Anda di halaman 1dari 38

Case Report

Prolonged Fever

Pembimbing:
dr. Ronald David Martua, Sp.PD,.

Disusun Oleh:

Faika Amalia, S.Ked (23360097)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI DI RSUD JEND. AHMAD YANI METRO

TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

“Prolonged Fever”

Mahasiswa:

Faika Amalia, S.Ked (23360097)

Case Report ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Jendral
Ahmad Yani Metro 21 Agustus-28 Oktober 2023.

Metro , Agustus 2023

dr. Ronald David Martua, Sp.PD

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul ”Prolonged Fever”. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen bagian ilmu penyakit dalam RSUD Jendral
Ahmad Yani Metro.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ronald David Martua, Sp.PD,
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Metro, Agustus 2023

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem

pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan

memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh, salah

satu cara tubuh untuk mempertahankan kondisi pada saat terjadi infeksi dengan cara

demam. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang

sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari

mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak

berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein

yang identik dengan interleukin-1' Di dalam hipotalamus zat ini merangsang

pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin

E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.

Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi

perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menumn dan pasien merasa

demam' Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas

metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena

kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada

seorang pasien.

Namun, dalam beberapa kasus demam terjadi lebih lama, dan juga belum

dapat dipastikan penyebab dari munculnya demam yang berkepanjangan. Demam

ini biasanya dapat terjadi lebih dari 3 minggu dan dapat disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain infeksi, inflamasi, dan keganasan.


Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melakukan analisis kasus tentang

Prolong Fever pada pasien suspect Thypoid Fever agar dapat mengetahui

tentang penyakit tersebut sehingga dapat menegakkan diagnosis yang tepat

serta melakukan tatalaksana yang sesuai pada pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.K
Umur : 42 Tahun
Alamat : Batang Hari, Lampung Timur
Bangsa : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status :Menikah
No. RM : 425293

2.2 Anamnesis IGD


a. Keluhan Utama (Subjektif)
Pasien datang ke IGD RSUD Jend. Ahmad Yani pada tanggal 22 Agustus
2023 pukul 08.59 dengan keluhan demam sudah 3 minggu SMRS .
b. Riwayat Alergi
Os mengatakan tidak ada alergi obat
c. Riwayat Pengobatan
Os sempat berobat ke puskesmas dan diberi obat Paracetamol, Antibiotik, dan vitamin.
Tidak ada perbaikan, lalu pasien menjalani pengobatan di RS Permata Hati, namun tidak
ada perbaikan.

d. Riwayat Penyakit Pasien

DM : (-)
Hipertensi : (-)
Paru : (-)
Jantung : (-)
Asma : (-)

e. Status Fisik (Objektif)

Keadaan umum : Sedang

GCS : E4 M6 V5

Kesadaran :compos mentis

TD : 110/74 mmHg

Nadi : 80x/m

Pernafasan : 20 x/m

Suhu : 37,8 C

SpO2 : 95 %

f. Skala Nyeri

Nyeri Ringan : skala

P : Aktivitas

Q : Nyeri tumpul

R : Menjalar ke ulu hati

S : Skala Nyeri 3

T : Hilang Timbul

g. Status Nutrisi :

TB : 160

cm BB : 60

Kg
h. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum :

Sakit sedang

 Tanda Vital :

TD : 110/74 mmHg

Nadi : 80x/m

Pernafasan : 20 x/m

Suhu : 37,8 C

SpO2 : 95 %

 Kepala

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sclera : Ikterik (-/-)

 Leher

JVP :5+2 Cm H2O

Trakea ditengah

Perbesaran KGB (-)

 Thoraks

(Bentuk dan gerak dada simetris)

-Pulmo : - VBS Kanan Kiri Normal, Vokal Fremitus sama pada


kedua lapang paru
-Auskultasi : suara napas vesikuler (-/-), ronkhi (-/-),

wheezing(-/-)

-Cor : Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
-I :Datar
-P: Nyeri tekan ulu hati (+), hepar teraba dan lien tidak teraba
-P :Shifting dullnes (-)
-A : Bising usus (+) normal
i. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Tabel 1 Hasil Laboratorium

Tanggal 23 Agustus 2023


PEMERIKSAAN LAB NILAI HASIL KET
RUJUKAN
Hematologi Rutin
Leukosit 5-10 8.61
Eritrosit 4.37-5.63 4.38
Hemoglobin 14-18 12.5 L
Hematokrit 41-54 36.6 L
MCV 80-92 83.4
MCH 27-31 28.6
MCHC 32-36 34.2
Trombosit 150-450 253
RDW 12.4-14.4 13.8
MPV 7.3-9 8.20
Kimia Klinik
SGOT <35 50.0 H
SGPT <41 131.0 H
GDS <140 127.0
Analisa Urine Lengkap
Makroskopik
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Kimia Urine
Berat Jenis 1.005-1.030 1.005
pH 5-8 5.0
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1-1 0.1
Lekositesterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen Urine
Epitel Positif +1
Leukosit <5 2
Eritrosit <5 2
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif

Kimia Klinik Nilai Hasil


Rujukan
HbsAg Non-Reaktif Non-Reaktif
PEMERIKSAAN NILAI HASIL KET
SEROLOGI RUJUKAN
Widal
S. Thyphi O Negatif Negatif
S. typhi H Positif 1/80 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO Negatif Negatif
S. Paratyphi CO Negatif Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif

Pemeriksaan Penunjang Nilai Hasil


Rujukan
Malaria Non-Reaktif Non-Reaktif

Pemeriksaan Imunologi Nilai Hasil


Rujukan
Anti-HIV Non-Reaktif Non-Reaktif
Virochek

j. Assesmen

Diagnosa Kerja : Prolonged Fever e.c Thypoid Fever

Diagnosa Banding: Prolonged fever e.c susp. Malaria


Prolonged Fever e.c susp. HIV
Prolonged Fever e.c susp Hepatitis A

k. Planing

Inf RL 1000 cc IV
Inj Ondansentron 3x1 IV
Inj Omeprazole 1x1 IV
Inj Ceftriacone 2x1 gr IV
Paracetamol 3x500 mg

2.3 Anamnesis Ulang dilakukan di Ruangan RPD C

a. Keluhan Utama

Tn.K 42 tahun dirawat di RPD C pada tanggal 23 Agustus 2023 pukul

10.00 dengan keluhan demam sejak 3 minggu yang lalu disertai mengigil dan

berkeringat.
b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15

(E4M6V5) Tanda-tanda Vital

-TD : 113/70 mmHg

- Nadi : 81x/i

- RR : 24 x/i

- Suhu : 36.5 oC

- SpO2 : 96 %

b. Diagnosa Kerja
Prolong Fever e.c susp Thypoid Fever

c. Rencana Penatalaksanan :

- Pemeriksaan Penunjang

1. USG Abdomen
2. Pemeriksaan ANA Test

- Pengobatan Terapi
1. IVFD RL 1000 CC
2. Inj Omeprazole 1x1 IV
3. Inj Ceftriacone 2x1 gr IV
4. Paracetamol 3x500 mg
2.4 Follow Up

S O A P
Subjektif Objective Assesment Plan
23/08/2023 (IGD) Prolong Fever e.c - IVFD RL 1000 C
KU : Sakit Sedang
Demam sejak 2 Susp Thypoid - Inf D5% 500 cc
minggu yang lalu, KS : compos Mentis - Inj omeprazole 2x1
terasa nyeri di ulu - Inj ceftriaxon 2x1
(E4M6V5)
hati - Pct 3x500mg
TD : 100/74
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 37.8
SpO2; 95%

24/06/2023 (RPD.C) Prolong Fever e.c Susp - IVFD RL 1000 C


KU : Sakit sedang
Demam masih Thypoid - Inf D5% 500 cc
dirasakan disertai KS : compos - Inj omeprazole 2x1
pusing berputar. mentis(E4M6V5) - Inj ceftriaxon 2x1
TD : 80/50 - Pct 3x500mg

HR : 79 X/menit
RR : 20x/menit
T : 37,5
SpO2: 92%

25/06/2023 (RPD.C) Prolong Fever e.c susp - Inf RL 1000 cc


KU : Sakit sedang
Demam masih thypoid - Inj omeprazole 1x1
dirasakan naik turun KS : compos - Inj cefriaxon 2x1
disertai lemas badan mentis(E4M6V5) - Paracetamol 2x1
TD : 93/61 - Sucralfate 2x500
- Methylprednisolone
HR : 67 X/menit 2x4 gram
RR : 16 x/menit
T : 37,0
SpO2: 93%

2.1 Prognosis

Ad vitam : Dubia ad

Bonam Ad functionam : Dubia

ad Bonam Ad sanationam :

Dubia ad Bonam
BAB III
KESIMPULA
N

3.1 Pembahasan Kasus

a. Keluhan Utama

Tn K 42 Tahun datang ke IGD RSUD Jend. Ahmad Yani pada


tanggal 22 Juni 2023 pukul 08.09 dengan keluhan demam selama 3
minggu SMRS disertai mengigil dan berkeringat.
b. Riwayat Perjalanan penyakit

Setelah dilakukan anamnesa ulang secara autoanamnesa dan


alloanamnesa kepada keluarga pasien didapatkan.
Awal mula, pada tanggal 2 Agustus 2023, pasien mengeluhkan
demam secara tiba-tiba setelah mengkonsumsi basreng dan minum kopi
yang dibeli di warung. Demam disertai dengan menggigil dan berkeringat.
Beberapa hari setelahnya demam dirasakan memberat pada sore-malam
hari. Membaik hanya saat diberi obat paracetamol, memberat pada sore-
malam hari. Pasien mengeluhkan pegal otot, mual, muntah dan sakit
kepala seperti tertusuk. Pasien juga mengeluhkan terkadang diare berdarah
dan cair tanpa ampas sejak timbul gejala. Pasien memeriksakan diri ke
puskesmas dan dirawat selama 3 hari dan diberi obat paracetamol,
antibiotik, dan vitamin. Pasien sempat mengalami perbaikan namun gejala
muncul kembali, dan dirujuk ke RS Permata Hati, namun tidak ada ada
perbaikan. Pada pemeriksaan sebelumnya di RS Permata Hati, pasien
melakukan USG Abdomen dan menurut laporan pasien mengalami
peradangan hati. Pasien ada riwayat merokok dan minum alkohol, berhenti
beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya pasien tidak pernah sakit seperti ini.
Keluhan saat di IGD, Os mengatakan demam hilang timbul dimulai
sore-malam hari, dan nyeri ulu hati dengan skala nyeri 3. Sejak timbul
gejala, pasien mengalami penurunan berat badan hingga 4 kg.
Setelah dirawat di ruang RPD C, pasien mengeluh masih terasa
demam dari sore-malam hari. mengigil dan berkeringat disangkal. Pasien
juga mengeluhkan mulut terasa pahit, dan bibir kering,. Pasien juga sempat
mengeluhkan nyeri di bagian hipogastric sejak timbul gejala hingga saat
ini. Pasien mengeluhkan pusing berputar sepanjang hari, ada pegal otot dan
lemas badan sepanjang hari. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Mual
muntah disangkal. Batuk,pilek,sulit menelan,sesak nafas, nyeri dada
disangkal.
c. Riwayat Kebiasaan

Merokok (+) selama puluhan tahun

Minum alkohol (+)

d. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 (E4M6V5)

Tanda-tanda Vital

- TD : 121/70 mmHg

- Nadi : 81 x/i

- RR : 24 x/i

- Suhu : 37,9 oC

- SpO2 : 95%

- BB / TB : 160 cm/ 60kg

 Pemeriksaan Fisik

- Kepala : Bentuk normocephal

- Mata : Konjunctiva anemis (+/+), Sklera ikterik (+/+)

- THT : Tonsil T1/T1, Faring normal

- Mulut : Bibir pucat (+), Bibir kering (+) Lidah terlihat kotor dan putih

- Leher : JVP 5+ 2 cm H2O, Pembesaran KGB (-)

- Thoraks

Pulmo

I : Bentuk dada normal, Simetris (statis dan dinamis),retraksi

(-) P : Vokal fremitus N|N


N|
NN
|N
P : Sonor | Sonor

Sonor |

Sonor Sonor

| Sonor
A : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Cor

I : Ictus cordis tidak terlihat

P : Ictus cordis tidak teraba, Thrill

(-) P : Batas atas jantung ICS 2 sinistra

Batas kanan jantung parasternal linea dekstra Batas kiri

jantung midclavicula linea sinistra ICS 5

A : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

I : Datar

P : Shifting dullness (-)

P : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba 2 jari di bawah

arcus costae , lien tidak teraba

A : Bising usus (+) Normal

Ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Akral hangat +/+ +/+


e. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1 Hasil

Laboratorium

Tanggal 23 Agustus 2023


PEMERIKSAAN LAB NILAI HASIL KET
RUJUKAN
Hematologi Rutin
Leukosit 5-10 8.61
Eritrosit 4.37-5.63 4.38
Hemoglobin 14-18 12.5 L
Hematokrit 41-54 36.6 L
MCV 80-92 83.4
MCH 27-31 28.6
MCHC 32-36 34.2
Trombosit 150-450 253
RDW 12.4-14.4 13.8
MPV 7.3-9 8.20
Kimia Klinik
SGOT <35 50.0 H
SGPT <41 131.0 H
GDS <140 127.0
Analisa Urine Lengkap
Makroskopik
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Kimia Urine
Berat Jenis 1.005-1.030 1.005
pH 5-8 5.0
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1-1 0.1
Lekositesterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen Urine
Epitel Positif +1
Leukosit <5 2
Eritrosit <5 2
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
PEMERIKSAAN NILAI HASIL KET
SEROLOGI RUJUKAN
Widal
S. Thyphi O Negatif Negatif
S. typhi H Positif 1/80 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO Negatif Negatif
S. Paratyphi CO Negatif Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif

Pemeriksaan Penunjang Nilai Hasil


Rujukan
Malaria Non-Reaktif Non-Reaktif

Pemeriksaan Imunologi Nilai Hasil


Rujukan
Anti-HIV Non-Reaktif Non-Reaktif
Virochek

Kimia Klinik Nilai Rujukan Hasil


HbsAg Negatif Negatif

a.Diagnosis Banding

- Thypoid
- Malaria
- HIV
- Hepatitis A
b. Rencana Pemeriksaan

-USG abdomen
- ANA Test
3.2 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Diagnosa
a. Tabel Anamnesis
Fakta Teori
Tn K 42 Tahun datang ke Prolonged fever adalah suatu keadaan
IGD RSUD Jend. Ahmad di mana seorang pasien mengalami
Yani pada tanggal 23 demam terus menerus selama 3
Agustus 2023 dengan minggu dengan suhu badan di atas
keluhan dengan keluhan 38,3 C dan tetap belum ditemukan
demam selama 3 minggu penyebabnya walaupun telah diteliti
SMRS disertai mengigil dan selama satu minggu secara intensif
berkeringat. Membaik dengan menggunakan sarana
hanya saat diberi obat laboratorium dan penunjang medis
paracetamol. Beberapa hari lainnya.
setelahnya demam Prolonged fever dapat kemungkinan
dirasakan memberat pada disebabkan oleh infeksi, salah satunya
sore-malam hari. Pasien thypoid fever yang bermanifestasi klinis
mengeluhkan pegal otot, demam, nyeri kepala, pusing, mialgia,
mual, muntah dan sakit anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau

kepala seperti tertusuk. diare, rasa tidak nyaman di perut, batuk,


dan epistaksis. Demam meningkat
Pasien juga mengeluhkan
perlahan terutama sore hingga malam.
terkadang diare berdarah
Gejala pada minggu kedua lebih jelas
dan cair tanpa ampas
berupa bradikardia relatif, lidah berselaput
sejak timbul gejala. Pasien
(kotor di bagian tengah dan tepi, kemerahan
juga mengeluhkan lemas pada ujung dan tremor), hepatomegali,
badan sepanjang hari. splenomegali, meteorismus, hingga
Pasien juga mengeluhkan perubahan status mental (somnolen, sopor,
mulut terasa pahit, dan koma, delirium, psikosis). Rose spot (ruam
bibir kering. Pasien makulopapular, salmon-colored, dan pucat)
mengalami penurunan dapat muncul terutama di bagian dada pada

berat badan hingga 4 kg akhir minggu pertama dan hilang setelah 2


– 5 hari.
sejak timbul gejala

Pasien memeriksakan diri ke puskesmas Gejala pada minggu kedua lebih jelas
dan dirawat selama 3 hari dan diberi berupa bradikardia relatif, lidah berselaput
obat paracetamol, antibiotik, dan (kotor di bagian tengah dan tepi, kemerahan
vitamin. Pasien sempat mengalami pada ujung dan tremor), hepatomegali,
perbaikan namun gejala muncul splenomegali, meteorismus, hingga
kembali, dan dirujuk ke RS Permata perubahan status mental (somnolen, sopor,
koma, delirium, psikosis). Rose spot (ruam
Hati, namun tidak ada ada perbaikan.
makulopapular, salmon-colored, dan pucat)
Pada pemeriksaan sebelumnya di RS
dapat muncul terutama di bagian dada pada
Permata Hati, pasien melakukan USG
akhir minggu pertama dan hilang setelah 2
Abdomen dan menurut laporan pasien
– 5 hari
mengalami peradangan hati. Pasien
ada riwayat merokok dan minum
alkohol, berhenti beberapa tahun
yang lalu. Sebelum didapati gejala,
pasien mengkonsumsi basreng dan
kopi yang dibeli di warung.
Sebelumnya pasien tidak pernah sakit
seperti ini.

b. Tabel Pemeriksaan Fisik


Fakta Teori
 Mata : Gejala pada minggu kedua lebih jelas
- Konjunctiva anemis (+/+), berupa bradikardia relatif, lidah
Sklera ikterik (+/+)
- Mulut : Bibir pucat (+), berselaput (kotor di bagian tengah dan
Bibir kering (+) Lidah tepi, kemerahan pada ujung dan
terlihat kotor dan putih tremor), hepatomegali, splenomegali,

 Thorak meteorismus, hingga perubahan status


mental (somnolen, sopor, koma, delirium,
Auskultasi Pulmo :
Rhonki (-/-),Wheezing psikosis). Rose spot (ruam
(-/-) makulopapular, salmon-colored, dan
 Abdomen
- Perkusi : Nyeri tekan ulu pucat) dapat muncul terutama di bagian
dada pada akhir minggu pertama dan
hilang setelah 2 – 5 hari.
hati (+), Hepar teraba 2
cm di bawah arcus costae,
lien tidak teraba

c. Tabel Diagnosis
Fakta Teori
 Anamnesa : Prolonged fever adalah suatu keadaan

Berdasarkan anamnesa di mana seorang pasien mengalami

didapatkan keluhan demam demam terus menerus selama 3

selama 3 minggu SMRS minggu dengan suhu badan di atas

disertai mengigil dan 38,3 C dan tetap belum ditemukan

berkeringat. Demam disertai penyebabnya walaupun telah diteliti

dengan menggigil dan selama satu minggu secara intensif

berkeringat. Membaik dengan menggunakan sarana

hanya saat diberi obat laboratorium dan penunjang medis

paracetamol. Pasien lainnya.

mengeluhkan pegal otot Prolonged fever dapat kemungkinan

dan sakit kepala seperti disebabkan oleh infeksi, salah satunya

tertusuk. Pasien juga thypoid fever yang bermanifestasi

mengeluhkan terkadang klinis


demam, nyeri kepala, pusing, mialgia,
mencret berdarah dan cair
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
tanpa ampas sejak timbul
diare, rasa tidak nyaman di perut, batuk,
gejala. Mulut terasa pahit
dan epistaksis. Demam meningkat
dan penurunan berat badan.
perlahan terutama sore hingga malam.
Pemeriksaan fisik : Gejala pada minggu kedua lebih jelas

 Mata : berupa bradikardia relatif, lidah


- Konjunctiva anemis (+/+), berselaput (kotor di bagian tengah dan
Sklera ikterik (+/+)
tepi, kemerahan pada ujung dan
- Mulut : Bibir pucat
(+), Bibir kering (+) Lidah tremor), hepatomegali, splenomegali,
terlihat kotor dan putih meteorismus, hingga perubahan status
 Thorak
mental (somnolen, sopor, koma,
 Auskultasi Pulmo : Rhonki
(-/-),Abdomen delirium, psikosis). Rose spot (ruam
- Perkusi : Nyeri tekan ulu makulopapular, salmon-colored, dan
 Abdomen
pucat) dapat muncul terutama di bagian
- Perkusi : Nyeri tekan ulu
hati (+), Hepar teraba 2 dada pada akhir minggu pertama dan
cm di bawah arcus costae,
lien tidak teraba hilang setelah 2 – 5 hari.
Pemeriksaan Laboratorium
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Prolonged fever

Prolonged fever adalah suatu keadaan di mana seorang pasien mengalami demam

terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,3 C dan tetap belum

ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif

dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

4.2 Etiologi Prolonged fever

Penyakit yang paling sering menyebabkan demam tanpa kausa jelas pada anak,

ialah penyakit infeksi (50%), diikuti penyakit vaskular-kolagen (15%), neoplasma (7%),

inflamasi usus besar (4%) dan penyakit lain (12%). Penyakit infeksi meliputi sindrom

virus, infeksi saluran nafas atas, saluran nafas bawah, traktus urinarius, gastrointestinal,

osteomielitis, mononukleosis, abses, bruselois dan malaria, sedangkan penyakit vaskular-

kolagen meliputi artritis reumatoid, SLE dan vaskulitis. Keganasan yang sering

menimbulkan demam tanpa kausa jelas adalah leukemia, limfoma dan neuroblastoma.

Penyebab demam berkepanjang dalam 6 kelompok, yaitu infeksi (45-55%) keganasan

(12-20%) gangguan jaringan ikat (10-15%) gangguan hipersensitifitas kelainan metabolik

yang jarang terjadi, dan factitious fever. (Liane, 2010).


4.3 Patofisiologi

Demam ditimbulkan oleh senyawa yang dinamakan pirogen. Pirogen


eksogen merupakan senyawa yang berasal dari luar tubuh pejamu dan sebagian
besar terdiri dari produk mikroba, toksin atau mikroba itu sendiri. Pirogen eksogen
menginduksi pelepasan senyawa di dalam tubuh pejamu yang dinamakan pirogen
endogen. Pirogen endogen tersebut diproduksi oleh berbagai jenis sel di dalam tubuh
pejamu terutama sel monosit dan makrofag. Senyawa yang tergolong pirogen
endogen ialah sitokin, seperti interleukin (interleukin-1B, interleukin-1, interleukin-
6), tumor nekrosi faktor (TNF-TNF-B) dan interferon.
Pirogen endogen yang dihasilkan oleh sel monosit, makrofag dan sel
tertentu lainnya secara langsung atau dengan perantaraan pembuluh limfe masuk
sistem sirkulasi dan dibawa ke hipotalamus. Di dalam pusat pengendalian suhu
tubuh pirogen endogen menimbulkan perubahan metabolik, antar lain sintesis
prostagladin E2 (PGE2) yang mempengaruhi pusat pengendalian suhu tubuh sehingga
set point untuk suhu tersebut ditingkatkan untuk suatu suhu tubuh yang lebih tinggi.
Pusat ini kemudian mengirimkan impuls ke pusat produksi panas untuk
meningkatkan aktivitasnya dan ke pusat pelepasan panas untuk mengurangi
aktivitasnya sehingga suhu tubuh meningkat atau terjadi demam. (Nicholas, 2015).
4.4 Manifestasi klinis

1. Demam suhu tubuh 38,3 C berkepanjangan yang berlangsung lebih dari 2 minggu
tanpa adanya penegakan diagnosis.
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan

4.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologis dapat bermanfaat pada seorang pasien "demam belum


terdiagnosis". Biasanya diperlukan dua spesimen darah untuk pemeriksaan ini. Karena itu
hal tersebut perlu diusahakan, untuk memudahkan interpretasi titer serologik yang
ditemukan. Suatu kenaikan titer sebesar 4 kali atau lebih mempunyai arti yang sangat
besar untuk dapat menentukan kemungkinan penyebab penyakit. Dalam Tabel 1 dan2
dapat dipelajari uji serologis untuk virus, bakteri dan jamur yang pada saat ini tersedia.
Pengujian ini perlu digunakan secara rasional dan bukan secara global. Untuk mengatasi
frustasi dalam mencari penyebab demam yang tidak mau turun, pengujian ini merupakan
penunjang yang sangat bermanfaat. Perlu dikuasai interpretasi karena hasil mungkin tidak
seklasik seperti dikemukakan di atas. Untuk penunjang diagnosis infeksi akut selalu harus
berpedoman pada keberadaan imunologlobulin M yang spesifik atau peningkatan
bermakna dari IgG (Nelwan RHH,2012)
4.6 Klasifikasi Prolonged Fever

1. FUO klasik adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana telah diusahakan
diagnostik non invasif maupun invasive selama satu minggu tanpa hasil yang dapat
menetapkan penyebab demam.
2. FUO nosokomial penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit
dan kemudian menderita demam > 38,3C dan sudah diperiksa secara intensif untuk
menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.
Pada FUO klasik, terdapat lima kategori :
- Infeksi (contoh : abses, endokarditis, tuberkulosis, dan komplikasi ISK)
- Neoplasma (contoh : limfoma, leukemia)
- Penyakit jaringan ikat (contoh : artritis temporal, polimialgia rheumatika, sistemik
lupus eritematosus, dan arthritis rheumatoid)
- Lain-lain : kondisi granulomatosis
- Kondisi yang tak terdiagnosis
3. FUO neutropenik : penderita yang memiliki hitung jenis neutrophil <500 ul dengan
demam > 38,3 C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa
hasil yang jelas.
4. FUO HIV : penderita HIV yang menderita demam > 38,3 C selama 4 minggu pada
rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau penderita yang dirawat di RS
yang mengalami demam >3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang
jelas(Nelwan RHH,2012)
4.7 Tatalaksana Prolonged fever

Usaha untuk mengatasi "demam belum terdiagnosis" dengan terapi adjuvantius

hanyadapat dibenarkan dalam instansi terakhir di mana tidak lagi dapat ditempuh jalan

lain untuk memperoleh suatu kepastian diagnosis. Prinsip pelaksanaannya adalah bahwa

obat yang digunakan harus berdasarkan suatu indikasi yang kuat sesuai pengalaman

setempat dan harus bersifat spesifik. Cara pemakaian kombinasi antibiotika berspektrum

luas tidak dapat dibenarkan mengingat bahwa penyebabnya "demam belum terdiagnosis"

terbanyak bukan karena infeksi bakterial dan potensial dapat menyebabkan efek samping

atau super infeksi yang tidak diinginkan. Keadaan di mana diizinkan pemakaian terapiad

juvantivus antara lain: kloramfenikol untuk persangkaan demam tifoid, obat

antituberkulosis untuk persangkaan tuberkulosis, aspirin untuk demam reumatik,

antikoagulansia untuk emboli paru dan kortikosteroid untuk keadaan seperti lupus

eritematosus sistemik atau reumatoid(Nelwan RHH,2012) .


BAB V
KESIMPULAN

Prolonged fever adalah suatu keadaan di mana seorang pasien mengalami demam

terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,3 C dan tetap belum

ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif

dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. Dalam kasus

ini, manifestasi yang didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik Sebagian besar

sesuai dengan teori prolonged fever. Penatalaksanaan dan pemberikan terapi pada kasus

ini telah sesuai dengan teori, namun ada beberapa tambahan terapi sesuai dengan keluhan

pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Antoon,James W, Potisek, M Nicholas, Etc. Pediatric Of Unknown Origin.


Vol. 36. No.9. 2015
Nelwan RHH. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam(Emergency in Internal
Medicine). 2012
Gustawan, I. W., & Tarini, A. (2014). Pola kuman dan sensitifitas antibiotik kasus demam
berkepanjangan. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Medicinia. Vol 45 No 1, 26.
Campbell, Liane. Fever of Unknown Origin. 2010
Dinarello, CA, Povat R. Fever and Hyperthermia In Harrison Principles of Internal Medicine.
Volume I. 17th Edition. New York. 2008.
.
-
DAFTAR PUSTAKA

Fransiskus, P. and Navarro, V.J. (2023) ‘Hepatotoksisitas yang Diinduksi Obat’, pp.
1– 7.

Kadek, N. et al. (2022) ‘CASE REPORT Laporan Kasus: Drug-induced liver injury
pada pasien tuberkulosis relaps’, Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis,
13(3), pp. 792–795. Available at: https://doi.org/10.15562/ism.v13i3.1554.

Loho, I.M. and Hasan, I. (2014) ‘Drug-Induced Liver Injury – Tantangan dalam
Diagnosis’, Cermin Dunia Kedokteran, 41(3), pp. 167–170. Available at:
http://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1152.

Mechanismthe, O.A.T. et al. (2023) ‘( drug-induced liver injury ) : LITERATURE


REVIEW Program Profesi Dokter , Fakultas Kedokteran , Universitas
Tadulako-Palu , Departemen Infeksi Tropis dan Traumatologi , Fakultas
Kedokteran , Universitas Departemen Anatomi , Fakultas Kedokteran ,
Universitas Tadulako , Rumah Sakit * Correspondent Author :
megamutia1@gmail.com’, 5(1), pp. 41–47.

Purwanto, T. and Sangging, P.R.A. (2023) ‘Etiologi, Patofisiologi, Evaluasi, dan


Tatalaksana Drug Induced Hepatotoxicity’, Medula, 13(3), pp. 322–326.

Tajiri, K. and Shimizu, Y. (2008) ‘Practical guidelines for diagnosis and early
management of drug-induced liver injury’, World Journal of
Gastroenterology, 14(44), pp. 6774–6785. Available at:
https://doi.org/10.3748/wjg.14.6774.

Anda mungkin juga menyukai