RUJUKAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BANGIL
TENTANG
PANDUAN
RUJUKAN
PENGESAHAN DOKUMEN
NAMA JABATAN TANDA TANGAN TANGGAL
Pembuat
dr. Ferry Limantara, Sp. EM 1 Juli 2022
Dokumen
Authorized
dr. Dian Arie Setyawati 1 Juli 2022
Person
Direktur RSU
dr. Arma Roosalina, M. Kes Juli 2022
Bangil
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa karena berkat rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan
penyusunan “PANDUAN RUJUKAN” dengan lancar dan tanpa hambatan yang berarti.
PANDUAN RUJUKAN Pasien RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan ini disusun
dalam rangka memberikan acuan bagi semua jajaran di RSUD Bangil dalam
pemberian pelayanan kepada pasien dan keluarga, melalui panduan ini diharapkan
semua tenaga profesional pemberi asuhan serta tenaga terkait lainnya dapat
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan rujukan dan tindak lanjut di RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan panduan ini. Semoga
keinginan untuk dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat
tercapai, seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Panduan ini tentu saja masih belum dapat memuat semua hal tentang
PANDUAN RUJUKANt yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi
yang ada pada kami. Oleh karena itu permohonan maaf perlu kami
haturkan apabila dalam penyusunan Panduann ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian semoga panduan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait.
Pasuruan, 10 Mei
2022
TIM
PENYUSUN
iii
SAMBUTAN
DIREKTUR RSUD BANGIL KABUPATEN
PASURUAN
AN
G
I
L
DIREKTUR RSUD B A
KABUPATEN PASURU N
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
TENTANG
PANDUAN
RUJUKAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
PASURUAN
vii
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019;
6. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
viii
PANDUAN RUJUKAN sebagaimana dimaksud pada pasal 1 tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
ini.
Pasal 4
Pasal 5
ix
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR
RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN
NOMOR : 22 TAHUN 2022
TANGGAL : 10 MEI 2022
PANDUAN RUJUKAN PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rujukan pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk
dilakukan rujukan. Prinsip dalam melakukan rujukan pasien adalah
memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani rujukan.
Rujukan pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan
komunikasi
pra transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi
pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat rujukan dan
monitoring pasien selama rujukan. Rujukan pasien hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta
petugas professional lainnya yang sudah terlatih.
B. Tujuan
Tujuan dari Panduan Rujukan Pasien
adalah :
1. Agar pelayanan rujukan pasien dilaksanakan secara professional sesuai
peraturan perundang-undangan.
2. Agar proses rujukan / pemindahan pasien berlangsung dengan aman
dan
lancer serta pelaksanaanya sangat memperhatikan pasien serta
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
C. Pengertian
Beberapa definisi yang digunakan dalam panduan ini
meliputi:
1. Rujukan adalah proses perpindahan pasien dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain yang fasilitasnya dibutuhkan oleh pasien.
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter
yang bertanggung jawab terhadap asuhan pasien sejak pasien masuk
sampai pulang dan mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis
sesuai surat penugasan klinisnya.
1
BAB II
TATA LAKSANA
2
3) Pasien Derajat 2 : pasien yang
membutuhkan observasi/intensive lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ
atau pasca – operasi, dan pasien yang sebelumnya
dirawat di ICU harus di dampingi oleh petugas yang
berkompeten, terlatih, dan berpengalaman ( dokter dan
perawat).
4) Pasien Derajat 3 : pasien yang membutuhkan
bantuan pernafasan ( advanced respiratory support )
atau bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penganan
kegagalan multi organ, harus didampingi oleh petugas
yang berkompeten, terlatih, dan berpengalaman( dokter
anastesi dan perawat ruang intensif).
e. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat rujukan
pasien,
sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan Derajat yaitu:
1) Pasien Derajat 0 : Status rekam medis pasien,
hasil pemeriksaan penunjang (foto rontgen, dll), formulir
rujukan/ serah terima yang sudah diisi dengan lengkap,
kursi roda/ tempat tidur
2) Pasien Derajat 1 : Semua peralatan yang disertakan
pada derajat 0 ditambah dengan tabung oksigen dan canul,
standar infus.
3) Pasien Derajat 2 : Peralatan yang disertakan pada
derajat 1 ditambah dengan Monitor EKG bila dimungkinkan
4) Pasien Derajat 3 : Peralatan yang disertakan pada
derajat 2 ditambah dengan alat bantu pernafasan bila
diperlukan.
f. Isi formulir pemindahan antar ruangan dengan lengkap
g. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
sebelum pasien dirujukan oleh perawat pendamping
h. Catat hasil observasi pada catatan keperawatan
i. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran)
selama rujukan
j. Lakukan serah terima dengan perawat unit yang dituju.
Hal-hal yang diserahterimakan adalah:
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
2) Dokter yang merawat
3) Diagnosa medis dan riwayat penyakit
4) Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-
tanda vital pasien
5) Tindakan yang telah dilakukan
6) Terapi yang telah diberikan (cairan infus, obat-obatan)
7) Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
serta administrasinya (Laboratorium, radiologi, dll,
serta untuk follow up hasil pemeriksaan yang belum
selesai)
8) Alergi obat
3
9) Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang
akan dilakukan/ dilanjutkan serta administrasinya
10) Status Rekam Medis Pasien
11) Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga)
12) Informasi lain yang dianggap perlu
4
a. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa
umum khusus untuk pasien RSUD Bangil dengan tim
rujukan dari petugas IGD, di mana tim tersebut akan
mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit
jejaring untuk dibawa ke RSUD Bangil.
b. Tim rujukan local: RSUD Bangil memiliki tim rujukannya
sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit
lain, tetapi bila tim rujukan dan faslitas rujukan di RSUD
Bangil sedang tidak siap, maka rujukan dilakukan dengan
menggunakan jasa tim rujukan dari ambulan RS lain.
3. RSUD Bangil mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan
rujukan
untuk pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
4. Dokter spesialis / DPJP yang bertanggungjawab dalam tim
rujukan pasien harus siap sedia untuk mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan rujukan pasien sakit berat / kritis antar-rumah
sakit.
5. Penanggung Jawab jika pasien dirujuk.
Untuk Penanggung Jawab jika pasien dirujuk adalah :
a Pada jam dan hari kerja adalah Kepala Ruangan.
b Pada diluar jam kerja yang bertanggung jawab adalah
supervisi, terutama pada malam hari.
5
a. Pada kondisi tertentu dimana stabilisasi sulit dicapai.
b. Disfungsi atau gagal pada satu atau lebih system tubuh.
c. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh
pasien akibat adanya akselerasi dan deselerasi
selama rujukan berlangsung
9. Dalam rujukan pasien, diperlukan personel yang terlatih dan
kompeten, peralatan dan kendaraan khusus.
10. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter
spesialis
(biasanya sebagai konsultan) dan dokter ruangan.
11. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan
nama dokter yang mengambil keputusan (berikut gelar dan
biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan,
serta alasan yang mendasari.
12. Terdapat 3 alasan untuk melakukan rujukan pasien keluar
RSUD Bangil , yaitu:
a. Rujukan untuk penanganan dan perawatan spesialistik
lebih lanjut
1) Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat
diperlukan rujukan yang efisien untuk tatalaksana pasien
lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RSUD bangil
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik
sebelum dirujukan.
3) Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat
dikategorikan sebagai tipe rujukan „gawat darurat‟, misalnya
ruptur aneurisma aorta. juga dapat dikategorikan sebagai
tipe rujukan „gawat‟, misalnya pasien dengan kebutuhan
hemodialisa.
b. Rujukan antar rumah sakit untuk alasan non-medis
(misalnya karena ruangan penuh, fasilitas kurang
mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat)
1) Idealnya, pasien sebaiknya tidak dirujukan jika bukan
untuk
kepentingan mereka.
2) Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan /
kebutuhan akan tempat tidur/ ruang rawat inap
melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan untuk
menrujukan pasien ke unit / rumah sakit lain.
3) Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek
etika, apakah akan menrujukan pasien stabil yang telah
berada / dirawat di unit intensif rumah sakit atau
menrujukan pasien baru yang membutuhkan perawatan
intensif tetapi kondisinya tidak stabil.
4) Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat
dikategorikan
sebagai tipe rujukan
‘gawat’.
c. Repatriasi / pemulangan kembali
6
1) Rujukan hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil
dan kondisinya dinilai cukup baik untuk menjalani rujukan
oleh DPJP/ dokter spesialis yang merawatnya.
2) Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya
rujukan harus dipikirkan dengan matang dan dicatat.
3) Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, rujukan
pasien ini haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima
dan biasanya lebih diutamakan dibandingkan
penerimaan pasien elektif ke unit ruang rawat. Hal ini juga
membantu menjaga hubungan baik antar-rumah sakit.
4) Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini
biasanya dikategorikan sebagai tipe rujukan ‘elektif’
13. Saat keputusan rujukan telah diambil, dokter yang bertanggung
jawab/
dokter ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
14. Dalam menrujukan pasien antar rumah sakit, tim rujukan
RSUD Bangil (DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah
sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju.
Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim
rujukan RSUD Bangil harus memastikan tersedianya peralatan
medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
15. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk
menerima
pasien sebelum dilakukan rujukan
16. Keputusan final untuk melakukan rujukan ke luar RSUD Bangil
dipegang oleh dokter spesialis / DPJP/ konsultan rumah sakit yang
dituju.
17. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan
keluarga mengenai perlunya dilakukan rujukan antar rumah sakit,
dan mintalah persetujuan tindakan rujukan.
18. Proses pengaturan rujukan ini harus dicatat dalam status rekam
medis pasien yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak
personel yang membuat kesepakatan baik di rumah sakit yang
merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar- rumah sakit; serta saran-saran /
hasil negosiasi kedua belah pihak.
19. Personel tim rujukan harus memiliki kompetensi yang
sesuai;
berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat
bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan
panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait;
dan juga memastikan proses rujukan berlangsung dengan
aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah
sakit yang merujuk
20. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika
keputusan untuk melakukan rujukan telah dibuat, bahkan bila
waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini memungkinkan
layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
7
D. Stabilisasi Sebelum Rujukan
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap
pasien, rujukan yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien
yang sakit berat / kritis (extremely ill).
2. Rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum
stabil
(pasien kalau kondisi sudah stabil). Kondisi stabil merupakan
kondisi dimana pasien tidak terjadi penurunan keadaan, dan
diharapkan sampai di tempat tujuan rujukan.
3. Upaya rujukan oleh Rumah Sakit paling sedikit berupa :
a. melakukan pertolongan pertama dan/atau
tindakan stabilisasi kondisi Pasien sesuai indikasi medis
serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan Pasien selama pelaksanaan rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan
danmemastikan bahwa penerima dapat
menerima Pasien dalam hal keadaan Pasien gawat darurat;
dan
c. membuat surat rujukan untuk disampaikan
kepada penerima rujukan
4. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien
akibat adanya akselerasi dan deselerasi selama rujukan
berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya dikoreksi
sebelum rujukan.
5. Unit / rumah sakit yang dituju untuk rujukan harus
memastikan bahwa ada prosedur / pengaturan rujukan pasien
yang memadai.
6. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah
pengambilan keputusan dibuat hingga pasien dirujukan ke unit/
rumah sakit lain.
7. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum rujukan:
a. Amankan patensi jalan
napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau
trakeostomi dengan pemantauan end-tidal carbondioxide
yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien
yang menggunakan ventilator portabel selama minimal 15
menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2
kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-
menerus merupakan teknik terbaik untuk memantau
tekanan darah pasien selama proses rujukan berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-
Sealed
Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh
diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika
diperlukan
8
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat
menunggu pelaksanaan rujukan
8. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran
mengenai penanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan
terhadap pasien pada situasi-situasi khusus, namun tanggung
jawab tetap pada tim rujukan.
9. Tim rujukan harus familiar dengan peralatan yang ada dan
secara independen menilai kondisi pasien.
10. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh
petugas rujukan.
11. Gunakanlah daftar persiapan rujukan pasien untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak
ada yang terlewat.
10
Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa Selama
Rujukan Kompetensi SDM Untuk Rujukan Antar Rumah Sakit
11
menangani standar
permasalahan jalan minimal.
napas dan
pernapasan, minimal
derajat ST 3 atau
sederajat.
Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien dengan
sakit berat / kritis
12
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran
tekanan darah secara invasif selama rujukan (wajib pada pasien
dengan cedera otak akut; pasien dengan tekanan darah tidak stabil
atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan
inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau
filling status (status volume pembuluh darah) pasien sebelum
rujukan. Akses vena sentral diperlukan dalam pemberian
obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada
pasien- pasien tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan
pemantauan suplai oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure),
dan pengaturan ventilator.2
10. Tim rujukan yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-
obatan
yang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini
sudah disiapkan di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
b. Obat
sedasi c.
Analgesik
d. Relaksans
otot e. Obat
inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak
agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar
terjaga dengan baik.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang
dengan baik.
13. Petugas rujukan harus familiar dengan seluruh peralatan yang
ada di
ambulans.2
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien
selama rujukan.
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan
baterai
(saat tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya
mati listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang
dan dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen
arteri, pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi,
dan temperatur.
19. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel
dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan
saat terdapat pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
13
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup
keras.
21. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):
a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya
alat dari tubuh pasien
b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end
expiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen
inspirasi
c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-
menit, dan volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-
controlled ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan
(continuous positive airway pressure)
22. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya
suatu
proses rujukan yang lancar dan tidak adanya penundaan
dalam pemberian terapi / obat-obatan.1
23. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor,
tatalaksana yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait.
Pencatatan ini harus dilengkapi selama rujukan.
24. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama rujukan dan
dicatat di lembar pemantauan.
25. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh
petugas dan harus dalam posisi aman di bawah derajat pasien.
26. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang
berpengalaman; diaplikasikan pada rujukan intra- dan antar-
rumah sakit
27. Sebelum rujukan, lakukan analisis mengenai risiko dan
keuntungannya.
28. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup
untuk mengantisipasi kejadian emergensi.
29. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan
oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
30. Petugas yang menrujukan pasien ke ruang pemeriksaaan
radiologi harus paham akan bahaya potensial yang ada.
31. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh
melebihi
derajat pasien
14
g. Area untuk mendarat di tempat
tujuan h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk rujukan pasien jasa ambulan gawat
darurat a. Siap sedia dalam 24 jam
b. Perjalanan darat
c. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan
yang dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.
d. Adanya kontak pusat ambulan
15
10. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan,
gunakanlah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
16
BAB III
B. Audit
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama rujukan.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan
sarana audit
3. RSUD Bangil bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya
proses pelaporan insidens yang terjadi dalam rujukan dengan
menggunakan protokol standar RSUD Bangil.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSUD Bangil
C. Jaminan Mutu
Dalam melakukan tindakan rujukan dilakukan evaluasi meliputi :
1. Respons Time
2. Kepuasan pelanggan
3. Insiden
18
DAFTAR RUMAH SAKIT RUJUKAN RSUD BANGIL
3. RS DR SOETOMO ALAMAT :
JL.MAYJEN. PROF.DR MOESTOPO 6-8 SURABAYA
TELP.SEKETARIAT :(031)5501011
19