Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIK BIDAN DESA

DI PUSKESMAS PEMBANTU
PARIT 17

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Gina Irmayani 20.15.012
2. Hesty Afriana 20.15.015
3. Hesty Lestari 20.15.016
4. Riska 20.15.02
5. Wulan Oktama Zurifa 20.15.03

CI Akademik: Madinah, S.SiT., M.Kes


CI Lapangan: Madinah, S.SiT., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
GEMILANG TEMBILAHAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK BIDAN DESA


DI PUSKESMAS PEMBANTU
PARIT 17

Oleh:
Kelompok 4 :
1. Gina Irmayani 20.15.012
2. Hesty Afriana 20.15.015
3. Hesty Lestari 20.15.016
4. Riska 20.15.02
5. Wulan Oktama Zurifa 20.15.03

Mengetahui

Ci Akademik Ci Lapangan

Madinah, S.ST.,M.Kes Madinah, S.ST.,M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pembelajaran Bidan
Desa dari mata kuliah Asuhan kebidanan Komunitas II Di puskesmas pembantu
parit 17. Dalam mengerjakan tugas ini, kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari Dosen kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
Madinah, S.ST., M.Kes selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami dan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengerjaan laporan ini
hingga selesai.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kesalahan di dalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan laporan kami. Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya bagi
pembaca.

Tembilahan, Oktober 2022

Kelompok 4

3
BAB I
UPAYA KESEHATAN

A. PENDAHULUAN
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta
misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “Visi” merupakan sesuatu atau
apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk
penunjang program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami
bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-
Undang Kesehatan serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu
upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi
promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai
keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan
yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor
yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan
(partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya
dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh
sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari
pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan

4
pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,
maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu & seni mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik, mental & efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis & perawatan, untuk melakukan
diagnosa dini, pencegahan penyakit & pengembangan aspek sosial, yang akan
mendukung agar setiap warga masyarakat mempunyai standar kehidupan yang
kuat untuk menjaga kesehatannya. (Fitramaya Yuni, 2008. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau
tempat pelaksanaan promosi kesehatan. Jadi pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara
dan meningkatkan kesehatan), preventif ( pencegahan), kuratif (penyembuhan),
dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Preventif
3. Upaya Kesehatan Promotif
4. Upaya Kesehatan Kuratif
5. Upaya Kesehatan Rehabilitatif
6. Sasaran PROMKES
7. Contoh Program preventif dan promotif

5
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya-upaya kesehatan apa saja yang dilakukan di
Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian promosi kesehatan
b. Untuk mengetahui upaya kesehatan promotif
c. Untuk mengetahui upaya kesehatan preventif
d. Untuk mengetahui upaya kesehatan kuratif
e. Untuk mengetahui upaya kesehatan rehabilitatif
f. Untuk mengetahui sasaran promosi kesehatan
g. Untuk mengetahui program promotif dan preventif khususnya di
Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health
promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam
buku preventive medicine for the doctor in his community. Menurut leavell
dan clark, dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat
pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of healt 2.specifik
protection 3.early diagnosis and prompt treatment 4.limitation of disability
dan 5.rehablitation.
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of healt oleh para
ahli kesehatan masyarakat di Indonesia diterjemahkan menjadi peningkatan
kesehatan,bukan promosi kesehatan.mengapa demikian? Tidak lain karena
makna yang terkandung dalam istilah promotion of health disini adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang,o
lahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak
terserang penyakit.
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Promosi
Kesehatan (Health Promotion) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Agar promosi kesehatan dapat
berjalan secara sistematis, terarah dan terencana sesuai konsep promosi

7
kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/sasaran
yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka perlu pengelolaan
program promosi kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi kesehatan berjalan
secara efektif dan efesien maka pesan harus sesuai dengan karakteristik serta
kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah
masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber daya,
akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung
dialamatkan kepada masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pentahapan
sasaran promosi kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan menurut Prof.
DR. Soekidjo Notoadmojo adalah sub system pelayan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah preventif (prncegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat. Menurut Levey dan Loomba palayanan kesehatan
adalah uapaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyambuhakan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak
ada hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam
penjelasannya tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui
peningkatan gizi, peningkatan kesehatan juga dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu dan
masyarakat.
Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk
definisi mengenai promosi kesehatan: “Health promotion is the process of
enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a
state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or
group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment”.
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa Promosi Kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan

8
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion dimaknai sebagai
perluasan dari health education atau pendidikan kesehatan.

1. UPAYA PROMOTIF
a. Pengertian Upaya Promotif
Upaya Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada
masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak
untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan
untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat
mampu meningkatkan kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara
berkembang, dalam suatu populasi hanya terdapat antara 80%-85% orang
yang benar-benar sehat. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi
kesehatan bagaimana memelihara kesehatan,maka kelompok ini akan
menurun jumlahnya, dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.
b. Macam- macam Usaha Promotif
Beberapa usaha diantaranya :
1) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
2) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah
tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air
limbah dan sebagainya.
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.
4) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
5) Meningkatkan KIE tentang HIV AIDS.
6) Promosi Perilaku Seksual Aman (Promotùng Safer Sexual Behavior).

9
7) Promosi dan distribusi kondom (Promoting and Distributing Cïndom).
8) Norma Sehat di Tempat Kerja : tidak merokok, tidak mengkonsumsi
Napza.
9) Penggunaan alat suntik yang aman (Promoting and Safer Drug Injection
Behavior).

2. UPAYA PENCEGAHAN (UPAYA PREVENTIF)


Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3
golongan, yaitu :
a. Usaha pencegahan (usaha preventif)
b. Usaha pengobatan (usaha kuratif)
c. Usaha rehabilitasi
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat
tempat yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil
yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa
mencegah agar kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik
serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati
kaki yang sudah patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki
buatan.
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum
atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara
sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan
antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal. Sasaran promosi
kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang berisiko tinggi
(high risko), misalnya kelompok ibu hamil dan menyusui,BBL, para

10
perokok, obesitas (orang-orang kegemukan), para pekerja seks (wanita
atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada
kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit
(primary prevention).
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum
atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara
sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun,
2005 : 145 ). Contoh upaya preventif yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan:
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
a. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll)
melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
2) Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah
3) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
4) Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
5) Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
Contoh Pelayanan Preventif
b. Pelayanan Preventif dapat meliputi:
1) Peningkatan gaya hidup sehat (Reducing Vulnerability of Spesific Pop)
2) Memahami penyakit HIV AIDS, bahaya dan pencegahannya.
3) Memahami penyakit IMS, bahaya dan cara pencegahannya.
4) Diadakannya konseling tentang HIV AIDS pada pekerja secara
sukarela dan tidak dipaksa
5) Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

11
6) Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja,
Lansia,dll ) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
7) Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
8) Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah
9) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
10) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari
anemia
11) Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan
melancarkan sirkulasi ibu
12) Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan
13) Pencegahan komplikasi pada saat nifas
14) Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia
c. Tingkat-Tingkat Usaha Pencegahan
Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark (Maulana, 2019)
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan perlindungan
umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha
yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis), dan disebut dengan
pencegahan primer.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum
menderita sakit. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health
promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
a) Promosi Kesehatan
Health promotion bertujuan untuk meningkatkan, memajukan dan
membina koordinasi sehat yang sudah ada hingga dipertahankan dan
dijauhkan dari ancaman penyebab penyakit atau agent secara umum.
Pendidikan kesehatan yang diperlukan antara lain: Meningkatnya gizi,
Perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat keasaman), Pendidikan sifat
umum, Nasihat perkawinan, Penyuluhan kehidupan sex, Olahraga dan
kebugaran jasmani, Pemeriksaan secara berkala, Meningkatnya

12
standar hidup dan kesejahteraan keluarga, Nasihat tentang keturunan,
Penyuluhan tentang PMS, Penyuluhan AIDS. Meningkatkan dan
memperbaiki program kesehatan ibu :
1) Layanan dan terdesentralisasi
2) Menyusun standar pelayanan dan pastikan adanya supervise
3) Mengembangkan dan menggunakan panduan tetap untuk manajemen
komplikasi kebidanan
4) Memperbaiki sistem pelatihan dan memperbaharui keterampilan
penyediaan pelayanan
5) Memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui fasilitas
6) Menetapkan/memperkuat system rujukan
7) Menetapkaan/memperkuat mekanisme evaluasi kualitas pelayanan
8) Mengembangkan dan menggunakan instrumen untuk memperbaiki
kualitas pelayanan
9) Home base maternal records
10) Partograf
11) Melakukan audit dan meninjau kembali kasus-kasus kematian ibu
hamil.
Ruang lingkup promosi kesehatan :
1) Pendidikan Kesehatan (Health education)
2) Pemasaran sosial (sosial marketing)
3) Penyuluhan
4) Upaya peningkatan (Promotif)
5) Advokasi di bidang kesehatan
6) Pengorganisasian, pengembangan, pergerakan, pemberdayaan
masyarakat.
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan
:
1) Promosi kesehatan tatanan keluarga
2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah
3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja
4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum

13
5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
Tujuan promosi kesehatan meliputi :
1) Membangun kebijakan masyarakat sehat
2) Membangun keterampilan personal
3) Memperkuat partisipasi komunitas
4) Menciptakan lingkungan yang mendukung
5) Reorientasi pelayanan kesehatan
Tindakan pencegahan meliputi :
1) Perlindungan balita, ibu hamil
2) Pemberian makanan
3) Perlindungan terhadap ancaman akibat kerja
4) Perlindungan khusus yang bersifat karsinogenik
5) Menghindari terhadap zat-zat alergi
6) Menghindari minuman berakohol
7) Menghindari merokok
b) Spesific Protection
Spesific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu. Spesific protection terdiri dari
(Efendi, 1998 ; Maulana, 2019 ) :
1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis
diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang akan praktek di rumah
sakit.
2) Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi
terhadap pasien penyakit flu burung.
3) Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat
umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat umum, misalnya
adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan
menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas.
Sedangkan di tempat kerja : para pekerja yang memakai alat
perlindungan diri.

14
4) Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik. Contohnya : kursus-kursus peningkatan
keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.
5) Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang
sehat , dan seringnya melakukan relaksasi.
2. Pencegahan sekunder
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat,
disebut pencegahan sekunder (seconder preventive). Pencegahan sekunder
dilakukan pada masa individu mulai sakit. Pencegahan sekunder bentuknya
upaya diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and prompt
treatment ).
a. Early diagnosis
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini
atau tindakan pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki
resiko terkena penyakit.
b. Prompt treatment
Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan
dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi.
Prompt treatment merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis.
Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak
menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
3. Pencegahan tersier
Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut pencegahan
tersier (tertiary prevention). Pencegahan tersier bentuknya membatasi
ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitation). Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita
tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi
optimal secara fisik, mental dan sosial.
a. Pembatasan kecacatan
Pencegahan dilakukan dalam taraf penyakit sudah nyata bahkan sudah
lanjut sehingga penderita dalam keadaan disable (tidak sanggup

15
melakukan aktivitas yang biasa dikerjakan walau tidak sakit). Sehingga
penderita bisa sembuh.
b. Rehabilitasi (pemulihan)
1) Ruang dokter, yaitu pemulihan fungsi organ yang baru
sembuh/mengalami kelainan yang menetap/cacat.
2) Ruang biang diklat keterampilan, yaitu berupaya memulihkan kembali
kemampuan profesionalnya sehingga dapat bekerja kembali di
masyarakat.
3) Ruang sosial, yaitu memulihkan kembali kehidupan sosial masyarakat
sehingga masyarakat mau menerima kembali. Misalnya, sembuh dari
penyakit kusta.
4) Ruang kejiwaan (psikologi), yaitu upaya memulihkan kepercayaan dan
harga diri penderita setelah sembuh dari penyakit. Misalnya :
a) Tempat pendidikan untuk tuna netra dan rungu
b) Tempat pendidikan untuk anak cacat
c) Bedah rekonstruksi untuk mantan penderita kusta
d) Fisioterapi dan latihan untuk penderita polio
3. UPAYA KURATIF
a. Pengertian Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalah upaya promosi kesehatan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya
adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis sperti
asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan sebagainya. Tujuannya kelompok
ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary
prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali
saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Upaya kuratif
cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya
menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktek. Jika tidak ada pasien datang,

16
berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit.
Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau
pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat
secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan
sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Program
kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah “Health program for
survival”. Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif.
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan
kesehatan Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja. Terapi PAK dengan terapi
kasual/utama & terapi simtomatis.
b. Upaya Promosi Kesehatan Kuratif
1. Bayi
a) Mandiri
- Pemberian vitamin K
- Obat tetes mata.
b) Kolaborasi:
- Pengobatan pada kasus asfiksia berat
- Pengobatan mata pada kasus bayi dengan ibu yang menderita
gonore
- Pengobatan pada kasus perdarahan intracranial
- Pengobatan path kasus hipoglikemia
- Pengobatan Dada penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti
ISPA. diare dll. Contoh: Pada kasus bayi yang menderita
gonoblenorhoe (ibu menderita gonore) dilakukan kolaborasi
untuk pemberian terapi pengobatan antibiotika.
2. Balita
a) Mandiri:
- Pengobatan diare tanpa dehidrasi.
- Balita dengan kasus BGM.
b) Kolaborasi

17
- Pengobatan path kasus ISPA
- Pengobatan Dada kasus cacmgan
- Pengobatan pada kasus gizi buruk
- Pengobatan pada penyakit-penyakit mfeksi lainnya.
Contoh : Pada kasus diare dengan dehidrasi, selain rehidrasi,
pemenuhan nutrisi dilakukan kolaborasi untuk pemberian
therapi obat antibiotika.
3. Remaja
a) Mandiri:
- Pengobatan path kasus dismenorhoe
- Pengobatan pada kasus anemia ringan.
- Pada remaja korban perkosaan dengan ruftur pada serviks atau
mukosa
- vagina dilakukan tindakan hecting.
b) Kolaborasi:
- Pengobatan path kasus anemia berat.
- Pengobatan pada kasus plour arbus Contoh : Pada kasus
dismenorhoe dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi
hormonal.
4. PUS/WUS
a) Mandiri:
- Pengobatan pada efek samping alat kontrasepsi
b) Kolaborasi:
- Pengobatan pada kasus Penyakit Menular Seksual
- Pengobatan pada kasus radang panggul ( PRP)
Contoh : Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi
untuk pemberian terapi obat antibiotika dan symptomatic.
5. Ibu hamil
a) Mandiri:
- Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat I dan tmgkat II.
- Pengobatan pada kasus anemia ringan.
b) Kolaborasi:

18
- Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat Ill.
- Pengobatan path abortus inleksiousus
- Pengobatan pada kasus anemia berat.
- Pengobatan pada kasus APB
- Pengobatan pada kehamilan dengan penyakit yang menyertai
seperti jantung DM dll
Contoh : Pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan diberikan
obat tambah darah (Fe) dan nutrisi yang adekuat.
6. Ibu Bersalin
a) Mandiri:
- Manajemen Aktif Kala Ill
- Pengobatan path kasus atonia uteri.
- Ibu bersalin dengan ruftur pada servik slmukosa
vagina/perineum dilakukan tindakan hecting.
b) Kolaborasi:
- Pengobatan pada kasus inersia uteri
- Pengobatan path kasus perdarahan ( HPP primer). Contoh :
Pada Manajemen Aktif Kala III diberikan injeksi oksitosin.
7. Ibu Nifas
a) Mandiri:
- Pengobatan pada sub involusi
b) Kolaborasi:
- Pengobatan pada mastitis
- Pengobatan pada HPP sekunder
- Pengobatan pada kasus vaginitis
- Pengobatan path kasus abses payudara
Contoh : Pada mastitis selain perawatan yang adekuat, dilakukan
kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika (Kloksasillin
atau Eritromysin).
8. Klimakterium Menopause
a) Kolaborasi:

19
- Terafi Sulih Hormon (TSH) Contoh upaya kuratif dalam
pelayanan kesehatan
- Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
- Perawatan payudara yang mengalami masalah, seperti : mastitis
dan bendungan ASI
- Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir
- Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah
- Pemberian vitamin E yang merupakan upaya pengobatan
penyakit tertentu
- Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada ibuhamil yang
sakit
- Melakukan rujukan bila diperlukan
- Penatalaksanan dini terhadap komplikasi dalam kehamilan,
misalnya pada ibu hamil dengan anemia bidan dapat
memberikan tablet Fe sebagai penatalaksanaan dininya.

4. UPAYA REHABILITATIF
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk
memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya
adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah
pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention). Rehabilitasi ini
terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.
Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu
mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu
denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan

20
mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat
c. Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata
palsu.
Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat,
memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian
dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang
diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila
yang berdasarkan unsur kemanusian dan keadailan social. Mereka yang
direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan
hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak
asasinya sebagai manusia. Sedangkan peran bidan dalam rehabilitasi
(pemulihan) yaitu:
1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan melibatkan
masyarakat
2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit
5. Memberikan konseling pada penderita kecacatan
6. Memberikan keyakinan dalam kesembuhan, menumbuhkan kepercayaan
diri untuk bersosialisasi dgn masyarakat

21
7. Memberikan pendidikan kesehatan

Contoh pelaksanaan upaya rehabitatif dalam bidang kesehatan


yaitu:
1. Pemuliahan keadaan pasca sakit pada bayi dan balita
2. Latihan fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit
sebagai usaha pemeliharaan kesehatan
3. Istirahat yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil
pasca sakit
4. Mobilisasi dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan
cara ibu dapat mengubah posisi dan berjalan-jalan sekurang-
kurangnya 6 jam setelah melahirkan
5. Latihan fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam
nifas atau senam kegel untuk membantu pemulihan alat kandungan
ibu setelah melahirkan
6. Pemenuhan gizi pada ibu nifas

B. Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya
adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku
hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah
perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika
tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-
norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.

22
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-
kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion). Sumber
daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang
bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya
perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan
lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
- Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
- Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.
- Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-
bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara:
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang
tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung
terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-
lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan

23
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada
khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

C. Contoh Program Preventif dan Promotif


1. Program JKN ( Jaminan Kesehatan Nasioal )
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan
sosial yang ditetapkan di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40
tahun 2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna
menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang
layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan
konvensi ILO No.102 tahun 1952.
2. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyatIndonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima
Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS
Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1
Juli 2014.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health
promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health ke dalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam
buku preventif medicine for the doctor in his community. Menurut leavell dan
clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat
pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of healt 2.specifik
protection 3.early diagnosis and prompt treatment 4.limitation of disability
dan 5.rehablitation. Upaya kesehatan secara garis besar, dapat dibagi
menjadi 4, yaitu: upaya kesehatan promotif, upaya kesehatan preventif, upaya
kesehatan kuratif, dan upaya kesehatan rehabilitatif.
1. Upaya Promotif
adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya
promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib
sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala
aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha ini merupakan pelayanan
terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
2. Upaya preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari
bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Upaya pencegahan menurut teori
Leavel dan Clark (Maulana, 2019) dibedakan menjadi 3 yaitu: pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

25
3. Upaya kuratif
adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih
parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit
(pasien) terutama penyakit kronis sperti asma, DM, TBC, rematik,
hipertensi dan sebagainya. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk
kegiatannya adalah pengobatan. Upaya kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter,
perawat, bidan, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung
jauh.
4. Upaya Rehabilitatif
adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan
kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention). Rehabilitasi ini terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
e. Rehabilitasi mental
f. Rehabilitasi social vokasional
g. Rehabilitasi aesthetis
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat.
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka
formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),
organisasi kemasyarakatan dan media massa.

26
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain
yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya.
Contoh Program Preventif dan Promotif
1. Program JKN ( Jaminan Kesehatan Nasioal )
2. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Mencari Contoh Program Preventif. From:


http://www.academia.edu/9257408/
TUGAS_Mencari_Contoh_Program_Prefentif (online.available)
Anonim, 2014. Upaya Promkes. From:
http://www.academia.edu/10082175/Makalah_Upaya_promkes
(online.available)
Isom, 2012. Upaya Promotif Preventif Kuratif dan Rehabilitatif. From:
http://www.isomwebs.net/2012/09/upaya-promotif-preventif-kuratif-dan-
rehabilitatif/ (online.available)
Lestari Widhia, 2012. Makalah Upaya Promotif dan Preventif.
http://widhialestari.blogspot.com/2012/09/makalah-upaya-promotif-dan-
preventif_25.html (online.available)
Notoatmojo, Soekidjo. 2017. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.
Rineke Cipta.
Okti Oktaviani, 2013. Makalah Promosi Kesehatan. From:
http://oktioktaviani36.blogspot.com/2013/05/makalah-promosi-
kesehatan.html (online.available)
Prasetyo, Erwin Edhi dan Widjianto, Thomas Pudjo. 2012. Papua Kurang Ribuan
Bidan. Kompas.
Ubay Ummi, 2016. Makalah Upaya Promotif dan Preventif. From:
http://ummiubay.blogspot.com/2016/11/makalah-upaya-promotif-dan-
preventif.html (online.available)
Widyastuti, Yuni dkk. 2019. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Yuni Via, 2013. Promotif Preventif Kuratif Kuratif Rehabilitatif. From:
http://yunivia88.blogspot.com/2013/05/promotif-preventif-kuratif-
rehabilitatif.html (online.available)

28

Anda mungkin juga menyukai