Uts Pesikologi Keberbakatan
Uts Pesikologi Keberbakatan
AYUN NURANISYAH
SEMESTER 6B
20181770046
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
1. Jelaskan mengenai konsep keberbakatan berdasarkan teori Howard Gardner!
2. Jelaskan sejarah pendidikan pelayanan anak berbakat di dunia!
3. Jelaskan mengenai jenis keberbakatan disertai contoh tokoh di bidangnya
yang berasal dari Indonesia!
4. Cari jurnal yang menjelaskan mengenai factor keberbakatan yang berasal
dari social atau sekolah!
5. Jelaskan kaitan antara kreatif dengan keberbakatan
Jawab:
Yunani
Jaman Pertengahan (500-1500) Pendidikan anak berbakat pada awal era ini
dimaksudkan untuk pemimpin Renaissance dengan mengambil program
pendidikan pada tingkat universitas. Kurikulum yang dikembangkan, terdiri
atas: tatabahasa, retorika, logika, berhitung, geometri, astronomi, dan musik,
yang semuanya disiapkan untuk mata pelajaran yang tertinggi, yaituTeologi.
. Jaman Cina
yang dimulai dengan Dinasti Tang pada 618 SM, menempatkan nilai yang
tinggi kepada anak-anak dan pemuda berbakat. Anak-anak yang ajaib dikirim
ke istana, di mana keberbakatannya dihargai dan dipelihara.
Jepang (1604-1868),
Inggris
Rusia
Amerika
1. Awal Sejarah Pada 240 tahun pertama dari sejarah pendidikan menunjukkan
sedikit perhatian terhadap pendidikan anak berbakat. Pada tahun 1866, sekolah-
sekolah lokal di Elizabeth, New Jersey, memperkenalkan rencana multiple-
track yang memberikan layanan pendidikan untuk siswa berbakat dan lambat
belajar
Tindakan legislative
Indonesia
Pada tahun 1990, sekelompok perwira tinggi ABRI dalam kerja sama dengan
perguruan Taman Siswa, mendirikan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya
adalah mendidik anak-anak yang berbakat unggul dengan menjaring lulusan
SMP dari ranking 1 sampai 10. Pada tahun 2001 pemerintah mencoba
mengembangkan program pendidikan untuk anak berbakat dengan alternative
program pendidikan akselerasi, yang ditargetkan untuk semua jenjang
pendidikan, yaitu SD, SLTP, dan SMU.
4. Siswa berbakat dari latar belakang yang kurang secara ekonomi sering kali
kurang terwakili dalam program berbakat dan berbakat. Sejumlah faktor
telah diidentifikasi yang tampaknya membatasi layanan berbakat dan
berbakat untuk populasi ini: konsep dan definisi yang sempit dari bakat,
prosedur identifikasi yang ketat, pemrograman yang tidak memadai, dan
faktor lingkungan seperti sistem dukungan sosial. Dalam upaya untuk
mengatasi masalah penting ini, para profesional telah mengembangkan dan
menerapkan berbagai intervensi.
Kesenjangan anak berbakat dengan teman sebaya pada aspek intelektual dan
psikologi membawa sejumlah kosekuensi yang dapat menghambat relasi
social anak berbakat. Masalah yang timbul dapat lebih berat bila tingkat
intelgensi semakin tinggi. Dalam usaha mengatasi konflik antara kebutuhan
untuk berteman di suatu sisi dan kebutuhan untuk mencapai excellence di
bidang yang di minati disisi lain, anak berbakat mengalami proses
penyesuaian social. Hal yang bisa di berikan anak berbakat adalah yang
pertama, pentingnya sosialisasi ke orang tua, sekolah, dan masyarakat
mengeenai karakteristik, kebutuhan, dan penanganan anak berbakat sehingga
dapat mendukung potensi anak berbakat secara utuh. Dukungan anatar
akeluar dan sekolah dapat terciptanya keseimbangan penyesuaian akademis
dan penyesuaian social emosional. Kedua, pendidikan afektif bagi anak
berbakat perlu di kembangkan untuk mengakomodasikan kebutuhan social
dan emosional anak bebakat, serta menciptakan keseimbangan anatara
pengembangan potensia dan pemahaman diri yang optimal (ferguson, 2006)
ketiga,keberbakatan anak berbakat di kelas regular menuntut tanggung
jawab pada semua guru untuk mempu memberikan program yang tepat bagi
siswa erbaat. Sebuah model pelatihan bagi guru yang teruji efektifenya
adalah pemberian materi secara karakteristik dan kebutuhan siswa berbakat,
setrategi intervensi, dan dilengkapi pengalaman praktikum. (bangel, moon,
dancapobianco,2010)
Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiap
usaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan
dihasilkan berbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan
suatu yang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama (Sternberg,
1992). Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product,
person, dan press (Rhodes, 1961; Torrence, 1995). Namun pengukuran yang
banyak dilakukan para ahli hanya dilakukan pada ketiga aspek saja yaitu
aspek process, product dan person (Eysenk, 1993; Simonton, 2003; Michael,
2001; Salsedo, 2006) sedangkan aspek press diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pada pengembangan kreativitas
anak (Vidal, 2005), baik di lingkungan masyarakat (Chuang, 2007),
lingkungan keluarga (Chan, 2005), maupun lingkungan sekolah (Beattie,
2000; King, 2007). Sekolah merupakan aspek yang sangat strategis dalam
mengembangkan kreativitas siswa (Munandar, 1999).
Daftar pustaka