Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

BIOFARMASETIKA

“SEDIAAN REKTAL”

Dosen Pengampu : Rifda Naufa Lina.M.farm.,Apt

Disusun oleh :

1. Ardhia Pramesti R.C (201505006)


2. Eko Rahmat Zaenuri (201505014)
3. Imron Mustain (201505022)
4. Nadhifah Luqyana (201505030)
5. Rizatul Jannah (201505039)
6. Winda Wahyuningsih (201505046)

Kelompok 6

Kelas : S1 Farmasi 5A

PROGRAM STUDI S-I FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

2017

KATA PENGANTAR

1|Page
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Biofarmasetika ini dengan baik. Tugas ini disusun sebagai tugas individu mata
kuliah Biofarmasetika dan sebagai bahan keefektifan dalam kegiatan belajar
mahasiswa.

Tidak lupa dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
Ilham Setya Budi, S.Kep.,M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Kesehatan
Cendekia Utama Kudus yang telah memberikan motivasi kepada kami. Terima
kasih juga kami sampaikan terhadap Rifda Naufa Lina.M.farm.,Apt selaku
pengampu mata kuliah Biofarmasetika sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas ini. Juga tidak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
kami, sehingga tugas ini dapat kami selesaikan .

Tiada manusia yang sempurna, begitu juga dengan kami. kami menyadari
banyak kekeliruan dalam pengerjaan tugas ini sehingga kami membutuhkan
bimbingan dan saran kembali. Dan semoga dalam kesempatan lain kami dapat
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua dan dapat menjadi panduan dalam pembelajaran.

Kudus, 10 Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI

2|Page
Hal

HALAMAN JUDUL.................................................................. 1

KATA PENGANTAR.................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................ 4
B. Rumusan Masalah........................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sediaan Rektal................................................................. 6
B. Rute Rektal...................................................................... 7
C. Suppositoria Rektal......................................................... 7
D. Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat Per Rektal. . 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 13

BAB I
PENDAHULUAN

3|Page
A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia
atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa faktor
yang mempengaruhi reaksi pengobatan diantaranya absorpsi obat,
distribusi obat dalam tubuh, metabolism obat, dan ekskresi.
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping.
Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan
sesuai dengan kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk
mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif
(menaikkan fungsi atau respon tubuh), subtitutif (sebagai pengganti), efek
kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), restorative
( berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping
merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa
cara diantaranya : oral, parenteral, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan
hidung. Dengan menggunakan prinsip enam tepat dalam pengobatan yakni
tepat pasien, obat, dosis, rute, waktu, dan dokumentasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang pengertian sediaan rektal.?
2. Bagaimana rute sediaan rektal.?
3. Apa contoh obat sediaan rektal.?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan rektal.?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sediaan rektal

4|Page
2. Untuk mengetahui rute sediaan rektal
3. Mengetahui contoh obat sediaan rektal
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan rektal

BAB II
TiNJAUAN PUSTAKA

5|Page
A. Sediaan Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rektum yang layak untuk
obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya
supositoria,kadang-kadang sebagai cairan (klisma 210ml, lavemen:10-
500ml). tujuannya memperoleh efek lokal dan efek sistemik. Bentuk
sediaan obat yang digunakan adalah larutan, suppositoria dan salep.
Penggunaan salep pada rektum ditujukan untuk efek lokal atau sistemik,
sedangkan yang bentuk larutan digunakan untuk larutan pembersih atau
cairan urus- urus. Rektum dan kolon mampu menyerap banyak obat yang
diberikan secara rektal untuk tujuan memperoleh efek sistemik, hal ini
dapat menghindari perusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena
pengaruh lingkungan perut dan usus.
Obat rektal adalah obat yang ditujukan untuk pengobatan local atau
keadaan-keadaan yang dibutuhkan seperti:
1. penderita dalam keadaan muntah atau terdapat gangguan saluran
cerna.
2. bila terdapat kemungkinan zat aktif rusak oleh getah lambung yang
asam atau oleh enzim usus.
3. bila zat aktif mengalami kerusakan pada perlintasan pertama melalui
hati.
Kerugian pemberian obat melalui rektum adalah :
a. tidak menyenangkan
b. absorpsi obatnya tidak teratur
c. Onset of action lebih lama
d. Jumlah total zat aktif yg dapat diabsorbsi kadang - kadang lebih kecil
dari rute pemberian yang lain
e. Dosis dan posisi absorbsi dapat menimbulkan peradangan bila
digunakan secara terus menerus.
B. Rute Rektal

6|Page
Lima puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi
portal biasanya pada rute oral), sehingga biotransfortasi obat (melalui
hati oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian
bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui
vena porta. Keuntungan pemberian melalui rektal (juga sublingual) dl
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH dalam lambung.
Supositoria, yang dipakai secara rektal mengandung zt aktif yang
tersebarkan (terdispersi) di dalam lemak yang berupa padatan pada suhu
kamar tetapi meleleh pada suhu sekitar 35ºC, sedikit di bawah suhu badan.
Jadi setelah disisipkan ke dalam rektum sediaan padat ini akan meleleh
dan melepaskan zat aktifnya yang selanjutnya terserap dalam aliran darah.
Secara rektal supositoria digunakan untuk distribusi sistemik,
karena dapat diserap oleh mukosa dalam rektum. Aksi kerja awal dapat
diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal
langsung masuk kedalam sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan
obat dari enzim didalam saluran gastro-intestinal dan perubahan obat
secara biokimia didalam hepar. Obat yang diabsorpsi melalui rektal
beredar dalam darah tidak melalui hati dahulu hingga tidak mengalami
detoksikasi atau biotransformasi yang mengakibatkan obat terhindar dari
tidak aktif.
Penyerapan direktum dapat terjadi dengan tiga cara yaitu:
1. lewat pembuluh darah secara langsung
2. lewat pembuluh getah bening
3. lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati.

C. Suppositoria Rektal
Suppositoria rektal biasanya panjangnya sekitar 32 mm (1½ inchi),
bentuk silinder dan salah satu atau keduanya runcing. Beberapa
suppositoria mempunyai bentuk seperti peluru, torpedo atau jari kecil.
Bergantung pada kerapatan dari basis dan zat obat yang ada dalam
suppositoria, bobot suppositoria rektal dapat bervariasi. Suppositoria

7|Page
dewasa berkisar antara 2 gr jika lemak coklat yang digunakan sebagai
basis suppositoria. Suppositoria rektal untuk balita dan anak-anak sekitat
setengah dari bobot dan ukuran suppositoria dewasa dan lebih mirip
bentuk pensil.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk efek lokal banyak
digunakan untuk membesarkan dari sakit pada konstipasi, radiasi, gatal,
dan agen inflamasi dengan hemoroid atau dengan kondisi anorektal
lainnya. Suppositoria antihemoroid biasanya mengandung komponen
anastetik, vasokontriktor, astrigents, analgesik, dan agen pencegah.
Contoh dan obat yang digunakan secara rektal dalam bentuk
suppositoria untuk efek sistemik mengandung terdiri dari :
1. Prochlorperazine dan chlropromazie untuk pengurangan rasa mual
dan muntah digunakan sebagai tranquillizer.
2. Orymorphone HCL sebagai analgesik narkotik.
3. Ergotamine tatrat , untuk mengurangi rasa syndrom migrain
4. Indometasin, sebuah analgesik antinflamatory dan antipiretik.

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja supositoria dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. supositoria berefek mekanik bahan dasar supositoria berefek
mekanik tidak peka pada penyerapan. Supositoria mulai berefek bila
terjadi kontak yang menimbulkan refleks defikasi, namun pada
keadaan konstipasi refleks tersebut lemah. Pada efek kontak tersebut
terutama pada supositoria gliserin terjadi fenomena osmose yang
disebabkan oleh afinitas gliserin terhadap air. Hal tersebut
menimbulkan gerakan peristaltik
2. supositoria berefek setempat termasuk dalam kelopok ini adalah
supositoria anti wasir. Yaitu senyawa yang efeknya disebabkan oleh
adanya sifat astringen atau peringkas pori. Ke dalam basis
supositoria yang sangt beragam kadang-kadang ditambahkan
senyawa peringkas pori baik dengan cara penyempitan maupun

8|Page
hemostatik. Dalam formula supositoria sering terdapat senyawa
penenang. Obat tersebut bekerja secara rangkap baik terhadap perifer
maupun sentral yang terakhir ini sepenuhnya berefek sistemik.
3. supositoria berefek sistemik adalah supositoria yang mengandung
senyawa yang diserap dan berefek pada organ tubuh selain rektum.
Pada kelompok ini termasuk supositoria nutritif, supositoria obat.
Supositoria Nutritif Digunakan pada penyakit tertentu dimana
saluran cerna tidak dapat menyerap makanan. Jumlah senyawa yang
diserap tentu saja sedikit, namun sudah cukup untuk
mempertahankan hidup. Supositoria Obat Supositoria tersebut
mengandung zat aktif yang harus diserap, mempunyai efek sistemik
dan bukan efek stempat. Bila supositoria obat dimasukan ke dalam
rektum pertama-tama akan timbul efek refleks, selanjutnya
supositoria melebur atau melarut dalam cairan rektum hingga zat
aktif tersebar dipermukaan mukosa, lalu berefek setempat dan
selanjutnya memasuki sistem getah bening. Obat yang masuk ke
peredaran darah akan berefek spesifik padda organ tubuh tertentu
sesuai dengan efek terapetiknya.

D. Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal


Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal :
1. Faktor Fisiologis Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2
dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid,
maka diutamakan permiabel terhadap obat yang tak terionisasi.
Jumlah obat yang diabsorpsi dan masuk keperedaran darah
umumnya tergantung dimana obat itu dilepas direktum.
2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis Urutan peristiwa yang
menuju absorpsi obat melalui daerah anorektal secara diagram
adalah sebagai berikut : Obat dalam pembawa → Obat dalam cairan
– cairan kolon → Absorpsi melalui cairan rektal. Bila jumlah obat
dalam cairan renal ada diatas level yang menentukan laju maka

9|Page
peningkatan konsentrasi obat yang nyata tidak mempunyai peranan
dalam mengubah laju absorpsi obat yang ditentukan. Tetapi
konsentrasi obat berhubungan dangan laju penglepasan obat dari
basis supositoria. Adanya surfaktan dapat atau tidak dapat
mempermudah absorpsi tergantung pada konsentrasi dan interaksi
obat yang mungkin terjadi. Ukuran partikel obat secara langsung
berhubungan dengan laju absorpsi.
Absorpsi obat dari daerah anorektal dipengaruhi oleh faktor fisiologis :
a. Isi kolon
b. Sirkulasi
c. pH
Karakteristik fisika kimia obat yang mempengaruhi absorpsi :
a. koefisisn partisi lemak atau air
b. derajat ionisasi.
Faktor yang berhubungan dengan laju absorbsi :
a. Kelarutan obat
Pelepasan obat tergantung koefisien partisi lipid air dari obat.
Artinya obat yang larut dalam basis lipid dan kadarnya rendah
mempunyai tendensi kecil untuk cairan rektal. Dan obat yang sedikit
larut dalam basis lipid dan kadarnya tinggi akan segera masuk
didalam cairan rektal.
b. Kadar obat dalam basis
Difusi obat dari basis supositoria merupakan fungsi kadar obat dan
sifat kelarutan obat dalam basis. Pengangkutan melewati mukosa
rektum adalah proses difusi sederhana, maka bila kadar obat dalam
cairan renal tinggi maka absorpsi obat akan menjadi cepat dan
kecepatan absorpsi makin tinggi bagi bentuk obat yang tidak
terdisosiasi.

c. Ukuran partikel

10 | P a g e
Bila kelarutan obat dalam air terbatas dan tersuspensi didalam
basis supositoria maka ukuran partikel akan mempengaruhi
kecepatran larutan dari obat ke cairan renal.
d. Basis supositoria
Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak akan
dilepas segera kecairan renal bila basis cepat melepas setelah masuk
kedalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi serta kerja awal
dari aksi obat akan segera nyata. Bila obat yang larut dalam air dan
berada dalam basis larut air kerja awal dari aksi obat akan segera
nyata apabila basis tadi segera larut dalam air.
Kenyataan bahwa rektum atau kolom merupakan tempat absorpsi
obat yang dapat diandalkan terbukti dengan baik. Untuk menjaga
keefektifan terapis obat dalam suatu sediaan harus dilakukan
pemilihan garam obat dan basis yang sesuai.

BAB III

11 | P a g e
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rektal adalah pemberian obat melalui rektum yang layak untuk
obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya
supositoria,kadang-kadang sebagai cairan (klisma 210ml, lavemen:10-
500ml). tujuannya memperoleh efek lokal dan efek sistemik. Bentuk
sediaan obat yang digunakan adalah larutan, suppositoria dan salep.
Penggunaan salep pada rektum ditujukan untuk efek lokal atau sistemik,
sedangkan yang bentuk larutan digunakan untuk larutan pembersih atau
cairan urus- urus

DAFTAR PUSTAKA

12 | P a g e
Anif, moh. Farmasetika. Cet 2. Yogyakarta : Gajah Mada University press
1994
Anonim,Suppositoria.zip.http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&ct=res&cd=2&ved=0CAoQFjAB&url
Anggi05’’sBlog.http :www.wordpress.com. 09 November 2009. Pukul 21.00
Lachaman, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke 3. Jakarta : UI
press 1994
Simanjuntak. Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit, 2005. USU
Repository.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/05009241.pdf
Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat – Obat Penting. Edisi keenam. PTGramedia :
Jakarta

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai