Anda di halaman 1dari 10

UTS PESIKOLOGI KEBERBAKATAN

AYUN NURANISYAH

SEMESTER 6B

20181770046

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021
1. Jelaskan mengenai konsep keberbakatan berdasarkan teori Howard Gardner!
2. Jelaskan sejarah pendidikan pelayanan anak berbakat di dunia!
3. Jelaskan mengenai jenis keberbakatan disertai contoh tokoh di bidangnya
yang berasal dari Indonesia!
4. Cari jurnal yang menjelaskan mengenai factor keberbakatan yang berasal
dari social atau sekolah!
5. Jelaskan kaitan antara kreatif dengan keberbakatan

Jawab:

1. Howard Gardner mencetuskan teori kecerdasan majemuk (multiple


intelligences). Gardner menyatakan bahwa manusia itu memiliki kecerdasan
yang statis, dan mengelompokkan kecerdasan manusia menjadi tujuh, yaitu
kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal,
kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan ruang visual (spasial), kecerdasan
antarpribadi, dan kecerdasan intra pribadi. Pada tahun 1999, Gardner
menambahkan dua jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan naturalis dan
kecerdasan eksistensial. Untuk memperoleh kejelasan konsep kecerdasan
dalam teori Multiple Intelligence, Gardner membedakan istilah kecerdasan
dengan keterbakatan, keahlian dan kreativitas. Menurut Gardner, kecerdasan
adalah potensi biopsikologi yang berlaku pada sesuai umur. Keterbakatan
adalah tanda potensi biopsikologi yang berkembang dengan cepat dalam
bidang pemikiran apa pun. Seorang anak yang dengan cepat menguasai
tugas suatu bidang dikatakan berbakat. Seorang anak mungkin berbakat di
bidang tari, di bidang seni suara atau bidang arsitektur, kecerdasan tidak
terikat pada bidang pekerjaan tertentu, sedangkan keterbakatan berada dalam
wilayah bidang tertentu. Sebaliknya, keahlian dapat dibangkitkan setelah
seseorang bekerja dalam waktu tertentu dalam suatu bidang. Pada waktu itu
seseorang pasti sudah menguasai keterampilan dan pengetahuan yang
mensyaratkan prestasi di bidang itu. Keahlian dipandang sebagai suatu jenis
kesempurnaan teknis. Di lain pihak, kreativitas adalah suatu penilaian yang
baru dalam bidang terntetu yang akhirnya diakui. Penilaian keaslian hanya
dapat dibuat oleh orang yang mengerti bidang itu, walaupun bukan ahli.
(Gardner, 1993)
2. Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan skor
tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terman setelah
Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ
130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat.(Kirk & Gallagher,
1979:6).Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne adalah
sebagai berikut: “Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara
jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih rendah (domains) bakat
manusia. Talented berhubungan dengan penampilan (performance) yang
secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas
manusia”. (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65)
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam
seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang
diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah
mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai
prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat adalah:
“warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”.
Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual,
sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan
intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang
dimaksud dalam batasan ini meliputi :
(a) Kemampuan intelektual umum dan akademik khusus,
(b) Berpikir kreatif-produktif,
(c) Psikososial/ kepemimpinan,
(d) Seni/kinestetik, dan Psikomotor

Sejarah pendidikan anak berbakat Yunani, Pertengahan, Renaissance, China,


Jepang, Inggris, dan Rusia, Amerika dan Indonesia

Yunani

a. Jaman Sparta : Pendidikan Sparta diarahkan untuk keberhasilan militer. Oleh


karena itu keterampilan militer dinilai secara eksklusif. Keberbakatan
didefinisikan berkenaan dengan keterampilan perang dan kepemimpinan
b. Jaman Athena: Plato berargumentasi bahwa suatu aturan sosial lebih baik
dicapai, jika yang memerintah dipilih dari orang-orang yang sangat mampu
secara intelektual. Pada dasarnya pendidikan Athena memandang penting
literasi, musik, dan keterampilan fisik sehingga dalam memilih pria dan
wanita muda berdasarkan inteligensi dan stamina fisik, bukan posisi sosial.

Jaman Pertengahan (500-1500) Pendidikan anak berbakat pada awal era ini
dimaksudkan untuk pemimpin Renaissance dengan mengambil program
pendidikan pada tingkat universitas. Kurikulum yang dikembangkan, terdiri
atas: tatabahasa, retorika, logika, berhitung, geometri, astronomi, dan musik,
yang semuanya disiapkan untuk mata pelajaran yang tertinggi, yaituTeologi.

Periode Renaissance di Eropa (1300-1700): Menghasilkan seni, arsitek, dan


literature yang hebat (baik sekali). Pemerintah yang kuat dan sehat memberikan
hadiah kepada anak berbakat secara kreatif dengan kekayaan dan penghargaan.

. Jaman Cina

yang dimulai dengan Dinasti Tang pada 618 SM, menempatkan nilai yang
tinggi kepada anak-anak dan pemuda berbakat. Anak-anak yang ajaib dikirim
ke istana, di mana keberbakatannya dihargai dan dipelihara.

Jepang (1604-1868),

Sistem persekolahan terhadap setiap suku memperlakukan anakanak prajurit


Jepang secara berbeda dengan anak-anak rakyat jelata. Anak-anak bangsawan
prajurit (Samurai) menerima pelatihan bidang Klasik Konfusius, seni
berperang, sejarah, mengarang, kaligrafi, nilai moral, dan etiket. Sementara itu
anakanak desa diajar untuk menghargai loyalitas, kepatuhan, kerendahan hati,
dan ketekunan. Namun, beberapa ahli secara individual membangun akademi
swasta untuk anak berbakat intelektual, baik untuk anak-anak prajurit maupun
rakyat jelata

Inggris

merupakan negara monarkhi atau kerajaan, tetapi memiliki pemerintahan yang


demokratis, sehingga tingkat kekayaan warganya hampir merata, tidak ada
kesenjangan yang berarti. Implikasi dari kondisi ini, pendidikan anak
berbakatnya tidak dilayani secara terpisah, kecuali untuk bidang musik dan
ballet.

Rusia

setelah revolusi Bolshevik tahun 1917, sistem pendidikan Soviet mengadopsi


kebijakan pengelompokan hiterogin. Sebagai akibatnya tidak diperkenankannya
layanan khusus bagi anak berbakat intelektua (termasuk yang berbakat
akademik). Menurut Conny Semiawan (1996), kondisi yang demikian
merupakan ambivalensi dalam penanganan pendidikan anak berbakat.

Amerika

1. Awal Sejarah Pada 240 tahun pertama dari sejarah pendidikan menunjukkan
sedikit perhatian terhadap pendidikan anak berbakat. Pada tahun 1866, sekolah-
sekolah lokal di Elizabeth, New Jersey, memperkenalkan rencana multiple-
track yang memberikan layanan pendidikan untuk siswa berbakat dan lambat
belajar

2. Usaha Pendidikan Pasca Perang

Perang Dunia I memiliki sedikit dampak terhadap pendidikan anak bebakat.


Namun, kemajuan ilmiah yang utama PD IImengarahkan pengakuan
masyarakat Amerika akan kebutuhan para ilmuwan dan teknisi berbakat, agar
bangsa dapat berkompetisi dengan negara-negara lain dalam suatu era
teknologi. Memang pada saat ini para pendidik nampak kurang peduli terhadap
pendidikan anak berbakat, namun begitu Sputnik pada 1957 diluncurkan oleh
the Soviet Union, secara mendadak membangkitkan semangat baru bangsa AS
terhadap kehadiran pendidikan anak berbakat.

Tindakan legislative

Pada tahun 1970 Kongres memandatkan bahwa Pemberian Layanan yang


berkenaan dengan anak-anak berbakat (gifted dan talented). Dari upaya
legislatif inilah, akhirnya layanan pendidikan anak berbakat mendapatkan
dukungan dana yang sangat memadai.Komisi Pendidikan AS berinisiatif dalam
menemukan jangkauan layanan pendidikan khusus yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak berbakat. Upaya legislatif yang menghasilkan
suatu kesepakatan untuk merumuskan suatu definisi anak berbakat, yang
disebut Marland Definition.

Indonesia

Pada tahun 1974, Indonesia telah menaruh perhatian terhadap anak


berkemampuan unggul dengan pemberian beasiswa. Pada tahun 1980,
pemerintah melalui Balitbang Dikbud, Depdikbud telah menyelenggarakan
identifikasi anak berbakat pada semua jenjang, yaitu jenjang pendidikan dasar
(hanya SD pada saat itu) dan jenjang pendidikan menengah (SLTP dan SMU
pada saat itu pula).

Pada tahun 1990, sekelompok perwira tinggi ABRI dalam kerja sama dengan
perguruan Taman Siswa, mendirikan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya
adalah mendidik anak-anak yang berbakat unggul dengan menjaring lulusan
SMP dari ranking 1 sampai 10. Pada tahun 2001 pemerintah mencoba
mengembangkan program pendidikan untuk anak berbakat dengan alternative
program pendidikan akselerasi, yang ditargetkan untuk semua jenjang
pendidikan, yaitu SD, SLTP, dan SMU.

3. Ragam jenis keberbakatan antara lain Kemampuan intelektual umum


(kecerdasan atau inteligensi),Kemampuan akademik khusus, Kemampuan
berpikir kreatif – produktif, Kemampuan memimpin, Kemampuan dalam
salah satu bidang seni, Kemampuan psikomotorik,.Karakteristik
keberbakatan di lihat melalui kecerdasan:
a. LINGUISTIC INTELLIGENCE
Kemampuan untuk mengekpresikan diri secara verbal membaca, menulis,
komunikasi tokohnya adalah taufik ismail
b. LOGICAL MATHEMATICAL INTELLIGENCE

kemampuan dalam berpikir induktif dan deduktif (pola berpikir ilmiah),


berpikir menggunakan aturan logika, memahami dan menganalisis pola
angka-angka dan penghitungan (jumlah, kurang, kali, bagi). Tokohnya B J
Habibi

c. VISUAL SPATIAL INTELLIGENCE


Kemampuan memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek
dengan ruang. Disebut juga kecerdasan imajinasi. Tokohnya ridwan kamil
dan raden saleh
d. MUSICAL INTELLIGENCE
Kemampuan untuk mengekpresikan diri dengan musik, menciptakan lagu,
mengerti (irama-birama) dan memahami musik, menyanyi. Tokohnya ada
Erwin gutawa
e. INTERPERSONAL INTELLIGENCE
Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi,
serta perasaan orang lain. Disebut juga dengan kecerdasan sosial. Tokohnya
ada ka seto mulyadi
f. INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
Kemampuan untuk menganalisa diri sendiri (kekurangan dan kelebihan)
untuk membuat perencanaan dan tujuannya. Cenderung senang melakukan
introspeksi diri, mengoreksi kelemahannya lalu memperbaiki diri, percaya
diri, dan mandiri. Anak yang cerdas diri biasanya menyadari perasaannya,
bisa memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan, mampu belajar secara
mandiri.
Tokohnya ada syekh ali jabber
g. KINESTHETIC INTELLIGENCE
Kemampuan dalam menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide
dan perasaan serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan
atau mengubah sesuatu. Tokohnya ada susi susanti
h. NATURALIST INTELLIGENCE
Kemampuan peka terhadap lingkungan alam dan kemampuan untuk
memahami serta menghargai dampak perbuatan terhadap alam. Cenderung
senang berada dilingkungan alam terbuka, suka mengobservasi lingkungan
alam, misalnya bebatuan, flora dan fauna, laut, gunung, benda-benda
angkasa, dsb tokohnya ada Koesnoto Setyodiwiryo

4. Siswa berbakat dari latar belakang yang kurang secara ekonomi sering kali
kurang terwakili dalam program berbakat dan berbakat. Sejumlah faktor
telah diidentifikasi yang tampaknya membatasi layanan berbakat dan
berbakat untuk populasi ini: konsep dan definisi yang sempit dari bakat,
prosedur identifikasi yang ketat, pemrograman yang tidak memadai, dan
faktor lingkungan seperti sistem dukungan sosial. Dalam upaya untuk
mengatasi masalah penting ini, para profesional telah mengembangkan dan
menerapkan berbagai intervensi.

Kesenjangan anak berbakat dengan teman sebaya pada aspek intelektual dan
psikologi membawa sejumlah kosekuensi yang dapat menghambat relasi
social anak berbakat. Masalah yang timbul dapat lebih berat bila tingkat
intelgensi semakin tinggi. Dalam usaha mengatasi konflik antara kebutuhan
untuk berteman di suatu sisi dan kebutuhan untuk mencapai excellence di
bidang yang di minati disisi lain, anak berbakat mengalami proses
penyesuaian social. Hal yang bisa di berikan anak berbakat adalah yang
pertama, pentingnya sosialisasi ke orang tua, sekolah, dan masyarakat
mengeenai karakteristik, kebutuhan, dan penanganan anak berbakat sehingga
dapat mendukung potensi anak berbakat secara utuh. Dukungan anatar
akeluar dan sekolah dapat terciptanya keseimbangan penyesuaian akademis
dan penyesuaian social emosional. Kedua, pendidikan afektif bagi anak
berbakat perlu di kembangkan untuk mengakomodasikan kebutuhan social
dan emosional anak bebakat, serta menciptakan keseimbangan anatara
pengembangan potensia dan pemahaman diri yang optimal (ferguson, 2006)
ketiga,keberbakatan anak berbakat di kelas regular menuntut tanggung
jawab pada semua guru untuk mempu memberikan program yang tepat bagi
siswa erbaat. Sebuah model pelatihan bagi guru yang teruji efektifenya
adalah pemberian materi secara karakteristik dan kebutuhan siswa berbakat,
setrategi intervensi, dan dilengkapi pengalaman praktikum. (bangel, moon,
dancapobianco,2010)

Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiap
usaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan
dihasilkan berbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan
suatu yang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama (Sternberg,
1992). Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product,
person, dan press (Rhodes, 1961; Torrence, 1995). Namun pengukuran yang
banyak dilakukan para ahli hanya dilakukan pada ketiga aspek saja yaitu
aspek process, product dan person (Eysenk, 1993; Simonton, 2003; Michael,
2001; Salsedo, 2006) sedangkan aspek press diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pada pengembangan kreativitas
anak (Vidal, 2005), baik di lingkungan masyarakat (Chuang, 2007),
lingkungan keluarga (Chan, 2005), maupun lingkungan sekolah (Beattie,
2000; King, 2007). Sekolah merupakan aspek yang sangat strategis dalam
mengembangkan kreativitas siswa (Munandar, 1999).

Kreativitas dan intelegensi maupun non intelegensi merupakan 3 unsur yang


berbeda, jika kreativitas erat kaitannya dengan cara seseorang dalam
menyelesaikan masalah yang biasanya disertai dengan daya imaginasi yang
kuat, sedangkan intelegensi berkaitan erat dengan kecerdasan seseorang
dalam menyerap informasi kemudian digunakan untuk menyelesaikan
masalah, dan kemampuan intelegensi ini bisa diukur dengan sebuah tes,
sedangkan kreativitas tidak dapat diukur dengan sebuah tes. Dan dalam non
intelegensi terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang adanya kreativitas
maupun intelegensi.
Kreativitas merupakan bagian penting dalam keberbakatan, seseorang yang
berbakat pasti memiliki kreativitas.yaitu untuk mengasah kemampuan yang
dimiliki serta mengembangkannya. Bakat dan kreativitas sangat berkaitan
karena kreativitas adalah salah satu ciri keberbakatan

Daftar pustaka

1. Teguh, andreas raharjo; JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 5 NO. 2,


AGUSTUS 2010: 311 – 322 311 “HUBUNGAN ANTARA MULTIPLE
INTELLIGENCE DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI
SMA NEGERI 10 MALANG “
2. Retno, Diah Widowati, Eko Suhartoyo; JURNAL INOVASI PENDIDIKAN
Volume 2 Nomer 1, Maret 2018, Halaman 38-42 38 “PENDIDIKAN
BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI INDONESIA”
3. Sutratinah, jurnal Cakrawola Pendidikan No. 12 Volume: IJJ 1984 149
“SEJARAH PENELITIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
KHUSUS UNTUK ANAK SUPERNORMAL”
4. Hapsari, indah marsetyoningrum; Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan Vol. 2 No. 02 Agustus 2013 “Gambaran Relasi Sosial Siswa
Gifted di Kelas Akselerasi SMP Negeri 1 Surabaya”
5. Johnsen, Susan K.; Witte, Mary; Robins, Jennifer ; journal summer 2006 •
vol 29, no 3 ISSN-1076-2175 “Through Their Eyes: Students' Perspectives
of a University-Based Enrichment Program--The University for Young
People Project”
6. Wandasari, Yettie INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011 Faktor Protektif
pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat
7. Aziz, Rahmat Gifted Review: Jurnal Keberbakatan dan Kreativitas ISSN:
1979-2489, Vol. 3, No. 2 “PENGARUH KEGIATAN SYNECTICS
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KREATIF”

Anda mungkin juga menyukai