i
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA
NOMOR 210 TAHUN 2019
TENTANG
iii
-2-
-2-
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Mangupura
pada tanggal 8 Pebruari 2019
DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH MANGUSADA
KABUPATEN BADUNG
iv
dr. I NYOMAN GUNARTA, M.P.H.
PEMBINA TINGKAT I
NIP. 19721213 200212 1 005
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
bisa menyelesaikan penyusunan buku panduan ini yang diberi judul “Pand-
uan Asesmen Pasien.”
Buku panduan ini pada intinya memuat kebijakan-kebijakan tentang as-
esmen pasien yang ditetapkan di Rumah Sakit Daerah Mangusada Kabu-
paten Badung. Penyusunan buku panduan ini dimaksudkan untuk dijadikan
pegangan bagi para tenaga kesehatan Rumah Sakit Daerah Mangusada
Kabupaten Badung dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya
pada tahap asesmen pasien.
Terwujudnya buku panduan ini tidak terlepas dari adanya dukungan
berbagai pihak dalam hal materi referensi, keilmuan disiplin profesi, tenaga,
semangat dan lain sebagainya. Atas semuanya itu pada kesempatan ini kami
menghaturkan terima-kasih yang sedalam-dalamnya.
Kami menyadari buku panduan ini dari berbagai aspek masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna penyempur-
naan buku ini dalam revisi berikutnya. Atas semuanya itu kami haturkan ter-
ima kasih yang sebesar-besarnya. Akhir kata, semoga buku panduan ini
memberikan manfaat bagi semuanya demi terwujudnya pelayanan kese-
hatan yang efektif, efisien dan paripurna.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
1
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/ Case Manager
Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga .
B. Pengertian
2
Untuk melihat perubahan kondisi pasien sehingga dibutuhkan peruba-
han rencana asuhan.
Untuk menilai apakah pengobatan dan tindakan lain telah berhasil dan
pasien dapat dipindahkan atau pulang.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Asesmen pasien dilakukan di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, In-
stalasi Gawat Darurat dan di unit-unit perawatan intensif.
6
f. Asesmen awal pasien rawat inap dianalisa menghasilkan rencana
asuhan.
g. Rencana asuhan dan tindak lanjutnya yang dibuat oleh profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya diintegrasikan oleh dokter penang-
gung jawab pemberi pelayanan (DPJP).
h. Keluarga pasien dilibatkan dalam melengkapi asesmen awal (al-
loanamnesis), termasuk memberikan keputusan dalam membuat ren-
cana asuhan.
2. Kebijakan Asesmen Awal Pasien Populasi Khusus
a. RSD Mangusada menetapkan pasien populasi khusus sebagai
berikut :
pasien neonatus
pasien anak
pasien obstetri / ginekologi
pasien geriatri
b. Masing-masing pasien populasi khusus tersebut dilakukan asesmen
awal keperawatan dan asesmen awal medis
3. Kebijakan Asesmen Pasien Tertentu
a. RSD Mangusada menetapkan pasien tertentu yang membutuhkan
asesmen khusus sebagai berikiut:
Pasien dengan kebutuhan perencanaan pemulangan pasien
(P3)
Pasien dengan penyakit tahap terminal/menghadapi kematian
Pasien dengan rasa sakit kronik atau nyeri (intense)
Pasien korban kekerasan/kesewenangan
Pasien dengan penyakit menular atau infeksius
Pasien yang menerima kemoterapi atau terapi radiasi
Pasien dengan sistem imun terganggu
b. Pasien rawat inap diskrining akan kebutuhan asesmen perencanaan
pemulangan pasien (discharge planning) oleh DPJP saat asesmen
awal.
c. RSD Mangusada menetapkan kriteria pasien yang membutuhkan as-
esmen perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) sebagai
berikut:
Usia > 70 tahun
Pasca operasi besar
7
Perpanjangan masa penyembuhan dari operasi besar atau penyakit
Keterbatasan mobilitas fisik
Keterbatasan kemampuan merawat diri
Kurang pengetahuan
Multiple diagnosis dengan risiko kematian yang tinggi
Risiko terjadinya cedera
Tuna wisma dan fakir miskin
Diagnosis baru penyakit kronis
Ketidakstabilan mental dan emosi
Penatalaksanaan perawatan di rumah yang kompleks
Penyakit stroke, DM baru, TBC paru, gangguan penyalahgunaan
zat/obat
Riwayat sering menggunakan pasilitas emergency
d. RSD Mangusada menetapkan kriteria pasien bayi yang membutuhkan
perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning) sebagai berikut:
Bayi pre-term
Bayi dengan kebutuhan kesehatan khusus atau ketergantungan
pada obat
Bayi berisiko oleh karena permasalahan keluarga
Bayi dengan antisipasi kematian dini
e. Pasien yang memenuhi kriteria perencanaan pemulangan pasien dilan-
jutkan dengan asesmen perencanaan pemulangan pasien (discharge
planning).
f. Dilakukan skrining pada pasien yang diputuskan dengan kondisi hara-
pan hidup yang kecil. Kondisi ini diputuskan oleh DPJP. Contoh:
Penyakit kronis: AIDS
Kondisi keganasan: cancer
Kelainan syaraf: stroke, hydrocephalus
Keracunan: keracunan obat, makanan dan sat kimia
Kecelakaan / trauma: trauma kapitis, trauma organ vital (paru,
jantung), ginjal.
g. Dilakukan asesmen dan asesmen ulang terhadap pasien dalam tahap
terminal dan keluarganya.
h. Asesmen dan asesmen ulang pasien dalam tahap terminal bersifat indi-
vidual agar sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarganya.
8
i. Asesmen dan asesmen ulang pasien pada tahap terminal harus menilai
kondisi pasien yang meliputi:
Gejala mual dan kesulitan pernapasan
Faktor yang memperparah gejala fisik
Manajemen gejala sekarang dan respons pasien
Orientasi spiritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam
kelompok agama tertentu
Keprihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa, pen-
deritaan, dan rasa bersalah
Status psikososial pasien dan keluarganya seperti kekerabatan,
kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara men-
gatasi, serta reaksi pasien dan keluarganya menghadapi penyakit
Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan
keluarganya
Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan
Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi
dan potensi reaksi patologis atas kesedihan
4. Kebijakan Asesmen Ulang Pasien Rawat Inap
a. DPJP, PPJA dan PPA lainnya melakukan asesmen ulang pasien
rawat inap.
b. Asesmen ulang pasien rawat inap dicatat pada form Catatan Perkem-
bangan Pasien Terintegrasi (CPPT) berbasis IAR dengan pola
SOAP. Asesmen ulang gizi menggunakan pola ADIME (Assesment,
Diagnose, Intervention, Monitoring, Evaluation).
c. Form CPPT dalam rekam medis (pada bagian rawat inap) ditem-
patkan setelah form asesmen awal dan asuhan keperawatan. Lem-
bar-lembar form CPPT diurut ke belakang berdasarkan tanggal dan
jam.
d. DPJP melakukan asesmen ulang medis terhadap pasien akut seku-
rang-kurangnya setiap hari, termasuk di akhir minggu / libur, dan jika
ada perubahan penting kondisi pasien.
e. Asesmen ulang oleh perawat dilakukan minimal satu kali per shift
atau lebih sering sesuai kondisi pasien.
f. Perawat mencatat secara tetap, tanda-tanda vital (TTV), asesmen ny-
eri, detak jantung dan suara paru, sesuai kondisi pasien.
9
g. Asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dengan interval
sesuai kondisi pasien.
h. Hasil asesmen ulang dianalisis oleh masing-masing PPA untuk mem-
buat rencana asuhan.
i. Hasil asesmen ulang dan rencana asuhan oleh masing-masing PPA
diverifikasi harian oleh DPJP Utama dan diintegrasikan dalam bentuk
notasi pada CPPT.
10
g. Keluarga pasien dilibatkan dalam melengkapi asesmen awal (al-
loanamnesis), termasuk memberikan keputusan dalam rencana
asuhan.
h. Asesmen awal pasien rawat jalan dengan penyakit akut / non kronis
diperbaharui setelah 1 (satu) bulan.
i. Asesmen awal pasien rawat jalan dengan penyakit kronis diperba-
harui setelah 3 (tiga) bulan.
2. Kebijakan Asesmen Ulang Pasien Rawat Jalan
a. Asesmen ulang pasien rawat jalan dicatat pada form Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) berbasis IAR dengan
pola SOAP.
b. Form CPPT dalam rekam medis (pada bagian rawat jalan) ditem-
patkan setelah form asesmen awal, asuhan keperawatan. Lem-
bar-lembar form CPPT diurut ke belakang berdasarkan tanggal
dan jam.
c. Perawat mencatat secara tetap, tanda-tanda vital (TTV), asesmen
nyeri, detak jantung dan suara paru, sesuai kondisi pasien.
d. Hasil asesmen ulang dianalisa untuk membuat rencana asuhan.
11
g. Asesmen awal pasien gawat darurat menghasilkan diagnosis
awal dan masalah kesehatan pasien.
h. Asesmen awal pasien gawat darurat dianalisa untuk meng-
hasilkan rencana asuhan.
i. Rencana asuhan dan tindak lanjutnya yang dibuat oleh profe-
sional pemberi asuhan (PPA) lainnya diintegrasikan oleh dokter
penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP).
j. Keluarga pasien dilibatkan dalam melengkapi asesmen awal (al-
loanamnesis), termasuk memberikan keputusan dalam rencana
asuhan.
2. Kebijakan Asesmen Ulang Pasien Gawat Darurat
a. Untuk menilai perkembangan pasien dan respon pasien terhadap
asuhan dan pengobatan yang diberikan dilakukan asesmen ulang
oleh DPJP, PPJA dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya.
b. Asesmen ulang pasien gawat darurat dicatat pada form Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) berbasis IAR dengan
pola SOAP.
c. Perawat mencatat secara tetap, tanda-tanda vital sesuai kebutuhaan
dan kondisi pasien.
d. Hasil asesmen ulang dianalisa untuk membuat rencana asuhan.
e. Hasil asesmen ulang dan rencana asuhan oleh masing-masing profe-
sional pemberi asuhan (PPA) diintegrasikan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP).
13
hipertensi, HIV, SARS, flu burung, pasien bedah/reseksi saluran cerna,
penurunan sistem imunitas, kanker, ibu hamil, ibu menyusui dan pasien tidak
sadar) dilakukan pengkajian oleh ahli gizi.
8. Skrining risiko nutrisional untuk pasien anak menggunakan kriteria Modifikasi
Strong Kids:
a. Score 4-5 : risiko tinggi
b. Score 1-3 : risiko sedang
c. Score 0 : tidak berisiko
9. Pasien anak dengan risiko tinggi dan sedang malnutrisi dilakukan pengkajian
lebih lanjut oleh dietisien/tim terapi gizi anak.
10. Pasien yang tidak berisiko malnutrisi dilakukan skrining ulang setelah 7 hari.
11. Skrining risiko nutrisional untuk pasien geriatri menggunakan kriteria Mini
Nutrisional Assesment:
a. Total score <17 : malnutrisi
b. Total score 17-23,5 : berisiko malnutri
c. Total score >24 : normal
Asesmen pasien dilakukan di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, In-
stalasi Gawat Darurat dan di unit-unit perawatan intensif.
6) Anggota gerak:
a) Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal (protrusion),
simetris
b) Palpasi: nyeri, krepitasi
c) Nilai nadi distal: intensitas (kuat/lemah), teratur, kecepatan
(lambat, normal, cepat)
d) Nilai sensasi (saraf sensorik)
e) Nilai adanya kelemahan / parese (jika tidak ada kecurigaan
fraktur): perintahkan pasien untuk meremas tangan pemeriksa
f) Nilai pergerakan anggota gerak (jika tidak ada kecurigaan
fraktur)
7) Punggung :
a) Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.
b) Palpasi: luka, fraktur, nyeri
19
nyeri sampai dengan angka 10 yang berarti nyeri berat. Angka nilai
yang disebutkan pasien diterjemahkan sebagai berikut:
a) 0 = tidak nyeri
b) 1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-
hari)
c) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas se-
hari-hari)
d) 7 - 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari)
2) Penilaian derajat nyeri pada pasien anak usia > 3 tahun atau yang
tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka da-
pat menggunakan metode Wong Baker Faces Pain Scale.
3) Penilaian derajat nyeri pada pasien anak usia < 3 tahun menggu-
nakan metode Face Legs Activity Cry Consolability (FLACC).
4) Penilaian derajat nyeri pada pasien tidak sadar atau menggunakan
sedasi menggunakan metode Behavioral Pain Scale (BPS).
Tatalaksana nyeri:
a) Berikan analgesik sesuai dengan instruksi DPJP.
b) Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri ≥ 4. Asesmen di-
lakukan tiap 1 jam setelah tatalaksana nyeri sampai intensitas nyeri
≤ 3.
c) Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak
menimbulkan nyeri
d) Nilai ulang efektifitas pengobatan
e) Tatalaksana non-farmakologis:
(1) Berikan heat / cold pack
(2) Lakan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh
pasien
(3) Latihan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas den-
gan irama 7 pola teratur, dan / atau meditasi pernapasan
yang menenangkan
(4) Distraksi / pengalih perhatian
g) Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai:
a) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
b) Menenangkan ketakutan pasien
c) Tatalaksana nyeri
Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa
nyeri sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah.
22
Asesmen gizi lanjutan:
1) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang
terkait.
2) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran
fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran tinggi badan ( TB ); berat badan ( BB ). Pada kondisi
tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan panjang badan,
tinggi lutut ( TL ), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pen-
gukuran lain seperti lingkar lengan atas (LILA). Penilaian status gizi
dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas
misalnya Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu BB terhadap TB.
4) Pemeriksaan Fisik / Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan
masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi
dari, tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari
catatan medik pasien serta wawancara.
5) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit;
data umum pasien.
m. Melakukan asesmen status fungsional, yang bertujuan untuk menge-
tahui tingkat ketergantungan pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Metode yang digunakan adalah Barthel Index Scoring.
Untuk pasien anak usia kurang dari 12 tahun, tidak dilakukan sekrin-
ing status fungsional karena langsung dikategorikan sebagai pasien
dengan ketergantungan penuh.
n. Melakukan asesmen risiko jatuh. Metode yang digunakan tergantung
dari umur dan keadaan pasien.
23
1) Pasien dewasa menggunakan metode Morse Fall Scale (Skala
Jatuh Morse). Ada 3 kategori hasil asesmen:
a. Total score 0 : tidak berisiko jatuh
b. Total score < 25 : berisiko rendah
c. Total score 25 - 45 : berisiko sedang
d. Total score 45 : berisiko tinggi
Pelaksanaan asesmen ulang risiko jatuh dan kode yang ditulis pada
kolom keterangan:
1. Setelah pasien terjatuh, ditulis kode “PF” (post falls)
2. Perubahan kondisi pasien, ditulis kode “CC” (change of condi-
tions)
3. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain, ditulis kode “WT”
(On ward transfer)
4. Setiap minggu, ditulis kode “WK” (weekly)
5. Saat pasien pulang, ditulis kode “DC” (Discharge).
24
6. Untuk pasien anak, setiap pergantian shift, ditulis kode ”ES” (ev-
ery shift)
25
DPJP. Adapun kriteria pasien yang membutuhkan perencanaan
pemulangan pasien yaitu:
1) Usia > 70 tahun
2) Pasca operasi besar
3) Perpanjangan masa penyembuhan dari operasi besar atau
penyakit
4) Keterbatasan mobilitas fisik
5) Keterbatasan kemampuan merawat diri
6) Kurang pengetahuan
7) Multiple diagnosis dengan risiko kematian yang tinggi
8) Risiko terjadinya cedera
9) Tunawisma dan fakir-miskin
10) Diagnosis baru penyakit kronis
11) Ketidak-stabilan mental dan emosi
12) Penatalaksanaan perawatan di rumah yang kompleks
13) Penyakit Stroke , DM baru, TBC Paru, Gangguan penyalah-
gunaan zat/obat
14) Riwayat sering menggunakan pasilitas emergency
Pasien yang memenuhi salah satu kriteria di atas dilanjutkan dengan
asesmen perencanaan pemulangan pasien (P3).
26
1. Asesmen Awal Keperawatan Pasien Rawat Jalan
Asesmen awal keperawatan di unit rawat jalan dilakukan oleh perawat/
bidan. Elemen-elemen yang dikaji pada asesmen awal keperawatan yaitu:
Identitas pasien
Tanggal dan jam pengkajian
Sumber data
Keluhan saat tiba di ruangan
Asesmen nyeri
Riwayat alergi
Pemeriksaan fisik
Skrining risiko nutrisional
Skrining status fungsional
Asesmen risiko jatuh
Kebutuhan komunikasi dan edukasi
Pengkajian psiko-sosio-ekonomi
Kebutuhan spiritual
Masalah keperawatan
2. Asesmen Awal Medis Pasien Rawat Jalan
Asesmen awal medis di unit rawat jalan dilakukan oleh Dokter Penang-
gung Jawab Pelayanan (DPJP). Elemen-elemen yang dikaji dalam ases-
men awal medis yaitu:
Identitas pasien
Tanggal dan jam pengkajian
Sumber data
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
Masalah kesehatan
Rencana asuhan
3. Asesmen Ulang Pasien Rawat Jalan
27
Untuk kedatangan pasien di hari berikutnya (kontrol) dilakukan asesmen
ulang. Asesmen ulang pasien di unit rawat jalan dilakukan oleh DPJP dan
perawat/bidan. Hasil asesmen ditulis pada form Catatan Perkembangan
Pasien Teritegrasi (CPPT) menggunakan pola SOAP. Cara pengisian
form CPPT dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Pengisian Form Rekam
Medis.
4. Pengulangan Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan
Pasien dengan penyakit akut yang belum sembuh dalam waktu 1 bulan
dilakukan asesmen awal lagi. Pasien dengan penyakit kronik atau
penyakit non-akut setelah 3 bulan dilakukan asesmen awal lagi.
C. Tata Laksana Asesmen Pasien Di Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit pelayanan klinis RSD
Mangusada Kabupaten Badung yang memberikan pelayanan 24 jam dalam
sehari dan 7 hari dalam seminggu. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
memerlukan response time yang cepat dan pelayanan yang tepat untuk men-
gatasi keadaan gawat pasien. Pasien harus sudah ditangani paling lama 5
menit setelah sampai di IGD. Maka dari itu asesmen awal pasienpun harus
dilakukan secepat mungkin sesuai kondisi pasien. Elemen-elemen yang dikaji
terlebih dahulu adalah yang berkaitan dengan life-saving seperti A (airway
problem), B (breathing problem) dan C (circulation problem). Elemen-elemen
asesmen lainnya dapat dilakukan setelah keadaan gawat pasien telah dile-
wati atau kondisi pasien sudah stabil.
Sama seperti di unit rawat inap dan unit rawat jalan asesmen awal di IGD ter -
diri dari asesmen awal medis dan asesmen awal keperawatan. Semua hasil
asesmen ditulis dalam form asesmen awal pasien gawat darurat sesuai kebu-
tuhan. Hasil observasi atau asesmen setelah pasien mendapat penanganan
ditulis dalam form Catatan Perkembangan Pasien Teritegrasi (CPPT). Bila
pasien dipulangkan atau dipindahkan ke unit pelayanan lainnya dilakukan as-
esmen terakhir yang memuat kondisi terakhir pasien saat meninggalkan IGD
28
BAB IV
DOKUMENTASI
29
8. Dicantumkan nama dan tanda-tangan keluarga pasien yang terlibat
(memberikan informasi dan keputusan) dalam proses asesmen pasien.
9. Jika asesmen ulang dilakukan oleh peserta didik (dokter residen), dican-
tumkan nama dan tanda-tangan dokter residen bersangkutan dan diveri-
fikasi oleh DPJP.
30
Untuk Pasien Rawat Jalan :
1. Asesmen Awal Keperawatan Dewasa
2. Asesmen Awal Keperawatan Obstetri dan Ginekologi
3. Asesmen Awal Keperawatan Neonatus
4. Asesmen Awal Keperawatan Anak
5. Asesmen Awal Keperawatan Geriatri
6. Asesmen Awal Medis Bedah
7. Asesmen Awal Medis Penyakit Dalam
8. Asesmen Awal Medis Jantung
9. Asesmen Awal Medis Jiwa
10. Asesmen Awal Medis Saraf
11. Asesmen Awal Medis Mata
12. Asesmen Awal Medis THT
13. Asesmen Awal Medis Kulit Kelamin
14. Asesmen Awal Medis Obstetri dan Ginekologi
15. Asesmen Awal Medis Neonatus
16. Asesmen Awal Medis Anak
17. Asesmen Awal Medis Geriatri
18. Pengkajian Klinik Gigi
19. Asesmen Awal Fisiotherapi
20. Asuhan keperawatan Rawat Jalan
21. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
31
LAMPIRAN
Skor
No. Item Skor Item
Pasien
Tidak pernah = 0
1 Riwayat terjatuh se-
belumnya Pernah = 25
Tidak = 0
2 Memiliki ≥ 2 diagnosis
Ya = 15
Tidak/bedrest/bantuan perawat =
0
Tongkat ketiak/tongkat/walker =
3 Menggunakan alat bantu
untuk berpindah tempat 15
Berpegangan pada furniture =
30
Tidak = 0
4 Terapi intravena/
heparin lock Ya = 20
Normal/bedrest/kursi roda = 0
5 Gaya jalan Lemah = 10
Sangat terganggu = 20
Paham akan kemampuan diri = 0
6 Status mental Terlalu yakin/lupa dg keter-
batasan= 15
TOTAL SKOR
KATEGORI:
Total skor 0 = Tidak berisiko jatuh
Total skor ≤ 25 = Berisiko rendah
Total skor 25 – 45 = Berisiko sedang
Total skor ≥ 45 = Berisiko tinggi
32
Lampiran 2. Penilaian Risiko Jatuh Pasien Anak (Skala Humpty
Dumpty)
Skor
No Item & Skor Item
Pasien
1 USIA
a. Di bawah 3 tahun = 4
b. 3-7 tahun = 3
c. 7-13 tahun = 2
d. > 13 tahun = 1
2 JENIS KELAMIN
a. Laki-laki = 2
b. Perempuan = 1
3 DIAGNOSA
a. Kelainan Neurologi = 4
b. Perubahan dalam oksigenasi = 3
(Masalah saluran nafas, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop/sakit kepala, dll)
c. Kelainan psikis/perilaku = 2
d. Diagnosis lain = 1
4 GANGGUAN KOGNITIF
a. Tidak sadar terhadap keterbatasan = 3
b. Lupa keterbatasan = 2
c. Mengetahui kemampuan diri = 1
5 FAKTOR LINGKUNGAN
a. Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak = 4
b. Pasien menggunakan alat bantu atau box atau mebel = 3
c. Pasien berada di tempat tidur = 2
d. Di luar ruang rawat = 1`
6 RESPON TERHADAP OPERASI/OBAT
a. Dalam 24 jam = 3
b. Dalam 48 jam riwayat jatuh = 2
c. > 48 jam = 1
7 PENGGUNAAN OBAT
a. Bermacam-macam obat yang digunakan = 3
Obat sedatif (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis), Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin,
33
Antidepresan, Laksans/ Diuretika, Narkotika
b. Salah satu dari pengobatan di atas = 2
c. Pengobatan lain = 1
TOTAL SKOR
KATEGORI :
Total skor 7 – 11 = Berisiko rendah
Total skor ≥ 12 = Berisiko tinggi
34
Skor
No Item & Skor Item
Pasien
1 USIA
a. Kurang dari 50 tahun = 8
b. 50-70 tahun = 10
c. Lebih dari 80 tahun = 26
Lam-
2 STATUS MENTAL
piran
a. Kesadaran baik/orientasi baik setiap saat = -4
3. Penilaian Risikoansiestas
b. Agitasi/ Jatuh Pasien
= 12 Psikiatri (Skala Edmonson)
c. Kadang-kadang bingung = 13
d. Bingung/disorientasi = 14
3 ELIMINASI
a. Mandiri dan mampu mengontrol BAB/BAK = 8
b. Dower catheter/colostomy = 12
c. Eliminasi dengan bantuan = 10
d. Gangguan eliminasi (Inkontinensia/Nokturia/ Frek-
wensi) = 12
e. Inkontinensia tetapi mampu untuk mobilisasi = 12
4 PENGOBATAN
a. Tanpa obat-obatan = 10
b. Obat-obatan jantung =10
c. Obat-obat Psikotropika (termasuk Benzodiazepine dan
Antidepresan) = 8
OR
d. Mendapat tambahan obat-obatan dan/atau obat-obat
PRN (psikiatri, antinyeri) yang diberikan dalam 24 jam
terakhir = 12
5 DIAGNOSIS
a. Bipolar/Gangguan Schizoaffective = 10
b. Penggunaan obat-obatan terlarang/ketergantungan alko-
hol = 8
c. Gangguan depresi mayor = 10
d. Dimensia/delirium = `12
6 BERPINDAH TEMPAT/ KESEIMBANGAN
a. Mandiri/keseimbangan baik/Immobilisasi = 7
b. Dengan alat bantu (kursi roda, walker, dll) = 8
c. Vertigo/kelemahan = 10
d. Goyah/membutuhkan bantuan dan menyadari kemam-
puan = 8
e. Goyah tapi lupa keterbatasan = 15
7 NUTRISI
a. Mengkonsumsi sedikit makanan atau minuman dalam
35
24 jam terakhir = 12
b. Tidak ada kelainan dengan nafsu makan = 0
8 GANGGUAN POLA TIDUR
a. Tidak ada gangguan tidur = 8
36