Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MATERI

Bulan : DESEMBER
Tahun : 2023
Dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas dalam kinerja
Penyuluh Agama Islam PPPK

Disusun oleh :
Nama : Denda Fauzi, S.Ag
Jabatan : Penyuluh Agama Islam
NIP : 197706102023211007
Wilayah penugasan : Kecamatan Tarogong Kidul

PROGRAM PENYULUH AGAMA ISLAM


KANTOR URUSAN AGAMA TAROGONG KIDUL
GARUT
2023

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN


Nama : Denda Fauzi, S.Ag
NIP : 197706102023211007
Pangkat/Gol. : Penata Muda /IIIa
Jabatan : Penyuluh Agama Ahli Pertama
Wilayah/Kelompok Sasaran : Kecamatan Tarogong Kidul
Topik Bahasan : Menjelaskan tentang Bahaya Dengki
Tujuan : Setelah kegiatan bimbingan dan penyuluhan di
laksanakan diharapkan:
1. Jamaah dapat memahami tentang Bahaya Dengki
2. Jamaah dapat menjelaskan tentang Bahaya Dengki
Pokok Bahasan : 1.Dasar Hukum
2.Penjelasan tentang Bahaya Dengki

BAHAYA DENGKI
Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan kehadirat Allah SWT ,Atas nikmat dan
Karunianya kepada Kita semua.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada nabi junjunan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.kepada keluarganya,sohabatnya,dan sampailah kepada kita semua sebagai umat akhir
zaman.
DALAM Alquran tujuan utama puasa Ramadan agar manusia bertakwa. Salah satu
manifestasi ketakwaan pada Allah Swt adalah mengikis atau menghilangkan penyakit dengki (al-
hasad) yang menggerogoti manusia. Sebab penyakit dengki merupakan penyakit psikis di mana
kondisi atau keadaan pikiran, yang membuat dirinya merasa sakit jika orang lain mendapat suatu
kesenangan dan ia ingin agar kesenangan itu diambil dari orang itu meskipun ia sendiri tidak akan
mendapat keuntungan apapun dengan hilangnya kesenangan itu.
Penyakit dengki Ini mengarah kepada kekejian sebab merasa gembira jika orang lain
bernasib buruk. Semua yang baik yang dimiliki manusia adalah karunia Allah Swt dan setiap
keinginan orang lain agar dihapuskan menunjukkan bahwa ketidaksenangannya dengan putusan
Allah Swt, dan keserakahan. Karena seorang bakhil itu kikir dengan harta miliknya sendiri, tetapi
seorang pendengki, kikir berkenaan dengan anugerah yang datang dari khazanah Allah
(Muhammad Abdul Quasem, 1988: 135).
Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya sifat dengki banyak membawa
kerugian. “Janganlah kamu dengki mendengki, jangan pula putus memutuskan hubungan
persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi, dan jadilah kamu
semua hamba Allah seperti saudara, sebagai mana yang diperintahkan Allah kepadamu (H.R.
Bukhari-Muslim). “Jagalah dirimu dari sifat hasad, karena hasad itu dapat memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR. Abu Dawud).
Islam mengajarkan agar menghindari sifat iri dengki karena sifat ini amat tercela. Pada
dasarnya setiap orang diciptakan berbeda. Meskipun kedudukan manusia di mata allah Swt sama,
tapi potensi seseorang amatlah berbeda. Karena perbedaan potensi dan kemampuan inilah
manusia pun diciptakan dengan status sosial-ekonomi yang juga berbeda. Ada yang sukses secara
materi dan ada pula yang tidak berhasil (gagal). Meskipun hakikatnya kesuksesan itu bukan hanya
karena materi, tapi kesuksesan dalam menata hati agar mereka ikhlas ketika menerima
kekurangan.
Memperturutkan hawa nafsu demi menginginkan sesuatu yang bukan haknya secara
membabi buta. Atau dengan kalimat lain, membiarkan sikap iri dan dengki merasuk dalam diri
hakikatnya sama halnya kita menyimpan penyakit yang sulit disembuhkan. Penyakit ini justru
menggerogoti tubuh pemiliknya. Dampaknya karena sikap iri dan dengki muncul dan dipelihara,
seseorang akan lebih cederung menilai negatif dan munculnya kecemburuan sosial, tanpa
diimbangi dengan kerja keras dan usaha maksimal.
Karenanya, penyakit al-hasad akan membuat seseorang tidak produktif mengerjakan hal-
hal yang bermanfaat dan mengandung maslahat sebab senantiasa yang ia pikirkan hanyalah
kenikmatan-kenikmatan yang ada pada orang lain. Bahkan sifat dengki menjadi salah satu pintu
masuknya setan ke dalam hati. Allah telah mencela sifat dengki di dalam Alquran dan
memberatkan siksa atas orang tersebut sebab pendengki termasuk menolak takdir Allah Ta'ala.
Sifat dengki berakibat negatif yang serius. Di antaranya: 1) Dengki mewariskan
kemarahan antar manusia dan memutus tali kasih sayang; 2) Membawa si pendengki berusaha
menghilangkan nikmat yang diterima saudaranya dengan cara apapun, meski dengan membunuh;
3) Membuat si pendengi menolak kebenaran khususnya datang dari orang yang didengkinya dan
membuat terus menerus dalam kebatilan yang akan menghancurkannya; 4) Membuat si pendengki
terjerumus dalam ghibah, fitnah dan dusta yang termasuk dosa besar; 5) Membuat si pendengki
melakukan hal-hal yang Allah haramkan dalam kaitannya dengan hak orang lain; 6) Membuat si
pendengki selalu dalam kegundahan serta kegelisahan ketika ia melihat nikmat Allah turun
kepada orang lain.
Untuk menghindari perilaku hasad (dengki) dapat dilakukan dengan cara selalu bersyukur atas
nikmat yang Allah Swt yang diberikan kepada kita; menyadari bahwa perilaku hasad adalah
perilaku tercela yang harus kita hindari dan berbahaya; menyadari bahwa perilaku dengki dapat
menghanguskan kebaikan yang telah kita perbuat; berpikir positif atas segala kejadian yang
menimpa kita; tetap percaya diri dan optimis; menghindari suatu permusuhan dengan orang lain
yang dapat mengakibatkan dengki terhadap orang lain; dan tidak sombong atau tidak
membanggakan diri sendiri, dan meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah
Swt. Sehingga kita tidak perlu merasa tersaingi apabila orang lain mendapatkan suatu kenikmatan
dari Allah Swt.
Mudah-mudahan melalui pendidikan ruhaniyah di bulan suci Ramadhan ini kita semua dapat
menghindari atau menjauhi perilaku hasad atau sifat dengki ini, sehingga jiwa kita menjadi tenang
dalam lindungan Allah Swt.

Garut,05 Desember 2023


Penyuluh Agama Islam

Denda Fauzi, S.Ag


NIP.197706102023211007

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Nama : Denda Fauzi, S.Ag


NIP : 197706102023211007
Pangkat/Gol. : Penata Muda /IIIa
Jabatan : Penyuluh Agama Ahli Pertama
Wilayah/Kelompok Sasaran : Kecamatan Tarogong Kidul
Topik Bahasan : Menjelaskan tentang Rahmat
Tujuan : Setelah kegiatan bimbingan dan penyuluhan di
laksanakan diharapkan:
1. Jamaah dapat memahami tentang makna Rahmat
2. Jamaah dapat menjelaskan tentang makna Rahmat
Pokok Bahasan : 1.Dasar Hukum
2.Pengertian Rahmat

RAHMAT
Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan kehadirat Allah SWT ,Atas nikmat dan
Karunianya kepada Kita semua.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada nabi junjunan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.kepada keluarganya,sohabatnya,dan sampailah kepada kita semua sebagai umat akhir
zaman.
Makna Rahmat dalam Al-Qur’an Al-Karim
Rahmat terdiri dari tiga huruf râ’, hâ’, dan mîm. Menurut Ibnu Faris dalam Maqâyîs al-
Lughah setiap kata Arab yang berakar dari tiga huruf râ’, hâ’, dan mîm memiliki arti dasar
‘kelembutan, kehalusan dan kasih sayang’. Sedangkan menurut al-Ashfihani dalam Mufradât
Alfâdzh al-Qur’an, kata rahmat berarti ‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang
disayangi’. Terkadang rahmat hanya khusus berate ‘kelembutan’. Kadang juga hanya berarti
‘berbuat baik’.
Pada dasarnya rahmat (kasih sayang) itu berasal dari Tuhan Maha Pengasih Penyayang
(al-Rahmân al-Rahim). Allah swt adalah sumber rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam
semesta ini. Allah swt mewajibkan bagi diri-Nya sendiri sifat rahmat (kasih sayang) QS al-Anʻam
[6]: 12. Dalam Shahîhal-Bukhârî melalui jalur Abu Hurairah ra, Nabi Besar Muhammad saw
pernah menyatakan, Pada hari penciptaannya, Allah swt menciptakan 100 (seratus) rahmat (kasih
sayang). 99 rahmat (kasih sayang) masih dipegang oleh Allah swt untuk disimpan. Hanya satu
rahmat saja yang disebarkan oleh Allah swt bagi seluruh makhluknya. Sementara menurut Shahîh
Muslim dari Salman al-Farisi, satu rahmat itu disebar di muka bumi sehingga cukup bagi seorang
ibu menyayangi anaknya dan semua makhluk baik manusia, burung, semua jenis hewan dan jin
dapat mengasihi satu sama lain. Lalu 99 rahmat sengaja ditahan oleh Allah swt untuk memberi
rahmat bagi seluruh hamba-Nya pada hari kiamat. Ada beberapa makna bagi rahmat. Diantaranya
sebagai berikut:
Pertama, rahmat bermakna agama Islam. Makna ini bisa kita dapati dalam QS al-Insan [76]: 31,
QS al-Syura [42]: 8, QS al-Fath [48]: 25, QS al-Baqarah [2]: 105, dan QS Ali Imran [3]: 74. Arti
pertama ini secara langsung menyiratkan sebuah pesan bahwa agama Islam itu ada untuk rahmat
‘kasih sayang’ terhadap alam semesta. Sehingga tidaklah heran jika kita sering mendengarkan
jargon Islâm Rahmatan lil ʻÂlamîn. Menariknya kata rahmat yang berarti Islam ini pasti bersandar
pada kata ganti orang ketiga yang kembali kepada Allah swt, sehingga pasti berarti rahmat-Nya.
Jadi agama Islam adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya swt.
Kedua, rahmat bermakna surga. Salah satu kasih sayang (rahmat) Allah swt adalah surga. Bahkan
secara jelas dalam riwayat Ahmad dari Jabir dan Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw
menegaskan bahwa penduduk surga dapat masuk surga semata-mata hanya karena rahmat-Nya.
Kata rahmat dalam al-Quran yang berarti surga bisa kita jumpai dalam QS Ali Imran [3]: 107, QS
al-Nisa’ [4]: 175, QS al-Jatsiyah [45]: 30, QS al-Baqarah [2]: 218 dan QS al-ʻAnkabut [29]: 23.
Ketiga,rahmat berarti hujan. Barangkali sering mendengar ungkapan hujan merupakan rahmat
Tuhan. Bisa jadi itu benar adanya, sebab dalam berbagai riwayat sangat dianjurkan untuk banyak
berdoa saat hujan turun. Saat turun hujan merupakan salah satu waktu mudah untuk
dikabulkannya doa. Tentu keterkaitan antara rahmat dengan terkabulnya sangatlah erat. Selain itu
hujan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah swt bagi sebagian besar makhluknya mulai
tanah, manusia, tumbuhan hingga hewan. Keberlangsungan kehidupan mereka semua bergantung
pada air yang diturunkan oleh-Nya. Kata rahmat yang berarti hujan dalam al-Quran antara lain:
QS al-A’raf [7]: 57, QS al-Furqan [25]: 48, QS al-Syura [42]: 28, QS al-Rum [30]: 50, dan QS al-
Rum [30]: 46.
Keempat, rahmat berarti kenabian. Keberadaan seorang nabi menjadi kebutuhan umat manusia
dalam lintas masa. Kedatangan nabi menjadi sebuah rahmat bagi alam semesta khususnya
manusia untuk keluar dari kegelapan hati dan akal. Ada dua kata rahmat yang berarti nabi yakni
QS Shad [38]: 9, QS al-Zukhruf [43]: 32.
Kelima, rahmat bermakna nikmat. Senada dengan keterangan al-Ashfihani, jika rahmat
disandarkan pada Allah swt maka berarti nikmat dan karunia-Nya. Sedangkan jika disandarkan
pada manusia dan makhluk berarti kelembutan dan kasih sayang. QS Maryam [19]: 2, QS al-Kahf
[18]: 65.
Keenam, rahmat berarti al-Quran. Sebagaimana keberadaan nabi membawa rahmat, al-Quran
turun membawa rahmat bagi semua terkhusus bagi umat Mukmin yang takwa. Seperti dalam QS
al-Isra’ [17]: 82, Kami turunkan dari al-Quran sesuatu yang dapat menyembuhkan dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman. Sama halnya dalam QS Yunus [10]: 58, dan QS Yusuf [12]:
111.
Ketujuh, rahmat bermakna rezeki. Seperti dalam QS al-Isra’ [17]: 100, Katakanlah jikalau kalian
memiliki simpanan rezeki Tuhanku. Begitu halnya dalam QS Fathir [35]: 2, QS al-Isra’ [17]: 28,
QS al-Kahf [18]: 16 dan QS al-Kahf [18]: 10.
Kedelapan, rahmat berarti pertolongan dan kemenangan. Seperti dalam QS al-Ahzab [33]: 17,
Katakanlah apakah ada yang mampu menjaga kalian dari ketentuan Allah, jika Dia menghendaki
keburukan (kekalahan) bagi kalian atau menghendaki rahmat (pertolongan dan kemenangan).
Kesembilan, rahmat bermakna sehat & afiyat. Seperti dalam QS al-Zumar [39]: 38, Jika Allah
menghendaki bagiku kesehatan (rahmat) apakah ada yang dapat menghalangi kesehatan
(rahmat) dari-Nya.
Kesepuluh, rahmat berarti cinta. Seperti dalam QS al-Hadid [57]: 27, Kami telah menjadikan
belas kasih dan cinta (rahmat) dalam hati-hati orang-orang yang mengikutinya. Begitu juga
dalam QS al-Fath [48]: 29.
Kesebelas, rahmat bermakna keimanan. Contohnya dalam QS Hud [11]: 28, Dia mendatangkan
bagiku keimanan (rahmat) dari sisi-Nya. Sama halnya dalam QS Hud [11]: 63.
Kedua belas, rahmat berarti taufik (pertolongan untuk amal kebaikan). Seperti dalam QS al-
Baqarah [2]: 64, Kalau bukan karena karunia dan rahmat (taufik) Allah swt, kalian akan menjadi
orang-orang merugi. Begitu juga dalam QS al-Nisa’ [4]: 83, QS al-Nur [24]: 10, QS al-Nur [24]:
14, QS al-Nur [24]: 20 dan QS al-Nur [24]: 21.

Garut, 12 Desember 2023


Penyuluh Agama Islam Non PNS

Denda Fauzi, S.Ag


NIP.197706102023211007

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN


Nama : Denda Fauzi, S.Ag
NIP : 197706102023211007
Pangkat/Gol. : Penata Muda /IIIa
Jabatan : Penyuluh Agama Ahli Pertama
Wilayah/Kelompok Sasaran : Kecamatan Tarogong Kidul
Topik Bahasan : Menjelaskan tentang Hikmah Solat
Tujuan Utam : Setelah kegiatan bimbingan dan penyuluhan di laksanakan
diharapkan:
1. Jamaah dapat memahami tentang makna Hikmah Solat
2. Jamaah dapat menjelaskan tentang makna Hikmah Solat
Pokok Bahasan : 1.Dasar Hukum
2.Penjelasan Hikmah solat

HIKMAH SOLAT
Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan kehadirat Allah SWT ,Atas nikmat dan
Karunianya kepada Kita semua.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada nabi junjunan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.kepada keluarganya,sohabatnya,dan sampailah kepada kita semua sebagai umat akhir
zaman.
Hikmah, arti dan Pengertian Sholat
ARTI SHALAT Dalam bahasa Arab, kata ash-shalat berarti berdoa memohon kebaikan. Allah
Ta’ala berfirman:
Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. (Q.S. at-Taubah: 103).
Maksudnya, berdoalah kepada Allah untuk mereka agar mendapat ampunan. Adapun
menurut istilah para Fuqaha’, kata ash-Shalat berarti: perkataan-perkataan dan perbuatan-
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Disebut shalat, karena
perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan itu memuat doa, dan juga karena doa merupakan
bahagian terbesar di dalamnya. Jadi, semacam memberi nama keseluruhan dengan nama dari
sebahagian.

HIKMAH SHALAT
Dalam shalat terdapat banyak hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia, yang kami ringkaskan
di sini sebagai berikut:
1. Menyadakan manusia tentang hakekat dirinya, yaitu bahwa dirinya adalah seorang hamba yang
dikuasai Allah ‘Azza Wa Jalla. Selanjutnya, dia akan senantiasa mengingat hakekat tersebut.
Yakni, setiap kali dia melupakan hakekat itu dikarenakan oleh kesibukan-kesibukan dunia dan
perhubungan-perhubungannya dengan orang lain, maka datanglah shalat mengingatkannya bahwa
dia adalah hamba yang dikuasai Allah ‘Azza Wa Jalla.

2. Menanamkan dalam jiwa manusia, bahwa tiada yang memberi pertolongan dan kenikmatan
yang hakiki kecuali Allah ‘Azza Wa Jalla, sekalipun di dunia dia melihat perantara-perantara dan
sebab-sebab yang banyak, yang secara lahiriyah kelihatannya merekalah yang memberi
pertolongan dan kenikmatan, akan tetapi hakekatnya Allah-lah yang menundukkan mereka
seluruhnya bagi manusia.

Jadi, setiap kali manusia lalai dan membiarkan dirinya hanyut bersama perantara-perantara
duniawi yang lahiriyah itu, maka datanglah shalat mengingatkannya bahwa Penyebab Yang
Hakiki adalah Allah. Dia-lah semata yang memberi pertolongan dan kenikmatan, memberi bahaya
dan manfaat, dan Dia pula Yang menghidupkan dan mematikan.

3. Dari shalat itu manusia akan memperoleh kesempatan bertaubat di mana ia menyatakan
taubatnya atas doa-doa yang telah ia lakukan. Karena setiap saat, siang dan malam, manusia
senantiasa berkesempatan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan yang dia sadari ataupun tidak.

Dengan demikian, shalat yang ia lakukan berkali-kali dari waktu ke waktu, akan merupakan
pembersih baginya dari kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa tersebut. Dalam hal ini
Rasulullah SAW pernah menerangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (668),
dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkta: Sabda Rasulullah SAW:

‫َقاَل ׃ َقاَل ْالَحَس ُن ׃ َو َم ا ُيْبِقى َذ ِل َك ِم َن‬٬ ‫َيْغ َتِس ُل ِم ْنُه ُك َّل َيْو ٍم َخ ْمَس َم َّراٍت‬٬ ‫َم َثاُل لَّص َلَو اِت اْلَخ ْمِس َََك َم َثِل َنْهٍر َج اٍر َغ ْم ٍر َع َلى ِبَاِب اَحِد ُك ْم‬
‫الَّد َر ِن ؟‬

Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungia yang mengalir deras di pintu rumah salah
seorang dari kamu sekalian. Ia mandi dari sungai itu setiap hari lima kali. Jabir berkata: Kata al-
Hasan: “Apakah itu akan meninggalkan kotoran?” Ghamrin: banyak airnya.

Ad-Daran: kotoran.
Dan di sini, yang dimaksud kotoran ma’nawi, yaitu dosa, sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat
Abu Hurairah RA, menurut Imam Muslim pula (667):

‫َفَٓٓذ ِلَك َم َثاُل لَّص َلَو اِت اْلَخ ْم ِس َيمُحْو اُﷲ ِبِهَّن اْلَخ َطاَيا‬

Demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengan shalat-shalat itu Allah menghapuskan
dosa-dosa.

4. Shalat merupakan makanan yang tiada habis-habisnya bagi akidah keimanan kepada Allah
Ta’ala dalam hati manusia. Karena hal-hal yang melalaikan di dunia ini serta godaan-godaan
syetan, biasanya dapat membikin manusia melupakan akidah tersebut, sekalipun telah tertanam
dalam hatinya. Dan apabila dia terus-terusan lupa dikarenakan telah cenderung kepada godaan
hawa nafsu dan syahwat dan hal-hal lain sejenisnya, maka lupa akan berubah menjadi keingkaran
dan pembangkangan, seperti halnya sebatang pohon yang tidak disiram air lagi. Suatu saat ia akan
layu, kemudian dari layu menjadi mati, dan berubahlah batang pohon itu menjadi kayu bakar yang
kering. Akan tetapi, apabila seorang muslim senantiasa melakukan shalat, maka shalatnya itu akan
menjadi makanan bagi imannya, sedang dunia dengan segala godaannya takkan mampu lagi
melemahkan iman yang ada dalam hatinya ataupun mematikannya.

Garut, 19 Desember 2023


Penyuluh Agama Islam

Denda Fauzi, S.Ag


NIP.197706102023211007

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Nama : Denda Fauzi, S.Ag


NIP : 197706102023211007
Pangkat/Gol. : Penata Muda /IIIa
Jabatan : Penyuluh Agama Ahli Pertama
Wilayah/Kelompok Sasaran : Kecamatan Tarogong Kidul
Topik Bahasan : Menjelaskan tentang Keutamaan Orang Jujur
Tujuan : Setelah kegiatan bimbingan dan penyuluhan di laksanakan
diharapkan:
1. Jamaah dapat memahami tentang Keutamaan Orang Jujur
2. Jamaah dapat menjelaskan tentang Keutamaan Orang Jujur
Pokok Bahasan : 1.Dasar Hukum
2.Penjelasan Keutamaan Orang Jujur

KEUTAMAAN ORANG JUJUR


Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan kehadirat Allah SWT ,Atas nikmat dan
Karunianya kepada Kita semua.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada nabi junjunan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.kepada keluarganya,sohabatnya,dan sampailah kepada kita semua sebagai umat akhir
zaman.
Banyak orang mengajar kebahagiaan di balik kemegahan materi. Padahal, itu semua
hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya,
jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa
dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga
kehormatan diri dan harta suami dan benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur
sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi asa musyawarah dan bekerja keras untuk
menegakkan keadilan dan memastikan kesejahtraan rakyatnya.
Bila kejujuran seperti tersebut di atas terwujud, banyak hikmah yang akan dipetik. Pertama, jujur
akan mengantarkan ke surga. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan
mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga … dan sungguh
kebohongan akan mengatarkan kepada dosa, dan dosa akan mengantarkan kepada neraka .…”
(HR Bukhari-Muslim).
Berdasarkan ini, jelas bahwa tidak mungkin kebaikan akan datang jika manusia yang
berkumpul di dalamnya adalah para pembohong dan pendusta. Bila di tengah mereka menyebar
kebohongan maka otomatis dosa akan semakin merajalela. Bila dosa merajalela maka jamainanya
adalah neraka.
Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah SAW bersabda, “… maka sesungguhnya
kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan .…” (HR Turmidzi). Orang yang
selalu jujur akan selalu tenang, sebab ia selalu membawa kebenaran. Sebaliknya, para pembohong
selalu membawa kebusukan dan kebusukan itu membawa kegelisahan akibat kebusukannya. Ia
akan selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal itu akan terbongkar. Dan, bila seorang
pembohong seperti ini menjadi pemimpin maka ia tidak akan sempat mengurus rakyatnya, karena
ia sibuk menyembunyikan kebusukan dalam dirinya.
Ketiga, jujur disukai semua manusia. Abu Sofyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai
dakwah Rasulullah SAW. Abu Sofyan menjelaskan bahwa di antara dakwahnya adalah mengajak
berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan, sebelum kedatangan Islam,
beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir Makkah pun mengakui
kejujuran Rasulullah SAW, sekalipun mereka tidak beriman. Bahkan, mereka memberi gelar al-
Amin (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah. Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang
berharga kepada Rasul SAW.
Keempat, jujur akan mengantarkan pelakunya pada derajat tertinggi. Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang memohon dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia akan tergolong
syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).
Dan kelima, jujur akan mengantarkan pada keberkahan. Nabi Muhammad SAW pernah
mengatakan bahwa seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi
perdagangannya maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka Allah akan
mencabut keberkahan dagangannya. (HR Bukhari Muslim). Wallahu a’lam.

Garut, 27 Desember 2023


Penyuluh Agama Islam

Denda Fauzi, S.Ag


NIP.197706102023211007

Anda mungkin juga menyukai