Anda di halaman 1dari 15

UNPLANNED PUSCHASE/ IMPLUSE BUYING PADA MARKETPLACE

SAAT MASA PANDEMI COVID – 19 HINGGA SEKARANG

( membludaknya pembelian produk/barang saat masa pandemi pada toko online seperti:
fashion, bahan pokok dll )

Oleh :

Meotidius Ray 19210554

Sadam Khumaini V 21210515

Kunto Romadhon Pradika 21210631

Siti Aisyah 22210390

Dwi Aristaningtyas 22210418

Yunita Wiarsa 22210445

Anang Ihza Pratama 22210498

Abdimas Arga Arviadana W.A 22210518

Abstrak online pada masa pandemi Covid-19 di


marketplace. Selain itu, peneliti
Pandemi COVID-19 telah mendorong
menganalisis produk yang paling banyak
percepatan adopsi sistem digital dalam
dibeli secara impulsif saat berbebelanja
aktivitas berbelanja. Hal tersebut juga
online di masa pandemi Covid-19.
berdampak pada pola perilaku konsumtif
Penelitian ini menggunakan data primer.
masyarakat dan menjadikan Indonesia
Alat pengumpulan data yang digunakan
sebagai salah satu pasar yang potensial
dalam penelitian ini adalah berupa
yang cukup baik untuk perusahaan-
kuesioner secara online. Penyebaran virus
perusahaan penyedia e-commerce. Akibat
covid 19 di Indonesia membuat perilaku
dari pandemi Covid-19 adalah timbulnya
konsumen menjadi berbeda. Pada awalnya
perilaku pembelian secara impulsif.
konsumen mampu mengendalikan
Penelitian ini bertujuan menganalisis
emosinya dalam melakukan pembelian,
faktor-faktor apa yang menjadi determinan
namun dengan adanya virus ini konsumen
tinggi dari perilaku pembelian impulsif
menjadi panik. Penyebab panik tinggi cause of panic consumers to make impulse
konsumen untuk melakukan pembelian purchases. Hoarding the necessities of
impulsif. Menimbun kebutuhan hidup daily life makes consumers unable to think
sehari-hari membuat konsumen tidak bisa clearly.
berpikir jelas.
Keyword: Impulse Buying/ Unplanned
Kata Kunci: Pembelian Impulsif/ Purchase
Pembelian Tidak Terencana

Abstract

The COVID-19 pandemic has accelerated


the adoption of digital systems in shopping
activities. This also has an impact on
people’s consumptive behavior patterns
and makes Indonesia a good potential
market for e-commerce providers. The
result of the Covid-19 pandemic is the
emergence of impulsive buying behavior.
This study aims to analyze what factors are
high determinants of online impulsive
buying behavior during the Covid-19
pandemic in the marketplace. In addition,
researchers analyzed the products that
were bought the most impulsively when
shopping online during the Covid-19
pandemic. This study uses primary data.
The data collection tool used in this study
was an online questionnaire. The spread
of the Covid 19 virus in Indonesia has
made consumer behavior different. At
first, consumers were able to control their
emotions when making purchases, but with
this virus, consumers panicked. High
PENDAHULUAN Impulse buying adalah perilaku pembelian
yang tidak direncanakan yang dilakukan
Covid 19 mulai merebak di
dengan sedikit atau tanpa pertimbangan,
Indonesia pada akhir bulan February
terdiri dari peran penting emosi dan
tahun2020. Merebaknya virus ini memberi
didorong oleh desakan tak tertahankan
dampak pada perilaku konsumen di
untuk membeli. Perilaku pembelian yang
Indonesia, yang semula konsumen
tak terduga pada era pandemic Covid 19
berbelanja secara offline, namun semenjak
ini, terkadang disebabkan oleh rasa panic
merebaknya virus Covid 19 konsumen
konsumen. Rasa panic ini dapat dilihat
lebih banyak membeli secara online.
pada beberapa daerah besar seperti Jakarta,
Dampak ini terlihat pada data BPS,
Bandung, Yogyakarta, Semarang,
menurut data BPS penjualan online pada
Surabaya dan kota-kota besar lainnya.
bulan Maret 2020 naik dari total penjualan
Pembelian akan hand sanitizer, masker,
online awal tahun. Kenaikan ini terus
fashion dan sembako menjadi prioritas
terjadi hingga bulan April 2020 dari bulan
utama bagi para konsumen. Rasa takut
Januari 2020. Dalam keadaan seperti ini
yang tinggi membuat konsumen
muncul perilaku konsumtif bagi
melakukan impulse buying.
konsumen. Dimana konsumen dapat
berbelanja secara langsung melalui android Perbedaan penelitian ini dengan yang
dengan membuka online shop, konsumen lain adalah penelitian ini memediasi panic
terkadang tidak sadar berbelanja secara buying terdahap impulse buying dengan
berlebihan tanpa melihat kebutuhan yang induksi emosi. Hal ini karena di saat
diperlukan. Hal ini karena adanya promosi kondisi konsumen dalam keadaan panic
yang ditawarkan oleh online shop. atau khawatir akan suatu keadaan,
konsumen akan melakukan sesuatu hal
Perilaku konsumtif membuat
yang terkadang tidak masuk akal. Begitu
kecenderungan manusia untuk melakukan
pula pada saat Covid 19 merebak di
konsumsi tanpa batas. Pembelian yang
Indonesia khususnya Surabaya. Konsumen
tidak sesuai dengan kebutuhan terkadang
melakukan pembelian yang tak terduga
dapat terbeli oleh konsumen. Semua ini
tanpa berpikir secara rasional. Pembelian
dapat terjadi karena dorongan emosi dan
ini disebabkan karena kepanikan
keinginan serta hasrat dari konsumen.
konsumen.
Dorongan emosi, keinginan dan hasrat
yang keluar dari diri konsumen ini yang Namun kepanikan ini bisa saja
sering disebut sebagai Impulse Buying. teratasi apabila konsumen mampu berfikir
secara positif akan pembelian yang
konsumen lakukan. Induksi emosi yang
positif membuat konsumen dapat memilah
milah mana pembelian yang harus
dilakukan dan mana yang tidak. Akan
tetapi jika konsumen induksi emosinya
negative hal ini yang akan mengakibatkan
pembelian konsumen akan suatu produk
menjadi tak terkontol. Dengan adanya
induksi emosi ini, peneliti ingin
mengetahui seberapa jauh pengaruh
variable perantara ini dapat mempengaruhi
panic buying terhadap impulse buying.
Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah bertujuan untuk menganalisis
pengaruh panic buying terhadap impulse
buying dengan induksi emosi sebagai
variable intervening.
TEORI dorongan keinginan dan kebutuhan.
Sedangkan impulse buying juga
Akibat dari pandemi Covid-19 adalah
merupakan keinginan yang tiba-tiba datang
timbulnya perilaku pembelian secara
dengan dorongan yang sangat kuat untuk
impulsif. Penelitian ini bertujuan
membeli suatu produk dengan segera.
menganalisis faktor-faktor apa yang
Berdasarkan penjelasan diatas maka
menjadi determinan tinggi dari perilaku
diketahui terdapat empat kategori impulse
pembelian impulsif online pada masa
buying diantaranya:
pandemi Covid-19 di marketplace. Selain
itu, peneliti menganalisis produk yang 1. Pure impulse buying, pembelian
paling banyak dibeli secara impulsif saat dalam bentuk ini bersifat impulsif
berbebelanja online di masa pandemi dimana pembelian ini merupakan
Covid-19. Penelitian ini menggunakan hal yang baru dan pelarian yang
data primer. Alat pengumpulan data yang melanggar pola pembelian normal.
digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa kuesioner secara online.
Penyebaran virus covid 19 di Indonesia 2. Reminder impulse buying,

membuat perilaku konsumen menjadi merupakan pembelian yang muncul

berbeda. Pada awalnya konsumen mampu ketika pembeli melihat suatu

mengendalikan emosinya dalam barang kemudian mengingat bahwa

melakukan pembelian, namun dengan barang tersebut telah habis atau

adanya virus ini konsumen menjadi panik. tinggal sedikit, atau dapat juga

Penyebab panik tinggi konsumen untuk mengingat karena iklan atau

melakukan pembelian impulsif. informasi lainnya tentang barang

Menimbun kebutuhan hidup sehari-hari tersebut, dan dari keputusan

membuat konsumen tidak bisa berpikir membeli sebelumnya.

jelas.

Impulse Buying
3. Sugestion impulse buying,
Impulse buying adalah pembelian secara merupakan pembelian yang muncul
spontan tanpa ada niatan untuk membeli ketika pembeli melihat suatu
produk tersebut. Impulse buying juga produk untuk pertama kalinya dan
suatu pembelian yang dilakukan secara membayangkan kebutuhan untuk
tidak terencana dan termotivasi karena barang tersebut, walaupun pembeli
tidak memiliki pengetahuan 1. Faktor Strategi Pemasaran
mengenai barang tersebut. Faktor pertama terjadinya
impulsive buying adalah pengaruh
4. Planned impulse buying, strategi pemasaran dari penjual.
merupakan pembelian yang muncul Strategi pemasaran seperti promo,
ketika pembeli masuk ke dalam diskon, cashback dan pengaruh dari
toko dengan beberapa pembelian sales bisa mendorong perilaku
spesifik di dalam pikirannya, tetapi impulsif. Karena hal-hal tersebut
dengan harapan dan niat untuk mampu menarik minat dan
melakukan pembelian lain perhatian Anda sehingga muncul
berdasarkan penawaran-penawaran keinginan untuk membeli dan
yang ada. Dari ke empat katagori memilikinya.
tersebut, maka dapat terlihat bahwa
seseorang dapat melakukan
impluse buying dengan bentuk 2. Faktor Kepribadian
yang berbeda-beda. Impulse buying Faktor kepribadian dapat menjadi
penyebab terjadinya pembelian
Memiliki empat indicator diantaranya:
impulsif. Aktivitas ini bisa terjadi
1. Pembelian tanpa direncanakan karena diri merasa gengsi dan
sebelumnya. FOMO bila tidak mempunyai
2. Pembelian tanpa berfikir akibatnya. barang sedang tren masa itu.
3. Pembelian dipengaruhi keadaan Sehingga demi meningkatkan citra
emosional. dan popularitas, orang dengan
4. Pembelian dipengaruhi penawaran sindrom belanja impulsif akan rela
menarik. membeli apa saja yang menyokong
Faktor Pemicu Impulsive Buying tujuan tersebut.

Impulsive buying adalah fenomena yang


terjadi karena berbagai faktor. 3. Faktor Jenis Produk
Selengkapnya tentang faktor-faktor Sifat intrinsik dan ekstrinsik
pemicu belanja impulsif adalah sebagai produk juga mampu mendorong
berikut. tingkah laku belanja impulsif.
Dengan varian beragam, tampilan
kemasan menarik, desain penataan,
keterbatasan atau kelangkaan Suka Mencari Kepuasan Instan
produk menimbulkan seseorang
Suka mencari kepuasan instan merupakan
yang melihatnya menjadi tertarik
indikator impulsive buying yang pertama.
dan berminat membelinya, bahkan
Ketika Anda merasa jenuh, bosan, atau
meski sebenarnya tidak
stress dan membutuhkan kepuasan instan,
membutuhkannya.
maka Anda melakukan kegiatan berbelanja
secara impulsif sebagai kepuasan diri.

4. Faktor Geografis dan Aspek


Budaya Membeli Barang Tanpa Berpikir Dua
Faktor geografis dan budaya Kali
rupanya bisa mempengaruhi
Poin berikutnya indikator impulsive
terjadinya aktivitas belanja
buying adalah melakukan pembelian
impulsif. Faktanya, masyarakat
barang tanpa pertimbangan. Ketika Anda
dengan budaya mandiri tinggi
tertarik pada suatu produk, kemudian
cenderung mempunyai kebiasaan
langsung membelinya tanpa berpikir dua
belanja impulsif dibandingkan
kali terkait manfaat dan kemampuan
masyarakat budaya kolektif. Salah
finansial, maka Anda masuk dalam
satu alasan kenapa masyarakat
kategori belanja secara impulsif.
berbudaya mandiri rentan terkena
impulsive buying adalah karena
tuntutan meredakan stres dengan
Beli Barang Berlebihan dengan Dalih
bantuan orang lain seminim
Self-Reward
mungkin.
Bekerja keras demi mencapai tujuan
pribadi memunculkan keinginan
melakukan self-reward sebagai apresiasi
Indikator Impulsive Buying
diri sendiri. Sebenarnya hal tersebut tidak
Sebenarnya, tidak semua kegiatan
salah bila kita menempatkan secara bijak.
berbelanja dalam jumlah banyak dapat
Namun jika Anda terus membeli barang
dikategorikan sebagai belanja impulsif.
dengan dalih self-reward maka Anda
Terdapat beberapa indikator impulsive
memiliki karakteristik sindrom belanja
buying, di antaranya:
impulsif dalam diri Anda.
Menjadikan Window Shopping Sebagai dampak negatif belanja impulsif antara
Penghilang Stres lain:

Poin berikutnya indikator impulsive 1. Menjadikan Diri Makin Boros


buying adalah menghilangkan stress
Pertama, dampak negatif impulsive buying
melalui window shopping. Window
adalah membuat diri sendiri semakin
shopping merupakan kegiatan yang
boros. Kegiatan berbelanja seperti ini
menyenangkan sehingga sering dijadikan
banyak menghabiskan uang untuk barang-
sebagai penghilang stress. Namun,
barang yang tidak terlalu penting.
aktivitas ini membuat Anda sangat rentan
Sehingga pengeluaran utama harus rela
melakukan terjebak dalam belanja
dikorbankan demi memuaskan nafsu
impulsif.
pribadi saja.

Suka Membeli Barang Sesuai Tren


2. Menumpuk Barang Tidak
Terbaru
Terpakai di Rumah
Kebiasaan membeli barang sesuai tren
Dampak berikutnya yaitu membuat rumah
terbaru merupakan indikator impulsive
penuh dengan barang tidak terpakai.
buying yang mudah dikenali. Demi
Karena tingkah laku ini cenderung
memenuhi kebutuhan sosial, gengsi, dan
membeli barang tidak sesuai kebutuhan,
menghindari FOMO, Anda menuntut diri
akibatnya banyak barang menganggur dan
untuk berbelanja produk sesuai update
tidak terpakai di rumah.
perkembangan zaman. Padahal barang
tersebut belum tentu sesuai kebutuhan
Anda. 3. Rentan Terjebak Kredit Terlalu
Banyak

Pelaku menjadi rentan terjebak kredit


terlalu banyak karena kegiatan belanja
Dampak Negatif Impulsive Buying
impulsif memerlukan dana yang tidak
Kebiasaan ini sangat tidak baik jika terus sedikit. Bila pelaku tidak mempunyai
dibiarkan dalam diri sendiri. Karena hal kemampuan finansial yang cukup, maka
tersebut mampu mengganggu kesehatan mereka akan berhutang sehingga kredit
finansial Anda. Tak hanya itu, masih ada menumpuk.
4. Susah Merencanakan Keuangan Menyusun skala prioritas barang
sebelum membeli adalah tips
Dampak negatif terakhir dari impulsive
mencegah belanja impulsif
buying adalah Anda menjadi susah
berikutnya. Dengan mengetahui
merencanakan keuangan. Karena transaksi
prioritas, maka Anda bisa
pembelian terlalu banyak, Anda akan
mengontrol diri untuk membeli
mengalami kesusahan finansial jangka
barang-barang sesuai kebutuhan
pendek. Selain itu, Anda juga akan susah
saja, dan menunda barang kurang
merencanakan keuangan ke depannya,
prioritas untuk pembelian-
karena tidak punya tabungan.
pembelian berikutnya.
3. Hindari Pasang Terlalu Banyak

Tips Mencegah Impulsive Buying Bagi Aplikasi Marketplace

Diri Sendiri Menghindari aktivitas aplikasi


marketplace bisa membuat Anda
Agar Anda tidak terjebak dalam masalah terhindar dari kegiatan belanja
finansial serius atau terkena dampak impulsif. Sebaiknya Anda tidak
negatif dari belanja impulsif, berikut memasang aplikasi belanja online
beberapa tips mencegah terkena sindrom terlalu banyak di ponsel. Sebab hal
belanja impulsif yang bisa diterapkan tersebut bisa memunculkan
dalam kehidupan Anda. impulsif diri Anda untuk membeli
produk.
1. Bedakan Antara Keinginan
4. Batasi Penggunaan Kartu Kredit
(Wants) dan Kebutuhan (Needs)
dan Pembayaran Online
Tips yang pertama yakni Anda
Membayar secara digital atau kartu
harus bisa membedakan antara
kredit membuat Anda sulit
keinginan dan kebutuhan dalam
mengontrol transaksi karena Anda
hidup. Dengan mengetahuinya,
tidak merasa esensi kehilangan
maka keuangan Anda akan
uang seperti uang tunai.
teralokasi secara tepat. Sebab Anda
akan menghindari barang-barang
yang tidak penting dan tidak
diperlukan.
2. Susun Skala Prioritas Barang
Sebelum Membeli
PEMBAHASAN Kemudian pada gelombang kedua pandemi
Covid-19 di Indonesia, fenomena panic
Pada masa pandemi masyarakat
buying kembali terjadi pada produk susu
mulai melakukan impulse buying dengan
dengan merek tertentu, oksigen serta obat-
cara melakukan pembelian secara online
obatan.
dengan menggunakan media marketplace
seperti shopee,lazada, tiktok shop dan toko
online lainnya. Salah satu contoh produk
perilaku panic buying itu timbul sebagai
yang ramai diperjual belikan adalah
dampak dari kecemasan di masyarakat.
produk kesehatan, fashion, bahan pokok
Jika dilihat dari perspektif psikologi sosial,
makanan dll. akibat pandemi covid 19
itu merupakan hal wajar sebagai
masyarakat mulai disarankan melakukan
mekanisme pertahanan diri di tengah
aktivitasnya di rumah saja maka dari itu
kecemasan.
masyarakat berbondong-bondong mulai
pembeli suatu barang atau produk dari
media online. Pada saat itu media sosial panic buying biasa dilakukan oleh
seperti shopee, tiktok shop menjadi bahan masyarakat yang memiliki kapital atau
perbincangan di masyarakat karena uang. Sedangkan masyarakat dengan
pemerintah menerapkan sistem psbb agar kapasitas ekonomi yang lebih rendah, akan
masyarakat tetap dirumah saja menjadikan mengalami kepanikan dalam bentuk
aktivitas ofline masyarakat berhenti dan perilaku lain. Misalnya panic disobeying
salah satu cara agar masyarakat tetap atau ketidakpatuhan akibat kepanikan yang
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terjadi. Seperti yang terlihat dalam
mulai lah berbelanja online mulai dari beberapa kasus penyerangan aparat oleh
bahan pokok, baju, produk kesehatan masyarakat di masa krisis pandemi Covid-
seperti masker handsanitizier vitamin dll. 19. Sehingga ia menekankan bahwa

Sejak pandemi melanda Indonesia, kepanikan lain di luar panic buying yang

fenomena panic buying berulang kali justru harus diwaspadai.

terjadi di masyarakat. Di masa awal Dengan adanya penerapan pemerintah


pandemi, panic buying terjadi pada seperti itu membuat para pengusaha bisnis
kebutuhan Alat Perlindungan Diri (APD) di Indonesia mulai berfikir untuk menjual
seperti masker dan hand sanitizer. Hal itu produk/barang dagangan dengan
menyebabkan kelangkaan serta tingginya memanfaatkan media online yg lagi ramai
harga kedua barang tersebut di pasaran. dibicarakan dikalangan masyarakat pada
masa pandemi covid 19. Penyebaran virus jual-beli, biar kami pejuang belanja dari
corona COVID-19 berdampak pada rumah dengan sistem dan warehouse yang
macam-macam sektor kehidupan kami punya akan menunjang kebutuhan
masyarakat, tak terkecuali di Indonesia. masyarakat dengan baik.
Kondisi ini memungkinkan adanya
Sebagai contoh gambar dibawah
perubahan pola konsumsi.
merupakan aktivitas masyarakat dalam
“Bisa dilihat banyak pola konsumsi berbelanja online dirumah saja. Cara ini
berubah total sejak kejadian ini. Dengan dilakukan agar mengurangi kegiatan
adanya COVID-19, transaksi secara online masyarakat diluar ruangan saat pandemi
lebih meningkat pesat. Dalam beberapa masih merebak masyarakat cukup diam
hal, ada tipe masyarakat yang awalnya tak dan dirumah kemudian menggunakan
terlalu percaya belanja online. Tapi, karena aplikasi online untuk mempermudah
pemesanan produk/barang yang akan
penyebaran corona COVID-19 dan mereka
dibeli melalui toko online.
tidak bisa keluar rumah, mau-tidak mau
akhirnya belanja online. “Mereka cari tahu 1. Grab Express
tempat belanja online mana saja. Mungkin
milenial sudah biasa, tapi masyarakat yg
belum mengerti penggunaan sistem belanja
online bertanya pada anaknya seperti apa
belanja online, hingga akhirnya mereka
familier dan mulai ketagihan dalam
berbelanja online. Sesuai imbauan
pemerintah untuk menjaga jarak aman
karena penyebaran melalui droplet, Shopee Aplikasi grab express melayani belanja
sebagai e-commerce berpartisipasi dengan dari rumah dengan banyak promo promo
mengedepankan belanja dari rumah ada yg bisa didapatkan dengan menggunakan
dua faktor yang didorong Shopee terkait aplikasi ini masyarakat bisa lebih mudah
kampanye ini. Pertama, terkait imbauan berbelanja bahan pokok sehari hari, pesan
pemerintah untuk di rumah saja, lalu kedua makanan/minuman hanya lewat
menggerakan ekonomi Indonesia. Ada handphone dengan metode pembayaran
banyak di luar sana sektor-sektor yang bisa dilakukan secara tunai maupun online.
terdampak terhadap situasi saat ini. keuntungan belanja online semakin
UMKM di Shopee masih bisa beraktivitas, disadari oleh masyarakat sejak awal
kemunculan kasus positif Covid-19 di Dengan ini memudahkan masyarakat
Indonesia maupun dunia. Karena pandemi dalam membeli barang hanya tinggal
tentunya telah memberikan banyak menunggu 2 atau sampai 3 hari barang
perubahan di berbagai aspek kehidupan. langsung datang ke rumah melalui kurir.
Mulai dari aspek kesehatan, politik, sosial Dan ini juga membuat aplikasi shopee ini
budaya, pendidikan, dan ekonomi. semakin berkembang karena banyak
peminatnya.
2. Shopee
Namun ada keuntungan dan kekurangan
saat belanja online dirumah saja.
Keuntungan dalam berbelanja online yaitu
anda tidak memerlukan banyak waktu
untuk belanja online. Anda dapat belanja
di sela-sela jam makan siang atau bahkan
dalam perjalanan menuju kantor. Selain
menghemat waktu, berbelanja online juga
Dampak dari terjadinya virus Covid- tidak memerlukan biaya untuk sampai ke
19 sehingga masyarakat mengurangi toko tujuan. tidak perlu repot-repot datang
aktivitas di luar rumah dan memenuhi ke toko fisik secara langsung. Konsumen
kebutuhannya dengan berbelanja online di tinggal membuka handphone dan pilih
e-commerce baik dari aplikasi maupun medium belanja sesuai pilihan. Dari proses
website, salah satunya adalah e-commerce pemilihan barang sampai barang sampai di
Shopee yang memiliki kampanye kreatif lokasi, konsumen hanya menunggu saja
sebagai strategi pemasaran. Saat pandemi tanpa perlu pergi menjemputnya.
bisnis online seperti shopee ini melaju Selanjutnya kekurangan saat berbelanja
pesat perkembangannya semua orang di online yaitu Bisa mengganggu manajemen
rumah tanpa melakukan aktivitas akhirnya keuangan ,barang tidak sesuai
memilih untuk berbelanja online mulai ekspektasi,cenderung membeli barang
dari produk makanan atau minuman yang tidak diperlukan,rawan penipuan.
fashion dan produk-produk lainnya.

Masyarakat bisa memesan produk yang


Saat penjualan online naik drastis itupun
akan dibeli hanya melalui aplikasi shopee
menyebabkan para pedagang offline yang
lalu membayarnya bisa melalui tunai
ada dipasar tradisional maupun pasar
ataupun dengan pembayaran lainnya.
modern menjadi sepi pembeli dikarenakan
orang orang lebih memilih untuk
berbelanja dirumah saja dikarenakan
wabah COVID 19 membuat perekonomian
Indonesia mulai melemah dan
diperlakukan sistem psbb agar semua
orang tetap dirumah menyebabkan para
pedagang offline menjadi kesulitan dalam
berjualan dan 90% mengalami penurunan
pendapatan tiap harinya dengan adanya
penjualan online para pedagang offline
kini sebagian harus gulur tikar karna sepi
pembeli.
KESIMPULAN masa pandemi covid 19. Penyebaran virus
corona COVID-19 berdampak pada
Pandemi COVID-19 telah mendorong
macam-macam sektor kehidupan
percepatan adopsi sistem digital dalam
masyarakat, tak terkecuali di Indonesia.
aktivitas berbelanja. Hal tersebut juga
Kondisi ini memungkinkan adanya
berdampak pada pola perilaku konsumtif
perubahan pola konsumsi.
masyarakat dan menjadikan Indonesia
sebagai salah satu pasar yang potensial “Bisa dilihat banyak pola konsumsi
yang cukup baik untuk perusahaan- berubah total sejak kejadian ini. Dengan
perusahaan penyedia e-commerce. Akibat adanya COVID-19, transaksi secara online
dari pandemi Covid-19 adalah timbulnya lebih meningkat pesat. Dalam beberapa
perilaku pembelian secara impulsif. hal, ada tipe masyarakat yang awalnya tak
terlalu percaya belanja online.
Penyebaran virus covid 19 di Indonesia
membuat perilaku konsumen menjadi
berbeda. Pada awalnya konsumen mampu
mengendalikan emosinya dalam
melakukan pembelian, namun dengan
adanya virus ini konsumen menjadi panik.

Dorongan emosi, keinginan dan hasrat


yang keluar dari diri konsumen ini yang
sering disebut sebagai Impulse Buying.
Impulse buying adalah perilaku pembelian
yang tidak direncanakan yang dilakukan
dengan sedikit atau tanpa pertimbangan,
terdiri dari peran penting emosi dan
didorong oleh desakan tak tertahankan
untuk membeli.

Dengan adanya penerapan pemerintah


seperti itu membuat para pengusaha bisnis
di Indonesia mulai berfikir untuk menjual
produk/barang dagangan dengan
memanfaatkan media online yg lagi ramai
dibicarakan dikalangan masyarakat pada
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ocbcnisp.com/id/article/
2021/07/23/impulsive-buying

https://www.google.com/amp/s/
www.liputan6.com/amp/4211771/belanja-
dari-rumah-dan-pentingnya-dana-darurat-
di-tengah-pandemi-corona-covid-19

https://www.bnpb.go.id/berita/masker-
menjadi-peluang-usaha-di-masa-pandemi-
covid19

https://ameera.republika.co.id/berita/
qwil42330/masa-pandemi-penjualan-
masker-catat-performa-gemilang

http://www.wantiknas.go.id/id/berita/4-
cara-menerima-produk-belanja-online-
agar-tetap-aman-saat-pandemi

https://k-radiojember.com/berita/read/
fenomena-panic-buying-di-indonesia-
jaminan-sosial-yang-rendah-tingkatkan-
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai