Anda di halaman 1dari 41

Sejarah Dan Nilai

Penting Pelayanan
Pendidikan Anak
Berbakat
Kelompok 1

Novita Sari (20181770007) PPT


Nabila Kurnia Larassati.S (20181770042) PPT
Apriliani Mardianti Putri (20181770045) MC + Materi
Datin Sa'adiyah (20181770050) Materi
Melyza Safitri (20181770096) Materi
Nailul Amani Marwah (20181770076) Materi
Fharadia Nabyla D (20181770079) Materi
Eka Fanikmah A. (20181770083) Link
Aziza Safira Zai (20181770085) Materi
Wahyu Dwi Lestari (20181770086) Materi
01
Definisi Anak
Keterbakatan 02
Sejarah Pendidikan
Anak Berbakat

03 04
Solusi dari
Apa yang dibutuhkan
kebutuhan anak
anak berbakat ?
berbakat
01
Definisi Anak Keterbakatan
Definisi versi Amerika

Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada


dasarnya dikaitkan dengan skor tes inteligensia
Stanford Binet yang dikembangkan oleh
Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil
tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ
130 atau 140 dinyatakan sebagai anak
berbakat.
(Kirk & Gallagher, 1979:6).
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne
adalah sebagai berikut:
“Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara
jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih
rendah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan
dengan penampilan (performance) yang secara jelas
berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang
aktivitas manusia”.
(Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65).
Definisi versi Indonesia

Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan


dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted
and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa
yang disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan
oleh orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang
tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat adalah:
“warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa”.
Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan
intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas
pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan
luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi :

(a) Kemampuan intelektual umum dan akademik khusus,


(b) Berpikir kreatif-produktif,
(c) Psikososial/ kepemimpinan,
(d) Seni/kinestetik, dan
(e) Psikomotor.
02
Sejarah Pendidikan Anak Berbakat
-Yunani, Pertengahan, Renaissance, China, Jepang, Inggris, dan
Rusia, Amerika dan Indonesia
Yunani:
a. Jaman Sparta

Pendidikan Sparta diarahkan untuk keberhasilan


militer. Oleh karena itu keterampilan militer
dinilai secara eksklusif. Keberbakatan
didefinisikan berkenaan dengan keterampilan
perang dan kepemimpinan.
b. Jaman Athena
Plato berargumentasi bahwa suatu aturan sosial lebih
baik dicapai, jika yang memerintah dipilih dari
orang-orang yang sangat mampu secara
intelektual. Pada dasarnya pendidikan Athena
memandang penting literasi, musik, dan
keterampilan fisik sehingga dalam memilih pria
dan wanita muda berdasarkan inteligensi dan
stamina fisik, bukan posisi sosial.
Jaman Pertengahan (500-
1500)
Pendidikan anak berbakat pada awal era ini
dimaksudkan untuk pemimpin Renaissance
dengan mengambil program pendidikan pada
tingkat universitas. Kurikulum yang
dikembangkan, terdiri atas: tatabahasa,
retorika, logika, berhitung, geometri,
astronomi, dan musik, yang semuanya
disiapkan untuk mata pelajaran yang tertinggi,
yaituTeologi.
Periode Renaissance di Eropa (1300-1700)

Menghasilkan seni, arsitek, dan literature yang hebat (baik sekali).


Pemerintah yang kuat dan sehat memberikan hadiah kepada
anak berbakat secara kreatif dengan kekayaan dan
penghargaan.
.
Jaman Cina

yang dimulai dengan Dinasti Tang pada 618 SM,


menempatkan nilai yang tinggi kepada anak-anak
dan pemuda berbakat. Anak-anak yang ajaib dikirim
ke istana, di mana keberbakatannya dihargai dan
dipelihara.
Jepang (1604-1868),
Sistem persekolahan terhadap setiap suku memperlakukan
anakanak prajurit Jepang secara berbeda dengan anak-
anak rakyat jelata. Anak-anak bangsawan prajurit
(Samurai) menerima pelatihan bidang Klasik Konfusius,
seni berperang, sejarah, mengarang, kaligrafi, nilai
moral, dan etiket. Sementara itu anakanak desa diajar
untuk menghargai loyalitas, kepatuhan, kerendahan hati,
dan ketekunan. Namun, beberapa ahli secara individual
membangun akademi swasta untuk anak berbakat
intelektual, baik untuk anak-anak prajurit maupun rakyat
jelata.
Inggris

merupakan negara monarkhi atau kerajaan, tetapi memiliki


pemerintahan yang demokratis, sehingga tingkat kekayaan
warganya hampir merata, tidak ada kesenjangan yang berarti.
Implikasi dari kondisi ini, pendidikan anak berbakatnya tidak
dilayani secara terpisah, kecuali untuk bidang musik dan ballet.

.
Rusia
setelah revolusi Bolshevik tahun 1917, sistem
pendidikan Soviet mengadopsi kebijakan
pengelompokan hiterogin. Sebagai akibatnya
tidak diperkenankannya layanan khusus bagi
anak berbakat intelektua (termasuk yang
berbakat akademik). Menurut Conny Semiawan
(1996), kondisi yang demikian merupakan
ambivalensi dalam penanganan pendidikan anak
berbakat. .
Amerika
1. Awal Sejarah Pada 240 tahun pertama dari sejarah pendidikan
menunjukkan sedikit perhatian terhadap pendidikan anak berbakat. Pada tahun 1866,
sekolah-sekolah lokal di Elizabeth, New Jersey, memperkenalkan rencana multiple-
track yang memberikan layanan pendidikan untuk siswa berbakat dan lambat belajar

2. Usaha Pendidikan Pasca Perang


Perang Dunia I memiliki sedikit dampak terhadap pendidikan anak bebakat. Namun, kemajuan
ilmiah yang utama PD IImengarahkan pengakuan masyarakat Amerika akan kebutuhan para
ilmuwan dan teknisi berbakat, agar bangsa dapat berkompetisi dengan negara-negara lain dalam
suatu era teknologi. Memang pada saat ini para pendidik nampak kurang peduli terhadap
pendidikan anak berbakat, namun begitu Sputnik pada 1957 diluncurkan oleh the Soviet Union,
secara mendadak membangkitkan semangat baru bangsa AS terhadap kehadiran pendidikan anak
berbakat.
Tindakan Legislatif
Pada tahun 1970 Kongres memandatkan bahwa Pemberian
Layanan yang berkenaan dengan anak-anak berbakat
(gifted dan talented). Dari upaya legislatif inilah,
akhirnya layanan pendidikan anak berbakat mendapatkan
dukungan dana yang sangat memadai.Komisi Pendidikan
AS berinisiatif dalam menemukan jangkauan layanan
pendidikan khusus yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan anak-anak berbakat. Upaya legislatif yang
menghasilkan suatu kesepakatan untuk merumuskan
suatu definisi anak berbakat, yang disebut Marland
Definition.
Indonesia
Pada tahun 1974, Indonesia telah menaruh perhatian
terhadap anak berkemampuan unggul dengan
pemberian beasiswa.

Pada tahun 1980, pemerintah melalui Balitbang


Dikbud, Depdikbud telah menyelenggarakan identifikasi
anak berbakat pada semua jenjang, yaitu jenjang pendidikan
dasar (hanya SD pada saat itu) dan jenjang pendidikan
menengah (SLTP dan SMU pada saat itu pula).
Pada tahun 1990, sekelompok perwira tinggi ABRI dalam kerja sama dengan
perguruan Taman Siswa, mendirikan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya
adalah mendidik anak-anak yang berbakat unggul dengan menjaring
lulusan SMP dari ranking 1 sampai 10.
.

Pada tahun 2001 pemerintah mencoba mengembangkan program


pendidikan untuk anak berbakat dengan alternative program
pendidikan akselerasi, yang ditargetkan untuk semua jenjang
pendidikan, yaitu SD, SLTP, dan SMU.
.
.
03
Apa yang dibutuhkan anak berbakat ?
Kebutuhan Pendidikan dari segi Anak
Berbakat itu sendiri
a. Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi
potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien.

b.Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak
menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang
mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.

c. Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal


untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak
semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.
04
Solusi dari kebutuhan anak berbakat
-Konsep layanan pendidikan anak berbakat.
-Tujuan layanan.
-Program adaptasi layanan yang sesuai kebutuhan anak berbakat.
-Strategi pembelajaran.
-Desaign pembelajaran dan evaluasi.
A.Konsep layanan pendidikan Anak Berbakat

● Layanan pendidikan khusus bagi anak


berbakat ini diamanatkan dalam Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 32
ayat (1) yang berbunyi : “Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik,emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa”.
● PP nomor 17 tahun 2010 telah mengatur
pengelolaan pendidikan bagi peserta didik
cerdas istimewa dan berbakat istimewa di
pasal 136 yang berbunyi : “pemerintah
provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1
(satu) satuan pendidikan khusus bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa.”

● Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 pasal 135 ayat 2 mengungkapkan bahwa
program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa dapat berupa :
1) Program percepatan
2) Program pengayaan
Kebutuhan peserta didik Cerdas Isimewa akan pengembangan kurikulum
disampaikan oleh Sorenson & Francis (Direktorat PSLB, 2010: 41) yaitu :
1) kurikulum dengan kecepatan belajar yang dipercepat dengan sedikit repetisi
2) sarana untuk menguasai kurikulum tradisional dalam waktu yang lebih singkat;
3) kesempatan untuk memperlajari materi yang lebih abstrak, lebih kompleks, dan
lebih mendalam
4) kesempatan untuk belajar dan menerapkan berbagai strategi pemecahan masalah;
5) pengalaman belajar dengan lingkungan yang berorientasi pada peserta didik;
6) kesempatan untuk belajar bekelanjutan dan mempraktikkan keterampilan meneliti
7) kesempatan untuk bekerja secara mandiri;
8) kesempatan untuk berinteraksi dengan para pakar. Dengan demikian modifikasi
harus dilakukan dibagian materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Tujuan Layanan

Tujuan dari layanan pendidikan anak berbakat


adalah agar mereka dapat menguasai sistem
konseptual yang sesuai dengan kemampuannya,
memiliki keterampilan yang menjadikannya
mandiri dan kreatif, serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk
berprestasi.
Adaptasi pada layanan yang sesuai dengan
kebutuhan anak berbakat
1. Adaptasi Lingkungan Belajar
 Adaptasi lingkungan belajar dirancang karena beberapa alasan, antara lain

a. Dapat memberi kesempatan anak berbakat untuk berinteraksi dengan


teman yang seusia.

b. Dapat memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya


keanekaragaman siswa.

c. Menempatkan siswa berbakat dengan guru yang mempunyai keahlian


khusus dalam menangani anak berbakat.
 Menurut Gallagher, dkk. (1983) terdapat beberapa cara dalam adaptasi lingkungan belajar, yaitu :

1) Kelas Pengayaan
Guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.
2) Guru Konsultan
Pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih
3) Ruangan Sumber Belajar
Siswa berbakat belajar di kelas biasa bersama teman seusianya dan mengunjungi ruang sumber
selama beberapa jam dalam sehari untuk mempelajari pelajaran yang menjadi keunggulannya.
4) Studi Mandiri
Siswa berbakat memilih proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan guru yang berwenang
5) Kelas Khusus
Siswa berbakat dikelompokkan bersama dan belajar dalam suatu kelas khusus
6) Sekolah Khusus
Siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih khusus
2. Adaptasi Lingkungan Belajar
 Adaptasi program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai
berikut.

1) Melalui percepatan/akselerasi siswa

2) Melalui pengayaan

3) Pencanggihan materi pelajaran

4) Pembaruan

5) Modifikasi kurikulum sebagai alternative

a. Kurikulum plus

b. Kurikulum berdiferensiasi
Stategi Pembelajaran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi


pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan
dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan
kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
2. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan
kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan
emosional juga patut mendapat perhatian.
 Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran anak
berbakat :
1) Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa
kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu
dikembangkan untuk belajar berprestasi.
2) Kitano, dkk. (1986) dalam Conny Semiawan (1995)
mengemukakan bahwa pembelajaran anak berbakat
memerlukan konsideransi khusus dalam
pendidikannyakarena mereka dalam pendidikannya
berbeda secara kualitatif dari individu lainnya.
3) Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada
modifikasi proses, isi/content, dan produk.
Menurut M. Soleh YAI (1996) terdapat 3 jenis modifikasi, yaitu :
1) Modifikasi proses
Metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara
mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi
kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan
penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan
memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta dan variasi proses.
2) Modifikasi isi
Modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide,
konsep maupun fakta. Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret,
menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi.
.
3) Modifikasi produk atau hasil
Produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan
dari isi materi dan proses pembelajaran yang
dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang
dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.
Desain Pembelajaran

 Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk


diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai
berikut:

a. Seleksi dan latihan guru.


b. Pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar
dalam segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak.
c. Pematokan sasaran program.
d. Orientasi kerja sama antarpersonel,
e. Rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.
Dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996)
mengemukakan bahwa ada pilihan khusus, seperti :

1. Mengemas materi bidang studi tertentu


agar sesuai dengan kebutuhan belajar anak
berbakat, kemudian berangsur-angsur ke
bidang studi lain;

2. Melatih teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik
pembelajaran pengembangan kreativitas; dan

3. Mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah atau daerah tertentu dan jika
diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke sekolah lain.
Evaluasi

Karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat berbeda dalam


cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang
sesuai dengan keadaan tersebut.
.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan
belajar anak berbakat.
.
Model pengukuran untuk mengetahui ketuntasan
belajar anak berbakat adalah pengukuran acuan
kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada
pengukuran acuan norma yang membandingkan
keberbakatan seseorang dengan temannya.Kedua cara
tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang
diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang
mana yang sudah dikuasai individu sehingga
memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan
yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.
Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai
dengan saran mengenai model evaluasi yang perlu
diterapkan, apakah tes atau nontes.
Kesimpulan
Anak berbakat adalah anak yang mempunyai
kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal
baik dalam kemampuan intelektual maupun
nonintelektual sehingga mereka membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus. Anak berbakat
membutuhkan peluang supaya dapat
mengembangkan kreatifitas dan memberikan
motivasi internal untuk belajar berprestasi dan
juga dapat berinteraksi dengan anak-anak
lainnya sehinggan mereka tidak menjadi
manusia yang dominan.
Thank you
Any Question ?

Anda mungkin juga menyukai