Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

REVITALISASI DANAU OPI KOTA


PALEMBANG
Tahun Anggaran 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Pekerjaan “ Revitalisasi Danau OPI Kec. Jakabaring Tahap II “ dilaksanakan oleh
CV. ROM KARYA

Mengacu pada isi Kerangka Acuan Pekerjaan (T.O.R) pihak konsultan pelaksana
akan menyampaikan salah satu bentuk laporan kepada pihak Direksi Pekerjaan ,
yaitu :

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan ini akan menjelaskan kondisi umum wilayah proyek, metodologi


pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja, struktur organisasi serta hasil survey
pendahuluan.

Pembuatan laporan ini disusun untuk disampaikan kepada direksi pekerjaan dan
sebagai bahan masukan untuk strategi pelaksanaan dan bahan evaluasi pekerjaan
secara keseluruhan, sehingga pelaksanaannya diharapkan dapat terus terpantau
dan tetap berjalan dengan baik dan lancar.

Palembang, Agustus 2023


CV. ROM KARYA

Team Leader

2
LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................6
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................6
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................................6
1.3. Gambaran Kegiatan......................................................................................................6
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI.............................................................................7
2.1. Umum...............................................................................................................................7
2.2. Lokasi Proyek.................................................................................................................7
BAB III METODE PELAKSANAAN.............................................................................................8
3.1. Pendeketan Umum........................................................................................................8
3.2. Pendekatan Teknis dan Metodologi Pelaksanaan.................................................8
BAB IV RENCANA KERJA.........................................................................................................51
4.1. Tahap Persiapan..........................................................................................................51
4.2. Tahap Studi Pendahuluan dan Pengumpulan data sekunder..........................52
4.3. Tahap Survey Lapangan............................................................................................53
4.4. Tahap Evaluasi dan Analisis Data...........................................................................54
4.5. Penyusunan Pra Desain, Konsep Rencana dan Rekomedasi..........................55
BAB V SURVEI PENDAHULUAN..............................................................................................56
5.1. Inventaris dan identifikasi Data................................................................................56
BAB VIII KESIMPULAN...............................................................................................................58

3
LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1- 1 Lokasi Danau OPI..................................................................................................6

Gambar 2- 1 Peta Lokasi Danau OPI.........................................................................................7

Gambar 3- 1 Bentuk dan Ukuran Bench Mark dan Patok..................................................19


Gambar 3- 2 Pengukuran Melintang.......................................................................................21
Gambar 3- 3 Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu...........................40
Gambar 3- 4 Skema Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Bantuan Pompa..............42
Gambar 3- 5 Pipa Dalam Hubungan Seri...............................................................................44
Gambar 3- 6 Pipa Dalam Hubungan Paralel..........................................................................45
Gambar 3- 7 Skema Jaringan Menggunakan Metode Jaringan Tertutup......................47
Gambar 3- 8 Ilustrasi Persamaan Kontinuitas Dengan Metode Jaringan Tertutup.....47
Gambar 3- 9 Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul..................................48

4
LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3- 1 Tabel Nilai Faktor Frekuensi (k) Sebagai Fungsi Dari Nilai CV.....................32
Tabel 3- 2 Nilai Variabel Reduksi Gumbel.............................................................................34
Tabel 3- 3 Rumus hidrograf banjir dalam bentuk table......................................................41

5
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada awalnya, Danau OPI ini dibuat oleh pemerintah Kota Palembang
untuk kegiatan PON dalam olah raga dayung. Panjangnya sekitar 517 meter dan
lebarnya 200 meter. Trek layar yang dibangun di Danau OPI ini akan menjadi
wisata tersendiri nantinya ketika event olah raga internasional tersebut digelar.
Dulu sempat menjadi primadona wisata warga Kota Palembang, namun kini
kondisinya kurang terawat dan mulai sepi pengunjung

1.2. Maksud dan Tujuan


Untuk melakukan perencanaan Revitalisasi Danau OPI di Kota Palembang

1.3. Gambaran Kegiatan


Lokasi Danau OPI terletak di Kelurahan 15 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1
Palembang.

Gambar 1- 1 Lokasi Danau OPI

6
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1. Umum
Saat ini terdapat ±50 bangunan semi permanen di sekeliling Danau OPI,
dimana secara umum difungsikan sebagai lapak pedagang. Namun karena kurang
ramai pengunjung maka saat ini banyak lapak pedagang yang tidak ada aktivitas /
tutup.
Aktivitas warga melakukan olahraga jogging mengelilingi Danau dapat
dilihat terutama pada pagi hari dan hari libur.
Gedung serbaguna di sisi Danau OPI juga tidak terlihat aktivitasnya / kurang
dimanfaatkan.

2.2. Lokasi Proyek


Lokasi Danau OPI terletak di Kelurahan 15 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1
Palembang.

Gambar 2- 1 Peta Lokasi Danau OPI

7
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1. Pendeketan Umum


Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu
dibuat pendekatan secara umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis sehingga efisiensi kerja, tenaga dan waktu dapat dicapai. Salah satu
maksud pendekatan ini diantaranya adalah membuat pendekatan rencana operasi
pelaksanaan secara umum.
Setelah rencana operasi/pelaksanaan ini tersusun, selanjutnya dibuat suatu
pendekatan teknis yang memuat rencana operasi pelaksanaan pekerjaan, analisa
kebutuhan personil, analisa kebutuhan peralatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Kemudian disusun program kerja yang meliputi rencana pengerahan
Tenaga Ahli dan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan serta metodologi dan
pendekatan yang akan digunakan.
Program kerja ini sebaiknya didiskusikan pada saat Pre Award Meeting
bersama Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persepsi yang sama dalam
pelaksanaannya. Untuk menjelaskan program kerja tersebut akan dilengkapi
dengan Bar Chart Penugasan Personil, Schedule Pelaksanaan, Flow Chart
Kegiatan dan hal-hal lain yang diperlukan. Program kerja yang dimaksud akan
memberikan gambaran tentang kemampuan konsultan dalam melaksanakan
pekerjaan “Revitalisasi Danau OPI di Kota Palembang”.

3.2. Pendekatan Teknis dan Metodologi Pelaksanaan


3.2.1. Umum
Uraian pada butir ini menjelaskan tentang tahapan pekerjaan, pendekatan
teknis yang akan dilakukan dan metodologi pelaksanaan serta analisa teknis
pengerahan tenaga ahli. Penjabaran secara skematis mengenai metoda
pelaksanaan seluruh kegiatan disajikan pada Bagan Alir Metoda Pelaksanaan
Kegiatan (gambar 3.1), dibawah ini.

8
LAPORAN PENDAHULUAN
Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

9
LAPORAN PENDAHULUAN

10
LAPORAN PENDAHULUAN
3.2.2. Pekerjaan Persiapan

Yang termasuk dalam kegiatan pekerjaan persiapan adalah :


Persiapan Administrasi, Personil, dan Alat
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian dan
penyelesaian setiap tahapan kegiatan, konsultan akan dengan sungguh-
sungguh mempersiapkan segala sesuatu baik segi manajemen pengelolaan dari
segi teknis.
Segera setelah konsultan ditunjuk sebagai Pemenang Tender, kegiatan
persiapan seperti yang kami sajikan dalam usulan teknis ini akan kami
laksanakan secara konsukuen, termasuk secara intensif melakukan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait, khususnya dengan pihak Pemberi Pekerjaan.
Persiapan yang dimaksud antara lain:
Penyiapan Team Pelaksana Pekerjaan secara definitif, termasuk pembekalan
dan pembagian tugas dan tanggungjawab kepada masing-masing anggota
team.
Penyiapan sarana dan prasarana kerja untuk Team Pelaksana Pekerjaan.
Melakukan koordinasi dan memberitahukan kepada Pemberi Tugas perihal
pembentukan Team Pelaksana Pekerjaan sekaligus tanggal dimulainya
pekerjaan.
Penyiapan dan penyelesaian Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) antara
Konsultan dengan Pemberi Tugas.
Penyiapan administrasi, antara lain surat tugas, surat pengantar untuk
kebutuhan survey lapangan dan pengumpulan data.
Segera menyusun rencana jadwal kerja dan mobilisasi personil ke lapangan.
Pembuatan Peta Kerja
Menyiapkan dan memeriksa semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan
Pembuatan Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak merupakan Dokumen yang wajib dibuat oleh Konsultan
sebagai upaya penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance) sesuai

11
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan Surat Edaran Bidang Pengairan Ditjen SDA sedang Format dan isi RMK
mengacu kepada PERMEN PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Menajemen
Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum.
Pengumpulan dan Identifikasi Data Awal
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan laporan
perencanaan, hasil studi terkait, kebijakan, peta yang tesedia dari berbagai
instansi pemerintah atau swasta terkait. Pengumpulan data sekunder selain
berguna untuk bahan analisa studi proyeksi perkembangan wilayah dan analisa
neraca air juga ditujukan untuk menentukan peta dasar yang akan digunakan
sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta tematik dalam studi ini.
Peta dasar yang dibuat dengan menggabungan informasi dari sejumlah peta
dengan tema yang berbeda. Peta dasar dibuat dengan skala 1:50.000, dan
selanjutnya pada peta tesebut akan diplotkan batas-batas administrasi dan
batas-batas DPS, lokasi stasiun hidrometerorologi (hujan, klimatologi, sungai,
danau, air tanah), tata guna lahan, penyebaran penduduk, penyebaran daerah
irigasi dan lain lain sebagainya. Apabila ada photo udara terbaru atau data citra
landsat dapat dipakai sebagai updating dari peta topografi tersebut. Selain itu
peta dasar ini juga akan menjadi dasar dalam penyusunan sistem database
SDA.
Data sekunder lainnya didapatkan dengan koordinasi dengan instansi terkait.
Data-data yang dikumpulkan adalah :
Peta Topografi dengan skala besar yang telah dipublikasikan oleh
BAKOSURTANAL (skala 1 : 25.000)
Peta ini dapat dipergunakan dalam identifikasi awal lokasi lokasi sumber air
yang telah dilakukan studi identifikasi sebelumnya dan sebagai peta kerja
dalam merencanakan kegiatan survei.
Laporan hasil studi terdahulu atau data dan informasi lainnya yang ada di
lingkungan Balai Wilayah Sungai dan Instansi terkait lainnya, antara lain
berupa :
 Data Hidrologi (hidrometri, curah hujan dan klimatologi ) yang akan
menjadi dasar analisis potensi dan neraca sumber daya air.

12
LAPORAN PENDAHULUAN

 Data inventarisasi prasarana bangunan air yang telah dibangun beserta


gambar gambar pelaksanaannya.
 Hasil survei identifikasi dan analisa awal
Data lahan yang berhubungan dengan DAS dan potensi sumber air
Identifikasi tutupan lahan dan penggunaannya
Penentuan posisi, batas administrasi dan batas-batas DAS, lokasi seluruh
stasiun Hidrometeorologi (hujan, klimatologi, sungai, danau, dan air tanah)
dan lain sebagainya
Identifikasi bangunan bangunan air yang ada guna pemanfaatannya dalam
pengembangan potensi sumber sumber air
Identifikasi pembangunan dan pengembangan yang dapat menimbulkan
konflik serta issu tentang lingkungan yang menjadi potensi ancaman dan
tantangan
Inventarisasi kerusakan pada Sumber Daya Air yang ada di Daerah Aliran
Sungai yang menjadi masalah pokok dalam penyediaan air
Data sosial ekonomi kependudukan
Meliputi data jumlah dan distribusi penduduk disetiap desa dan kecamatan,
fasilitas infrastruktur, perekonomian penduduk, pola penggunaan lahan,
sarana dan prasarana penyediaan air baku dan lain-lain. Data didasarkan
kepada data statistik kecamatan yang diperoleh dari Kantor kecamatan dan
Biro pusat statistik.
Data & peta tata guna tanah, RTRW & RUTR
Informasi pola penggunaan lahan existing selain didasarkan kepada data
penggunaan tanah dari kantor kecamatan juga dikonfirmasikan dengan peta
tata guna tanah yang diperoleh dari badan pertanahan Nasional.
Sedangkan rencana pemanfaatan lahan dimasa mendatang didasarkan
kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) – Bappeda DT I Provinsi
Sumatera Selatan Serta Rencana Umum Tata ruang (RUTR- Bappeda di
Kabupaten Setempat).

13
LAPORAN PENDAHULUAN

Data perekonomian
Meliputi data yang erat kaitannya dengan pertanian (irigasi), perikanan,
industri dan pertambangan.

3.2.3. Pekerjaan Survey Lapangan dan Pengukuran

Pekerjaan lapangan meliputi :


Survey dan Inventarisasi Sumber – sumber Air Baku
Pemilihan Sumber Air Baku
Survey Pengukuran Topografi
Survey Hidrologi
Survey Geologi Teknik

Penjelasan untuk masing-masing pekerjaan lapangan di atas, adalah sebagai


berikut :
SURVEY DAN INVESTIGASI LOKASI-LOKASI MATA AIR
Yang dimaksud dengan kegiatan survey dan inventarisasi sumber – sumber air
dalam pekerjaan ini adalah melakukan pengamatan, penyelidikan dan penelitian
di lapangan pada sumber sumber air yang lokasnya telah ditetapkan berdaarkan
informasi ataupun usulan dari masyarakat dan instansi terkait, hasil identifikasi
terdahulu dan pengecekan peta topografi yang ada sebelumnya.
Tim akan melakukan survey ke lokasi potensial dan dapat memberikan
rekomendasi lokasi mana yang layk untuk pekerjaan pembangunan prasarana
air baku. Lokasi bangunan pengambilan ditentukan koordinatnya dengan
menggunakan alat GPS. Survey lapangan bertujuan juga untuk orientasi untuk
mengetahui permasal han yang ada secara langsung di lapangan yang
berkaitan dengan alternatif yang direkomendasikan dalam studi terdahulu, dan
melaksanakan sosialisasi padalokasi rencana proyek kepada masyarakat
termasuk menginventarisir dukungan masyarakat mulai intake/Bendung,
saluiran pembaw air baku dan lokasi reservoir.
Pada lokasi sumber air baku, dilakukan pengukuran kualitas air, meliputi nilai
DHL ( Daya Hantar Listrik ), DO ( dissolved oxygen ), pH ( derajat keasaman ),
TDS, Suhu, Penentuan nama sungai dan lokasi pegukuran kualitas air harus
disetujui direksi.

PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU

14
LAPORAN PENDAHULUAN
Dari hasil pengolahan dan analisa data, tim melakukan kajian untuk memilih
sumber air baku yang tepat, ditinjau dari segi teknik, biaya dan lingkungan
dalam artian luas, apakah air baku akan diambil dari sungai, danau atau mata
air. Skala

prioritas dalam pemilihan sumber air baku yang diperlukan untuk melayani
kebutuhan air bersih, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Kecukupan kuantitas/debit airnya terutama pada musim kering
b. Kualitas air baku yang tidak memerlukan pengolahan untuk air bersih atau
hanya memerlukan pengolahan minimal
c. Pengaliran dengan sistem gravitasi lebih diprioritaskan (elevasi sumber air
lebih tinggi daripada daerah layanan)
d. Belum digunakan untuk penggunaan lain (misal untuk irigasi sawah) kecuali
tidak ada sumber lain dan harus ada kesepakatan dengan pihak terkait.
e. Jarak sumber terhadap daerah layanan diambil dari yang paling dekat ( lebih
dekat akan lebih ekonomis )

Setelah dilakukan rangking terhadap alternative lokasi – lokasi pengembangan,


dengan memperhatikan aspek ketersediaan air, aspek jumlah penduduk, aspek
kebutuhan air ( konsumsi air ), aspek ketersediaan Infrastruktur (jalan, sekolah,
pasar, dll ), aspek kesiapan masyarakat, aspek kesiapan pemerintah setempat.

SURVEY PENGUKURAN TOPOGRAFI


Maksud kegiatan pekerjaan dan pemetaan ini adalah untuk mendapatkan
gambar/peta situasi dan profil pada lokasi sumber air potensial sesuai sasaran
studi ( yang ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi potensi SDA ) dan
sekitarnya secara lengkap, jelas dan benar sesuai dengan kondisi daerah yang
dipetakan dan sesuai keperluan dsar perencanaan untuk air baku yang menjadi
sasaan studi.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:


a. Menunjang kegiatan detail desain penyediaan air baku
b. Menunjang kegiatan perencanaan pengembangan sumber daya air pada
sumber air sesuai sasaran.

Studi awal dan studi untuk identifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada.
Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan utama dalam tahap perencanaan
pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (teristis) penuh yang
menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis konturnya.
Semua kegiatan pengukuran harus mengikuti standar kriteria perencanaan PT-
02.

15
LAPORAN PENDAHULUAN

Pemasangan Control Point


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan Control Point
( CP ) dari Patok Kayu, antara lain :

Control Point ( CP ) diposisikan berpasangan dengan Bench Mark ( BM ).


Patok kayu dipasang di sepanjang rencana jalur pipa, dengan jarak antara
patok 50 m untuk lokasi yang lurus dan pada belokan dipasang lebih rapat
lagi
Ukuran CP dan Patok Kayu :
Control Point (CP) : 10 cm x 10 cm x 80 cm
Tiap BM dipasang Band diatasnya dan diberi tanda silang sebagai titik x, y, z
– nya. Sedangkan identifikasi nomor dibuat dari marmer, ukuran 12 cm x 12
cm yang digrafis. BM dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang
muncul diatas permukaan tanah setinggi + 20 cm.
CP dipasang dengan jarak + 25 m dari BM dan kelihatan satu sama lainnya,
karena akan digunakan untuk titik target pengamatan Azimuth Matahari dan
untuk memudahkan pengecekan Sudut Jurusan pada titik tersebut.
Patok Kayu dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran 3 cm x 5 cm x 50 cm,
dicat dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur
sesuai Petunjuk Pengawas.

Pengukuran Jaringan Titik Kontrol


Pengukuran jaringan titik kontrol terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu jaringan titik
kontrol horizontal dengan menggunakan metode poligon dan jaringan titik
kontrol vertikal dengan metode sipat datar. Bentuk jaringan dibuat tertutup
membentul loop atau terikat sempurna melewati semua titik BM yang ada di
lapangan.
Pengukuran Poligon (Traversing Survey)
Pengukuran poligon dilakukan menggunakan alat Total Station atau
kombinasi alat ukur sudut Theodolit T2 atau sejenis dengan alat ukur jarak
elektronis (EDM). Spesifikasi alat yang digunakan harus mempunyai
ketelitian pembacaan sudut minimum 1” setara dengan Theodolit T2 dan
pembacaan jarak mempunyai ketelitian ± 55 mm + 5 ppm.
Ketelitian pengukuran poligon harus memenuhi batas toleransi sebagai
berikut :
 Pembacaan sudut horizontal untuk setiap titik pengamatan dilakukan
dengan 2 seri pembacaan yaitu dengan membaca sudut luar dan sudut
dalam pada posisi teropong kedudukan biasa (Direct) dan luar biasa
(Reverse). Jumlah hasil pembacaan sudut luar dan sudut dalam adalah
360° ± 5”, bila tidak memenuhi batas toleransi ini, maka harus dilakukan
16
LAPORAN PENDAHULUAN
pembacaan seri berikutnya. Besar sudut yang digunakan untuk
perhitungan koordinat adalah hasil rata-rata dari pembacaan sudut luar
dan sudut dalam.
 Pembacaan sudut vertikal dilakukan 1 seri pembacaan pada posisi
terpong kedudukan biasa dan luar biasa. Sudut vertikal ini dilakukan
untuk keperluan koreksi pembacaan jarak miring.
 Pembacaan jarak dilakukan kearah depan dan kearah belakang titik
berdiri alat masing-masing titik pengamatan (target). Pembacaan
dilakukan paling sedikit 3 kali rekaman (track display EDM) dan yang
diukur adalah jarak miring (slope). Rekaman jarak yang dimunculkan
EDM harus memenuhi ketelitian : < 1 cm (0,010 m), bila tidak memenuhi
batas toleransi ini, maka pembacaan jarak harus diulangi. Masing-
masing rekaman di rata-rata dan diperhitungkan terhadap sudut vertikal
untuk mendapatkan jarak datar antar titik pengamatan yang digunakan
untuk perhitungan koordinat.
 Kesalahan penutup sudut dalam satu jaringan pengukuran harus
memenuhi ketelitian : 10“ n atau lebih baik, dimana n adalah jumlah
titik pengamatan dan kesalahan memanjang atau Linear Error harus
memenuhi ketelitian : 1 / 10,000 atau lebih baik.

Pengukuran poligon terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :


 Pengukuran Poligon Utama
 Jalur pengukuran poligon merupakan jaringan tertutup dan apabila
areal nettonya lebih dari 500 ha maka pengukuran poligon harus
dibagi menjadi beberapa kring tertutup.
 Pengukuran poligon tidak dibenarkan menggunakan cara spring
station.
 Sudut horizontal dibaca satu seri lengkap (B-B-LB-LB), jika selisih
hasil sudut pembacaan B dan LB lebih dari 10 detik maka
pengamatan harus diulang.
 Semua benchmark yang ada harus dilalui poligon.
 Pengukuran jaraknya dilakukan pulang pergi dengan menggunakan
pita ukur baja dan dikontrol dengan pengukuran jarak optis.
 Pengukuran jarak pada sisi-sisi poligon dilakukan pulang pergi
dengan menggunakan pita ukur baja dan dikontrol dengan
pengukuran jarak optis.
 Pengamatan matahari dilakukan setiap titik (maksimal) sepanjang
jalur poligon utama, cabang dan titik simpul. Pengamatan dilakukan
pagi, sore masing-masing 2 (dua) seri untuk pagi dan sore dan
diusahakan pengamatan pada tinggi matahari yang sama untuk pagi

17
LAPORAN PENDAHULUAN
dan sore. Ketelitian azimut 15”. Alat yang digunakan untuk
pengamatan harus Prisma Reolof.

 Patok polygon dibuat dari kayu dolken dengan diameter > 5 cm


dengan panjang 50 cm ditanam kedalam tanah dengan bagian yang
muncul  10 cm dan kepalanya dipasang paku payung / paku seng.

 Polygon Cabang
 Jalur pengukuran polygon cabang merupakan jaringan terbuka terikat
sempurna (sisi awal dan sisi akhir pada titik-titik polygon utama).
 Pengukuran polygon cabang tidak dibenarkan menggunakan cara
spring station.

 Diusahakan sisi poligon sama panjangnya.

 Semua benchmark yang ada harus dilalui poligon.

 Panjang sisi-sisi polygon tidak lebih dari 100 meter dan pengukuran
jarak optis.

Pengukuran Sipat Datar / Water Pass

Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat ukur sipat datar


Automatic Level Ni2, Nak1, Nak2 atau sejenis.

Pada pengukuran sipat datar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:

 Sebelum dan sesudah pengukuran dilaksanakan setiap hari, harus


dilaksanakan pengamatan garis bidik pada alat ukur tersebut.

 Dalam setiap pengukuran agar diusahakan  DB =  DM.

 Pengukuran waterpass untuk setiap slag, harus dilakukan dengan cara


double stang dan pembacaan benang diafragma lengkap (benah atas,
tengah dan bawah) baik untuk stand I maupun stand II. Selisih beda
tinggi stand I dan stand II tidak boleh > 3 mm, bila batas toleransi ini
tidak dipenuhi, maka pembacaan stan berikutnya harus dilakukan.

18
LAPORAN PENDAHULUAN
 Pengukuran waterpass untuk setiap seksi harus dilakukan pergi pulang,
dan harus diselesaikan dalam waktu 1 hari, hal ini untuk menghindari
kemungkinan berubahnya patok ketinggian.

 Pada saat rembu dibidik rambu harus memakai kaki tiga supaya rambu
tersebut tidak goyang.

 Jarak dari bidikan ke rambu maksimum 50 m.

 Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 S mm,


dimana S = jumlah jarak pengukuran dalam satuan km.

Ra m b u

LWS = 0 .0 0

P1 P2 P3

Ga m b a r 5 .1 Pe ng ukura n Wa te rp a ss

Gambar 3- 1 Bentuk dan Ukuran Bench Mark dan Patok

Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi detail pada pekerjaan survey topografi ini dilakukan untuk
mendapatkan data situasi detail lokasi pekerjaan secara terrestris di

19
LAPORAN PENDAHULUAN
lapangan untuk menghasilkan peta topografi terbaru dengan skala 1 : 25.000,
skala 1 : 1.000 dan skala 1 : 2000.

Pengukuran dan Pemetaan

Pengukuran Long dimaksudkan untuk mendapatkan potongan memanjang


dan melintang, adapun teknis pekerjaannya adalah sebagai berikut:

Pengukuran trase dilakukan pada rencana jalur pipa yang direncanakan


sesuai dengan layout yang definitive

Penampang memanjang

 Dalam melaksanakan pengukuran ini dilakukan pengukuran beda tinggi


dengan jarak maksimum tiap 100 m, kecuali pada daerah-daerah
khusus yang kemiringannya cukup besar dan kondisi medan yang
spesifik, maka pengukuran harus dilaksanakan secara lebih teliti
(dirapatkan)

 Hasil review tersebut di atas, sudah harus dapat memberikan sistem


dan jalur pipa yang akan direncanakan

 Sudut jalan atau belokan jalan (untuk menentukan bend yang harus
digunakan sepanjang jalur pipa) harus dilaksanakan dengan cermat,
baik untuk menentukan bend horisontal maupun bend vertikal pada
tanjakan yang pada tanjakan yang memang diperlukan

 Pada titik-titik pengukuran rencana jalur pipa, harus diberi tanda dengan
menggunakan cat atau patok sehingga secara jelas dapat dibuat
pedoman didalam pelaksanaan fisik pekerjaan

Penampang melintang

 Lebar potongan melintang diukur 50 m ke kiri dan ke kanan dari tepi

 Alat ukur yang digunakan adalah theodolit T.O

 Jarak pengamatan disesuaikan dengan sifat kemiringan tanah dengan


kerapatan titik maksimum 2 m

20
LAPORAN PENDAHULUAN
 Interval penampang 100 m pada tempat yang lurus dan pada tikungan
dirapatkan sesuai kondisi tikungan

 Pengukuran posisi titik penampang akan menggunakan cara


pengukuran poligon sedang ketinggian dengan cara tachymetri

Ga m b a r 5 .2 Pe ng ukura n C ro ss Se c tio n

Gambar 3- 2 Pengukuran Melintang

SURVEY HIDROLOGI

Survey hidrologi dilaksanakan untuk melengkapi catatan data dan lebih


memperdalam pengetahuan mengenai gejala-gejala hidrologi. Penyelidikan
lapangan dipusatkan pada keadaan sumber air dan curah hujan daerah studi.
Data-data yang dikumpulkan berkenaan dengan tinggi curah hujan maksimum,
besarnya debit sumber air, dan besarnya kebutuhan air bersih maksimum.

Wawancara mengenai keadaan setempat dapat mengorek informasi yang


sangat berharga tentang hidrologi historis.

SURVEY GEOLOGI TEKNIK

Dilakukan investigasi geologi teknik pada lokasi bangunan pengambilan, trase


saluran/pipa dan bangunan pelengkap. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran struktur geologi dan keadaan struktur tanah, terutama pada daerah-
daerah yang akan ditempati struktur jaringan air baku.

21
LAPORAN PENDAHULUAN
Investigasi Geologi Teknik pada site intake, trase saluran/pipa transmisi dan
bangunan pelengkap, meliputi:

a. Penyelidikan Lapangan antara lain :


 Pengeboran Inti sebanyak 3 (tiga) titik bor pada setiap lokasi rencana
bangunan utama dengan total kedalaman 20 m atau sampai dengan tanah
keras

 Pengeboran tangan untuk lokasi bangunan silang sepanjang Alignment


jaringan air baku sesuai kebutuhan.
 Pengambilan sample tanah (undisturbed)/ UDS minimal 1 sampel setiap
jenis tanah/lapis tanah,untuk setiap lubang bor.
 Standard Penetration test (SPT) setiap jenis tanah/lapis tanah, untuk setiap
lubang bor dengan minimal selang 3 meter.
 Permeability test setiap jenis tanah/lapis tanah,untuk setiap lubang bor
b. Penelitian Laboratorium terdiri dari :

 Natural moisture content


 Spesific gravity
 Atterberg limit
 Grain sizes analisis
 Direct shear test.

3.2.4. Pekerjaan Analisis Perhitungan

A. ANALISA TOPOGRAFI
Tujuan :
Pengolahan dan perhitungan terhadap data lapangan hasil pengukuran
topografi akan menghasilkan peta lengkap yang dapat memberikan gambaran
mengenai bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut.

Ruang Lingkup :
Hitungan kerangka horizontal.
Hitungan kerangka vertikal.
Hitungan situasi detail.
Penggambaran topografi

22
LAPORAN PENDAHULUAN
Metodologi Analisis
Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini
Kerangka Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon.
Dalam

perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu
jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:

Perhitungan Koordinat Titik Poligon


Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik
poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:

XP  X A  dAP SinAP

YP  YA  dAP CosAP

Dalam hal ini:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan

dAP SinAP = selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP CosAP = selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP = jarak datar AP definitif

AP = azimuth AP definitif

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan


rumus sebagai berikut:

23
LAPORAN PENDAHULUAN
12  1A  1

  AP   A  1  1 180  
 23   21  1  12   2  180 

  AP   A  1   2  2 180  
 34   32   3   23   3  180 

  AP   A  1   2   3  3 180  

 4B   43   4   34   4  180  
  43   A  1   2   3   4  4 180   

Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:
Syarat geometriks sudut
Akhir - Awal - Σβ+ n.1800 = fβ
di mana:
 = sudut jurusan
 = sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
fβ = salah penutup sudut

Syarat geometriks absis


m
X Akhir  X Awal    X i 0
 i 1

di mana:
Δi = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
Σdi = jumlah jarak
X = absis
ΔX = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur

24
LAPORAN PENDAHULUAN

Koreksi ordinat
di
KY   fY
 di
di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
Σdi = jumlah jarak
Y = ordinat
ΔY = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan


besarnya kesalahan linier jarak (KL)

SL   fX 2
 fY 2 
KL 
 f X 2
 f Y 2   1 : 5.000
D

Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai
berikut:
Sin  Sin.Sinm
Cos M 
Cos.Cos.m
di mana :
M = azimuth matahari
δ = deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
θ = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:

25
LAPORAN PENDAHULUAN
Z d  Z u  r  1 d  p  i atau
2

md  mu  r  1 d  p  i
2
di mana :
zd = sudut zenith definitif
md = sudut miring definitif
zu = sudut zenith hasil ukuran
mu = sudut zenith hasil ukuran
r = koreksi refraksi
1/2d = koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
i = salah indeks alat ukur

Hitungan Kerangka Vertikal


Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
(BM).
Syarat geometris
H Akhir  H Awal   H  FH


T  8 D mm 

Hitungan beda tinggi


H 12  Btb  Btm
Hitungan tinggi titik
H 2  H 1  H 12  KH
di mana:
H = tinggi titik
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka

26
LAPORAN PENDAHULUAN

FH = salah penutup beda tinggi


KH = koreksi beda tinggi
d
 FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

Perhitungan Situasi Detail


Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat
(X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB  T A  H

1 
H   100Ba  Bb Sin 2m   TA  Bt
2 
Dd = DOCos2m
Dd = 100 . (Ba - Bb)Cos2m
di mana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100 . (Ba-Bb))
m = sudut miring

27
LAPORAN PENDAHULUAN

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya


kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat
sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi
perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta
sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi
Boussole supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:
C = g-m
di mana :
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis

B. ANALISA HIDROLOGI
Analisa hidrologi merupakan analisis untuk menetapkan besaran-besaran
rancangan yang dipergunakan sebagai data pada analisis-analisis selanjutnya
dalam perencanaan dan perancangan bangunan air. Oleh karena itu dalam
praktek perancangan, analisis ini dilakukan paling awal yaitu sebelum analisis
lainnya dilakukan.
Menganalisis data hidrologi yang diperlukan untuk penentuan curah hujan rencana
dan debit banjir rencana untuk berbagai periode kala ulang (return period) (Q2, Q5,
Q10, Q15, Q25, Q50 dan Q100) yang merupakan data pokok untuk digunakan
dalam merencanakan bangunan pengendalian banjir dan genangan. Untuk
menganalisis data tersebut dilakukan beberapa metode pengujian data untuk
memilih kecocokan tipe sebaran dengan memperhatikan kecocokan ciri-ciri
parameter statistik dan rangkaian data curah hujan tersebut. Dari hasil analisis
hidrologi selanjutnya dibuat peta banjir (luas, tinggi, lama dan dampak genangan)
untuk berbagai debit periode ulang. Peta banjir tersebut dibuat sekalian dengan
peta ikhtisar dengan skala 1 : 10.000, 1 : 15.000, 1 : 20.000 atau disesuaikan
dengan kondisi lapangan.

28
LAPORAN PENDAHULUAN

Curah Hujan Rancangan


Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit
banjir rancangan. Untuk itu perlu dilakukan analisis curah hujan rancangan.
Metode yang digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan
dengan periode kala ulang tertentu adalah sebagai berikut :
Distribusi Gumbel Tipe I
Distribusi Log Normal 2 Dua Parameter
Distribusi Log - Pearson Tipe III
Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)

Distribusi Gumbel Tipe I


Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :

X = X + ( S×K )
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
Y T −Y n
= Sn

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data
(n).
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu

=
{ [
−Ln −Ln
T r ( x )−1
Tr (x) ]}
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data
(n).
S = Simpangan baku

29
LAPORAN PENDAHULUAN


n
∑ ( X i −X ) 2
i=1

= n−1
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002

Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan diatas diperoleh :

X = X + ( S×K )

( )
Y T −Y n
X + S×
Sn
=
Jika :

dan
Persamaan diatas menjadi :

Koefisien Skewness :

Dimana :
Cs = koefisien skewness
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
Koefisien Kurtosis :

30
LAPORAN PENDAHULUAN

Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
N = jumlah data

Distribusi Log–Normal Dua Parameter


Distribusi Log–normal dua parameter mempunyai persamaan transformasi
sebagai berikut:

Log Xt = Log X + ( k⋅S Log X )


Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)

Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)


S Log X = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan


n
∑ ( Log X t − Log X )
2

t =1

= n−1
k = faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien variasi (cv) dengan
periode ulang t. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan
fungsi peluang kumulatif dan periode ulang, lihat Tabel.
CS = koefisien kepencengan
CK = koefisien kurtosis
CV = koefisien variasi
σ
= μ
σ = deviasi standar populasi ln X atau log X
μ = rata-rata hitung populasi ln X atau lo

31
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 3- 1 Tabel Nilai Faktor Frekuensi (k) Sebagai Fungsi Dari Nilai CV

Koefisie Peluang Kumulatif P(%) : P(X<=X)


n 50 80 90 95 98 99
Variasi Periode Ulang (Tahun)
(CV) 2 5 10 20 50 100
0.05 -0.0250 0.8334 1.2965 1.6863 2.1341 2.4570
0.10 -0.0496 0.8222 1.3078 1.7247 2.2130 2.5489
0.15 -0.0738 0.8085 1.3156 1.7598 2.2899 2.2607
0.20 -0.0971 0.7926 1.3200 1.7911 2.3640 2.7716
0.25 -0.1194 0.7746 1.3209 1.8183 2.4318 2.8805
0.30 -0.1406 0.7647 1.3183 1.8414 2.5015 2.9866
0.35 -0.1604 0.7333 1.3126 1.8602 2.5638 3.0890
0.40 -0.1788 0.7100 1.3037 1.8746 2.6212 3.1870
0.45 -0.1957 0.6870 1.2920 1.8848 2.6731 3.2799
0.50 -0.2111 0.6626 1.2778 1.8909 2.7202 3.3673
0.55 -0.2251 0.6379 1.2613 1.8931 2.7613 3.4488
0.60 -0.2375 0.6129 1.2428 1.8915 2.7971 3.5211
0.65 -0.2185 0.5879 1.2226 1.8866 2.8279 3.3930
0.70 -0.2582 0.5631 1.2011 1.8786 2.8532 3.3663
0.75 -0.2667 0.5387 1.1784 1.8677 2.8735 3.7118
0.80 -0.2739 0.5118 1.1548 1.8543 2.8891 3.7617
0.85 -0.2801 0.4914 1.1306 1.8388 2.9002 3.8056
0.90 -0.2852 0.4686 1.1060 1.8212 2.9071 3.8137
0.95 -0.2895 0.4466 1.0810 1.8021 2.9103 3.8762
1.00 -0.2929 0.4254 1.0560 1.7815 2.9098 3.9035

Sumber : Soewarno, 1995

32
LAPORAN PENDAHULUAN
Distribusi Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi
Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik.
Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :

Log Xt = Log X + ( G×S )


Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)

Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)


S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan


n
∑ ( Log X t − Log X ) 2
t =1

= n−1
CS = koefisien kepencengan

n. ∑ ( logX−logX ) 3
3
= ( n−1 ) . ( n−2 ) . ( SlogX )
CK = koefisien kurtosis

n 2 ∑ ( logX−logX ) 4
4
= ( n−1 )×( n−2 ) ×( n−3 )×( S log X )

Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)


Distribusi Frechet disebut juga distribusi ekstrem tipe II atau Gumbel tipe II,
dapat digunakan untuk analisis distribusi dari data hidrologi dengan nilai
ekstrem, peluang kumulatif distribusi Frechet dapat ditulis sebagai
persamaan berikut:
Y = a (log X – X0)
Parameter a dan X0 dihitung dengan persamaan berikut:

a=
( 1,282 ) × ( 1
S log X )
X0 = logX−0,445 ( S log X )

33
LAPORAN PENDAHULUAN

Keterangan,

Log X = rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan

S log X = deviasi standar logaritma nilai X hasil pengamatan


Y = nilai variabel reduksi Gumbel (lihat Tabel)

Tabel 3- 2 Nilai Variabel Reduksi Gumbel

T (tahun) Peluang Y

1,001 0,001 -1,930


1,005 0,005 -1,670
1,010 0,010 -1,530
1,050 0,050 -1,097
1,110 0,100 -0,834
1,250 0,200 -0,476
1,330 0,250 -0,326
1,430 0,300 -0,185
1,670 0,400 0,087
2,000 0,500 0,366
2,500 0,600 0,671
3,330 0,700 1,030
4,000 0,750 1,240
5,000 0,800 1,510
10,000 0,900 2,250
20,000 0,950 2,970
50,000 0,980 3,900
100,000 0,990 4,600
200,000 0,995 5,290
500,000 0,998 6,210
1000,000 0,999 6,900
Sumber: Bonnier,1980

34
LAPORAN PENDAHULUAN

Debit Banjir Rancangan


Pada umumnya banjir rencana (design flood) di Indonesia di tentukan
berdasarkan analisa curah hujan harian maksimum yang tercatat. Frekuensi
debit maksimum jarang di terapkan karena keterbatasan masa pengamatan.
Maka analisisnya di lakukan dengan menggunakan persamaan–persamaan
empiris dengan memperhitungkan parameter–parameter alam yang terkait.
Untuk menentukan debit banjir rencana dilakukan analisa debit puncak banjir
dengan beberapa metoda yang berbeda yaitu :
Metode Haspers
Metode Melchior
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Metode Haspers dan metode Rational dapat di gunakan untuk luasan DPS lebih
dari 100 Km2.

Metode Haspers
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood) metode
Haspers adalah sebagai berikut :
1+0 .012⋅A 0 .7
0 .7
α = 1+0 .075⋅A

1 t⋅( 3. 7×10−0 . 4 .t ) A 0 .75


¿
β = 1+ ( t 2+15 ) 12
0.8 −0. 3
t = 0.1 ¿ L ¿ I

RT = R + ( s×u )
( t×R )
r = ( t + 1 ) ⇒ untuk t = 2 s/d 19 jam
r
q = 3. 6×t ⇒ t dalam jam

Q = α×β×q× A

35
LAPORAN PENDAHULUAN

Dimana :
α = koefisien limpasan
β = koefisien reduksi
q = hujan maksimum (m3/km2/det)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Q = debit maksimum (m3/det)
L = panjang sungai (km)
I = gradien sungai
t = durasi (jam)
T = periode ulang
R = rerata hujan maksimum (mm)
RT = hujan maksimum (mm)
s = standar deviasi
u = standar variable u/return periode (T)
r = hujan selamat (mm)
n = periode pengamatan

Metode Melchior
Dasar Metode Melchior dari ini adalah Metode Rasional dan digunakan untuk
memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Pengaliran Sungai
(DPS) yang luasnya lebih dari 100 km2. Berdasarkan pengamatan hujan
yang dilakukan oleh Ir. S.J.G Van Overveldet dan ir. H.P Mensinga dalam
tahun 1889. Maka Melchior menentukan hubungan antara hujan rata-rata
sehari (24 jam) dan hujan maksimum setempat sehari dan mendapatkan
angka reduksi :
1970
−3960+ ( 1720×β1 )
F = β 1 −0 . 12

Dimana :

36
LAPORAN PENDAHULUAN
F = luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu
panjang tidak lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (km 2). Kemudian hitung
luasnya

dimana a dan b adalah sumbu – sumbu ellips. Dengan diketahuinya F maka


dapat kita hitung nilai 2.
π
×L1 ×L2
= 4
L1 = panjang sumbu besar (km)
L2 = panjang sumbu pendek (km)

Untuk hujan selama kurang dari 24 jam, persentasi besarnya hujan ini
terhadap hujan maksimum sehari (2) dinyatakan hubungannya dengan F
oleh Melchior .Maka besarnya angka reduksi () adalah :
 = 1 x 2
Besarnya curah hujan maksimum setempat (point rainfall) dalam 24 jam,
yaitu R (m3/dt/km2) tergantung pada lama waktu konsentrasi t. Lama waktu
konsentrasi t tergantung antara lain pada luas daerah aliran, besarnya aliran
langsung (direct runoff), panjang sungai dan kemiringan dasar sungai.
0 .2
V = 1.31×( Q×S2 )
10 L
T = 36 V

dimana:
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan rata – rata arus air (m/dt)
S = kemiringan rata – rata dasar sungai

37
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk menghitung besarnya aliran maksimum Qmax dengan metode Melchior
harus diketahui V. Untuk menghitung V kita harus ketahui besarnya hujan
harian R dalam (m3/dt/km2) yang justru harus kita cari. Karena itu, lebih dulu
kita perkirakan suatu harga tertentu untuk R (m3/dt/km2).
Prosedur analisis dilakukan dengan cara coba-coba (trial and eror) sampai
didapatkan harga R yang sama atau hampir sama. Untuk memperkirakan

besarnya R ini dapat digunakan sebagai acuan berikut. Didalam tabel ini,
luas ellips dinyatakan dalam km2 dan R dalam m3/dt/km2.

Dengan diketahuinya nilai t, F dan , maka dapat kita hitung nilai R.

10×β×R 24 max
R=
36×t m3/dt/km2

Disini R24-max adalah besarnya curah hujan maksimum setempat sehari yang
didapat dari data-data hujan. Harga R ini harus sama dengan R 1 yang
ditaksir.
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood) metode
Melchior adalah sebagai berikut :
Qn = C×R×A
Dimana :
Qn = debit banjir rancangan (m3/detik)
C = koefisien limpasan air hujan
R = curah hujan (m3/dt.km2) dengan kemungkinan tak terpenuhi n %
A = luas daerah tangkapan (km2)

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Nakayasu dari Jepang, telah membuat rumus hidrograf satuan sintetik dari
hasil penyelidikannya. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

38
LAPORAN PENDAHULUAN
C×A×R 0
3,6×( 0,3Tp+T 0,3 )
Qp =
Keterangan :
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam) = tg + 0,8 tr

Tg = waktu konsentrasi (jam), tenggang waktu dari titik berat hujan sampai
titik berat hidrograf (time lag)
dalam hal ini, jika:
L < 15 km tg = 0,21 . L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 . L
tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf) = 0,5 sampai 1
tg
T0,3 = .tg

0,47×( A⋅L )0,25


 = tg
untuk :
1. Daerah pengaliran biasa  = 2
2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat  =1,5
3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat  = 3

Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan memiliki rumus :

( )
2 .4
t
Q p×
Tp
Qa =
Keterangan,
Qa = llimpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)
t = waktu (jam)

39
LAPORAN PENDAHULUAN

Bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan


t−Tp
T
Qd1 = Qp×0,3
0,3

t−Tp+0,5T
0,3
1,5T0,3
Qd2 = Qp×0,3
t−Tp+1,5T
0,3
2T0,3
Qd3 = Qp×0,3

i
tr

0,8 tr tg

Q
lengkung naik lengkung turun

Qp

0,3 Qp
0,32 Qp

Tp T0,3 1,5 T0,3

Gambar 3- 3 Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Data-data yang digunakan dalam analisa debit puncak banjir tersebut


disamping data hujan atau debit juga menggunakan data lainnya seperti data
kondisi fisik sungai, kondisi lahan DAS serta jenis tanah dominan.

Hidrograf Banjir Rancangan


Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk
berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... + UnRi-n+1 + Bf
Dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke-i

40
LAPORAN PENDAHULUAN
Bf = Aliran dasar (Base flow)

Tabel 3- 3 Rumus hidrograf banjir dalam bentuk table

Hidrograf Aliran
Ri Ri-1 Ri-n Ri-n+1 Debit
Satuan Dasar
(mm3/
(mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
dt/mm)
U1.Ri Bf Q1
U1
U2 U2.Ri U1.Ri-1 Bf Q2
U3 U3.Ri U2.R i-1 .... Bf Q3
U4 U4.Ri U3.R i-1 .... U1.Ri-n+1 Bf Q4
U5 U5.Ri U4.R i-1 ..... U2.R i-n+1 Bf Q5
.... .... .... .... .... Bf ....
.... .... .... .... .... Bf ....
Un-2 Un-2.Ri .... .... .... Bf Qk-2
Un-1 Un-1.Ri Un-2.R i-1 .... .... Bf Qk-1
Un Un.Ri Un-1.R i-1 ..... .... Bf Qk
Un+1 Un+1.Ri Un.R i-1 ..... Un-2.R i-n+1 Bf Qk+1

Perhitungan Debit Sumber


Untuk mengetahui debit aliran pada suatu tampang saluran/sungai dapat
digunakan persamaan:
Q=vxA
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt)
v = Kecepatan aliran (m/dt)

41
LAPORAN PENDAHULUAN
A = Luas Penampang (m2)

Apabila aliran yang diukur merupakan luapan atau pancuran yang relatif kecil
maka untuk memperoleh debit air dapat dilakukan dengan menampung
limpahan air tersebut dalam interval waktu tertentu (t) kemudian mengukur
volume air (V) dengan menggunakan gelas ukur, sehingga debit aliran
dirumuskan sebagai berikut :
V
Q=
t
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt)
V = Volume air (m3)
t = Waktu (detik)

Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran debit ini


adalah :
Current Meter dan assesorisnya (dapat dilihat pada lampiran)
Gelas Ukur
Stopwatch
Penggaris Besi
Roll Meter

3.2.5. Pekerjaan Pra Perencanaan Teknis

A. PENYUSUNAN PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN DAN DETAIL DESAIN


Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air
 Pipa Dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan pada
suatu titik agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas. Jika pompa
digunakan ntuk menaikkan air dari suatu tandon A ke tandon B, maka
akan dibutuhkan suatu daya pompa untuk mengalirkannya seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut :

42
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 3- 4 Skema Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Bantuan Pompa

Dengan melihat gambar di atas, maka tinggi garis gradien hidraulik di titik
B (tekanan di B) adalah :

HB = ZA + HP – ZB + HL

dengan :

HB = tekanan di titik B

ZA = tinggi elevasi titik A garis yang ditinjau (m)

ZB = tinggi elevasi titik B garis yang ditinjau (m)

HP = tinggi tekan pompa (m)

HL = kehilangan tinggi tekan (m)

 Sistem Perpipaan
Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi menjadi
dua yaitu hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan dua sistem
pemipaan ini bergantung pada kondisi lapangan dan melihat tingkat
kebutuhan airnya.

 Pipa Hubungan Seri


Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa berdiameter sama
atau berbeda dalam kondisi tersambung, maka pipa-pipa tersebut

43
LAPORAN PENDAHULUAN
terpasang dalam hubungan seri. Pada pipa hubungan seri, debit aliran di
semua titik adalah sama sedangkan kehilangan tekanan di semua titik
berbeda. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Datum

Gambar 3- 5 Pipa Dalam Hubungan Seri

dengan :

Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)

Sedangkan,

hf tot =hf 1 + hf 2 + hf 3
n
=∑i=1 hf
dengan :

hftot = total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)

hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)

Sehingga persamaan Bernoulli menjadi :

44
LAPORAN PENDAHULUAN
v p1 v2 p
12 2 2
Z1 + + =Z 2 + + + hf tot
2g γ 2g γ

 Pipa Hubungan Pararel


Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-
ujungnya dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa
tersebut terpasang dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan paralel,
debit total merupakan penjumlahan debit aliran di tiap pipa, sedangkan
kehilangan

tekanan pada tiap pipa sama. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar di
bawah ini :

Gambar 3- 6 Pipa Dalam Hubungan Paralel

hf 1=hf 2 =hf 3
dengan :

hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m3/det)

Sedangkan,

Q tot =Q 1 +Q 2 +Q 3
n
=∑i=1 Q

dengan :

45
LAPORAN PENDAHULUAN
Qtot = total debit pada pipa terpasang paralel (m3/det)

Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)

Metode Perhitungan Aliran Dalam Pipa


Pada jaringan pipa, ada dua persamaan yang harus dipenuhi yaitu
persamaan kontinuitas massa dan persamaan energi. Kedua persamaan
tersebut berlaku untuk setiap pipa dalam suatu sistem jaringan yang harus
diselesaikan secara bersama-sama. Untuk menyelesaikan perhitungan
analisis sistem jaringan pipa, didasarkan pada dua kondisi dasar yang harus
dipenuhi seperti dijelaskan berikut ini (Webber, 1971) :

1. Hukum kontinuitas, yaitu dalam tiap-tiap titik simpul aliran yang masuk
harus sama dengan aliran yang keluar (Triatmojo, 1996 : 92)

∑ Qi=0
Dengan :
Qi = debit yang masuk atau keluar dari titik simpul

2. Untuk kontinuitas tekanan, jumlah kehilangan tekanan di dalam sistem


jaringan tertutup harus sama dengan nol

∑ hf=0
Untuk menggunakan kedua persamaan di atas, Hardy Cross (1936)
menawarkan dua metode yaitu metode jaringan tertutup (loop method)
dan metode titik simpul (junction method)

 Metode Jaringan Tertutup (Loop Method)


Dalam metode jaringan tertutup ini digunakan prinsip keseimbangan tinggi
tekan (head balance) dengan menganggap bahwa aliran masuk dan keluar
dari jaringan harus diketahui menentukan aliran dalam setiap komponen
pipa. Jika tekanan pada sistem juga diperlukan, maka tinggi tekan pada
satu titik dalam jaringan harus diketahui awalnya. Gambar di bawah

46
LAPORAN PENDAHULUAN
menunjukkan suatu sistem jaringan kecil dimana bila semua persyaratan
standar telah terpenuhi, maka kehilangan tinggi tekan di pipa 1 dan 2
sama dengan kehilangan tinggi tekan di pipa 3 dan 4 sehingga dikatakan
jaringan tersebut telah seimbang (hf = 0). Dengan perumpamaan arah
jarum jam, kehilangan tinggi tekan dikatakan positif bila searah jarum jam
dan sebaliknya.

50 lt/det
J-1 J-2 J-5
P-1 P-5 20 lt/det

P-4 P-2 P-6

P-3 P-7
J-4 J-3 J-6 30 lt/det

Gambar 3- 7 Skema Jaringan Menggunakan Metode Jaringan Tertutup

Konsep yang dikemukakan oleh Hardy Cross adalah menggunakan prinsip


kontinuitas, bahwa debit masuk sama dengan debit keluar dalam suatu
sistem jaringan yang kemudian akan digunakan dalam menentukan aliran
dalam setiap komponen pipa.

50 lt/det 30 lt/det 25 lt/det

20 lt/det

20 lt/det 5 lt/det 5 lt/det

20 lt/det 25 lt/det 47
30 lt/det
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 3- 8 Ilustrasi Persamaan Kontinuitas Dengan Metode Jaringan Tertutup

 Metode Titik Simpul (Junction Method)


Dalam metode titik simpul digunakan prinsip keseimbangan debit (quantity
balance) yaitu dengan lebih mempertimbangkan besarnya debit aliran
pada suatu titik simpil sebagai variabel yang tidak diketahui daripada
mempertimbangkan besarnya debit aliran pada pipa yang dipakai dalam

metode jaringan tertutup. Langkah modifikasi dari R.J Cornish ini dapat
digunakan bila tinggi tekan pada tiap titik masuk (junction) diketahui dan
digunakan untuk menentukan tinggi tekan dan aliran di sepanjang jaringan.

aliran di sepanjang jaringan.


Qe

hf J Pipa i hf Pipa n

J KK
Pipa m
Qin – Qout = Qe

Gambar 6.1. Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul

Gambar 3- 9 Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul

Simulasi Aliran Pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih


Dalam pendistribusian air, terjadi aliran di dalam sistem jaringan distribusi air
bersih. Terdapat dua kondisi pada saat pengaliran, yakni kondisi permanen
dan kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisi aliran tersebut amat

48
LAPORAN PENDAHULUAN
bergantung pada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam
perharinya.

 Analisis Kondisi Permanen


Analisis kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan, dan
kapasitas dari komponen sistem jaringan tersebut pada corak permintaan
tunggal. Simulasi ini dilakukan pada saat kondisi kritis seperti pada
kebutuhan harian maksimum, kebutuhan puncak dan pengisisan
tampungan tandon. Dengan demikian dapat memberikan suatu informasi
dari kondisi jaringan pada suatu waktu yang diiinginkan.

 Analisis Kondisi Tidak Permanen


Analisis pada kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan dan
kapasitas dari komponen sistem jaringan tersebut sepanjang waktu pada
suatu corak permintaan yang berubah-ubah. Dalam simulasi kondisi tidak
permanen ini, beberapa parameter yang digunakan adalah karakteristik
tandon, kontrol operasi pompa, durasi dan nilai tahapan waktu, rasio waktu
serta faktor beban (loading factor).

Analisis Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Software


Komputer
Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan suatu perencanaan
yang rumit. Penyebab utama rumitnya analisis dikarenakan banyaknya
jumlah proses trial and error yang harus dilakukan pada seluruh komponen
yang ada pada sistem jaringan distribusi air bersih jaringan tersebut.

Pada saat ini program-program komputer sudah di bidang perencanaan


sistem jaringan distribusi air bersih sudah demikian berkembang dan maju
sehingga kerumitan dalam perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih
dapat diatasi dengan menggunakan program tersebut. Proses trial and error

49
LAPORAN PENDAHULUAN
dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan tingkat kesalahan yang relatif
kecil karena programlah yang akan menganalisisnya.

Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem


jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso,
Epanet 1.1, Epanet 2.0, WRMM dan WaterCAD.

B. PENGGAMBARAN PRADESAIN
 Membuat detail desain bangunan sarana dan prasarana penyediaan
air baku berdasarkan hasil studi identifikasi yang telah defenitif dan
sesuai dengan kondisi daerah dimana bangunan tersebut akan
dibangun mencakup analisa hidrolis dan struktur.
 Penggambaran desain bangunan terdiri dari:

- Gambar situasi.
- Gambar denah
- Gambar tampang melintang
- Gambar tampang memanjang
- Gambar pradesain
- Gambar gambar lain yang diperlukan.
 Gambar bangunan air baku mencantumkan data, dimensi rencana, lokasi
bangunan rencana, muka tanah asli, batas ROW, sesuai petunjuk direksi.
 Pemberian nama dan keterangan/penjelasan gambar harus diperiksa
dan disetujui direksi
 Skala gambar:
- Peta situasi skala 1 : 2000
- Gambar potongan bangunan memanjang 1 : 100 atau 1 : 200
- Gambar potongan bangunan melintang 1 : 100
- Bangunan lainnya 1 : 50 dan / atau 1 : 100
- Penggambaran trase jaringan distribusi, memanjang dengan skala H =
1 : 2.000 dan V = 1 : 100 serta melintang 1 : 100

50
LAPORAN PENDAHULUAN
 Pembuatan Peta Informasi Jaringan Air Baku dengan skala 1 : 25.000.

BAB IV RENCANA KERJA

4.1. Tahap Persiapan

Pekerjaan pendahuluan meliputi kegiatan penyiapan beberapa bagian


untuk memulai proyek dan persiapan ke lapangan. Beberapa langkah awal dalam
rangka penyusunan laporan pendahuluan akan segera dilaksanakan oleh
konsultan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari pemberi tugas
dikeluarkan, meliputi kegiatan berikut ini :

4.1.1 PERSIAPAN DAN KOORDINASI

Pada tahap ini konsultan akan mempersiapkan diri dan melakukan koordinasi
pekerjaan dengan personil tenaga ahli yang telah ditunjuk agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik. Kerangka kerja dan urutan pekerjaan dibahas bersama,
sehingga diharapkan semua tenaga ahli dapat mengerti dan memahami tugasnya
masing-masing. Koordinasi ini juga akan dilakukan dengan pihak direksi pekerjaan
agar rencana dan pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai dengan jadwal waktu

51
LAPORAN PENDAHULUAN
yang disediakan. Konsultan menganggap perlu untuk melakukan koordinasi juga
dengan instansi dan pihak-pihak yang terkait agar hasil pelaksanaan pekerjaan
REVITALISASI DANAU OPI DI KOTA PALEMBANG ini dapat
dipertanggungjawabkan.

Pokok bahasan yang akan dikoordinasikan dengan pemberi tugas meliputi :

1. Jadwal pertemuan berkala untuk koordinasi pekerjaan


2. Rencana pelaksanaan pekerjaan
3. Target dan realisasi pekerjaan, antisipasi setiap permasalahan yang
timbul baik dari segi teknis ataupun administrasi teknis

4.1.2 PENGURUSAN ADMINISTRASI PROYEK

Pada tahap ini konsultan akan mengurus administrasi kontrak, surat-surat


perijinan, pemberitahuan yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan
survei di lapangan, dll.

4.2. Tahap Studi Pendahuluan dan Pengumpulan data sekunder

4.2.1 PENYUSUNAN RENCANA KERJA


Hasil dari pekerjaan persiapan dan penelaahan data akan dituangkan dalam
rencana kerja konsultan yang meliputi rencana kegiatan pengumpulan data
sekunder, survey di lapangan maupun kegiatan analisis dan evaluasi data.
Rencana kerja ini meliputi :
1. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan proyek
2. Rencana tatakala waktu penanganan proyek
3. Rencana penugasan personil yang terlibat dalam penanganan proyek
4. Metode dan pendekatan masalah dalam penanganan proyek
5. Rencana orientasi lapangan

52
LAPORAN PENDAHULUAN

4.2.2 PENGUMPULAN DATA AWAL


Tinjauan pustaka, review terhadap studi terdahulu dan laporan proyek yang
relevan merupakan suatu mata rantai kegiatan yang sangat penting dalam rangka
penyelesaian pekerjaan Revitaisasi Danau Opi di Kota Palembang ini. Telah banyak
teori maupun pengalaman praktek yang dilaporkan dalam studi terdahulu, masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sesuai dengan kondisi masing-
masing wilayah yang ditinjau, dengan demikian studi yang dilakukan saat ini
diharapkan tidak perlu mengulang kesulitan dan kesalahan yang sama dengan
pekerjaan yang lalu. Dengan mempelajari berbagai studi yang telah lalu, dapat
diperoleh gambaran perkembangan daerah studi akibat pembangunan sehingga
dapat dimonitor dampaknya lebih lanjut.

4.2.3 STUDI PUSTAKA


Kegiatan studi pustaka dilakukan berdasarkan inventarisasi data awal
(studi-studi) yang diperoleh terutama yang berkaitan langsung dengan identifikasi
kondisi dan permasalahan di wilayah studi.
Tinjauan ini dilakukan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
melakukan kajian selanjutnya yaitu evaluasi dan analisis yang lebih mendalam
serta lebih jauh pada konsep pemikiran dalam pengkajian.

4.2.4. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN


Laporan Pendahuluan secara detail akan membahas tentang kegiatan-
kegiatan antara lain, persiapan, prosedur pengumpulan data dan jenis data yang
dikumpulkan, rencana kerja konsultan dan out line dari laporan-laporan berikutnya.
Laporan Pendahuluan akan memberikan acuan pedoman awal tentang program
kerja konsultan dalam melaksanakan pekerjaan pekerjaan REVITALISASI
DANAU OPI DI KOTA PALEMBANG

53
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3. Tahap Survey Lapangan

Pekerjaan survey lapangan meliputi :


Survey dan Inventarisasi Sumber – sumber Air Baku
Pemilihan Sumber Air Baku
Survey Pengukuran Topografi
Survey Hidrologi
Survey Geologi Teknik

Persiapan Survey meliputi kegiatan sebagai berikut :


- Program kerja ( jadwal kerja dan personil )
- Pembuatan peta kerja untuk suvey lapangan
- Pemeriksaan alat – alat survey
- Menyiapkan perlengkapan survey, dll.

4.4. Tahap Evaluasi dan Analisis Data

Evaluasi dan analisis data dilakukan baik terhadap data hasil


identifikasi/inventarisasi di lapangan maupun data sekunder, evaluasi dan analisis
data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari hasil analisis dan evaluasi data,
beberapa hasil keluarannya akan menjadi masukan untuk proses evaluasi dan
pengkajian selanjutnya, yaitu untuk membuat Pra desain Penyediaan Pra sarana
air baku. Hal-hal yang diidentifikasi dan kegiatan lainnya adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan Sumber Air Baku.


2. Penggambaran peta situasi sumber air baku
3. Analisa Kelayakan
Sebagai salah satu hal yang penting dalam pekerjaan ini maka akan dijelaskan

ringkas proses analisis yang akan dilakukan yakni sebagai berikut ini.

4.4.1. ANALISIS TOPOGRAFI

Analisis topografi dimaksudkan untuk memperoleh kondisi topografi/situasi


rencana areal irigasi. Adapun analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap

54
LAPORAN PENDAHULUAN
hasil survey topografi yang berupa cross section dan long section, serta situasi
areal irigasi dan akan dituangkan pada gambar topografi.
4.4.2. ANALISIS GEOLOGI PERMUKAAN/MEKTAN

Dari data hasil survey kondisi tanah di lokasi rencana sumber air baku,
maka dilakukan analisis untuk keperluan pra desain struktur bangunan
utama/intake untuk bangunan suplai air baku.

4.4.3. ANALISIS HIDROLOGI


Dimaksudkan untuk memperkirakan ketersediaan air, kebutuhan air,
keseimbangan air (water balance), serta proyeksi kebutuhan air baku di lokasi
kawasan ekonomi khusus.

4.5. Penyusunan Pra Desain, Konsep Rencana dan Rekomedasi


Setelah melakukan tahapan kegiatan analisis, maka konsultan dapat
menyusun suatu pra desain yang tepat guna serta usulan-usulan tentang upaya
konservasi, pengelolaan, pendayagunaan, dan pengoperasian, sehingga
bangunan penyediaan prasarana yang dimaksud dapat memiliki fungsi dan hasil
guna yang optimal.

55
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB V SURVEI PENDAHULUAN

5.1. Inventaris dan identifikasi Data

Pengumpulan data yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah menghimpun


data sekunder yang berkaitan dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan,
meliputi data dan informasi sbb:

 Peta topografi dengan skala besar yang telah di publikasikan oleh


BAKOSURTANAL (skala 1:50.000), peta ini dapat dipergunakan dalam
identifikasi awal lokasi lokasi sumber air yang akan diidentifikasi dan sebagai
peta kerja dalam merencanakan kegiatan survey.

 Laporan hasil studi terdahulu atau data dan informasi lainnya yang ada di
lingkungan Dinas PU Pengairan dan Instansi terkait lainnya, antara lain berupa:

56
LAPORAN PENDAHULUAN
 Data Hidrologi (hidrometri, curah hujan dan klimatologi) yang akan
menjadi dasar analisis potensi dan neraca sumber daya air.
 Data rencana Masterplan Revitalisasi Danau Opi Di Kota Palembang
 Hasil survey identifikasi dan analisa awal.

 Data lahan yang berhubungan dengan DAS dan potensi sumber air

 Identifikasi tutupan lahan dan penggunaannya.

 Penentuan posisi, batas administrasi dan batas batas DAS, lokasi seluruh
stasiun Hidrometeorologi (hujan, klimatologi, sungai, danau, dan air tanah) dan
lain sebagainya

 Identifikasi bangunan bangunan air yang ada guna pemanfaatannya dalam


pengembangan potensi sumber sumber air.

 Identifikasi pembangunan dan pengembangan yang dapat menimbulkan


konflik serta issu tentang lingkungan yang menjadi potensi ancaman dan
tantangan.

 Inventarisasi kerusakan pada Sumber Daya Air yang ada di Daerah Aliran
Sungai yang menjadi masalah pokok dalam penyediaan air.
Kegiatan pengumpulan dan identifikasi data awal dilakukan oleh tenaga ahli dari
masing-masing jenis kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

57
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB VIII KESIMPULAN

1. Pada kondisi eksisting relative landai


2. Rencana penanganan memperhatikan kapasitas dansaluran inlet
3. Penataan revitalisasi danau akan dibuat sebaik mungkin agar menjadi
manfaat lingkungan sekitar

58

Anda mungkin juga menyukai