Anda di halaman 1dari 80

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA ANAK BALITA USIA 07 – 24 BULAN DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS TUMBU – TUMBU JAYA KECAMATAN
KOLONO TIMUR KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV
Gizi

OLEH :

REFNI HARMUFIANI

P00313019024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI D-IV GIZI
2023
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA ANAK BALITA USIA 07 – 24 BULAN DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS TUMBU – TUMBU JAYA KECAMATAN
KOLONO TIMUR KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Yang diajukan oleh:

REFNI HARMUFIANI

P00331019024

Telah disetujui oleh:

Pembimbing utama,

Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes Tanggal…………………..


NIP.19691231200003 1 006

Pembimbing pendamping,

Purnomo Leksono, DCN, M.Kes Tanggal…………………….


NIP.19590314198703 1 002

i
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI UJIAN AKHIR PROGRAM

Skripsi

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA ANAK BALITA USIA 07 – 24 BULAN DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS TUMBU – TUMBU JAYA KECAMATAN
KOLONO TIMUR KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Oleh :
REFNI HARMUFIANI
P00313019024

Telah diuji dan disetujui pada tanggal : 16 November 2022

TIM DEWAN PENGUJI

1. Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes Ketua Dewan Penguji ……….

2. Purnomo Leksono, DCN, M.Kes Sekretaris Penguji ..

……...

3. Evi Kusumawati, SST., M.Si, Med Anggota Penguji ……….

4. Astati, SST., M.Kes Anggota Penguji ……….

Mengetahui :

Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kendari Ketua Program Studi D.IV Gizi

Sri Yunanci, VG, SST, MPH Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes
NIP. 196910061992032002 NIP. 196412312000031006

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
yang dirujukan telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Refni Harmufiani


Nim : P00313019024
Tanggal : 16 November 2022

Yang Menyatakan

(Refni Harmufiani)

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas Poltekkes Kemenkes Kendari, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Refni Harmufiani
Nim : P00313019024
Program Studi / Jurusan : Diploma IV / Gizi
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 7-24 Bulan di wilayah Kerja
Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono
Timur Kabupaten Konawe Selatan.

Menyatakan bahwa setuju untuk memberikan kepada Poltekkes Kemenkes Kendari Hak
Bebas Royalti Non Eksekutif Atas Skripsi saya yang berjudul :
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMBU-
TUMBU JAYA KECAMATAN KOLONO TIMUR KABUPATEN KONAWE
SELATAN
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksekutif
ini Poltekkes Kemenkes Kendari berhak menyimpan, mengalih media / formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di Buat di Kendari
Pada tanggal 19 Juni 2023

(Refni Harmufiani)

iv
BIODATA PENULIS

A. Identitas
1. Nama : Refni Harmufiani
2. Nim : P00313019024
3. Tempat/Tanggal Lahir : Lambangi, 17 Februari 2002
4. Anak Ke : Dua dari empat Bersaudara
5. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : Desa Lambangi kecamatan kolono timur
kabupaten konawe selatan
8. Email : refniharmufianiii@gmail.com
B. Latar Belakang Pendidikan
1. Tamat TK melati : Tahun 2007
2. Tamat SDN 5 kolono : Tahun 2013
3. Tamat SMP 9 Kendari : Tahun 2016
4. Tamat SMAN 7 Konawe Selatan : Tahun 2019
5. D.IV Gizi Poltekkes Kendari : Tahun 2023

v
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA USIA 7–24 BULAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
TUMBU-TUMBU JAYA KECAMATAN KOLONO TIMUR
KABUPATEN KONAWE SELATAN

Ringkasan

Refni Harmufiani
Dibawah bimbingan Sultan Akbar Toruntju dan Purnomo

Latar belakang : Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia


Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini
dikarenakan gangguan pertumbuhan fisiknya (bertumbuh pendek/stunting) dan
perkembangan otaknya, yang akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi
disekolah, produktivitas dan kreativitas diusia produktif. Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki prevalensi stunting pada tahun 2019 sebesar 27,7%. Salah satu
wilayah Sulawesi tenggara yang juga memiliki masalah stunting yang cukup tinggi
yaitu kebupaten konawe selatan dengan prevalensi sebesar 25,18% (10,05% sangat
pendek dan 15,13% pendek). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
asupan maka, pemberian ASI eksklusif dan pola asuh pada kejadian stunting
pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu jaya kecamatan
kolono timur kabupaten konawe selatan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survey analitik
menggunakan desain case control studi dan telah dilaksanakan pada tanggal 25 mei –
06 juni 2023 diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu jaya kecamatan kolono timur
kabupaten konawe selatan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 30
anak balita Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling
dengan uji statistic yang digunakan uji Chi-square.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan makan
dengan kejadian stunting pada balita (p=0,001, OR=17,87), terdapat hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita (p=0,000, OR=26,00),
terdapat hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting pada balita (p=0,000,
OR=,42,25). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Asupan makan, pemberian ASI
eksklusif dan Pola asuh terdapat hubungan dengan kejadian stunting pada balita.

Kata kunci : Stunting, Asupan makan, Pemberian ASI eksklusif, Pola Asuh

vi
FACTORS RELATED TO STUNTING INCIDENCE IN TODDLERS
AGED 7-24 MONTHS IN THE REGION TUMBU-TUMBU JAYA
PUSKESMAS WORKEAST KOLONO DISTRICT
KONAWE DISTRICT SOUTH

ABSTRACT

Refni Harmufiani

Background: Stunting is a major threat to the quality of Indonesian people, as well


as a threat to the nation's competitiveness. This is due to being stunted, not just
disrupting physical growth (stunting), but also disrupting brain development, which
of course will greatly affect ability and achievement in school, as well as
productivity and creativity in productive ages. Southeast Sulawesi province has a
stunting prevalence of 26.36% (10.31% very short and 16.05 short) and in 2019
Southeast Sulawesi has a stunting prevalence of 27.7%, this means that the problem
of stunting in Southeast Sulawesi province is still not resolved. exceeded the target
set by WHO, namely <20%. One of the areas in Southeast Sulawesi that also has a
fairly high stunting problem is Konawe Selatan district with a prevalence of 25.18%
(10.05% very short and 15.13% short). This study aims to determine the relationship
between food intake, exclusive breastfeeding and parenting patterns on the incidence
of stunting in toddlers aged 7-24 months in the working area of the Tumbu-Tumbu
Jaya Public Health Center, East Kolono District, South Konawe Regency.
Methods: This research is a quantitative study with an analytical survey using a
case control study design and was carried out on May 25 - June 6 2023 in the
working area of the Tumbu-Tumbu Jaya Health Center, East Kolono District, South
Konawe Regency. The sample used in this study were 30 children under five. The
sampling technique used was purposive sampling. While the statistical test used Chi-
square test.
Results: This study shows that there is a relationship between food intake and the
incidence of stunting in toddlers (p=0.001, OR=17,87), there is a relationship
between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in toddlers (p=0.000,
OR=26,00), there is a relationship between parenting style with the incidence of
stunting in toddlers (p=0.000, OR=42,25). So it can be concluded that food intake,
exclusive breastfeeding and parenting patterns have a relationship with the
incidence of stunting in toddlers.

Keywords: Stunting, food intake, exclusive breastfeeding, parenting style

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuni-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas Skripsi ini judul “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita 07-24 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono.
Proses penyusunan skripsi ini telah melewati perjalanan panjang dalam
penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan meteril pihak lain.
karena itu sudah selanjutnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM. MMPM selaku direktur Poltekkes Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G., SST. MPH Selaku ketua jurusan gizi Poltekkes Kendari
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
ikhlas meluangkan waktu dan berbagi ilmu guna membantu penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak Purnomo Leksono, DCN, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberi
dukungan dan membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Bapak atau ibu dosen dewan penguji, atas masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini
6. Seluruh dosen staff Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kendari
7. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis persembahkan kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda (Dr. Muhlis, S.Kom., MM), dan Ibunda (Hariani, S.Pd)
yang telah melahirkan penulis dan merawat penulis hingga sekarang dengan penuh
kasih sayang yang tak terhingga, serta banyak memberikan bantuan moral, materi,
arahan, motivasi dan selalu mendoakan keberhasilan serta keselamatan selama
menumpuh pendidikan.
8. Teman-teman seperjuangan D-IV Jurusan Gizi Angkatan 2019 Khususnya Sahabat
saya Sri Ayu Septiana yang tak henti-hentinya selalu memberikan dukungan dan
setia membantu saya selama penyusunan skripsi ini. Serta Suci Desiani, Dewi
Pratiwi dan Widya Ningsi Ainun Pratiwi yang dimana mereka banyak memberikan
semangat, dukungan serta kenangan dan ceria suka duka selama masa perkuliahan.

viii
9. Ucapan terimakasih kepada Muh Fathur Rahman Nur As. yang telah mendukung
saya, mendoakan saya, sudah menjadi support system selama proses penyusunan
skripsi ini dan selalu menemani saya dalam suka maupun duka
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan penulisan sangat diharapkan. atas saran dan masukan, penulis ucapkan
banyak terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, Aamiin

Kendari, 19 Juni 2023

REFNI HARMUFIANI

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................i
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI UJIAN AKHIR PROGRAM............................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv
BIODATA PENULIS...................................................................................................................v
ABSTRACT..................................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................x
DAFTAR TABEL........................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
E. Keaslian Penelitian..................................................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................9
A. Gambaran Umum Anak Balita Usia 07-24 Bulan..................................................9
B. Stunting.................................................................................................................10
C. Pola Asuh..............................................................................................................17
D. Asupan makan......................................................................................................19
E. Pemberian ASI Eksklusif......................................................................................19
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.................................................................20
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................................22
A. Jenis dan desain penelitian....................................................................................22
B. Waktu dan tempat penelitian................................................................................23
C. Populasi dan Sampel.............................................................................................23
D. Variabel Penelitian...............................................................................................24
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...........................................................24
F. Instrumen Penelitian..............................................................................................25
G. Jenis dan cara pengumpulan data.........................................................................25
H. Pengolahan, Penyajian Dan Analisis Data...........................................................26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................30
A. Gambaran umum lokasi penelitian.....................................................................30
B. Hasil penelitian...................................................................................................31
C. Pembahasan........................................................................................................35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................39
A. Kesimpulan........................................................................................................39
B. Saran...................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................41

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
.
Tabel 1. Keaslian Penelitian..............................................................................................8
Tabel 2. Klasifikasi status gizi berdasarkan PB/U atau TB.............................................12
Tabel 3. Pemberian Makan Anak Balita..........................................................................19
Tabel 4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.......................................................24
Tabel 5. Karakteristik Sampel.........................................................................................31
Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Kejadian Stunting..................................................31
Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Asupan Makan......................................................32
Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Pemberian Asi Ekslusif...........................32
Tabel 9. Distribusi Sampel Menurut Pola Asuh..............................................................33
Tabel 10. Hasil uji hubungan Asupan Makan Dengan Kejadian Stunting......................33
Tabel 11. Hasil Uji Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting....34
Tabel 12. Hasil Uji Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting............................35

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Kerangka teori................................................................................................20


Gambar 2. Kerangka konsep............................................................................................21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Lampiran 1. Lembar persetujuan sebagai responden......................................................46
Lampiran 2. Lembar kuesioner........................................................................................47
Lampiran 3. Master Tabel................................................................................................52
Lampiran 4. Analisis Bivariat dan Univariat...................................................................54
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Dari Badan Kesatuan Dan Politik..............................59
Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian..............................................................60
Lampiran 7. Surat Pengantar Pengurusan Ethical Clearance..........................................61
Lampiran 8. Surat sertifikat Ethical Clearance................................................................62
Lampiran 9. Bebas Pustaka..............................................................................................63
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan..............................................................................64

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi di Indonesia terutama pada anak balita yang sekarang masih

menjadi permasalahan di Indonesia antaranya masalah gizi kurang. Gizi buruk

serta stunting. Stunting atau biasa disebut dengan balita pendek tidak disadari

oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan berdampak pada

kemampuan kognitif dan produktivitas jangka panjang, bahkan bisah

berdampak pada kematian. (Oktariani & sudiarti, 2014). Masa balita

merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu juga penentu keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh

kembang di masa ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan

pernah terulang, karena itu sering disebut dengan golden age atau masa

keemasan. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak untuk tumbuh kembang optimal

(Wirjatmadi dan Welasasih,2012).

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia

Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini

dikarenakan stunted, bukan terganggu pertumbuhan fisiknya (bertumbuh

pendek/stunting) Saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang

mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi disekolah,

juga produktivitas dan kreativitas diusia-usia produktif (Depkes,2018).

Dampak stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,

1
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolism dalam tubuh

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Persentase anak balita stunting di Sultra pada tahun 2017, sebesar

36,4% dengan Kabupaten yang tertinggi adalah Buton Tengah sebesar 48,8%

dan yang terendah Kabupaten Wakatobi sebesar 26,4%. Sedangkan di

Kabupaten Konawe sebesar 29,6% (PSG,2017). Apabila dibandingkan dengan

tahun 2018 besaran masalah balita stunting di Sultra mengalami penurunan

dari 36,4% menjadi 22%. Besaran masalah anak balita stunting di Sultra

dengan menggunakan batasan WHO terdapat 13 Kabupaten pada katagori

masalah serius (>30%) dan hanya 3 Kabupaten pada kategori bermasalah (20-

30%) (PSG, 2017).

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) provinsi Sulawesi

Tenggara memiliki prevalensi stunting sebesar 26,36% (10,31% sangat pendek

dan 16,05 pendek) dan pada tahun 2019 sulawesi tenggara memiliki

prevalensi stunting sebesar 27,7%, hal ini berarti permasalahan stunting di

provinsi Sulawesi tenggara masih belum melampaui target yang ditetapkan

oleh WHO yaitu <20%. Salah satu wilayah Sulawesi tenggara yang juga

memiliki masalah stunting yang cukup tinggi yaitu kebupaten konawe selatan

dengan prevalensi sebesar 25,18% (10,05% sangat pendek dan 15,13%

pendek) (riskesdes, 2018).

Dari data awal yang diperoleh penulis dipuskesmas Tumbu-Tumbu

Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan terdapat 15 balita

yang stunting. (Laporan Puskesmas 2022).

2
Menurut UNICEF dalam BAPPENAS (2011), dijelaskan bahwa fator-

faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu faktor langsung dan tidak

langsung, faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu karakteristik

anak berupa jenis kelamin laki- laki,berat badan lahir rendah, konsumsi

makanan berupa asupan energi rendah dan asupan protein rendah, penyakit

infeksi ISPA dan diare. Sedangkan faktor tidak langsung yaitu Pola asuh, tidak

ASI ekslusif, pelayanan kesehatan berupa status imunisasi yang tidak lengkap,

dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan

status ekonomi keluarga.

Menurut beberapa penelitian, faktor penyebab terjadinya stunting

adalah pola asuh ibu yang kurang terhadap balita yaitu dalam praktik pemberian

makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/hygiene, sanitasi lingkungan

dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. (KARSINES, 2013). Masalah kejadian

stunting secara garis besar adalah pola asuh ibu yang memberikan asupan

makanan pada balita tersebut tidak baik atau kekeliruan orang tua yang

memberikan asupan makanan pada balitanya sehingga menyebabkan penyakit

kronis atau dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi pada balita yang

mengalami stunting (Rahmayana, 2014).

Dampak yang terjadi pada balita yang mengalami stunting yaitu sistem

kekebalan tubuh lemah yang dapat menyebabkan balita lebih rentan terkena

penyakit, terutama pada balita dengan lingkungan sanitasi buruk, balita rentan

terkena infeksi dari balita lain atau orang dewasa yang sakit, fungsi kekebalan

tubuh yang lemah ini kurangnya asupan vitamin A. Selain lebih rentan terkena

penyakit dampak gizi buruk atau kurang yaitu keterlambatan pertumbuhan,

3
karena daya tahan tubuh yang lemah akan seringkali mengalami infeksi pada

saluran cerna berulang, status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi

dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Notoadmodjo, 2003).

Pola makan adalah kebiasaan makan yang terbentuk dari perilaku

makan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (Adriani, 2014).

Pola menu makanan adalah cara memilih hidangan yang terdiri dari olahan

bahan pangan untuk dikonsumsi. Pemilihan menu makanan meliputi semua

golongan makanan yang sesuai dengan kebutuhan keseimbangan zat gizi yang

terkandung di dalamnya (Santoso dalam Wachdani, dkk, 2012).

Pola pemberian makan Kebutuhan gizi antar anak berbeda. Hal ini

dipengaruhi oleh umuran dan komposisi tubuh, pola aktivitas dan kecepatan

tumbuh. Pola makan mendukung pertumbuhan normal tinggi badan dan berat

badan anak.jadwal pemberian makanan yaitu 3 kali makanan utama (pagi, siang

dan malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara 2 kali makanan utama)

(Almatsir, dkk, 2011).

Pemberian ASI Eksklusif kurang dari enam bulan juga merupakan salah

satu faktor yang mengakibatkan terjadinya stunting. Sebuah penelitian yang

dilakukan di Nepal menyatakan bahwa anak yang berusia 0-23 bulan secara

signifikan memiliki risiko yang rendah terhadap stunting, dibandingkan dengan

anak yang berusia > 23 bulan. Hal ini dikarenakan oleh perlindungan ASI yang

didapat. (Tiwari dkk., 2014).

Manfaat pemberian ASI Eksklusif tidak hanya dirasakan oleh balita,

tetapi juga oleh ibunya. ASI adalah sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan

komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan balita pada masa

4
pertumbuhan. ASI mengandung berbagai zat kekebalan sehingga anak akan

jarang sakit, mengurangi diare dan infeksi saluran pencernaan (Waryana, 2010).

Di Indonesia, perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif memiliki

hubungan yang bermakna dengan indeks PB/U, dimana 48 dari 51 anak stunting

tidak mendapatkan ASI eksklusif (Oktavia, 2011 dalam Anisa, 2012).

Menunjukan bahwa pemberian umur pertama pemberian MP-ASI berhubungan

signifikan dengan indeks status gizi PB/U pada baduta (Anisa, 2012)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting

pada anak balita usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas tumbu –

tumbu jaya Kecamatan kolono timur, Kabupaten konawe selatan ?

2. Apakah ada hubungan Asupan makan dengan kejadian stunting pada anak

balita usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas tumbu – tumbu jaya

Kecamatan kolono timur, Kabupaten konawe selatan ?

3. Apakah ada hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada anak balita

usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas tumbu – tumbu jaya

Kecamatan kolono timur, Kabupaten konawe selatan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian stunting

pada anak balita usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas tumbu –

tumbu jaya Kecamatan kolono timur, Kabupaten konawe selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemberian Asi ekslusif pada anak balita usia 07-24

5
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono

Timur, Kabupaten Konawe Selatan.

b. Untuk mengetahui asupan makan pada anak balita usia 07-24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono Timur

Kabupaten Konawe Selatan.

c. Untuk mengetahui pola asuh pada anak balita usia 07-24 bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten

Konawe Selatan.

d. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada anak balita usia 07 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Tumbu– Tumbu Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe

Selatan.

e. Untuk Mengetahui hubungan asupan makan dengan kejadian stunting pada

anak balita usia 07 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas tumbu – tumbu

jaya Kecamatan kolono timur Kabupaten konawe selatan.

f. Untuk Mengetahui hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada anak

balita usia 07 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tumbu – Tumbu

Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti terkait dengan

faktor- faktor yang berhubungan dengan stunting pada anak balita usia 07 –

24 Bulan.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

6
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur untuk

penelitian selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada anak balita usia 07 –

24 Bulan.

3. Manfaat bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi Dinas

Kesehatan, Rumah Sakit, dan Puskesmas setempat untuk lebih meningkatkan

program- program terkait pencegahan dan penanganan stunting pada anak

balita 07 – 24 Bulan.

4. Manfaat bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan

program-program dalam mengatasi masalah stunting pada anak balita.

5. Manfaat bagi Masyarakat

Menambah wawasan dan informasi kepada masyarakat tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada anak balita usia 07 –

24 Bulan.

7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Penelitian Judul Variabel Lokasi Kapan Persamaan Perbedaan
Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir, Puskesmas Pada tahun 2017 Jenis penelitian ini Variabel bebas
Stunting Pada Anak Tingkat Kemakmuran Gabus II adalah lokasi dan tahun
Balita Usia 24-59 Bulan Keluargam Dan Asupan Kabupaten observasional
Asutik, M. Zen
(Studi Kasus Di Zat Gizi (Energy, Protein Pati analitik dengan
1 Eahfiludin, ronny
Wilayah Kerja Besi, Seng, Kalsium Dan desain penelitian
Aruben
Puskesmas Gabus II Vitamin A) cross sectional
Kabupaten Pati Tahun study
2017)
2 Gladys apriluana Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Berat Badan Dinegara Tahun 2018 Kejadian stunting Pada variabel bebas,
dan Sandran Risiko Terhadap Lahir Rendah (BBLR), Berkembang pada balita lokasi dan tahun
Fikawati Kejadian Stunting Pada Pendidikan, Pendapatan Dan Asia
Balita (0-59 Bulan) Di Rumah Tangga, Hygiene Tenggara
Negara Berkembang Sanitasi
Dan Asia Tenggara
3 Erfince Wanimbo, Hubungan Karakteristik Baduta, stunting, Di kabupaten Tahun 2017 Penelitian ini Perbedaan dalam
Minami Ibu Dengan Kejadian karakteristik ibu, 1000 tolikara menggunakan penelitian terdahulu,
Wartiningsih Stunting Baduta (7-24 HPK observasional melakukan
Bulan) analitik dengan penelitian pada
pendekatan cross hubungan kejadian
sectional pada baduta
4 Erika Fitria Asi Ekslusif Asi Ekslusif, Balita, Di Tahun 2020 Penelitian ini Perbedaan pada
Lestari, Luluk Berhubungan Dengan Stunting Yogyakarta merupakan peneliti dalam
Khusnul Kejadian Stunting Pada Kabupaten penelitian penelitian
dwihestie Balita Sleman Di kuantitatif korelasi menggunakan uji
Puskesmas dengan metode analisa data
Moyu Dan case-control
Seleman
5 Elsa Nur Aini, Sri Faktor Yang Stunting, Faktor Resiko, Di Puskesmas Tahun 2018 Jenis penelitian Perbedaan pada
Acha di Mempengaruhi Stunting Balita Cepu yang digunakan variabel terikat
Nugraheni, Siti Pada Balita Usia 24-59 Kabupaten dalam penelitian peneliti terdahulu
Fatimah Bulan Di Puskesmas Blora kuantitatif yang variabel terikatnya :
Pradigodo Cepu Kabupaten Blora bersifat analitik faktor resiko, balita,
observasional stunting
dengan pendekatan
kasus control

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Anak Balita Usia 07-24 Bulan

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai

dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak

dengan kualitas yang tinggi (Ariani, 2017). Kesehatan seorang balita sangat

dipengaruhi oleh gizi yang terserat didalam tubuh kurangnya gizi yang diserap

oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi

pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh (Gizi et al., 2018).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita adalah istilah

umu bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3- 5 tahun). Saat

usia batita, anak masih tergantung penuh pada orangtua untuk melakukan

kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan (Setyawati dan Hartini,

2018).

Masa pertumbuhan pada balita membutuhkan zat gizi yang cukup,

karena pada masa itu semua organ tubuh yang penting sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Balita merupakan kelompok masyarakat 9

yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan

perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok

umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan gizi (Nurtina

et al., 2017).

9
B. Stunting

1. Pengertian Stunting

Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan rendah menurut usia.

Stunting diukur dengan nilai z untuk tinggi badan atau panjang badan

menurut umur (TB/U atau PB/U) yaitu dengan nilai lebih dari 2 standar

deviasi (SD) di bawah rata-rata Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan

oleh WHO (Kemenkes RI, 2018; WHO, 2018). Pengukuran Panjang badan

dilakukan bagi balita berusia kurang dari 2 tahun atau belum bisa berdiri

tegak, sedangkan tinggi badan diberlakukan bagi balita yang lebih dari 2

tahun atau bisa berdiri tegak. Pengukuran dilakukan secara antropometri

dengan alat ukur length board untuk panjang badan dan microtoise untuk

tinggi badan (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) balita memerlukan 550-1600 kilokalori dan protein sebesar 12-35

gram sesuai usia dan jenis kelamin. Selain itu juga diperlukan asupan zat gizi

mikro lainnya mencakup vitamin dan mineral (Kemenkes RI, 2013).

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan dimana tubuh yang sangat

pendek hingga melampaui -2 standar deviasi (SD) dibawah mendian panjang

atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Stunting (tubuh yang

pendek) menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan

memerlukan waktu bagi anak untuk berkembangserta pulih kembali (Gibney,

2013).

Balita adalah anak yang berumur 0–59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat disertai

10
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih

banyak dengan kualitas tinggi. Anak balita termasuk kelompok rawan gizi,

mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang di

butuhkan (Waryono, 2010).

Anak–anak pada periode usia balita tetap mempunyai dorongan

pertumbuhan yang biasanya bertepatan dengan periode peningkatan masukan

dan nafsu makan. ketika memasuki periode pertumbuhan yang lebih lambat,

masukan dan nafsu makan seorang anak juga akan berkurang. Adanya variasi

dalam hal nafsu makan dan asupan makanan pada anak usia sekolah harus

dipahami oleh para orang tua agar dapat memberikan respon yang baik

terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anak (Ningsih,2012).

Senbanjo et al mendefinisikan stunting adalah keadaan status gizi

seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana

terletak pada <-2 SD.Indeks TB/U merupakan indeks antropometri yang

menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan berhubungan dengan

kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. SK Menkes menyatakan pendek dan

sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan

menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang

merupakan padanan istilah stunting (pendek) dan severely stunting (sangat

pendek). (Kemenkes RI, 2013). Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi

badan dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama. (Gibson, 2005).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang

11
didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting

(pendek) dan severely stunting (sangat pendek). Balita pendek (stunting)

dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi

badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah

normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan

panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan

standar baku WHOMGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun

2005, nilai zscorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika

nilai z-scorenya kurang dari -3SD. (Kemenkes RI, 2015).

Tinggi badan dalam keadaan normal akan bertambah seiring dengan

bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,

relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang

pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak

dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini dapat digunakan untuk

menggambarkan status gizi pada masa lalu. (Gibson, 2005).

Status gizi pada balita dapat dilihat melalui klasifikasi status gizi

berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi status gizi berdasarkan PB/U atau TB


anak umur 0-60 bulan
Indeks Kategori status gizi Ambang batas
Berat badan sangat kurang <-3 SD
Berat badan menurut
-3 SD sd <-2
umur (BB/U) anak usia Berat badan kurang
SD
0-60 bulan
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Resiko berat badan lebih >+1 SD
Panjang badan atau Sangat pendek <-3 SD
tinggi badan menurut -3 SD sd <-2
Pendek
umur (PB/U atau TB/U) SD
anak usia 0-60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD

12
Tinggi >+3 SD
Sumber: Permenkes Nomor 2 Tahun 2020

2. Patofisiologi stunting

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah

pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh

pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak tampak sakit.

Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan

dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan

melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi

pada anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden

hunger. (Word Health Organization, 2013).

Stunting merupakan retradasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam

panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan

pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health

Statistics (WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress

yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang

buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).

(Word Health Organization, 2013).

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan

berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan

ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut

menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak sekolah

dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang

13
kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa penanggulangan yang

memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation. Kekurangan gizi pada

hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap

tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti

masalah defisiensi zat gizi mikro (Word Health Organization, 2013).

3. Prevalensi Stunting

Penurunan prevalensi stunting menjadi priotitas Sustainable

Development Goals (SDG’s) di Indonesia hingga tahun 2030 untuk

menurunkan sebanyak 40% dari jumlah balita stunting (Kemenkes RI, 2018;

WHO, 2018). Secara langsung stunting disebabkan oleh asupan makanan dan

penyakit infeksi yang ditentukan oleh pola asuh ibu (Pratiwi, Masrul, dan

Yerizel, 2016). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penerapan gizi

seimbang selama periode kehamilan dan pola asuh gizi teruatama dalam

1000 Hari Pertama Kehidupan akan memengaruhi kejadian stunting pada

balita. Selain itu, status kesehatan ibu berperan penting dalam menentukan

status gizi dan kesehatan balita (Altare, et al., 2016; Huicho, et al., 2017;

Kismul, et al., 2018). Pemilihan metode kontrasepsi sebagai upaya

pengaturan kehamilan selanjutnya juga berkorelasi positif terhadap

pertumbuhan dan perkembangan optimal pada balita. Namun, pada beberapa

penelitian membuktikan bahwa tingkat pemahaman ibu terkait pemilihan

metode kontrasepsi masih rendah, termasuk pemberian ASI eksklusif yang

selain berperan sebagai metode kontrasepsi alami juga berperan dalam

pencegahan stunting pada balita (Kemenkes, 2013; Kusumawardhani, 2017).

Stunting merupakan masalah gizi utama yang terjadi pada negara-

14
negara berkembang. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting

terdapat di 24 negara berkembang di Asia dan Afrika. (UNICEF, 2009).

Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki prevalensi anak

stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat ini,

prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun di Asia Selatan sekitar 38%.

(UNICEF, 2014).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 angka prevalensi stunting pada anak

di bawah umur 5 tahun secara nasional yaitu 36,8%.22 Angka prevalensi ini

tidak mengalami penurunan yang signifikan, karena angka prevalensi stunting

pada anak umur di bawah 5 tahun di Indonesia tahun 2010 tetap tinggi yaitu

35,6%. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa masih terdapat 19

provinsi di Indonesia dengan prevalensi anak umur di bawah 5 tahun

pendek dan sangat pendek lebih tinggi dari prevalensi nasional. (Kemenkes

RI, 2010).

4. Dampak Stunting

Menurut laporan UNICEF beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut:

a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam

bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.

Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang

dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk

belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi

badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk

sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak

15
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap

kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

(UNICEF, 1998) Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan

perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari

stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan

tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.

Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting

mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi

kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,

bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

(UNICEF, 1998).

b. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.

Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,

kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan

kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan

mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunting

terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar

meninggal saat melahirkan. (UNICEF, 1998).

5. Faktor penyebab yang mempengaruhi stunting

Stunting dipengaruhi oleh banyak faktor dan faktor tersebut saling

16
terkait antara satu dengan yang lainnya. UNICEF (1998) menggambarkan

faktor yang berhubungan dengan status gizi termasuk stunting. Pertama,

penyebab langsung dari stunting adalah asupan gizi dan penyakit infeksi.

Asupan gizi yang tidak seimbang, tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat

gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang seperti makanan yang beragam,

sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya bayi tidak memeperoleh ASI

eksklusif. Kedua, penyebab tidak langsung, yaitu ketersediaan pangan tingkat

rumah tangga, perilaku atau asuhan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan

dan lingkungan. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga khususnya

pangan untuk bayi 0-6 bulan yaitu ASI eksklusif dan bayi usia 6-23 bulan

yaitu MP-ASI, dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil.

Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Ketersediaan pangan

tingkat rumah tangga, perilaku atau asuhan ibu dan anak, dan pelayanan

kesehatan dan lingkungan dipengaruhi oleh masalah utama berupa

kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja.

Keseluruhan dari penyebab masalah gizi di atas dipengaruhi oleh masalah

dasar, yaitu krisis politik dan ekonomi.

C. Pola Asuh

Secara etiologi, pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh

berarti merawat, menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau

sistem dalam merawat, menjaga dan mendidik. Pola asuh orang tua adalah

interaksi orang tua terhadap anaknya dalam hal mendidik dan memberikan

contoh yang baik agar anak dapat kemampuan sesuai dengan tahap

perkembangannya (Handayani, dkk, 2017).

17
Dampak Pola Asuh yaitu keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan

penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan

aktivitas. Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat,

dipengaruhi beberapa faktor antara lain: penyakit infeksi, konsumsi makanan,

tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu,

tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga,

budaya pantang makanan, dan pola asuh gizi. Selain itu status gizi juga dapat

dipengaruhi oleh praktek pola asuh gizi yang dilakukan dalam rumah tangga

yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta

sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan

anak. Menurut Marian yang dikutip oleh Prahesti (2001), mengatakan bahwa

salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi adalah praktek penyusuan dan

pemberian MP-ASI. Lebih lanjut praktek penyusuan dapat meliputi pemberian

makanan prelaktal, kolostrum, menyusui secara eksklusif dan praktek

penyapihan. Praktek pola asuh gizi dalam rumah tangga biasanya berhubungan

erat dengan faktor pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan

ibu. Menurut Suhardjo (2008) anak–anak yang tumbuh dalam suatu keluarga

miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota

keluarga lainnya dan anak yang kecil biasanya paling terpengaruh oleh kurang

pangan.

Sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan

untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa

anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relatif lebih banyak dari pada

anak-anak yang lebih tua. Keadaan diatas akan lebih buruk jika ibu balita

18
memiliki perilaku pola asuh yang kurang baik dalam hal penyusuan.

D. Asupan makan

Asupan makan adalah kebiasaan makan yang terbentuk dari perilaku

makan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (Adriani, 2014).

Pola menu makanan adalah cara memilih hidangan yang terdiri dari olahan

bahan pangan untuk dikonsumsi. Pemilihan menu makanan meliputi semua

golongan makanan yang sesuai dengan kebutuhan keseimbangan zat gizi yang

terkandung di dalamnya (Santoso dalam Wachdani, dkk, 2012). Pola

pemberian makan Kebutuhan gizi antar anak berbeda. Hal ini dipengaruhi

oleh umuran dan komposisi tubuh, pola aktivitas dan kecepatan tumbuh. Pola

makan mendukung pertumbuhan normal tinggi badan dan berat badan

anak.jadwal pemberian makanan yaitu 3 kali makanan utama (pagi, siang dan

malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara 2 kali makanan utama) (Almatsir,

dkk, 2011).

Tabel 3. Pemberian Makan Anak Balita


Bentuk makanan
Usia (bulan) ASI Makanan Makanan Makanan
lumak lembik keluarga
12 – 23
24 – 59
Sumber : kementerian Kesehatan 2016

Keterangan : Usia 12-23 bulan : diberikan ASI dan makanan keluarga

Usia 24-59 bulan : diberikan makanan keluarga

E. Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif mempunyai banyak manfaat bagi bayi

19
diantaranya, bayi dapat terlindungi dari infeksi, mendapatkan makanan yang

bergizi, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi tingkat kematian bayi dan

balita. ASI mengandung kalium yang lebih banyak dan dapat diserap tubuh

dengan baik sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan

dan dapat terhindar dari resiko stunting.ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada

bayi berupa ASI saja, tanpa diberi cairan lain baik dalam bentuk apapun. ASI

Eksklusif diberikan minimal dalam jangka waktu enam bulan. ASI saja dapat

mencukupi kebeturlan bayi dalam enam bulan pertama kehidupannya, makanan

dan minuman lain justru dapat membahayakan kehidupan (Waryana, 2010).

Di Indonesia, perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif memiliki

hubungan yang bermakna dengan indeks PB/U, dimana 48 dari 51 anak stunting

tidak mendapatkan ASI eksklusif (Oktavia, 2011 dalam Anisa, 2012).

Menunjukan bahwa pemberian umur pertama pemberian MP — ASI berhubungan

signifikan dengan indeks status gizi PB/U pada baduta (Anisa, 2012).

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori
Stunting

Berat Badan Lahir

Status Gizi Anak Balita


Pencegahan dan penanganan
Konsumsi adekuat penyakit infeksi

Akses pangan
Sanitasi dan air bersih
(status ekonomi Pola asuh wawasan pelayanan kesehatan
keluarga, jumlah dan pengetahuan (imunisasi, akses terhadap
anggota keluarga) pemberian Asi pelayanan kesehatan,
ekslusif dan revitalisasi posyandu,
pemberian makan

Kemiskinan, pendapatan, pendidikan keterampilan dan


kesempatan kerja
20
Gambar 1. Kerangka teori (modifikasi Achadi-EL.2016)
Stunting bisa disebabkan karena berat badan lahir rendah, pola asuh yang

kurang, pemberian ASI eksklusif serta pemberian makanan. Adapun pencegahan

dan penanganan penyakit melalui sanitasi dan air bersih (imunisasi, akses terhadap

pelayanan kesehatan, revitalisasi posyandu, distribusi dan suplai air bersih).

2. Kerangka konsep

Asi Ekslusif

Pola Asuh Stunting

Asupan Makan

Gambar 2. Kerangka konsep

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti

3. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak

balita usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

Kecamatan kolono Timur, Kabupaten konawe selatan ?

b. Ada hubungan Asupan Makan dengan kejadian stunting pada anak balita usia

07 –24 Bulan di wilayah kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan

kolono Timur, Kabupaten konawe selatan ?

21
c. Ada hubungan Pola Asuh dengan kejadian stunting pada anak balita usia 07 – 24

Bulan di wilayah kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan kolono

Timur, Kabupaten konawe selatan ?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yakni observasional analitik dengan

pendekatan Case Control Study. Observasional analitik adalah penelitian yang

menari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Pada

penelittian ini dilakukan anaisis terhadap data, karena itu pada penelitian

analitik selalu diperlukan hipotesis yang harus diformulasikan sebelum

penelitian dimulai.

Desain penelitian case control yaitu suatu penelitian analitik yang

menyangkut bagaimana factor resiko dipelajari dengan menggunakan

pendekatan retrospektif. Penelitian case control dapat digunakan untuk menilai

berapa besarkah peran factor resiko dalam kejadian penyakit (cause-effect

relationship).

Apakah ada FR Retrospektif Penelitian dimulai disini

a FR (+)
Kasus ( kelompok subjek
b FR (-) dengan penyakit )

Maching :
- Jenis kelamin
- Umur

22
c FR (+)
Kontrol ( kelompok
subjek tanpa penyakit )
d FR (-)

Skema Penelitian Case Control

23
Tahapan kegiatan studi case control

1. Identifikasi variabel penelitian ((factor resiko dan efek)

2. Penetapan subek penelitian (populasi dan sampel)

3. Identifikasi kasus

4. Pemilihhan subjek control

5. Melakukan pengukuran (retrospektif)

6. Melakukan analisis hasil

a. Koorelasi antara factor resiko ( FR ) – efek ( outcome )

b. Analisis untuk mengetahui besarnya resiko OR ( Odd Ratio )

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei pada tahun 2023 di

Puskesmas Tumbu – Tumbu Jaya Kecamatan kolono timur Kabupaten

konawe selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita 07 – 24

bulan yang ada di delapan (10) desa wilayah kerja puskesmas tumbu –

tumbu jaya Kecamatan kolono timur Kabupaten Konawe Selatan sebanyak

15 orang Balita stunting pada tahun 2022.

2. Sampel

a. Sampel kasus

Anak balita usia 07-24 bulan sebanyak 15 orang balita stnting

b. Sampel control

Diambil populasi non stunting secara maching antara umur dan jenis

24
kelamin anak balita usia 07-24 bulan sebanyak 15 orang balita non

stunting.

3. Maching Sampel

Untuk menyamakan antara sampel kasus dan sampel control.

Maching sampel yang akan dilakukan yaitu pada variabel umur dan jenis

kelamin.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pemberian Asi Ekslusif, Asupan makan, Pola Asuh

2. Variabel terikat : Anak balita stunting

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Variabel Pemberian Asi Ekslusif


Definisi Memberikan hanya Asi saja untuk bayi yang baru
lahir sampai 6 bulan, tanpa menambahkan dengan
makanan dan minuman lain (kecuali obat, vitamin,
Cara Ukur mineral).
Alat Ukur Wawancara
Kriteria objektif Kuesioner
a. Ekslusif, apabila bayi mendapat Asi saja 0-6
bulan
b. Tidak ekslusif, apabila bayi mendapat makanan
selain Asi 0-6 bulan
2. Variabel Asupan Makan
Definisi Pola makan adalah kebiasan makan yang terbentuk
dari perilaku makan yang beruluang-ulang dalam
jangka waktu yang lama
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Formulir Recall
Kriteria Objektif a. Cukup, jika skor jawaban ≥ 70 %
b. Kurang, jika skor jawaban < 70 %
3. Variabel Pola Asuh
Definisi Mempertahankan kehidupan fisik anak dan
meningkatkan kesehatan serta memfasilitasi anak
untuk mengemban kemampuan sejalan dengan
tahan perkembangan dan mendorong peningkatan
kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama
dan budaya yang diyakini.

25
Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kuesioner
Kriteria Objektif a. Cukup, jika skor ≥ 70%
b. Kurang, jika skor < 70%

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah dengan menggunakan Kuesioner.

G. Jenis dan cara pengumpulan data

1. Jenis data :

a. Data primer

1). Pola asuh

Cara pengumpulan data untuk variable pola asuh dalam

indicator baik dan kurang mengunakan metode wawancara dengan

menggunakan kuesioner pertanyaan pilihan ganda.

2). Asupan makan

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner yang berisi identitas ibu, dan pertanyaan

mengenai pola makan anak.

3). Pemberian ASI Eksklusif

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner yang berisi identitas ibu, dan pertanyaan

mengenai pemberian ASI Eksklusif.

b. Data sekunder

1). Jumlah Balita Stunting

2). Data tenaga dan sarana / dokumen

26
H. Pengolahan, Penyajian Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Pola Asuh

1). Kumpulkan kuisioner dari hasil wawancara

2). Masing-masing nilai individu dimasukkan kedalam kategori,

dimana kategorinya :

a). Cukup, jika skor ≥ 70%

b). Kurang, jika skor < 70%

b. Asupan Makan

1). Kumpulkan recall

2). Masing-masing nilai individu dimasukkan kedalam kategori,

dimana kategorinya :

a). Cukup : jika skor jawaban ≥ 70%

b). Kurang : jika skor jawaban < 70%

(sumber : Kemenkes RI 2014)

c. Pemberian ASI Eksklusif

1). Kumpulkan kuisioner dari hasil wawancara

2). Masing-masing nilai individu dimasukkan kedalam kategori,

dimana kategorinya :

a). Eksklusif : jika bayi mendapatkan ASI saja 0-6 bulan

b). Tidak eksklusif : jika bayi mendapat makanan selain ASI < 6

bulan

(sumber : Kartasurya 2012)

d. Semua data diolah melalui aplikasi SPSS

27
2. Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data menggunakan statistic inferencial

yaitu analisis bivariat dan univariat untuk memperoleh informasi

indentifikasi masalah dan faktor- faktor yang mberhubungan dengan

kejadian stunting pada anak balita usia 07 – 24 Bulan di wilayah kerja

Puskesmas tumbu – tumbu jaya Kecamatan kolono timur Kabupaten

konawe selatan.

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah

Chi-Square test :

Jika nilai p>0,05 maka tidak terdapat hubungan (tidak bermakna)

Jika nilai p<0,05 maka terdapat hubungan (bermakna) Adapun rumus

chi-square sebagai berikut :

X2 = ∑ (Fo – Fe)2
Fe
Keterangan :

Fo : frekuensi Observasi

Fe : Frekuensi Harapan

Selain analisis univariat data yang telah di olah juga di analisis

28
bivariat menggunakan Chi-Square. Hal ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana factor-faktor yang diduga berhubungan

dengan stunting. Menghitung nilai odd ratio (OR) yaitu resiko antara

kelompok stunting dan kelompok normal.

Rumus untuk perhitungan OR :

𝑎/(𝑎+𝑏) 𝑏/(𝑏+𝑑)
𝑂𝑅 = : 𝑑/(𝑏+𝑑)
𝑐/(𝑎+𝑐)

Keterangan :

OR : Odd Ratio

a = subjek dengan factor resiko yang mempunyai efek

b = subjek dengan factor resiko yang tidak mempunyai efek

c = subjek dengan factor resiko yang mempunyai efek

d = subjek tanpa factor resiko yang tidak mempunyai efek

Tabel konjugasi : 2 x 2

Stunting
Variabel
Kasus Control

- a b

+ c d

Interpretasi nilai OR :

OR > 1, artinya mempertinggi resiko

OR = 1, artinya tidak terdapat

asosiasi/hubungan OR < 1, artinya

factor protektif

Signifikan nilai OR dalam interpretasi CI ( confidence Interval ) 95%

terhadap nilai OR yaitu pada CI 95% rentan nilai lower dan upper limit

29
tidak mencakup nilai 1 maka dikatakan nilai OR bermakna, sedangkan jika

CI 95% dan lower limit – upper limit mencapai nilai 1 maka OR tidak

bermakna.(Ni’mah, K., &Nadhiroh, S. R. (2015).

c. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Pukesmas Tumbu-Tumbu Jaya merupakan Puskesmas yang berada di

Desa Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe

Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara. Selanjutnya Kecamatan Kolono Timur

merupakan Pemekaran dari Kecamatan Kolono. Puskesmas Tumbu-Tumbu

Jaya didirikan pada Tahun 2013 dan diresmikan Pada Bulan Maret Tahun

2014.

Letak Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya berjarak ± 105 Km² dari

Ibukota Kabupaten Konawe Selatan di Andoolo dan ± 115 Km² dari Ibukota

Propinsi Sulawesi Tenggara di Kendari. Adapun luas wilayah kerja Puskesmas

Tumbu-Tumbu Jaya yakni 195 km² yang tersebar pada 10 desa.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Berbatasan Dengan Kecamatan Moramo

2. Sebelah timur : Berbatasan Dengan Kecamatan Laonti

3. Sebelah selatan: Berbatasan Dengan Teluk Kolono

4. Sebelah barat : Berbatasan Dengan Kecamatan Kolono

Adapun Jumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu

Jaya pada tahun 2022 adalah 5.670 (sumber : bps 2022) jiwa yang terdiri dari

laki-laki : 2.898 jiwa dan perempuan : 2.772 jiwa.

31
B. Hasil penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Sampel

Distribusi sampel berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 5. Karakteristik Sampel

Karakteristik Responden n %
Umur (bulan)
7-15 4 13,3
16-24 26 86,7
Jumlah 30 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15 50,0
Perempuan 15 50,0
Jumlah 30 100
SumbSumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan karakteristik sampel diketahui bahwa jumlah sampel penelitian

yang umur 7-15 bulan sebanyak 4 orang (13,3%) dan umur 16-24 bulan sebanyak

(86,7%), sedangkan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50,0%) dan

perempuan sebanyak 15 orang (50,0%).

b. Kejadian Stunting

Distribusi kejadian stunting anak balita di wilayah puskesmas

tumbu-tumbu jaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Kejadian Stunting

Kejadian Stunting n %
Tidak Stunting 15 50,0
Stunting 15 50,0
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

32
Berdasarkan tabel 6 diatas, menunjukkan bahwa terdiri dari 15

balita dalam kelompok case (yang mengalami stunting) dan 15 balita dalam

kelompok control (yang tidak mengalami stunting).

c. Asupan Makan

Distribusi sampel asupan makan anak balita diwilayah puskesmas

tumbu-tumbu jaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Asupan Makan

Asupan Makan n %
Cukup 17 56,7
Kurang 13 43,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa asupan makan

cukup yaitu sebanyak 17 balita (56,7%) dan kurang sebanyak 13 balita

(43,3%)

d. Riwayat Pemberian Asi Ekslusif

Distribusi sampel Riwayat Pemberian Asi ekslusif anak balita

diwilayah puskesmas tumbu-tumbu jaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Pemberian Asi Ekslusif

Pemberian Asi Ekslusif n %


Ekslusif 14 46,7
Tidak Ekslusif 16 53,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 8 diatas, menunjukkan bahwa balita yang Asi

ekslusif sebanyak 14 orang (46,7%) dan yang tidak ekslusif sebanyak 16

orang (53,3%).

e. Pola Asuh

33
Distribusi sampel pola asuh anak balita diwilayah puskesmas tumbu-

tumbu jaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Sampel Menurut Pola Asuh

Pola Asuh n %
Cukup 15 50,0
Kurang 15 50,0
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 9 diatas, menunjukkan bahwa pola asuh cukup

sebanyak 15 balita (50,0%) dan kurang sebanyak 15 balita (50,0%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Kejadian Stunting Dengan Asupan Makan Pada Balita Usia

7-24 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

Tabel 10. Hasil uji hubungan Asupan Makan Dengan Kejadian Stunting
Asupan Stunting Normal Total CI
P X2 OR
Makan n % n % n % Lower upper
Kurang 11 73,3 2 13,3 15 50
0,00 10,9 17,8 116,8
Cukup 4 26,7 13 86,7 15 50 2,734
1 95 7 7
Total 15 100 15 100 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa dalam kelompok

control ( tidak stunting ) sebanyak 13 balita (86,7%) memiliki asupan makan

yang cukup dan sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki asupan makan kurang.

Sedangkan dalam kelompok case control (stunting) sebanyak 4 balita (26,7%)

memiliki asupan makan cukup dan sebanyak 11 balita (73,3%) memiliki

asupan makan kurang.Hasil Chi-Square X2 = 10,995 dengan P = 0,001, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian stunting dengan asupan

makan pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu

jaya. Analisis hubungan ini dilanjutkan dengan uji Odd Ratio sebesar 17,87

yang artinya balita yang memiliki asupan makan kurang berpeluang 17,87 kali

34
lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang asupan

makannya cukup.

b. Hubungan Antara Kejadian Stunting Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada

Balita Usia 7-24 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

Tabel 11. Hasil Uji Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan


Kejadian Stunting
Pemberia Stunting Normal Total CI
n ASI P X2 OR
n % n % n % Lower upper
Eksklusif
Tidak
13 86,7 3 20,0 15 50,0
Eksklusif
13,39 183,4
ASI 0,000 26,00 3,686
2 13,3 12 80,0 15 50,0 3 1
Eksklusif
Total 15 100 15 100 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 11 diatas, menunjukkan bahwa dalam kelompok

control (tidak stunting) sebanyak 3 balita (20,0%) memiliki riwayat

pemberian tidak ASI eksklusif dan sebanyak 12 balita (80,0%) memiliki

riwayat pemberian ASI eksklusif, sedangkan dalam kelompok case (stunting)

sebanyak 13 balita (86,7%) tidak memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif

dan sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif .

Hasil Chi-Square X2 = 13,3993 dengan P = 0,000 artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara kejadian stunting dengan Pemberian ASI Eksklusif

pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu jaya.

Analisis hubungan ini dilanjutkan dengan uji Odd Ratio sebesar 26,00 yang

artinya balita yang tidak memiliki riwayat pemberian ASI Eksklusif

berpeluang 26,00 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan

dengan balita yang memiliki riwayat pemberian ASI Eksklusif.

c. Hubungan Antara Kejadian Stunting Dengan Pola Asuh Pada Balita Usia 7-

24 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

35
Tabel 12. Hasil Uji Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting
Stunting Normal Total CI
Pola
P X2 OR Lower uppe
Asuh n % n % n %
r
Kurang 13 86,7 2 13,3 15 50,0
0,00 16,1 42,2 346,
Cukup 2 13,3 13 86,7 15 50,0 5,146
0 33 5 86
Total 15 100 15 100 30 100
Sumber : Data primer diolah 2023

Berdasarkan tabel 12 diatas, menunjukkan bahwa dalam kelompok

control (tidak stunting) sebanyak 13 balita (86,7%) memiliki pola asuh yang

cukup dan sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki asupan makan kurang.

sedangkan pada kelompok case (stunting) sebanyak 13 balita (86,7%)

memiliki asupan makan kurang dan sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki

asupan makan cukup.Hasil Chi-Square X2 = 16,133 dengan P = 0,000, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian stunting dengan Pola Asuh

pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu jaya.

Analisis hubungan ini dilanjutkan dengan uji Odd Ratio sebesar 42,25 yang

artinya balita yang memiliki Pola Asuh kurang berpeluang 42,25 kali lebih

besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang asupan

makannya cukup.

C. Pembahasan

1. Hubungan asupan makan dengan kejadian stunting pada balita

Dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa ada hubungan antara asupan

makan dengan kejadian stunting pada balita.

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Pujiati et al.,

(2021) berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square diperoleh nilai signifikan p

36
value = 0,012 (0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan

makan dengan kejadian stunting pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja

puskesmas tumbu-tumbu jaya. Anak – anak dianggap paling rentan terhadap

kekurangan gizi karna kebiasaan makan yang buruk memiliki pengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan (Gibson dkk, 2012). Anak – anak dibawah usia

5 tahun, terutama yang berusia 1-36 bulan memiliki pertumbuhan fisik yang

cepa. Akibatnya membutuhkan kebutuhan gizi tertinggi dibandingkan dengan

fase berikutnya. Jika kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik, maka

akan mengalami malnutrisi.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Noviana dan Ekawati. H (2019)

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara prevalensi stunting dan

pemberian makan orang tua, dengan penelitian Ni’mah (14). Menurut C dan

Muniroh L (2015). Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian

stunting dengan p value = 0,71959 (11).

Asupan makan menurut Iffah (2021) adalah informasi yang menentukan

jenis dan intensitas asupan makanan dalam satu hari individu atau kelompok

orang tertentu, dan pola makan adalah cara untuk mengatur jumlah jenis

makanan untuk meningkatkan kualitas kesehatan, psikologi, pencegahan

penyakit, dan proses penyembuhan. Kebiasaan makan yang baik selalu dikaitkan

dengan kecukupan gizi yang tepat.

2. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita

Hasil penelitian ini disebutkan bahwa terdapat hubungan antara

pemberian Asi ekslusif dengan kejadian stunting. Riwayat pemberian ASI

eksklusif balita diketahui dari hasil kuisioner. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi

37
usia 0-6 bulan sudah dapat terpenuhi hanya dengan pemberian ASI saja. Hal

tersebut disebabkan karena didalam ASI memiliki kandungan yang lengkap

sehingga dapat mencegah terjadinya malnutrisi pada anak. Minuman atau

makanan selain ASI juga belum tentu higienis ASI sehingga dapat menyebabkan

diare pada anak (Kemenkes 2012). Selain itu, pada usia tersebut bayi belum

dapat mengonsumsi makanan selain ASI karna enzim-enzim yang ada dalam

usus belum dapat mencerna makanan dari luar selain ASI dan pengeluaran sisa

pembakaran makanan juga belum dapat dilakukan dengan baik (Kemenkes

2012).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nugraheni, D dkk (2020) yang meneliti tentang ASI eksklusif dan asupan energi

dengan kejadian stunting pada usia 6-24 bulan dijawa tengah dengan nilai p

yang diperoleh adalah 0,006 dan nilai odd ratio 1,28.

3. Hubungan Pola Asuh dengan kejadian stunting pada balita

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kelompok control ( tidak

stunting ) sebanyak 13 balita (86,7%) memiliki pola asuh yang cukup dan

sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki asupan makan kurang. sedangkan pada

kelompok case (stunting) sebanyak 13 balita (86,7%) memiliki asupan makan

kurang dan sebanyak 2 balita (13,3%) memiliki asupan makan cukup. Hasil Chi-

Square X2 = 16,133 dengan P = 0,000, artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara kejadian stunting dengan Pola Asuh pada balita usia 7-24 bulan

diwilayah kerja puskesmas tumbu-tumbu jaya. Analisis hubungan ini dilanjutkan

dengan uji Odd Ratio sebesar 42,25 yang artinya balita yang memiliki Pola Asuh

38
kurang berpeluang 42,25 kali lebih besar untuk mengalami stunting

dibandingkan dengan balita yang asupan makannya cukup.

Faktor pola asuh yang kurang baik bisa menyebabkan masalah pada

tumbuh kembang anak, hal ini disebabkan ibu tidak memahami cara pengasuhan

yang tidak benar, juga adanya faktor kondisi ekonomi. Mengatasi hal tersebut

dapat dilakukan beberapa solusi seperti memberikan edukasi dan informasi

kesehatan terkait pola asuh yang sesuai.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Nurmalasari (2019) bahwa pola

asuh orang tua memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting, hal ini

dikarenakan orang tua yang selalu menemani anak dan memberikan perhatian

terutama dalam memberikan asupan makanan yang mengandung gizi yang baik

pada anak, sehingga diharapkan anak memiliki status gizi yang baik dan

mencegah terjadinya resiko stunting, begitupula kaitan dengan tingkat

pendidikan ibu yang dapat mempengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu

mengenai sumber makanan dan sumber gizi yang sebaiknya dikonsumsi oleh

anak ( Nurmalasari N and Septiani,2019).

Seperti yang diketahui bahwa hubungan pola asuh ibu yang buruk

memiliki resiko yang tinggi menimbulkan kejadian stunting pada anak. Namun

masih ada stunting yang terjadi padahal ibu sudah melakukan pola asuh baik, hal

ini kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor lain yang mengakibatkan

stunting pada anak (Hermawan 2020).

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Asupan makan balita di Wilayah Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan

Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar memiliki asupan

makan yang cukup sebanyak 17 balita (56,7%).

2. Pemberian Asi Ekslusif di Wilayah Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya

Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar tidak

memiliki Asi Ekslusif sebanyak 16 balita (53,3%).

3. Pola Asuh balita di Wilayah Puskesmas Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan

Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar cukup sebanyak 15

balita (50,0%).

4. Ada hubungan antara Asupan Makan dengan kejadian stunting pada balita

usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu – tumbu jaya dengan nilai

OR = 17,87 artinya pada balita yang kurang Asupan makanannya berpeluang

17,87 kali mengalami stunting dibandingkan balita yang cukup.

5. Ada hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting

pada balita usia 7-24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu – tumbu jaya

dengan nilai OR = 26,00 artinya pada balita yang kurang Pemberian ASI

Eksklusifnya berpeluang 26,00 kali mengalami stunting dibandingkan balita

yang cukup.

40
6. Ada hubungan antara Pola Asuh dengan kejadian stunting pada balita usia 7-

24 bulan diwilayah kerja puskesmas tumbu – tumbu jaya dengan nilai OR,=

42,25 artinya pada balita yang kurang Pola Asuhnya berpeluang 42,25 kali

mengalami stunting dibandingkan balita yang cukup.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak puskesmas untuk meningkatkan kegiatan

memonitoring dan penilaian status gizi secara berkala dan juga memberikan

ibu konseling gizi untuk menambah wawasan bagi ibu balita.

2. Memberikan informasi – informasi (penyuluhan) kepada orang tua anak balita

mengenai pengetahuan tentang gizi agar gizi pada balita baik.

3. Memberikan motivasi kepada keluarga anak balita agar lebih giat dalam

bekerja.

41
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E.L. 2016. Investasi Gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi Indonesia.
Disampaikan pada: Lokakarya dan Seminar Ilmiah ―Peran Profesi
Dalam Upaya Peningkatan Status Kesehatan dan Gizi Pada Periode 1000 HPK‖
12-13 November 2016. Jakarta.
Anisa, P. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibiru Depok Tahun 2012. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Anugraheni, H.S. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36
Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Artikel penelitian. Universitas
Diponegoro.
Astutik, A., Rahfiludin, M. Z., & Aruben, R. (2018). Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 6(1), 409-418.
Aini, E. N., Nugraheni, S. A., & Pradigdo, S. F. (2018). Faktor yang mempengaruhi
stunting pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Cepu Kabupaten
Blora. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 454-461.
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian
stunting pada balita (0-59 bulan) di negara berkembang dan asia tenggara.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247-256.
Amy, P. 2001. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Gangguan Pertumbuhan (Growth
Faltering) pada Anak Usia 0-12 Bulan di Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang. Skirpsi S-1. Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik. 2011. Pedoman Pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tahun 2011. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik.
BAPPENAS.(2011.RencanaAksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.
Candra A., Puruhita N., Susanto J.C., 2011. Risk Factors of Stunting among 1-2
Years Old Children in Semarang City. M Med Indones, 45(3): 206-12.

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford


University Press Inc, New York

Hudoyo, K. S. (2018) Warta Kesmas. Edisi 2 /. Jakarta: Warta Kesmas


Kemenkes Kesehatan Available at: www.kesmas. Kemkes.go.id

Hasnawati, dkk. 2021. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada
Balita Usia 12-59 bulan, Jurnal Pendidikan Keperawatan dan Kebidanan, 01
(1), 2021, 7-12

42
Hizni A, Julia M, dan Gamayanti IL. Status stunting dan hubungannya dengan
perkembangan anak balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan
Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2010;6:131-137.
Irawatie, E Fahrurazi, dan Septi Anggraen, w, 2020, Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan kejadian stunting pada balita 12-59 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Parenggeai.
Jesmin, A. 2011, Prevalence and Determinants of Chronic Malnutritionamong
Preschool Children: A Cross-sectional Study in Dhaka City, Bangladesh.
Journalof Health Population and Nutrition, vol 29, pp 494- 499.

Kemenkes RI. 2015. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10 April2017 dari
http://www.pusdatin.kemkes.go.id
-------------. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

-------------. 2016, Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018. Jakarta: kemenkes RI

Laporan Puskesmas.,2021. Data stunting anak usia 07-24 bulan di wilayah kerja
puskesmas tumbu-tumbu jaya kecamatan kolono timur. kendari
Lestari, E. F., & Dwihestie, L. K. (2020). ASI eksklusif berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah
STIKES Kendal, 10(2), 129-136.
Manurung, dkk. 2009, Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter, Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Milman, A., Frongillo, E. A., Onis, M., and Hwang J-Y. 2005. Differential
Improvement among Countries in Child Stunting is Associated with Long-
Term Development and Specific Interventions. The Journal of Nutrition.
Mentari. Dkk., 2018.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Stunting Anak
Usia 24-36 Bulan DiKecematan Semarang Timur.JournalOf Nutrition
Collage2012;1(1):176-184
Mariyati, S. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta : Kanisius

Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting pada balita. Media gizi Indonesia, 10(1), 13-19.
Notoadmodjo, 2003. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta

---------------. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktarina, Z. 2012. Hubungan berat lahir dan faktor-faktor lainnya dengan kejadian

43
stunting pada balita usia 24-59 bulan, di Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Lampung Tahun 2010. Skripsi. Universitas Indonesia.
Prasetyono, D.S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press.
Rahmayana. 2014, Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Anak
Usia 24-
59 Bulan di Posyandu Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan Barombang Kecamatam
Tamalate Kota Makasar.
Rosha BC, Hardinsyah dan Baliwati YF. Analisis determinan stunting anak 0-23
bulan pada daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penel Gizi Makan.
2012;35:34-41.
Sartono. 2013. Hubungan Kurang Energi Kronis Ibu Hamil Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Senbanjo, I., et al. 2011. Prevalence of and Risk factors for Stunting among School
Children and Adolescents in Abeokuta, Southwest Nigeria. Journal of Health
Population and Nutrition. 29(4):364-370.
Setiawan, dkk. "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan
Padang Timur Kota Padang Tahun 2018." Jurnal Kesehatan Andalas 7.2
(2018): 275-
284.
Sibawaih, I., & Rahayu, A. T. (2017). Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gaya
Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Kharismawita Jakarta
Selatan. Research and Development Journal of Education, 3(2).
Saragih, dkk. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang
Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah.

Tiwari, dkk. 2014.Determinants of stunting and severe stunting among under-fives:


evidence from the 2011 Nepal Demographic and Health Survey.Nepal: BMC
Pediatrics.
UNICEF. 1998. The State of The World’s Children. Oxford University press.
UNICEF. 2014. The State of the World‟s Children 2014 in Numbers. Everychild
Counts: Revealing Disparities, Advancing Children‟s Rights. New York. USA
www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017
Welasih, B. D., dan Wirjitmadi, B. 2012. Beberapa Faktor yang Berbungan dengan
Status Gizi Balita Stunting. The Indonesia Journal of Public Healtth, 8(3): 99-
104
Word Health Organization. 2013. Childhoold Stunting: Challenges and
Opportunities.

44
Switzerland: Department of Nutrition for Health and
Development.www.who.int.
Diakses 20 April2016
---------. 2010 Nutrition Landscape Information System (NLIS) County Profil
Indicators.Interpretation Guide. Editor. Switzerland: WHO Press;2010
Wirjatmadi, B., & Welasasih, B. D. (2012). Factor Affecting Nutrition Status of
StuntingChildren.

Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima; 2010

45
LAMPIRAN

46
Lampiran 1. Lembar persetujuan sebagai responden

LAMPIRAN KUISIONER

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :……………………………………………………
Umur :……………………………………………………
Alamat Lengkap :……………………………………………………
No. Handpone :……………………………………………………

Dengan ini saya menyetujui bahwa saya telah mendapatkan penjelasan secara
rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan Refni Harmufiani
mahasiswa dari poltekkes kemenkes Kendari jurusan gizi dengan judul ―Faktor –
Faktor yang berhubungan kejadian stunting pada balita usia 07-24 bulan diwilayah kerja
puskesmas tumbu – tumbu jaya kecamatan kolono timur kabupaten konawe selatan
tahun 2022.
Peneliti mengharapkan jawaban/tanggapan yang ibu berikan adalah berdasarkan
pengalaman ibu sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan
jawaban dan identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk
bahan penelitian dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.
Saya memutuskan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Bila selama penelitian ini saya ingin
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa sanksi
apapun.

Tumbu – tumbu Jaya, …… , …… 2023

Peneliti Responden

( Refni Harmufiani ) (............................

47
Lampiran 2. Lembar kuesioner

LEMBAR KUISIONER
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 07 – 24 BULAN DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS TUMBU – TUMBU JAYA
KECAMATAN KOLONO TIMUR KABUPATEN
KONAWE SELATAN
Petunjuk pengisian :
1. Diisi oleh responden
2. Isilah kuisioner ini dengan lengkap
A. Data demografi

Demografi Ibu

1) Nama :
2) Pekerjaan ibu :………
3) Usia ibu......................................................tahun
4) Pendidikan Ibu :………
5) Jumlah anak :………
6) Apakah ada anak balita :
a. Ya
Kalau ada, anak keberapa :………
b. Tidak

48
Kuisioner Asupan Makan
Identitas responden
Nama :……………….
Alamat (dusun/RT) :……………….
Desa/kelurahan :……………….
Kecamatan :……………….
Kabupaten :……………….
Provinsi : sulawesi
tenggara Tanggal Wawancara :
……………….

RECALL 24 JAM

Waktu Menu Bahan Nilai Gizi


Berat URT
makan makanan makanan Protein Lemak karbohidrat
Pagi/jam

Selingan
pagi/jam

Siang/jam

Selingan
siang/jam

Malam/jam

Asupan
Kebutuhan
% kebutuhan

48
Kuisioner Pemberian ASI Eksklusif
Identitas responden
Nama :…………..
Alamat (dusun/RT) :…………..
Desa/Kelurahan :…………..
Kecamatan :…………..
Kabupaten :…………..
Provinsi : Sulawesi
Tenggara Tanggal wawancara :
…………..
Paraf responden :…………..
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif
YA TIDAK
1. Apakah ibu memberikan susu formula
pada anak saat berusia 0-6 bulan?
2. Apakah bu pernah mengoleskan madu
pada mulut bayi berusia 0-6 bulan?
3. Apakah ibu pernah memberikan air teh
atau air gula pada anak saat berusia 0-
6 bulan?
4. Apakah ibu pernah memberikan air
putih ada anak saat berusia 0-6 bulan?
5. Apakah ibu pernah
memberikan bubur nasi atau
nasi tim pada anak saat
berusia 0-6 bulan?
6. Ketika ibu meninggalkan bayi lebih
dari 2 jam, apakah ibu meminta
agar bayi diberikan makanan
tambahan selain ASI pada anak saat
berusia 0-6
bulan?

49
Kuisioner Pola Asuh
Identitas Responden
Nama ibu :……………………..
Usia ibu :……………………..
Pendidikan Terakhir Ibu :……………………..
Jumlah anak balita :……………………..
Usia anak :……………………..
Jumlah anggota keluarga :……………………..

POLA ASUH GIZI IBU BALITA


D1. MP-ASI
(Jawaban tidak perlu dibacakan untuk semua pertanyaan)
1. Pada umur berapa anak ibu pertama kali a. < 6 bulan (0)
dibeikan MP-ASI? b. ≥ 6 bulan (1)
c. Tidak tahu (jika ibu lupa) (0)
2. Menurut ibu, bagaimana pemberian MP-ASI a. Frekuensi 3-4 kali makan, dan 1-2 kali
untuk anak berusia….? (sesuai Umur Balita selingan tiap harinya
yang diwawancarai) [(1) ya, (0) tidak]
(Jawaban Lebih Dari 1) b. Jenis MP- ASI yang diberikan
dihaluskan atau dicincang seperlunya
[(1) ya, (0) tidak]
D2. Makanan Biasa
(Jawaban tidak perlu dibacakan untuk semua pertanyaan)
3. Pada umur berapa anak ibu pertama kali a. <1 tahun (0)
diberikan makanan biasa? b. > 1 tahun (1)
c. Tidak tahu (jika ibu lupa) (0)
4. Menurut ibu, bagaimana pemberian Makanan a. Frekuensi 3-4 kali makan, dan 1-2 kali
Biasa untuk anak berusia…. ? (sesuai Umur selingan tiap harinya
Balita yang diwawancarai) [(1) ya, (0) tidak]
(JawabanLebih Dari 1) b. Jenis makanan keluarga yang biasa
diberikan
[(1) ya, (0) tidak]
D3. Perilaku ibu dalam memberikan makan pada balita
(Jawaban tidak perlu dibacakan untuk semua pertanyaan)
5. Jika anak tidak mau makan, tindakan apa yang a. Membujuknya (1)
ibu lakukan ? b. Dibiarkan (0)
c. Memarahinya (0)

6. Pada saat kapan ibu memberikan makanan a. Setiap anak membutuhkan (1)

50
kepada anak ? b. Setiap jam makan (0)
c. Setiap anak menangis (0)

7. Total skor jawaban


8. Persentase Skor = Total skor jawaban x 100
Total skor*

= x 100%

Kesimpulan :
Cukup : jika skor ≥ 70%
Kurang : jika skor < 70%

51
Lampiran 3. Master Tabel

MASTER TABEL

Karakteristik Sampel Asupan Makan Pola Asuh


Pemberian Asi
N Nama Kategori Z- Ekslusif
Sex Umur TB Skor Kategori Skor Kategori
o Balita Score TB/U
1 HA L 24 bulan 80 cm Stunting 60 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
2 RA P 22 bulan 80 cm Stunting 65 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
3 NH P 24 bulan 77 cm Stunting 55 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
4 AD P 23 bulan 82 cm Stunting 65 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
5 NA P 24 bulan 80,2 cm Stunting 70 cukup ekslusif 83 Cukup
6 MA L 13 bulan 75 cm Stunting 55 Kurang Tidak Ekslusif 50 Kurang
7 MZ L 15 bulan 82 cm Stunting 65 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
8 FA L 24 bulan 77 cm Stunting 55 kurang Tidak Ekslusif 50 Kurang
9 ND P 24 bulan 72 cm Stunting 50 Kurang Tidak Ekslusif 50 Kurang
10 NSM P 24 bulan 79 cm Stunting 75 cukup ekslusif 83 Cukup
11 NI P 24 bulan 79,5 cm Stunting 60 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
12 NS L 24 bulan 79 cm Stunting 60 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
13 NL P 23 bulan 78,3 cm Stunting 55 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
14 MF L 23 bulan 80,5 Stunting 65 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
15 SA P 24 bulan 85 cm Stunting 65 Kurang Tidak Ekslusif 66 Kurang
16 FE L 24 bulan 85 cm tidak stunting 75 Cukup ekslusif 83 Cukup
17 AL P 24 bulan 91 cm tidak stunting 85 Cukup ekslusif 83 Cukup
18 SF L 23 bulan 90 cm tidak stunting 80 Cukup ekslusif 83 Cukup
19 NF P 23 bulan 90 cm tidak stunting 75 Cukup ekslusif 83 Cukup

52
20 PA L 24 bulan 83 cm tidak stunting 70 Cukup ekslusif 83 Cukup
21 MN P 15 bulan 83 cm tidak stunting 70 Cukup Tidak Ekslusif 83 Cukup
22 DN P 24 bulan 82,4 cm tidak stunting 70 Cukup ekslusif 83 Cukup
23 FB L 24 bulan 81 cm tidak stunting 65 Kurang ekslusif 66 Kurang
24 AK L 24 bulan 81,7 cm tidak stunting 75 Cukup Tidak Ekslusif 83 Cukup
25 MA L 23 bulan 84,8 cm tidak stunting 75 Cukup ekslusif 83 Cukup
26 AY L 24 bulan 85 cm tidak stunting 80 Cukup Tidak Ekslusif 83 Cukup
27 AV L 24 bulan 84 cm tidak stunting 75 Cukup ekslusif 83 Cukup
28 AT P 13 bulan 78 cm tidak stunting 60 Kurang ekslusif 66 kurang
29 SF p 24 bulan 85 tidak stunting 75 Cukup ekslusif 83 Cukup
30 AR L 22 bulan 82 tidak stunting 70 Cukup ekslusif 83 Cukup

53
Lampiran 4. Analisis Bivariat dan Univariat

ANALISIS BIVARIAT

ASUPAN MAKAN
Asupan Makan * Kejadian stunting Crosstabulation

Kejadian stunting Total

tidak stunting stunting

Count 13 4 17
Expected Count 8.5 8.5 17.0
Cukup
% within Kejadian stunting 86.7% 26.7% 56.7%
% of Total 43.3% 13.3% 56.7%
Asupan Makan
Count 2 11 13
Expected Count 6.5 6.5 13.0
Kurang
% within Kejadian stunting 13.3% 73.3% 43.3%
% of Total 6.7% 36.7% 43.3%
Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
Total
% within Kejadian stunting 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-


sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 10.995 1 .001
b
Continuity Correction 8.688 1 .003
Likelihood Ratio 11.876 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .001
Linear-by-Linear Association 10.629 1 .001
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Asupan Makan
17.875 2.734 116.877
(Cukup / Kurang)
For cohort Kejadian stunting =
4.971 1.352 18.272
tidak stunting
For cohort Kejadian stunting =
.278 .114 .676
stunting
N of Valid Cases 30

54
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
Pemberian Asi Ekslusif * Kejadian stunting Crosstabulation

Kejadian stunting Total

tidak stunting
stunting

Count 12 2 14

% within Kejadian
Ekslusif 80.0% 13.3% 46.7%
stunting

% of Total 40.0% 6.7% 46.7%


Pemberian Asi Ekslusif
Count 3 13 16

% within Kejadian
Tidak ekslusif 20.0% 86.7% 53.3%
stunting

% of Total 10.0% 43.3% 53.3%


Count 15 15 30
% within Kejadian
Total 100.0% 100.0% 100.0%
stunting

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact


sided) sided) Sig.
(1-
sided)

Pearson Chi-Square 13.393a 1 .000


b
Continuity Correction 10.848 1 .001
Likelihood Ratio 14.663 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.946 1 .000
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian Asi
Ekslusif (Ekslusif / Tidak 26.000 3.686 183.418
ekslusif)
For cohort Kejadian stunting =
4.571 1.612 12.962
tidak stunting
For cohort Kejadian stunting =
.176 .048 .648
stunting
N of Valid Cases 30

55
POLA ASUH

Pola Asuh * Kejadian stunting Crosstabulation

Kejadian stunting Total

tidak stunting stunting

Count 13 2 15

Cukup % within Kejadian stunting 86.7% 13.3% 50.0%

% of Total 43.3% 6.7% 50.0%


Pola Asuh
Count 2 13 15

Kurang % within Kejadian stunting 13.3% 86.7% 50.0%

% of Total 6.7% 43.3% 50.0%


Count 15 15 30

Total % within Kejadian stunting 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 16.133a 1 .000


b
Continuity Correction 13.333 1 .000
Likelihood Ratio 18.028 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.596 1 .000
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pola Asuh


42.250 5.146 346.868
(Cukup / Kurang)
For cohort Kejadian stunting =
6.500 1.762 23.979
tidak stunting
For cohort Kejadian stunting =
.154 .042 .568
stunting
N of Valid Cases 30
ANALISIS UNIVARIAT

56
Umur Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

7-15 bulan 4 13.3 13.3 13.3

Valid 16-24 bulan 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-Laki 15 50.0 50.0 50.0

Valid Perempuan 15 50.0 50.0 100.0


Total 30 100.0 100.0

Asupan Makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Cukup 17 56.7 56.7 56.7

Valid Kurang 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pemberian Asi Ekslusif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ekslusif 14 46.7 46.7 46.7

Valid Tidak ekslusif 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pola Asuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Cukup 15 50.0 50.0 50.0

Valid Kurang 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kejadian stunting

57
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

tidak stunting 15 50.0 50.0 50.0

Valid stunting 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

58
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Dari Badan Kesatuan Dan Politik

59
Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian

60
Lampiran 7. Surat Pengantar Pengurusan Ethical Clearance

61
Lampiran 8. Surat sertifikat Ethical Clearance

62
Lampiran 9. Bebas Pustaka

63
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan

Peneliti melakukan wawancara kepada responden ibu balita

64
11

Anda mungkin juga menyukai