Kalumpang bukan sekedar kecamatan terluas di pegunungan Mamuju
Ibukota Sulawesi Barat. Daerah yang mencakup komunitas adat Tanah Lotong itu, menyimpan perdaban tertua manusia di Sulawesi. Salah satu yang mendunia adalah Kain Tenun Sekomandi. Kain tenun ikat tradisional dengan motif tertua di Indonesia ini memiliki pola warna dan struktur yang unik. Menariknya, untuk menciptakan motif tertentu, sang penenun tidak membuatkan pola atau sketsa pada benang yang diikat pada katadan. Pola motif dan sketsa kain terjadi dalam pikiran dan imajinasi penenun. Tetapi, motif yang dibuat tidak sembarang melainkan mengandung makna dan filosofi bernilai tinggi. Hal tersebut tidaklah mengherankan, sebab proses pembuatan kain Tenun Sekomandi diyakini diajarkan langsung oleh dewata melalui mimpi Tobara’ Baine (Kepala Suku Perempuan). Karena itu, Sekomandi bukan sekedar kain tenun ikat biasa, ia adalah perwujudan prinsip hidup masyarakat adat Tana Lotong. Sekomandi berasal dari dua kata, yaitu "Seko" yang berarti persaudaraan atau kekerabatan dan "Mandi'" yang berarti kuat atau erat. Sekomandi berarti jalinan kekerabatan yang erat dan hanya akan dipisahkan oleh maut. Pembuatan kain tenun Sekomandi terbagi tiga tahapan, yakni pemintalan benang dari kapas, kemudian pewarnaan yang sepenuhnya dari alam. Untuk warna merah menggunakan akar kayu Mengkudu. Warna hitam dan biru dari daun Tarun dan daun Bilatte. Bahan perekat warna yang digunakan terdiri dari cabe, kemiri, lengkuas, jahe dan kluwak. Setelah pewarnaan, benang dijemur selama 30 hari untuk memperkuat warna agar tidak luntur. Memasuki prosesi tenun, benang 12 helai kemudian diikat pada alat tenun yang disebut Katadan. Benang itulah yang akan menentukan motif nantinya. Proses menenun dari awal hingga akhir biasanya memakan waktu yang cukup lama, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. =========== Inilah persembahan Sendratari Passekomandi, menceritakan proses pembuatan Kain Tenun Ikat Trasdisional Sekomandi. Sebuah karya persembahan Sanggar Bamba Manurung, binaan Bapak Andi Saiful Rauf.
Naskah dan Ide Cerita : Jasman Rantedoda
Penata Tari : Muhammad Reza Penata Musik : Sanggar Bamba Manurung Penata Kostum& Tata Rias : Sanggar Bamba Manurung