Anda di halaman 1dari 2

Dia Sebuah Pelajaran.

Karya Rama Satria Wahyu Permana.

Ada seorang anak yang tidak pernah bersyukur atas segala yang dia
punya dan selalu membantah nasihat kedua orang tuanya. Dan dia juga
adalah anak yang nakal, Yura namanya. Pagi itu dia sedang pergi ke
sekolah bersama Minji. Diperjalanan mereka berdua sedang
membicarakan tentang rencana guru yang akan memilihkan teman
sebangku baru. Dan Yura mendapatkan teman sebangku yang bernama
Young Seok, katanya dia adalah seorang anak yang sangat kaya dan
memiliki paras yang tampan serta dia sangat disukai oleh anak anak
perempuan di kelas.
Hari itu Yura membawa bekal yang kurang enak, dan dia berusaha
mengambil bekal milik Young Seok, namun Young Seok berhasil
menghindarinya. Yura sangat heran dengan perilaku Young Seok yang
pelit, padahal dia adalah orang kaya.
Keesokan harinya dia berusaha mengambil bekal milik Young Seok,
tetapi begitu kagetnya Yura kalau bekal milik Young Seok kosong dan
tidak ada tanda tanda makanan sedikit pun di situ. Dengan rasa
penasarannya, sepulang sekolah Yura mengikuti Young Seok pulang
kerumahnya. Setalah sampai di rumah Young Seok, betapa kagetnya Yura
melihat rumah Young Seok sangat tua.
"Katanya dia kaya, tetapi rumahnya saja kelihatan sangat tua." Kata
Yura.
Dia pun menyelinap masuk kedalam rumah Young Seok tetapi hanya
sampai jendela saja. Dan dia dikejutkan lagi oleh keadaan Young Seok
yang sangat sederhana ketika terlihat dari jendela hanya tersisa 1 kaleng
beras saja dari gentong berasnya. Yura pun sangat perihatin melihat hal
tersebut.
Ketika dia ingin pulang, dia tidak sengaja menendang sebuah kaleng.
Dan Young Seok pun mendengarnya.
"Siapa itu." Kata Young Seok.
"Kenapa kau mengikuti ku?" Sambung Young Seok.
Yura pun kebingungan menjawabnya, dan akhirnya dia dipersilahkan
masuk oleh Young Seok kedalam rumahnya. Dia pun bertemu dengan
kedua adik Young Seok. Dan Young Seok menceritakan semua tentang
kisah hidupnya.
"Maaf ya Yura rumahnya kurang nyaman, sebenarnya aku adalah
anak yang sederhana dan bukan orang kaya seperti yang dibicarakan
semua orang."Kata Young Seok.
"Ah iya tidak papa, dimana ibumu?" Tanya Yura.
"Sebenarnya ibuku telah pergi dari rumah sejak 1 bulan yang lalu dan
sampai saat ini tidak ada kabar apa apa darinya, dan ayahku sudah
meninggal dunia sejak 1 tahun yang lalu." Kata Young Seok dengan raut
muka yang sedih.
Saat itu hari sudah mulai petang, Yura pun berpamitan pulang kepada
Young Seok. Diperjalanan dia mulai merenung setelah mendengar semua
cerita Young Seok, Yura lantas berbicara di dalam hatinya. "aku bahkan
tidak pernah bersyukur dengan makanan yang telah ibu beri kepadaku, dan
aku pun tidak pernah mendengarkan kata kata ibu dan ayah apalagi
menghormatinya."
Dari cerita Young Seok tadi, Yura mulai sadar bahwa dia adalah anak
yang masih beruntung. Dan anggapannya selama ini ternyata salah bahwa
dia adalah seorang anak tersial dan mengalami hidup yang susah di dunia,
ternyata masih ada yang lebih sial dan lebih susah darinya. Dan semenjak
saat itu dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu bersyukur
atas apa yang telah di beri oleh Tuhan untuknya, dia juga akan selalu
menghormati dan mendengarkan apa kata ibu dan ayahnya.
"Bahagialah secukupnya, sedih seperlunya, mencintai sewajarnya,
membenci sekadarnya, dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya."Kita
dituntut untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang,
bersyukur bukan hanya dalam hal materi saja tetapi juga dalam bentuk
lainnya, karena dengan apa yang kita miliki sekarang, belum tentu orang
lain juga memilikinya.

Anda mungkin juga menyukai