Anda di halaman 1dari 12

Laporan Hasil Observasi di Masjid Wali Al Makmur Jepang

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UTS


Mata Kuliah: Manajemen Masjid dan Majlis Ta’lim
Dosen Pengampu: Wahyu Khoiruz Zaman,M.S.I .

Disusun Oleh :
1. Nadya Rizki Fadhila (2040310026)
2. Khoiruddin Abdulloh (2040310027)
3. Fatika Febrianti (2040310031)
A5 Manajemen Dakwah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022/2023
A. Identitas Masjid
Nama Masjid : Masjid Wali Al-Makmur
Alamat : Gg. Suryo Kusumo, Jepang, Mejobo, Kudus
Regency, Central Java 59381
Letak Geografis : Masjid Wali Al Makmur terletak ditengah tengah
tempat tinggal warga dan akses jalan menuju lokasi masjid juga sangat mudah
dijangkau.

B. Sejarah Masjid
Masjid Wali Al Makmur merupakan salah satu masjid yang berada di
tengah tengah warga di desa Jepang Mejobo. Lebih tepatnya terletak di Gg.
Suryo Kusumo, Jepang, Mejobo, Kudus Regency, Central Java 59381. Masjid
Wali Al-Makmur yang terdapat di Desa Jepang memiliki nilai sejarah
tersendiri. Di dalam Masjid tersebut terdapat sebuah gapura yang dikenal
sebagai Gapura Padureksan. Gapura tersebut terbuat dari susunan batu bata
yang menghadap ke arah Timur.
Masjid Wali Al-Ma'mur Desa Jepang cukup familiar diketahui
masyarakat, sebab menjadi salah satu indikator sekaligus simbol penyebaran
Islam ramah di Kabupaten Kudus. Asal mula berdirinya Masjid Wali Jami’ Al-
Ma’mur. Pada zaman dulu, Masjid Wali itu didirikan oleh Arya Penangsang
dan Sunan Kudus pada abad ke-16 M. "Arya Penangsang adalah salah satu
murid kinasih dari Sunan Kudus yang berasal dari Jipang Panolan, maka Sunan
Kudus membangun Masjid untuk beristirahat dan beribadah. Arya Panangsang
mengacu pada Sunan Kudus (gurunya), yaitu membuat Gapura Padureksan
dengan konsep perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Islam," ucap
Fatkhurrohman Aziz selaku juru kunci.
Saat Sunan Kudus ditemani muridnya Arya Penangsang pulang
menyebarkan agama Islam dari daerah Blora, dan Pati, merasa lelah dan
kehausan. Sehingga beliau berdua memutuskan singgah di suatu tempat.
Karena di tempat singgah itu tidak ada air, Kanjeng Sunan Kudus pun
memukulkan tongkatnya ke tanah. Ajaib, tanah yang dipukul tongkat itu
seketika keluar air, serta jadi sumber mata air hingga sekarang,” terang seorang
ta’mir masjid sambil duduk bersila. Setelah muncul mata air, lanjutnya, Sunan
Kudus pun kemudian mengajak Arya Penangsang untuk membangun masjid.
Agar kelak masjid itu bisa dijadikan tempat penyebaran agama Islam dan salat
warga sekitar.
Setelah masjid berdiri lanjutnya, masjid tersebut kemudian diberi nama
oleh Arya Penangsang Masjid Jipang, nama tersebut sama dengan desa asal
usulnya yang di Blora. Namun, dengan berjalannya waktu, dan faktor lidah
orang Jawa,hingga akhirnya Jipang berubah jadi Jepang. “Nama tersebut juga
yang kemudian jadi nama desa sekitar masjid,” tuturnya. Konon ceritanya,
masjid yang dibangun Sunan Kudus dan Arya penangsang masih sangat
sederhana. Namun depannya sudah ada gapura yang masih dipertahankan
hingga sekarang.
Pada pengembangan Masjid Wali Jepang atau Jami Wali Al makmur ini
merupakan gagasan dari murid sunan kalijaga yaitu Arya penangsang yang
merupakan murid kesayangan beliau. ” jika di lihat dari sejarah yang ada
menyebutkan bahwa pendirian dari masjid ini merupakan ide dari Arya
penangsang. Beliau merupakan salah satu murid kesayangan dari sunan
kalijaga , ia berasal dari Cepu , Blora Jawa tengah.” Tuturnya. Untuk
masyarakat luar daerah yang sedang mengunjungi Kota Kudus dapat mampir
sejenak ke masjid ini untuk tempat beribadah dan istirahat serta tak lupa
memberikan sedekah terbaik nya untuk membantu membangun dan menjaga
keberadaaan masjid dan gapura.
Di dalam Masjid Al-Makmur, terdapat delapan item peninggalan
diantaranya, "Gapura Paduraksan, Mustoko Masjid, 4 utama Soko Guru,
Prasasti Masjid, Mihrab Imam, Mimbar Khutbah, sumur peninggalan Sunan
Kudus, dan Makam Kuno yang ada di belakang Masjid,” ungkap Aziz selaku
juru kunci masjid. Gapura Padureksan, berasal dari perpaduan kata “Padu” dan
“Reksa” yang berarti perpaduan yang direksa, Gapura Padureksan merupakan
simbol energi antara ulama dan pemerintah kerajaan pada kala itu. Gapura
Padureksan memiliki perpaduan antara pangiwo (kiri) dan penengen (kanan).
Pangiwo memiliki pemerintahan kerajaan pada kala itu, sedangkan penengen
mewakili ulama dari situlah tercermin simbol sinergi antara pemerintah dengan
para ulama. terdapat tujuh tingkatan pada Gapura Padureksan yang
melambangkan septo petolo langit yang artinya tujuh tingkatan langit, Sesuai
mitos yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar Masjid Wali ini,
bahwasannya jika pintu yang terdapat di Gapura Padureksan dibuka dan dibuat
untuk hal-hal yang tidak pantas, maka akan terjadinya suatu hal yang tidak
diinginkan atau berupa sebuah musibah.
Mustoko masjid adalah peninggalan dari seorang wali yang terbuat dari
tanah, tanah disini memiliki makna manusia tidak boleh sombong, tinggi hati,
iri dengki, dan sifat tercela lainnya. Soko guru merupakan tiyang yang berada
didalam masjid, dalam tiang tersebut terdapat makna-makna yang tersimpan
Didalam Masjid Wali ada beberapa pantangan yaitu tidak boleh mempunyai
niatan buruk meskipun dari awal, karena pasti akan medapat balasannya.
Arya penangsang dalam mendirikan bangunan Masjid wali jepang ini mengacu
kepada gurunya yaitu sunan kalijaga , ia menggunakan gaya desain dipadukan
dengan kebudayaan hindu pada masa itu untuk dapat menyebarkan agama
islam secara toleransi. Sehingga di depan masjid ada gapura paduraksa. Di
perkirakan pembangunan dari masjid ini pada abad ke 16 masehi. memiliki
tujuan sebagai tempat beribadah dan menimba ilmu agama islam.dalam
bangunan ini juga menyimpan beragam benda sejarah yang terjaga dengan
baik. Benda tersebut merupakan peninggalan zaman sunan kudus antara lain
mustoko masjid , empat saka guru , makam kuno , dan yang terakhir Gapura
paduraksa. masjid ini telah di lakukan beberapa kali renovasi oleh pengelola.
Keistimewaan yang terdapat pada Gapura Paduraksa adalah arsitektur
yang membuat ini menggambarkan adanya perpaduan antara ulama zaman
dahulu dengan kerajaan demak. hal itu dapat terlihat dari pada sisi kanan dan
kiri bangunan ini memiliki pintu di tengahnya. selain itu juga penggunaan atap
bangunan tidak sembarangan karena memiliki makna persatuan antar sesama.
Menurut ulama besar penerjemah serat , Ki Herman Sinung Janutama
menjelaskan bahwa sebuah gapura paduraksa yang terdapat di masjid wali
jepang ini merupakan simbol persatuan yang memadukan antara ulama dengan
umarok (kerajaan demak).
Masyarakat sekitar masjid jami al makmur ini juga memiliki tradisi yang
hingga kini masih dilestarikan , tradisi itu ialah Rebo wekasan. menurut
kalender orang jawa setiap hari rabu terakhir pada bulan safar melakukan
pembagian air dari sumur peninggalan zaman sunan kalijaga. Selain itu juga
dalam kegiatan ini juga melakukan manganan atau makan bersama sebagai
bentuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. hal ini sudah tercantum pada
prasasti yang terdapat di masjid wali jepang. melaksanakan tradisi ini. sebagai
bentuk mendoakan para wasilah , diberikan keselamatan ,kesejahteraan dan
sebagainya.

C. Visi dan Misi Masjid Wali Al Makmur


Di Masjid Wali Al Makmur ini belum menerapkan visi dan misi dalam masjid
secara tertulis.

D. Struktur Organisasi Masjid Wali Al Makmur

Sususan Pengurus
Masjid Wali Al Makmur Jepang

Pelindung : Kepala Desa

Penasehat : 1. KH. Abdul Chamid Al Khafidz


2. H. Sunarto, S.Pd
3. H. Ruslin

Nadhir : H. M. Ridwan

Ketua : Drs. H. Muchamad Mastur, SH


Wakil Ketua : Tian Suwandi, S.Pd

Bendahara : Muhdi
Wakil Bendahara : Sutiyono (koting)

Sekretaris : Muhammad Ridwan


Wakil Sekretaris : Ahmat Ari Hidayat

Seksi Seksi

a. Seksi Ibadah 2. Siswanto


Shalat Jum’at 3. Agus Fadli
1. Khamdan 4. H. Khamid Khanafi
2. Chandiq
3. Kusnan (Rt 04 Rw e. Seksi Pendidikan
06) Dakwah dan Wakaf
1. H. Ahmad Syakuri
Shalat Rawatib
2. H. Ahmad Saputro,
1. Ky. Sulkhan S.Ag
2. Sa’at Azizan 3. Ky. Sutomo Al
3. M. Nur Salis Khafid
4. Ky. Ahmad Sumadi
b. Seksi Pelaksanaan
Pengembangan f. Seksi Peringatan Hari
Organisasi Besar Islam
1. Masudi Rifan, SH 1. Nur Aziz, S.Ag
2. Joni Prabowo 2. Achadun
3. Subarkah 3. Budi Waluyo
4. Supriyanto 4. Zaekah

c. Seksi Keamanan dan g. Seksi Sosial


Ketertiban Kemasyarakatan
1. Shodiq 1. Kusnan
2. Rohmat Si’an 2. Jayadi
3. Abdul Rouf 3. Sugiman
4. Noor Kholis 4. Sutomo
h. Seksi Kebersihan
d. Seksi Perpustakaan dan Masjid
Dokumentasi 1. Fatkhur Rahman
1. KH. Dwi Ahmad Aziz
Rifa’i 2. Ahmadi
3. Rumadi
4. Muhadi 1. Budi Susono
i. Seksi Perlengkapan 2. Alif Syarofi, ST
Peralatan Listrik 3. Kusnan Ngadinuk
1. Sunardi 4. Munip
2. Sutriman 5. Sutrisno
3. H. Suwadi k. Remaja Masjid
j. Seksi Pemeliharaan dan 1. Ketua
Pembangunan Gedung 2. Anggota Prisma

E. Program Kegiatan
Mingguan dan bulanan sama: kalua setiap hari tentunya sholat jamaah ,kalua
mingguan ada kegiatan ngaji kitab tafsir jalalen sabtu malam ahad,
pengampunya bapak kyai hj mustamal alhaqib tumpeng krasak pondok grobak,
ahad malam senin ada ngaji pengampunya gus umam kitan nasihul khibat ,ahad
malam senin anak anak remaja masjid mauludan ,ahad pagi ada tadarus al
quran bada subuh itu adalah kegiatan mingguan masjid wali, kemudian ada
kegiatan bulunan yaitu ada selapanan ratib dan malik menunya adalah
pembacaan ratib kemudian maulid lalu ngaji kitab tarih nabi di setiap kamis
malam jumat legi , kemudian kegiatan tahunan sama seperti masjid masjid
lainnya yaitu ada peringatan maulid nabi Cuma bedanya ada Tradisi Tradisi
yang masih di lakukan di masjid ini misalnya ada yang paling masyur yaitu
rabu wekasan itu dilaksanakan setiap malam rabu tgerakhir bulan syafar
Menurut tahun hitungan hijriyah tahun inin dilaksanakan kemarin pertengahan
September dengan acara pengambilan air salamun Ketika malamterakhir di
bulan syafar atau malam rebo wekasan karena dipercaka Ketika malam rabu
wekasan itu tolak balak kedunia jadi air salamu yang di bagikan yang bersal
dari sumber peninggalan sunan kududsn dijadikian wasilah untuk terhindar dari
balak yang diturunkan dar malam rabu wekasan itu ,kemudian ada maulid yang
diadakan Tradisi golok golok me ntok sama Tradisi pelalan,pelalan itu setiap
malam maulid malam 11, 12 ada Tradisi Namanya pelalang pelalang yaitu
Ketika malam maulid malam 12 ada setelah maulid itu di baca pas masuk
waktu sesi doa Ketika kyainysa membaca doa jamaah yang di masjid ini yang
ikut maulid itu mereka membawa seutas tali yang ketiaka bapak kyai nya
mebacaa doa para jamaah sambal mengami sambal dia membuat satu simpul
di tali yang dia bawa jadi satu simpul satu amin sampil doa selesai otomatis
banyak , Ketika selesai doa berbentuk simpul simpul tadi
Yang panjang itu dijadikan gelang-gelang ini namanya gelang-gelang ini
biasanya digunakan di Pakaikan ke anak kecil maksudnya agar terbarukan dan
terbarukan biar anak ini tidak gampang sakit tapi tidak menangis Kenapa kok
di ketikan antibodi simpul Maksudnya aku tuh namanya kemudian ada ruahan
Seperti masjid yang lain.

F. Identifikasi Jama’ah
Di Masjid Wali Al Makmur Alhamdulillah jumlah jamaah Insya Allah paling
banyak diantara masjid masjid yang lain dalam waktu 5 waktu yang di sini
sekitar, kalau dua shaf itu sekitar 200 an yang aktif. Cuma aktifnya tidak
selalu 5 waktu yang paling banyak di waktu magrib Isya subuh, kalau dzuhur
dan ashar masyarakat masih sibuk dengan kegiatan seperti bekerja sehingga
jumlah jamaah tidak terlalu banyak seperti pada sholat jamaah maghrib dan
ashar. Biasanya pada sholat jamaah sholat dzuhur dan ashar lebih banyak
jamaah putra, dan jamaah putri lebih didominasi oleh mbah mbah sepuh yang
mengikuti sholat jamaah dan paar jamaah sholat dzuhur dan ashar terkadang
mereka datangnya itu setengah jam sebelum Adzan sudah rame di dominasi
oleh bapak-bapak yang usia lanjut pensiunan yang sudah tidak ada tanggungan
kerja. Sementara itu, jamaah remaja masjid biasanya mengikuti sholat jamaah
ketika waktu sholat jamaah sholat maghrib, isya dan shubuh ketika dzuhur dan
ashar mereka masih disibukkan dengan kegiatan kegiatan mereka.

G. Gambaran Manajemen Masjid


Didasari pada data yang didapatkan dari hasil penelitian di Masjid Jami’
Wali Al-Ma’mur, yang mana masjid ini tujuan utamanya untuk beribadah dan
juga masjid ini menjadi salah satu masjid bersejarah di Kota Kudus. Kudus
ialah Kabupaten dengan kekayaan kebudayaannya, tradisi serta wisata religi
yang mana terdapat banyak masjid bersejarah dan mempunyai nilai sejarah
yang tinggi yang mana di antaranya terdapat di Desa Jepang, Kecamatan
Mejobo Kabupaten Kudus. Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur ialah satu diantara
masjid-masjid yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang terdapat di Kota
Kudus dikatakan Desa Wisata, dulu ketika ada kirab bazar tentang seni yang
disertai oleh Bupati Kudus dan pada saat itu juga diumumkan di saat Jepang
sebagai Desa Wisata atau Desa Wisata Religi.
Di Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur ini diharapakan tetap mampu
dijadikannya lokasi wisata religi yang mana wisatawan banyak berdatangan ke
sana untuk mengunjunginya. Dalam penerapan fungsi manajemen Masjid Jami’
Wali Al-Ma’mur sebagai aset wisata religi di Desa Jepang, pengurus Masjid
dan masyarakat mempunyai tujuan yang yakni menyuguhkan pelayanan serta
bimbingan yang diperuntukkan ke wisatawan supaya bisa melaksanakan ibadah
sekaligus berwisata religi dengan maksimal serta mengetahui peninggalan yang
ada di masjid.
Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur memiliki sebuah kegiatan yang
dilaksanakan setiap tahunnya dan menjadi salah satu asset wisata religi di desa
Jepang yaitu tradisi Rebo Wekasan yang mana memberikan daya tarik
tersendiri dan menjadi hal yang unik yang ada di Desa Jepang Mejobo Kudus.
Di dalam Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur Jepang terdapat Manajemen Masjid
yang baik. Manajemen di sini dibutuhkan Agar dapat melaksanakan kegiatan
dengan sebaik-baiknya pengurus memerlukan manajemen agar bisa tertata dan
berjalan dengan baik.

H. Keunikan Masjid Wali Al Makmur


Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur ini merupakan masjid peninggalan Arya
Penangsang dan Sunan Kudus, yang kemudian diuri-uri dan dilestarikan oleh
tokoh-tokoh islam selanjutnya, tetapi para sesepuh dan penduduk wilayah
jepang hanya mengenal satu nama yang diketahui yang bisa yang bisa disebut
dengan Ndoro ali atau sayyid ali alydrus. masjid ini terdiri dari beberapa
bagian, seperti: bangunan 55 utama masjid, serambi masjid, pawastren, tempat
wudhu, halaman masjid, Gapura Padureksa dan tempat parkir. Benda – benda
yang terdapat di Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur Desa Jepang Kecamatan
Mejobo Kabupaten Kudus yang di upayakan kelestariannya oleh pengurus dan
masyarakat diantaranya adalah, Mustoko, Atap genting masjid, soko empat,
gapuro, mimbar, mihrab, sumur dan makam.13 dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Mustoko
Di dalam buku tim sarasehan Masjid Jami’ Wali Al-Ma’mur Wailakal
musytaka yang berarti hanya kepada Allah tempat kami bercurah dan berserah.
Mustoko Masjid Wali Al Ma’mur terbuat dari gerabah atau reweng yang
berbahan dasar tanah.
b. Atap Genting Masjid
Masjid yang bentuk gentingnya bersusun tiga seperti ini adalah arsitektur
masjid besar atau Masjid Agung pada zaman dahulu masjid dengan arsitektur
seperti ini adalah Masjid Agung milik Kadipaten atau kerajaan yang bisa
digunakan oleh semua kalangan mulai dari pejabat Kadipaten atau kerajaan dan
masyarakat umum.
c. Saka Papat ( Soko Guru )
 Dua saga yang berada di sebelah barat berasal dari kayu jati simbol
ini melambangkan ke sejatian (tumukanin sejati) sejatinin kiwo
sejatining panengen, yaitu seimbang antara lahiriyah dan batiniyah.
 Satu sakas sebelah timur. Saka ini berasal dari kayu nangka
(nongko). simbol ini melambangkan “minongko ono opo-opo, kudu
wani dadi temenge negoro / masjid”. Artinya jika ada apa-apa harus
berani menjadi perisai untuk negara atau masjid.
 Satu soko sebelah utara timur. Soko ini seharusnya berasal dari kayu
sukun. simbol ini melambangkan ketika masuk ke mesjid harus mati
hawa nafsunya hanya menghadap kepada allah Swt.
d. Mihrab atau Tempat Imam
 Mihrab masjid jami ini disebut hayyun fiddaaroini. Melambangkan
manusia harus bisa hidup di alam lahir lahir dan batin.
 Di atas pengimaman masjid terdapat 7 tingkatan berbentuk menyerupai
mata tombak. Simbol ini 7 tingkatan.
 Simbol yang terdapat di atas pengimama menyerupai mata. Simbol ini
melambangkan bumi diapit cokro, melambangkan bumi ini dijaga oleh
allah swt dan nabi muhammad saw.
e. Mimbar ( Tempat Khutbah ) Member merupakan tempat untuk berkhutbah
para khatib.
f. Gapura
Gapura Padureksa ialah gapura yang utuh, memiliki pintu serta atap
tersusun tinggi kanan kirinya disambungnya menggunakan benteng atau
pagar yang menyesuaikan corak gapura padureksa, bila dibanding dengan
gapura belah bentar yang biasanya lebih kecil, gapura padureksa biasanya
lebih besar atau lebar.
g. Makam
Beberapa batu nisan yang terdapat pada kompleks makam di belakang
masjid terdapat simbol hayyun fiddaroini, sab’ah toroiq, dan muluk
ngersanipunn allah. Dalam arsitektur batu nisan pada zaman dahulu terdapat
ciri khusus yang digunakan untuk membedakan antara jenazah laki-laki atau
perempuan.
h. Sumur
Sumur itu dibuat oleh sunan kudus dengan teken atau tongkatnya. Kalau
diambil kesimpulan, memang benar, sumur itu dibuat oleh sunan kudus,
karena masa itu sunan kudus adalah sebagai pemimpin umat, pastilah beliau
mempunyai keahlian, diantaranya ahli adalah ahli dalam memilih tanah
yang mengandung sumber mata air yang baik.

I. Saran
Manajemen yang ditearpkan didalam Masjid Wali Al Makmur sudah cukup
baik, diharapkan para warga atau orang orang yang berada diarea masjid dapat
melestarikan masjid wali al makmur ini sebaik baiknya sehingga dapat mejaga
kelestarian dan keunikan yang ada pada masjid wali al makmur ini. Kemudian
saran yang diharapkan untuk pengurus masjid yaitu semoga kedepannya bisa
mendokumentasikan setiap perubahan perubahan yang terjadi pada Masjid
Wali Al Makmur ini sehingga masyarakat dapat mengetahui perkembangan
lebih lanjut mengetahui tentang hal ini.
J. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai