Anda di halaman 1dari 92

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan wilayah dapat berubah dengan sesuai dengan


kecepatan,dinamika, atau pola perkembangan kegiatan masyarakat setempat atau
pengaruh perkembangan wilayah sekitarnya yang tentunya akan memberikan
kontribusi terhadap upaya kegiatan penataan ruang. Pertumbuhan dan
perkembangan pada suatu wilayah ini akan mempengaruhi dari berbagai aspek
kegiatan penataan ruang. Pertumbuhan dan perkembangan pada wilayah ini akan
mempengaruhi dari berbagai aspek kegiatan seperti kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap penataan ruang, terutama pada
perencanaan ruang.

Penataan ruang merupakan proses dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan,


dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelanggaraan penataan ruang di daerah
bertujuan untuk memastikan terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu
dan menyeluruh; terwujudnya tertib pemanfaatan ruang; serta terselenggaranya
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam tataran perangkat peraturan perundangan
yang berkaitan dengan tata ruang, terbitnya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan ruang, yang merupakan sebuah Langkah reformasi di bidang
penataan ruang yang cukup signifikan, telah memberi kewenangan kepada Pemerintah
Kabupten/Kota untuk melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi sumber daya,
karakteristik, dan budaya (kearifan local) masing- masing.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Sleman tahun 2012-2032 diharapkan dapat


mengakomodasi kebutuhan ruang bagi pengembangan Kabupaten Sleman dalam
lingkup wilayah yang lebih luas secara berkelanjutan. Kemudian Pemerintah
Kabupaten Sleman menindaklanjuti dengan meyusun RDTR Kabupaten Sleman, tetapi
belum memperhatikan kawasan-kawasan perdagangan dan jasa yang telah ditetapkan
di RTRW Kabupaten Sleman, tak terkecualai pada Kecamatan Depok. Kecamatan
Depok merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman.
Letak dari kecamatan ini berada di sebelah utara Kota Yogyakarta

1
Penetapan kawasan perdagangan dan jasa Kecamatan Depok ini dilihat
berdasarkan 3 aspek pandang yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan budaya, serta
aspek fungsi. Kabupaten Sleman memerlukan penyusunan RDTR Kawasan
Perdagangan dan Jasa berdasarkan pendekatan masing-masing sudut kepentingan.
Untuk itu, pada kegiatan ini akam disusun RDTR Kawasan Perdagangan dan Jasa
dengan menggunakan sudut pandangan kepentingan ekonomi kawasan yang menjadi
unggulan Kecamatan Depok dan Kabupaten Sleman.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud

Maksud dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan


Depok Kabupaten Sleman tahun 2022-2042 dimaksudkan untuk mewujudkan
kawasan Perdagangan dan Jasa yang sesuai dengan kesesuaian lahan dan
kekuatan atau potensi guna mendukung tujuan penataan ruang wilayah Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman sebagai Kecamatan Kawasan Perdagangan dan Jasa.

1.2.2 Tujuan

Tujuan disusunnya RDTR Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Tahun


2023-2043 diantaranya:

a. Menentukan kawasan Perdagangan dan Jasa RDTR dari sudut pandang


kepentingan ekonomi dan sosial budaya Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman.
b. Menetapkan peraturan zonasi sebagai sebuah perangkat pengendalian
penataan ruang untuk menjaga konsistensi pembangunan kawasan
dengan RTRW Kabupaten Sleman.
1.2.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Penyusunan RDTR Kabupaten Sleman


adalah sebagai berikut:

a. Teridentifikasinya kondisi eksisting Kawasan Perdagangan dan Jasa


dengan sudut pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
b. Terumuskannya RDTR Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan sudut
pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman.

2
c. Terumuskannya Peraturan Zonasi Kawasan Perdagangan dan Jasa
dengan sudut pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
d. Tersusunnya Draft Peraturan Daerah RDTR dan peraturan zonasi
Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan sudut pandang kepentingan
ekonomi dan sosial budaya Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman.Menentukan kawasan Perdagangan dan Jasa RDTR dari sudut
pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman.
e. Menetapkan peraturan zonasi sebagai sebuah perangkat pengendalian
penataan ruang untuk menjaga konsistensi pembangunan kawasan
dengan RTRW Kabupaten Sleman.

1.1.1 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Penyusunan RDTR Kabupaten


Sleman adalah sebagai berikut:

a. Teridentifikasinya kondisi eksisting Kawasan Perdagangan dan Jasa


dengan sudut pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
b. Terumuskannya RDTR Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan
sudut pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman.
c. Terumuskannya Peraturan Zonasi Kawasan Perdagangan dan Jasa
dengan sudut pandang kepentingan ekonomi dan sosial budaya
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
d. Tersusunnya Draft Peraturan Daerah RDTR dan peraturan zonasi
Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan sudut pandang kepentingan
ekonomi dan sosial budaya Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

3
1.2 Ruang Lingkup
1.2.1 Ruang Lingkup Wilayah

Kecamatan Depok secara administratif berada di wilayah


Kabupaten Sleman terdiri dari 3 Desa yaitu Desa Caturtunggal, Desa
Maguwoharjo dan Desa Codongcatur. Dengan 58 Dusun/ Padukuhan.
Luas Kecamatan Depok adalah 3,4444 Ha, dan merupakan wilayah
dengan pertumbuhan paling pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Batas-batas wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Kertasari
adalah sebagai berikut :

o Sebelah Utara: Kecamatan Ngaglik


o Sebelah Timur: Kecamatan Kalasan
o Sebelah Selatan: Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
o Sebelah Barat: Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Ruang Lingkup Kegiatan dalam rangka penyusunan Rencana


Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
meliputi kegiatan - kegiatan sesuai dengan tahap perencanaan sebagai
berikut:

1. Tahap Persiapan, yang meliputi:


a. Mengumpulkan referensi dan dasar-dasar hukum kegiatan.
b. Melakukan pengumpulan data awal dan penyimpulan data
awal.
c. Mereview penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten

4
Sleman, RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2012-2032 dan
RDTR Kabupaten Sleman.
d. Menyusun rencana kerja, pedoman dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengumpulan data dan informasi (primer dan sekunder), yang
meliputi:
a. Pengumpulan data primer melalui wawancara pada stakeholder
penyelenggaraan penataan ruang di Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman.
b. Pengumpulan data-data peraturan dan perundang-undangan
tentang tata ruang wilayah perkotaan.
c. Penyediaan peta dasar melalui Foto Udara 2018. Interpretasi
tutupan dan penggunaan lahan berdasarkan Foto Udara tahun
2022 dan survey lapangan.
d. Pengumpulan data kondisi fisik/lingkungan dan sumber daya
alam, sarana dan prasarana, kependudukan dan sumber daya
manusia, perekonomian, sosial dan budaya, kelembagaan dan
data lainnya sesuai kebutuhan analisa.
3. Analisa Data Analisa dilakukan terhadap data dan informasi kondisi
fisik/lingkungan dan sumber daya alam, sarana dan prasarana,
kependudukan dan sumber daya manusia, perekonomian, sosial
dan budaya, kelembagaan dan data lainnya sesuai kebutuhan
analisa.
4. Konsultasi Publik Secara garis besar terdapat dua tahapan
konsultasi publik, yaitu pertama konsultasi yang dilaksanakan
untuk menggali permintaan, keinginan, kebutuhan, keberatan dari
masyarakat atas suatu prakarsa. Kemudian yang kedua adalah
konsultasi hasil kompilasi masukan yang didapat dari masyarakat
tadi ke dalam rencana penataan ruang. Masyarakat tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan
kewilayahan (ecoregion) dan kelompok stakeholder.
5. Perumusan Konsep Konsep Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdiri dari rencana struktur
ruang kawasan, rencana peruntukan blok, rencana penataan
bangunan dan lingkungan dan indikasi program pembangunan.

5
6. Penyusunan Instrumen Pengendalian Komponen pengendalian
rencana detail tata ruang meliputi zonasi, aturan insentif dan
disinsentif, serta perijinan pemanfaatan ruang.
7. Penyusunan Sistem Informasi Geografis Untuk pekerjaan
penyusunan Sistem Informasi Geografis dilakukan bersinergi
dengan kegiatan penyusunan RTRW dan RDTR.
8. Penyusunan SIG dimulai dengan melakukan evaluasi terhadap
sistem informasi geografis yang telah ada. Kemudian disusun suatu
rancang bangun sistem yang akan dikembangkan untuk
selanjutnya diperbaharui. Sistem yang diperbaharui harus diujicoba
di lapangan dan diteruskan dengan updating sistem. Identifikasi
terhadap kondisi obyektif dilakukan dengan survey primer dan
survey sekunder.
9. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Penyusunan
Rancangan Peraturan Walikota difungsikan sebagai rencana
landasan hukum RDTR kawasan Perdagangan dan Jasa
dimaksud. Perda ini berisi mengenai dasar hukum, arahan zonasi,
pemanfaatan dan pengendalian tataruang, penjelasan pola ruang
dan struktur ruang,kebijakan/strategi, dan sanksi serta hal-hal lain
yang terkait.

1.2.2 Ruang Lingkup Materi

Materi yang harus terlaksana dan dimunculkan informasinya pada


kegiatan ini adalah:

a. Kejelasan batas inter dan antar wilayah pelayanan (SWK) hasil


survey dilapangan dan dimunculkan lengkap dengan titik koordinat
geodetic lapangan.
b. Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang.
c. Rencana Struktur Ruang berupa: kerangka kegiatan utama, system
dan hirarki pusat dan wilayah pelayanan, system jaringan
infrastruktur, serta system jaringan PSU yang melayani (air bersih,
air limbah, listrik, telekomunikasi, sampah, drainase lingkungan dll).
d. Rencana Pola Ruang berupa: klasifikasi dan kode jenis pola ruang,
pendelineasian ruang ke dalam blok, rencana pengembangan setiap
pola ruang, rencana intensitas pemanfaatan ruang blok peruntukan

6
(KDB, KLB, KDH, KTB, rencana tinggi bangunan dll), zoning map,
rencana tata massa bangunan melalui pengaturan amplop
bangunan (tinggi bangunan, garis sempadan bangunan, jarak antar
bangunan, luas minimum persil, GSS, GSP dll).
e. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang (penggunaan utama,
penggunaan pelengkap, penggunaan bersyarat, penggunaan
dengan pengecualian khusus, penggunaan yang dilarang).
f. Penetapan lokasi penanganan kawasan dan bangunan.
g. Rencana dan program pemanfaatan ruang yang memuat lokasi,
besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan tahapan
waktu pelaksanaan yang logis dan realistis.
h. Ketentuan Pengendalian pemanfaatan ruang (peraturan zonasi,
perizinan, insentif dan disinsetif, penerapan sanksi).
i. Kelembagaan dan kewenangan.
j. Prosedur monitoring dan evaluasi.

1.3 Dasar Hukum


a. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377).
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846.
d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025).
e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038 ).
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

7
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059).
g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).
h. Peraturan daerah Kabupaten Bandung nomor 27 tahun 2016 tentang
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bandung tahun 2016-2036.
i. Pedoman Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi dapat
mengacu pada Peraturan menteri ATR BPN no 16 tahun 2018.

1.4 Sistematika pelaporan

BAB 1 PEDAHULUAN

Tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup yang
meliputi lingkup wilayah, ruang lingkup kegiatan dan ruang lingkup materi,
serta dasar hukum.

BAB 2 PENGALAMAN PERUSAHAAN

Tentang pengalaman perusahaan terhitung dari tahun awal berdiri sampai


dengan tahun akhir.

BAB 3 PEMAHAMAN TERHADAP KAK

Menerangkan tentang tingkat pemahaman konsultan dalam menyikapi


kegiatan yang dijelaskan dalm Kerangka Acuan Kerja.

BAB 4 TANGGAPAN TERHADAP KAK

Bab ini menerangkan tentang tingkat tanggapan-tanggapan membangun


dalam menyingkapi kegiatan yang dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja,
sehingga sasaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

BAB 5 APRESIASI DAN INOVASI

Bagian ini menjelaskan tentang pemahaman konsultan dalam


mengapresiasikan serangkain kegiatan yang berkaitan dengan RDTR
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Disamping itu konsultan dapat
menguraikan ide/konsep/inovasi baru demi tercapainya sasaran yang ingin
dicapai.

8
BAB 6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini menguraikan tentang terapan pendekatan-pendekatan umum dan


teknis serta tahapan pelaksanaan pekerjaan dan metoda analisis yang
digunakan terkait dengan pekerjaan RDTR Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman

BAB 7 RENCANA KERJA

Bagian ini menjelaskan tentang tahapan pelaksanaan dan rencana kerja


RDTR Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang meliputi tahap persiapan,
tahap survey, tahap pelaporan dan sosialisasi pekerjaan. Disamping itu
dijelaskan pula pendekatan pelaksanaan pekerjan secara menyeluruh untuk
kegiatan tersebut.

BAB 8 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TENAGA AHLI

Pada bab ini menerangkan tentang tugas dan tanggung jawab tenaga ahli
yang terlibat dalam kegiatan RDTR Kabupaten Sleman dan sesuai dengan
permintaan yang dijelaskan dalam KAK.

BAB 9 JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Bab ini menguraikan tentang jadwal penugasan para tenaga ahli / personil
dalam kurun waktu 60 hari kalender seperti yang telah dijelaskan dalam KAK.

BAB 10 STRUKTUR ORGANISASI

Bagian ini menjelaskan tentang struktur organisasi terkait dengan pelaksanaan


kegiatan dan pembinaan antara Dinas terkait dengan par tenaga ahli, atau
antara konsultan dengan dinas terkait.

BAB 11 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Menguraikan tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan RDTR Kabupaten


Sleman sesuai dengan tahapan persiapan dalam rencana kerja.

BAB 12 SISTEM PELAPORAN

Menjelaskan tentang sistematika pelaporan pada kegiatan RDTR Kabupaten


Sleman.

BAB 13 STAFF PENDUKUNG

9
Menerangkan tentang staf pendukung yang disumberkan dari perusahaan
yang bersangkutan seperti operator, administrasi, sekretaris dan drafter.

BAB 14 FASILITAS PENUNJANG

Menguraikan tentang fasilitas penunjang yang dimiliki oleh perusahaan yang


bersangkutan.

BAB 15 PENUTUP

Menjelaskan pengantar penutup tentang penjelasan keikutsertaan konsultan


dalm mengikuti kegiatan RDTR Kabupaten Sleman.

10
BAB II
PENGALAMAN PERUSAHAAN

PT. Gama Adibaya Consultant kami adalah sebuah perusahaan yang terus
berkembang dan tumbuh beriringan dengan zaman dan pengalaman bekerjakami.
Bukan sekedar omong kosong belaka, perusahaan kami yang bergerak di bidang
Konsultan Tata Ruang dan pembangunan wilayah memiliki segudang
pengalaman, prestasi dan tenaga kerja yang mumpuni dalam keahliannya masing-
masing.

Kami berhasil membantu perumusan RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-
2029 dan Banten Tahun 2010-2030. Dan beberapa sejarah lain membuat RDTR
Kota dan Kabupaten diseluruh Indonesia, seperti RDTR Kawasan Perkotaan
Lubuk Alung, Kab. Padang Tahun 2014-2034 dan RDTR Kawasan Gilimanuk Kab.
Jembrana, Bali Tahun 2005-2025.

Kami bergerak dalam segala bidang dalam menunjang pembangunan suatu


wilayah, kami memiliki hampir segala daya dan upaya yang siap diluncurkan dan
dikerjakan secara maksimal dalam setiap tanggung jawab pekerjaan kami. Hal-hal
seperti analisis dampak lingkungan, pembangunan fisik, pengembangan
infrastruktur hingga perencanaan skala terbesar nasional dan terkecil desa.

Berikut daftar pengalaman perusahaan PT. Gama Adibaya Consultant :

11
Tabel 2.1 Pengalaman Perusahaan

No Paket Pekerjaan Bidang Lokasi Pengguna Kontrak Tanggal Selesai


Menurut
Jasa No/Tanggal Nilai Proyek (Rp) Kontrak BA Serah-
Terima
1 Penyususan Planologi, Jawa Barat BAPPEDA 20/03990/I/ 2.700.000.000.000 25 Juli 10
RTRW Provinsi Sipil, JABAR 2009 Septemberr
Jawa Barat Arsitektur, A15 Juli2006 2009
Tahun 2010-2030 Lingkungan,
Pariwisata,
Ekonomi,
Sosial
Budaya,
Transpotasi.

2 Penyususan Planologi, Palembang Dinas PUPR 5/A-2010-M/R4 1.600.000.000.000 01 Mei 14 Agustus


RTRW Sipil, Palembang 2009 2009
Provinsi Arsitektur, 28 Februari 2008
Sumatera Lingkunga n,
Selatan Tahun Pariwisata,
2010-2030 Ekonomi,
Sosial
Budaya,
Transpotasi.

1
3 Penyusunan Tata Kota Bekasi Dinas 602.1/26.SPP. 700.000.000 18 Februari 07 Maret
Masterplan Lingkunga Binamarga MPM PL 2017 2017
Manajemen n dan Balai I/PLH/V/ 2008
Pengelolaan Transporta Pengelolaa
Limbah si nJalan 2 September
Industri 2016
Kota Bekasi

2
4 RDTR Kawasan Planologi, Kabupate Dinas 02.2/05.Kontrak/ 800.000.000 20 10 Januari
Perkotaan Lubuk Sipil, nPadang Lingkunga KW .03 Desemb 2014
Alung, Kab. Arsitektur, nHidup /PPK.MY/VI/2008 er2013
PadangTahun Lingkunga Kab.
2014-2034 n,Sosial Padang 02 Januari 2012
Budaya.
5 RDTR Kawasan Planologi, Kabupate Dinas E-009/04042005- 850.000.000 20 Juni 30 Juni
Gilimanuk Kab. Sipil, n Pariwisat U/T 2005 2005
Jembrana, Bali Pariwisat Jembrana a
Tahun 2005- a, 25 Desember
2025. Ekonomi, 2003
Sosial
Budaya.
6 Penyusunan Planologi, Kabupaten Bapped 01/SPK/SKMS/Be 650.000.000 09 22
Rencana Urban Tasikmala aKab. n Septembe Septembe
Detail Tata Design, ya Tasikmalaya -BM/2015 r2015 r2015
Ruang SUB Perencana
Kecamatan anDesa. 21 Maret 2015
Bantrkalong
Kabupaten
Tasikmalaya
7 Penyusunan Planologi, Provinsi Dinas 602.1/26.SPP. 1.500.000.000.00 17 20
RTRW Provinsi Sipil, Kepulaua PUPR MPM PL 0 Novenbe Novenbe
Kepulauan Riau Arsitektur, nRiau Kepulaua I/PLH/V/ 2008 r2017 r2017
Tahun 2017- Lingkunga n Riau
2037 n, 23 Oktober 2015
Pariwisata,
Ekonomi,
Sosial
Budaya,
Transpotasi.
3
8 Penyusunan Planologi, Kota Distarkim KU.08.08/PTBG.J 1.550.000.000 30 Maret 11 April
Rencana Tata Lingkunga Bandun Provinsi B 2020 2020
Bangunan dan n dan g JawaBarat . 09 .23.1/VI/
Lingkungan Arsitek. 2008
(RTBL)Kawasan
Cihampelas 19 Januari 2018
Kota
Bandung
9 Penyusuna Planologi, Kabupate BAPPEDA 26/SPK/PPK/P 750.000.000 03 Januari 23 januari
n Sipil, n SUMEDAN MPP/ B 2017 2017
Masterplan Transportas Sumedan G APP/2008
Perhubunga i. g
nKabupaten 15 Juni 2016
Sumedang
10 Masterplan Planologi, Kabupate Dinas E-RIP/04/III/7/AS 1.000.000.000 17 Oktober 20
DesaWisata Pariwisata, n Pemberday 2020 Novembe
Lembang Perencana Bandung aan 30 April 2018 r2020
anDesa, Barat Masyarakat
dan Sosial dan Desa
Budaya.

4
BAB III
PEMAHAMAN TERHADAP KAK

3.1 Umum

PT. GAMA ADIBAYA CONSULTANT memahami berbagai informasi yang


dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja RDTR Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman Provinsi DIY Yogyakarta. Oleh karetna itu, pemahaman yang dapat
kami kembangkan sebagai upaya dalam mencapai kesepakatan bersama,
meliputi:

a. Latar belakang terwujudnya RDTR Kecamatan Depok


b. Maksud dan tujuan dari kegiatan RDTR Kecamatan Depok sebagaiupaya
pencapaian sasaran yang diharapkan.
c. Pendekatan dan metodologi kegiatan RDTR Kecamatan Depok.
d. Lingkup pekerjaan yang merupakan penjabaran dari setiap tahapan
pelaksanaan dan rencana kerja.

3.2 Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

3.2.1 Pemahaman Terhadap Latar Belakang

Secara keseluruhan, penjelasan latar belakang dair kerangka acuan kerja


RDTR Kecamatan Depok sudah jelas dan dapat dipahami. KAK RDTR di
Kecamatan Depok berpedoman terhadap Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang ini merupakan sebuah
langkah reformasi di bidang penataan ruang yang cukup signifikan dan
telah memberi kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi sumber daya,
karakteristik, dan budaya (kearifan lokal) masing-masing. Kecamatan
Depok ini telah memiliki suatu Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang terdapat di RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2012-2032. RTRW
tersebut dijadikan panduan dalam penyelenggaraan tata ruang, termasuk
RDTR yang akan diselenggarakan di Kecamatan Depok. Pemerintah
kabupaten/kota mempunyai kewenangan untuk menyusun rencana rinci
tata ruang yaitu berupa rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan
rencana tata ruang kawasan Perdagangan dan Jasa egis. Setelah
disahkannya RTRW Kabupaten Sleman menjadi Perda (Peratuan
5
Daerah), Pemerintah Daerah Sleman perlu segera menyusun Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten Sleman sehingga dengan tersusunnya
aturan mengenai Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Sleman,
Pemerintan Daerah Kabupaten Sleman dapat menyusun RDTR Kawasan
Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Depok.

3.2.2 Pemahaman Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari kegiatan penyusunan RDTR ini yaitu


mewujudkan ruang kawasan Perdagangan dan Jasa yang sesuai dengan
nilai strategis kawasan guna mendukung tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Sleman sebagai kota jasa yang dinamis, selaras dan hijau
melalui sudut pandang kepentingan ekonomi Kabupaten Sleman beserta
peraturan zonasinya sebagai sebuah perangkat pengendalian penataan
ruang untuk menjaga konsistensi pembangunan kawasan Perdagangan
dan Jasa dengan RTRWKota.

Adapun Sasaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. Teridentifikasinya kondisi eksisting kawasan Perdagangan dan Jasa


sudut pandang kepentingan ekonomi Kabupaten Sleman.
b. Terumuskannya RDTR kawasan Perdagangan dan Jasa sudut
pandang kepentinganekonomi Kabupaten Sleman
c. Terumuskannya Peraturan Zonasi kawasan Perdagangan dan Jasa
sudut pandang kepentingan ekonomi Kabupaten Sleman
d. Tersusunnya Draft Peraturan Daerah RDTR dan peraturan zonasi
Kawasan Perdagangan dan Jasa sudut pandang kepentingan
ekonomi Kabupaten Sleman.

3.2.3 Pemahaman Terhadap Pendekatan Metodologi

Pada KAK RDTR Kabupaten Sleman dijelaskan mengenai


pendekatan metodologi, secara umum yang meliputi:

a. Menjelaskan jangka waktu perencanaan.


b. Menjelaskan acuan dan sumber peta.
c. Menjelaskan substansi teknis yang meliputi analisa dan rencana

6
3.2.4 Pemahaman Terhadap Kebutuhan Tenaga Ahli

Untuk memaksimalkan penyusunan RDTR Kecamatan Depok


perusahaan kami berinisatif menambahkan asisten perencaan wilayah
dan kota. Untuk memberikan dukungan dan juga alternatif yg lebih besar
sehingga perencanaan RDTR kecamatan Depok dapat dikaji dan
dikerjakan dengan teliti dan mendetail. Jumlah tenaga ahli asisten
perencaan wilayah dan kota sebanyak 1 orang dengan minimal Pendidikan
S-1 Perencanaan Wilayah dan Kota dengan lama penugasan 5 bulan,
pengalaman kerja 5 tahun.
Tabel 3.1 Tenaga Ahli yang Dibutuhkan
Pendidikan Pengalaman
No. Nama Jumlah
(Minimal) Dibidanganya
A. Tenaga Ahli
1. Ahli 1 orang S-2 Bidang S-2 = minimal 6 tahun
Perencanaan Perencanaan (SKA Wilayah Perkotaan/
Wilayah dan Wilayah dan Perencanaan Wilayah dan
Kota (Team Kota Kota (Ahli Madya))
Leader)
2. Ahli Ekonomi 1 orang S-2 Ekonomi S-1 = minimal 10 tahun
Wilayah (SKA Ekonomi/Ahli
Ekonomi Pembangunan
(Ahli Madya)) atau
S-2 = minimal 5 tahun (SKA
Ekonomi/Ahli Ekonomi
Pembangunan (Ahli
Madya))
3. Ahli 1 orang S-1 Teknik S-1 = minimal 10 tahun
Lingkungan Lingkungan (SKA Ahli lingkungan (Ahli
Madya) atau
S-2 = minimal 5 tahun (SKA
Ahli lingkungan (Ahli
Madya))
4. Ahli GIS 1 orang S-1 S-1 = minimal 10 tahun
Geodrafi/Geo (SKA Pemetaan GIS (Ahli
desi Madya)) atau
S-2 = minimal 5 tahun (SKA
Pemetaan GIS (Ahli
Madya))
5 Ahli Hukum 1 orang S-1 Hukum S-1 = minimal 10 tahun
(SKA Hukum Administrasi
(Ahli Madya)) atau
S-2 = minimal 5 tahun (SKA
Hukum Administrasi (Ahli
Madya))
6 Asisten S-1 S-1 = minimal 5 tahun
Perencanaan 1 Orang Perencanaan (SKA Wilayah Perkotaan/
Wilayah dan Wilayah dan Perencanaan Wilayah dan
Kota Kota Kota (Ahli Madya))
B. Tenaga Pendukung

7
Pendidikan Pengalaman
No. Nama Jumlah
(Minimal) Dibidanganya
1. Administrasi 1 org SMK/sederaj Terampil
at
2. Operator 1 org SMK/sederaj Terampil
Komputer at
3. Surveyor 3 org D3/sederajat Terampil
4. Drafter GIS 3 org D3/sederajat Terampil
Sumber: Kerangka Acuan Kerja Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Perdagangan dan Jasa Kepentingan Ekonomi, Kecamatan Depok kabupaten
Sleman, 2023

8
BAB IV
TANGGAPAN TERHADAP KAK

4.1 Pemahaman Terhadap KAK

4.1.1. Umum

Secara umum, Kerangka Acuan Kerja (KAK) dari pekerjaan ini telah
memuat arahan yang jelas mengenai latar belakang, maksud, tujuan,
sasaran, manfaat, produk yang dihasilkan, ruang lingkup wilayah, ruang
lingkup kegiatan, metodologi, jadwal pelaksanaan, serta tenaga ahli dan
sistem pelaporan yang akan diharapkan. Dari berbagai arahan tersebut,
pihak konsultan menilai bahwa KAK yang disusun oleh pemberi tugas telah
memberikan gambaran yang memadai mengenai pekerjaan yang
ditawarkan.

Secara umum, konsultan berpendapat bahwa KAK tersebut sudah


dapat digunakan sebagai digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan Depok. Dari tahapan yang akan dilakukan, tujuan
yang hendak dicapai adalah menetapkan acuan penataan kota secara
menyeluruh agar dalam pelaksanaannya tetap dalam satu rancangan yang
utuh. Dengan demikiian diharapkan dapat menghasilkan acuan untuk
perencanaan detail dan rencana pengembangan kawasan sehingga di
masa yang akan datang penataan dan pengembangan kawasan
Kecamatan Pangalengan akan lebih tertata dan memiliki identitas kawasan
yang kuat. Kerangak Acuan Kerja adalah dokumen perencanaan kegiatan
yang berisi penjelasan atau keterangan mengenai apa, mengapa, siapa,
kapan, di mana, bagaimana dan berapa perkiraan biayanya suatu
kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang
diharapkan dari suatu kegiatan.

4.1.2. Pemahaman Substansi Pekerjaan

Pemahaman terhadap substansi pekerjaan ini dimulai dengan


pengembangan wilayah dari bidang tata ruang (spasial). Kecamatan Depok
merupakan wilayah yang termasuk pada wilayah dengan pertumbuhan paling pesat
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun Rencana
9
Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Depok yang berpedoman pada RDTR
Kabupaten Sleman dan RTRW Kabupaten Sleman. Dalam RDTR nantinya akan
dijelaskan mengenai kondisi eksisting Kecamatan Depok.

Adanya kerangka acuan ini dimaksudkan sebagai penyelenggara


penataan ruang pedesaaan agar tercipta pemandaatan ruang kota yang
aman, nyaman optimal dan berkelanjutan. Tujuan dari kerangka acuan
kerja ini yaitu menyusun RDTR Kawasan Perdagangan dan Jasa sudut
pandang kepentingan ekonomi Kabupaten Sleman, khususnya Kecamatan
Depok beserta peraturan zonasinya sebagai sebuah perangkat pengendalian
penataan ruang untuk menjaga konsistensi pembangunan kawasan
Perdagangan dan Jasa dengan RTRW Kota.

Dalam Kerangka Acuan Kerja, dijelaskan bahwa tenaga ahli yang


dibutuhkan untuk penyusunan RDTR Kecamatan Depok adalah tenaga ahli
yang professional dan berpengalaman. Team leader dipegang oleh tenaga ahli
Perencanaan Wilayah dan Kota dengan kualifikasi pendidikan minimal S2 dan
berpengalaman 6 tahun. Lalu, untuk tenaga ahli ekonomi wilayah pun memiliki
kualifikasi pendidikan minimal S2 dan berpengalaman minimal 5 tahun di bidan
ekonomi pembangunan atau ekonmi saja. sedagnkan untuk kualifikasi tenaga
ahli yang lainnya minimal pendidikan S1 dan berpengalaman minimal 10 tahun
dengan kualifikasi keahlian yang dibutuhkan.

4.2 Tanggapan Terhadap KAK

Penjelasan yang terdapat pada Kerangka Acuan Kerja telah diurutkan


dengan jelas bahwa pnedekatan dalam penyusunan rencana difokuskan
pada antisipasi kecenderungan perkembangan wilayah saat ini yang
memerlukan penanganan secara cepat untuk menjawab peluang
pengembangan potensi yang ada. Pengembangan potensi tersebut harus
disesuaiakan dengan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan. Pada
penyusunan RDTR ini, tim konsultan yang dilengkapi oleh seorang team
leader yang berpengalaman dan telah teruji dalam kegiatan penyusunan
RDTR dengan karakteristik permasalahan yang kompleks dan memiliki
kapasitas yang memadai dalam wawasan perkotaan maupun wilayah.
Adanya pengalaman tersebut akan mendukung efektifitas dari kinerja tim
konsultan, sehingga esensi penting dari Kerangka Acuan Kerja pada produk
yang dihasilkan akan terlaksana.

10
Team leader yang ahli dalam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota
dibantu sepenuhnya oleh beberapa staf ahli meliputi bidang keahlian hukum,
sipil, arsitektur, lingkunga, geodesi/GIS, asisten ahli perencanaan wilayah dan
kota, dan asisten ahli arsitektur. Para tenaga ahli akan diupayakan seoptimal
dan semaksimal mungkin agar dapat mencapai efisiensi dan efektifitas kerja
untuk menghasilkan output yang sangat baik dan sesuai. Didukung oleh

11
BAB V
APRESIASI DAN INOVASI

5.1 Apresiasi dan Inobesi Terhadap Ruang Lingkup

Pada bab ini menjelaskan tentang apresiasi terhadap pemahaman


tentang penataan ruang dan inovasi terhadap ruang lingkup wilayah
berdasarkan kerangka acuan kerja penyusunan RDTR Kecamatan Depok.

5.1.1 Inovasi Terhadap Ruang Lingkup Materi

Pada KAK disebutkan bahwa ruang lingkup Rencana Detail Tata


Ruang Kecamatan Depol meliputi strategi pelaksanaan pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Sleman sampai dengan batas ruang daratan,
ruang perairan, dan ruang udara menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan tujuan mewujudkan sinergitas dan
kemandirian pembangunan wilayah Kecamatan Depok sebagai kawasan
yang berdaya saing tinggi berbasiskan sumber daya alam dan sumber
daya manusia melalui pemerataan pembangunan yang berwawasan
lingkungan beserta peraturan zonasinya sebagai sebuah perangkat
pengendalian penataan ruang untuk menjaga konsistensi pembangunan
kawasan Perdagangan dan Jasa dengan RTRW

5.1.2 Apresiasi Terhadap Pemahaman Tentang Penataan Ruang

Berikut ini adalah beberapa terminologi yang terkait dalam tata ruang
dari Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
sebagai berikut:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.

12
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
8. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
9. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
10. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
11. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
12. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
13. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
14. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional
mempunyai nilai Perdagangan dan Jasa yang penataan ruangnya
diprioritaskan.
15. Kawasan Perdagangan dan Jasa kabupaten/kota adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

13
sangat penting
5.2 Sistem Perencanaan Tata Ruang
5.2.1 Pengertian Proses Perencanaa

Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan


manajemen yang terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan
untuk masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehubung
dengan pokok pertanyaan sehubung dengan lembaga yang di manajemeni
maupun usaha-usahanya . Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang
harus jelas landasan dan tujuannya. Untuk itu pemerintah di Indonesia
telah membuat suatu landasan atau pedoman yang dapat dijadikan acuan
dalam pelaksanakan perencanaan untuk skala nasional, provinsi,
kabupaten, kota, negara bahkan sampai antar negara.

5.2.2 Unsur – Unsur Perencanaan

Memahami unsur-unsur perencanaan merupakan keharusan untuk


menghindari kesalahan yang tidak perlu terjadi. Unsur-unsur perencanaan
adalah keadaan yang dapat mempengaruhi hasil perencanaan.
Keadaankeadaan itu dapat berwujud peraturan dan persyaratan formal
yang berlaku suatu perencanaan sebaiknya mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:

• Unsur tujuan yaitu perumusan yang lebih jelas dan lebih terperinci
mengenai tujuan yang telah diterapkan untuk mencapai.
• Unsur kebijaksanaan yaitu metode atau cara/jalan untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai c. Unsur prosedur Ini meliputi pembagian
tugas serta hubungannya anatara masing-masing anggota kelompok
secara terperinci.
• Unsur kemajuan. Dalam perencanaan ditentukan standar-standar
mengenai segala sesuatu yang hendak dicapai. Dalam istilah Inggris
standar untuk mengukur kemajuan-kemajuan suatu usaha
sebagaimana direncanakan secara singkat dapat dirumuskan dengan
kata-kata
• Unsur program Jika sasaran dan tujuan akhir sudah digariskan
dengan jelas dan dipahami dengan baik, perencanaan dapat

14
menggunakan satu model yang benar-benar rasional. Di dalamnya
terdapat empat langkah pengambilan keputusan, yaitu:
1. Menganalisis sistem dan masalahnya;
2. Mendefinisikan alternatif penyelesaian utama terhadap masalah
tersebut;
3. Mengevaluasi konsekunsi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
setiap penyelesaian yang dibuat;
4. Memberikan alternatif terbaik berdasarkan kaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai.

15
BAB VI
METODOLOGI

Rencana Detail Tata Ruang juga merupakan rencana yang menetapkan


blok- blok peruntukan pada kawasan fungsional, sebagai penjabaran “kegiatan”
ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam
kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan
utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Di dalam
pembahasan metodologi ini akan dikemukakan kronologis penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan proses pendetailannya.

6.1 Metode Pendekatan

Proses teknis penyusunan pekerjaan, secara garis besar ada 3 (tiga)


tahapan utama yaitu tahapan awal (persiapan dan pengumpulan data),
tahapan analisis dan tahapan perumusan rencana.

Gambar 6.1
Tahapan Penyusunan Pekerjaan

6.1.1 Metode Pendekatan Rencana

Metode pendekatan yang digunakan dalam melakukan perencanaan


yaitu pendekatan Participatory Planning, yakni dengan menggunakan
pendekatan perencanaan yang mengembangkan proses perencanaan
berbasis partisipasi masyarakat atau bottom-up planning. Partisipasi
masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan yang akan dikerjakan di masayarakat lokal. Peran
serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualitas
dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi dalam implementasi program.

Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk


pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang
berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam

16
masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat secara efektif dan
efsien, baik dari

a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan / sarana, data,


rencana dan teknologi);
b. Dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan);
c. Dari aspek keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektif dan
efisiensi).

Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan


diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program
pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana / program
pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar besar
kecilnya tingkat kepentingannya), dengan demikian pelaksanaan program
pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisiensi.

6.1.2 Metode Analisis

Proses analisis pada dokumen ini adalah proses pengujian / verifikasi


kelayakan aspirasi masyarakat sesuai kesepakatan bersama hasil FGD 1,
SKS, observasi dan wawancara. Metode analisis tersebut meliputi:

Proses analisis pada dokumen ini adalah proses pengujian / verifikasi


kelayakan aspirasi masyarakat sesuai kesepakatan bersama hasil FGD 1,
SKS, observasi dan wawancara. Metode analisis tersebut meliputi:

A. Metode Analisis Fisik Alamiah

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang penting dalam


mendukung pengembangan suatu wilayah. Metode yang digunakan
dalam proses analisis kondisi fisik yakni dengan menggunakan metode
superimpose (overlay) dari beberapa kondisi fisik dengan
menggunakan ketentuan Keppres No. 32 tahun 1990 Tentang
Penentuan Kawasan Lindung. Dalam analisis tiap kondisi fisik ini juga
diperlukan kriteria-kriteria serta.

• Variabel Analisis: Kondisi topografi, kemiringan, jenis tanah,


geologi, hidrologi, dan daerah rawan bencana.

17
• Output: Daya dukung fisik alamiah yang dapat digunakan untuk
merespon hasil dari FGD.
B. Metode Analisis Tata Guna Lahan

Metode yang digunakan yaitu metode superimpose (overlay)


dengan berbagai pertimbangan untuk mendapatkan hasil kondisi fisik
yang sebenarnya.

• Variabel Analisis Hasil analisis fisik alamiah dan tata guna lahan
eksisting
• Output: Kesesuaian lahan yang dapat digunakan untuk merespon
hasil dari FGD kondisi fisik.
C. Metode Analisis Kependudukan

Analisis kependudukan yang dimaksud adalah untuk melakukan


prediksi kecenderungan pertambahan penduduk di masa yang akan
datang. Metode yang digunakan yaitu dengan Regresi Linear. Asumsi
ini menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk linear.

• Variabel Analisis : (1) Jumlah penduduk time series 5 tahun; (2)


Jumlah penduduk berdasarkan umur, mata pencaharian,
kependudukan menurut jenis kelamin, kependudukan menurut
golongan umur dan struktur kependudukan berdasarkan
pendidikan dan agama.
• Output: Proyeksi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
sebagai gambaran dan asumsi perkembangan desa dimasa
yang akan datang yang dapat digunakan untuk merespon hasil
dari FGD aspek kependudukan.
D. Metode Analisis Sarana dan Prasarana

Analisis sarana dan prasarana ini meliputi analisis struktur


pelayanan, penentuan pusat pertumbuhan dan analisa kapasitas
pelayanan. Metode yang digunakan yakni dengan berdasarkan SNI
03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan permukiman
perkotaan.

• Variabel Analisis : (1) Jumlah sarana dan prasarana time series 5


tahun; (2) Kebijakan-kebijakan terkait dengan pengadaan sarana

18
dan prasarana, dan (3) Hasil aspirasi masyarakat (FGD,
wawancara, Diskusi).
• Output :Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana sebagai
gambaran dan asumsi kebutuhan dimasa yang akan datang
yang dapat digunakan untuk merespon aspirasi hasil dari FGD
aspek sarana dan prasarana
E. Metode Analisis Sosial Budaya

Analisis sosial-budaya yang dilakukan yaitu dengan melihat


kehidupan sosial dan kebudayaan peningkatan pendapatan daerah
dengan mengembangkan potensi budaya yang dapat dikembangkan.
Kemudian dilakukan analisis mengenai potensi dan permasalahan
yang ada.

Untuk itu dilakukan analisis sosial dan kebudayaan yang


berkembang di masyarakat yang menjadi suatu kebiasaan dan pola
hidup di Kabupaten Sleman

• Variabel Analisis: (1) Kondisi sosial masyarakat, Kondisi


kebudayaan masyarakat; (2) Kebijakan-kebijakan terkait dengan
sosial budaya, dan (3) Hasil aspirasi masyarakat (FGD,
wawancara, Diskusi).
• Output: Kondisi / keadaan sosial budaya yang akan datang
yang dapat digunakan untuk merespon aspirasi hasil dari FGD
aspek sosial budaya.
F. Metode Analisis Perekonomian

Dalam menganalisis sektor ekonomi unggulan seharusnya


menggunakan metode analisis LQ dan shift share yang berguna untuk
melihat pertumbuhan/perkembangan dari suatu kegiatan tertentu pada
suatu daerah tertentu. Selain itu dapat pula ditujukan untuk melihat
tingkat perkembangan dan kedudukan suatu daerah dalam sistem
yang lebih luas. Namun karena data yang didapatkan tidak mendukung
untuk dilakukan analisis LQ dan shift share, maka analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Dengan melihat
jenisjenis komuditas dan sektor unggulan Kabupaten Sleman

G. Metode Analisis Keuangan Kelembagaan

19
Analisis keuangan merupakan proses yang mengkaji / menggali
sumbersumber pembanguan desa yang berasal dari beberapa sumber,
diantaranya sumber dana dari pemerintah maupun sumber dana dari
swasta/swadaya masyarakat. Sumber dana dari pemerintah dapat
berupa pendapatan asli daerah (PAD), PBB, APBN, serta bantuan
luarnegeri.

Analisis kelembagaan merupakan proses penentuan kelembagaan


dalam pelaksanaan pembangunan Kecamatan Depok diantaranya
badan-badan atau dinasdinas pemerintahan Kabupaten Sleman yang
terkait penataan ruang baik yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung.

• Variabel Analisis: (1) Dinas dan lembaga terkait; (2) Sumber-


sumber keuangan, dan (3) Hasil aspirasi masyarakat (FGD,
wawancara, Diskusi).
• Output: Terstrukturnya kelembagaan pengelolaan
pembanguan desa dan keuangannya yang dapat digunakan
untuk merespon aspirasi hasil dari FGD aspek keuangan dan
kelembagaan.

6.1.3 Perumusan Rencana Detail Tata Ruang

Pada tahap perumusan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ini tediri
dari beberapa tahapan, seperti :

Perumusan Rencana yang didasari pada pertimbangan :

a. Perkiraan kebutuhan pembangunan


b. Strategi penanganan pembangunan kawasan Rumusan Rencana
meliputi :
c. Rencana pemanfaatan ruang kawasan dalam blok-blok peruntukan
yang terdiri dari:
- Materi yang diatur meliputi lokasi kegiatan atau peruntukan dan
luas lahan peruntukan sampai akhir tahun perencanaan
- Kedalaman materi yang diatur meliputi pemanfaatan ruang
kegiatan utama dan kegiatan penunjang yang disesuaikan
dengan fungsi kawasan yang telah ditentukan (kawasan
industri dan pergudangan, rekreasi, perumahan dan lain-lain),
20
kawasan konservasi dan pelestarian lingkungan, peruntukan
yang terkait dengan penghijauan kawasan. Pengelompokan
sekurang-kurangnya meliputi pasar, pertokoan, industri
menurut jenisnya, perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, TK,
puskesmas, puskesmas pembantu, masjid, gereja, klenteng,
pura, biara, rekreasi, olahraga, perkantoran pemerintah,
perkantoran niaga, penginapan atau perhotelan, jalan raya
utama penumpang dan atau barang, jalan madya penumpang
dan atau barang, jalan raya cabang penumpang atau barang,
jalan raya khusus penumpang dan atau barang, perumahan
umum, taman, kawasan budidaya, pemakaman umum,
pemakaman islam, pemakaman kristen, pemakaman cina,
taman makam pahlawan, jalur listrik, telepon, jalur air bersih,
air limbah, hujan, tempat pembuangan sampah, dsb.

I. Rencana Distribusi Penduduk

a. Materi yang diatur


Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Rencana distribusi penduduk yang dirinci dalam blok-blok
peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok
peruntukan.

II. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan

a. Materi yang diatur


Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis
pelayanan kegiatan dalam kawasan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan sampai pusat pelayanan
lingkungan permukiman.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Perdagangan yang terdiri dari: - perdagangan skala
kecamatan; - perdagangan skala lingkungan.

21
• Pendidikan yang terdiri dari perguruan tinggi sekolah lanjutan
tingkat atas;
a. sekolah lanjutan tingkat pertama;
b. sekolah dasar;
c. taman kanak-kanak.
• Pelayanan kesehatan yang terdiri dari: - pusat kesehatan
masyarakat pembantu - balai pengobatan.
• Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari:
- pelayanan skala regional;

III. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan

1) Materi yang diatur


Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang menuju dan
dari akses terdekat terhadap perubahan guna lahan yang
dilaluinya.
2) Kedalaman materi yang diatur
• Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer, jaringan
arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan
lokal sekunder;
• Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
• Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder,
jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur,
daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan
utama);
• Terminal penumpang dan barang;
• Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas
angkutan barang.

IV. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

1) Materi yang diatur


Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun
perencanaan.
2) Kedalaman materi yang diatur
• Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder);

22
• Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu
distribusi);
• Seluruh jaringan gas;
• Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi
sekunder/per blok peruntukan);
• Seluruh jaringan air hujan;
• Seluruh jaringan air limbah;
• Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal).
3) Pengelompokan materi yang diatur
• Sistem saluran telepon, yang terdiri dari:
o Stasiun telepon otomat;
o Rumah kabel dan kotak pembagi;
o Jaringan kabel sekunder;
o Jaringan telepon seluler.
• Sistem televisi kabel, yang terdiri dari:
o Stasiun transmisi;
o Jaringan kabel distribusi.
• Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari:
o Bangunan pembangkit;
o Gardu induk tegangan ekstra tinggi;
o Gardu induk;
o Gardu distribusi.
• Sistem jaringan gas, yang terdiri dari:
o Pabrik gas;
o Seluruh jaringan gas.
• Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari :
o Bangunan pengambil air baku;
o Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi;
o Seluruh pipa transmisi air bersih;
o Bak penampung;
o Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok
peruntukan.
• Sistem pembuangan air hujan, yang terdiri dari:
o Seluruh saluran;
o Waduk penampungan.

23
• Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari:
o Seluruhsaluran;
o Bangunan pengolahan;
o Waduk penampungan.
• Sistem persampahan, yang terdiri dari:
o Tempat pembungan akhir;
o Bangunan pengolahan sampah;
o Penampungan sementara.

V. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)

Rencana pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi


serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan
dalam blok-blok peruntukan.

a. Materi yang diatur


Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blokblok
peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Kawasan Budidaya, meliputi:
o Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian
bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan
besaran perpetakan;
o Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk
bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll;
o Industri, yang dirinci menurut jenisnya;
o Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari
pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK;
o Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari
puskesmas, puskesmas pembantu;
o Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid,
gereja, kelenteng, pura, vihara;
o Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman
bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll;

24
o Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara
lain stadion, gelanggang, dlll;
o Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti
panti asuhan, panti werda, dll;
o Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut
instansinya;
o Penginapan atau perhotelan;
o Terminal angkutan jalan raya utama, madya, raya madya, raya
cabang, raya khusus/tol (baik untuk penumpang atau barang),
dan sarana transportasi lainnya;
o Perumahan umum dan militer;
o Taman pemakaman;
o Jalur listrik dan telepon;
o Jalur air bersih, air limbah, air hujan;
o Tempat Pembuangan Sampah; Jalan raya cepat dan lambat.
• Kawasan Lindung, meliputi:
o Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan
perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya;
o Sempadan sungai, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau
termasuk jalur hijau;
o Kawasan cagar budaya;

6.1.4 Penetapan Rencana Detail Tata Ruang

Rencana Detail Tata Ruang juga merupakan penjabaran RTRW


provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam
rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi
pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional.

Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam memberikan informasi


bagi terselenggarannya penyusunan RTRD Kabupaten Sleman.
Masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang
dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, produk Rencana Tata Ruang merupakan hasil
kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk

25
masyarakat. Peranserta masyarakat dalam penataan ruang menganut
asas-asas demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan
ini merupakan dasar bagi pendekatan “community driven planning” yang
menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai
fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang iteratif, maka
keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu
memberikan masukan untuk penyempurnaan rencana yang disusun.

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam menyusun


Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:

• Metoda pendekatan pada masyarakat (buttom up planning) untuk:


a. Menjaring keinginan dan kebutuhan masyarakat (real needs,
felt needs, expected needs) melalui jasmara (jaringan aspirasi
masyarakat)
b. Membuat keselarasan dan kesinergian budaya setempat
dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten
Sleman sesuai dengan visi-misi Provinsi Jawa Barat, melalui
pendekatan budaya lokal, baik dari model rumah struktur ruang,
dan sebagainya.
• Pendekatan kepada kebijaksanaan (top down planning) untuk:

Menyelaraskan konsep dengan kebijaksanaan pemerintahan


setempat pendekatan terhadap kebijaksanaan tata ruang di atasnya,
seperti RTRW Provinsi Jawa Barat. Pendekatan ini dilakukan dengan
beberapa cara, di antaranya pendekatan terhadap aparat. Pendekatan
lainnya adalah “decision maker approach”.

Gambar 6.2
Pendekatan Bottom Up dan Top Down

26
• Pendekatan Lingkungan

Pendekatan ini dilakukan agar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


Kabupaten Sleman bisa menyatu dengan alam, ramah lingkungan
dan dapat menjaga keseimbangan lingkungan.

6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data terbagi menjadi pengumpulan data primer dan


sekunder.

A. Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari survey langsung di


daerah studi dengan teknik observasi lapangan yang merupakan
pengamatan langsung ke daerah studi sehingga nantinya dapat
menggambarkan keadaan eksisting daerah studi yang berupa wawancara,
observasi, FGD (Focus Group Discussion) dan SKS (Survey Kampung
Sendiri).

• Wawancara adalah teknik survey yang digunakan secara langsung


dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara verbal kepada
responden dan terjadi interaksi pribadi antara peneliti atau
pewawancara dengan responden atau via telepon atau tatap muka
untuk mengetahui tanggapan pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi
dan proyeksi terhadap masa depan, memungkinkan peneliti untuk
menghasikan pertanyaan dan menelusuri responden untuk informasi
lebih lanjut dan pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan
berupa quesioner. Data yang dipergunakan dalam wawancara adalah
data perekonomian dan data kelembagaan.
• Observasi lapangan adalah metode observasi yang mula-mula
diterapkan untuk mengamati tingkah laku, kejadian-kejadian dalam
lingkungan atau ruang waktu tertentu untuk mendapatkan data atau
informasi secara langsung tanpa media penghubung, khusus untuk
mengamati gejala sosial atau tingkah laku, keadaan wilayah secara
fisik, fasilitas, kegiatan sosial budaya, potensi dan permasalahan yang
terdapat di daerah studi. Data yang dipergunakan dalam observasi
adalah data fisik, data perekonomian, dan data kelembagaan. Dalam
kegiatan observasi lapangan, terdapat kegiatan visualisasi atau
27
pemotretan. Visualisasi atau pemotretan adalah teknik
surveylapangan secara langsung yang dilakukan terhadap sampel
yang mendukung data observasi berupa gambar keadaan fisik
wilayah,fasilitas dan utilitas dengan menggunakan kamera atau sketsa
gambar.
• Jaring Aspirasi Masyarakat atau FGD (Focus Group Discussion) ;
Jaring Aspirasi Masyarakat merupakan Diskusi untuk menjaring
aspirasi masyarakat dan sebagai proses pelibatan masyarakat dalam
proses perencanaan / partisipatory planning. Sedangkan FGD (Focus
Group Discussion) merupakan kegiatan dari Jaring Aspirasi
Masyarakat dimana masyarakat tidak hanya terbatas pada penjaringan
aspirasinya, tetapi masyarakatpun diajak memikirkan program
pembangunan desa.
B. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang


terkait dan data telah terdokumentasi dengan menggunakan teknik :

• Studi kepustakaan yaitu mencari data yang terdapat pada instansi


pemerintahan, bahan bacaan dari literatur buku-buku yang sesuai
dengan masalah studi.

Studi literatur dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan-


perpustakaan dan mencari buku-buku, majalah dan sebagainya yang
menunjang kegiatan survey di lapangan. Instansional yaitu pengumpulan
data yang erat kaitannya dengan masalah studi yang berasal dari
instansi- instansi terkait seperti : Kantor Bappeda, BPS (Biro Pusat
Statistik), KantorKecamatan, dan lain sebagainya

6.3 Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ini menggunakan analisis sebagai
berikut.

6.3.1 Analisis Fisik (Daya Dukung dan Tampung Ruang


Dalam analisis fisik, ada beberapa hal yang akan dikaji, yaitu analisis daya
dukung lahan dan analisis daya tampung lahan. Kedua analisis ini saling terkait
dan melibatkan beberapa variabel penilaian, standar-standar perencanaan, dan
kebijakan pembangunan. Di dalam analisis daya dukung lahan dikaji juga
28
analisis kesesuaian lahan. Untuk lebih jelasnya berikut uraian analisis fisik:

A. Analisis Daya Dukung Lahan

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang penting dalam


mendukung pengembangan suatu wilayah. Kodisi fisik dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:

• Fisik dengan limitasi pengembangan; suatu kondisi fisik yang tidak


dapat dikembangkan untuk suatu kegiatan.
• Fisik dengan kendala pengembangan; suatu kondisi fisik yang dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan akan tetapi terdapat berbagai
kendala.
• Fisik dengan kemungkinan pengembangan; suatu kondisi fisik yang
dapat dikembangkan untuk suatu kegiatan tanpa ada kendala.

Untuk mendapatkan kondisi fisik diatas maka analisis yan perlu


dilakukan adalah analisis superimpose (overlay) dari beberapa kondisi
fisik, yaitu variabel topografi, kemiringan, jenis tanah, geologi, hidrologi,
daerah rawan bencana, dan tata guna lahan. Dalam analisis tiap kondisi
fisik ini juga diperlukan kriteria-kritera serta berbagai pertimbangan untuk
mendapatkan hasil kondisi fisik yang sebenarnya. Faktor yang penting
dalam analisis kondisi fisik ini adalah untuk mendapatkan daerah rawan
bencana (tanah longsor, gempa bumi, banjir dll). Dengan diketahui daerah
rawan bencana tersebut maka dapat diantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.

Analisis fisik ini berfungsi menganalisis tapak wilayah perencanaan,


sehingga menghasilkan lahan yang layak dibangun dan yang tidak layak
dibangun. Artinya dari total luas tapak perencanaan, berapa ha % yang
bisa dimanfaatkan dan yang tidak bisa dimanfaatkan. Sehingga tahap
perencanaan selanjutnya bisa lebih terarah. Analisis fisik ini menggunakan
teknik overlay/superimpose terhadap variabel topografi, kemiringan, jenis
tanah, geologi, hidrologi, daerah rawan bencana, dan penggunaan lahan.

Dalam analisis daya dukung lahan ini akan keluar luasan daerah
yang layak dibangun dan tidak layak dibangun. Identifikasi lahan tersebut
menggunakan analisis dengan alat bantu matrik penggunaan lahan yang

29
menggunakan kriteria, yaitu lahan yang diizinkan untuk dibangun (I),
lahan yang bersyarat/ terbatas pembangunannya (B), dan lahan yang yang
tidakboleh dibangun (T).

B. Metode Analisis Kesesuaian Lahan

Dalam pengembangan suatu kawasan perlu diketahui kesesuaian


lahan kawasan tersebut. Kesesuaian lahan ini diperuntukkan bagi
pengembangan kegiatan untuk mengembangkan potensi sumberdaya
alam dan kegiatan fungsional perkotaan (industri, perkantoran,
permukiman perkotaan, perdagadangan dan jasa, dll).

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 873/Kpts/UM/11/1980 faktor


yang menetapkan daerah budidaya yaitu kemiringan lahan, jenis tanah
menurut keadaan erosi, dan intensitas hujan harian rata-rata. Penilaian
dilakukan dengan teknik scoring (skala ordinal), dengan perhitungan
sebagai berikut :

• Setiap faktor yang dinilai dikelaskan ke dalam lima kelas yaitu kelas
1,2,3,4, dan 5 yang langsung dianggap sebagai nilai (skor) dari faktor
tersebut.
• Total skor dari suatu wilayah diperoleh dengan cara menjumlahkan
hasil kali antara nilai skor (kelas faktor) dengan angka pembobotan.

Berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 Tentang Penentuan


Kawasan Lindung dan budidaya bahwa dalam proses analisis penentuan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
(kawasan hutan lindung) digunakan beberapa kriteria yang sudah
ditetapkan serta penghitungan skor melalui proses pembobotan dengan
menggunakan teknik super impose (overlay/tumpang tindih peta), yang
meliputi data kondisi kemiringan lahan, intensitas curah hujan dan jenis
tanah. Sedangkan untuk penentuan kawasan perlindungan setempat dan
perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan dalam Keppres No.
32 Tahun 1990.

30
Gambar 6.6
Tahapan Analisis Fisik
Sumber : Keppres No.32 Tahun 1990

C. Analisis Daya Tampung Ruang

Analisis daya tampung ruang adalah analisis untuk menentukan daya


tampung pada satu kawasan, rumus yang digunakan adalah :

DTR = Lahan Potensial – Lahan untuk Fasilitas


Standar Besaran Kapling

Dari hasil analisis ini pada akhirnya dapat ditentukan limit (batas)
jumlah penduduk yang ditampung.

6.3.2 Metode Analisis Kependudukan

Analisis kependudukan yang dimaksud adalah untuk melakukan


melakukan prediksi kecederungan pertambahan penduduk di masa yang akan
datang. Adapun kriteria-kriteria yang dipergunakan dalam penggunaan
masingmasing jenis atau formulasi dari model proyeksi penduduk ini berbeda
untuk masing-masing lokasi. Perbedaan tersebut terjadi oleh karena
pertimbangan yang berlainan tergantung kondisi atau karakteristik
lingkungannya, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kecenderungan pertambahan penduduk pada masa lalu;


b. Arahan rencana peruntukan/pemanfaatan lahan;
c. Arahan rencana pengembangan transportasi;

31
Ada 2 (dua) alternatif model analisis penduduk yang mungkin akan
digunakan dalam penyusunan RTRD Kecamatan Depok yang akan
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing wilayahnya, yaitu :

1. Metode Regresi Linear

Asumsi ini menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk


linear. Teknik yang berdasarkan data masa lampau dengan penggambaran
kurva polynomial akan dapat digambarkan sebagai suatu garis regresi,
dengan rumus:

2. Metoda Peramalan

Metoda analisis ini merupakan salah satu teknik analisis untuk


menggambarkan–meramalkan kondisi di masa yang akan datang,
termasuk untuk kependudukan. Metoda peramalan ini mempunyai dua
teknik, yaitu teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk menganalisis
kependudukan, teknik kuantitatif yang diambil. Dimana Teknik peramalan
kuantitatif dapat diterapkan pada keadaan:

• Tersedia informasi masa lalu


• Informasi dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numeric
• Dapat diasumsikan bahwa aspek masa lalu akan terus berlanjut di
masa yang akan datang

Model analisis teknik kuantitatif peramalan cukup banyak. Model yang


diambil pada proyeksi penduduk ini adalah model Eksponensial ganda:
metoda linear satu parameter dari BROWN

6.3.3 Analisis Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Sleman


dilakukan dengan mempertimbangkan struktur dan pola pemanfaatan ruang
pada tingkat yang lebih makro, seperti yang diatur oleh Rencana Tata Ruang

32
Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman, RTRW Kabupaten Sleman dan
dokumen rencana tata ruang lainnya yang relevan. Selain itu pertimbangan
yang paling menentukan adalah pola penggunaan lahan eksisting, lahan
terbangun, dan daya dukung lahan.

Karena struktur dan pola pemanfaatan ruang akan mengatur tentang letak
pusat-pusat pelayanan, distribusi penduduk, pemanfaatan ruang dan sistem
jaringan jalan, maka perlu identifikasi terhadap kondisi yang sekarang ada
(eksisting). Potret kondisi eksisting akan membantu menyempurnakan struktur
dan pola tata ruang baru yang dibentuk dengan landasan keseimbangan
pelayanan dan antisipasi perkembangan kawasan serta daya dukung
lingkungan. Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ini akan dipetakan pada
peta skala 1:5.000 dan akan menjadi masukan bagi peta pembagian blok pada
saat penyusunan Ketentuan Teknis Pembangunan.

6.3.3.1 Analisis Struktur Pelayanan Sarana dan Prasarana

Analisis struktur pelayanan sarana dan prasarana kota ini meliputi analisis
penentuan pusat pertumbuhan, analisa kapasitas pelayanan.

A. Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan/Pelayanan

Ada beberapa cara untuk mendefinisikan pusat pertumbuhan, satu


kawasan diambil sebagai calon pusat pertumbuhan karena dianggap
mempunyai kelengkapan fasilitas paling tinggi, tempat pengelompokan
penduduk, dilalui oleh jaringan-jaringan jalan utama di daerah tersebut, dan
fungsi sebagai daerah pemerintahan. Kelompok pusat-pusat pertumbuhan
yang ditetapkan mempunyai potensi yang beranekaragam demikian pula
dengan peranannya. Maka fungsifungsi pusat ini sebagai titik awal
perkembangan mempunyai tingkatan yang berbeda, dimana langkah awal
perkembangan sangat sulit dilakukan secara serentak pada semua titik
pertumbuhan.

1. Kelengkapan fasilitas pusat


2. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dapat dipakai sebagai alat
indikasi pengukuran tingkat perkembangan pusat karena dapat
memperlihatkan besar kecilnya suatu daerah (dengan melihat jumlah
fasilitas yang dimiliki oleh suatu daerah).
3. Jarak antar sub pusat dengan pusat
33
4. Salah satu cara untuk menentukan suatu wilayah sebagai pusat
pertumbuhan adalah dengan menghitung jarak atau aksesibilitas.
5. Aksesibilitas

Semua variabel disini dibobotkan kemudian dianalis dengan


menggunakan pmedian sehingga pusat pertumbuhan dan wilayah
cakupannya keluar.

B. Analisis Kapasitas Pelayanan

1. Model Untuk Menghitung Tingkat Pelayanan Fasilitas

Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis


fasilitas di dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas
umum yang memiliki tingkat pelayanan 100 % mengandung arti bahwa
fasilitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan
kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum
suatu kota, dihitung tingkat pelayanannya dengan rumus

aij/bj
T.Pij = ------------------ x 100 %
Cis
Dimana :
T.Pij = Tingkat pelayanan fasilitas i di kota j

aij = Jumlah fasilitas i dikota j.

Bj = Jumlah penduduk di kota j.

Cis = Jumlah fasilitas i per satuan penduduk (standard kota yang


dipergunakan).
Dengan cara perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat pelayanan
setiap fasilitas kecuali untuk fasilitas peribadatan. Khusus untuk
menghitung tingkat pelayanan fasilitas peribadatan, jumlah penduduk kota
j (bj) diganti oleh jumlah penduduk menurut agama di kota tersebut.

2. Kebutuhan Perumahan

Pengembangan perumahan dilakukan dengan kriteria perbandingan


antara perumahan kavling besar terhadap kavling sedang dan terhadap
kavling kecil, yaitu 1 : 3 : 6. Dengan luas masing-masing kavling :

34
o Kavling kecil ≤ 200 m2
o Kavling sedang 201-300 m2
o Kavling besar ≥ 300 m2

Kebutuhan rumah eksisting

Asumsi: 1 rumah = 5 anggota keluarga

1 rumah = 1 KK

Σ𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛= Σ𝐾𝐾 𝐸𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔− Σ𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝐸𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

Kebutuhan Rumah Tahun Proyeksi

Σ𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖= Σ𝐾𝐾 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖− Σ𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝐸𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

6.3.3.2 Analisis Skala Pelayanan Fasilitas

Untuk analisis skala pelayanan fasilitas ditentukan dengan struktur


kegiatan yang ada dan kecenderungan penyebarannya. Untuk itu struktur
kegiatan kota dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Kegiatan fungsi primer

Kegiatan ini penekannya lebih banyak ditujukan untuk memberikan


pelayanan pada skala regional antara lain :

Kegiatan ini penekannya lebih banyak ditujukan untuk memberikan


pelayanan pada skala regional antara lain :

• Perdagangan
• Pasar regional (wilayah)
• Industri dan pergudangan
• Terminal penumpang

2. Kegiatan fungsi sekunder

Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan untuk memberikan


pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya meliputi :

• Pemerintahan dan pelayanan umum


• Pendidikan
• Peribadatan
• Perdagangan lokal dan jasa
• Kesehatan

35
• Rekreasi dan olah raga

3. Kegiatan fungsi lokal

Kegiatan yang berskala unit lingkungan antara lain :

• Pendidikan dasar dan TK


• Peribadatan dan musholla
• Pos kesehatan
• Warung dan toko
• Ruang terbuka dan taman

Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut:

Tabel 6.1
Standar-Standar Perencanaan Untuk Sarana Pendidikan
Standar Cipta Karya Dept. PU Standar DTK DKI Jakarta
Jumlah Jenis Luas Jumlah Jenis Sarana Luas
Sarana Tiap Kota
Penduduk Penduduk Tiap
Kota Unit (M2) Pendukung Unit
Pendukung
(Jiwa) (Jiwa) (M2)

Taman
Taman Kanak-
1.000 Kanak- 1.200 750 500
Kanak
Kanak
Sekolah
1.600 3.600 1.500 Sekolah Dasar 6.000
Dasar
4.800 SLTP 2.700 12.500 SLTP 4.000
4.800 SLTA 2.700 28.000 SLTA 4.000
30.000 Perpustakaan 500
480.000 Perpustakaan 1.000
480.000 Akademi 5.000
1.500.000 Perpustakaan 2.000
Perguruan
1.500.000 Tinggi 20.000

Catatan : Catatan :
Angka-angka standar dikalikan
dengan suatu koefesien sesuai
Angka-angka standar dikalikan dengan
dengan kepadatan yang
faktor REDUKSI sesuai dengan kepadatan
direncanakan sebagai berikut :
yang direncanakan sebagai berikut :

36
▪ > 500 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ > 400 jiwa/ha dikalikan dengan 0,70
0,75
▪ 250 – 500 jiwa/ha dikalikan ▪ 200 – 400 jiwa/ha dikalikan dengan 1,85
dengan
1,00
▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan
dengan
1,50 ▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan 1,50
▪ < 100 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ < 200 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00
2,00
Sumber: DTK Pemda Khusus Ibukota Jakarta, 1992
Tabel 6.1
Standar-Standar Perencanaan Untuk Sarana Kesehatan
Standar Cipta Karya Dept. PU Standar DTK DKI Jakarta
Jumlah Jenis Luas Jumlah Jenis Luas
Penduduk Sarana Tiap Penduduk Sarana Tiap
Kota Unit Kota
Pendukung Pendukung Unit
(M2)
(Jiwa) (Jiwa) (M2)

Balai Pos
3.000 300 3.000 200
Pengobatan Kesehatan

5.000 Praktek - 30.000 RS Bersalin 3.000


Dokter
10.000 Apotek 350 30.000 Apotek 400
BKIA &
10.000 RS1.600 30.000 Laboratorium 250
Bersalin
Puskesmas Puskesmas
30.000 & 1.200 30.000 Kelurahan 500
BP
Puskesmas
& 2.400 Puskesmas
120.000 200.000 2.400
Kec.
BP
240.000 RS Wilayah 86.400 480.000 RS 10.000
Pembantu
1.500.000 RS Gawat 30.000
Darurat
1.500.000 RS Wilayah 45.000

Catatan : Catatan :
Angka-angka standar dikalikan Angka-angka standar dikalikan dengan
dengan suatu koefesien sesuai faktor REDUKSI sesuai dengan
dengan kepadatan yang kepadatan yang direncanakan sebagai
direncanakan sebagai berikut : berikut :
▪ > 500 jiwa/ha dikalikan dengan 0,75 ▪ > 400 jiwa/ha dikalikan dengan 0,70
▪ 250 – 500 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 200 – 400 jiwa/ha dikalikan dengan
1,00 1,85
▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan
1,50 1,50

37
▪ < 100 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00 ▪ < 200 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00

Sumber: DTK Pemda Khusus Ibukota Jakarta, 1992


Tabel 6.3
Standar – Standar Perencanaan Untuk Sarana Peribadatan
Standar Cipta Karya Dept. PU Standar DTK DKI Jakarta

Jumlah Jenis Luas Jumlah Jenis Sarana Luas


Penduduk Sarana Tiap Penduduk Kota Tiap
Kota Unit Unit
Pendukung Pendukung
(M2) (M2)
(Jiwa) (Jiwa)

2.500 Langgar 300 3.000 Langgar 300

Mesjid Mesjid
30.000 Lingkungan 1.750 15.000 Kelurahan 1.000
T. Ibadah Non
120.000 Mesjid 4.000 30.000 Islam 2.000

T. Ibadah Non
1.000.000 Mesjid Kota 200.000 Islam 1.600

Mesjid
200.000 Kecamatan 5.000

480.000 Mesjid 12.000

T. Ibadah Non
1.500.000 Islam 5.000

1.500.000 Mesjid Wilayah 20.000

Catatan : Catatan :
Angka-angka standar dikalikan Angka-angka standar dikalikan dengan
dengan suatu koefesien sesuai faktor REDUKSI sesuai dengan
dengan kepadatan yang kepadatan yang direncanakan sebagai
direncanakan sebagai berikut : berikut :

▪ > 500 jiwa/ha dikalikan dengan 0,75 ▪ > 400 jiwa/ha dikalikan dengan 0,70

▪ 250 – 500 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 200 – 400 jiwa/ha dikalikan dengan
1,00 1,85
▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan
1,50 1,50
▪ < 100 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00 ▪ < 200 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00

Sumber: DTK Pemda Khusus Ibukota Jakarta, 1992

38
Tabel 6.4
Standar -Standar Perencanaan Untuk Sarana Olahraga/Rekreasi
Jumlah Jenis Luas Jumlah Jenis Sarana Luas
Penduduk Sarana Tiap Penduduk Kota Tiap
Kota Unit Unit
Pendukung Pendukung
(M2) (M2)
(Jiwa) (Jiwa)

Balai Tempat
2.500 300 250 250
Pertemuan Bermain
Gedung Lap. OR / T.
30.000 Bioskop 2.000 3.000 Bermain 1.500

Gedung
30.000 Serbaguna 1.000 30.000 Lap. Olahraga 8.400

Gedung
120.000 Serbaguna 3.000 30.000 GOR 1.000

Gedung
Sebaguna 3.000 30.000 Kolam Renang 4.000
480.000
Gedung
2.000 30.000 Bioskop 2.000
Kesenian
480.000
480.000 Perpustakaan 2.000 30.000 Taman 1.500
Gedung
1.000 120.000 Lap. Serbaguna 10.000
Bioskop
1.000.000
1.000.000 3.000 120.000 Taman 10.000
1.000.000 3.000 120.000 Lap. Serbaguna 10.000
1.000.000 3.000 480.000 Bioskop / Teater 3.500

250 250 480.000 3.000


Gedung
2.500 1.250 480.000 Museum 3.000
Kesenian
GSG / Gel. Gedung Olah
30.000 Remaja 9.000 480.000 Seni 50.000
120.000 Taman 24.000 480.000 Stadion Mini 30.000
Bermain
490.000 Tempat 124.000 1.500.000 Taman 50.000
Bermain
Tempat
Bermain/Lap. 1.500.000 Taman Kota 5.000
OR
Lapangan G. Seni
1.500.000 6.000
Olahraga Tradisional
Tempat G. Hiburan /
1.500.000 10.000
Bermain Rekreasi
1.500.000 Gedung 70.000
Kesenian

39
1.500.000 Kompleks 4.000
ORBioskop
Catatan : Catatan :

Angka-angka standar dikalikan Angka-angka standar dikalikan dengan


dengan suatu koefesien sesuai faktor REDUKSI sesuai dengan
dengan kepadatan yang direncanakan kepadatan yang direncanakan sebagai
sebagai berikut : berikut :
▪ > 500 jiwa/ha dikalikan dengan 0,75 ▪ > 400 jiwa/ha dikalikan dengan 0,70
▪ 250 – 500 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 200 – 400 jiwa/ha dikalikan dengan
1,00 1,85
▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan ▪ 100 – 250 jiwa/ha dikalikan dengan
1,50 1,50
▪ < 100 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00 ▪ < 200 jiwa/ha dikalikan dengan 2,00
Sumber: DTK Pemda Khusus Ibukota Jakarta, 1992

Tabel 6.4
Standar- Standar Perencanaan Untuk Sarana Lainnya
Jumlah Penduduk Jenis Sarana Kota Luas Tiap
Pendukung (Jiwa) Unit (M2)
A. Perdagangan 1.250
250 ▪ Warung 9.000
2.500 ▪ Pertokoan 24.000
30.000 ▪ Pusat Belanja Lingkungan 124.000
120.000 ▪ Pusat Perbelanjaan
480.000 ▪ Pusat Belanja / Niaga
B. Pelayanan Umum

- ▪ Kantor Kelurahan 500


- ▪ Kantor Kecamatan 1.000
30.000 ▪ Pos Polisi 200
30.000 ▪ Kantor Pos Pembantu 100
120.000 ▪ Kantor Pos Cabang 500
120.000 ▪ Kantor Polisi 300
120.000 ▪ Kantor Telepon 300
120.000 ▪ Pamadam Kebakaran 300

Jumlah Penduduk Jenis Sarana Kota Luas Tiap


Pendukung (Jiwa) Unit (M2)
Asumsi 1 KK = 5 jiwa /
rumah A. Perumahan 90

3,75 /
B. Pemakaman
penduduk

40
C. Sarana Transportasi
30.000 Terminal 2.000 m2

Sumber: Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota, Ditjen Cipta Karya

1. Air Bersih
• Kebutuhan Domestik = Jumlah Penduduk x Standar Kebutuhan
• Kebutuhan Non Domestik = 20-30 % Kebutuhan Domestik
• Fasilitas Umum/Fas.Sosial = 10-20 % (keb. domestik + Keb. Non
Domestik)
• Hidran dan Kebocoran = 20-30 % ( Keb. domestik + Keb. Non
Domestik )
2. Drainase

Untuk menentukan saluran primer, sekunder dan primer dikeluarkan


pedoman Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), yaitu:

1. Saluran Primer : lebar alas 2 m


2. Saluran Sekunder : lebar 0,5-2m
3. Saluran Tersier : lebar kurang dari 0,5m
4. Sumber Buangan

Bagi wilayah perkotaan, sumber air buangan dapat terdiri dari : Air
limbah (rumah tangga, fasilitas dan industri). Besarnya volume air limbah
yang kan ditampung tergantung pada jumlah pemakainya (jumlah
penduduk beserta segala kebiasaannya). Sumber-sumber penghasil
limbah cair dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pemukiman, besarnya air limbah yang akan dihasilkan diperkirakan


sebesar 70% dari kebutuhan air bersihnya sedangkan
perkembangan/peningkatan volume limbahnya adalah berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah penduduknya
2. Kegiatan komersial dan industri, besarnya air limbah yang dihasilkan
diperkirakan sebesar 60% dari kebutuhan air bersihnya, sedangkan
perkembangan/peningkatan volume limbahnya berbanding lurus
dengan peningkatan skala industri dan luas tanahnya/lahannya.
3. Kegiatan pendidikan, peribadatan, perkantoran, pelayanan umum dan
sebagainya diperkirakan sebesar 50% dari kebutuhan air bersihnya.

41
4. Air hujan (air limpasan). Untuk memperhitungkan volume air limpasan
yang dihasilkan oleh kota sebagai dasar penentuan tipe saluran dan
penempatannya digunakan rumus sebagai berikut :

ΔV = c . Δ A . R
V = Volume air limpasan, m3 A = Luas daerah/area, m2
c = Koefisien dasar bangunan R = Curah hujan rata-rata, mm/hari

Sehingga,

Volume Air Buangan = Volume Air Limpasan + Volume Air Limbah

3. Saluran Pembuangan

Untuk selanjutnya dapat ditentukan saluran-saluran pembuangannya,


yang kriterianya disesuaikan dengan volume air buangan dan keadaan
topografi.

Sistem saluran drainase ada 2 macam yaitu :

1. Sistem Saluran Terpisah: Saluran antara air hujan dan air buangan
terpisah
2. Sistem Saluran Tercampur: Saluran antara air buangan dan air hujan
menjadi satu.

Sedangkan jenis saluran pematusannya ada 2 macam :

1. Saluran Primer : Biasanya berupa sungai. Saluran ini merupakan


penampungan air buangan dari saluran-saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder : Merupakan saluran untuk mengalirkan air buangan
dari rumah tangga, biasanya berupa got.

Sedangkan metode yang digunakan untuk memperkirakan air larian


adalah:

Q = C . I . A.

Dimana :

Q = Volume air maksimum


C = KDB/Koefisien Air Limpasan
I = Intensitas hujan rata-rata pada suatu periode (mm/hari)
A = Luas permukaan yang dapat menampung saluran air hujan.
42
4. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Limbah

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, maka sistem pembuangan


air kotor dan limbah rumah tangga dilakukan melalui pengumpulan pada
satu wilayah dan kemudian secara keseluruhan dibuang ke tempat
tertentu.

Adapun mekanisme pembuangannya ialah sebagai berikut :

1. Untuk permukiman padat, sistem septic tank dilakukan secara kolektif


pada beberapa lokasi (misalnya 1 unit septic tank untuk setiap 10
rumah).
2. Pada permukiman dengan kepadatan sedang dan rendah, mekanisme
pembuangannya dapat dilakukan secara kolektif dalam satu ruang
tertentu.
3. Untuk fasilitas umum yang mengelompok, umumnya jumlah air kotor
dan limbah ini relatif sedikit, oleh karena itu mekanisme
pembuangannya dapat dilakukan secara individual.
4. Sistem pembuangan secara keseluruhan dilakukan dengan
pengolahan limbah dan resapan ke dalam tanah dimana lokasinya
yang sudah terencana.
5. Pelayanan Listrik

Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga jenis
jaringan, yaitu :

1. Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT 70/150 KV)


2. Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM 6/20 KV)
3. Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR 110/220 KV) Dengan daya rata-
rata:
o Rumah : 0,540 KVA – 0,900 KVA
o Fasilitas umum & fas. Sosial : 0,900 KVA
o Industri : 0,2200KVA
6. Sanitasi dan Sampah

Untuk menghitung volume sampah kota pertahun yang digunakan


sebagai standar bagi perhitungan kebutuhan Transfer depo/TPS, Tempat
pembuangan akhir (TPA) dan kebutuhan prasarana penunjang lainnya
digunakan rumus-rumus berikut ini :

43
1) Volume sampah kota pertahun (Qk)

Qk = q . P

Dimana : P = Jumlah penduduk

q = Standar kuantitas timbunan sampah, l/org/hari


Berdasarkan tingkat ekonomi dengan patokan :

a. Ekonomi rendah, q = 1,686 l/org/hari


b. Ekonomi sedang, q = 1,803 l/org/hari
c. Ekonomi tinggi, q = 1,873 l/org/hari
2) Volume sampah yang masuk TPA

Qtpa = K P . Qk + sampah jalan + sampah pasar

Dimana ;

Kp = Faktor Kompaksi (0,7-0,8)


Sampah jalan = 5 % . Qk
Sampah pasar = 10 % . Qk
3) Volume sampah tahun ke-n

Qn = 365 . 10. Qtpa

4) Volume sampah terpadatkan

Vp = Km . Qn

5) Beban TPA

Vtpa = Vp + Vtp

6) Luas tumpukan sampah

A = Vtpa / Hs

Dimana ; Hs = tinggi sampah, maks. 10 m

Sedangkan untuk menentukan TPS dapat ditentukan dengan


penduduk pendukung 2.500 jiwa dan dengan daya tampung 10 m3, yang
dapat berupa kontainer-kontainer atau bak-bak sampah.

6.3.4 Analisis Ekonomi Unggulan

44
Untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan maka digunakan metode
analisis LQ dan shift share yang berguna untuk melihat
pertumbuhan/perkembangan dari suatu kegiatan tertentu pada suatu daerah
tertentu. Untuk mengetahui potensi ekonomi wilayah, ada beberapa analisis
yang dapat digunakan, diantaranya:

1. Analisis LQ, digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah


dalam sektor kegiatan tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas
dengan sektor kegiatan yang sama.
2. Analisis Lokalisasi, digunakan untuk mengetahui ukuran relatif
konsentrasi kegiatan ekonomi tertentu di suatu daerah dibandingkan
dengan besaran daerah yang lebih luas
3. Analisis Spesialisasi, digunakan untuk menunjukkan apakah terdapat
konsentrasi/spesialisasi kegiatan ekonomi tertentu dalam satu daerah.

Si/Ni Si/S
LQi -A = atau LQi - B =
S/N Ni/N
Keterangan:
Si = Jumlah sektor ekonomi X di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah seluruh sektor ekonomi di daerah yang diselidiki
S = Jumlah sektor ekonomi X di seluruh daerah
N = Jumlah seluruh sektor ekonomi di seluruh daerah
LQi - A = Digunakan untuk menghitung koefisien lokalisasi
LQi - B = Digunakan untuk menghitung koefisien spesialisasi

4. Analisis Shift Share, digunakan untuk mengetahui pergeseran kegiatan


ekonomi dalam suatu wilayah. Dimana SIR adalah pergeseran total, DIR
adalah pergeseran terbagi, dan PIR adalah pergeseran proporsional.

5. Sir Δ Qn
Δ Qir - { } x Qir t-n
= Qn t-n

Δ Qin - Δ Qn
Pir = { - } x Qir t-n
Qin t-n Qn t-n

Δ Qir - Δ Qin
Dir = { - } x Qir t-n
Qir t-n Qin t-n
Keterangan:
Sir = Pergeseran Total
Pir = Pergeseran proporsional
Dir = Pergeseran terbagi

45
Δ Qir = Pertumbuhan pada sektor ekonomi X diwilayah R pada
selang waktu t – (t-n)
Qir t-n Aspek pertumbuhan sektor ekonomi X diwilayah R pada
= tahun tn
Δ Qn = Pertumbuhan seluruh sektor ekonomi ditingkat nasional (Nt
– Nt-n)
Qn t-n Aspek pertumbuhan seluruh sektor ekonomi ditingkat
= nasional pada tahun t-n
Δ Qin Pertumbuhan seluruh sektor ekonomi X ditingkat nasional
= pada tahun t-(t-n)
Qin t-n Aspek pertumbuhan seluruh sektor ekonomi X ditingkat
= nasional
pada tahun t-n
5. Analisa Laju Perkembangan Ekonomi Berdasarkan Investasi, analisis
ini dipergunakan untuik melihat perkembangan sektor ekonomi
berdasarkan investasi yang paling banyak ditanam masyarakat
6. Laju I 1
Pertumbuh ICOR x V.A
an
=
Keterangan:
I = Investasi Total
V.A = Bearnya nilai
tambah
ICOR = Incame Capital
Output Ratio

6. Proyeksi Constan Share, digunakan untuk menganalisis kegiatan


sector ekonomi dimasa yang akan dating
7. ei t’ = (1 + Ri t-t’ ) ei t

Keterangan:
ei t’ = Proyeksi sektor
ekonomi X pada tahun t’ ei t
=
Sektor ekonomi X pada tahun t
t-t’
Ri = Proyeksi rate/ kecepatan tumbuh sektor ekonomi diwilayah referensi
lebih luas pada periode waktu t ke t’

6.3.5 Analisis Partisipas Masyarakat

Analisis partisipasi adalah suatu metode untuk melibatkan masyarakat


berpartisipasi dalam program pembangunan. Apabila dilihat dari definisinya,
partisipasi sebagai suatu pendekatan dan kumpulan teknik untuk
memberdayakan pelaku dalam menganalisa mengembangkan dan berbagi

46
pengetahuan tentang kehidupan setempat keadaan dan sumber dayanya
untuk bertindak dengan lebih baik. Adapun teknik-teknik partisipasi sebagai
berikut :

1. Pemetaan Partisipatif

Tujuan pemetaan partisipasi adalah memperoleh orientasi awal


bersama dengan masyarakat. Pemetaan ini manjadi titik tolak pembahasan
bersama untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan potensi yang ada.

2. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah suatu bentuk wawancara yang


hanya menggunakan beberapa pertanyaan pokok (topik dan sub topik)
sebagai pedoman. Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut telah disiapkan
sebelumnya (tetapi bukan dalam bentuk kuesioner) dan dijadikan acuan
untuk membuat pertanyaan ketika melaksanakan wawancara.

3. Diskusi Kelompok Terarah

Diskusi kelompok terarah mengarahkan diskusi dalam suatu kelompok


orang yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang sama
mengenai analisis dan penelitian suatu topik untuk mengfokuskan
masalah-masalah dan kesempatan yang dihadapi oleh kelompok atau
untuk membahas persoalanpersoalan yang terjadi di antara kelompok-
kelompok.

4. Observasi Langsung

Observasi langsung merupakan suatu metode perolean informasi


yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan baik yang
menyangkut obyek, kejadian, proses, hubungan atau kondisi penduduk.

6.3.6 Identifikasi Program dan Penyusunan Tahapan Pelaksanaan


Pembangunan

Dalam penyusunan tahapan pelaksanaan program merupakan tahapan


akhir dari proses penyusunan rencana tata ruang. Maka diperlukan beberapa
langkah, yaitu:

1. Identifikasi Program-Program Pembangunan

47
Untuk metode pendekatan yang digunakan dalam mengidentifikasi
program program pembangunan adalah SWOT dengan faktor-faktor
strength (kekuatan), weakness (kelemahan), oportunities (kesempatan),
dan threathening (ancaman). Proses identifikasi program sebaiknya
memperhatikan beberapa hal, antara lain:

a. Perhatian seharusnya dititikberatkan kepada kekuatan yang dimiliki


serta kelemahan-kelemahan yang ada,
b. Menganalisis kemungkinan-kemungkinan berupa pilihan dan atau
langkahlangkah yang dapat diambil untuk mencapai tujuan, dan
c. Memperhatikan dinamika perubahan yang akan mungkin terjadi dalam
proses pencapaian tujuan.

Secara umum analisis SWOT digunakan sebagai bahan


pertimbangan dalam pengambilan keputusan rencana pembangunan.
Analisis ini melihat potensi dan kendala sebagai sesuatu yang datang dari
dalam (internal) sedangkan peluang dan ancaman sesuatu yang datang
dari luar (eksternal). Potensi dan peluang merupakan sesuatu hal yang
(+) positif, sedangkan kendala dan ancaman dipandang sebagai sesuatu
yang (-) negatif. SWOT ini jika digambarkan ke dalam matrik kriteria akan
menghasilkan suatu pola sebagai berikut (lihat Tabel 6.6 dan Gambar 6.8)

Tabel 6.6
Matrik Kriteria Analisis SWOT
Internal
SWOT Potensi (+) Kendala (-)
Peluang (+) (+) (+) (-) (+)
Eksternal
Ancaman (-) (+) (-) (-) (-)

Lingkungan Internal

Maxi- Maxi Mini- Maxi


Lingkungan
Eksternal
Maxi- Mini Mini- Mini
Gambar 6.7 Analisis SWOT
Sumber : Berbagai data

• Maxi-maxi yaitu posisi simpangan eksternal dan internal tinggi.

48
• Maxi-mini yaitu posiss simpangan eksternal tinggi dan internal
rendah.
• Mini-maxi yaitu posiss simpangan internal tinggi dan eksternal
rendah.
• Mini-mini yaitu posisi simpangan eksternal dan internal rendah.
2. Analisis Prioritas Pelaksanaan Program

Untuk analisis Penentuan prioritas pelaksanaan program dapat


dilaksanakan dengan teknik AHP. Struktur hirarki elemen pengambilan
keputusan terdiri dari tingkat yang berbeda-beda. AHP dapat diterapkan
pada 12 masalah:

a. Menetapkan prioritas
b. Menghasilkan alternatif-alternatif
c. Memilih alternatif terbaik
d. Menentukan pergerakan-pergerakan
e. Mengalokasikan sumber daya
f. Memperkirakan hasil dan resiko
g. Mengukur hasil pelaksanaan
h. Mendesain sistem
i. Menjamin stabilitas sistem
j. Mengoptimalisasi
k. Merencanakan
l. Memecahkan masalah

Secara garis besar prosedur AHP dapat dilakukan empat langkah, yaitu:

1. Melakukan pembobotan kriteria

Kriteria yang telah ditentukan sehubungan dengan tujuan utamanya


dinilai tingkat kepentingannya sehingga dapat diperoleh suatu bobot
kriteria. Bobot ini diperoleh dengan cara meminta penilaian dari para ahli
terhadap kriteria yang telah dibuat. Tingkat kepentingan tersebut dapat
dituliskan dalam skala seperti tabel 6.7.

49
Tabel 6.7
Skala Penilaian Tingkat Kepentingan Pasangan Faktor
Skala
Kepentingan Definisi Keterangan

Kedua faktor mempunyai dukungan


1 Sama penting
yang sama pentingnya terhadap tujuan
Terlihat nyata pentingnya faktor tersebut
3 Sedikit lebih penting dibanding faktor lainnya, tetapi tidak
menyakinkan
Perlu dan kuat Jelas, nyata dan terbukti faktor tersebut
5
kepentingannya lebih penting dari yang lain
Menyolok Jelas, nyata dan terbukti faktor tersebut
7
kepentingannya jauh lebih penting dari yang lain
Jelas, nyata dan tebukti secara
menyakinkan faktor tersebut sangat
9 Mutlak penting
penting dalam permufakatan yang
paling ekstrim.
Nilai tengah antara dua
2,4,6,8 pertimbangan yang Jika diperlukan nilai kompromistis.
berdekatan
Jika untuk aktivitas i
mendapat satu angka
Kebalikan
bila dibandingkan
dari bilangan-
gengan aktivitas j, maka Suatu tanggapan logis.
bilangan di
j mempunyai nilai
atas
kebalikannya bila
dibandingkan dengan i.
Sumber: Thomas L. Saaty, The Analythical Hierarchy Process (Planning, Priority Setting
Resource Allocation). Dikutip dari Denny Zulkaidi, 1987, hal.154.

Dari hasil yang dilakukan para ahli diperoleh satu set bobot kriteria
(w1, w2, w3, .... wj) ) dengan elemen bij = wi/wj yang menyatakan
perbandingan tingkat kepentingan relatif kriteria I terhadap kriteria j sebagai
berikut

2. Melakukan pembobotan alternatif

50
Pembobotan alternatif ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana
kondisi setiap alternatif yang ada dilihat dari kriteria-kriteria yang ada.

Untuk keperluan tersebut perlu dibuat matrik profil yang memuat


penilaian bagi tiap alternatif terhadap masing-masing kriteria.

3. Menyusun bobot terhadap keseluruhan susunan

Pada tahap ini dilakukan penilaan alternatif terhadap tujuan utama


atau tujuan keseluruhan dengan tetap membandingkannya dengan
kriteriakriteria, sehingga didapat satu bobot untuk tiap alternatif.

4. Memeriksa konsistensi

Karena pengukuran yang dilakukan tidak eksak, maka akan muncul


ketidak konsistenan.

• • B yang didapat pada langkah pertama dikalikan dengan


vektor w = (w1, w2, w3, .... wj) ), maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Bw = Jw
• J disebut nilai karakteristik B dan w adalah vektor karakteristik
yang berhubungan dengan J. Oleh karena B jxj merupakan suatu
unit ruang peta, vektor tersebut mempunyai j - 1 nilai eigen 0 (nol)
dan satu nilai eigen positif ( λ max ) yang sama dengan J.
Konsistensi dari matrik B adalah :

b 1j. b jk = b 1k
b 11 = 1
b j1 = 1/ b 1j
• Jika bobot kriteria w tidak diketahui, maka dibuat perhitungan
empiris matrik B (misalnya satu matriks perbandingan pasangan
A). Kita dapat memperoleh w dengan menyelesaikan persamaan
matrik sebagai berikut:

Aw = λ max . w1 , atau

(A - λ max . I) w = 0,

dimana I adalah matrik identitas orde J untuk vektor karakteristik w


dihubungkan dengan nilai karakteristik terbesar A, λ max .

51
• Untuk meningkatkan konsistensi perlu ditetapkan a1j = 1/aj1
dalam matrik perbandungan pasangan A. Karena λmax
merupakan fungsi aij yang menaik dengan monoton, kesalahan
dalam aij yang tercermin dalam λ max diganti dengan a 1j =1/a
j1. Suatu matrik kebalikan akan konsisten jika dan hanya jika
λmax = J dengan inkonsistensi selalu λ max > J. Jika
konsistensi ordinal dijaga, yaitu a 1k > a jk (k = 1,2,3,...J), maka
w1 > wj . Saatnya memberikan ukuran konsistensi ( indeks
konsistensi, CI) sebagai berikut:

j
CI = - (J - 1)’ Σ λ max = λ max - J > 0,
I=2
J-1
dengan λ 1 = λ max dan λ 1, λ 2, ..............λ j adalah J-1
nilai karakteristik dari A

• Untuk menguji arti konsistensi, Saaty mengusulkan CI


dibandingkan dengan nilai rata-rata dari 50 sampel matrik ukuran
J X J dengan masukan acak dari skala 1-9 (indeks acak, RI) dan
menggunakan kebalikannya dalam posisi yang sesuai (lihat tabel
2.9). Perbandingan antara CI dan RI untuk matrik tertentu
didefinisikan sebagai Rasio Konsistensi (CR). Nilai CR yang baik
adalah < 0,10.

Tabel 6.8
Ukuran Inkonsistensi CI (untuk Skala 1-9)
No. Orde Matrik Random Consistency
1 2 0.000
2 3 0.416
3 4 0.850
4 5 1.115
5 6 1.150
6 7 1.345
7 8
1.334
8 9
1.315
9 10
10 11 1.420
11 12 1.395
12 13 1.482
13 14 1.491
14 15 1.470
1.446

52
Sumber: Thomas L . Saaty, The Analythical Hierarchy Process

Data yang dimasukan dalam proses komputasi adalah data


yang telah dihitung purata geometriknya.Rumus yang digunakan
yakni:

U = n X1 . X2 . X3 Xn Dimana :
U = rata-rata geometrik
Xn = nilai bobot tiap responden untuk kriteria/faktor tertentu

53
BAB VII
RENCANA KERJA

7.1 Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan dalam rencana kerja dilakukan untuk


meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, sehingga waktu yang di
butuhkan akan semaksimal mungkin sesuai jadwal yang telah di tetapkan.
Pada tahap ini di persiapkan hal-hal yang diperlukan, seperti perangkat
survey, model- model survey, dan kesiapan survey lapangan maupun
internasional. Persiapan survey di bagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu
sebagai berikut:

a. Persiapan Dasar
1. Persiapan personil, berupa konsolidasi tenaga ahli yang akan terlibat
pada pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung.
2. Studi kepustakaan / literatur, kegiatan ini dimaksudkan untuk
mempelajari dan mengkaji data serta informasi yang ada dan sesuai
dengan tujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan survey.
3. Persiapan surat ijin survey, melalui Bapeda/Instansi berwenang yang
telah disetujui selanjutnya konsultan memohon ijin pelaksanaan survey
dari pemberi tugas sebagai surat pengantar ijin ke lapangan.
b. Persiapan Teknis Survey
1. Pembuatan peta dasar. Hal yang paling penting dan perlu di
persiapkan dengan matang sebelum melakukan kegiatan survey
lapangan adalah peta dasar dengan tingkat ketelitian 1.10.000 atau
yang lebih besar, sesuai dengan kebutuhan dan keadaaan untuk
mempermudah dalam melaksanaan survey tersebut.
2. Persiapan perangkat survey. Dalam hal ini menyiapkan program kerja
dan perangkat survey yang akan di gunakan pada saat pelaksanaan
survey lapangan, seperti daftar pertanyaan (questioner), camera
digital, handycam, kompas, GPS (Global Positioning System), laptop
dan peralatan lainya yang di perlukan.
54
3. Menentukan instansi terkait serta badan-badan lain sebagai sumber
data dan informasi.
4. Penyusunan program pelaksanaan kegiatan persiapan teknis survey
yang berhubungan dengan menyiapkan daftar isian data, daftar peta,
daftar peralatan dan petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal
waktu survey.
5. Konsultasi kepada dinas/instansi maupun stakeholder setempat
mengenai keinginan dan kebutuhan hasil rencana yang di harapkan.
c. Survey, meliputi
1. Survey Data Internasional, berupa pengumpulan data angka atau peta,
uraian mengenai keadaan wilayah, keadaan desa secara keseluruhan
maupun bagian- bagiannya secara khusus.
2. Suvey Data Lapangan, yang meliputi :
• Pengecekan dan membuat catatan-catatan di peta atau di buat
secara khusus, tentang kondisi/keadaan lingkungan alami dan
lingkungan binaan yang meliputi prasarana dasar dan sarana
lainnya (termasuk pengecekan koordinat).
• Melakukan rekaman visualisasi lapangan dan pemahaman
lapangan, sebagai bagian dari perjalanan survey untuk mendukung
ataupun memperkuat hasil kajian lapangan yang berupa data atau
informasi lainnya.
• Wawancara / interview untuk memperoleh Informasi langsung
tentang keadaan / kondisi kawasan yang lebih terinci dari
stakeholder setempat.
• Pelaksanaan survey khusus, meliputi plotting bangunan di setiap
perbatasan wilayah perencanaan.

Untuk pelasanaan pekerjaan akan dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Tabulasi Data dan Kompilasi Data

Pada tahap ini seluruh data dan informasi serta peta-peta dan diagram
yang di kumpulkan disorting dan dimasukan dalam format tabular serta
format peta atau diagram digital.

b. Analisis Data

55
Kegiatan analisis meliputi pekerjaan menilai keadaan masa kini
(eksisting condition), kecenderungan perkembangan masa lalu (past
predicting), menghitung kapasitas pengembangan (future tren),
memperkirakan kebutuhan, memperkirakan arah perkembangan masa
yang akan datang, menyusun alternatif pemanfaatan ruang pedesaan atau
desa, memberi /karakteristik dengan muatan lokal (Local Content
Character) dan menentukan alternatif terpilih. Pada dasarnya kegiatan
analisis ini akan meliputi beberapa tahap (disamping yang telah disebutkan
di atas) yaitu:

1. Tahap kajian untuk menetukan kawasan-kawasan pengembangan di


dalam wilayah perencanaan yang terkait dengan potensi yang dimiliki
dan tingkat kompetitif dari kawasan tersebut bagi pengembangan
sektor yang di maksud.
2. Kajian menganai sistem pelayanan dan koleksi distribusi yang akan
menyangkut penilaian mengenai berbagai kebutuhan prasarana dan
sarana dasar wilayah maupun bagi kegiatan. Hal lainnya adalah kajian

Adapun kegiatan analisis secara lebih rinci meliputi :

1. Menilai tingkat aksesibilitas regional serta antar wilayah perencanaan


sendiri.
2. Analisis kesesuaian lahan bagi berbagai macam sektor
3. Mengkaji sektor basis yang menjadi andalan wilayah perencanaan
pada saat ini.
4. Mengkaji kinerja ekonomi makro mengenai input-input produksi dari
berbagai kegiatan yang ada di wilayah perencanaan, terutama bagi
kegiatan dominan.
5. Analisis mengenai adanya peluang bagi berbagai potensi yang dimiliki
oleh wilayah perencanaan.
6. Menilai keadaan masa kini, meliputi penilain keadaan masyarakat,
sumber daya alam, kegiatan usaha, lingkungan (ekologis) dan modal
pada masa kini, hingga dapat memberikan gambaran masalah dan
potensi pengembangan wilayah perencanaan.
7. Menilai kecenderungan masa lalu, meliputi penilaian perkembangan
penduduk, pemanfaatan sumber-sumber alam dan manusia.

56
8. Menganalisis pengembengan, meliputi perhitungan kemampuan
modal, lingkungan, kegiatan usaha, sumber daya alam dan sumber
daya manusianya, sehingga dapat melihat gambaran tentang potensi
daerah yang dapat dikembangkan dan dapat memberikan gambaran
kemampuan pengembangan wilayah perencanaan.
9. Memperkirakan kebutuhan masa yang akan datang, yang meliputi
perkiraan kebutuhan penduduk dan kegiatan usaha pada yang akan
datang.
10. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi yang tepat untuk
dapat memprediksi perubahan-perubahan nilai tanah dimasa yang
akan datang. Termasuk dalam analisis ini adalah memperkirakan
kebijaksanaan pemanfaatan ruang di masa mendatang sebagai akibat
perubahan nilai- nilai tanah tersebut.
11. Memperkirakan arah pengembangan masa yang akan datang, meliputi
perkiraan kemungkinan-kemungkinan fisik desa sesuai dengan inji-ijin
lokasi pembangunan.
12. Memperikarkan batasan dan kendala besaran ruang terhadap
perkiraan perkembangan, sehingga terlihat alternatif-alterntif
perkembangan sesuain dengan dengan kondisi ekologis (lingkungan).
13. Mengkaji tentang faktor-faktor pendukung dan kendali dari masing-
masing wilayah/sektor.
14. Membuat alternatif pemanfaatan ruang pedesaan, meliputi beberapa
pilihan struktur dan bentuk serta kemungkinan besar pemanfaatan
ruang di wilayah perencanaan.
15. Menentukan alternatif terpilih, meliputi kegiatan membandingkan
keuntungan dan kerugian masing-masing alternatif dan menentukan
alternatif yang paling menguntungakan bagi masyarakat/penduduk
desa secara keseluruhan.
16. Menganalisis kemungkinana perkembangan kegiatan usaha, sumber
daya alam dan manusia, sehingga dapat memberikan gambaran
kemampuan pengembangan wilayah perencanaan.
17. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi yang tepat untuk
dapat memprediksi perubahan-perubahan nilai tanah dimasa yang
akan datang. Termasuk dalam analisis ini adalah memperkirakan

57
kebijaksanaan pemanfaatan ruang dimasa mendatang sebagai
perubahan nilai-nilai tersebut.
18. Memperkirakan perkembangan dari suatu kawasan, baik itu berupa
prediksi mengenai faktor-faktor panjang dan penghambat. Untuk itu
maka dalam faktor-faktor penunjang tersebut dapat ditingkatkan
dengan mengeliminir faktor-faktor penghambat.
c. Pekerjaan Draft Rumusan Rencana
1. Alokasi penggunaan ruang memberikan informasi mengenai
pemanfaatan ruang secara optimal dengan mempertimbangkan azas
konservasi diharapkan relevan dalam kurung waktu 5 tahun
2. Rencana struktur tata ruang
3. Rencana pengembangan kawasan, yang berisi :
• Kawasan strategis terpilih
• Identifikasi sektor-sektor unggulan
• Rumusan skenario pengembangan
• Program yang sedang berjalan
• Fungsi kawasan
• Strategi pengembangan dari tiap sektor kawasan
• Rencana tindak lanjut
• Daya dukung lahan
4. Rencana penguatan sistem dan struktur wilayah perencanaan sebagai
wilayah agropolitan lengkap dengan struktur pertanian progresifnya.
5. Rencana perkembangan penduduk.
6. Rencana sarana dan prasarana
7. Rencana khusus pengembangan agribisnis :
• Pola struktur tata ruang
• Pola jaringan koleksi distribusi
• Konsep-konsep pengembangan struktur
8. Rencana perekonomian Rencana indikasi program pembangunan
d. Diskusi/Dialog dan Seminar

Setelah penyelesaian masing-masing kegiatan, dilakukan diskusi


pendahuluan, diskusi interim dan diskusi tahap draft perumusan rencana
kemudian dilakukan serangkaian diskusi/dialog dan seminar untuk
mendapatkan rumusan akhir dari rencana pemanfaatan ruang.

58
e. Perumusan Rencana Kebijakan Pemanfaatan Ruang

Merupakan tahap akhir studi dengan materi yang hampir sama


dengan draft perumusan rencana kebijakan pemanfaatan ruang akan
tetapi telah disempurnakan melalui forum diskusi/dialog dan seminar.

7.2 Tahapan Penyusunan Laporan

Tahapan penyusunan laporan terdiri dari penyusunan laporan


pendahuluan, laporan draft final, dan laporan final.

7.2.1 Penyusunan Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan ini dibuat berbentuk buku ukuran A4 sebanyak


10 eksemplar dan di serahkan kepada pemberi tugas paling lambat 3
minggu setelah penandatanganan kontrak. Pada tahap ini akan dilakuakan
serangkaian kronologis mengenai laporan, dari mulai latar belakang, tujuan
dan sasaran serta ruang lingkup. Selanjutnya akan di uraikan mengenai
rencana kerja yang meliputi jadwal pekerjaan, rencana penggunaan tenaga
serta metode yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Penyusunan laporan pendahuluan ini, dimaksudkan untuk


memberikan pemahaman awal mengenai proses berfikir yang sistemais
sehingga dapat memberikan gambaran atau langkah-langkah apa yang
akan di tempuh dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.

7.2.2 Penyusunan Laporan Draft Final

Tahap penyusunan laporan draft rencana yang di maksud adalah


penyusunan rencana dari hasil analisis sebagai perwujudan dari skenario
dan strategi kebijaksanaan pengembangan wilayah maupun arahan
pengembangan wilayah. Proses-proses tersebut akan mengarah pada
pembentukan indikasi program, sehinggan rencana ini dapat
diimplementasikan/dilaksanakan.

Setelah itu pada tahap akhir proses analisis ini, akan dilakukan diskusi
dengan pihak- pihak terkait. Laporan draft final ini mencakup draft
Pendahuluan, Pengertian, Metode, Gambaran Umum Kecamatan Depok,
Neraca Sumber Daya Alam Kecamatan Depok serta

59
Kesimpulan dan Saran. Laporan draft final ini dibuat berbentuk A4
sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan kepada pemberi tugas paling
lambat pada akhir bulan ke 2 setelah penandatanganan kontrak.

7.2.3 Penyusunan Laporan Final

Tahap penyusunan laporan akhir ini, merupakan serangkaian proses


perbaikan dan masukan dari hasil diskusi pada laporan draft rencana. Hasil
akhir laporan ini, selanjutnya akan di tindak lanjuti dengan serangkaian
diskusi dan presentasi dengan dinas/instansi yang terkait, agar hasilnya
dapat dijadikan acuan pokok dalam menyusun atau merumuskan kebijakan
rencana atau proses pengambialan keputusan yang akan dimanfaatan
oleh kepentingan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Laporan final ini dibuat dalam bentuk ukuran A4 dicetak ekslusif


sebanyak 20 ekslempar, 1 album peta ukuran A3 sebanyak 20 ekslempar
dan di serahkan 1 minggu sebelum berakhirnya masa kontrak. Hasil dari
laporan final disimpan dalam bentuk soft copy ke dalam piringan (Compact
Disc) sebanyak 10 CD dan diserahkan bersama dengan penyerahan
laporan final.

Tabel 7.1
Penyusunan Laporan Final
Jenis Laporan Waktu Jumlah
No Substansi (Pokok)
Penyerahan Buku
• Konsepsi
pemikiran dan
metoda
pelaksanaan kerja
Minggu Ketiga
Laporan Pendahuluan • Ruang lingkup 10
1 Bulan
kegiatan Eksemplar
Pertama
• Rencana
pelaksanaan
kegiatana.
• Organisasi dan
tata kerja instansi

60
• Penyusunan
rencana dari hasil
analisis
perwujudan dari
Laporan Draft Final Akhir Bulan 10
2 scenario dan
Kedua Eksemplar
strategi
kebijaksanaan
pengembangan
wilayah maupun
Arahan
pengembangan
wilayah
• Tahap akhir
proses analisis ini,
akan dilakukan
diskusi dengan
pihak terkait
• Penyempurnaan
substansi konsep
LaporanFinal kebijakan Minggu Kedua
3
20
pemanfaatan Bulan Kelima
Eksemplar
ruang
• Struktur ruang
dan pemanfaatan
ruang
• Kumpulan peta-
peta yang terdiri
4
Album Peta dari beberapa Minggu Pertama
20
tematik yang Bulan Keenam
Eksemplar
dikumpulkan
sesuai
• kepentingannya
• Kumpulan dari Minggu Pertama
5 laporan dan Bulan Keenam
Album CD 10 Buah
album peta dalam
• bentuk digital

61
BAB VIII
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TENAGA AHLI

8.1 Komposisi Tenaga Ahli

Pada pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan Depok, berbagai tenaga


ahli dari beberapa disiplin ilmu dilibatkan untuk mewujudkan RDTR dan
Peraturan Zonasi-nya. Agar seluruh waktu pengerjaan laporan yang hanya
lima bulan bisa dipergunakan secara optimal, maka seluruh tenaga ahli yang
dibutuhkan akan dilibatkan sesuai dengan porsi pekerjaan dan keahliaanya.
Lebih jelasnya komposisi tenaga ahli yang terdapat dalam KAK dapat dilihat
pada Tabel 3.1, sedangkan tenaga ahli yang dilibatkan pada pekeraan ini
dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut.

Tabel 8.1 Komposisi Tenaga Ahli


Pengalaman Jumlah
No Posisi Pendidikan (Tahun) (Orang)
A Tim Pelaksana

Ahli Perencanaan Wilayah S2 Perencanaan


1. dan Kota (TeamLeader) Wilayah dan Min 5 1
Kota
Ahli Ekonomi
2. Wilayah S-2 Ekonomi Min 5 1

3. Ahli Lingkungan S-2 Lingkungan Min 5 1

Ahli GIS
4. S-2 GIS Min 5 1

Ahli Hukum
5. S-2 Hukum Min 5 1

Ahli Teknik Sipil


6. S-2 Teknik Sipil Min 5 1

Ahli Arsitektur
7. S-2 Arsitektur Min 5 1
Asisten
Perencanaan S-1 Perencanaan
8. Wilayah dan Min 5 1
Wilayah dan Kota
Kota
B Tenaga Pendukung
1 Administrasi SMK Sederajat Terampil 1

62
2 Surveyor D3/Sederajat Terampil 3
3 Drafter GIS D3/Sederajat Terampil 3
4 Operator Komputer SMK Sederajat Terampil 1
Sumber: Kerangka Acuan Kerja Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perdagangan
dan Jasa Kecamatan Depok kabupaten Sleman, 2023

8.2 Tanggung Jawab Tenaga Ahli

8.2.1 Tenaga Ahli/Tim Pelaksana

Tugas-tugas team leader secara teknis adalah :

a. Menyusun program kerja


b. Memimpin dan mengkoordinasikan tim pelaksana pekerjaan.
c. Menjabarkan dan mendefinisikan seluruh cakupan kegiatan
pekerjaan RDTR Kawasan Perdagangan dan Jasa Kecamatan
Depok
d. Merencanakan seluruh cakupan kegiatan pekerjaan, agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran pekerjaan
e. Mengarahkan seluruh anggota tim sesuai bidang keahlian masing-
masing untuk mencapai target pekerjaan.
f. Mengkaji dan menganalisis aspek-aspek yang harus
dipertimbangkan.
g. Membuat konsep rencana, strategi, dan program untuk
pengembangan dan pembangunan kawasan
1. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dengan
kualifikasi:
a) Jenjang pendidikan minimum S2 dan disarankan S3
b) Mempunyai sertifikat keahlian IAP yang dikeluarkan oleh
lembaga sertifikasi keahlian terkait yang setara;
c) Memiliki pengalaman kerja minimal 6(enam) tahun sesuai bidang
dan sebagai team leader
d) kegiatan dengan bukti terlampir, menguasai manajemen sarana
dan prasarana;
e) Sekurang-kurangnya pernah terlibat dalam kegiatan sejenis;
f) Komunikatif serta mampu mengelola pekerjaan penyusunan
RDTR Kawasan Kecamatan Depok dengan baik.
2. Team Leader Ahli Arsitektur dengan kualifikasi:

63
a) Jenjang pendidikan minimum S2 dan disarankan S3

b) Memiliki pengalaman kerja minimal 6(enam) tahun sesuai bidang


dan sebagai team leader
c) kegiatan dengan bukti terlampir, menguasai manajemen sarana
dan prasarana;

d) Sekurang-kurangnya pernah terlibat dalam kegiatan sejenis;


e) Komunikatif serta mampu mengelola pekerjaan penyusunan
RDTR Kawasan Kecamatan Depok dengan baik.
3. Team Leader Ahli Sipil dengan kualifikasi:
a) Jenjang pendidikan minimum S2 dan disarankan S3
b) Memiliki pengalaman kerja minimal 6(enam) tahun sesuai bidang
dan sebagai team leader
c) kegiatan dengan bukti terlampir, menguasai manajemen sarana
dan prasarana;
d) Sekurang-kurangnya pernah terlibat dalam kegiatan sejenis;
e) Komunikatif serta mampu mengelola pekerjaan penyusunan
RDTR Kawasan Kecamatan Depok dengan baik.

8.2.2 Tenaga Pendukung

Selain tenaga ahli yang diperlukan dalam kegiatan “Penyusunan RDTR


Kecamatan Depok” diperlukan pula beberapa tenaga pendukung
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi asisten ahli, surveyor, drafter, dan
operator computer. Pembantu tenaga ahli selain asisten ahli (harus
minimum S-1), harus dari bidang yang relevan untuk kegiatan/ pekerjaan
tersebut :

1. Jenjang pendidikan minimal (D-3)


2. Memiliki pengalaman kerja minimal 1 - 3 tahun sesuai bidang keahlian;
3. Sekurang-kurangnya pernah terlibat dalam kegiatan sejenis;
4. Tenaga pendukung merupakan tenaga pembantu yang secara
langsung/ tidak langsung dibutuhkan untuk membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan.

Tenaga terpilih untuk pekerjaan ini telah mempunyai pengalaman dalam


melaksanakan pekerjaan serta didukung oleh pengalaman dan
kemampuan akademik yang memadai unuk mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan ini.
64
BAB IX
JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Sleman


Kecamatan Depok pada hakekatnya merupakana pekerjaan yang melibatkan
keahlian multidisiplin. Sesuai dengan pendekatan yang akan dilakukan, yaitu
mengkaitkan bidang penataan ruang dengan mekanisme peraturan dan hukum
serta teknis peraturan zonasi, maka diharapkan tenaga yang dilibatkan telah
memahami pula praktek-praktek peraturan zonasi berdasarkan aturan-aturan
tersebut.

Untuk mewujudkan laporan tersebut, maka jadwal penugasan personil yang


terlibat harus sesuai dengan porsi pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Selain
untuk mewujudkan laporan yang bermutu, penjadwalan personil ini juga bertujuan
agar pengerjaan laporan yang hanya enak bulan bisa selesai tepat waktu dan
penggunaan waktu yang optimal (sesuai dengan target dan jadwal yang telah
ditetapkan). Lebih jelasnya jadwal penugasan personil yang dilibatkan pada
pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 9.1 berikut:

1. Team Leader Perencanaan : 5 bulan


2. Team Leader Arsitektur : 4 bulan
3. Team Leader Sipil : 4 bulan
4. Team Leader Lainnya : 1 bulan
5. Surveyor : 1 bulan
6. Drafter : 5 bulan
7. Operator : 5 bulan

No Tenaga Bulan Ke- Bulan Ke- Bulan Ke- Bulan Ke- Bulan Ke-
Ahli Yang 1 2 3 4 5
Terlibat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A Tim
Pelaks
na

1 Team
Leader
Perencana
an

65
2 Team
Leader
Arsitektur

3 Team
Leader
Sipil

4 Team
Leader
Lainnya

B Tenaga
Penduku
ng
1 Surveyor
2 Drafter GIS

3 Operat
or
Komput
er

66
BAB X
STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 10.1
Struktur Organisasi Kepengurusan PT. Gama Adibaya Consultant

67
BAB XI
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Depok Kabupaten Sleman ini


dijadwalkan pengerjaannya selama 5 (lima) bulan, terhitung sejak
penandatanganan kontrak kerja. Didalam waktu lima bulan tersebut semua proses
kegiatan pekerjaan sudah dilakukan, mulai dari mobilisasi tenaga ahli, survey
lapangan, dan pengerjaan teknis laporan.

Didalam kegiatan ini terdapat tiga kali presentasi, yakni:

1. Laporan Pendahuluan : 1 bulan setelah penandatanganan kontrak


2. Laporan Antara : 2 bulan setelah penandatanganan kontrak
3. Laporan Draft Akhir : 4 bulan setelah penandatanganan kontrak

Secara teknis, jadwal pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 11.1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dimana tabel tersebut menjelaskan jadwal pasti
presentasi akan disepakati dan disesuaikan dengan jadwal instansi pemberi
pekerjaan dengan jadwal tenaga ahli.

Tabel 11.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Bulan
No. Kegiatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Ekspose
Laporan
2. Pendahulua
n (Inception
Report)
Pengumpulan
3.
Data
4. Analisa Data
Konsultasi
5.
Publik
1
Ekspose
Laporan
6.
Fakta dan

68
Analisa
(Interim Report)

Penyusunan
7. Laporan
dan
Gambar
Konsultasi
8.
Publik
2
Ekspose
Laporan Draft
9.
Final
Laporan Final
10. (Final Report)
dan seluruh
produk
kegiatan

69
BAB XII
SISTEM PELAPORAN

Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah


beberapa jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama masa kontrak.
Sesuai dengan KAK maka konsultan harus menyerahkan beberapa jenis laporan
dan jumlah sesuai dengan tertuang di KAK ke satuan kerja, meliputi:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan sebuah buku yang berisi penjelasan-


penjelasan mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan,
gambaran umum daerah penelitian, metodologi pekerjaan, peraturan
perundang-undangan dan produk hukum yang berhubungan dengan kegiatan,
rencana pelaksanaan kegiatan serta hasil yang diharapkan dari kegiatan ini,
dimuat pada kertas minimal ukuran A4 atau disesuaikan dengan format
penyajian dengan jumlah sebagaimana tersebut dalam RAB terlampir.

2. Laporan Fakta dan Analisa

Laporan Antara merupakan sebuah buku yang berisi penjelasan-


penjelasan mengenai hasil – hasil survey lapangan, identifikasi, analisis, dan
lain-lain yang di muat pada kertas minimal ukuran A4 atau disesuaikan dengan
format penyajian dengan jumlah sebagaimana tersebut dalam RAB terlampir.

3. Laporan Konsultasi Publik

Laporan pelaksanaan konsultasi publik berisikan opini dan aspirasi


masyarakat dan stakeholder terkait kebijakan dan strategi penataan ruang dan
rumusan RTRW Kota. Laporan Konsultasi Publik di muat pada kertas minimal
ukuran A4 atau disesuaikan dengan format penyajian dengan jumlah
sebagaimana tersebut dalam RAB terlampir.

4. Laporan Draft Final dan Final

Laporan Draft Final merupakan sebuah buku yang berisi penjelasan-


penjelasan mengenai seluruh data/informasi, analisa, rekomendasi dan
Rancangan perwali RDTR serta sebagaimana produk kegiatan (keluaran)
tersebut diatas. Setelah penyempurnaan dari Tim Teknis dan pihak terkait
lainnya, kemudian mendapat persetujuan oleh PPTK dan/atau KPA maka

70
menjadi Laporan Final. Laporan Final di muat pada kertas minimal ukuran A4
atau disesuaikan dengan format penyajian dengan jumlah sebagaimana
tersebut dalam RAB terlampir.

5. Laporan Ringkas (Executive Summary) dan Bahan Presentasi (Expose)

Laporan ringkas (executive summary) merupakan sebuah buku yang


berisi ringkasan penjelasan-penjelasan secara sistematis, jelas, serta mudah
dimengerti, dilengkapi dengan lampirannya (tabel/peta/gambar berwarna)
termasuk bahan presentasi (ekspose). Laporan ringkas (executive summary)
di muat pada kertas minimal ukuran A4 atau disesuaikan dengan format
penyajian dengan jumlah sebagaimana tersebut dalam RAB terlampir.

6. Album Gambar/Peta

Merupakan kumpulan gambar/peta yang menjadi bagian output pekerjaan


di muat pada kertas minimal ukuran A3 atau disesuaikan dengan format
penyajian sehingga tampilan gambar/peta lebih jelas dan mudah di mengerti
dengan jumlah sebagaimana tersebut dalam RAB terlampir.

7. Eksternal Hard Disk dan CD

Merupakan kumpulan hasil kegiatan dalam bentuk soft copy dimuat dalam
external hard disk (1 buah) dan CD (10 buah), terdiri dari Laporan Final format
*.docx/pdf, album gambar/peta format *.pdf/jpg dan Project/database
pemetaan format GIS.

71
BAB XIII
STAFF PENDUKUNG

Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang melibatkan beberapa


tenaga professional, tenaga sub profesional dan tenaga penunjang dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk
memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka dibuat
susunan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai KAK.
Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme kontrol terhadapt
proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.

Pada pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan Depok ini, berbagai tenaga


ahli dari beberapa disiplin ilmu dilibatkan untuk mewujudkan RDTR dan Peraturan
Zonasi-nya. Seluruh tenaga ahli yang dibutuhkan akan dilibatkan sesuai dengan
porsi pekerjaan dan keahliannya agar seluruh waktu pengerjaan laporan bisa
dipergunakan secara optimal.

Selain tenaga ahli yang diperlukan dalam kegiatan penyusunan RDTR


Kecamatan Depok, diperlukan pula beberapa tenaga pendukung pelaksanaan
pekerjaan yang meliputi asisten ahli, surveyot, drafter, dan operator komputer.
Pembantu tenaga ahli selain asisten ahli (harus minimum S-1), harus dari bidang
yang relevan untuk kegiatan/pekerjaan tersebut, yaitU:

a. Jenjang Pendidikan minimal (D-3);


b. Memiliki pengalaman kerja minimal 1 – 3 tahun sesuai bidang keahlian;
c. Sekurang-kurangnya pernah terlibat dalam kegiatan sejenis;
d. Tenaga pendukung merupakan tenaga pembantu tenaga pembantu yang
secara langsung/tidak langsung dibutuhkan membantu dalam pelaksanaan
pekerjaan.

Tenaga terpilih untuk pekerjaan ini telahh mempunyai pengalaman dalam


melaksanakan pekerjaan serta didukung oleh pengalaman dan kemampuan
akademik yang memadai untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
pekerjaan ini. Berikut merupakan daftar tenaga pendukung:

72
Tabel 13.1
Daftar Tenaga Pendukung Penyusunan RDTR Kecamatan Depok

Tanggal Jabatan Pengala Profesi/ Sertifikat/


No Nama Lahir Pendidikan dalam man Keahlian Ijazah
Proyek Kerja
(Tahun)
Sarjana Teknik
Perencanaan
Wilayah dan Kota

S.T., MURP 5 (S1), Institut


1 November Teknologi Bandung Team 28 Ahli Tersedia

1971 1993, Magister Leader Perencanaan


Urban Design (S2), Perencanaa
Institut Teknologi n
Bandung 1997
Sarjana Arsitektur
Lanskap (S1),
Institut Pertanian

Park Jimin S. 13 Bogor 1992, Team Ahli


2 ArsL. M. Arc. September Magister Arsitektur Leader 24 Arsitektur Tersedia
1971 (S2), New Jersey Arsitek
Insntitute Of
Technology 1996
Sarjana Teknik
Sipil (S1), Institut
Teknologi Bandung
Min-sok Un, S.T., Daegu, 04 Team
3 1990, Magister 22 Ahli Sipil Tersedia
M.T. April 1968 Leader
Teknik Sipil (S2),
Sipil
Institut
Teknologi
Bandung 1993
Sarjana Hukum
(S1), Universitas
Jakarta,
Rune Hutapea, Indonesia 1993,
4 02 Januari Team Leader 22 Ahli Hukum Tersedia
S.H., M.Kn Magister
1972
Kenotariatan (S2),
Universitas
Indonesia 1997

73
S1 Teknik
Ir. Rachmat 25 Mei Planologi, ITB, Ahli
5 Team Leader 20 Tersedia
Irianto M.T 1978 tahun 1996 dan S2 Perencanaan
Teknik Sipil, ITB, Kota
tahun 2002
S1 Teknik Sipil
Ir. Ricky 13 April ITENAS tahun Ahli Sipil dan
6 Team Leader 17 Tersedia
Kambuaya M.T 1980 2004 dan S2 Perencanaan
Teknik Planologi, Wilayah Kota
ITB tahun 2008
S1, Teknik
Planologi, UNDIP,
Ahli
Ir. Rivaldo Ferre 9 Juni Lulus tahun 2007
7 Team Leader 14 Perencanaan Tersedia
M.T 1985 dan S2, Teknik
Lingkungan
Lingkungan, Lulus
tahun 2009
S1, Teknik
Geodesi, ITB,
Mohammad 20 Maret Lulus tahun 2006,
8 Tenaga Ahli 13 Ahli GIS Tersedia
Benar S.T.,M.T 1982 S2 Teknik
Planologi,
UNISBA, Lulus
tahun 2009
S1 Teknik
Arsitektur, ITB,
Kevin Sukamulyo 2 Februari Ahli
9 Lulus tahun 2003, Tenaga Ahli 12 Tersedia
S.T.,M.T 1980 Perancangan
S2 Teknik
Lingkungan,
UNDIP 2008

8 S1 Teknik Sipil,
10 Marcus Fernaldi September ITB tahun 2004, Tenaga Ahli 11 Ahli Sipil Tersedia
S.T.,M.T 1983 S2 Teknik
Planologi 2009

Bilqis Sintatis 28 S1 Teknik Ahli


11 S.T., MURP Oktober Planologi, Tenaga Ahli 10 Perancangan Tersedia
1985 UNISBA 2008, S2 Kota
Perencanaan
Kota, ITB 2010
S1 Ilmu Ahli
12 15 Pemerintahan, Tenaga Ahli 9 Kebijakan Tersedia

74
Mariah Carlina November UNPAD 2009, S2 Publik Tata

S.Ip., M,Ip 1989 Ilmu Politik, Ruang


UNPAS 2015
S1 Hukum,
13 Maharani Raharja 18 Januari UNBRAW 2007, Tenaga Ahli 9 Ahli Hukum Tersedia
SH., M.H 1986 S2 Hukum Perdata Perdata
2010

Zahra Musdalifah 5 S1 Kebijakan Ahli


14 S. Ant November Publik, UNDIP Tenaga Ahli 7 Kebijakan Tersedia
1990 2010 Publik

75
BAB XIV
FASILITAS PENUNJANG

PT. Gama Adibaya Consultant menyediakan kebutuhan fasilitas dan


peralatan untuk menunjang kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan Depok, baik
di lapangan maupun di kantor. Mobilisasi peralatan disesuaikan dengan jadwal
peralatan yang telah disusun bersama dengan penyusunan rencana kerja, jadwal
pelaksanaan, dan pengerahan personil. Penentuan kebutuhan akan fasilitas dan
peralatan sangat erat hubungannya dengan kelancaran pekerjaan, sehingga tidak
ada kendala peralatan dan fasilitas yang dihadapi oleh pelaksana pekerjaan pada
saat pelaksanaan nantinya. Adapun fasilitas yang terdapat di PT. Gama Adibaya
Consultant yaitu:

Tabel 14.1
Peralatan Komputerisasi Perusahaan
No Nama Jenis Jumlah
1 HP DesignJet T200 Plotter 2
2 HP DesignJet T600 Plotter 2
3 HP DesignJet Studio Plotter 3
4 Matra Traster 77 Stereo Plotter 2
5 Kern DSR Stereo Plotter 3
6 HP OfficeJet 7612 Printer 2
7 Epson L1800 Printer 2
HP Color LaserJet Pro MFP
8 Printer 3
M177fwk
9 Epson L360 Printer 4
10 Canon 60D Camera 3
11 Canon 800D Camera 3
12 Nikon D5200 Camera 1
13 Microsoft Surface Studio 2 Komputer 4
14 Intel Core i7-10700k Komputer 7
15 Legion 5 Pro (Gen 6) Laptop 4
16 ROG Zephyrus M16 (2022) Laptop 3
17 ROG Strix Scar 17 (2022) Laptop 7
GPS Garmin GPSMAP
18 GPS 5
64sc
19 GPS Garmin eTrex 10 SEA GPS 8
20 Cheerlux CL760 Infocus 3
76
Deli Automatic Screen
21 Layar Proyektor 3
Projector
22 IBM SPSS 24, 25, 26 Software
23 ARCGIS Pro Software
SketchUp Pro 2022
24 Software
(V22.0.354)
25 Adobe Primer Pro Software
26 VEGAS Pro Software
27 Expert Choise Software
28 Idrisi Terrset Software

77
Tabel 14.2
Peralatan Survey dan Operasional Perusahaan
No Nama Jenis Jumlah
Alat Survey
1 GPS (Global Positioning System) - 8 unit
2 Theodolit - 10 unit
3 GNSS RTK + STATIK HiTarget V90 4 unit
3 Meteran Roll 40 unit
High Volume Air Sampler (untuk - 15 unit
4
mengukur kelembaban udara)
5 Checker - 10 unit
6 Payung dan jas hujan - 30 unit
7 Camera digital - 10 unit
8 Film Camera - 4 unit
9 Papan dada - 60 unit
Sound Level Meter (untuk mengukur - 20 unit
10
tingkat kebisingan suara)
Alat Tulis Kantor
Pulpen - Habis
12
Pakai
Drawing Pen - Habis
13
Pakai
A0 Habis
Pakai
A1 Habis
14 Kertas Pakai
A2 Habis
Pakai
A3 Habis
Pakai
Spidol Warna - Habis
15
Pakai
Pensil dan Penghapus - Habis
16
Pakai
17 Penggaris - 60 unit
Rapido - Habis
18
Pakai
Kertas Kalkir A0 Habis
19

78
Pakai

20 Meja Kecil - 15 unit


Kendaraan Operasional
Mitsubishi Pajero Sport4x4 5 unit
21 Mobil
Toyota Fortuner 5 unit
Kawasaki KLX 10 unit
22 Motor
Yamaha XSR 5 unit
Benelli 502X 5 unit
BMW C 150 10 unit

79
BAB XV

PENUTUP

Dokumen Usulan Teknis untuk pelaksanaan “PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA


RUANG KECAMATAN DEPOK TAHUN 2023”, sebagai bentuk
penawaran teknis dari konsultan dalam upaya penanganan pekerjaan tersebut diatas. Dalam
hal ini konsultan apabila nantinya dipercaya untuk menangani pekerjaan ini makan akan
bekerja berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
pekerjaan tersebut.

Konsultan berkeyakinan “sanggup dan mampu” untuk melaksanakan pekerjaan tersebut


apabila diberi kepercayaan berdasarkan dokumen usulan teknis yang kami tawarkan. Dengan
dukungan Tenaga Ahli yang kami usulkan dengan kualifikasi dan pengalaman kerja di bidang
perencanaan dan pengembangan yang handal. Dengan berbekal keahlian masing-masing
tenaga ahli yang kami usulkan dan telah memiliki sertifikat keahlian, maka dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan mutu
pekerjaan sesuai dengan yang diminta dalam KAK.

Semoga usulan teknis ini mendapatkan perhatian, dukungan serta kepercayaan dari
pengguna jasa.

Terima Kasih.

80

Anda mungkin juga menyukai