Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH KONSELING GIZI MELALUI POSTER TERHADAP

PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN KARBOHIDRAT,LEMAK,


SERAT,KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
RAWAT JALAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
RSU BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Menyusun Skripsi Prodi D IV Gizi

WIDYA NINGSI AINUN


PRATIWI
P00313019028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D IV
GIZI 2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KONSELING GIZI MELALUI POSTER TERHADAP


PENGETAHUAN GIZI ,ASUPAN KARBOHIDRAT,LEMAK,
SERAT,KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
RAWAT JALAN DIABETESMELITUS TIPE 2 DI
RSU BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Yang diajukan oleh:

WIDYA NINGSI AINUN

PRATIWI P00313019028

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Masrif Bahrun, SKM, M.Kes Tanggal : 17 februari


2023
NIP. 197308181995031002

Pembimbing Pendamping,

i
Suwarni, DCN, MPH Tanggal : 15 februari
2023
NIP. 196706111990032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul

“Pengaruh Konseling Melalui poster Terhadap Pengetahuan,Asupan Karbohidrat

,Lemak,Serat,Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus

Tipe 2 RSU bahteramas Kota Kendari” sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma IV bidang Gizi.

Proses penyusunan Proposal ini telah melewati perjalanan panjang dalam

penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari jurnal-jurnal yang telah tersedia.

Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan

hati menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Teguh F. Rahman,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari.


2. Ibu Sri Yunanci Van.Gobel, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi.
3. Bapak Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma IV Gizi.
4. Bapak Masrif Bahrun, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Utama.
5. Ibu Suwarni, DCN, MPH selaku Pembimbing Pendamping.
6. Bapak Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Penguji Pertama.
7. Ibu Kasmawati S.Gz. M.Kes selaku Penguji Kedua.
8. Ibu Evi Kusumawati, SST, M.Si., Med selaku Penguji Ketiga.
9. Kepada Ayah atas nama Supardi dan Ibu atas nama Nihartin S.pd selaku
Kedua Orang Tua beserta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi
dan dukungan selama proses pembuatan proposal penelitian ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-IV yang telah memberikan
masukan dan saran.

iii
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan Proposal
Penelitian ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa Proposalini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang

sifatnya membangun untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu,

penulis ucapkan banyak terimakasih.

Kendari, 18 februari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang

tidak menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia,

penyakit ini juga menjadikan penderitanya berkurang produktivitas kerja

yang berdampak pada berkurangnya pendapatan, serta berkurangnya

kualitas hidup penderita karena komplikasi penyakitnya (Marasabessy Nur

Baharia, Sitti Johri Nasela, 2020).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.Secara klinis DM tipe 2

terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin untuk

menyeimbangi peningkatan insulin resistensi.

DM tipe 2 menjadi masalah kesehatan di dunia karena

prevalensinya dan akibat penyakit tersebut terus meningkat dan

merupakan penyakit epidemik yang berkembang, sehingga mengakibatkan

penderitaan individu dan kerugian ekonomi yang luar biasa (Declori,

2019).
Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh

dunia.Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebuataan, penyakit

jantung dan gagal ginjal. Organisasi International Diabetes Federation

(IDF) memperkiraan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79

tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan

angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama.

Berdasarkan jenis kelamin.

IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9%

pada perempuan dan 19,9% pada laki-laki. Prevalensi diabetes

diperkirakan meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi

19,9% atau 112,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi

terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di

tahun 2045 (Pusdatin,2020).

Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes,

sebagian besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan

1,6 juta kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun.

Baik jumlah kasus maupun prevalansi diabetes terus meningkat selama

beberapa dekade terakhir (WHO,2020).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes

melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥15 tahun

sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi

diabetes melitus pada penduduk ≥ 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013

sebesar 1,5%. Namun, prevalensi diabetes melitus menurut hasil

pemeriksan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi

8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar 25%
2
penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes

(Pusdatin 2020).

DM di Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam beberapa tahun terakhir

Diabetes Melitus termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Sulawesi

Tenggara dengan proporsi kejadian DM Tipe 2 lebih banyak dibandingkan

DM Tipe 1. Provinsi Sulawesi Tenggara didapatkan kasus berdasarkan

profil dinas kesehatan Sulawesi tenggara adalah sebanyak 2.436. Data

penyakit DM yang dirawat di RSUD bahteramas Kota Kendari pada tahun

2019 sebanyak 81 pasien , tahun 2020 sebanyak 152 pasien , tahun 2021

sebanyak 183 pasien .

Hasil penelitian ( Filia Dewi Nasution 2016) menunjukkan

bahwa sebelum dilakukan konseling gizi pasien penderita diabetes

mellitus tidak patuh berdiet (73,7%). Ketidakpatuhan tersebut pada

aspek jadwal makan 71,1%, pada aspek jumlah makanan 44,7% dan

pada jenis makanan sebesar 23,7%. Sesudah dilakukan konseling gizi

tingkat ketidak kepatuhan menurun menjadi 65,8%. Peningkatan

kepatuhan pada aspek jadwal (58%), kenaikan pada aspek jumlah 27%

dan aspek jenis sebesar 19%.

Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan

tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada

suatu objek materi yang diinformasikan.

3
4
Hasil penelitian (Cut Sari Lizuarni 2016 ) telah menunjukkan

bahwa, setelah penyuluhan dengan media poster menunjukkan

pengetahuan kategori baik sebanyak 15 orang (75%), sikap baik

sebanyak 20 orang (100%),

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melhat pengaruh

konseling gizi melalui poster terhadap pengetahuan gizi,asupan

karbohidrat,lemak,serat,dan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan

diabetes melitus tipe 2 di RSU bahteramas kota kendari.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam, penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

konseling gizi melalui media poster terhadap pengetahuan gizi,asupan

karbohidrat,lemak,serat,dan kadar glukosa daraah pada pasien rawat jalan

diabetes melitus tipe 2 di RSU Bahteramas kendari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi melalui media poster

terhadap pengetahuan gizi,asupan karbohidrat,lemak,serat,dan kadar

glukosa daraah pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSU

Bahteramas kendari.

5
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui konseling menggunakan poster dapat

meningkatkan pengetahuan, asupan karbohidrat,lemak,serat,kadar

glukosa darah pada pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 RSU

bahteramas kota Kendari?

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui asupan karbohidrat pada pasien

b. Untuk mengetahui asupan lemak pada pasien

e. Untuk mengetahui asupan lemak pada pasien

f. Untuk mengetahui kadar glukosa darah pada pasien

g. Untuk mengetahui pengaruh konseling menggunakan media poster

terhadap pengetahuan gizi, asupan karbohidrat, lemak, serat, kadar

glukosa darah pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSU

Bahteramas Kota Kendari.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan

ilmu yang didapat selama kuliah dan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Gizi.

6
2. Bagi institusi

Untuk menambah sumber informasi bagi instansi, sehingga dapat

dijadikan acuan dalam merumuskan kebijakan untuk menanggulangi

masalah diabetes melitus.

3. Untuk masyarakat

Untuk menambah pengetahuan dan dapat merubah sikap masyarakat

mengenai diabetes melitus tipe 2 diwilayah kota Kendari.

7
8
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian


No Penelitian Judul Desain Hasil Persamaan Perbedaan
penelitian
1. Cut sari Pengaruh Quasy Hasil penelitian ini Menggunaka Terdapat
lizuarni media leaflet experiment, menunjukkan setelah n media media
2016 dan poster dangan penyuluhan dengan media poster tambahan
terhadap rancangan poster menunjukkan Variable yaitu
pengetahuan Pre test dan pengetahuan kategori baik yang di ukur leaflet
dan sikap Post test sebanyak 15 orang (75%), penge tahuan
pasien diabetes Group sikap baik sebanyak 20 orang dan sikap.
mellitus yang (100%), setelahpenyuluhan
berkunjung menggunakan media leaflet
pada RSUD untuk pengetahuan kategori
Nangan Raya baik sebanyak 20 orang
Aceh Tahun (100%) dan sikap baik
2016 sebanyak 20 orang (100%).
2. Filia devi Pengaruh Quasi Hasil penelitian 1. Mengguna Mengguna
nasution konseling gizi eksperimen menunjukkan sebelum kan quasi kan one
2016 terhadap dengan dilakukan konseling gizi eksperi men group dan
kepatuhan diet rancangan pasien penderita diabetes 2. Variable tidak
diabetes penelitian mellitus tidak patuh berdiet kepatuhan mengguna
mellitus di one group (73,7%). Ketidakpatuhan diet kan media
ruang rawat pre test dan tersebut pada aspek jadwal dalam
inap RSUD post test makan 71,1%, pada aspek melakukan
Deli Serdang jumlah makanan 44,7% dan konseling
Lubuk Pakam pada jenis makanan sebesar
23,7%. Sesudah dilakukan
konseling gizi tingkat
kepatuhan meningkat
menjadi 65,8%. Peningkatan
kepatuhan pada aspek jadwal
(58%), kenaikan pada aspek
jumlah 27% dan aspek jenis
sebesar 19%
3. Siswanto Perbedaan onegroup Ada peningkatan Menggunaka Variabel
Dkk (2016) Pengetahuan pretest pengetahuan pasien n media mengenai
Dan Sikap posttest diabetes mellitus atau audiovisual sikap
Pasien responden mengenai pasien
Diabetes diabetes mellitus sebelum diabetes
Mellitus intervensi dengan nilai melitus.
Rawat Inap rata-rata 7,04 dan sesudah
Rumah Sakit intervensi dengan nilai

9
Islam rata-rata 10,81 (p value =
Samarinda 0,000) dengan metode
Sebelum Dan konseling gizi dengan
Sesudah media audiovisual di
Konseling Gizi Rumah Sakit Islam
Dengan Samarinda
Menggunakan
Media
Audiovisual
4. Adi & Efektivitas Quasi- Ada perbedaan yang 1. Mengguna Mengguna
Elsye Konseling DM Eksperimen signifikan keterkendalian kan quasi kan one
(2014) dalam t gula darah post prandial eksperiment. group dan
Meningkatkan (GDPP) sebelum dan 2. Variabel tidak
Kepatuhan dan Setelah dilakukan gula darah menggunk
Pengendalian konseling pada kelompok an media
Gula Darah intervensi, dan ada dalam
Pada Diabetes perbedaan yang signifikan melakukan
Melitus Tipe 2 kepatuhan GDPP sebelum konseling.
dan setelah dilakukan
konseling pada kelompok
control

1
0
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Definisi Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang tidak

menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, penyakit ini

juga menjadikan penderitanya berkurang produktivitas kerja yang

berdampak pada berkurangnya pendapatan, serta berkurangnya kualitas

hidup penderita karena komplikasi penyakitnya (Marasabessy Nur Baharia,

Sitti Johri Nasela, 2020). Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia mengidap

diabetes, sebagian besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan

menengah dan 1,6 juta kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes

setiap tahun. Baik jumlah kasus maupun prevalansi diabetes terus

meningkat selama beberapa dekade terakhir (WHO,2020). Diabetes tidak

hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh dunia.Penyakit ini juga

menjadi penyebab utama kebuataan, penyakit jantung dan gagal ginjal.

Organisasi International Diabetes Federation (IFD) memperkiraan

sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita

diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3%

dari total penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF

11
memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan

dan 19,9% pada laki-laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat

seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 112,2 juta orang

pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai

578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (Pusdatin,2020).

a. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes Melitus dan penggolongan intoleransi glukosa

yang lain (Sujono Riyadi, 2009: 7072)

1) Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel Langerhans yang

berhubungan dengan tipe HLA(Huaman Leucocyte Antigen)spesifik,

predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan

terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan

system imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel

pulau Langerhans di pancreas. Kelainan ini berdampak pada

penurunan produksi insulin.

2) Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi

pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada

kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat

hiperglikemik selama stress.

12
3) Diabetes Tipe Lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu

hiperglikemik terjadi karena penyakit lain; penyakit pancreas,

hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor

insulin, sindroma genetic tertentu.

4) Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)

Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi

diabetes atau menjadi normal atau tetap tidak berubah.

5) Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)

Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam

kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat

yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan

menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga

mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak

mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relative hipoinsulin

maka mengakibatkan hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan

oleh adanya hormone estrogen, progenteron, prolactin dan plasenta

laktogen. Hormone tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel

sehingga mengurangi aktivitas insulin.

b. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes

Melitus tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau

13
Langerhans akibat autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent

(NIDDM) atau Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)

disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. Resistensi

insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati.

Resiko terkena penyakit diabetes mellitus bisa terjadi pada semua

orang. Dua hal utama yang paling mempengaruhi adalah faktor

keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat (Martinus, 2005). Faktor

resiko diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah :

a) Umur : Umur merupakan faktor pada orang dewasa dengan

semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil

glukosa darah semakin menurun.

b) Keturunan : Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi

diturunkan.

2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi/ diubah :

a) Pola makan yang salah dan cenderung berlebihn menyebabkan

timbulnya obesitas

b) Aktifitas kurang gerak menyebabkan kurangnya pembakaran

energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan

disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.

14
c) Obesitas sangat erat hubungannya dengan diabetes mellitus tipe 2.

d) Stress yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida darah

dan penurunan penggunaan gula tubuh, manifestasinya

meningkatkan trigliserida dan gula darah atau dikenal dengan

istilah hiperglikemia.

e) Pemakaian obat- obatan golongan kortikosteroid dalam jangka

waktu lama.

3) Faktor- Faktor yang berhubungan dengan Terkendalinya Kadar

Glukosa Darah :

a) Penyakit dan Stress

Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau

bakteri tertentu, merangsang produksi hormon tertentu yang

secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah

(Tandra, 2008). Stress adalah segala situasi dimana tuntunan non

spesifik mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan

tindakan. Stress muncul ketika ada ketidakcocokan antara

tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki,(Selye,

dalam Potter & Perry, 2005). Diabetesi yang mengalami stress

dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang

biasanya dipatuhi diabetes dan hal ini menyebabkan terjadinya

hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Hiperglikemia yang

15
terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan kadar

gula darah.

b) Obesitas

Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal sebanyak

20% dari berat badan idaman. Rumus untuk menentukan berat

badan ideal adalah sebagai berikut : (TB dalam cm – 100) – 10%.

Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 (Sukarji

dalam Soegondo. S., et al., 2007). Individu dengan Diabetes

Melitus tipe-2 diketahuisebanyak 80% diantaranya adalah obesitas.

Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh

tubuh kurang sensitive dan jumlahnya berkurang sehingga insulin

dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (IIlyas dalam Soegondo,

2007).

c) Makanan/Asupan makanan

Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam

pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang

diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai

makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi,

terkandung karbohidrat,lemak, dan protein (Tandra, 2008).

d) Jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan

Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes

Melitus telah cukup lama dikenal sebagaidalah satu upaya

16
penanggulangan penyakit diabetes melitus disamping obat dan diet

(Darmono,2007). Latihan fisik dapat meningkatkan sensifitas

jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Melitus tipe-1

peningkatan sensifitas jaringan terhadap insulin tersebut dapat

mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes Melitus

tipe-2 peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat penting

dalam regulasi kadar glukosa darah (IIlyas, E.I., 2007

c. Gejalah diabetes mellitus

Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes melitus dapat digolongkan

menjadi gejala akut dan gejala kronik sebagai berikut:

1. Poliuria (sering kencing) Adalah kondisi dimana terjadi kelainan

pada produksi urin di dalam tubuh yang abnormal yang

menyebabkan sering berkemih.Biasanya berkemih normalnya 4-8

kali sehari, karena kelebihan produksi urin dalam tubuh maka

berkemih lebih dari normal sehat.

2. Polifagia (cepat lapar) Adalah kondisi dimana sering merasa

lapar.Hal ini disebabkan karena glukosa darah pada penderita DM

tidak semuanya dapat diserap oleh tubuh yang berakibat tubuh

kekurangan energi.

3. Polidipsia (sering haus) Adalah kondisi akibat dari poliuria (sering

kencing) menyebabkan rasa haus yang berlebihan.

4. Mudah lelah Adalah kondisi yang terjadi akibat poliuria dan polidip

17
5. Berat badan menurun Adalah kondisi dimana kemampuan

metabolisme glukosa terganggu sehingga tubuh tidak dapat

menyimpan glukosa dan membuangnya melalui urin, sehingga tubuh

mengambil glukosa cadangan di jaringan tubuh sebagai energi

(Sugianto, 2016).

6. Luka infeksi yang sukar sembuh Adalah kondisi yang disebabkan

efek dari hiperglikemia, sehingga terjadi komplikasi akut dan

komplikasi kronik yang merusak jaringan tubuh.

d. Diagnosis diabetes mellitus

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan

kadarglukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.

Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glikosuria .

Pedoman dalam mendiagnosa penyakit Diabetes Melitus (DM)

yaitu (MenKes, 2018):

1. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi

tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Dilakukan pengambilan

sampel darah untuk Tes gula darah puasa setelah pasien melakukan

2. Pemeriksaan glukosa darah ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTOG) dengan beban glukosa 75 gram. Pada tes

18
TTOG pasien melakukan puasa terlebih dahulu minimal 8 jam,

setelah itu diminta makan dan minum seperti biasanya. Selang waktu

2 jam setelah itu dilakukan pengecekan kadar gula darah.

3. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan-

keluhan (poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan).

Tes gula darah sewaktu dilakukan kapan saja tanpa

mempertimbangkan puasa dan waktu terakhir pasien makan. Tes ini

dilakukan apabila terjadi gejala-gejala DM secara umum,

diantaranya poliurea (sering kencing), polifagia (cepat lapar),

polidipsi (sering haus), berat badan turun dan infeksi yang sukar

sembuh.

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization

Program (NGSP). Tes hemoglobin terglikasi (HbA1c) adalah

pengukuran persentase gula darah yang terikat dengan hemoglobin.

Hemoglobin adalah protein yang ada dalam sel darah merah.

Semakin tinggi hemoglogin A1c, semakin tinggi pula tingkat

e. Komplikasi diabetes mellitus

Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik akan

menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut perkeni komplikasi

diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

19
1. Komplikasi Akut

a) Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah

nilai normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada

penderita diabetes melitus tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per

minggu, kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-

sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi

bahkan dapat mengalami kerusakan.

b) Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara

tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang

berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetic, Koma hiperosmoler

Non Ketokik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

2. Komplikasi Kronis

a) Komplikasi makrovaskuler, umum berkembang pada penderita

Diabetes Melitus adalah trombosit otak (pembekuan darah pada

sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK).

b) Komplikasi mikrovaskuler, umum terjadi pada penderita diabetes

melitus tipe 1 seperti nefropati, diabetic retinopati (kebutaan),

neuropati, dan amputasi.

f. Pencegahan diabetes mellitus

Pencegahan penyakit Diabetes Melitus dibagi menjadi empat bagian

yaitu: (Bhatt dkk, 2016).

20
1. Pencegahan Premordial

Pencegahan premordial adalah upaya untuk memberikan

kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak

mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko

lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.

Pencegahan premordial pada penyakit Diabetes Melitus misalnya

adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa

konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang

kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas

adalah kurang baik bagi kesehatan.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya orang yang termasuk

kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita Diabetes

Melitus, tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus

diantaranya:

a) Kelompok usia tua (>45 tahun)

b) Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27(kg/M2)

c) Tekanan darah tinggi (>140/90mmHg)

d) Riwayat keluarga Diabetes Melitus

e) Riwayat Kehamilan dengan BB bayi lahir >4000 gr.

f) Dislipidemia (HvL<35 mg/dl dan atau Trigliserida >250 mg/dl).

21
g) Pernah toleransi glukosa tergangganggu (TGT) atau glukosa

darah puasa terganggu (GDPT).

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap timbulnya Diabetes Melitus dan upaya untuk

menghilangkan faktor-faktor tersebut.Oleh karena sangat penting

dalam pencegahan ini.Sejak dini hendaknya telah ditanamkan

pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan

jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk

dan risiko merokok bagi kesehatan

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau

menghambat timbulnya penyakit dengan tindakan deteksi dini dan

memberikan pengobatan sejak awal penyakit.Dalam pengobatan

pasien Diabetes Melitus, sejak awal sudah harus diwaspadai dan

sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit

menahun. Pilar utama pengelolaan Diabetes Melitus meliputi:

a) Penyuluhan

b) Perencanaan makanan

c) Latihan jasmani

d) Obat berkhasiat hipoglikemik.

22
4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya

kecatatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,

sebelum kecatatan tersebut menetap.Pelayanan kesehatan yang

holistic dan terintegerasi antar disiplin terkait sangat diperlukan,

terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin

ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi media, gizi dan

lain-lain.

2. Konseling Gizi

Konseling menurut Roger dapat diartikan sebagai hubungan

membantu, dimana konselor bertujuan meningkatkan kemampuan dan

fungsi mental klien. Didalam hubungan dokter/perawat dan pasien, dapat

dikatakan bahwa dokter/perawat adalah pihak yang membantu, dan pasien

sebagai pihak yang terbantu (Lubis, 2011). John B.Watson mendirikan

Teori behavior yang didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku

manusia yaitu pendekatan sistematik dan terstruktur dalam konseling.

Konseling behavior dapat di artikan sebagai tindakan mengubah perilaku

seseorang (Mansur. 2014).

Dalam Kamus Gizi (2009) yang dikeluarkan oleh Persagi,

dinyatakan bahwa konseling gizi adalah suatu proses komunikasi dua arah

antara konselor dan pasien/klien untuk membantu pasien/ klien mengenali di

mengatasi masalah gizi. Persagi (2010) mendefinisikan konseling gizi

23
adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk

menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik

tentang dirinya dan permasalahan yang dihadapi. Setelah konseling.

diharapkan individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah

untuk mengatasi) masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta

pemecahan masalah terkait gizi ke arah kebiasaan hidup sehat.

1. Tujuan Konseling

Secara umum konseling gizi bertujuan membantu klien dalam

upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga dapat

meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan klien, meliputi perubahan

pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan tindakan. Dalam konseling

gizi terjadi proses komunikasi dua arah memberikan kesempatan

konselor dan klien saling mengemukakan pendapat.

Konselor memberikan informasi dan arahan yang positif yang

dapat mengubah informasi negatif. Konselor juga mengarahkan klien

untuk mampu menentukan sikap dan keputusan untuk mengatasi masalah

gizi yang dialami. Jadi tujuan konseling adalah membantu klien dalam

upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga mampu

meningkatkan kualitas gizi dan kesehatannya.

Dalam buku pendidikan dan konsultasi gizi oleh Suariasa (2012),

yang dimaksud dengan tujuan konseling gizi adalah sebagai berikut:

24
a) Membantu klien dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah

klien serta memberi alternatif pemecahan masalah. Melalui

konseling klien dapat berbagi masalah, penyebab masalah dan

memperoleh informasi tentang cara mengatasi masalah.

b) Menjadikan cara-cara hidup sehat di bidang gizi sebagai kebiasaan

hidup klien. Melalui konseling klien dapat belajar merubah pola

hidup, pola aktivitas, pola makan.

c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga

klien tentang gizi. Melalui konseling klien mendapatkan informasi

pengetahuan tentang gizi, diet dan kesehatann

3. Media Konseling

Menurut Depkes (2004) media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan. Media dalam kegiatan konseling gizi merupakan sarana

yang berisikan materi yang berkaitan dengan nasehat gizi.Penggunaan

media akan memudahkan konselor dalam menyampaikan materi gizi dan

memudahkan klien dalam memahami nasehat gizi yang disampaikan.

Penggolongan media (Starh,2005) menurut fungsinya adalah

1. Informasional yaitu media yang digunakan pada klien untuk memberikan

informasi yang bersifat umum. Media yang bersifat informasional adalah

radio, kaset, majalah dinding, buletin, filmslide.

25
2. Motivasional yaitu media yang digunakan untuk mendorong klien atau

sasaran mengikuti nasehat yang dianjurkan. Yang termasuk dalam

kelompok media motivasional adalah poster, foto.

3. Instruksional yaitu media yang digunakan untuk mengarahkan secara

rinci nasehat yang disampaikan kepada sasaran atau klien. Yang

termasuk dalam golongan media instruksional adalah leaflet, booklet dan

alat peraga.

Media edukasi yang sering digunakan pendidikan gizi meliputi :

a) Leaflet

Leaflet merupakan media berbentuk selembar kertas yang diberi

gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi

kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa dan

biasanya dilipat tiga. Media ini berisikan suatu gagasan secara langsung

ke pokok persoalannya. Leaflet sangat efektif untuk menyampaikan

pesan yang singkat dan padat. Media ini juga mudah dibawa dan

disebarluaskan. Bahkan karena ukurannya yang lebih ringkas, jumlah

yang dibawa bisa lebih banyak . Kelebihan penggunaan leaflet meliputi

efektif untuk pesan yang singkat dan padat dan mudah dibawa dan

disebarluaskan . Sedangkan kelemahan penggunaan leaflet adalah

memerlukan keterampilan baca- tulis, mudah hilang dan rusak, pesan

yang disampaikan terbatas ( Depkes, 2004).

26
b) Poster

Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan yang di tempel di tempat umum.

c) Booklet

Booklet, adalah media untuk mrnyampaikan pesan kesehatan

dalam buku yang berupa tulisan maupun gambar.

4. Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah

melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan

mengerti. Mubarak (2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan

akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari

tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera

pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.Sebagian

pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.Berdasarkan

beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan merupakan segala

sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang

27
ditangkap melalui pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan

1. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi

yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan

tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara

benar. Misalnya, seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bullying

secara benar yakni bullying verbal, fisik dan psikologis.

Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan sebuah pertanyaan misalnya : apa dampak yang

ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying, apa saja bentuk

perilaku bullying, bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

dan menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar.Orang

yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat

menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya.

28
Misalnya siswa mampu memahami bentuk perilaku bullying (verbal,

fisik dan psikologis), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa

perilaku bullying secara verbal, fisik maupun psikologis dapat

merugikan diri sendiri dan orang lain.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah

memahami suatu materi atau objek dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses penyuluhan kesehatan,

maka dia akan mudah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan

dimana saja dan seterusnya.

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam

komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah dan

berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai

pada tingkat analisis, apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.

29
Misalnya, dapat membedakan antara bullying dan school bullying,

dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak

(2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu :

a) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu

hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima

informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.Lingkungan pekerjaan dapat

membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, seseorang yang

bekerja sebagai tenaga medis akan lebih mengerti mengenai penyakit

dan pengelolaanya daripada non tenaga medis.

30
c) Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan

pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik.

d). Minat

Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu

hal.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,

sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan

zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman

dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah

makanan yang baik agar zat gizi Pengetahuan gizi yang tidak memadai,

kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta

pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis

makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas.

Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan

gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak

terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000:55). Menurut (Almatsir,

2002:4)

31
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi

meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan

baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi

normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh

terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal

terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau

lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh

memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga

menimbulkan efek yang membahayakan.

5. Asupan Zat Gizi

a) Pengertian Kerbohidrat

Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Konsumsi karbohidrat kurang dari 130 g/hari tidak dianurkan. Pemanis

alternative dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi

batas aman konsumsi harian (accepted daily intake ADI). Pemanis

alternatif dikelompokkan menjadi pemanis tidak berkalori, seperti

aspartame, sakarin, acesulfame potassium, sucralose neotame, pemanis

berkalori seperti gula alcohol dan fruktosa. Fruktosa tidak dianjurkan

digunakan oleh penyandang diabetes karena dapat meningkatkan kadar

32
LDL, kecuali fruktosa alami yang terkandung pada buah dan sayuran.

(Suharyati 2019: 136-137)

Asupan karbohidrat merupakan jumlah karbohidrat per hari yang

berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi responden selama

2 kali (1x24 jam) terakhir.

Studi meta analisis pada 14 studi (randomized controlles trails)

yang melibatkan 356 penderita DM ditemukan bahwa dengan diet

rendah IG memperbaiki kadar glukosa darah jangka pendek dan

panjang, yang direfleksikan melalui penurunan secara signifikan kadar

fruktosamine dan hemoglobin A1C, Makanan dengan IG rendah adalah

antara lain whole grain, buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan

yang juga termasuk dalam makanan kaya serat. (Azrimaidaliza, 2011).

b) Pengertian Lemak

Asupan lemak merupakan jumlah lemak per hari yang berasal

dari makanan dan minuman yang dikonsumsi terakhir oleh responden

terhitung selama 2 kali (1x24 jam), yang dicatat menggunakan food

recall.

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan

tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energy. komposisi

dianjurkan yakni lemak jenuh <7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh

ganda <10% selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal, dan konsumsi

kolesterol dianjurkan <200mg/hari. (Suharyati 2019: 137)

33
Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan

pada penyandang DM adalah membatasi asupan lemak jeuh dan

kolesterol dari makanan. Lemak jenuh merupakan determinan diet yang

penting untuk menentukan kadar LDL-kolesterol di dalam plasma.

Aspek paling penting yang berhubungan dengan komposisi diet adalah

konsumsi lemak jenuh <10% dari total energy atau bahkan <80% bagi

pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi.

Adanya rekomendasi kuat, yaitu tingginya risiko menderita

penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes dan kenyatan bahwa

supan lemak jenuh memberikan efek terhadap metabbolisme lemak

(meningkatkan kolesterol LDL), resistensi insulin dan tekanan darah.

(Azrimaidaliza, 2011)

Penyandang DM tampaknya lebih sensitive terhadap kolesterol

dalam makanan ketimbang populasi yang bukan DM. Asupan kolesterol

sebaiknya juga dikurangi, yaitu <300 mg per hari bagi semua penderita

diabetes dan <250 mg per hari bagi semua individu yang mengalami

peningkatan kolesterol LDL. Juga dianjurkan untuk mengurangi

asupan asam lemak tak jenuh trans (asam lemak yang terbentuk ketika

minyak nabti menjalani hidrogenasi) karena jenis lemak ini

memberikan efek yang merugikan pada kadar LDL-kolesterol plasma.

(Azrimaidaliza, 2011).

34
c) Pengertian Serat

Serat adalah komponen karbohidrat kompleks tidak dapat dicerna

oleh enzim pencernaan, tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri

pencernaan. Serat makanan merupakan wadah berbiak yang baik bagi

mikroflora usus. Serat makanan juga disebut suatu komponen bukan

gizi yang harus dipenuhi jumlahnya agar tubuh dapat berfungsi dengan

baik.

Anjuran konsumsi serat adalah 20-25% gram/hari yang berasal

dari berbagai sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, buah,

sayuran dan sumber karbohidrat yang tinggi serat. (Suharyati 2019:

137)

Makanan berserat akan memberikan serat pangan, vitamin dan

mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan

mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup dapat memberikan

manfaat metabolic berupa pengendalian gula darah, hiperinsulinemia

dan kadar lipid plasma atau faktor risiko kardiovaskular.Jumlah serat

yang dianjurkan dikonsumsi bagi penderita DM sama dengan jumlah

serat yang dianjurkan pada masyarakat umum, yaitu 15-20

gram/1000Kkal setiap harinya dari berbagai bahan makanan sumber

serat, terutama serat larut. Hartanti 2004) menemukan asupan serat

sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 masih kurang dari

angka kecukupan serat 25 gram/hari dan asupan serat makanan

35
berkontribusi terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes melitus

(p-value<0,05) (Azrimaidaliza, 2011).

d) Pengertian Kadar Gula Darah

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula

darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat di dalam tubuh.

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah suatu gula monosa-karida,

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama

dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua

karbohidrat lain didalam tubuh seperti glikogen, ribose, deoxiribose

dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, glikolipid,

glikoprotein dan proteoglikan

Glukosa dalam darah diperoleh dari makanan yang mengandung

karbohidrat dari zat-zat lain yang bukan karbohidrat. Kadar glukosa

darah pada penderita Diabetes Melitus tidak normal karena

terganggunya metabolisme karbohidrat. Glukosa dalam darah

didapatkan dari makanan yang mengandung karbohidrat, dari zat- zat

lain yang bukan karbohidrat dari proses glukoneogenesis dari glikogen

dengan heksokinase dari enzim tambahan dalam hati yaitu glukinase

yang aktifitasnya dapat diinduksi dan dipengaruhi oleh keadaan gizi

(Waspadji, 2003).

36
Glukosa darah seseorang akan naik segera setelah

mengkonsumsi makanan dan relatif stabil pada konsentrasi 0.15%

yaitu 80-120 mg/dl. Walau banyak glukosa yang diambil oleh jaringan

dan organ (Pridjatmoko, 2007). Menurut Waspadji (2003) kadar

glukosa darah pada orang normal biasanya konstan, karena pengaturan

metabolisme karbohidrat yang baik pada keadaan puasa, kadar

glukosa darah meningkat menjadi 120-130 mg/dl. Kadar glukosa akan

menurun kembali 2 jam setelah makan menjadi 80-100 mg/dl.

Gula setiap saat didistribusikan keseluruh sel tubuh sebagai

bahan baku yang digunakan dalam seluruh aktifitas tubuh. Jika dalam

kondisi puasa tidak ada makanan yang masuk maka cadangan gugusan

gula majemuka dalam hati akan dipecah dan dilepaskan kedalam

aliran darah. Namun jika masih diperlukan tambahan gula, maka

cadangan kedua berupa lemak dan protein juga akan diuraikan

menjadi glukosa (Lanywati, 2001).

Sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah sedang atau besar

ditungkai kaki menyebabkan gangren diabetik yaitu luka pada kaki

yang berwarna merah kehitam-hitaman, berbau busuk dan akibatnya

terjadi kematian jaringan

37
B. KerangkaTeori

Faktor Risiko Yang


Faktor Risiko Yang Tidak DapatDi Ubah :
Dapat Diubah Pola Makan
Umur Aktivitas Fisik
Keturunan/genetik Obesitas
Lingkungan/stress
Pemakaian Obat

Diabetes Melitus Penatalaksanaan


Diet Diabetes
Melitus :
Konseling Gizi
1. Edukasi konseling
Terapi Nutrisi
Latihan Jasmani
Terapi Farmakologis
Media

Poster

Pengetahuan Asupan Kadar Glukosa Darah

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Modifikasi (PERKENI 2011,
Supariasa 2014, Depkes RI 2008,Sujono
Riyadi, 2009: 73-74, Martinus, 2005)

38
C. Kerangka konsep

Berikut ini kerangka konsep konseling gizi (Variabel Independen) dan

pengetahuan, asupan karbohidrat, lemak, serat dan kadar gula darah

(Dependen) pada penderita diabetes mellitus.

Sebelum Sesudah

Pengetahuan Pengetahuan

Asupan Karbohidrat Asupan Karbohidrat

Konseling Gizi Menggunakan Media Poster


Asupan Lemak
Asupan Lemak
Asupan Serat
Asupan Serat

Kadar Glukosa Darah


Kadar Glukosa Darah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

39
D. Hipotesis Penelitian

1 Ada Pengaruh konseling gizi menggunakan media poster terhadap

pengetahuan gizi pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU bahteramas

Kendari.

2. Ada pengaruh konseling gizi menggunakan media poster terhadap asupan

karbohidrat pada penderita penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU

bahteramas Kendari.

3. Ada pengaruh konseling gizi menggunakan media poster terhadap asupan

lemak pada penderita penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU bahteramas

Kendari.

4. Ada pengaruh konseling gizi menggunakan media poster terhadap asupan

serat pada penderita penderita diabetes melitus tipe 2 RSU bahteramas

Kendari.

5. Ada pengaruh konseling gizi menggunakan media poster terhadap kadar

glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU bahteramas

kendari.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis dan Desain penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen dengan desain penelitian

menggunakan quasy experimental study dengan pretes-posttest with control

group. Penelitian ini dilakukan di ruang kerja RSUD Bahteramas kendari

yang di pilih secara sengaja atau purposive sampling. Rancangan ini

menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Dibawah ini merupakan

desain penelitian sebagai berikut :

Kelompok Kasus : X2a ------ Y1----------X2b

Kelompok Kontrol : X1a ------ Y0-----------X2a

Keterangan :

X1a : Kelompok kontrol sebelum diberikan konseling gizi

X2a : Kelompok kontrol setelah diberikan konseling gizi

Y0 : Pemberian konseling gizi tanpa menggunakan media poster

X1b : Kelompok perlakuan sebelum diberikan konseling gizi dengan media

poster

X2b : Kelompok perlakuan setelah diberikan konseling gizi dengan media

poster

Y1 : pemberian konseling gizi dengan menggunakan media poster


B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan juni 2023 Penelitian ini

dilaksanakan di RSUD Bahteramas kota kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 rawat jalan yang berada di RSUD Bahteramas Kota

Kendari yang tercatat sebagai kasus baru ditahun 2021 dengan total 34

orang kasus.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 yang berada di RSUD bahteramas Kota

Kendari,sebanyak 34 orang kasus dan 34 orang kontrol.

a. Teknik Sampling dan Kriteria Sampel

1) Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling.Dimana jumlah sampel sama dengan populasi.Alasan

mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang.jadi

jumlah sampel dalam penelitian ini ada 34 orang kasus dan 34 orang

Kontrol.

41
2) Kriteria Sampel Kasus

Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok kasus yaitu

sebanyak 34 pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 rawat

jalan di RSU Bahteramas Kota Kendari.

3) Kriteria Sampel Kontrol

Sampel dalam penelitian ini kelompok kontrol diambil

dengan menggunakan kriteria , meliputi :

(1) Tidak menderita penyakit DM tipe 2.

(2) Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang menetap di lokasi

penelitian.

(3) Penderita Diabetes melitus yang dapat menulis, membaca dan

berkomunikasi dengan baik

(4) Penderita Diabetes melitus tipe 2 yang tidak mengalami

gangguan daya ingat.

(5) Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

D. Variable Penelitian

Variabel merupakan salah satu unsur yang penting karena suatu proses

pengumpulan fakta atau pengukuran dapat dilakukan dengan baik, bila dapat

dirumuskan variable penelitian dengan tegas (Nasution, 2017). Variabel dalam

penelitian ini meliputi:

1. Variable Terikat (Dependen)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pengetahuan, asupan

karbohidrat ,lemak,serat, dan kadar glukosa darah pada penderita diabetes

melitus tipe 2.
42
2. Variable Bebas (Independen)

Variable bebas pada penelitian ini adalah konseling menggunakan

media poster.

E. Cara Pelaksanan Intervensi

Konseling gizi dilakukan di ruang kerja RSU Bahteramas kota

kendari selama 3 minggu.Untuk mengetahui pengaruh intervensi yang

dilakukan yakni berupa penjelasan mengenai Diabetes Melitus dan Konseling

Gizi terhadap pengetahuan,asupan karbohidrat, lemak, serat, kadar glukosa

darah, mengunakan lembar kuisioner berupa pertanyaan untuk mendapatkan

data pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan konseling untuk kelompok

kasus. Serta diberikan konseling tanpa menggunakan media apapun untuk

kelompok kontrol, form food recall 2x24 jam dengan metode wawancara yang

dilakukan oleh saya sendiri sebagai peneliti untuk mendapatkan asupan

karbohidrat,lemak,serat, dan menggunakan alat glukometer yang dilakukan

oleh petugas rumah sakit untuk mendapatkan data kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah diberikan konseling

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (Pre dan

Post Test) dan poster DM . Berikut adalah tahapan pengumpulan data

dalam penelitian :

43
a. Pada tahap awal (pre test), sampel perlakuan dan kontrol dilakukan

wawancara menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui

Pengetahuan asupan.

b. Selanjutnya tahap pelaksanaan, sampel perlakuan di berikan konseling

menggunakan media poster DM, sedangkan sampel kontrol diberikan

konseling tetapi tidak menggunakan media poster.

c. Pada akhir penelitian (post test) dilakukan wawancara kepada

kelompok sampel dan kelompok kontrol menggunakan lembar

kuesioner untuk melihat apakah ada perubahan pada tingkat

pengetahuan asupan

G. Analisis Data

a. Analisis Data

1) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dalam hasil penelitian. Analisis univariat ini mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable

(Notoatmojo, 2010). Hasil analisis univariat akan disajikan dalam

bentuk grafik atau narasi. Variabel yang akan digunakan analisis

univariat dalam penelitian ini adalah variabel pengetahuan, asupan

karbohidrat, lemak,serat dan kadar glukosa darah, dari analisis univariat

ini akan diketahuigambaran distribusi rata-rata frekuensi setiap variabel.

44
2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh

pemberian konseling menggunakan media poster pada pengetahuan.

Sebelum dilakukan bivariat, sebelumnya harus uji normalitas untuk

mengetahui apakah data terdistribusi normal, karena syarat uji

parametric adalah data harus terdistribusi normal ( Dahlan, 2011).

Karena pada penelitian ini jumlah sampel penelitian , yaitu 22

sampel kelompok intervensi dan 22 sampel kelompok kontrol, sehingga

uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-smirnov. Distribusi data

dikatakan normal jika nilai kemaknaan (p) >0,005 , sedangkan data

tidak normal jika nilai kemaknaan (p) <0,005 (Dahlan, 2011). Jika data

terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji Dependent t-

test untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan. sebelum dan

sesudah perlakuan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh Konseling

menggunakan media poster digunakan uji Independent t-test. Namun

apabila data tidak terdistribusi normal, maka digunakan uji alternative

untuk uji t yaitu Wilcoxon dan uji Mann Whitney.

45
H. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional


Alat
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala
Ukur
Konseling Gizi Proses komunikasi dua Wawancara Poster 0 = Sebelum Nominal
arah antara konselor diberikan
dengan klien untuk konseling
membantu klien 1 = Setelah
mengenali dan mengatasi diberikan
masalah gizi dengan konseling
menggunakan media
poster.
Pengetahuan Pengetahuan pasien terkait Kuesioner Angket Total Score Rasio
masalah gizi pengetahuan Angket
tentang makanan dan zat
gizi,sumber-sumberzat gizi
pada makanan yang dapat
dikonsumsi.
Asupan Jumlah asupan Wawancara dan Form ....g/hr Rasio
Karbohidrat Karbohidrat yang recall 2x24 jam
dikonsumsi responden foodrecall
dalam satuan g/hr
Asupan Lemak Jumlah asupan Lemak Wawancara dan Form ....g/hr Rasio
yang dikonsumsi recall 2x24 jam
responden dalam satuan foodrecall
g/hr
Asupan Serat Jumlah asupan Serat Wawancara dan Form .....g/hr Rasio
yang dikonsumsi recall 2x24 jam
responden dalam satuan foodrecall
g/hr
Kadar Glukosa Kadar Glukosa Darah Pengukuran Gluko ……mg/dl Rasio
Darah adalah banyaknya zat gula dilakukan oleh meter
atau glukosa di dalam petugas/peneliti Easy
darah. touch

46
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), 2016. Statistics About Diabetes.


http://www.diabetes.org/diabetes-basics/statistics/?loc=db-slabnav.,
December 20th , 2016.

Azrimaidaliza 2011). Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Melitus. Jurnal

Ciptaningtyas, R. 2013. Teori & Panduan Konseling Gizi. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Cornelia, et al. (2013). Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus.

Darmono, 2007. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Melitus. Dalam: Naskah
Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau Dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eight Edition (8thed).

Mulyani N.S (2015) Pengaruh Konsultasi Gizi Terhadap Asupan Karbohidrat Dan
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Jurnal Kesehatan
Vol. 8, No 2, Hal 6 (diakses 7 juli 2017).

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2011.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia 2013, Konseling Gizi, Penerbit Penebar Swadaya
Grup. Jakarta 2013 : 12 –61.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (Pusdatin). Diabetes


Mellitus. 21 Oktober 2020. Diakses dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/20111800001/diabetesmelitus.html

Soewondo, P., Soegondo, S., Sustika, K., Pranoto, A., Soeatmaji, D. W.,
Tjokroprawiro, A. (2010). The DiabCare Asia 2008 study - Outcomes on
control and Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia, Med J
Indonesia.

Supariasa, I.D.N. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta

WHO. (2016). GLOBAL REPORT ON DIABETES. World Health


Organization.Retrieved from http://wwwwho.int

47
Wawan, A dan Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan M. 2010., Sikap dan
Perilaku Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika.

48
Lampiran 1

SURAT

PERSETUJUAN

MENJADI RESPONDEN

PENELITI

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan kesedian saya

untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

saudari Widya Ningsi Ainun Pratiwi , Mahasiswa Gizi Poltekkes

Kemenkes Kendari dengan judul “Pengetahuan konseling melalui

media poster dan vidio terhadap pengetahuan asupan karbohidrat

,lemak,serat, dan kadar glukosa darah Pasien Rawat Jalan

Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah kerja RSUD BAHTERAMAS”.

Dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari siapapun dengan catatan

digunakan hanya untuk kepentingan penelitian dan dijamin

kerahasiannya.

Demikianlah pernyataan ini kami buat, dengan

ditandatanganinya surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersdia

menjadi responden dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari , Februari

2023

49
Responden

50
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Tempat Tanggal Lahir:

Umur : Tahun

Alamat :

Kode Responden :

Lama Menderita DM :

A. Kuesioner Pengetahuan Tentang Penyakit

Diabetes MellitusPetunjuk pengisian :

Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling tepat dan benar

dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang disediakan

dansemua pertanyaan harus dijawab dengan satu pilihan

1. Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan…..

a. Peningkatan kadar glukosa darah (Hiperglikemia)

b. Kepala pusing yang hebat

2. Kadar glukosa darah sewaktu yang normal…..

a. ≥200mg/dl

b. <200mg/dl

3. Efek jangka panjang atau komplikasi yang dapat

51
terjadi pada penderita diabetes mellitus jika tidak

terkontrol yaitu…..

a. Jantung Koroner, Ginjal dan Stroke

b. Demam dan sesak nafas

4. Manfaat aktivitas fisik bagi penderita DM, Kecuali……

a. Dapat membantu mengontrol kadar glukosa tetap normal

b. Dapat meningkatkan kadar glukosa darah

5. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita DM…..

a. 3-5x seminggu selama 30-45 menit

b. 1-2x seminggu selama 10 menit

6. Sumber karbohidrat yang dibatasi konsumsinya…..

a. Nasi, bubur, roti, kentang

b. Gandum, beras merah

7. Sumber protein yang dibatasi konsumsiya….

a. Ikan, ayam tanpa kulit, putih telur

b. Sarden, sosis, otak

8. Sumber karbohidrat yang harus dihindari konsumsinya…..

a. Gula pasir, sirup, madu, gula merah

b. Nasi, bubur, roti, kentang

9. Serat yang diajurkan untuk dikonsumsi perhari pada penderita DM

yakni…..

a. 20 gr/hari

52
b. 25 gr/hari

10. Menkonsumsi Karbohidrat dengan indeks Glikemik yang

rendah seperti (beras merah, gandum, bekatul, sayuran,

dan kacang-kacangan) sangat baikdikonsumsi karena….

a. Dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah

b. Dapat membantu menormalkan/mengontrol kadar glukosa darah

11. Waktu makan yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Melitus

a. 3 kali makan utama 2x selingan

b. 3 kali makan utama

12. Buah-buahan yang harus di hindari konsumsinya….

a. Durian, nangka, manisan buah

b. Jeruk, apel, papaya

13. Sayuran yang diajurkan untuk dikonsumsi…..

a. Kangkung, daun kacang, seledri, terong

B. ayam, buncis, daun singkong

14. Bahan makanan yang baik dikonsumsi…..

a. Beras merah, ikan, daun kacang, apel

b. Kentang, otak sapi, daun melinjo, durian

15. Obat yang digunakan untuk terapi diabetes mellitus…..

a. Sulfonilurea, metformin, tiazolidindion

b. Ibuprofen, aspirin, asam mefenamat

53
Lampiran 3

Form Recall 24 Jam

Hari/Tanggal :
Hari ke :
No Responden :

Formulir food recall 24 jam

WAKTU MENU BAHAN NILAI GIZI


MAKAN MAKANAN MAKANAN
URT GRAM KARBOHIDRAT LEMAK SERAT

Pagi/jam

Selingan
Pagi/jam

Siang/jam

Selingan
Siang/jam

Malam/jam

54

Anda mungkin juga menyukai