Anda di halaman 1dari 16

Oleh : Feri Fadli

A. Pendahuluan
Paragraf 1: FAKTA SOSIAL
P (1) Hilangnya ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran
SKI merupakan permasalahan yang banyak dihadapi
guru PAI
R (2) Beberapa alasan yang dialami adalah adanya latar
belakang dan karakter peserta didik yang beragam,
akibatnya peserta didik sulit dalam memahami konsep.
Kemudian rendahnya keterampilan dan kompetensi
guru PAI dibidang pedagogik dan professional, serta
keterbatasan alat dan media sebagai penunjang proses
belajar mengajar PAI yang merupakan alasan pemicu
ketidaktertarikan peserta didik terhadap pelajaran ini.
E (3) Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengingat tahun
penting, nama-nama tokoh, nama tempat, serta sederetan
peristiwa-peristiwa penting lainnya sehingga berimbas
pada minat belajar peserta didik pada pembelajaran SKI.
Hal ini juga ditandai dengan guru salah dalam memilih
metode dan model pembelajaran yang tepat serta tidak
menguasai materi-materi tentang sejarah kebudayaan
islam.
C (1) Berangkat dari permasalahan tersebut terbukti bahwa
mengatur strategi pembelajaran yang tepat akan
memicu ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran
SKI.

PARAGRAF 2: FAKTA LITERATUR


P (1) Sejauh ini studi penelitian tentang peningkatan
kualitas pembelajaran dianggap tergantung pada
kondisi peserta didik, komptensi guru dan
ketersediaan sarana belajar.
R (2) Studi lebih cenderung membahas hal-hal yang bersifat
umum terkait penyebab tidak tertariknya peserta didik
terhadap pelajaran SKI.
E (3) Sejalan dengan itu, ada tiga pandangan peneliti terdahulu
yang dianggap dapat meningkatkan kualitas minat dan
ketertarikan peserta didik terhadap suatu pelajaran. Pertama,
studi yang menyebutkan bahwa memahami karakteristik
peserta didik dapat memkasimalkan pembelajaran (Agung
Hermawan, 2014). Kedua, studi yang melihat kreativitas guru
dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan
penting dalam peningkatan mutu hasil belajar peserta didik
(A.Mustika Abidin, 2017). Ketiga, studi yang ada juga
menyebutkan bahwa peningkatan motivasi belajar peserta
didik yang signifikan tergantung pada tersedianya media
belajar (Arif Hidayat, 2018).
(C1) Dari tiga perspektif studi diatas, bahwa peneliti tidak ada
menyinggung memilih model pembelajaran yang relevan
sebagai alternatif yang tepat untuk menciptakan minat dan
ketertarikan peserta didik pada suatu pembelajaran.

PARAGRAF 3: TUJUAN TULISAN


P (1) Pada bagian ini, penulis menyempurnakan studi penelitian
terdahulu yang masih bersifat umum terkait langkah efektif
yang harus dilakukan pendidik untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik terhadap pelajaran SKI.
R (2) Menggunakan model pembelajaran yang tepat adalah salah
satu langkah yang diperlukan pada pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, karena tidak terfokus pada kegiatan
menghafal materi saja akan tetapi peserta didik dapat berperan
aktif dan mampu mengkonstruksi pengalaman belajarnya
dengan cara yang menarik. Dalam hal ini model pembelajaran
discovery learning lebih efektif diterapkan untuk pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, karena kondisi yang tercipta dalam
model pembelajaran ini adalah belajar lebih bermakna dan
menyenangkan.
E (3) Sejalan dengan itu pertanyaan paling tepat yang dapat diajukan
adalah
bagaimana dampak positif (hasil)
pembelajaran dalam menerapkan model discovery learning
pada pelajaran SKI (transformative).
C (1) Jawaban atas tiga pertanyaan tersebut akan memberikan
suatu pemahaman mendalam yang akan dijadikan dasar
perumusan rencana aksi dalam menerapkan model
pembelajaran discovery terhadap ketertarikan dan minat
belajar peserta didik pada pelajaran SKI.

PARAGRAF 4: ARGUMEN

P (1) Pada tulisan ini penulis memilih suatu argumen bagaimana


menjadikan model pembelajaran discovery learning sebagai
cara yang tepat untuk mencipatkan iklim belajar yang menarik
pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga berdampak
pada keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
R (2) kondisi yang tercipta dalam model pembelajaran ini adalah
belajar lebih menyenangkan karena peserta didik diberi
kebebasan untuk berkembang, dan menempatkan mereka
sebagai subyek belajar untuk kreatif menemukan suatu konsep
dengan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
pelajaran dan kehidupan sehari-hari.
E (3) Tiga kondisi awal pembelajaran di SD Negeri Simpang Kiri
menjadi dasar penulis dalam mengatur strategi pembelajaran
yang lebih menarik. Pertama, Rendahnya pengetahuan
peserta didik terhadap konsep-konsep SKI, Kedua,
kurangnya kreativitas dan kompetensi guru PAI termasuk
lebih cenderung memilih metode ceramah (konvensional)
sebagai metode belajar sehari-hari. Ketiga, keterbatasan
sarana dan prasarana sebagai penunjang proses belajar
merupakan salah satu pemicu rendahnya minat belajar
peserta didik.
C (1) Dengan demikian, solusi atas pemahaman yang mendalam atas
kondisi- kondisi yang mendukung guru untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam mendesain pembelajaran yang lebih menarik
lagi.
“LITERATUR REVIEW”

Kata Kunci: Model Pembelajaran , Discovery Learning, Minat Belajar, SKI

B. Model Pembelajaran
Model merupakan suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan suatu hal.1Dalam hal ini, model merupakan barang atau
benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Misal model pesawat yang
terbuat dari kayu adalah model dari pesawat yang sesungguhnya. Model juga
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan. Model juga diartikan sebagai suatu objek
atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu
yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. 2
Agar suatu pembelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik
selain diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu memiliki metode
atau model dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik. Istilah
model pembelajaran dibedakan dengan istilah metode pembelajaran. Belajar
dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksidengan lingkungannya.
Menurut pandangan konstruktivis, belajar adalah suatu proses aktif dimana
siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu belajar bukan
sematamata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar
lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman
yang baru dengan pengetahuan yangsudah dimilikinya dalam format yang
baru.

Model pembelajaran diartikan sebagai pola interaksi siswa dengan


guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan

1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan
danImpementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Cet. II (Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2010), h. 21.
2
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,Mengembangkan
Profesionalitas Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 7.
teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dikelas. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara menyajikan
materi yang masih bersifat umum. Arends menyatakanistilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan dan sistem pengelolaannya. 3
Adapun Sukamto. Dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah: kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.4

Dewey mendefinisikan model pembelajaran sebagai a plan orpattern


that we can use to design face to face teaching in the classroom ortutorial
setting and to shape instructional material.5Menurut pendapatDewey ini,
model pembelajaran merupakan pola yang digunakan untuktatap muka di
kelas, setting tutorial, dan menajamkan materi pembelajaran.Sementara,
Sa’dun Akbar mendefinisikan model pembelajaran sebagaipola
pembelajaran yang diskenariokan untuk mencapai tujuanpembelajaran
tertentu, berisi langkah pembelajaran dan perangkatnyauntuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.6 Definisi-definisi model pembelajaran di atas
menurut penulis padadasarnya memiliki kesamaan, bahwa model
pembelajaran merupakan polaatau kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur atau langkahlangkahyang dapat digunakan sebagai
acuan dalam menyusun rencanakegiatan pembelajaran di kelas, untuk
mencapai tujuan tertentu.

3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan
danImpementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Cet. II (Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2010), h. 22
4
Ibid
5
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2012), h.127
6
Sa‟dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, Cet. I (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013), h. 139
C. Model Discovery Learniang
Model pembelajaran Discovery Learning pertama kali dikemukakan
olehJerome Bruner. Model ini mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan danmenarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum. Dalam
konsep perkembangankognitif yang dikembangkan oleh Bruner (dalam
Wilis) menjelaskan bahwa:“Model penemuan merupakan suatu cara untuk
menyampaikan ide/gagasan lewatproses menemukan”. 7Proses penemuan
terjadi jika siswa dalam proses mentalyang dimaksud antara lain:
mengamati, memahami, menjelaskan, mengukur, danmembuat kesimpulan
dalam menemukan materi dan prinsip. Menurut Darsono “Discovery
Learning adalah teori belajar yang mengaturpembelajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya”.8 Sedangkan Roestiyah menyatakan:

DiscoveryLearning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi


suatu konsep atauprinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
membuat dugaan,menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebagainya. Dalam teknik inisiswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri,guru hanya membimbing dan
memberikan arahan.9

Jadi, model pembelajaran Discovery Learning ialah suatu


pembelajaranyang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
pendapat denganberdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar
siswa dapat belajar sendiri.

Menurut Syah, dalam mengaplikasikan Model Discovery Learning


dikelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajarmengajar secara umum adalah sebagai berikut :10

1) Stimulation (stimulasi/pemberi rangsangan)Pertama-tama pada tahap ini


siswa dihadapkan pada sesuatu yangmenimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidakmemberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri.Di samping itu, guru dapat memulai
7
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Erlangga, 2011),h.
80
8
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.
9
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 20
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 30
kegiatan proses belajar mengajardengan mengajukan pertanyaan anjuran
membaca buku, dan aktivitasbelajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.

2) Problem statement (pernyataan/Identifikasi Masalah)Setelah dilakukan


stimulation, langkah selanjutya adalah guru memberikesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkinagenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudiansalah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawabansementara atas pertanyaan
masalah). Permasalahan yang dipilih ituselanjutnya harus dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis,yakni pernyataan sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yangdiajukan.

3) Data Collection (Pengumpulan data)Ketika eksplorasi berlangsung, guru


juga memberi kesempatan kepadasiswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevanuntuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsiuntuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.Dengan demikian siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkanberbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek,wawancara dengan narasumber,
melakukan uji coba sendiri dansebagainya.Konsekuensi dari tahap ini
adalah siswa belajar secara aktif untukmenemukan suatu yang
berhubungan dengan permasalahan yangdihadapi. Oleh karena itu, secara
tidak sengaja siswa menghubungkanmasalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.

4) Data Processing (pengolahan data)Semua informasi hasil bacaan,


wawancara, observasi dan sebagainya,semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perludihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaantertentu. Data
Processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasiyang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Darigeneralisasi tersebut
siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentangalternatif
jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secaralogis.

5) Verification (pembuktian)Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan


secara cermat untukmembuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengantemuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil
data processing.Verification bertujuan agar proses belajar akan
berjalandengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswauntuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melaluicontoh-contoh yang di jumpai dalam kehidupannya.Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada,pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudiandicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (menarik kesimpulan), Tahap generalization/menarik


kesimpulan adalah proses menarik sebuahkesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadianatau masalah
yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkanhasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi.Setelah menarik kesimpulan, siswa harus memperhatikan
proses generalisasi yangmenekankan pentingnya penguasaan pelajaran
atas makna dan kaidah atauprinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnyaproses pengaturan dan
pengalaman-pengalaman itu.

D. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah “suatu kombinasiyang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal materialfasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untukmencapai
11
tujuan pembelajaran”. Pendidikan Agama Islam disekolah meliputi
beberapa aspek diantaranya Al-QuranHadist, keimanan, ahlak,
ibadah/muamalah dan tarikh. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan
sebagai sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi : mata pelajaran Al-
Quran Hadist, Fiqih, Akidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Hubungan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain saling berkaitan dan
diibaratkan sebagai satu mata rantai.12
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h.57
12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (Jakarta:
Sejarah adalah bagian dari proses kehidupan yang senantiasa
dilestarikan dan dikembangkan. Melalui sejarah, suatu generasi akan
dapat menghayati nilainilai kebaikan dan menghayati terhadap pentingnya
sejarah. Sehingga, materi sejarah sangat penting bagi pembentukan
karakteristik siswa. Selain itu, Sejarah Kebudayaan Islam menjadi
pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian
umat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan
pelajaran berharga dari suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses
itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu
dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan.13

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang


sangat penting, karena dengan mempelajari mata pelajaran ini siswa dapat
mengetahui informasi penting tentang sejarah Islam dan bisa mengambil
ibrah teladan dari tokoh sejarah Islam di masa lampau. Yang dimaksud
dengan sejarah adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah Saw,
sahabat-sahabat dan imamimam pemberi petunjuk yang diceritakan
kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku
manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
sosial. Dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari masa ke masa
dalam usaha bersyari‟ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah.14

Menurut istilah sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang


benarbenarterjadi di masa lampau. Dapat disimpulkan bahwa sejarah
adalah suatukejadiaan atau peristiwa yang dicatat dengan lengkap dan
benar-benarterjadi di masa lampau.Kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah yangmerupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal). Budi mempunyai artiakal, kelakuan, dan norma.
Sedangkan “daya” berarti hasil karya ciptamanusia.Dengan demikian,
kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dancipta manusia di

Raja Grafindo, 2009), h. 23


13
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 8.
14
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 11
masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan denganistilah
“peradaban”. Perbedaannnya : kebudayaan lebih banyak
diwujudkandalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan
peradabandiwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan
teknologi.Apabila dikaitkan dengan Islam, maka kebudayaan Islam
adalah hasilkarya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
nilai-nilai ajaranIslam yang bersumber hukum dari Al-Qur‟an dan sunnah
nabi.Sedangkan Islam, Islam adalah agama yang ajaran-
ajarannyadiwahyukan Allah kepada manusia melalui Muhammad
sebagaiRasul.Datangnya dari Allah, baik dengan perantara malaikat
Jibril,maupun langsung kepada nabi Muhammad Saw.Secara etimologi,
Islam memiliki sejumlah derivasi (kata turunan),antara lain:a) Aslama,
yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk dan patuhsepenuhnya.

Dari beberapa pengertian sejarah, kebudayaan, dan Islam dapat


disimpulkan definisi sejarah kebudayaan Islam yaitu kejadian-kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan di mana pada
saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab yang ditimbulkan
dari suatu peradaban yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks. Hasbullah merumuskan pengertian dari sejarah kebudayaan
Islam ialah sebagai berikut: 15

1) Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan


Islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.

2) Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan


pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik dari segi
gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun operasionalisasi sejak
zaman nabi Muhammad Saw hingga saat ini.

Sejarah Kebudayaan Islammemiliki kontribusi dalam memberikan


motivasi kepada peserta didikuntuk mengenal, memahami, menghayati
sejarah kebudayaan Islam,yang mengandung nilai-nilai kearifan yang
dapat digunakan untukmelatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan
15
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 3.
kepribadian peserta didik.Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah salah satu bagian mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah
Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way oflife) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengataman dan pembiasaancapaian ranah afektif. 16 Jadi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge,
tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education).

E. Pengertian Minat
Menurut Soediyanto, minat adalah suatu keinginan atau keadaan
dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai hasrat
untuk mengetahui, memahami, mempelajari dan membuktikannya.
Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa minat adalah hasil dari
pengalaman atau proses belajar.17 Menurut Slameto dan Asmani
mengatakan bahwa minat adalah rasa lebih suka atau keterikan pada suatu
hal aktivitas tertentu, tanpa ada yang menyuruh. 18 Minat merupakan faktor
psikologis yang dapat menentukan sasaran pada diri seseorang.minat
mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan. Minat
mempunyai pengaru dalam mencapai prestasi yang dicita-citakan Dari
pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat adalah suatu
keinginan yang disertai dengan perasaan senang pada kegiatan atau
aktivitas yang muncul pada diri seseorang tanpa adanya paksaan.

Menurut Abdul Rohman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, ada 3


faktor yang menentukan timbulnya minat, yakni:

1. Faktor dari dalam diri individu Misalnya dorongan untuk makan dan
ingin tahu sesuatu. Dorongan dan rasa ingin tahu akan membangkitkan
16
Jabir Abdul Hamid Jabir, Ilmu Tafsirut Tarbawi, (Mesir: Daarun Nahdhoh
AlA‟rabiyyah,2000), h. 7.
17
Carlos Kambuaya, Pengaruh Motivasi, Minat, Kedisiplinan Dan Adaptasi Diri Terhadap Prestasi
BelajarSiswa Peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah Asal Papua Dan Papua Barat Di Kota Bnadung‖
5, no. 2 (2014) h 160
18
Erlando Doni Sirait, Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika,
2016, h 37
minat untuk membaca, menuntut ilmu, belajar, melakukan penelitian
dan lain-lain.

2. Faktor Sosial Menjadi faktor untuk membangkitkan minat melakukan


suatu aktifitas, misalnya minat pada pakaian timbul karena ingin
mendapat perhatian, persetujuan dari orang lain. Begitu juga minat
untuk belajar akan timbul jika ingin mendapatkan pengahrgaan dari
guru atau masayarakat.

3. Faktor emosional Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi.


Bila seseoramg mendapatkan kesuksesan pada aktivitas yang
dilakukannya, maka akan timbul rasa senangdan hal tersebut akan
memperkuat rasa minat terhadap aktivitas tersebut, sebaiknya suatu
kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. maka
dapat disimpulkan bahwa yang dapat menimbulkan minat pada faktor
ini adalah adanya dorongan dari luar, bahwa munculnya minat diawali
adanya suatu ketertarikan terhadap sesuatu yang mendorong adanya
respon dari ketertarikan tersebut baik dalam bentuk tindakan maupun
perhatian.19

Keterkaitan minat dalam pembelajaran, Menurut Darmadi indikator


minat belajar adalah sebagai berikut:20

1) Adanya perasaan senang terhadap pembelajaran

2) Adanya pemusatan perhatian dan pikiran terhadap pembelajaran

3) Adanya kemauan untuk belajar.

4) Adanya kemauan dari dalam diri untuk aktif dalam pembelajaran.

5) Adanya upaya yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan untuk


belajar.

19
Ismaulana dan Ali Muhayatsyah, Keputusan Mahasiswa & Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Memilih Jurusan Baru‖ (2018): 24–25.
20
Rizki Nurhana Friantini dan Rahmat Winata, Analisis Minat Belajar Pada Pembelajaran
Matematika,‖ Pendidikan Matematika Indonesia 4, no. 1 (2019): h. 6.
HASIL PENELITIAN

A. Dampak positif Implementasi Model Pembelajaran Discovery


Learning Materi SKI di SD Negeri Simpang Kiri
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,
menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning dapat
memberikan dampak positif pada pembelajaran PAI materi SKI di SD
Negeri Simpang Kiri, diantaranya

1) Keaktifan dan minat belajar peserta didik

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa model discovery


learning berhasil meningkatkan keaktifan dan minat belajar peserta
didik dari observasi kondisi awal sampai observasi tatap muka
pertama dan kedua, dikarenakan dalam menerapkannya sesuai
dengan sintak atau langkah-langkahnya. Selain itu, guru berhasil
memancing peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan menemukan dan mengorganisasikan konsep materi tentang
kepemimpinan sahabat rasulullah secara mandiri sehingga peserta
didik dapat memahami materi pelajaran secara leluasa. Sesuai
dengan pendapat Hanifah dan Wasitohadi bahwa discovery learning
ialah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. 21 Pendapat itu juga
sejalan dengan pendapat Siswanti dan Wahyudi bahwa discovery
learning merupakan proses pembelajaran di mana siswa tidak
disajikan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri dan model ini lebih menekankan pada
penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. 22
Sehingga belajar dengan menggunakan model ini peserta didik akan
penasaran dan lebih tertarik mengikuti pembelajaran sehingga dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dengan melakukan segala
sesuatunya sendiri untuk dapat menemukan dan mengorganisasi
materi sendiri dengan suatu percobaan atau pengamatan sehingga
siswa akan lebih memahami materi secara leluasa. Dan dengan
menerapkan model discovery learning tatap muka kedua pada

21
Hanifah, U, & Wasitohadi. (2017). Perbedaan efektivitas antara penerapan model pembelajaran
discovery dan inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA siswa. Jurnal Mitra Pendidikan, 1 (2), 92-104
22
Siswanti, C. M., & Wahyudi. (2015). Pengaruh pendekatan saintifik melalui model discovery
learning dengan permainan terhdap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, 5 (3)
pembelajaran SKI materi Kepemimpinan Sahabat Rasulullah SAW
dengan submateri Kemimpinan Umar Bin Khattab membuat
kegiatan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
lebih diminati peserta didik, hal ini terlihat dari antusias peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik
berebutan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan
menanggapi hasil dari kelompok lain.

2) Meningkatkan hasil belajar peserta didik

Dalam hal ini peneliti menemukan hasil belajar peserta didik


dari hasil evaluasi belajar mengikuti ulangan harian yang diberikan
guru, hasilnya rata-rata mencapai diatas ketuntasan minimal. Hal
membuktikan bahwa dipilihnya model discovery learning karena
model pembelajaran tersebut memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berpikir, menemukan, berpendapat dan saling
bekerja sama, sehingga dengan model ini dapat melatih kemampuan
berpikir, menumbuhkan ketertarikan peserta didik dalam
pembelajaran SKI, dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Model
discovery learning sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
SKI, karena dalam proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran tersebut dapat melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari, memecahkan, menyelidiki
hingga menemukan cara-cara penyelesaian masalah secara
sistematis, kritis, logis, analitis mengenai suatu peristiwa sejarah
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.

3) Kreatifitas guru dalam mendesain pembelajaran

Dengan menerapkan model discovery learning pada


pembelajaran SKI hasilnya guru kelihatan lebih energik dan kreatif
karena mampu membuat suasana kelas menjadi lebih
menyenangkan. Guru secara mandiri dapat memanfaatkan alat dan
media pendukung seperti poster, laptop dan media proyektor sesuai
materi yang diajarkan. Selain itu, guru tersebut dapat dikatakan
sebagai guru inovatif karena mampu mengkreasikan pengajaran
dengan mencoba berbagi hal baru bahkan sampai berkarya untuk
memilih model atau media pembelajaran yang tepat untuk
kepentingan pembelajaran dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai