat, khususnya yang belum diketahui secara empiris. Sehingga dapat
dilakukan pengembangan jamu (utamanya dalam hal formulasi)
4. Pelayanan farmasi klinik
Melakukan pelayanan farmasi klinik meliputi skrining resep (administrasi, farmasetis, klinik), penyiapan jamu,
pemberian label dan etiket, serta KIE
PROSES PRODUKSI BAHAN BAKU (penanaman-pasca panen)

1. Pemilihan lokasi penanaman


Aspek yang diperhatikan: ketersediaan air, ketinggian, jenis tanah, intensitas curah hujan, cahaya.
Ex. Teh ➜ dipilih lokasi penanaman di dataran tinggi (karena faktor jenis tanah daratan tinggi
yang tanahnya subur (banyak mengandung bahan organis)

2. Penyiapan lahan
Lahan perlu diolah terlebih dahulu untuk memastikan tanah pada lokasi penanaman telah sesuai kriteria
3. Pembibitan/pembenihan
Kriteria benih:
a. Memastikan benih/bibit yang aman ditanam sesuai dengan tanaman yang diharapkan (tanaman tujuan)
b. Sehat dan seragam dalam hal ukuran dan umur
c. Tanman induk sebagai penghasil bibit harus berasal dari tanaman budidaya, bukan tanaman liar (karena lebih jelas
spesies, asal usul, dan kandungannya)
4. Jarak tanam
Aspek yang diperhatikan: kesuburan tanah, jenis tanaman, dll
Tujuan: agar tidak terjadi kompetisi antar tanaman dalam 3 hal penting; intensitas cahaya, unsur hara, dan air.
Ex. Semakin subur lahan, maka jarak tanam dibuat semakin lebar karea tanaman akan tumbuh lebat
5. Pemeliharaan
Meliputi:
a. Pemupukan, untuk meningkatkan kesuburan
b. Irigrasi dan drainage, untuk pengairan atau menyuplai air sesuai kebutuhan tanaman
c. Penyiangan, untuk membersihkan rumput pengganggu/gulma
d. Pengendalian hama dan penyakit, penggunaan pestisida diperbolehkan (terdaftar dan diizinkan oleh menteri
pertanian)
Kriteria aplikasi pestisida yang tepat: tepat jenis, tepat sasaran, dan tepat doses/konsentrasi
6. Pemanenan
Titik kritis:
a. SDM
Sehat, terlatih dan memiliki kompetensi di bidang pemanenan
b. Cara panen
Ex. Akar pule pundak ➜ akar digali pada jarak minimal 30 cm dari batang, hanya akar di bagian tepi yang dipanen.
Setelah digali, tanah lubang ditutup kembali untuk perlindungan dan infeksi
c. Waktu panen
Ex. Sambiloto dipanen sebelum berbunga; cabe jawa dipanen saat matang (hijau kemerahan), kalau diambil saat
merah, minyak atsinya rendah
d. Alat panen
Syarat. Bahan tidak beracun, bersifat inert/netral untuk bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri, senyawa
fenol hindari bahan logam
7. Pasca panen
a. Sortasi basah, menjaga kemurnian dan memisahkan kotoran/bahan asing yang tidak diinginkan
b. Pencucian, mengurangi/menghilangkan tanah/kotoran.
Metode: Dilakukan dengan menggunakan alat yang dialiri air mengalir dalam bak
Titik kritis: lamanya pencucian. Ex. Untuk bahan yang mengandung senyawa aktif mudah larut air dilakukan
pencucian yang sesegera mungkin
c. Penirisan, mengurangi kandungan air
Titik kritis: tempatnya teduh dan aliran udara yang cukup (untuk menghindari pembususkan)
d. Perajangan, mengecilkan ukuran agar mempercepat pengeringan; memenuhi standar kualitas (terutama dalam
keseragaman ukuran); dan meningkatkan kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan
Titik kritis: ketebalan dan arah rajangan. Ex. Jika ingin mengambil minyak atsiri ➜ membujur
Jika ingin cepat kering ➜ melintang
e. Pengeringan, mengurangi kadar air agar simplisia tidka rusak; memperpanjang waktu simpan; menghentikan reaksi
enzimatis; mencegah pertumbuhan kapang, jamur, dan jasad renik lain
Titik kritis: suhu umumnya < 60oC
➜ untuk bahan kimia volatile dan termolabil 30-40oC
Metode:
1) Manual, menggunakan sinar matahari yang dihalangi dengan jarring warna hitam
Kekurangan: bergantung dengan cuaca
Untuk daun. Ex. Daun pegagan
2) Buatan (oven, blower), lebih untung: pengeringan merata, suhunya bisa diatur, tidak tergantung cuaca, dalam
waktu cepat
Untuk rimpang, kulit. Ex. Rimpang kulit, temulawak
f. Sortasi kering, menjamin simplisia benar-benar terbebas dari bahan asing yang tidak diinginkan dan memenuhi
stamndar mutu
g. Pengemasan, mempermudah penyimpanan, untuk melindungi simplisia, dan menjaga mutu agar tidak rusak
Metode: wadah pengemas diberi label sebagai identitas simplisia yang meliputi; nama simplisia, bagian tanaman
yang digunakan, tanggal simpan, berat bahan, asal bahan, dan kadar air.
Bshan pengemas: missal plastic kemudian divakum, kertas
h. Penyimpanan, menjaga serta memenuhi ketersediaan stok dan mutu
Metode: FIFO (First In First Out)
Ruang penyimpanan: suhu optimum penyimpanan simplisia: suhu kamar (15-30oC)
Titik kritis: kendalikan suhu, kelembaban (relatif tidak >60%). Cahaya, kontaminasi (serangga, kapangm dll)

KONTROL KUALITAS: aspek, tujuan, pengujian

Quality Control (QC) merupakan upaya dalam mempertahankan mutu untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas.
Tujuan: untuk mengetahui kesesuaian hasil yang diinginkan atau memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kenapa QC penting dilakukan pada SJ:
1. Jamu biasanya campuran banyak komponen, kualitas bahan baku sangat variasi
2. Senyawa aktif umumnya tidak diketahui, analisis terhadap komponen aktifnya sulit
3. Metode pemanenan, pengeringan, penyimpnanan, transport, ekstraksi memiliki efek terhadap kualitas
Tantangan: Senyawa aktif yang tidak diketahui, komponen campuran yang terkandung didalamnya, senyawa aktif yang
terkandung sulit terdeteksi, adanya variasi tanaman baik secara kimia mupun biologis, perolehan bahan baku sangat
bervariasi, dan metode pengolahan pasca panen.
Pedoman: Farmakope Herbal Indonesia (FHI) tahun 2008.
Aspek:
1. Aspek botanical : makroskopik (bentuk, eksternal, marker penanda, lingkungan), mikroskopik (kualitatif, kuantitatif,
penyerbukan)
2. Aspek kimia : kualitatif dan kuantitatif (HPLC, kromatografi, HPLTC)
3. Aspek fisika : kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, cemaran logam berat, bahan organic asing, kadar abu,
kelembaban, susut pengeringan
4. Aspek biologi : cemaran mikroba, aflatoksin, residu aflatoksin
5. Organoleptis : warna, bau, rasa, bentuk
Tahapan:
QC 1
Sampel (analisis komponen Sortasi basah Pencucian
aktif)

QC 2
Sortasi kering Pengeringan Penirisan
(analisis kelembaban)

QC 3
(analisis kadar abu, Pengemasan Penyimpanan
kontaminasi mikroba)

➜ kadar abu: mengetahui kadar senyawa pengotor. Ex. mineral, logam berat (menggunakan tanur pengabuan)
➜ kadar air: mencegah pertumbuhan mikroba (susut pengeringan menggunakan MC)
➜ kadar sari (menggunakan sonikator)

SISTEM PELAYANAN/PENELITIAN

Klinik Saintifikasi Jamu ini dalam prakterknya menjalankan 2 fungsi sekaligus yaitu fungsi pelayanan dan fungsi penelitian.
Pasien yang datang dikategorikan sebagai subyek penelitian apabila memenuhi kriteria untuk pebelitian dan dikategorikan
sebagai pasien biasa untuk yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan subyek penelitian. Untuk pasien yang dijadikan
subyek penelitian nantinya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk terapi dan diberi uang untuk perjalanan.

Pelayanan pendaftaran pasien di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus dapat dilakukan pada hari Senin-Jumat pada pukul
07.30-11.30 WIB sedangkan pelayanan di griya jamu pada hari Senin-Jumat pada pukul 09.00-16.00 WIB. Pasien rumah riset
jamu dikenai tarif pelayanan pendaftaran sebesar Rp 3.000,- dan tarif penggantian jamu sebesar Rp 20.000,-/konsumsi per
minggu.

Alur pelayanan

Pemeriksaan
Pendaftaran (informed Pemeriksaan Monitoring
Pasien consent dan Griya jamu
(07.30-11.30) penunjang dan evaluasi
request
consent)
Pasien Baru Pasien Lama
1. Pasien berdasarkan nomor antrean mengisi formulir 1. Pasien mengumpulkan kartu pasien
pendaftaran dan mengumpulkan kartu identitas pasien
pada loket pendaftaran
2. Pasien dibuatkan kartu identitas dan rekam medik yang 2. Pasien membayar penerimaan negara bukan pajak
didasarkan pada tahun, bulan, tanggal dan nomor rekam (PNBP) sebesar Rp 3.000,- kemudian pasien menerima
sesuai urutan pasien pada hari tersebut kartu pasien, bukti pembayaran serta nomor antrean
3. Pasien menandatangani informed consent dan request 3. Berkas rekam medik pasien dimasukkan dalam stofmap
consent yang dijelaskan oleh petugas sebelumnya. antrean sesuai dengan nomor urut yang diperoleh
Formulir tersebut merupakan bentuk persetujuan pasien
dalam menjalani pengobatan herbal sesuai keinginan
sendiri dan tanpa paksaan siapapun dimana data pasien
digunakan dalam penelitian. Formulir tersebut diperoleh
dan dijelaskan oleh petugas pendaftaran
4. Pasien membayar penerimaan negara bukan pajak 4. Petugas akan memberitahukan pasien untuk menunggu
(PNBP) sebesar Rp 3.000,- kemudian pasien menerima panggilan pemeriksaan dokter dengan mesin antrean di
kartu pasien, bukti pembayaran serta nomor antrean. ruang tunggu
Berkas rekam medik pasien dimasukkan dalam stofmap
antrean sesuai dengan nomor urut yang diperoleh
5. Petugas akan memberitahukan pasien untuk menunggu 5. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan akan
panggilan pemeriksaan dokter dengan mesin antrean di dituliskan resep berdasarkan hasil diagnosis pasien
ruang tunggu.
6. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter dengan 6. Pasien menyerahkan resep ke griya jamu untuk
disertai hasil laboratorium pendukung seperti dilakukan peracikan
elektrokardiogram, USG, darah lengkap, fungsi hati, dan
fungsi ginjal apabila diperlukan
7. Dokter Saintifikasi Jamu menuliskan resep berdasarkan 7. Pasien menerima jamu dan KIE jamu yang diperoleh
hasil diagnosis pasien yang diperoleh. Resep berisi nama seperti cara penggunaan, penyimpanan, dan nomor
penyakit hasil diagnosis, bentuk sediaan dan jumlah telepon konsultasi apabila diperlukan.
paket jamu digunakan
8. Pasien menyerahkan resep ke griya jamu untuk
dilakukan peracikan oleh apoteker Saintifikasi Jamu yang
dibantu oleh asisten apoteker/ tenaga D3 Farmasi.
Resep yang diterima dilakukan skrining untuk
menentukan jenis simplisia yang digunakan untuk terapi
pasien. Peracikan resep dilakukan dengan penimbangan
dan pencampuran simplisia kemudian dimasukkan
dalam satu kantong kemasan untuk satu hari
pemakaian. Apabila resep yang diperoleh kapsul maka
diambil berdasarkan diagnosa, aturan pakai dan lama
terapi. Data resep dan simplisia yang diberikan dilakukan
input dalam sistem terintegrasi dengan dokter
Saintifikasi Jamu sehingga juga dapat memberikan
rekomendasi/saran pemilihan simplisia
9. Pasien menerima jamu dan KIE jamu yang diperoleh
seperti cara penggunaan, penyimpanan, dan nomor
telepon konsultasi apabila diperlukan
KIE

Pelayanan yang dilakukan oleh Apotek di Klinik Saintifikasi Jamu yaitu skrining resep dan penyiapan jamu.
Skrining resep terdiri atas:
1. Persyaratan administratif;
2. Kesesuaian farmasetik, yang meliputi bentuk sediaan (ekstrak dalam rebusan dan kapsul; berisi serbuk simplisia/bukan
ekstrak), dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara penggunaan dan lama pemberian);
3. Pertimbangan klinis, yang meliputi alergi (ada pasien yang alergi tanaman), efek samping, interaksi (interaksi dengan
obat konvenional), kesesuaian dosis; durasi; jumlah obat dll.
Setelah skrining resep, maka dilakukan penyiapkan dan penyajikan jamu dan/obat konvensional sesuai dengan resep dokter
kepada pasien (umumnya untuk kebutuhan satu bulan). Obat konvensional tetap diberikan sebagai penstabil kondisi pada
pasien-pasien tertentu. Penyiapan obat terdiri atas peracikan, etiket, kemasan jamu yang diserahkan, penyerahan,
informasi obat, konseling, dan monitoring.

DI RRJ Hortus Medicus B2P2TOOT belum tersedia ruangan khusus untuk konseling pasien. Pasien RRJ Hortus Medicus yang
membutuhkan konseling hanya untuk pasien kronis dengan pengobatan jangka panjang, mendapatkan jamu dalam bentuk
sediaan dengan cara pemakaian dan penyimpanan khusus.

KIE yang harus diberikan


1. Cara pembuatan atau pemakaian jamu: langkah perebusan sudah tertera jelas dalam setiap kemasan agar
mempermudah pasien. Untuk minyak atsiri yang diambil sebaiknya panci ditutup. Ramuan ditunggu hingga hangat atau
dingin kemudian disaring untuk diminum sesuai aturan pakai. Jamu yang sudah dingin jika ingin minum lagi dalam
kondisi hangat bisa dihangatkan kembali namun tidak sampai mendidih.
2. Penyimpanan: Waktu kadaluarsa setelah diberikan pada pasien adalah 1,5 bulan. Sediaan yang sudah tidak renyah lagi
sebaiknya tidak digunakan karena ditakutkan berjamur. Sediaan tertutup, terhindar dari cahaya, tidak menempel
dengan lantai dan tembok.
3. Komposisi dari jamu yang diberikan.
4. Khasiat masing-masing jamu yang diberikan.
5. Efek samping penggunaan jamu.
6. Menghindari interaksi antara jamu dengan obat-obatan lainnya.

Pertanyaan yang dapat diajukan kepada pasien adalah sebagai berikut:


1. Apakah Bapak/Ibu sudah tau cara merebus jamu?
2. Merebusnya memerlukan waktu berapa lama?
3. Bagaimana cara memasukkannya?
Apabila di poin (1) pasien menjawab sudah, maka apoteker harus bertanya kembali terkiat waktu perebusan dan caranya.
Cara merebus yang benar yaitu menggunakan wadah yang terbuat dari tanah atau stainless steel bukan dari
alumunium/besi.

Jamu relatif aman, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya efek samping, sehingga terdapat Monitoring Efek Samping
Jamu (MESJA). Cara mengetahui pasien memiliki efek samping bisa dengan pasien sendiri yang menyatakan bahwa tidak
cocok dengan jamu tertentu atau apoteker yang melakukan monitoring dengan menanyakan kepada pasien.
RESEP

Komposisi
No Jamu Saintifik Nama Tanaman Nama Ilmiah
(g)
1. Asam Urat Herba Tempuyung Sonchus arvensis 6
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 9
Herba Meniran Phylantus niruri 9
Daun Kepel Stelecocarpus burahol 9
Kayu Secang Caesalpinia sappan 15
Rimpang kunyit Curcuma domestica 9
2. Darah Tinggi Daun Kumis kucing Orthosiphon stamineus 9
Herba Pegagan Centella asiatica 9
Herba Seledri Apium graveolens 15
Rimpang kunyit Curcuma domestica Phylantus 9
Daun Meniran niruri 9
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 9
3. Maag Daun sembung Blumea balsamifera 15
Rimpang jahe Zingiber officinale 15
Rimpang kunyit Curcuma domestica 15
Biji jinten hitam Nigella sativa 2
4. Wasir Daun Duduk Desmodium triquitram 12
Daun Meniran Phylantus niruri 3
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 3
Daun Ungu Grapthopyllum pictum 15
Rimpang kunyit Curcuma domestica 3
Daun Iler Coleus atropurpureus 9
5. Radang sendi Daun Kumis kucing Orthosiphon stamineus 5
(Osteoartritis ) Rimpang Kunyit Curcuma domestica 15
Daun Rumput bolong Equisetum debile 5
Rimpang temulawak Curcuma xanthorriza 15
Biji Adas Foeniculum vulgarae 3
Herba meniran Phylantus niruri 7
6. Gangguan Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 28
Fungsi Hati Rimpang kunyit Curcuma domestica 6
Daun Jombang Taraxacum officinale 12
7. Kolesterol Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia 6
Herba meniran Phylantus niruri 3
Daun Jati Cina Alexandrina senna 1
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 5
Herba tempuyung Sonchus arvensis 6
Rimpang kunyit Curcuma domestica 4
Herba teh hijau Camellia sinensis 5
8. Kadar Gula Sambilito Andrographis paniculata 5
Darah Salam Syzygium polyanthum Wight 5
Walp
Temulawak Curcuma xanthorriza 10
Kayu manis Cinnamomum verum J.S. Presl 7
9. Kebugaran Rimpang Kunyit Curcuma domestica 4
Jasmani Herba meniran Phylantus niruri 3
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorriza 5
10. Penurun Berat Akar Kelembak Rheum officinale 4
Badan Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia 10
11. Batu Saluran Daun Tempuyung Sonchus arvensis 10
Kemih
Analgesik, Antiinflamasi, Imunomodulator/AAI (rimpang temulawak 5 g, rimpang kunyit 4 g dan herba meniran 3 g);
Gastritis (Rimpang kunyit 7 g, rimpang jahe 7 g, herba sembung 7 g, biji jinten hitam 2 g);
Hipertensi atau HT (Herba seledri 15 g, herba pegagan 9 g, daun kumis kucing 9 g, rimpang temulawak 9 g, rimpang kunyit 9
g, herba meniran 9 g);
Decompensasi Codis/DC (daun digitalis 0,3 g);
Muscle Relaxan/MR (daun pegagan 3 g)

SEJARAH

1. Jamu: ramuan turun temurun dari nenek moyang


2. Abad ke 15-16 M muncul istilah djamoe yang merupakan singkatan dari “djampie” (memiliki arti doa) dan “oesodo”
atau husada (memiliki arti kesehatan)
3. Pada penjadajahan Jepang, penggunaan jamu meningkat, sehingga berdirilah 3 pabrik jamu (PT. Jamoe Iboe Jaya,
Nyonya Meneer, Sidomuncul)
4. Pemerintah mengeluarkan Permenkes No. 246/menkes/PER/V/1990 tentang Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran OT
5. Pada tahun 2007, Kemenkes mengeluarkan kuisioner mengenai pemanfaatan jamu, didapatkan sekitar 85% masyarakat
mengakui bahwa penggunaan jamu bermanfaat bagi eksehatan
6. Seiring berkembangnya zaman, jamu tetap menjadi pilihan. Riskesdas 2010 menyebutkan ≥ 50% masyarakat Indonesia
memilih jamu
7. Namun, hal ini belum bisa diterima oleh dokter terutama doskter spesialis, karena menurut dokter manfaat jamu
tidak/belum ada landasan ilmiahnya
8. Dibuat peraturan mengenai SJ, yaitu Permenkes Nomor 3 Tahun 2010 yang bertujuam membuktian khasiat jamu
melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan (EBM)

➜ Hasil SJ:
1. Jamu harus sudah terdaftar dalam vademicum atau bahan yang digunakan telah ditetapkan oleh Komisi Nasional
Saintifikasi Jamu
2. Kriteria jamu:
a. Aman: teruji secara ilmiah
b. Berkhasiat: dibuktikan dari data empiris (nenek moyang)
c. Memenuhi persyaratan mutu: secara organoleptis (bentuk, bau, warna); cemaran mikroba; kadar air <5%

➜ sejarah B2P2TOOT
1. R. M. Santoso Soerjokoesomo mendirikan kebun koleksi tanaman obat
2. Diwariskan kepada Negara dan diberi nama “Hortus Medicus Tawangmangu”
3. Pada 22 April 1978 melalui KMK Nomor 149 Tahun 1978 kebun koleksi tanaman obat bertransformasi untuk
pertama kali menjadi Balai Penelitian Obat (BPTO) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan Penelitian
dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
4. Transformasi ke-2 muncul dengan adanya Permenkes No. 491 Tahun 2006 pada bulan Juli. BPTO berubah menjadi
B2P2TOOT yang bertujuan dalam pelestarian, pembudayaan, dan pengembangan tanaman obat dan obat
tradisional
5. Pada 4 Januari 2010, terjadi trasnformasi ke-3 melalui Permenkes No. 3 Tahun 2010. B2P2TOOT lebih
mengutamakan pelayanan SJ dalam oenelityian berbasis pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai