Anda di halaman 1dari 4

KISAH BAL`AM BIN BA`URA’

KISAH BAL`AM BIN BA`URA’


Allah berfirman dalam surat Al-A`raf ayat 175-176:

‫َو اْتُل َع َلْيِهْم َنَبَأ اَّلِذ ي آَتْيَناُه آَياِتَنا َفاْنَس َلَخ ِم ْنَها َفَأْتَبَعُه الَّش ْيَطاُن َفَك اَن ِم َن اْلَغاِويَن‬

‫َو َلْو ِش ْئَنا َلَر َفْع َناُه ِبَها َو َلِكَّنُه َأْخ َلَد ِإَلى األْر ِض َو اَّتَبَع َهَو اُه َفَم َثُلُه َك َم َثِل اْلَك ْلِب ِإْن َتْح ِم ْل َع َلْيِه‬

‫َيْلَهْث َأْو َتْتُر ْك ُه َيْلَهْث َذ ِلَك َم َثُل اْلَقْو ِم اَّلِذ يَن َك َّذ ُبوا ِبآَياِتَنا َفاْقُص ِص اْلَقَص َص َلَعَّلُهْم َيَتَفَّك ُر وَن‬

Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi kitab) kepadanya, kemudian dia
melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda),
maka jadilah dia termasuk orang yang sesat. Dan sekiranya Kami menghendaki,
niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya
seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu
membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikian perumpamaan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar
mereka berpikir”. (Surat Al-A`raf: 175-176).

Para ulama` Tafsir mengabarkan bahwa ayat ini adalah pengabaran dari Allah
Ta`ala kepada Nabi Muhammad -shallallahu`alaihi wa sallam- tentang seseorang
yang hidup di zaman Nabi Musa -`alaihissalam- yaitu bernama BAL`AM BIN
BA`URA’.

Muhammad bin Ishaq bin Yasar menceritakan dari Salim bin An-Nadhr, ia berkata
bahwa Musa -`alaihis-salam- singgah di tanah Bani Kan’an (termasuk bagian dari
tanah Syam), di sana lah sosok Bal`am bin Ba`ura’ berada. Kaumnya Bal’am pun
mendatangi Bal’am seraya mengatakan: Wahai Bal’am, Musa bin Imran telah hadir
di tengah Bani Israil, dan kini telah datang untuk mengusir kami. Sesungguhnya
kami adalah kaummu, dan kami tidak memiliki tempat tinggal, sementara engkau
adalah orang yang senantiasa terkabul doanya. Keluarlah dan berdoalah kepada
Allah agar menimpakan keburukan kepada mereka”.
Bal`am bin Ba`ura’ menjawab: Celakah kalian! Dia adalah Nabi Allah disertai oleh
para malaikat dan orang-orang beriman. bagaimana mungkin aku pergi untuk
mendoakan keburukan atas mereka, sedangkan kelebihan yang aku miliki ini
(mustajabnyasetiap doa yang ia panjatkan) adalah dari Allah?”.

Mereka mengatakan: Tapi Kami tidak memiliki tempat tinggal. Mereka tidak henti-
hentinya membujuk dan merendahkan diri di hadapannya untuk memperdayainya
sehingga ia pun benar-benar terperdaya.
Kemudian ia mengendarai keledainya menuju ke bukit yang dari puncaknya itu
dapat melihat pasukan Bani Isra’il, yaitu bukit Husban. Ketika keledai itu berjalan
beberapa langkah, keledai itu menderum. Ia pun turun dan memukulnya. Hingga
ketika ia memukulnya dengan keras, barulah keledai itu berdiri, lalu ia menaikinya.
Belum sempat berjalan jauh ternyata keledai itu menderum kembali, lalu ia
memperlakukan keledai tersebut seperti tadi. Belum juga berjalan jauh keledainya
itu kembali menderum lagi, lalu ia memukulnya. Ketika ia menyiksa keledainya
seperti itu, maka Allah mengizinkan kepada keledai tersebut untuk berbicara
kepadanya sebagai bantahan kepadanya dengan mengatakan: Celaka engkau,
wahai Bal’am! Kemana engkau hendak pergi? Tidakkah engkau melihat para
malaikat menolakku dari hadapanku ini? apakah engkau pergi kepada Nabi Allah
dan kaum mukminin untuk mendoakan keburukan kepada mereka?’. Namun
Bal`am tidak bergeming, ia terus menerus memukulnya. Allah membiarkan keledai
itu berjalan ketika Bal’am terus memaksanya agar berjalan. Hingga sampailah di
atas bukit Husban, di hadapan pasukan Musa dan Bani Israil, ia mulai mendoakan
atas mereka. tidaklah ia mendoakan keburukan kepada mereka, melainkan Allah
memalingkan lisannya sehingga mendoakan keburukan kepada kaumnya sendiri.
Tidaklah ia mendoakan kebaikan kepada kaumnya melainkan Allah memalingkan
lisannya sehingga mendoakan kebaikan kepada Bani Israil. Maka kaumnya
mengatakan kepadanya: Apakah engkau tahu, wahai Bal’am, apa yang engkau
lakukan? Engkau malah mendoakan kebaikan kepada mereka dan mendoakan
keburukan kepada kami?”.

Ia menjawab: Inilah yang tidak aku kuasai. Ini sesuatu yang telah Allah taqdirkan.

Kemudian lidahnya menjulur sampai ke dadanya, lalu ia mengatakan: Sekarang


telah hilang dariku dunia dan akhiratku. Tidak tersisa lagi selain makar dan tipu
daya, maka sekalian saja aku akan membuat makar dan tipu daya untuk kalian.
Hiasilah para wanita (agar tampak cantik dan menggoda) dan berikan barang-
barang dagangan kepada mereka, kemudian suruhlah mereka pergi ke
pasukannya Musa untuk menjual barang-barang tersebut. perintahkan kepada
setiap wanita tersebut untuk tidak menolak setiap laki-laki yang menggaulinya.
Sebab jika seorang pria dari mereka telah berzina, maka itu sudah cukup -berhasil-
bagi kalian.

Mereka pun melakukannya. Ketika para wanita telah masuk di tengah pasukan
tersebut, di antaranya ada seorang wanita dari Kan’aniyyun yang bernama Kisbi
putri Shur—pemimpin kaumnya—lewat di hadapan seorang pemuka Bani Israil,
yaitu Zamri bin Syalum, pemuka keturunan Syamun bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim. Tatkala melihatnya, Zamri tertarik padanya maka ia berdiri menuju wanita
itu lalu menggandengkan tangannya. Kemudian ia mendatangi Musa dengan
membawa wanita itu seraya mengatakan: Sesungguhnya aku menduga engkau
akan mengatakan: ini haram atasmu dan jauhi dia.
Musa mengatakan: Benar, ini haram bagimu. Jangan mendekatinya.

Ia mengatakan: Demi Allah, aku tidak menaatimu dalam hal ini. Lalu ia membawa
wanita itu masuk ke kemahnya lalu menggaulinya, dan Allah mengirimkan
penyakit Tha’un di tengah Bani Israil.
Finshash bin Al-Izar bin harun, pelaksana perintah Nabi Musa, Finshash seorang
pria yang diberi karunia berupa tubuh yang besar dan pukulan yang kuat, ia tidak
berada di tempat pada saat Zamri bin Syalum melakukan perbuatan zinanya.
Ketika ia datang, sementara Tha’un tengah merebak di tengah bani Israil, dan
mendapatkan kabar (tentang apa yang dilakukan Zamri).
Maka Finshash mengambil tombaknya yang seluruhnya terbuat dari besi. Kemudia
ia masuk ke kemahnya Zamri dan mendapati keduanya tengah tidur, maka ia
menusuk keduanya menjadi satu dengan tombaknya. Kemudian ia membawa
keluar keduanya sembari mengangkatnya ke udara. Ia memegang tombak dengan
tangannya, menyandarkan siku-sikunya pada lambungnya, dan menyandarkan
tombak pada dagunya. Ia adalah anak tunggal Al-Izar, dan ia mengatakan: Ya
Allah, demikianlah kami melakukan terhadap siapa yang bermaksiat kepada-Mu.
Dan penyakit Tha’un pun diangkat (dari tengah-tengah Bani Israil).
Orang-orang yang mati dari Bani Israil karena penyakit Tha’un sejak Zamri berzina
dengan wanita itu hingga ia dibunuh oleh Finhash ternyata terhitung ada 70.000
orang dari mereka telah mati (karena penyakit Tha`un). Ada yang mengatakan;
20.000 orang dalam sesaat di siang hari. Dari sebab jasa itulah Bani Israil
memberikan kepada anaknya Finhash bin Al-Izar bin Harun dari tiap-tiap
sembelihan yang mereka sembelih berupa leher, paha, dan harta mereka yang
paling baik; karena ia adalah anak tunggal bapaknya al-Izar.

Berkenaan dengan Bal`am bin Ba`ura’, Allah menurunkan kepada Nabi


Muhammad –shallallahu`alaihi wa sallam- surat Al-A’raf ayat 175-176. (Shahih
Tafsir Ibnu Katsir, Diteliti Oleh Asy-Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Jilid 3
hal. 729-731).

Faidah dari ayat ini di antaranya adalah:

1. Seharusnya orang yang mengetahui ayat-ayat al-kitab memberikan


dukungan kepada kebenaran, bukan malah menentangnya.
2. Ayat ini berlaku pula bagi setiap orang yang diberi ilmu tentang ayat-ayat-
Nya, namun ia melepaskan diri daripadanya.
3. Allah membiarkan tersesat orang-orang yang enggan mengikuti Nabi
yang diutus kepada mereka.
4. Siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak akan ada yang mampu
memberinya petunjuk.
5. Tidak ada seseorang yang bisa menjamin bahwa dirinya akan terus
berada di atas hidayah, maka mintalah selalu agar Allah memberikan
taufiq serta mati dalam keadaan Islam.
6. Amal seseorang itu dipertimbangkan berdasarkan akhirnya.
7. Kecintaan yang berlebihan kepada perkara-perkara duniawi (pujian,
popularitas, kekayaan, jabatan) adalah sumber kerusakan agama
seseorang, di mana kerusakan agama karena sebab cinta dunia yang
berlebihan bisa lebih buruk kehancurannya ketimbang hancurnya
kambing yang dicabik-cabik dua serigala.

Anda mungkin juga menyukai