Disusun Oleh:
Kelompok 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Perbandingan Pemerintahan dengan judul “Perbandingan
Sistem Pemerintahan di Negara Demokrasi, Berkembang, Otokrasi, Monarki, Teokrasi“
Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam teknis penulisan
maupun materi yang disampaikan pada makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
Sebagai akhir kata kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Manfaat 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 hallo 2
2.2 hai 2
2.3 Pe 2
2.3.2 hi 2
BAB III
PEMBAHASAN 3
BAB IV
KESIMPULAN 4
4. 1 Kesimpulan 4
4.2 Saran 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah sistem pemerintahan adalah subjek yang kompleks dan luas yang telah
berkembang seiring berjalannya waktu. Sistem politik telah berkembang dari bentuk dasar
pemerintahan sendiri dan monarki menjadi sistem demokrasi dan totaliter yang kompleks
yang ada saat ini. Bentuk pemerintahan yang lazim secara historis meliputi monarki,
aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi, teokrasi, dan tirani. Bentuk-bentuk ini tidak selalu
eksklusif, dan pemerintahan campuran adalah hal yang umum. Revolusi Amerika memainkan
peranan penting dalam evolusi sistem pemerintahan, karena revolusi ini berkaitan dengan isu-
isu ekonomi dan juga isu-isu politik. Amerika Serikat seperti sebuah republik, di mana rakyat
memilih orang lain untuk mengambil keputusan atas nama mereka. Bentuk pertama dari
organisasi sosial manusia adalah keluarga yang hidup dalam kelompok masyarakat sebagai
pemburu-pengumpul, dan seiring berjalannya waktu, masyarakat yang lebih besar
menjadikannya lebih memungkinkan bagi masyarakat untuk mengadopsi model pengambilan
keputusan dan tata kelola yang beragam.
Ada berbagai bentuk pemerintahan di dunia, termasuk demokrasi yang berkembang,
teokrasi, monarki, dan jenis lainnya. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana satu atau
lebih dewa diakui sebagai otoritas penguasa tertinggi, memberikan bimbingan ilahi kepada
perantara manusia. Contoh negara teokrasi termasuk Kota Vatikan, Yaman, Arab Saudi,
Sudan, Iran, dan Afghanistan. Monarki adalah bentuk pemerintahan di mana satu orang,
biasanya raja atau ratu, memerintah negara. Contoh monarki konstitusional termasuk Inggris,
Kanada, dan Australia, sementara monarki absolut termasuk Arab Saudi dan Brunei.
Demokrasi yang berkembang adalah negara yang sedang bertransisi dari pemerintahan
otoriter ke pemerintahan demokratis. Contoh demokrasi yang berkembang termasuk
Myanmar, Tunisia, dan Ukraina .
2.3 Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang. Kata demokrasi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu,
“demos” yang berarti rakyat, dan “kratos” yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Dalam
bentuk pemerintahan demokrasi, rakyatlah memerintah dan kemauan rakyat yang harus
dituruti. Bentuk pemerintahan demokrasi adalah bentuk merosot dari aristokrasi. (Sampe,
2022)
Berdasarkan pandangan Encik Muhammad Fauzan dalam bukunya yang
berjudul “Hukum Tata Negara Indonesia”, demokrasi terbagi menjadi dua jenis yakni
demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung atau perwakilan.
Demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam yaitu
a. Demokrasi langsung demokrasi ini memiliki makna bahwa paham demokrasi yang
mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam musyawarah untuk menentukan
kebijaksaaan umum dan undang-undang.
b. Demokrasi tidak langsung, demokrasi ini memiliki makna bahwa paham demokrasi
yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Demokrasi tidak langsung dan
demokrsai biasanya dilaksanakan melalui pemiliham umum.
2.4 Teokrasi
Teori teokrasi atau teori ketuhanan merupakan salah satu teori yang mengkonstruksi
tentang asal mula negara. Teori teokrasi yang mempunyai kaitan dengan asal mula negara
terdiri atas dua teori. Dua teori tersebut yaitu teori teokrasi klasik dan theori teokrasi modern.
Teori teokrasi klasik menyatakan bahwa otoritas kekuasaan berasal Tuhan dan kemudian
diberikan secara langsung kepada manusia yang memerintah. Manusia yang mendapat
kekuasaan tersebut yang dianggap sebagai titisan Tuhan (Atmadja 2012: 24).
2.5 Monarki
Monarki berasal dari bahasa Yunani yaitu monos yang berarti satu dan archein yang
berarti pemerintah. Monarki adalah salah satu sistem pemerintahan, monarki sering juga
disebut kerajaan karena pemerintahanya dipimpin oleh seorang raja. Negara dapat dikatakan
sebagai negara monarki apabila raja merupakan pembentuk undang-undang, sekalipun
kekuasaan dalam bidang pemerintahan terbatas dan raja tidak mempunyai kekuasaan dalam
kekuasaan kehakiman. Namun berbeda dengan monarki absolut dimana menempatkan raja
sebagai pembuat tatanan hukum. Raja juga dapat membuat organ-organ yang diangkatnya
untuk membuat tatanan hukum dan raja tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
penyimpangan hukum yang dibuatnya karena raja tidak berada di bawah hukum. Maka dari
itu raja tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap sanksi hukum (Kelsen, 2011).
Melihat dari garis besar sejarah pada awal abad ke-19 terdapat lebih 900 tahta kerajaan
di dunia, kemudian masuk pada abad ke-20 menurun hanya terdapat 240 tahta kerajaan di
dunia dan pada dekade delapan abad ke-20 hanya ada 40 tahta yang masih ada. Namun
mengikuti perkembangan zaman monarki absolut hanya sedikit atau hampir tidak ada seperti
Saudi Arabia dan kebanyakan adalah monarki konstitusional. Monarki konstitusional bentuk
negara monarki yang dibatasi oleh konstitusi. Sehingga kekuasaan raja telah dibatasi, dalam
sejarahnya kekuasaan yang pertama kali dicabut dari raja adalah kekuasaan yudikatif.
Adapun contoh monarki konstitusional yaitu kerajaan inggris dimana inggris dengan
kekuasaan eksekutifnya dipegang oleh perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
yang mengkepalai departemen. Menteri-menteri ini berasal dari parlemen dan
bertanggungjawab langsung kepada parlemen, lembaga legislatif. Adapun perdana menteri
itu sendiri dipilih oleh raja/ratu, yang secara tradisi merupakan ketua dari partai berkuasa
dalam parlemen (Aulina, 2022).
2.6 Otokrasi
Otokrasi adalah sistem pemerintahan di mana satu orang atau partai (otokrat) memiliki
kekuasaan tertinggi dan absolut. Keputusan-keputusan otokrat ini tidak tunduk pada batasan
hukum eksternal maupun mekanisme kontrol rakyat yang diatur. Otokrasi ditandai dengan
pemusatan kekuasaan pada satu pusat, baik itu diktator individu atau sekelompok pemegang
kekuasaan seperti komite atau pimpinan partai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan sistem pemerintahan
Secara pengertian, demokrasi itu merupakan kekuasaan rakyat. Diambil dari bahasa
Yunani, demos artinya rakyat, dan kratos artinya kekuatan atau kekuasaan. Konsep ini tidak
lahir secara tiba-tiba, tetapi menjadi buah dari perkembangan kehidupan dan pemikiran
manusia. Demokrasi pertama kali diterapkan di kota Athena, pada masa Yunani Kuno.
Diperkirakan pada abad ke 4 Sebelum Masehi (SM) sampai abad ke 6 SM. Saat itu, Athena
menerapkan konsep demokrasi langsung, yaitu ketika keputusan-keputusan politik dijalankan
oleh seluruh warga negara. Akan tetapi, warga negara yang dimaksud dan memiliki hak
mengambil keputusan politik itu, hanyalah warga Yunani yang memiliki kasta tinggi.
Sedangkan pedagang asing, rakyat jelata, bahkan budak-budak yang dibeli, tidak memiliki
hak tersebut. Pada abad ke 6 SM sampai kira-kira abad ke 15 SM, negara-negara di Eropa
pun mulai ikut menerapkan sistem demokrasi.
Sejarah monarki dapat ditelusuri kembali ribuan tahun ke masa kuno. Pada zaman
kuno, banyak peradaban mengadopsi monarki sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Mesopotamia, Mesir kuno, Persia, dan Yunani kuno adalah beberapa contoh awal peradaban
yang memiliki sistem monarki. Salah satu contoh paling terkenal dari monarki kuno adalah
Kekaisaran Romawi, yang pada awalnya merupakan republik, tetapi kemudian berubah
menjadi kekaisaran dengan Kaisar sebagai kepala negara. Kekaisaran Romawi berkuasa
selama berabad-abad dan memiliki pengaruh besar di Eropa dan Mediterania. Selama Abad
Pertengahan, monarki di Eropa menjadi semakin kuat dan memiliki peran yang signifikan
dalam pembentukan negara-negara modern. Di Inggris, William the Conqueror dari
Normandia menjadi Raja Inggris pada tahun 1066 dan mendirikan dinasti Plantagenet yang
berkuasa selama berabad-abad. Selama Renaisans dan era Pencerahan, terjadi perubahan
penting dalam monarki di Eropa. Beberapa monarki di sini mengalami pembatasan kekuasaan
oleh sistem pemerintahan konstitusional dan parlemen.
Istilah teokrasi pertama kali digunakan oleh sejarawan Yahudi Flavius Josephus, yang
hidup pada tahun 37 M - 100 M, yang menggunakannya untuk menggambarkan
pemerintahan orang-orang Yahudi pada zaman Alkitab. Menurut catatan ini, Musa membantu
membentuk pemerintahan jenis baru bagi orang-orang Yahudi yang menganggap kekuasaan
dan otoritas tertinggi berasal dari Tuhan. Seperti salah satu contoh yaitu negara Mesir. Mesir
Kuno beroperasi sebagai monarki teokrasi. Di bawah sistem ini, para dewa masih merupakan
otoritas tertinggi, namun raja (yang kemudian disebut Firaun) dipandang sebagai orang yang
diurapi oleh para dewa untuk memerintah. Raja bertindak sebagai perantara antara rakyat dan
dewa, sehingga peraturan atau titah raja dipandang sebagai perintah ilahi. Orang Mesir
memuja Firaun sebagai keturunan dewa matahari.
3.2 Konsep Perbandingan Sistem Pemerintahan (dilihat dari bentuk negara, ciri-ciri,
gaya kepemimpinan konstitusional, sebab kemunculan, dan dampak)
Negara demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya
turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya. Beberapa contoh negara yang menganut
sistem ini adalah India, Amerika, Indonesia, Brazil, Nigeria, Jepang, Meksiko, Filipina, dan
Jerman. Negara yang menganut sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh
rakyat, di mana setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan
memengaruhi kehidupannya dalam bernegara. Negara demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
Salah satu ciri sistem politik otokrasi adalah pemerintahannya yang cenderung pribadi
dan sebagian bersifat konsensus. Selain itu, sistem kepemimpinannya hanya memberikan
otoritas kepada sebagian kecil orang di bawahnya. karena raja atau sultan biasanya
bertanggung jawab atas sistem otokrasi. Konstitusi atau peraturan hanya dibuat oleh sebagian
kecil orang yang dekat dengan kekuasaan. Artinya usulan, kritik dan saran masyarakat tidak
menjadi pertimbangan. Dalam sistem politik ini, pemimpin mengambil jarak dengan
rakyatnya. Akibatnya, sebagai pemain tunggal, pemimpin harus tampil sempurna untuk
mempertahankan kekuasaan. Akibatnya, masyarakat harus patuh dan tunduk sepenuhnya atas
kehendak pemimpinnya. Ciri-ciri otokrasi antara lain kebijakan tanpa opini publik, tidak ada
perlindungan hukum, dan adanya penggunaan kekerasan. Gaya kepemimpinan sistem
pemerintahan ini adalah pemimpin yang memiliki otoritas penuh dan mengambil semua
keputusan penting secara mandiri tanpa melibatkan tim atau anggota staf lainnya. Penyebab
munculnya negara ini adalah secara politik para pejabat memiliki kebebasan dan kehendak
politik namun kebebasan politik individu nyaris tidak ada. Kolektivisme dalam sistem ini
cenderung hanya berdasarkan kekerabatan tidak pada semangat individualisme.
Rusia merupakan salah satu contoh negara otokrasi, Dampak dari penyelenggaraan
pemerintah yang tidak transparan segala perencanaan dan kebijakan pemerintah lebih banyak
untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan daripada untuk kesejahteraan rakyatnya.
Negara Rusia dipimpin oleh seorang kaisar, dimana kekaisaran Rusia merupakan sebuah
terus mempraktikkan sistem pemerintahan otokratis. Setiap gubernia diperintah oleh
gubernur, yang memimpin delapan hingga 12 dewan. Wilayah gubernia akan dibagi lagi
menjadi beberapa dolia (bagian), dan di setiap dolia terdapat kepala yang bertugas
mengumpulkan pajak. Pajak ini digunakan untuk mendanai pasukan militer dan angkatan laut
ketika Kekaisaran Rusia berperang. Terdapat 12 dewan yang terdiri dari tiga dewan untuk
mengawasi urusan negara, tiga dewan untuk mengawasi keuangan, tiga dewan untuk
mengawasi industri dan perdagangan, sementara tiga lainnya untuk menangani masalah
peradilan, tanah, dan kotamadya kekaisaran. Dalam sistem politik otokrasi, penguasa hanya
memiliki akses ke sumber daya ekonomi, sehingga rakyat dianggap sebagai kelas pekerja.
Dalam sistem monarki, kepala negara adalah seorang raja atau ratu yang posisinya
ditentukan berdasarkan warisan atau keturunan keluarga kerajaan. Kepala negara dalam
monarki memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada rakyat biasa dan menjabat seumur
hidup. Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja, ratu, atau
sultan. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Ciri negara
monarki antara lain :
Disini Sultan menjabat sebagai kepala Negara dan juga kepala pemerintahan. Selain
itu, Brunei juga terkenal dengan keteguhannya memegang prinsip-prinsip keIslaman pada
tata pelaksanaan pemerintahan maupun kehidupan sehari-hari. Negara Brunei Darussalam
tidak memiliki dewan legislatif. Di tanggal September tahun 2000, Sultan Brunei Darussalam
mengadakan sidang untuk menentukan nasib parlemen, yang belum pernah terjadi sejak
tahun 1984. Parlemen dibentuk untuk membantu sultan menjalankan pemerintahan.Brunei
Darussalam, meskipun sultan memiliki kekuasaan mutlak dan penuh, akan tetapi masih
menerapkan sistem demokrasi yang mana rakyat pun masih diakui dan diambil pendapatnya.
Kekuasaan yang dipegang oleh sultan sangatlah besar. Akan tetapi, pada
pelaksanaannya pemerintahan di Brunei Darussalam juga bersifat demokratis, yang mana
rakyat pun selalu dilibatkan pada pengambilan keputusan Negara.
Negara teokrasi adalah negara yang menganggap bahwa konstitusi, ideologi serta
peraturan lainnya berdasarkan nilai – nilai keagamaan. Teori negara teokrasi muncul dalam
situasi anarkis dan hukum yang menyiksa manusia. Teori ini meyakini jika suatu negara
terbentuknya negara lebih karena kehendak Tuhan dibanding perjuangan maupun revolusi.
Pemerintahan teokrasi adalah jenis pemerintahan yang dipimpin oleh dewa tertinggi, yang
memerintah baik secara langsung atau tidak langsung melalui pelayan fana. Undang-undang
pemerintahan teokrasi didasarkan pada aturan agama dan melayani pemimpin atau pemimpin
ilahi daripada warga negaranya. Dalam negara teokrasi, orang yang berkuasa sama-sama
bertanggung jawab atas agama dan pemerintahan. Praktik terbuka hanya diizinkan oleh
agama yang berlaku, dan tidak ada pemisahan antara gereja dan negara.
Pada umumnya, pemerintahan teokratis bekerja dengan baik dan mudah digunakan,
dan semua aturan diterapkan dengan cepat ke semua tingkat masyarakat. Konflik antar partai
politik tidak akan memperlambat proses pemerintahan. Dalam masyarakat teokratis, semua
pemimpin politik dan sosial akan segera mengikuti aturan yang ditetapkan oleh eselon atas
mereka. Dalam suatu teokrasi, kelompok dan individu yang bersatu oleh keyakinan yang
sama akan bekerja sama menuju tujuan yang sama. Masyarakat di negara teokrasi cepat
mematuhi hukum, tingkat kejahatan relatif rendah. Ini membantu mereka mempertahankan
komitmen mereka terhadap pemerintahan, ketuhanan, budaya, dan gaya hidup mereka. Ciri-
ciri negara teokrasi antara lain :
Salah satu negara yang menganut sistem ini adalah Iran negara teokrasi campuran
yang terletak di Timur Tengah. Negara ini memiliki dewan, presiden, dan pemimpin
tertinggi. Namun, hukum dan peradilan Iran didasarkan pada hukum Islam, sehingga
konstitusi negara menggabungkan elemen dan prinsip teokratis dan demokratis. Konstitusi
menunjukkan bahwa orang yang paling memenuhi syarat untuk menafsirkan Islam adalah
penguasa negara, yang juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa warga negara
secara ketat mematuhi prinsip-prinsipnya. DAmpak dari sistem pemerintahan ini adalah
meskipun masyarakat dapat memiliki dan menjalankan bisnis dalam sistem teokrasi, bisnis
tetap harus mematuhi aturan, undang-undang, dan norma yang ditetapkan oleh sistem
kepercayaan teokratis. Aturan-aturan ini mungkin menghalangi perusahaan untuk melakukan
hal-hal baru dan memaksimalkan keuntungan mereka.
Iran memiliki sistem pemerintahan Republik Teokratis yang artinya suatu sistem
pemerintahan yang dianut oleh suatu negara dimana kepala negara adalah seorang Pemimpin
Agung. Pemimpin Agung yang dimaksudkan di sini adalah seorang pemimpin yang memiliki
otoritas politik serta agama tertinggi di Negara Republik Islam Iran. Sebagian besar
pengusaha di negara teokrasi tidak memiliki kebebasan yang cukup, meskipun ada beberapa
yang dapat. Demikian pula, meskipun rata-rata orang memiliki kemampuan untuk bekerja,
mereka tidak dapat menghasilkan uang yang paling mereka bisa. Tidak banyak kesempatan
untuk memperoleh kekayaan, masyarakat teokratis biasanya memandang barang-barang
material, dan mendorong kerjasama daripada persaingan. Iran memiliki sistem pemerintahan
Republik Teokratis yang artinya suatu sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara
dimana kepala negara adalah seorang Pemimpin Agung. Pemimpin Agung yang
dimaksudkan di sini adalah seorang pemimpin yang memiliki otoritas politik serta agama
tertinggi di Negara Republik Islam Iran Pemimpin Agung Iran ini memiliki kekuasaan yang
lebih kuat dan tinggi dibandingkan kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden Iran. Pemimpin
Agung sebagai kepala negara ini dapat menunjuk Kepala Militer. Selain itu, kepala negara
memiliki otoritas untuk memilih pemimpin Yudikatif dan Pemerintah Sipil. Iran memiliki
parlemen dengan jumlah anggota sebanyak 290 orang yang telah mendapatkan persetujuan
dari majelis wali. Parlemen ini disebut dengan Majles-e Shura-ye Eslami atau Majelis
Perundingan Islam.
Masa jabatan mereka di parlemen Iran selama empat tahun. Selain parlemen, Iran juga
memiliki kehakiman, Mahkamah Agung, dan ketua penuntut islam yang dipilih oleh
pemimpin agung negara. Iran memiliki dua jenis mahkamah yaitu mahkamah umum
menangani kasus umum dan kejahatan, dan mahkamah revolusi menangani kasus yang
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan negara. Semua desa dan kota juga dikelola oleh
dewan kota setempat yang dipilih secara umum.dan sektor-sektor yang merupakan sumber
pendapatan utama Iran termasuk minyak bumi, petrokimia, gas, tekstil, semen, pupuk,
pengolahan makanan, dan bahan-bahan konstruksi.
BAB IV
KESIMPULAN
4. 1 Kesimpulan
Perkembangan sistem pemerintahan di seluruh dunia mencerminkan evolusi
masyarakat dalam merespons berbagai kebutuhan dan dinamika zaman. Sejarah demokrasi,
otokrasi, monarki, dan teokrasi memberikan gambaran tentang beragamnya bentuk
pemerintahan yang pernah ada. Demokrasi, yang menekankan partisipasi rakyat dalam
pengambilan keputusan, muncul sebagai pilihan yang dominan di beberapa negara. Sejarah
demokrasi dunia dimulai di Athena pada zaman Yunani Kuno, dan sejak itu, konsep ini
menyebar ke berbagai belahan dunia.
Sementara itu, otokrasi menunjukkan satu penguasa yang memiliki kendali penuh atas
pemerintahan, dengan contoh awal dari Kekaisaran Romawi dan Rusia Imperial. Monarki,
yang telah ada selama ribuan tahun, menempatkan kepala negara sebagai figur keturunan atau
pewaris, dengan berbagai peran dan pengaruhnya dalam membentuk negara-negara modern
di Eropa. Di sisi lain, teokrasi menitikberatkan kekuasaan pada nilai-nilai keagamaan, dengan
pemimpin yang dianggap memiliki legitimasi ilahi.
Otokrasi, seperti yang terlihat dalam sejarah Rusia, mengekalkan kendali penuh atas
kebijakan pemerintahan, dengan dampaknya pada partisipasi dan kebebasan rakyat. Monarki,
sementara itu, memiliki ciri khas struktur kelas dan keturunan yang memainkan peran penting
dalam kepemimpinan. Contoh Brunei menunjukkan monarki absolut dengan kebijakan yang
diterapkan oleh Sultan.
Di sisi lain, teokrasi, seperti yang ada di Iran, menegaskan kebijaksanaan agama
sebagai landasan pemerintahannya. Ini menciptakan dampak pada kebebasan beragama dan
partisipasi politik warga negaranya. Teokrasi juga dapat membawa stabilitas dan kohesi
sosial karena semua keputusan dianggap berasal dari kehendak ilahi.
4.2 Saran
Atmadja, Idewa Gede, 2012. Ilmu Negara: Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian Kenegaraan,
Malang: Setara Press.
Aulina, N. (2022). Demokrasi dan Monarki . Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Encik Muhammad Fauzan dalam bukunya yang berjudul “Hukum Tata Negara Indonesia”,
Kelsen, H. (2011). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara . Bandung: Nusa Media.
Rahmat , A. (2021). Konsep Perbandingan Geopolitik, Sosial Budaya dab Ekonomi Negara-
Negara Maju Dan Negara Berkembang. Edukasia Multikura , 1-16.
Syifa, S. N., Rahadianto, R. D., Ramadhan, S. N., Sultan, N. R., & Fitria, S. D. (2023).
Bentuk Pemerintahan dalam Pandangan Aristoteles serta Bentuk dan Sistem
Pemerintahan Di Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 . Filsafat
Terapan, 1-19.