Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Perbandingan Sistem Pemerintahan di Negara Demokrasi, Berkembang, Otokrasi,


Monarki, Teokrasi
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh mata kuliah Perbandingan Pemerintahan
Dosen pengampu: Yamardi, S, IP., M.IP

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Dhiya Taftiyan NIM 6111201077

Muhamad Rizki Fadilah Suharto NIM 6111201083

Muhamad Rasyid Aditya NIM 6111201084

Yasyifa Tasya Aura Nabila NIM 6111201097

Thuhfathussalamah Sindratul NIM 6111201101


M.

Rizkha Nidawati NIM 6111201112

Rama Novansa NIM 6111201113

Dewi Febriyanti NIM 6111211043

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Perbandingan Pemerintahan dengan judul “Perbandingan
Sistem Pemerintahan di Negara Demokrasi, Berkembang, Otokrasi, Monarki, Teokrasi“
Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam teknis penulisan
maupun materi yang disampaikan pada makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
Sebagai akhir kata kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. kami ucapkan terima kasih.

Cimahi, 10 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Manfaat 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 hallo 2
2.2 hai 2
2.3 Pe 2
2.3.2 hi 2
BAB III
PEMBAHASAN 3
BAB IV
KESIMPULAN 4
4. 1 Kesimpulan 4
4.2 Saran 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah sistem pemerintahan adalah subjek yang kompleks dan luas yang telah
berkembang seiring berjalannya waktu. Sistem politik telah berkembang dari bentuk dasar
pemerintahan sendiri dan monarki menjadi sistem demokrasi dan totaliter yang kompleks
yang ada saat ini. Bentuk pemerintahan yang lazim secara historis meliputi monarki,
aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi, teokrasi, dan tirani. Bentuk-bentuk ini tidak selalu
eksklusif, dan pemerintahan campuran adalah hal yang umum. Revolusi Amerika memainkan
peranan penting dalam evolusi sistem pemerintahan, karena revolusi ini berkaitan dengan isu-
isu ekonomi dan juga isu-isu politik. Amerika Serikat seperti sebuah republik, di mana rakyat
memilih orang lain untuk mengambil keputusan atas nama mereka. Bentuk pertama dari
organisasi sosial manusia adalah keluarga yang hidup dalam kelompok masyarakat sebagai
pemburu-pengumpul, dan seiring berjalannya waktu, masyarakat yang lebih besar
menjadikannya lebih memungkinkan bagi masyarakat untuk mengadopsi model pengambilan
keputusan dan tata kelola yang beragam.
Ada berbagai bentuk pemerintahan di dunia, termasuk demokrasi yang berkembang,
teokrasi, monarki, dan jenis lainnya. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana satu atau
lebih dewa diakui sebagai otoritas penguasa tertinggi, memberikan bimbingan ilahi kepada
perantara manusia. Contoh negara teokrasi termasuk Kota Vatikan, Yaman, Arab Saudi,
Sudan, Iran, dan Afghanistan. Monarki adalah bentuk pemerintahan di mana satu orang,
biasanya raja atau ratu, memerintah negara. Contoh monarki konstitusional termasuk Inggris,
Kanada, dan Australia, sementara monarki absolut termasuk Arab Saudi dan Brunei.
Demokrasi yang berkembang adalah negara yang sedang bertransisi dari pemerintahan
otoriter ke pemerintahan demokratis. Contoh demokrasi yang berkembang termasuk
Myanmar, Tunisia, dan Ukraina .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dikemukakan rumusan
masalahnya yaitu bagaimana perbandingan sistem pemerintahan di negara demokrasi,
berkembang, otokrasi, monarki dan teokrasi.
1.3 Tujuan
Maka sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari maalah ini untuk
Mengetahui perbandingan sistem pemerintahan di negara demokrasi, berkembang, otokrasi,
monarki dan teokrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan


Disebut bentuk pemerintahan apabila suatu negara itu ditinjau dari aspek yuridis
yaitu melihat struktur dan isi dari negara itu (in sein structur). Sementara dikatakan
bentuk negara bila suatu negara dipandang secara sosiologis sebagai suatu keseluruhan
bangunan negara tanpa melihat isinya Suantra dan Nurmawati dalam (Sampe, 2022)
Plato dalam (Sampe, 2022) membedakan dua jenis bentuk pemerintahan, yaitu
bentuk pemerintahan yang ideal atau adil, dan bentuk pemerintahan yang buruk atau
tidak adil. Bentuk pemerintahan yang ideal dan adil adalah pemerintahan yang dijalankan
berdasarkan aturan hukum atau disebut juga negara hukum. Bentuk pemerintahan yang
paling ideal dan adil ini, menurut Plato, adalah aristokrasi. Sedangkan bentuk
pemerintahan yang buruk atau tidak adil adalah pemerintahan yang dijalankan
berdasarkan kehendak sewenang-wenang. Ada beberpa jenis bentuk pemerintahan
menurut plato diaantaranya;
 Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang
bangsawan yang memiliki penalaran moral dan memegang teguh nilai-nilai
keadilan dan kesetaraan. Kekuasaan dijalankan oleh sekelompok orang yang
layak menduduki jabatan publik.
 Timokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang
ingin mencapai kemasyhuran dan kehormatan.
 Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan
atau orang-orang kaya (Platon 2018).
 Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata.
 Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran (sewenang-
wenang) dan jauh dari keadilan.

Adapun menurut Aristoteles dalam (Syifa, Rahadianto, Ramadhan, Sultan, &


Fitria, 2023) berpendapat bahwa negara dibagi menjadi beberapa bentuk pemerintahan.
Bentuk pemerintahan tersebut terbagi menjadi dua kriteria utama, yakni bentuk
pemerintahan berdasarkan jumlah individu yang memegang puncak pemerintahan dan
bentuk pemerintahan berdasarkan kualitas pemerintahan di negara tersebut
 Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum.
 Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan pribadi.
 Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
bangsawan atau cendekiawan untuk kepentingan umum.
 Oligarki berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, “oligon” yang berarti sedikit,
dan “archein” yang berarti menguasai atau memerintah.
 Politeia adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat untuk
kepentingan umum.
 Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang.

2.2 Pengertian Negara Berkembang


Negara berkembang adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan suatu
negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap negar
berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di
dalam negera berkembang tersebut. (Rahmat , 2021)
Berikut ini beberapa negara yang dianggap sebagai ekonomiawal dan berkembang
menurut laporan Ekonomi Dunia Dana MoneterInternasional pada April 2010 yaitu :
Afghanistan, Albania, Somalia, Mesir, Angola, Sri Lanka, Argentina, Angola, Meksiko,
Ethiopia, Bahama, Sudan, Georgia, Bangladesh, Maroko, Suriah, Mozambik, Tanzania,
Guatemala, Thailand, Timor-Leste, Bolivia, Nepal, Guyana,Haiti, Nigeria, Tunisia, Turki,
Indonesia, Bruma, Brazil, Bulgaria, Iran,Irak, Jamaika, Ukraina, Uni Emirat Arab,
Republik Afrika Tengah,Yordania, Filipina, Polandia, Uzbekistan, Kenya, Qatar,
Chili,Tiongkok, Rumania, Venezuela, Vietnam, Lebanon, Kroasia, Kuba,Korea Utara,
Malaysia.
Menentukan suatu negara tergolong ke negara maju atau negara berkembang tidak
hanya dipandang dari sudut pendapatan per kapita negara tersebut. Banyak faktor lain
yang harus dipertimbangkan seperti pertumbuhan penduduk, tingkat kesehatan, tingkat
pendidikan, IPTEK, angka kelahiran dan kematian, angka harapan dan sebagainya. Salah
satu ciri negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya sebagai petani.
Harm J de Blij dalam (Legawa, 2008) membedakan negara berkembang dan negara
maju di dasarkan pada tingkat perkembangan ekonominya. Karena itu pengelompokan
negara berkembang dan negara maju, mengacu pada indikator sebagai berikut.
 Pendapatan nasional per kapita, diperoleh dengan membagi jumlah
keseluruhan pendapatan Negara per tahun dengan jumlah seluruh penduuk.
Bila pendapatan nasional lebih dari 10.000 US$ Negara tersebut
dikelompokkan sebagai negara maju. Bila hasil bagi kurang dari 8.000 US$,
tergolong negara berkembang
 Struktur mata pencaharian penduduk. Jika persentase tenaga kerja sebagian
besar memproduksi bahan makanan pokok, Negara tersebut Negara
berkembang.
 Produktivitas per tenaga kerja, diperoleh dari seluruh produksi sat tahun dibagi
dengan seluruh angkatan kerja.
 Penggunaan energi per orang, semakin tinggi penggunaan energi Negara Ilmu
tergolong negara maju.
 Fasilitas transportasi dan komunikasi per orang. Ditentukan dengan panjang
jalan kereta api, jalan raya, frekuensi perhubungan udara, telepon, jumlah
televisi. Makin tinggi indeksnya makin maju negara tersebut.
 Penggunaan logam yang di olah. Semakin banyak logam yang di olah semakin
maju negara tersebut.
 Ukuran lain adalah tingkat melek huruf penduduk, tingkat penggunaan kalori
per orang, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tabungan per kapita.

2.3 Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang. Kata demokrasi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu,
“demos” yang berarti rakyat, dan “kratos” yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Dalam
bentuk pemerintahan demokrasi, rakyatlah memerintah dan kemauan rakyat yang harus
dituruti. Bentuk pemerintahan demokrasi adalah bentuk merosot dari aristokrasi. (Sampe,
2022)
Berdasarkan pandangan Encik Muhammad Fauzan dalam bukunya yang
berjudul “Hukum Tata Negara Indonesia”, demokrasi terbagi menjadi dua jenis yakni
demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung atau perwakilan.

 Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan warga


negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan umum dan Undang-
Undang.
 Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan yang biasanya dilakukan melalui Pemilihan Umum.

Pada dasarnya demokrasi terdapat beberapa macam demokrasi. Macam-macam


demokrasi yang oleh Negara-negara di dunia yaitu, menurut (Prasetyoningsih, 2009)

a. Demokrasi parlementer adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan dalam


legeslatif lebih tinggi dari pada eksekutif
b. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, dianut sepenuhnya oleh Amerika
Serikat.
c. Demokrasi melalui referendum, yang paling mencolok dari sistem demokrasi melalui
referendum adalah pengawasan dilakukan oleh rakyat dengan cara referendum.

Demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam yaitu

a. Demokrasi langsung demokrasi ini memiliki makna bahwa paham demokrasi yang
mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam musyawarah untuk menentukan
kebijaksaaan umum dan undang-undang.
b. Demokrasi tidak langsung, demokrasi ini memiliki makna bahwa paham demokrasi
yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Demokrasi tidak langsung dan
demokrsai biasanya dilaksanakan melalui pemiliham umum.

Jeff Hayness membagi pemberlakuan demokrasi ke dalam tiga model berdasarkan


penerapanya yaitu:

a) Demokrasi formal ditandai dengan adanya kesempatan untuk memili pemerintahanya


dengan interval yang teratur yang ada aturan yang mengatur pemilu.
b) Demokrasi permukaan (façade) merupakan segala yang umum di dunia ketiga.
Tampak luarnya memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki subtansi
demokrasi.
c) Demokrasi subtantif menempati rangking paling tinggi dalampenerapan demokrasi.
Demokrasi subtantif member tempat kepada rakyat jelata, kaum miskin,
peremppuan, kaum muda, golongan minoritas kegamaan dan kaum etnik, untuk
dapat benar-benar menempatkan kepentingan dalam agenda politik diatu Negara.

2.4 Teokrasi

Teori teokrasi atau teori ketuhanan merupakan salah satu teori yang mengkonstruksi
tentang asal mula negara. Teori teokrasi yang mempunyai kaitan dengan asal mula negara
terdiri atas dua teori. Dua teori tersebut yaitu teori teokrasi klasik dan theori teokrasi modern.
Teori teokrasi klasik menyatakan bahwa otoritas kekuasaan berasal Tuhan dan kemudian
diberikan secara langsung kepada manusia yang memerintah. Manusia yang mendapat
kekuasaan tersebut yang dianggap sebagai titisan Tuhan (Atmadja 2012: 24).

Pemerintahan teokrasi adalah pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Tuhan.


Makna ini terkandung dalam kata "teokrasi" berasal dari bahasa Yunani, θεοκρατία
(theokratia). θεος (theos) artinya “Tuhan” dan κρατειν (kratein) “memerintah”. Teokrasi
artinya “pemerintahan oleh Tuhan”. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana agama
atau iman memegang peran utama (adalah negara yang menjadikan agama sebagai pedoman
pemerintahan). (Putra, 2010)

2.5 Monarki
Monarki berasal dari bahasa Yunani yaitu monos yang berarti satu dan archein yang
berarti pemerintah. Monarki adalah salah satu sistem pemerintahan, monarki sering juga
disebut kerajaan karena pemerintahanya dipimpin oleh seorang raja. Negara dapat dikatakan
sebagai negara monarki apabila raja merupakan pembentuk undang-undang, sekalipun
kekuasaan dalam bidang pemerintahan terbatas dan raja tidak mempunyai kekuasaan dalam
kekuasaan kehakiman. Namun berbeda dengan monarki absolut dimana menempatkan raja
sebagai pembuat tatanan hukum. Raja juga dapat membuat organ-organ yang diangkatnya
untuk membuat tatanan hukum dan raja tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
penyimpangan hukum yang dibuatnya karena raja tidak berada di bawah hukum. Maka dari
itu raja tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap sanksi hukum (Kelsen, 2011).
Melihat dari garis besar sejarah pada awal abad ke-19 terdapat lebih 900 tahta kerajaan
di dunia, kemudian masuk pada abad ke-20 menurun hanya terdapat 240 tahta kerajaan di
dunia dan pada dekade delapan abad ke-20 hanya ada 40 tahta yang masih ada. Namun
mengikuti perkembangan zaman monarki absolut hanya sedikit atau hampir tidak ada seperti
Saudi Arabia dan kebanyakan adalah monarki konstitusional. Monarki konstitusional bentuk
negara monarki yang dibatasi oleh konstitusi. Sehingga kekuasaan raja telah dibatasi, dalam
sejarahnya kekuasaan yang pertama kali dicabut dari raja adalah kekuasaan yudikatif.
Adapun contoh monarki konstitusional yaitu kerajaan inggris dimana inggris dengan
kekuasaan eksekutifnya dipegang oleh perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
yang mengkepalai departemen. Menteri-menteri ini berasal dari parlemen dan
bertanggungjawab langsung kepada parlemen, lembaga legislatif. Adapun perdana menteri
itu sendiri dipilih oleh raja/ratu, yang secara tradisi merupakan ketua dari partai berkuasa
dalam parlemen (Aulina, 2022).

2.6 Otokrasi
Otokrasi adalah sistem pemerintahan di mana satu orang atau partai (otokrat) memiliki
kekuasaan tertinggi dan absolut. Keputusan-keputusan otokrat ini tidak tunduk pada batasan
hukum eksternal maupun mekanisme kontrol rakyat yang diatur. Otokrasi ditandai dengan
pemusatan kekuasaan pada satu pusat, baik itu diktator individu atau sekelompok pemegang
kekuasaan seperti komite atau pimpinan partai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan sistem pemerintahan

Sebagai lembaga mediasi masyarakat, pemerintah akan memenuhi kebutuhan.


Sepanjang sejarah pemerintahan mengalami perkembangan mulai dari demokrasi, otokrasi,
monarki, hingga teokrasi. Setiap pemerintahan memiliki kekuasaan individu secara
keseluruhan. Demokrasi liberal muncul tahun 1945-1949 hingga demokrasi pada orde baru
dengan mendahulukan nilai-nilai kemanusiaan, harkat martabat manusia, kesatuan bangsa,
dan adanya rasa tanggung jawab pada Tuhan yang Maha Esa untuk mewujudkan keadilan
sosial. Negara otokrasi di dunia pada tahun 1970 hanya mencakup 43% karena pada akhir
abad ke-20 negara tersebut berubah menjadi negara demokrasi. Oleh karena itu, demokrasi
sangat terlihat memiliki perkembangan yang baik di beberapa negara barat.

3.1.1 Sejarah Demokrasi Dunia

Secara pengertian, demokrasi itu merupakan kekuasaan rakyat. Diambil dari bahasa
Yunani, demos artinya rakyat, dan kratos artinya kekuatan atau kekuasaan. Konsep ini tidak
lahir secara tiba-tiba, tetapi menjadi buah dari perkembangan kehidupan dan pemikiran
manusia. Demokrasi pertama kali diterapkan di kota Athena, pada masa Yunani Kuno.
Diperkirakan pada abad ke 4 Sebelum Masehi (SM) sampai abad ke 6 SM. Saat itu, Athena
menerapkan konsep demokrasi langsung, yaitu ketika keputusan-keputusan politik dijalankan
oleh seluruh warga negara. Akan tetapi, warga negara yang dimaksud dan memiliki hak
mengambil keputusan politik itu, hanyalah warga Yunani yang memiliki kasta tinggi.
Sedangkan pedagang asing, rakyat jelata, bahkan budak-budak yang dibeli, tidak memiliki
hak tersebut. Pada abad ke 6 SM sampai kira-kira abad ke 15 SM, negara-negara di Eropa
pun mulai ikut menerapkan sistem demokrasi.

3.1.2 Sejarah Otokrasi Dunia

Pemerintahan otokratis merupakan sistem di mana satu kekuasaan menjalankan


kendali atas banyak aspek masyarakat. Pemerintahan otokratis mengisolasi diri mereka dari
partisipasi dalam perebutan kekuasaan publik. Kekaisaran Romawi Mungkin contoh otokrasi
paling awal yang diketahui adalah Kekaisaran Romawi , yang didirikan pada tahun 27 SM
oleh Kaisar Augustus setelah berakhirnya Republik Romawi . Selanjutnya yaitu Rusia
Imperialis yaitu segera setelah dinobatkan sebagai penguasa pada tahun 1547, Tsar Rusia
pertama Ivan IV mulai mendapatkan reputasi menakutkan sebagai Ivan yang Mengerikan .
Melalui eksekusi dan pengasingan orang-orang yang menentangnya, Ivan IV membangun
kendali otokratis atas perluasan Kekaisaran Rusia.

3.1.3 Sejarah Monarki Dunia

Sejarah monarki dapat ditelusuri kembali ribuan tahun ke masa kuno. Pada zaman
kuno, banyak peradaban mengadopsi monarki sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Mesopotamia, Mesir kuno, Persia, dan Yunani kuno adalah beberapa contoh awal peradaban
yang memiliki sistem monarki. Salah satu contoh paling terkenal dari monarki kuno adalah
Kekaisaran Romawi, yang pada awalnya merupakan republik, tetapi kemudian berubah
menjadi kekaisaran dengan Kaisar sebagai kepala negara. Kekaisaran Romawi berkuasa
selama berabad-abad dan memiliki pengaruh besar di Eropa dan Mediterania. Selama Abad
Pertengahan, monarki di Eropa menjadi semakin kuat dan memiliki peran yang signifikan
dalam pembentukan negara-negara modern. Di Inggris, William the Conqueror dari
Normandia menjadi Raja Inggris pada tahun 1066 dan mendirikan dinasti Plantagenet yang
berkuasa selama berabad-abad. Selama Renaisans dan era Pencerahan, terjadi perubahan
penting dalam monarki di Eropa. Beberapa monarki di sini mengalami pembatasan kekuasaan
oleh sistem pemerintahan konstitusional dan parlemen.

3.1.4 Sejarah Teokrasi Dunia

Istilah teokrasi pertama kali digunakan oleh sejarawan Yahudi Flavius Josephus, yang
hidup pada tahun 37 M - 100 M, yang menggunakannya untuk menggambarkan
pemerintahan orang-orang Yahudi pada zaman Alkitab. Menurut catatan ini, Musa membantu
membentuk pemerintahan jenis baru bagi orang-orang Yahudi yang menganggap kekuasaan
dan otoritas tertinggi berasal dari Tuhan. Seperti salah satu contoh yaitu negara Mesir. Mesir
Kuno beroperasi sebagai monarki teokrasi. Di bawah sistem ini, para dewa masih merupakan
otoritas tertinggi, namun raja (yang kemudian disebut Firaun) dipandang sebagai orang yang
diurapi oleh para dewa untuk memerintah. Raja bertindak sebagai perantara antara rakyat dan
dewa, sehingga peraturan atau titah raja dipandang sebagai perintah ilahi. Orang Mesir
memuja Firaun sebagai keturunan dewa matahari.
3.2 Konsep Perbandingan Sistem Pemerintahan (dilihat dari bentuk negara, ciri-ciri,
gaya kepemimpinan konstitusional, sebab kemunculan, dan dampak)

3.2.1 Sistem Pemerintahan Demokrasi

Negara demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya
turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya. Beberapa contoh negara yang menganut
sistem ini adalah India, Amerika, Indonesia, Brazil, Nigeria, Jepang, Meksiko, Filipina, dan
Jerman. Negara yang menganut sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh
rakyat, di mana setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan
memengaruhi kehidupannya dalam bernegara. Negara demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Memiliki perwakilan rakyat


2. Keputusan berlandaskan aspirasi
3. Menerapkan konstitusional yang berkaitan dengan kepentingan rakyat
4. Menyelenggarakan pemilihan umum
5. Terdapat sistem kepartaian sebagai media bagi rakyat.
Indonesia merupakan salah satu yang menganut sistem demokrasi. Dengan adanya
demokrasi, berarti rakyat bebas berekspresi dan dan berpendapat. Sehingga negara yang
menerapkan sistem pemerintahan ini berarti memberi kebebasan kepada seluruh rakyatnya
untuk menyuarakan suara, pendapat, hingga aspirasi. Berdasarkan ideologi nya demokrasi
terbagi menjadi 3 yaitu demokrasi liberal yang menekankan pada ideologi liberal dan
cenderung mengakui kebebasan individu berdasarkan hak individu dalam bernegara,
demokrasi proletar yang cenderung berpihak pada kepentingan umum dan kurang
memperhatikan hak-hak politik dan kepentingan pribadi rakyat dan demokrasi pancasila yang
menitikberatkan pada bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Kesejahteraan rakyat
dicapai melalui konsensus dan fokus pada kepentingan bersama.

Demokrasi pancasila merupakan ideologi demokrasi yang dilakukan di Indonesia.


Sistem politik yang dianut oleh negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini
secara jelas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.Konstitusi mencakup segala
macam ketentuan dan peraturan ketatanegaraan atau hukum dasar dari sebuah negara.
Demokrasi Pancasila mengandung nilai-nilai dan tujuan yang tertuang dalam sila-sila
Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan
perwakilan, bertakwa, manusiawi, adil dan beradab, mempersatukan Indonesia dan bertujuan
untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, terwujudnya
demokrasi Indonesia tidak dapat tercapai tanpa pancasila sebagai dasar negara. Semua sila
dalam Sila Lima Elemen mempunyai status yang sama dan setara. Dengan demikian
keterkaitan antara prinsip menjadi satu kesatuan sehingga membentuk demokrasi.

Salah satu tujuan konstitusi adalah membatasi kekuasaan untuk menghindari


kesewenang-wenangan. Landasan konstitusional bangsa Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar atau UUD 1945. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dipahami sebagai hukum
dasar tertulis bagi bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan negara. Dalam kedudukannya
sebagai sumber hukum, UUD 1945 memiliki fungsi sebagai alat kontrol bagi norma-norma
hukum yang lebih rendah kedudukannya. Konsep demokrasi Pancasila ini bisa dikatakan
dengan kekuasaan pemerintah asalnya dari rakyat. Sehingga, pemerintahan harus
dilaksanakan dengan berprinsip pada keseimbangan, kesetaraan, dan keadilan. Dampak dari
demokrasi memfasilitasi hasil yang lebih dekat dengan preferensi warga negara. Mereka juga
berpendapat bahwa tindakan berpartisipasi dalam proses demokrasi itu sendiri dapat
meningkatkan kesejahteraan. Ada kemungkinan bahwa sistem demokrasi mempengaruhi
kualitas pemerintahan dengan lembaga yang memiliki kekuasaan diskresioner cenderung
membuat kebijakan yang menyimpang yang menguntungkan sekelompok kecil orang dalam
dengan mengorbankan masyarakat umum. Pada sistem ekonomi, pemerintah negara
demokrasi dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam
usaha mencapai kemakmuran bangsa. Selain itu, negara berperan dalam merencanakan,
membimbing, dan mengarahkan suatu kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat
kerja sama dan saling membantu antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

3.2.2 Sistem Pemerintahan Otokrasi

Salah satu ciri sistem politik otokrasi adalah pemerintahannya yang cenderung pribadi
dan sebagian bersifat konsensus. Selain itu, sistem kepemimpinannya hanya memberikan
otoritas kepada sebagian kecil orang di bawahnya. karena raja atau sultan biasanya
bertanggung jawab atas sistem otokrasi. Konstitusi atau peraturan hanya dibuat oleh sebagian
kecil orang yang dekat dengan kekuasaan. Artinya usulan, kritik dan saran masyarakat tidak
menjadi pertimbangan. Dalam sistem politik ini, pemimpin mengambil jarak dengan
rakyatnya. Akibatnya, sebagai pemain tunggal, pemimpin harus tampil sempurna untuk
mempertahankan kekuasaan. Akibatnya, masyarakat harus patuh dan tunduk sepenuhnya atas
kehendak pemimpinnya. Ciri-ciri otokrasi antara lain kebijakan tanpa opini publik, tidak ada
perlindungan hukum, dan adanya penggunaan kekerasan. Gaya kepemimpinan sistem
pemerintahan ini adalah pemimpin yang memiliki otoritas penuh dan mengambil semua
keputusan penting secara mandiri tanpa melibatkan tim atau anggota staf lainnya. Penyebab
munculnya negara ini adalah secara politik para pejabat memiliki kebebasan dan kehendak
politik namun kebebasan politik individu nyaris tidak ada. Kolektivisme dalam sistem ini
cenderung hanya berdasarkan kekerabatan tidak pada semangat individualisme.

Rusia merupakan salah satu contoh negara otokrasi, Dampak dari penyelenggaraan
pemerintah yang tidak transparan segala perencanaan dan kebijakan pemerintah lebih banyak
untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan daripada untuk kesejahteraan rakyatnya.
Negara Rusia dipimpin oleh seorang kaisar, dimana kekaisaran Rusia merupakan sebuah
terus mempraktikkan sistem pemerintahan otokratis. Setiap gubernia diperintah oleh
gubernur, yang memimpin delapan hingga 12 dewan. Wilayah gubernia akan dibagi lagi
menjadi beberapa dolia (bagian), dan di setiap dolia terdapat kepala yang bertugas
mengumpulkan pajak. Pajak ini digunakan untuk mendanai pasukan militer dan angkatan laut
ketika Kekaisaran Rusia berperang. Terdapat 12 dewan yang terdiri dari tiga dewan untuk
mengawasi urusan negara, tiga dewan untuk mengawasi keuangan, tiga dewan untuk
mengawasi industri dan perdagangan, sementara tiga lainnya untuk menangani masalah
peradilan, tanah, dan kotamadya kekaisaran. Dalam sistem politik otokrasi, penguasa hanya
memiliki akses ke sumber daya ekonomi, sehingga rakyat dianggap sebagai kelas pekerja.

3.2.3 Sistem Pemerintahan Monarki

Dalam sistem monarki, kepala negara adalah seorang raja atau ratu yang posisinya
ditentukan berdasarkan warisan atau keturunan keluarga kerajaan. Kepala negara dalam
monarki memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada rakyat biasa dan menjabat seumur
hidup. Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja, ratu, atau
sultan. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Ciri negara
monarki antara lain :

1. Raja atau ratu yang memerintah berdasarkan keturunan


2. Masyarakat memiliki struktur kelas.
3. Keluarga kerajaan mengelola masyarakat.
4. Perwakilan rakyat memiliki tanggung jawab pengambilan keputusan yang lebih
sedikit.
Salah satu negara yang menganut sistem monarki absolut adalah Brunei negara ini
diperintah oleh Sultan Hassanal Bolkiah, yang memiliki kekuasaan absolut. Sistem
pemerintahan nya merupakan keturunan seorang raja terdahulu dan memiliki legitimasi
kekuasaan dalam sistem ini. Seorang raja dianggap oleh masyarakat sebagai individu yang
ideal dari segi moral dan etika. Ini menunjukkan bahwa individu yang bertanggung jawab
atas sistem ini memiliki karakteristik pribadi yang unik. Ada perbedaan politik dan ekonomi
antara mereka yang berkuasa dan rakyat biasa. Orang-orang hanya dianggap sebagai
pembantu atau buruh yang tidak memiliki tenaga. Kerajaan dan pejabat bawahannya yang
ditingkatkan menjadikan seluruh tanah sebagai ladang produksi penguasa. Meskipun
ekonomi mereka lemah dan sulit, rakyat hanya dapat mengikuti aturan karena tidak ada
pilihan lain. Pemerintahan monarki absolut di Brunei didasarkan pada syariat Islam. Oleh
karena itu, monarki di Brunei Darussalam berbentuk kesultanan. Penambangan minyak dan
gas, yang merupakan sumber ekonomi utama negara, membuat Brunei menjadi negara yang
sangat kaya. Selain komoditas ekspor dari perkebunan, seperti karet dan lada, Brunei juga
mengekspor minyak bumi. Dampak dari sistem pemerintahan ini adalah suara rakyat tidak
didengar namun kelebihannya secara konstitusional, nasib rakyat lebih baik jika
pemerintahan memberikan batasan untuk raja dan mengenalkan HAM untuk rakyat.

Disini Sultan menjabat sebagai kepala Negara dan juga kepala pemerintahan. Selain
itu, Brunei juga terkenal dengan keteguhannya memegang prinsip-prinsip keIslaman pada
tata pelaksanaan pemerintahan maupun kehidupan sehari-hari. Negara Brunei Darussalam
tidak memiliki dewan legislatif. Di tanggal September tahun 2000, Sultan Brunei Darussalam
mengadakan sidang untuk menentukan nasib parlemen, yang belum pernah terjadi sejak
tahun 1984. Parlemen dibentuk untuk membantu sultan menjalankan pemerintahan.Brunei
Darussalam, meskipun sultan memiliki kekuasaan mutlak dan penuh, akan tetapi masih
menerapkan sistem demokrasi yang mana rakyat pun masih diakui dan diambil pendapatnya.

Kekuasaan yang dipegang oleh sultan sangatlah besar. Akan tetapi, pada
pelaksanaannya pemerintahan di Brunei Darussalam juga bersifat demokratis, yang mana
rakyat pun selalu dilibatkan pada pengambilan keputusan Negara.

3.2.4 Sistem Pemerintahan Teokrasi

Negara teokrasi adalah negara yang menganggap bahwa konstitusi, ideologi serta
peraturan lainnya berdasarkan nilai – nilai keagamaan. Teori negara teokrasi muncul dalam
situasi anarkis dan hukum yang menyiksa manusia. Teori ini meyakini jika suatu negara
terbentuknya negara lebih karena kehendak Tuhan dibanding perjuangan maupun revolusi.
Pemerintahan teokrasi adalah jenis pemerintahan yang dipimpin oleh dewa tertinggi, yang
memerintah baik secara langsung atau tidak langsung melalui pelayan fana. Undang-undang
pemerintahan teokrasi didasarkan pada aturan agama dan melayani pemimpin atau pemimpin
ilahi daripada warga negaranya. Dalam negara teokrasi, orang yang berkuasa sama-sama
bertanggung jawab atas agama dan pemerintahan. Praktik terbuka hanya diizinkan oleh
agama yang berlaku, dan tidak ada pemisahan antara gereja dan negara.

Penguasa di negara-negara teokrasi memegang jabatannya atas karunia ilahi dan


menjalankan pemerintahannya berdasarkan agama yang berlaku. Kitab suci berfungsi sebagai
sumber ilham ilahi dan mengatur seluruh operasi dan keputusan negara. Dalam teokrasi,
semua kekuasaan terkonsentrasi pada satu institusi, tanpa divisi kekuasaan. Tidak ada lagi
alasan untuk mempertanyakan keputusan pemimpin teokrasi karena keputusan tersebut
dianggap sebagai keputusan dewa. Di bawah sistem teokrasi, penduduk suatu negara
biasanya tidak memiliki kebebasan beragama dan tidak dapat memberikan suara pada
keputusan pemerintah.

Pada umumnya, pemerintahan teokratis bekerja dengan baik dan mudah digunakan,
dan semua aturan diterapkan dengan cepat ke semua tingkat masyarakat. Konflik antar partai
politik tidak akan memperlambat proses pemerintahan. Dalam masyarakat teokratis, semua
pemimpin politik dan sosial akan segera mengikuti aturan yang ditetapkan oleh eselon atas
mereka. Dalam suatu teokrasi, kelompok dan individu yang bersatu oleh keyakinan yang
sama akan bekerja sama menuju tujuan yang sama. Masyarakat di negara teokrasi cepat
mematuhi hukum, tingkat kejahatan relatif rendah. Ini membantu mereka mempertahankan
komitmen mereka terhadap pemerintahan, ketuhanan, budaya, dan gaya hidup mereka. Ciri-
ciri negara teokrasi antara lain :

1. Satu atau lebih dewa diakui sebagai penguasa tertinggi


2. Kepala negara diasumsikan mempunyai hubungan pribadi dengan dewa atau dewa-
dewa agama atau keyakinan spiritual suatu peradaban.
3. para pemimpin agama mengarahkan pemerintahan tetapi tidak mengklaim bahwa
mereka bertindak sebagai instrumen ketuhanan di bumi.

Salah satu negara yang menganut sistem ini adalah Iran negara teokrasi campuran
yang terletak di Timur Tengah. Negara ini memiliki dewan, presiden, dan pemimpin
tertinggi. Namun, hukum dan peradilan Iran didasarkan pada hukum Islam, sehingga
konstitusi negara menggabungkan elemen dan prinsip teokratis dan demokratis. Konstitusi
menunjukkan bahwa orang yang paling memenuhi syarat untuk menafsirkan Islam adalah
penguasa negara, yang juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa warga negara
secara ketat mematuhi prinsip-prinsipnya. DAmpak dari sistem pemerintahan ini adalah
meskipun masyarakat dapat memiliki dan menjalankan bisnis dalam sistem teokrasi, bisnis
tetap harus mematuhi aturan, undang-undang, dan norma yang ditetapkan oleh sistem
kepercayaan teokratis. Aturan-aturan ini mungkin menghalangi perusahaan untuk melakukan
hal-hal baru dan memaksimalkan keuntungan mereka.

Iran memiliki sistem pemerintahan Republik Teokratis yang artinya suatu sistem
pemerintahan yang dianut oleh suatu negara dimana kepala negara adalah seorang Pemimpin
Agung. Pemimpin Agung yang dimaksudkan di sini adalah seorang pemimpin yang memiliki
otoritas politik serta agama tertinggi di Negara Republik Islam Iran. Sebagian besar
pengusaha di negara teokrasi tidak memiliki kebebasan yang cukup, meskipun ada beberapa
yang dapat. Demikian pula, meskipun rata-rata orang memiliki kemampuan untuk bekerja,
mereka tidak dapat menghasilkan uang yang paling mereka bisa. Tidak banyak kesempatan
untuk memperoleh kekayaan, masyarakat teokratis biasanya memandang barang-barang
material, dan mendorong kerjasama daripada persaingan. Iran memiliki sistem pemerintahan
Republik Teokratis yang artinya suatu sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara
dimana kepala negara adalah seorang Pemimpin Agung. Pemimpin Agung yang
dimaksudkan di sini adalah seorang pemimpin yang memiliki otoritas politik serta agama
tertinggi di Negara Republik Islam Iran Pemimpin Agung Iran ini memiliki kekuasaan yang
lebih kuat dan tinggi dibandingkan kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden Iran. Pemimpin
Agung sebagai kepala negara ini dapat menunjuk Kepala Militer. Selain itu, kepala negara
memiliki otoritas untuk memilih pemimpin Yudikatif dan Pemerintah Sipil. Iran memiliki
parlemen dengan jumlah anggota sebanyak 290 orang yang telah mendapatkan persetujuan
dari majelis wali. Parlemen ini disebut dengan Majles-e Shura-ye Eslami atau Majelis
Perundingan Islam.

Masa jabatan mereka di parlemen Iran selama empat tahun. Selain parlemen, Iran juga
memiliki kehakiman, Mahkamah Agung, dan ketua penuntut islam yang dipilih oleh
pemimpin agung negara. Iran memiliki dua jenis mahkamah yaitu mahkamah umum
menangani kasus umum dan kejahatan, dan mahkamah revolusi menangani kasus yang
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan negara. Semua desa dan kota juga dikelola oleh
dewan kota setempat yang dipilih secara umum.dan sektor-sektor yang merupakan sumber
pendapatan utama Iran termasuk minyak bumi, petrokimia, gas, tekstil, semen, pupuk,
pengolahan makanan, dan bahan-bahan konstruksi.

BAB IV
KESIMPULAN

4. 1 Kesimpulan
Perkembangan sistem pemerintahan di seluruh dunia mencerminkan evolusi
masyarakat dalam merespons berbagai kebutuhan dan dinamika zaman. Sejarah demokrasi,
otokrasi, monarki, dan teokrasi memberikan gambaran tentang beragamnya bentuk
pemerintahan yang pernah ada. Demokrasi, yang menekankan partisipasi rakyat dalam
pengambilan keputusan, muncul sebagai pilihan yang dominan di beberapa negara. Sejarah
demokrasi dunia dimulai di Athena pada zaman Yunani Kuno, dan sejak itu, konsep ini
menyebar ke berbagai belahan dunia.

Sementara itu, otokrasi menunjukkan satu penguasa yang memiliki kendali penuh atas
pemerintahan, dengan contoh awal dari Kekaisaran Romawi dan Rusia Imperial. Monarki,
yang telah ada selama ribuan tahun, menempatkan kepala negara sebagai figur keturunan atau
pewaris, dengan berbagai peran dan pengaruhnya dalam membentuk negara-negara modern
di Eropa. Di sisi lain, teokrasi menitikberatkan kekuasaan pada nilai-nilai keagamaan, dengan
pemimpin yang dianggap memiliki legitimasi ilahi.

Dalam konteks perbandingan sistem pemerintahan, demokrasi, seperti yang


diterapkan di Indonesia, menciptakan ruang partisipasi dan kebebasan ekspresi bagi
rakyatnya. Demokrasi Pancasila mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam sistem
politiknya, yang mencakup kebijaksanaan perwakilan, ketuhanan, kemanusiaan, keadilan,
dan kesatuan. Meskipun demokrasi memberikan kebebasan kepada rakyat, tantangan tetap
muncul terkait keseimbangan antara kebebasan individu dan kepentingan bersama.

Otokrasi, seperti yang terlihat dalam sejarah Rusia, mengekalkan kendali penuh atas
kebijakan pemerintahan, dengan dampaknya pada partisipasi dan kebebasan rakyat. Monarki,
sementara itu, memiliki ciri khas struktur kelas dan keturunan yang memainkan peran penting
dalam kepemimpinan. Contoh Brunei menunjukkan monarki absolut dengan kebijakan yang
diterapkan oleh Sultan.

Di sisi lain, teokrasi, seperti yang ada di Iran, menegaskan kebijaksanaan agama
sebagai landasan pemerintahannya. Ini menciptakan dampak pada kebebasan beragama dan
partisipasi politik warga negaranya. Teokrasi juga dapat membawa stabilitas dan kohesi
sosial karena semua keputusan dianggap berasal dari kehendak ilahi.

Secara keseluruhan, perbandingan sistem pemerintahan menggambarkan


kompleksitas dan keunikannya masing-masing. Setiap bentuk pemerintahan memiliki
dampaknya sendiri pada kehidupan masyarakat, dan tantangan utama adalah menemukan
keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai setempat.

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan mengenai perkembangan sistem pemerintahan di masa lalu,


dapat diambil beberapa saran dan rekomendasi untuk menghadapi masa depan:

1. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


 Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan politik.
 Memastikan keadilan dalam perwakilan politik, termasuk keterlibatan
kelompok-kelompok minoritas.
 Menggunakan teknologi informasi untuk memfasilitasi partisipasi warga
negara dalam proses keputusan politik.
2. Menguatkan Sistem Demokrasi
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan untuk membangun
kepercayaan masyarakat.
 Menegakkan aturan hukum dan perlindungan hak asasi manusia.
 Menyusun mekanisme untuk mencegah dan menanggulangi korupsi dalam
pemerintahan.
3. Peningkatan Kesejahteraan dan Keadilan Sosial
 Memprioritaskan pembangunan ekonomi yang inklusif untuk mengurangi
kesenjangan sosial.
 Memperkuat sistem pendidikan dan kesehatan guna meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
 Menggabungkan prinsip-prinsip keadilan sosial dalam pembangunan
kebijakan.
4. Fleksibilitas dalam Sistem Pemerintahan
 Membuka diri terhadap inovasi dalam sistem pemerintahan untuk
meningkatkan efisiensi dan responsivitas.
 Menyesuaikan struktur pemerintahan dengan perkembangan teknologi dan
dinamika sosial.
5. Penguatan Sistem Perbandingan
 Mengkaji dan membandingkan pengalaman berbagai sistem pemerintahan
untuk mengevaluasi keberhasilan dan kelemahan.
 Menerapkan praktik terbaik dari sistem pemerintahan lain yang dapat
meningkatkan kualitas tata kelola.
6. Pendidikan Politik
 Meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya partisipasi politik dan
dampaknya.
 Memperkuat pendidikan politik di sekolah dan masyarakat untuk membentuk
pemimpin dan warga negara yang informan dan bertanggung jawab.
7. Globalisasi dan Diplomasi
 Beradaptasi dengan perubahan global dan memperkuat diplomasi untuk
meningkatkan kerjasama antarnegara.
 Mengambil peran aktif dalam isu-isu global seperti perubahan iklim,
perdamaian dunia, dan keamanan internasional.
8. Mempromosikan Keragaman dan Inklusivitas
 Memastikan representasi yang adil dari berbagai lapisan masyarakat dalam
lembaga-lembaga pemerintahan.
 Menghormati dan mempromosikan hak asasi manusia serta kebebasan
berserikat dan berpendapat.
9. Adaptasi terhadap Tantangan Teknologi
 Mengembangkan regulasi yang bijaksana terkait dengan penggunaan
teknologi dan keamanan siber.
 Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan layanan publik dan efisiensi
pemerintahan.
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan perkembangan sistem pemerintahan
di masa depan dapat lebih adaptif, inklusif, dan mampu menjawab tantangan kompleks yang
dihadapi oleh masyarakat global.
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Idewa Gede, 2012. Ilmu Negara: Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian Kenegaraan,
Malang: Setara Press.

Anangkota, M. (2020). Klasifikasi Sistem Pemerintahan Persektif Pemerintahan Modern


Kekinian . Ilmu Pemerintahan, 148-151.

Aulina, N. (2022). Demokrasi dan Monarki . Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Encik Muhammad Fauzan dalam bukunya yang berjudul “Hukum Tata Negara Indonesia”,

Jeff Hayness,2000, Demokrasi di Dunia, Jakarta, Grasindo. hlm.112

Kelsen, H. (2011). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara . Bandung: Nusa Media.

Legawa, I. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional .

Nanik Prasetyoningsih.2009.Politik Ketatanegaraan.LabHukum UMY:Yogyakarta

Rahmat , A. (2021). Konsep Perbandingan Geopolitik, Sosial Budaya dab Ekonomi Negara-
Negara Maju Dan Negara Berkembang. Edukasia Multikura , 1-16.

Sampe, S. (2022). Perbandingan Sistem Pemerintahan . Manado: CV FISPOL UNSRAT.

Syifa, S. N., Rahadianto, R. D., Ramadhan, S. N., Sultan, N. R., & Fitria, S. D. (2023).
Bentuk Pemerintahan dalam Pandangan Aristoteles serta Bentuk dan Sistem
Pemerintahan Di Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 . Filsafat
Terapan, 1-19.

European Center For Populism Studies (ECFS). 2019. https://www-populismstudies


org.translate.goog/Vocabulary/autocracy/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc. DIakses pada tanggal 3 Desember
2023 19.00

Abdillah, F. (2023). Sejarah dan Pemikiran Demokrasi.


https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-demokrasi-dunia. Diakses pada tanggal 3 Desember
2023
Vanya Karunia Mulia Putri, N. N. N. T. (n.d.). Teori Terbentuknya Negara. 2022.

Anda mungkin juga menyukai