perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
23
24
formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang seseorangkepada suatu
adalah bergantung kepada seorang auditor yang memiliki keahlian yang meliputi
dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini pengalaman kerja
telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor
―Pengalaman adalah sebagai suatu ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya
yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan
telah melaksanakannya dengan baik‖. Dari definisi diatas, maka dapat ditarik
melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil dan semakin cepat
bahwa : ―Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa audit kepada
auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji‖. Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditor adalah sesorang yang mempunyai
keahlian serta senantiasa memberikan jasa audit kepada auditee untuk memeriksa
laporan keuangan agar terhindar dari salah saji sehingga dapat tercapai tujuan
melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun
yang relevan. Menurut Tubbs (1992) dalam Ida Suraida (2012:45) menemukan
akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervisi berjalan dengan baik.
tanggal 27 Januari 1997, jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia
dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin
merupakan akumulasi gabungan yang diperoleh dari interaksi dan seorang auditor
diperoleh jika prosedur penugasan dan supervisi berjalan dengan baik. Menurut
keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu
yang dialami atau dibagi kepada orang lain dalam kelompok tertentu. Dari dua
pengetahuan, keahlian atau kejadian yange dialami sendiri atau orang lain
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Sedangkan menurut
dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu
27
telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan
semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan
kerjanya semakin kaya dan luas dan memungkinkan peningkatan kinerja auditor.
yang dihitung berdasarkan satuan waktu. Sehingga auditor yang telah lama
semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan
seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih
teknis yang cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang
audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan
publik
sama secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam
atau kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan
berhati-hati menyelesaikannya.
Dalam hal ini, berarti di dalam diri seorang akuntan profesional terdapat
suatu sistem nilai atau norma yang mengatur perilaku mereka dalam proses
pelaksaan tugas. Pengembangan dan kesadaran etik atau moral memainkan perang
penting dalam semua era profesi akuntan (Louwers dkk., 1997 dalam Carolita,
dkk 2012) .
auditor.
4. Keunggulan audit ditentukan dari kemampuan audit untuk
mengurangi noise dan meningkatkan kemurnian pada data akuntansi.
keunggulan audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan
bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau
auditor adalah waktu, frekuensi, jenis, tugas, penerapan, dan hasil. Dapat
a) Lama waktu/ masa kerja. Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja
yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu
pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.Pengetahuan
merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain
yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup
kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada
tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada
kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan
suatu tugas atau pekerjaan.
c) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan
seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan
tehnik pekerjaan.
sebagai berikut :
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau suatu pekerjaan
global, perubahan yang cepat dan terus-menerus, masalah alih teknologi dan
perubahan demografi.‖
2) Peserta Pelatihan
diperlukan.
6) Evaluasi Pelatihan
tingkat belajar, tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisasi, dan nilai
akhir.
sebagai suatu aktifitas yang bertujuan untuk membuat pegawai lebih terampil dan
lebih produktif.
bagian, yaitu:
tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini berasal dari
(Bayangkara, 2008:2)
Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sikula
jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan
keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu‖. Menurut Good, 1973
pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan
pengetahuan (M. Saleh Marzuki, 1992 : 5). Sedangkan Michael J. Jucius dalam
menyimpulkan bahwa yang dimaksud pelatihan dalam hal ini adalah proses
dengan kata lain tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada
(2013) adalah sebagai berikut: Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk
Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk
orang (Notoatmodjo, 2009 dalam Ayuni, 2010). Pelatihan adalah suatu proses
untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan yang harus dimiliki dan didapat oleh
dilakukan secara berkala dan teratur. Pelatihan perlu dibedakan dari pendidikan.
Menurut Notoatmodjo (1998) dalam Ayuni (2014) pendidikan adalah suatu proses
pendidikan jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh
pelatihan.
keahlian teknis.
melaksanakan pelatihan.
disengaja.
akuntansi dengan basis kas atau basis pajak dan secara periodik dilakukan
mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan merupakan
menjadi dua jenis yaitu acconting error dan system error , Acconting error
tidak) dibagi menjadi klarifikasi utama yaitu : (1) error off omission ,(2)
error of commission atau (3) error of pricple. Adapun system error dibagi
42
menjadi dua tipe yaitu : (1) compliance error and (2) system design
deficiencies .
C.A Mac Donald & Associates membagi kekeliruan (error) ke dalam dua
jenis financial dan non financial , financial error diwujudkan dalam bentuk
overpayment atau underpayment terhadap klien adapun non financial error tidak
menurut auditor.
pendekatan berikut :
estimasi tersebut .
lapangan
tersebut
yang digunakan
lapangan
Model risiko audit ada 4 (empat) jenis risiko audit, maasing-masing jenis
Jika kekeliruan semacam itu timbul. Ada dua hal penting yang harus
diperhatikan:
lainnya.
banyak.
kekeliruan yang materia dan tingkat risiko ini 100% berarti auditor
46
kekeliruan.
berdasarkan premis.
kecurangan manajemen. Hal ini disebabkan karena secara umum kecurangan ini
keuangan merupakan salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
keuangan.
sebagai berikut :
kecurangan. dalam hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahaan atau
Istilah lain yang tidak kalah populernya berkenaan dengan kecurangan laporan
hal baru, dan untuk melakukannya membutuhkan biaya yang relative mahal.
Creative accounting ini dipicu oleh adanya tekanan bahwa badan usaha merasa
harus berada dalam posisi profit untuk menarik investor dan sumber daya. Tetapi
hal ini lebih mengarah pada penipuan atau kecurangan pada praktik akuntansi.
Apakah ini berarti bahwa creative accounting merupakan hal ilegal atau dapat
dibenarkan.
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan
memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan
kriminal investigator.
Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya kita bahas dulu mengenai
(kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan
ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan
keuangan.
tidak benar.
alasan berikut ;
akuntansi dari kliennya tidak dapat dipercaya dan dengan demikian tidak
f. Pencurian (theft), apakah disertai dengan penyataan yang salah dari catatan
dengan Kaplan dan Reckers (1984), Reckers dan Shultz (1993) juga
melaksanakan tugas.
316 tersebut, auditor harus menilai risiko audit dengan tingkat yang tinggi jika
menilai risiko audit dengan tingkat yang rendah jika integritas dan kompetensi
memiliki data dan informasi yang lengkap, sehingga auditor hanya mampu untuk
kecurangan (Joyce dan Biddle, 1981). Oleh karena itu, Pincus (1990), menyatakan
Menurut Bernardi (1994), terdapat tiga gaya cognitive auditor yaitu (1)
sifat independen dan dependen, (2) moralitas, dan (3) locus of control. Sifat
53
yang dimilikinya, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat
diakui oleh pihak lain sebagai seorang yang independen, ia harus bebas dari setiap
auditor harus peka terhadap permasalahan moralitas dan etika (Mautz dan Sharaf,
atas munculnya risiko audit. Beberapa studi (Brabeck, 1984 Bebeu et al., 1985
Penemon dan Gabhart, 1990Trevino dan Youngblood, 1990 Shaub et al., 1993)
54
mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki integritas moral tinggi akan lebih
sensitif dan peka terhadap permasalahan etika profesi. Rest (1986) menyatakan
evaluasi dampak situasi etis yang dilakukan oleh orang lain. Peningkatan
sensitivitas terhadap isu etika telah memotivasi beberapa penelitian dalam bidang
mempengaruhi strategi dan efektivitas audit. Oleh karena itu, auditor yang
kesuksesan suatu usaha. DuCette dan Wolk (1973) menyatakan bahwa internal-
masalah.
2.1.3.3.4. Internal-locus-ofcontrol
pengambilan keputusan daln lingkungan kerja yang kompleks (Julian dan Katz,
terdeteksi oleh auditor (Wells, 1990). Ada kecenderungan pihak penyaji laporan
(complain) dari pengguna laporan yang lain. Pengetahuan auditor dalam memori
efektif (Christ, 1993). Seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Variabel Dependen Variabel Independen Hasil
1. Ceacilia Sri Haryanti Auditor pengalaman - Pelatihan Hasil seorang auditor yang
(2013) lebih mampu meningkatkan memiliki banyak pengetahuan
―Pengaruh pengalaman dan menemukan item penegtahuan auditor tentang kekeliruan akan lebih
pelatiahn terhadap auditor tidak umum - pelatihan memliki ahli dalam melakukan tugas-
terhadap struktur fungsi edukatif tugas pemeriksanan, terutama
pengetahuan tentang - mendeteksi dan yang berhubungan dengan
kekeliruan auditor ― mencegah kecurangan pengungkapan kekeliruan. Ia
akan lebih memiliki
pengetahuan tentang jenis-
jenis kekeliruan yang
berbeda, pelanggaran atas
tujuan pengendalian, dan
departemen-departemen
tempat kekeliruan terjadi.
2. Lilik Subagiyo (2015) Tanggung jawab dan Kejadianya dimana Berdasarkan beberapa hasil
―Pengalama dan tanggung fungsi auditor dalam manajemen secara penelitian mengidentivikasi
jawab auditor sebagai dasar merencanakan sengaja mengeluarkan bahwa auditor yang
mendeteksi kekeliruan dan melaksanakan untuk informasi laporan yang mempunyai pengetahuan dan
kecurangan ― memperoleh secara material pengalaman dianggap lebih
keyakinan yang menyesatkan para berpotensi untuk dapat
memadai pemakain aksternal mendeteksi kekeliruan dan
ketidakberesan
3. Nyoman Adyani (2014) skeptisme skeptisme profesional Hasil keahlian
― Hubungan skeptisme professional auditor, auditor, independensi, Profesionalisme Terhadap
professional auditor independensi, dan dan pengalaman auditor Pencegahan dan Pendeteksian
independensi dan pengalaman auditor secara parsial Kecurangan Penyajian
pengalaman auditor terhadap variabel berpengaruh terhadap Laporan Keuangan‖.Hasil
pengetahuan mendeteksi dependen yaitu variabel dependen yaitu penelitiannya menunjukkna
kecurangan dan kekeliruan tanggungjawab tanggungjawab auditor bahwa pengalaman,
auditor dalam dalam mendeteksi independensi dan keahlian
mendeteksi kecurangan dan professional berpengaruh
kecurangan dan kekeliruan laporan terhadap pencegahan dan
kekeliruan laporan keuangan pendeteksian kecurangan.
keuangan. Hasil regresi menyatakan
bahwa independensi
57
berpengaruh signifikan
terhadap tanggungjawab
auditor.Auditor diharuskan
untuk selalu mempertahankan
sikap independensi dalam
melakukan audit, sehingga
opini yang diberikan oleh
audito tidak dianggap biasa
4. Erminta Riris Marito profesional dibidang Pengetahuan Seseorang yang profesional
(2014) auditing diharuskan Mendeteksi Kecurangan dibidang auditing diharuskan
―Hubungan skeptisme untuk selalu bersikap berhubungan terhadap untuk selalu bersikap
professional auditor ,situasi profesional dalam pertimbangan tingkat profesional dalam
auditor etika pengalaman melaksanakan materialitas dalam melaksanakan tugasnya
audit pengetahuan tugasnya dengan proses audit laporan dengan cermat dan seksama.
mendeteksi kekeliruan ― cermat dan seksama keuangan. Pernyataan ini didasarkan
pada standar umum ketiga
dari standar auditing yang
menyatakan dalam
pelaksanaan dan penyusunan
laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat
dan seksama
5. Suzy Noviyanto (2013) sikap auditor yang Trust (kepercayaan), Hasil penelitian ini berusaha
― Skeptisme Profesional akan membawa pada fraud risk assessment untuk menjelaskan teori
auditor dalam mendeteksi tindakannya yang (penaksiran risiko disonansi kognitif dari
kecurangan dan kekeliruan selalu menanyakan kecurangan), dan tipe Festinger yang terjadi dalam
dan menaksir secara kepribadian. Definisi setting auditing yang dapat
kritis terhadap bukti trust (kepercayaan) mempengaruhi sikap
audit skeptisme profesional auditor.
Untuk itu dilakukan
pengujian empiris dengan
melihat pengaruh penaksiran
risiko kecurangan pada
auditor yang memiliki
berbagai tingkat kepercayaan
terhadap klien terhadap sikap
skeptisme profesional auditor.
Selain itu juga diuji apakah
tipe kepribadian auditor akan
mempengaruhi sikap
skeptismenya.
Hutchinson, dan Murphy dan Wright dalam Hartoko dkk. (1997) menyatakan
bahwa seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang tertentu mempunyai
lebih banyak item disimpan dalam ingatannya. Hal ini didukung pula dengan
58
penelitian Novita Friska Bayu Aji Kusumah (2012) yang menyatakan bahwa
auditor berpengalaman akan mengingat lebih banyak jenis item daripada item
yang sejenis, sedangkan auditor yang tidak berpengalaman lebih mengingat item
sejenis.
pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan yang besar dalam
penelitian Arleen Herawati (2013) yang didukung oleh penelitian Yulius Kurnia
kurikulum yang ada tidak cukup untuk membangun kesuksesan akuntan, masih
lanjutan (Eynon dkk., 1994). Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
2010). Boner dan Walker (1994) menyatakan bahwa peningkatan pelatihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Pelatihan yang
didapat dari program khusus tertentu mempunyai pengaruh yang lebih besar
Kurikulum yang ada tidak cukup untuk membangun kesuksesan akuntan, untuk
bahwa pelatihan etika sangat diperlukan terutama bagi akuntan bebas yang
keahliannya, tidak hanya dalam bidang etika profesi saja namun juga dalam
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat