Anda di halaman 1dari 33

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

FORMULASI SEDIAAN STERIL SALEP ANTIBIOTIK

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, M.S., Apt

Disusun Oleh :
Maria Venansia Rensiana (16330130)
Kelas : D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2018/2019

1
DAFTAR ISI

Cover 1

Daftar Isi 2

Kata Pengantar 4

Bab 1 Pendahuluan 5

1.1. Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Tujuan 6

Bab 2 Tinjauan Pustaka 7

2.1 Sediaan Salep Steril 7

2.1.1 Karakteristik Salep Steril Yang Baik 9

2.1.2 Komponen Salep Steril 10

2.1.3 Metode Pembuatan 10


A. Macam-macam Metode Pembuatan 10
B. Cara Sterilsasi 11
2.1.4 Evaluasi 12
A. In Process Control 12
B. End process Control 13
2.1.5 Kemasan 13
A. Wadah 13
B. Leaflet 13
C. Etiket 14
2.2. Praformulasi 15

2.2.1 Gentamisina Sulfat 15

A. Sifat Fisika-Kimia 15
B. Efek Farmakologi 16
C. Efek Mikrobiologi 17
D. Dosis dan Cara Pemberian 17

2
Bab 3 Pembahasan 18

Bab 4 Kesimpulan 32

Daftar Pustaka 33

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan
bimbingan-Nya kepada kami dalam serangkaian proses penyusunan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Steril.
Demikian makalah “Formulasi Sediaan Steril Salep Antibiotik” yang telah kami susun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga bagi kami selaku penyusun.

Jakarta, 19 Desember 2018

Penyusun

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk
vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak
dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Salep steril
adalah sediaan setengah padat yang bebas dari mikroorganisme baik bakteri patogen atau non
patogen. Salah satu contoh dari salep steril yaitu salep Gentamicin Sulfat. Gentamicin adalah obat
antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi kulit.
Bakteri-bakteri yang dapat diatasi oleh obat ini bermacam-macam, namun kebanyakan adalah
bakteri gram negatif.
Gentamicin sulfat adalah sulfat dari campuran zat antimikroba yang dihasilkan oleh
Micromonospora purpurea. Gentamicin sulfat adalah campuran kompleks dari sulfat gentamisn C1,
gentamicin C1 A, dan gentamicin C2. Ketika kering mengandung 31-34% sulfat dan tidak kurang
dari 590 unit gentamisin per mg: 80.000 unit gentamisin kira-kira setara dengan 80 mg gentamisin.
Sifat fisika kimia dari Gentamicin Sulfat yaitu berat molekul 575,5954, pemerian putih
sampai kuning gading, hingga kental yang mengandung tidak lebih dari 15% air. Kelarutan mudah
larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P , titik
lebur 107°C-121°C, pH 3,5-5,5. Persyaratannya pada sediaan salep kulit gentamisin sulfat
mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Efek farmakologi dari Gentamicin Sulfat yaitu indikasi dari gentamisin sulfat digunakan
pada infeksi oleh bakteri Gram negatif meliputi infeksi intra-abdomen, jaringan halus, tulang dan
sendi, luka, saluran kemih, pneumonia dan meningitis atau digunakan secara topikal pada infeksi
luka bakar dan infeksi pada mata. Efek mikrobiologi antibiotik gentamisin sama seperti mekanisme
kerja antibiotik golongan aminoglikosida lainnya yaitu menghambat sintesis protein bakteri. Krim,
salep, atau larutan yang mengandung 0,1- 0,3% gentamisin sulfat digunakan pada luka bakar, luka,
atau lesi kulit yang terinfeksi dan sebagai pencegahan infeksi pada pemasangan kateter intravena.

5
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang formula dari sediaan steril salep antibiotik?
2. Bagaimana merancang metode pembuatan sediaan steril salep antibiotik?
3. Bagaimana merancang evaluasi dari sediaan steril salep antibiotik?
4. Bagaimana merancang kemasan yang digunakan untuk sediaan steril salep antibiotik?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami rancangan formula dari sediaan steril salep antibiotik.
2. Untuk memahami rancangan metode pembuatan dari sediaan steril salep antibiotik.
3. Untuk memahami rancangan evaluasi dari sediaan steril salep antibiotik.
4. Untuk memahami rancangan kemasan yang digunakan untuk sediaan steril salep antibiotik.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Salep Steril


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut
dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
a) Dasar salep hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke
dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit
dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama
sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
lama.
b) Dasar salep serap Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanoli). Dasar
salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
c) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air
antara lain Salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat Cremores). Dasar ini
dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap
basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat
menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada Dasar salep hidrokarbon.
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah
menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. (1)
d) Dasar salep larut dalam air Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan
terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar
salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin,
lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel” (lihat Gel).
Pemilihan dasar salep Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat
yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan
sediaan jadi.

7
Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan
stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar
salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih
efektif dalam dasar salep yang mengandung air.
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini,
begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri (Tjay dan Rahardja, 2007).
Salah satu contoh dari salep steril yaitu salep Gentamicin Sulfat. Pada dasarnya Gentamicin
tersedia dalam bentuk obat suntik, infus, tetes, dan juga oles atau salep. Gentamicin adalah obat
antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi kulit. Cara
kerjanya adalah dengan menghambat proses sintetis protein pada bakteri yang sedang rentan.
Bakteri-bekteri yang dapat diatasi oleh obat ini bermacam-macam, namun kebanyakan adalah
bakteri gram negatif.
Gentamicin Ointment (B.P.). Salep gentamisin sulfat adalah suatu dispersi gentamisin sulfat
dalam partikel yang sangat halus dalam parafin lunak putih atau dasar berminyak anhidrat lainnya.
Potensi dinyatakan dalam jumlah yang setara dengan gentamisin. Simpan pada suhu tidak melebihi
25°. U.S.P. menentukan salep gentamisin sulfat setara dengan 1 mg gentamisin per g. Simpan pada
suhu tidak melebihi 40° dalam wadah tertutup rapat. Gentamicin sulfat adalah garam sulfat
gentamisin C1, gentamicin C2, dan gentamicin C1A, yang dihasilkan oleh pertumbuhan
Micromonospora purpurea. Setiap gram salep mengandung gentamicin sulfate USP (setara dengan
3,0 mg gentamisin) dalam basis petrolatum putih. Bahan aktifnya adalah gentamicin sulfate setara
dengan 0,3% gentamicin base. Inactives adalah petrolatum putih, minyak mineral, petrolatum dan
alkohol, dan air murni. Salep Gentamisin Sulfat mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 135,0% gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket.
Gentamicin sulfat adalah Sulfat dari campuran zat antimikroba yang dihasilkan oleh
Micromonospora purpurea. Gentamicin sulfat adalah campuran kompleks dari sulfat gentamisn C1,
gentamicin C1 A, dan gentamicin C2. Ketika kering mengandung 31-34% sulfat dan tidak kurang
dari 590 unit gentamisin per mg: 80.000 unit gentamisin kira-kira setara dengan 80 mg gentamisin.
Serbuk putih hingga kental yang mengandung tidak lebih dari 15% air. Larut dalam air: praktis
tidak larut dalam air dextrorotatory. Larutan 4% dalam air memiliki pH 3,5 hingga 5,5. Larutan
disterilkan dengan penyaringan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. (2)
Gentamicin merupakan antibiotika golongan aminoglikosida yang digunakan secara luas
terutama untuk mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti
8
Pseudomonas, Proteus, Serratia, dan Staphylococcus. Gentamicin juga digunakan untuk septikemia
(keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut),
meningitis (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, saluran pernafasan, saluran pencernaan,
infeksi pada kulit, tulang, dan jaringan lunak. Gentamicin tidak digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis atau infeksi bakteri Legionella
pneumophila (karena berisiko pasien akan mengalami shock dari lipid A endotoksin yang
ditemukan dalam organisme bakteri gram negatif tertentu).

2.1.1 Karakteristik Salep Steril Yang Baik


a. Stabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil
pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam kamar.
b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang mudah dipakai dan dihilangkan dari
kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang
mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan.
Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:
1. Pemerian: tidak boleh berbau tengik.
2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras, kadar bahan obat
adalah 10%.
3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan
vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

9
2.1.2 Komponen Salep Steril
Salep dapat terbuat dari suatu basis salep yang dapat berupa sistem sederhana yang hanya
terdiri dan satu macam basis atau dari komposisi yang lebih kompleks (mis. Sistem yang
mengandung emulgator) dan bersama dengan bahan aktif atau kombinasi bahan aktif serta bahan-
bahan lain yang diperlukan.

2.1.3 Metode Pembuatan


A. Macam-macam Metode Pembuatan
Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu: metode pencampuran
dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat
bahannya.
1). Pencampuran
Jika bahan obat larut dalam air/minyak, maka dapat dilarutkan dalam air/minyak. Kemudian larutan
tersebut ditambahkan (incorporated ke dalam bahan pembawa (vehicle) bagian per bagian sambil
diaduk sampai homogen. Jika bahan obatnya tidak larut (kelarutannya sangat rendah), maka partikel
bahan obat harus dihaluskan, dan kemudian disuspensikan ke dalam bahan pembawa (vehicle).
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan segala cara sampai sediaan
yang rata tercapai.
2). Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur
bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-
komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah
didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran
telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen.
Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari (Anonim, 1995):
1) Peraturan salep pertama
“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu
dengan pemanasan”.
2) Peraturan salep kedua
“Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-peraturan lain, dilarutkan lebih
dahulu dalam air, diharapkan jumlah air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep,
jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis”.

10
3) Peraturan salep ketiga
“Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbuk lebih
dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no.B.40 (no.100)”.
4) Peraturan salep keempat
“Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan, campurannya harus diaduk sampai dingin”.

B. Cara Sterilisasi
Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang secara efektif membunuh atau
menghilangkan agen yang menular (seperti jamur, bakteri, virus dan prion) dari permukaan,
peralatan, makanan, obat-obatan, atau media biakan biologis. Dalam praktek sterilitas dicapai
dengan paparan objek yang akan disterilkan ke agen kimia atau fisik untuk waktu tertentu. Berbagai
zat yang digunakan sebagai steriliant adalah: suhu tinggi, radiasi pengion, cairan kimia atau gas, dll.
Keberhasilan proses tergantung pada pilihan metode yang dipilih untuk sterilisasi. Sterilisasi
Macam-macam sterilisasi sediaan farmasi :
1. Sterilisasi panas lembab adalah agen biocidal yang paling efisien. Dalam industri farmasi
digunakan untuk: Pembalutan bedah, peralatan bedah dan diagnostik, Kontainer, Penutup, Suntikan
berair, Sediaan Ophthalmic dan cairan Irigasi, dll.
2. Sterilisasi panas kering hanya dapat digunakan untuk obat dan sediaan farmasi yang thermo
stabil, sensitif kelembaban atau kedap kelembaban air. Ini termasuk produk seperti; Obat bubuk
kering, suspensi obat dalam pelarut tidak berair, minyak, lemak lilin, silikon parafin lunak keras,
suntikan berminyak, implan, salep mata dan dasar salep dll.
3. Sterilisasi gas digunakan untuk mensterilkan zat termolabile seperti; hormon, protein, berbagai
obat sensitif panas dll.
4. Sinar U.V mungkin merupakan komponen yang paling mematikan di bawah sinar matahari yang
biasa digunakan untuk sanitasi pakaian atau alat.
5. Sinar gamma dari Cobalt 60 digunakan untuk mensterilkan antibiotik, hormon, jahitan, plastik
dan kateter dll.
6. Sterilisasi filtrasi digunakan dalam pengobatan suntikan sensitif panas dan larutan mata, produk
biologi, udara dan gas lainnya untuk pasokan ke area aseptik. Juga digunakan dalam industri
sebagai bagian dari sistem ventilasi pada fermentor, sentrifugal, autoklaf, dan pengering beku. Filter
membran digunakan untuk pengujian sterilitas.
Salep dan sediaan berminyak: Salep dan sediaan berminyak dapat diuji dengan metode
Transfer Langsung jika pengujian dengan metode Filtrasi Membran tidak layak, yaitu ketika pelarut
yang sesuai tidak tersedia.
11
Tabel 1. Daftar Bahan Disterilkan dengan Metode yang berbeda.
Material Metode Sterilisasi
Sterilisasi panas kering pada 160˚C selama 2
Salep Mata
jam
Antibiotik: Benzylpenicillin, Streptomisin Sulfat,
Sterilisasi Radiasi (menggunakan radiasi
Seng Bacitracin, polymyxin Sulphate,
Gamma)
Dihydrostreptomycin Sulphate
Instrumen logam Sterilisasi Panas kering
Instrumen sekali pakai, sarung tangan karet, set
Radiasi gamma
administrasi
Bagian pernapasan Sterilisasi panas kering
Sterilisasi kimia menggunakan formalin dan
Mesin dialisis, peralatan sensitif panas rapuh
etilena oksida
Mulut tube dan botol Sterilisasi panas kering
Sterilisasi udara di pabrik, dll Sterilisasi radiasi

2.1.4 Evaluasi
A. In Process Control
1. Stabilitas zat aktif
2. Stabilitas pembawa/basis
3. Tampilan visual
4. Warna
5. Bau
6. Viskositas
7. Distribusi ukuran partikel
8. pH
9. Tekstur dan daya sebar serta kelekatan salep
10. Homogenitas
11. Air yang hilang/komponen volatil lainnya
12. Kontaminasi partikel asing
13. Kontaminasi mikrobakteria

B. End Process Control

12
a) Uji Potensi/Efektivitas
Aktivitas (potensi) antibiotika dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya
hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga akan dapat menunjukkan
perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara
mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas (Ditjen POM, 1995).
b) Uji pelepasan obat dan sediaan salep serta bioavailability.

2.1.5 Kemasan
A. Wadah
Wadah yang umum digunakan untuk tempat salep adalah tube baik yang terbuat dari
aluminium/seng maupun plastik, namun masih banyak juga salep dikemas dalam bentuk kemasan
pot salep. Beberapa salep juga diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan
digunakan melalui rektum. Salep biasanya disimpan dalam kondisi suhu kamar (dibawah 30 ° C),
untuk mencegah agar salep tidak lembek apalagi kalau salep terbuat dari basis yang dapat mencair
pada suhu tinggi dan sedapat mungkin dibawah pemutusan udara (wadah terisi sampai penuh). Bila
mengandung bahan yang peka cahaya maka harus terlindung dan cahaya.
B. Leaflet

C. Etiket

13
2.2 Praformulasi

14
2.2.1 Gentamycini Sulfas (Gentamisina Sulfat)
Gentamicin sulfat adalah Sulfat dari campuran zat antimikroba yang dihasilkan oleh
Micromonospora purpurea. Gentamicin sulfat adalah campuran kompleks dari sulfat gentamisn C1,
gentamicin C1 A, dan gentamicin C2.
A. Sifat Fisika-Kimia
Rumus molekul :

Berat molekul : 575,5954


Pemerian : Putih sampai kuning gading, hingga kental yang mengandung tidak lebih dari 15% air.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Titik lebur : 107°C-121°C
pH : Larutan 4% dalam air memiliki pH 3,5 hingga 5,5
Sterilisasi : Larutan disterilkan dengan penyaringan
Penyimpanan : Simpan pada suhu tidak melebihi 25°-40° dalam wadah tertutup rapat.
Tidak kompatibel : dengan amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisilin, natrium
bikarbonat, dan natrium sulfadiazin. Ketika gentamisin diberikan dengan carbenicilin atau
penicillins lainnya, pemberian di berbagai tempat dianjurkan.
Larutan encer gentamisin berubah menjadi cokelat ketika diautoklaf dan ini dapat dicegah dengan
penambahan konsentrasi natrium metabisulfit serendah 80 ug per ml. Potensi tidak terpengaruh oleh
autoklaf. (Pharm. J, 1976, 1, 229)
Potensi gentamisin sulfat hilang dalam jarum suntik plastik sekali pakai dan endapan coklat
terbentuk. Penyimpanan dalam jarum suntik sekali pakai kaca tidak boleh melebihi 30 hari. (B.
Weiner et al., Am. J. Hosp. Pharm., 1976, 33, 1254)
Stabilitas : Tidak ada kehilangan potensi yang signifikan ketika injeksi gentamisin ditambahkan ke
tetes mata gentamisin 3% yang tersedia secara komersial dan larutan yang dihasilkan dari 14 mg per
ml disimpan pada 25° selama 7 hari (E. Osborn et al., Am, J, Opthal. , 1976,82,775)

15
Unit : Satu unit gentamisin terkandung dalam 0,00156 mg dari International Referensi Preparation
(1968) dari gentamicin sulfat yang mengandung 641 unit per mg.
Persyaratan : Pada sediaan salep kulit gentamisin sulfat mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 135,0% gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket.

B. Efek Farmakologi
Indikasi dari gentamisin sulfat yaitu digunakan pada infeksi oleh bakteri Gram negatif
meliputi infeksi intra-abdomen, jaringan halus, tulang dan sendi, luka, saluran kemih, pneumonia
dan meningitis atau digunakan secara topikal pada infeksi luka bakar dan infeksi pada mata. Sering
diperlukan terapi kombinasi dengan penisilin sebagai antipseudomonas (Wattimena, dkk., 1991).
Gentamisin juga digunakan secara topikal dalam konsentrasi 0,1 hingga 0,3% dan, kadang-kadang,
secara sistemik untuk mengobati infeksi stafilokokus tetapi sebagai penggunaan topikal dapat
menyebabkan munculnya resistensi, metode pemberian ini dianggap tidak disarankan. Efek
samping gentamisin yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan berkurangnya pendengaran
untuk nada tinggi, juga nefrotoksisitas serta blokade neuromuskular (Wattimena dkk, 1991).
Absorpsi sistemik telah dilaporkan setelah aplikasi topikal gentamisin untuk pasien dengan luka
bakar, terutama dari krim daripada salep. Waktu paruh biologis telah dilaporkan secara beragam
sebagai 1 hingga 4 jam. Gentamisin diekskresikan dalam urin dengan filtrasi glomerulus dan setelah
satu atau dua hari pertama pemberian setidaknya 70% dosis dapat dipulihkan dalam 24 jam.
Sejumlah kecil telah terdeteksi dalam empedu.
Gentamisin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi yang diketahui dan
kemungkinan untuk aminoglikosida lainnya. Jika gejala ototoxicity terjadi, gentamisin harus segera
diambil. Banyak pekerja menganggap bahwa gentamicin tidak boleh digunakan secara topikal
karena risiko serius mengembangkan resistensi bakteri. Pada kehamilan dan neonatus, jika
diberikan selama kehamilan gentamisin sulfat dapat menyebabkan kerusakan saraf kranial
kedelapan janin. (G. M. Stirrat, Menetapkan 'J., 1973, 13, 135.

C. Efek Mikrobiologi
Gentamisin efektif terhadap banyak strain bakteri Gram-negatif termasuk spesies
Escherichia, Enterobacter, Klesbsiella, Salmonella, Serratia, Shigella, beberapa Proteus dan, tidak
16
seperti kanamisin dan aminoglikosida sebelumnya, melawan Pseudomonas aeruginosa. Konsentrasi
hambat minimum telah dilaporkan berkisar antara 0,06 hingga 8 ug per ml. Gentamisin aktif
terhadap beberapa strain Mycobacterium tuberculosis dan mycoplasms telah dilaporkan sensitif;
kapang dan khamir resisten.
Mekanisme kerja antibiotik gentamisin sama seperti mekanisme kerja antibiotik golongan
aminoglikosida lainnya yaitu menghambat sintesis protein bakteri. Dalam hal ini, antibiotik
golongan aminoglikosida terikat pada sub unit30 S ribosom yang akan mengakibatkan kode
genetika mRNA tidak terbaca dengan baik sehingga tidak terbentuk sub unit 70 S, akibatnya
biosintesis protein bakteri dikacaukan. Efek ini terjadi tidak hanya pada fase pertumbuhan bakteri
melainkan bila bakteri tidak membelah diri. Semua aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari
ribosom secara selektif (Wattimena, 1987; Tjay, 2002).

D. Dosis dan Cara Pemberian


Ketika kering mengandung 31-34% sulfat dan tidak kurang dari 590 unit gentamisin per mg:
80.000 unit gentamisin kira-kira setara dengan 80 mg gentamisin. Serbuk putih hingga kental yang
mengandung tidak lebih dari 15% air. Satu unit gentamisin terkandung dalam 0,00156 mg dari
International Referensi Preparation (1968) dari gentamicin sulfat yang mengandung 641 unit per
mg. U.S.P. menentukan salep gentamisin sulfat setara dengan 1 mg gentamisin per g.
Krim, salep, atau larutan yang mengandung 0,1- 0,3% gentamisin sulfat digunakan pada
luka bakar, luka, atau lesi kulit yang terinfeksi dan sebagai pencegahan infeksi pada pemasangan
kateter intravena. Gentamisin topikal sebagian diinaktifkan oleh eksudat yang purulen. 10 mg
gentamisin dapat disuntikkan secara subkongjungtiva untuk mengobati infeksi mata (Katzung,
2004).

BAB 3
PEMBAHASAN

17
Karakteristik Kesimpulan
- Stabil selama masih
Sediaan steril salep dipakai mengobati.
antibiotik Maka salep harus bebas
dari inkompatibilitas,
stabil pada suhu kamar
dan kelembapan yang
ada dalam kamar.
- Lunak yaitu semua zat Gentamisin sulfat
dalam keadaan halus
dan seluruh produk
menjadi lunak dan
homogen, sebab salep
digunakan untuk kulit
yang teriritasi,
inflamasi dan
ekskoriasi.
- Mudah dipakai,
umumnya salep tipe
emulsi adalah yang
mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
- Dasar salep yang
cocok yaitu dasar salep
harus kompatibel secara
fisika dan kimia dengan
obat yang
dikandungnya. Dasar
salep tidak boleh
merusak atau
menghambat aksi terapi

18
dari obat yang mampu
melepas obatnya pada
daerah yang diobati.
-Terdistribusi merata,
obat harus terdistribusi
merata melalui dasar
salep padat atau cair
pada pengobatan.
- EP (2001) dan BP
(2001) ada batasan
ukuran partikel, yaitu
setiap 10 mikrogram zat
aktif tidak boleh
mengandung atau
mempunyai partikel >
90 nm, tidak boleh
lebih dari 2 partikel
>50nm, dan tidak boleh
lebih dari 20,25 nm
(Lukas,2006).
Gentamycini Sulfas Kelarutan : Mudah larut Jumlah : 0,2 %
(Gentamisina Sulfat) dalam air; praktis tidak Zat tambahan :
larut dalam etanol 1. Cetostearyl alcohol
(95%) P, dalam 2. Cetomacrogol 1000
kloroform P dan dalam 3. Liquid Paraffin
eter P 4. Liquid Paraffin
Titik lebur : 107°C- 5. Petrolatum (White Soft Paraffin)
121°C 6. Air Murni
pH : 3,5-5,5
Sterilisasi : Larutan
disterilkan dengan
penyaringan
Penyimpanan : Simpan
pada suhu tidak
19
melebihi 25°-40° dalam
wadah tertutup rapat.
Tidak kompatibel :
dengan amfoterisin,
sefalosporin,
eritromisin, heparin,
penisilin, natrium
bikarbonat, dan natrium
sulfadiazin. Ketika
gentamisin diberikan
dengan carbenicilin
atau penicillins lainnya,
peberian di berbagai
tempat dianjurkan.
Larutan encer
gentamisin berubah
menjadi cokelat ketika
diautoklaf dan ini dapat
dicegah dengan
penambahan
konsentrasi natrium
metabisulfit serendah
80 ug per ml. Potensi
tidak terpengaruh oleh
autoklaf. (Pharm. J,
1976, 1, 229)
Potensi gentamisin
sulfat hilang dalam
jarum suntik plastik
sekali pakai dan
endapan coklat
terbentuk. Penyimpanan
dalam jarum suntik
sekali pakai kaca tidak
20
boleh melebihi 30 hari.
(B. Weiner et al., Am.
J. Hosp. Pharm., 1976,
33, 1254)
Stabilitas : Tidak ada
kehilangan potensi yang
signifikan ketika injeksi
gentamisin
ditambahkan ke tetes
mata gentamisin 3%
yang tersedia secara
komersial dan larutan
yang dihasilkan dari 14
mg per ml disimpan
pada 25° selama 7 hari
(E. Osborn et al., Am, J,
Opthal. , 1976,82,775)
Unit : Satu unit
gentamisin terkandung
dalam 0,00156 mg dari
International Referensi
Preparation (1968) dari
gentamicin sulfat yang
mengandung 641 unit
per mg.
Persyaratan : Pada
sediaan salep kulit
gentamisin sulfat
mengandung tidak
kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 135,0%
gentamisin dari jumlah
yang tertera pada etiket.

21
Efek Farmakologi :
Bakterisida dengan
aktivitas antibakteri
yang lebih besar
daripada streptomisin,
neomisin, vs kanamisin
meskipun bertindak
serupa dengan
menghambat sintesis
protein pada bakteri
yang rentan. Ini efektif
terhadap banyak strain
bakteri Gram-negatif.
Konsentrasi hambat
minimum telah
diprediksi berkisar
antara 0,06 hingga 8 ug
per ml. Lebih aktif
dalam medium alkalin.
Cetostearyl Kelarutan. Larut dalam 0,4%
alcohol etanol (95%), eter, dan
minyak; praktis tidak
larut dalam air. Titik
didih : 300-360oC
(suhu degradasi).
Melting range : 48-
55oC.
Tidak kompatibel :
dengan oksidator kuat
dan garam logam.
Stabilitas : Cetostearil
alkohol stabil dalam
kondisi penyimpanan

22
normal.
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup di
tempat yang sejuk dan
kering.
Sterilisasi : Radiasi
gamma telah terbukti
layak untuk sterilisasi
petrolatum yang
mengandung cetostearil
alkohol yang
menghasilkan tingkat
rendah produk
radiolisis, yang
memiliki toksisitas
rendah.
Fungsi : Dalam
formulasi farmasi
topikal, alkohol
cetostearil akan
meningkatkan
viskositas dan bertindak
sebagai emulsifier baik
dalam emulsi air dalam
minyak dan minyak
dalam air.
Cetomacrogol Titik Titik didih : >149° 0,1%
1000 Titik beku : 56°
Stabilitas : stabil secara
kimia dalam kondisi
asam atau basa kuat.
harus disimpan dalam
wadah kedap udara, di
tempat yang sejuk dan
23
kering.
Tidak kompatibel :
Perubahan warna atau
pengendapan dapat
terjadi dengan iodida,
garam merkuri, zat
fenolik, salisilat,
sulfonamid, dan tanin.
juga tidak sesuai dengan
benzocaine, tretinoin
dan obat-obatan yang
teroksidasi.
Fungsi : agen
pengemulsi untuk
emulsi air dalam
minyak dan minyak
dalam air, dan
stabilisasi mikroemulsi
dan emulsi ganda.
Paraffinum Liquidum Kelarutan : Praktis 1,5%
(Parafin Cair) tidak larut dalam etanol
(95%), gliserin, dan air;
larut dalam aseton,
benzena, kloroform,
karbon disulfida, eter,
dan petroleum eter.
Dapat bercampur
dengan minyak atsiri
dan fixed oil, dengan
pengecualian minyak
jarak.
Titik didih : > 360°C
Inkompatibel : dengan

24
oksidator kuat.
Stabilitas : Petrolatum
mengalami oksidasi
saat terkena panas dan
cahaya.
Sterilisasi : dengan
panas kering.
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup rapat di
tempat yang sejuk dan
kering serta terlindung
dari cahaya.
Fungsi : sifat emolien
digunakan dalam basis
salep.
Stabilitas : Minyak
mineral mengalami
oksidasi saat terkena
panas dan cahaya.
Salep topikal : 0,1-
95,0%.
Paraffinum Liquidum Kelarutan : Praktis 1%
(Parafin Cair) tidak larut dalam etanol
(95%), gliserin, dan air;
larut dalam aseton,
benzena, kloroform,
karbon disulfida, eter,
dan petroleum eter.
Dapat bercampur
dengan minyak atsiri
dan fixed oil, dengan
pengecualian minyak
jarak.

25
Titik didih : > 360°C
Inkompatibel : dengan
oksidator kuat.
Stabilitas : Petrolatum
mengalami oksidasi
saat terkena panas dan
cahaya.
Sterilisasi : dengan
panas kering.
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup rapat di
tempat yang sejuk dan
kering serta terlindung
dari cahaya.
Fungsi : sifat emolien
digunakan dalam basis
salep.
Stabilitas : Minyak
mineral mengalami
oksidasi saat terkena
panas dan cahaya.
Salep topikal : 0,1-
95,0%.
Petrolatum Kelarutan : Larut dalam 96,6%
(White Soft kloroform, eter, dan
Paraffin) hidrokarbon; sedikit
larut dalam etanol
(95%); praktis tidak
larut dalam air.
Inkompatibel : dengan
oksidator kuat.
Stabilitas : Petrolatum
mengalami oksidasi
saat terkena panas dan
26
cahaya.
Sterilisasi : dengan
panas kering.
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup rapat di
tempat yang sejuk dan
kering serta terlindung
dari cahaya.
Fungsi : sifat emolien
digunakan dalam basis
salep.
Penggunaan salep
topikal : 0.2–23 %
Air Murni Kelarutan : Dapat 0,2%
bercampur dengan
sebagian besar pelarut
polar.
Titik didih : 100°
Titik leleh : 0°
Stabilitas :Air secara
kimiawi stabil di semua
kondisi fisik (beku,
cair, dan uap).
Metode pembuatan 1. Metode Metode yang digunakan adalah metode peleburan,
Pencampuran yang dilakukan sebagai berikut.
Jika bahan obat larut -Lelehkan cetostearyl alcohol, cetomacrogol 1000
dalam air/minyak, maka dan paraffin cair pada suhu 70°C dalam wadah
dapat dilarutkan dalam kecil menggunakan water bath. Letakan lelehan di
air/minyak. Kemudian homogenizer (jaga homogenizer tetap hangat untuk
larutan tersebut menghindari kerusakan yang disebabkan karena
ditambahkan penempelan).
(incorporated ke dalam -Larutkan gentamisin sulfat dalam air murni dan
bahan pembawa panaskan hingga 50°C dalam water bath.
(vehicle) bagian per Tambahkan gentamicin sulfat yang sudah
27
bagian sambil diaduk dilarutkan air ke lelehan dan homogenkan selama
sampai homogen. Jika 2-3 menit. Menggunakan homogenizer.
bahan obatnya tidak Pertahankan suhu sekitar 50°C.
larut (kelarutannya -Masukkan paraffin putih ke dalam bejana
sangat rendah), maka peleburan lemak sambil diaduk pada 70°C.
partikel bahan obat Pindahkan massa yang meleleh melelui filter untuk
harus dihaluskan, dan mencampur dan mendinginkannya hingga 50°C.
kemudian Perhatikan bahwa mixer harus dihangatkan
disuspensikan ke dalam sebelum transfer dimulai untuk menghindari
bahan pembawa penempelan. Tambahkan langkah 2 ke langkah 3
(vehicle). Dalam sambil diaduk. Pertahankan suhu sekitar 50°C.
metode pencampuran, -Bilas homogenizer dengan paraffin cair hangat
komponen dari salep dan pindahkan pembilasan ke mixer.
dicampur dengan segala -Campur dan homogenisasi selama 10 menit
cara sampai sediaan dengan kecepatan rendah, kecepatan mixer 10-12
yang rata tercapai. rpm, vakum 0,4-0,6 bar, dan suhu 50°C.
2. Metode -Dinginkan salep hingga 30°-35°C dengan
Peleburan mengaduk di bawah vakum 0,4-0,6 bar.
Pada metode peleburan, -Pindahkan salep ke drum dan isian stainless steel.
semua atau beberapa
komponen dari salep
dicampurkan dengan
melebur bersama-sama
dan didinginkan dengan
pengadukan yang
konstan sampai
mengental. Komponen-
komponen yang tidak
dicairkan biasanya
ditambahkan pada
cairan yang sedang
mengental setelah
didinginkan. Bahan
yang mudah menguap
28
ditambahkan terakhir
bila temperatur dari
campuran telah cukup
rendah tidak
menyebabkan
penguraian atau
penguapan dari
komponen.

Evaluasi Pengujian dan evaluasi


terhadap sediaan salep
antara lain IPC :
stabilitas zat aktif,
stabilitas
pembawa/basis,
tampilan visual, warna,
bau, viskositas,
distribusi ukuran
partikel, pH, tekstur dan
daya sebar serta
kelekatan salep,
homogenitas, air yang
hilang/komponen
volatil lainnya,
kontaminasi partikel
asing, kontaminasi
mikrobakteria. EPC :
uji kemampuan
proteksi/potensi, uji
pelepasan obat dan
sediaan salep serta
bioavailability.
Kemasan Wadah yang umum Leaflet :

29
digunakan untuk tempat
salep adalah tube baik
yang terbuat dari
aluminium/seng
maupun plastik, namun
masih banyak juga
salep dikemas dalam
bentuk kemasan pot
salep. Beberapa salep
juga diberi tambahan
kemasan dengan alat
bantu khusus bila salep
akan digunakan melalui
rektum.

Etiket :

30
BAB 4
KESIMPULAN

 Formula dari salep Gentamisin Sulfat yaitu gentamisina sulfat (0,2 %), Cetostearyl alcohol
(0,4%), Cetomacrogol 1000 (0,1 %), Liquid Paraffin (1,5%), Liquid Paraffin (1%), Petrolatum
(White Soft Paraffin 96,6%), Air Murni (0,2).
 Metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril salep antibiotik gentamisin sulfat adalah
metode peleburan. Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan
sampai mengental.
 Pengujian dan evaluasi terhadap sediaan salep antara lain stabilitas zat aktif, stabilitas
pembawa/basis, tampilan visual, warna, bau, viskositas, distribusi ukuran partikel, pH, tekstur
dan daya sebar serta kelekatan salep, homogenitas, air yang hilang/komponen volatil lainnya,

31
kontaminasi partikel asing, kontaminasi mikrobakteria, uji kemampuan proteksi, uji pelepasan
obat dan sediaan salep serta bioavailability.
 Wadah yang umum digunakan untuk tempat salep adalah tube baik yang terbuat dari
aluminium/seng maupun plastik, namun masih banyak juga salep dikemas dalam bentuk
kemasan pot salep. Beberapa salep juga diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila
salep akan digunakan melalui rektum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979.
2. Sultana, Dr Yashmin. Sterilization Methods and Principles. New Delhi : Dept. of
Pharmaceutics Faculty of Pharmacy, 2007.
3. Niazi, Sarfaraz K. Volume Four Second Edition Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Semisolid Products. New York : CRC Press, 2004.
4. http://eprints.ums.ac.id/15323/2/bab_1.pdf
5.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50514/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
6.http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/30420/59f2b85f8d8d21f89c66cda2e3905c1b

32
7. Kathleen, Parfit. Martindale The Complete Drug Reference. London : Pharmaceutical Press,
1989. ISBN.

33

Anda mungkin juga menyukai