Anda di halaman 1dari 3

Quiz

Nama : Siti Sarah M


NPM : 20262011034
Kelas : TI 120 PA

Pertanyaan.
1. Mampukah seorang karyawan dilatih mengikuti pelatihan kepemimpinan akan
melahirkan seorang pemimpin yang berkarakter/pemimpin sejati ?
2. Berdasarkan teori kepemimpinan situasi, efektivitas kepempinan tergantung kepada 5
faktor, sebutkan dan jelaskan ?
3. Sebutkan 4 faktor yang membatasi efektivitas kepemimpinan ?
4. Apakah ada pengganti bagi kepemimpinan yang mempengaruhi kepuasan dan hasil kerja
?
Jawaban.
1. Ya, tentu saja! Seorang karyawan yang mengikuti pelatihan kepemimpinan memiliki
peluang besar untuk berkembang menjadi seorang pemimpin yang berkarakter dan
pemimpin sejati. Pelatihan ini dapat memberikan mereka pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan yang diperlukan untuk memimpin dengan efektif.
Pelatihan kepemimpinan tidak hanya fokus pada keterampilan manajerial, tetapi juga
pada aspek-aspek seperti kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan yang berdasarkan
nilai-nilai, pemecahan masalah, kepemimpinan berdasarkan contoh, dan kemampuan
untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain.
Namun, menjadi pemimpin yang sejati membutuhkan lebih dari sekadar pelatihan
formal. Karakter, integritas, empati, keteladanan, dan kemampuan untuk memahami dan
mengelola orang lain juga sangat penting. Proses ini bisa dimulai dari pelatihan, namun
perlu dipelajari, dipraktikkan, dan diperkuat melalui pengalaman, refleksi diri, dan
kesempatan untuk bertumbuh. Kepemimpinan dapat menjadi landasan yang kuat,
pengembangan karakter dan kepemimpinan yang sejati memerlukan komitmen yang
berkelanjutan dan kesempatan untuk belajar dan tumbuh sepanjang karier seseorang.

2. Teori kepemimpinan situasional, yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken
Blanchard, menekankan bahwa efektivitas seorang pemimpin tergantung pada situasi
yang dihadapi. Terdapat lima faktor kunci dalam teori ini yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan:
a. Kematangan atau Kesiapan Bawahan: Tingkat kesiapan atau kematangan bawahan
dalam menyelesaikan tugas tertentu atau dalam situasi tertentu menjadi faktor utama.
Kesiapan ini terbagi menjadi empat tingkatan: tidak siap, siap secara terbatas, cukup
siap, dan sangat siap. Pemimpin perlu memahami tingkat kesiapan bawahan untuk
menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai.

b. Gaya Kepemimpinan: Teori ini mengidentifikasi empat gaya kepemimpinan utama:


• Memberi Petunjuk (Telling/Directing): Pemimpin memberikan instruksi yang
jelas kepada bawahan dengan sedikit ruang untuk diskusi.
• Membimbing (Selling/Coaching): Pemimpin memberikan arahan dan mendukung
bawahan secara lebih persuasif dan berusaha mengembangkan keterampilan
mereka.
• Partisipatif (Participating/Supporting): Pemimpin melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan dan mendukung mereka dalam pelaksanaan tugas.
• Delegatif (Delegating): Pemimpin memberikan tanggung jawab penuh kepada
bawahan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan tugas.
c. Hubungan Antara Pemimpin dan Bawahan: Faktor ini menyoroti tingkat
kepercayaan, saling pengertian, dan hubungan interpersonal antara pemimpin dan
bawahan. Semakin baik hubungan ini, semakin efektif kepemimpinan yang dapat
dilakukan.
d. Tugas yang Diberikan: Kompleksitas dan jelasnya tugas yang diberikan juga
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang efektif. Semakin kompleks tugasnya,
pemimpin mungkin perlu lebih bersikap mendukung dan lebih terlibat dalam
membimbing bawahan.
e. Kondisi Eksternal: Faktor eksternal seperti tekanan waktu, sumber daya yang
tersedia, atau situasi krisis juga dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
paling efektif.
3. Ada beberapa faktor yang dapat membatasi efektivitas seorang pemimpin. Di antara
faktor-faktor tersebut, yang paling umum termasuk:
a. Ketidakcocokan Kepemimpinan dengan Kebutuhan Situasi: Terkadang, gaya
kepemimpinan yang biasa digunakan oleh seorang pemimpin mungkin tidak cocok
dengan situasi tertentu. Misalnya, seorang pemimpin yang cenderung bersikap
otoriter mungkin tidak efektif dalam situasi yang memerlukan kerjasama tim atau
keterlibatan anggota tim dalam pengambilan keputusan.
b. Keterbatasan Komunikasi: Komunikasi yang buruk atau terbatas dapat menjadi
hambatan besar bagi efektivitas kepemimpinan. Seorang pemimpin yang tidak
mampu menyampaikan visi, tujuan, atau instruksi dengan jelas kepada timnya dapat
mengalami kesulitan dalam mencapai hasil yang diinginkan.
c. Kurangnya Keterampilan Manajerial atau Kepemimpinan: Terkadang, seorang
pemimpin mungkin kurang memiliki keterampilan manajerial atau kepemimpinan
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang kompleks. Kurangnya
pengetahuan atau keterampilan dalam hal pengelolaan tim, pengambilan keputusan,
atau penyelesaian konflik dapat menjadi penghalang bagi efektivitas kepemimpinan.
d. Keterbatasan Sumber Daya atau Dukungan Organisasi: Pemimpin yang tidak
memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya, dukungan organisasi, atau
dukungan dari atasan mereka dapat mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan
mereka. Keterbatasan ini dapat membatasi kemampuan pemimpin untuk
menggerakkan timnya atau mengimplementasikan strategi yang efektif.
4. Pengganti bagi model kepemimpinan tunggal yang memengaruhi kepuasan dan hasil
kerja dapat ditemukan dalam pendekatan seperti kepemimpinan berbasis tim, yang
memberi ruang pada setiap anggota tim untuk mengambil peran kepemimpinan sesuai
dengan keahlian mereka. Ada juga model kepemimpinan transformasional yang
mendorong motivasi dan perubahan positif, serta kepemimpinan servan yang
menempatkan fokus pada membantu dan mendukung anggota tim. Sementara itu, model
kepemimpinan situasional atau fleksibel menekankan adaptabilitas pemimpin terhadap
situasi dan kebutuhan bawahan, bukan hanya bergantung pada satu gaya kepemimpinan.
Semua pendekatan ini berupaya untuk meningkatkan kinerja tim dengan memberikan
ruang bagi kolaborasi, motivasi, fokus pada kebutuhan tim, dan adaptasi terhadap situasi
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai