REVISI
REVISI
Penulis :
MISWANTO
NIM :
2201020003
Email : antotoyib440@gmail.com
Kami ucapkan puji syukur Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi, yang telah menciptakan kecintaan untuk mendapatkan apa yang
dicintai sebagai jalan yang baik dan benar. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantaraan
kalam, yang telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, yang telah
membangkitkan hasrat dan minat untuk meraih tujuannya sebagai pengkhususan baginya, Shalawat
beserta salam disampaikan kepada Baginda Rasullulah SAW, yang telah membimbing ummatnya
dari alam jahiliah atau jaman kebodohan menuju alam keislaman yang nantinya bisa di harabkan
safaatnya di yaumul kiyamat yang penuh keridhaan Allah SWT, Kami Sangat bersyukur kepada
Alloh karena penulis dapat menyelesaikan Tugas yang berjudul “IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI PADA SISWA KELAS
X SMA NEGERI 1 DURENAN” (Survei pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Durenan) dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Dan Penulis ucapkan beribu terimakasih kepada Dosen pembimbing kami Bapak
Dr.Subagyo,M.M dan Ibu Dr.Rr.Forijati,M.M yang telah membantu mengarahkan dan memberi
saran dan petunjuk tentang lebih sempurnanya penulisan Tesis yang berjudul “IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DURENAN “ . Dengan sangat baik dan penuh kesabaran. dan
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada beberapa pihak terkait yang membantu
kelancaran di antaranya bapak kepala sekolah SMA Negeri 1 Durenan,Ibu Kurikulum dan siswa
kelas X dan siswa kelas XI juga siswa Kelas XII Sehingga Informasi Ini menjadi lebih elas dan
akurat. Sedangkan tesis ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: Efektivitas Pembelajaran
Kurikulum Merdeka di SMA Negeri Durenan,Motivasi Siswa Kelas X di SMA Negeri Kabupaten
Durenan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu bagi
siapa pun yang hendak membaca, menyimak, dan mempelajarinya berkenan memaafkan
penulisnya. Peneliti hanya memohon kepada Allah SWT agar menjadikan penelitian ini sebagai
ladang amal sehingga dapat mendekatkan diri keepada Alloh Dan Semoga bisa menjadikan Amal
ibadah Kami.dan semoga bermanfaat untuk Semua.
Trenggalek, Desember 2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar belakang masalah........................................................................................1
B. Fokus Penelitian...................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian................................................................................................8
Pendidikan merupakan hal pokok yang akan membawa suatu bangsa dalam hal kemajuan.
Kualitas dan sistem pendidikan yang ada dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan suatu
bangsa. Suatu negara akan jauh tertinggal dari negara lain tanpa adanya pendidikan (Sujarwo,
2013). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 yang menetapkan bahwa: ”Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan tersebut, diperlukan pembelajaran yang berkualitas dan efektif.
Faktor kunci dalam pengembangan sumber daya manusia yang berdaya saing dan
berkualitas adalah pendidikan. Di tengah hambatan yang ditimbulkan oleh dinamika masa kini,
pembentukan lingkungan belajar yang inspiratif dan efektif menjadi hal yang diutamakan.
dan Teknologi (Kemendikbudristek) sesuai dengan tujuan tersebut sebagai sarana untuk membantu
pendidik dan peserta didik dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Merdeka
Belajar didasari oleh gagasan untuk memiliki kurikulum yang konsisten, menumbuhkan suasana
Dunia pendidikan terdapat beberapa komponen yang saling bersinergi agar mampu mewujudkan
tujuan pendidikan itu sendiri. Semua komponen mempunyai andil yang penting, tidak
terkecuali kurikulum yang mana dapat dikatakan penyangga utama dalam sebuah proses belajar
mengajar. Beberapa pakar bahkan mengatakan bahwa kurikulum merupakan jantung bagi
pendidikan, baik buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu
membangaun kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak (Asri, 2017).
Pendidikan sebagai suatu wadah yang terdapat didalamnya terdapat kurikulum yang di
dalamnya terdapat suatu perangkat yang di rancang oleh pemerintah. Kurikulum yang menjadi
suatu kunci dalam penyelenggaran pendidikan, dikarenakan kurikulum selaras dengan penentuan
arah, isi, dan proses penyelenggaran pendidikan yang akhirnya pada standar kualitas lulusan
lembaga
2
pendidikan. Kurikulum adalah suatu acuan yang dijadikan sebagai pedoman dalam
penyelengaraan pendidikan. Kurikulum ini digunakan sebagai satu rancangan untuk Kurikulum di
dalam dunia pendidikan dapat diibaratkan sebagai sebuah kendaraan umum yang membawa
penumpangnya sampai ke tempat tujuan. Berdasarkan hal tersebut kendaraan ini harus dirancang
terlebih dahulu alat-alat ataupun kelengkapan bahan bahan dan yang lainnya dan harus pula
mementingkan standar kepantasan untuk membawa penumpangnya sehingga sampai pada tujuan.
Jika kendaraan tersebut tidak berjalan dengan baik atau dapat dikatakan tidak masuk dalam standar
kepanasan, maka tujuan membawa penumpang ke tempatnya akan gagal (Bahri,
2018).menyediakan seperangkat kesempatan belajar agar mencapai tujuan (Kusumaningrum,
Arifin and Gunawan, 2017).
Kurikulum di dalam dunia pendidikan dapat diibaratkan sebagai sebuah kendaraan umum
yang membawa penumpangnya sampai ke tempat tujuan. Berdasarkan hal tersebut kendaraan ini
harus dirancang terlebih dahulu alat-alat ataupun kelengkapan bahan bahan dan yang lainnya dan
harus pula mementingkan standar kepantasan untuk membawa penumpangnya sehingga sampai
pada tujuan. Jika kendaraan tersebut tidak berjalan dengan baik atau dapat dikatakan tidak masuk
dalam standar kepanasan, maka tujuan membawa penumpang ke tempatnya akan gagal (Bahri,
2018).
Melihat hal tersebut dapat dikatakan betapa pentingnya sebuah kurikulum bagi pendidikan,
dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan suatu hal yang vital bagi pendidikan. Sehingga
para guru dan pengajar harus memahami kandungan kurikulum, karena telah jelas tujuan
pendidikan terdapat dalam kurikulum. Sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan
kondusif, interaktif, efektif dan lancer. Perkembangan zaman tentu saja akan adanya perubahan itu
tidak dapat kita pungkiri pada berbagai hal, begitu pula dengan kurikulum. Perubahan itu bisa
terjadi karena masyarakat tidak kunjung puas dengan hasil pendidikan sekolah dan selalu ingin
memperbaikinya. Memang tak mungkin menyusun suatu kurikulum yang baik serta mantap
sepanjang masa. Suatu kurikulum hanya baik untuk suatu masyarakat tertentu pada masa tertentu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah masyarakat dan dengan sendirinya
kurikulum juga mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan zaman tersebut (Asri, 2017).
Terjadinya sebuah perubahan pada kurikulum serta metode yang tepat di setiap jenjang
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah agar lebih baik. Dalam rangka meningkatkan
kualitas sistem pembelajaran yang bermutu serta mampu mengembangkan setiap potensi
pada diri manusia, seperti yang saat ini dikelola oleh lembaga pendidikan Indonesia
3
melalui program merdeka belajarnya, dengan harapan melalui pengelolaan kurikulum yang lebih
strategis ini, pemerintah dapat meningkatkan setiap aspek pendidikan yang ada di Indonesia
menjadi lebih meningkat (Arifin, 2022).
Perubahan kurikulum pembelajaran ini memiliki perbedaan yang mana terlihat dari
Kurikulum 2013 dirancang berdasarkan tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional
Pendidikan, sedangkan kurikulum merdeka menambahkan pengembangan profil pelajar Pancasila.
Selain itu pada Jam Pelajaran (JP) pada kurikulum diatur per minggu, sedangkan kurikulum
merdeka menerapkan JP per tahun. Alokasi waktu pada kurikulum merdeka lebih fleksibel daripada
kurikulum 2013 yang melakukan pembelajaran rutin per minggu dengan mengutamakan kegiatan di
kelas. Kurikulum Merdeka berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan
kompetensi peserta didik. Karakteristik
4
utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah pembelajaran berbasis
projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila serta fokus pada
materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi
dasar seperti literasi dan numerasi (Barlian, Solekah dan Rahayu, 2022).
Fungsi rencana pembelajaran ini adalah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar dan mengajar agar pembelajaran lebih terarah dan berjalan secara efektif (Sholeh,
2007). Oleh karena itu, guru haruslah melakukan persiapan sebelum melakukan proses belajar dan
mengajar dikelas. Dengan adanya persiapan yang baik maka guru akan aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga guru dapat berhasil dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar.
Keberhasilan pembelajaran antara lain sangat ditentukan oleh peran guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran dan implementasi pembelajaran. Salah satu proses perencanaan
pembelajaran yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran yang akan dijalankan guru
diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mawardi, 2019). Sehingga
guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran sebelum melakukan proses pembelajaran. Guru
harus memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang perencanaan pembelajaran, dan
dapat mengelola kelas sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan terprogram.
“Kurikulum merdeka ini baru diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023. Dan
SMA N 1 Durenan sendiri masuk dalam kategori sekolah Mandiri Berubah
yang artinya menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan
perangkat ajar yang disediakan pada satuan pendidikan di kelas 10” (Hasil
wawancara dengan Bapak Mustakim, S.Kom., M.M pada 3 Oktober 2022 di
SMA N 1 Durenan).
Memang untuk di Sman 1 Durenan kurikulum merdeka sendiri baru diterapkan
pada tahun ajaran 2022/2023 yang terdiri dari tiga kategori yaitu mandiri belajar,
mandiri berubah dan mandiri berbagi dan masih diterapkan pada kelas X.
tidak untuk diikuti, jika tidak ingin dikatakan pemalas dan tidak profesionalis (Barlian, Solekah
dan Rahayu, 2022).
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Durenan yaitu salah satu sekolah negeri yang ada
di Kota Trenggalek Jawa Timur yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka mulai tahun ajaran
2022/2023 kepada siswa yang masih duduk dibangku kelas X. Alasan SMA Negeri 1 Durenan
menerapkan Kurikulum Merdeka adalah untuk mendukung Visi Misi dan strategi sekolah yang
dilakukan oleh pihak sekolah. Hal ini didukung dengan adanya misi sekolah yakni “Meningkatkan
prestasi akademik, seni, budaya, olahraga dan kesejahteraan”. Diterapkannya Kurikulum Merdeka
akan membantu memfasilitasi siswa berdasarkan kemampuan kecepatan dalam menerima materi
dengan program yang telah dirancang untuk mewujudkan Visi Misi SMAN 1 Durenan. Pada
kurikulum merdeka guru dan tenaga pendidik juga tidak memiliki batasan dalam mengeksplor potensi
murid. Sebab proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan minat bakat siswa-siswi. Sehingga dengan
program kurikulum merdeka ini sendiri dapat menunjang Visi Misi SMAN1 Durenan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
implementasi pembelajaran dalam kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran s Ilmu Ekonomi
di SMAN 1 Durenan
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini Prinsip pembelajaran dan asesmen Kurikulum Merdeka
mengindikasikan pentingnya pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian
belajar peserta didik (teaching at the right level). Pembelajaran ini dilakukan dengan memberikan
materi pembelajaran (konten) yang bervariasi (difference) sesuai dengan pemahaman peserta didik
dan diferensiasi proses belajar dan diferensiasi produk hasil belajar. Tujuan dari diferensiasi ini
adalah agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Adapun rumusan masalah penelitian yang akan dibahas dalam teses ini adalah
bagaimanakah Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran Ilmu ekonomi
di SMA Negeri 1 Durenan
D.Kegunaan Penelitian
7
Penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan, Adapun manfaat
penelitian ini sebagai berikut :
Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian dapat berkontribusiterhadap aspek aspek pemahaman yang berkaitan
dengan inti stuktur pada implementasi kurikulum Merdeka pada educator Pendidikan
Manfaat Praktis
Mampu menambah kesiapan guru terhadap implementasi kurikulum Merdeka yang berbeda
antara guru , sekolah ,pencetus kurikulum ,peserta didik dan Masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A . LANDASAN TEORI
Kurikulum 2013
Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah
kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar
8
kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan
menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut:
Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas
dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas
melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah
sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan
kognitif tinggi).
(Permendikbud, 2014)
Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, sehingga Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini
sebagai titiap emas perkembangan dan pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Di dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan telah
mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) yang memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena/gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Proses pembelajaran saintifik memuat aktifitas:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi/mencoba
4. Mengasosiasi/mengolah informasi
5. Mengkomunikasikan
(Permendikbud, 2014)
Hasil Belajar
Purwanto (2011) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kogitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan mengingat, memahami, menerapkan,
9
menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Sedang domain psikomotorik
terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativitas.
Sudirman (2014) dalam Adica hasil belajar adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu
dalam belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan nyata perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran
yang merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun luar
individu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar harus: 1) mencerminkan pengetahuan konseptual yang luas dan keterampilan, 2)
mencerminkan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang esensial, 3) fokus pada hasil
pengalaman siswa, 4) mencerminkan akhir yang diinginkan dari pengalaman belajar, bukan sarana
atau proses, 5) mewakili kinerja minimum yang harus dicapai untuk berhasil menyelesaikan
pembelajaran, 6) mampu menjawab pertanyaan, “mengapa siswa harus mengikuti pembelajaran
ini?”.
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang
kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan peserta
10
didik dari hasil pembelajarannya pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk
Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup materi yang sesuai
dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi merupakan bahan kajian dalam muatan
pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan wajib sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; 2) konsep keilmuan; dan 3) jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Standar isi menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan
Kurikulum Merdeka.
Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
Memuat struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait pembelajaran dan asesmen, Projek
Penguatan Profil Pelajar Peancasila, serta beban kerja guru
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian Pembelajaran untuk semua
jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum Merdeka.
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Memuat
penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar Pancasila yang dapat digunakan
terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
Mandiri Belajar
Mandiri Berubah
Mandiri Berbagi
Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di
mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep
dan menguatkan kompetensi. Dalam implementasinya, guru memiliki keleluasaan untuk memilih
12
berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik dalam setiap tingkat jenjang pendidikannya.
Kurikulum Merdeka selain mewujudkan pembelajaran berbasis kebutuhan siswa juga menambah
muatan nilai-nilai karakter, yaitu yang disebut dengan profil Pelajar Pancasila. Dengan demikian,
Kurikulum ini adalah keberlanjutan dari Kurikulum 2013 dan bisa diterapkan sebagai opsi. Pada
masa sebelum dan pandemi, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum
2013 kemudian Kurikulum 2013 disederhanakan menjadi kurikulum darurat yang memberikan
kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran jadi lebih mudah dengan
substansi materi yang esensial
Kurikulum Merdeka di SP/SMK-PK menjadi angin segar dalam upaya perbaikan dan
pemulihan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali tahun 2021. Pemulihan pembelajaran tahun
2022 s.d. 2024, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang belum siap untuk
menggunakan Kurikulum Merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar
pengelolaan pembelajaran, begitu juga Kurikulum Darurat yang merupakan modifikasi dari
Kurikulum 2013 masih dapat digunakan oleh satuan pendidikan tersebut.
Kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua satuan pendidikan yang di dalam proses pendataan
merupakan satuan pendidikan yang siap melaksanakan Kurikulum Merdeka.Tahun 2024 menjadi
penentuan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi terhadap kurikulum pada masa
pemulihan pembelajaran. Evaluasi ini menjadi acuan Kemendikburistek dalam mengambil
kebijakan lanjutan pasca pemulihan pembelajaran.
2. Lebih Merdeka
Kurikulum Merdeka akan tampil lebih simpel terutama bagi peserta didik jenjang
SMA, di mana tidak ada program peminatan di SMA sehingga peserta didik memilih
mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru juga nantinya bisa mengajar
sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik dalam setiap pertemuan
maupun semester. Sekolah pun memiliki wewenang untuk mengembangkan dan
13
mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan
peserta didik.
3. Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan assessment formatif
secara berkala, untuk mengetahui progress pembelajaran murid dan
melakukan penyesuaian metode pembelajaran, jika diperlukan pada akhir
proses pembelajaran, guru juga bisa melakukan asesmen sumatif sebagai
proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.
B. KERANGKA FIKIR
Perubahan zaman membuat kurikulum belajar pun ikut berubah dengan menyesuaikan
kondisi. Masuknya virus Covid-19 membuat kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu
Bapak Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan dengan menerapkan kurikulum merdeka belajar.
Pada pemulihan pasca pandemic terdapat perubahan dalam perencanaan pembelajarannya. Dalam
kebijakan kurikulum merdeka belajar ini perencanaan pembelajaran terdapat perubahan yang mana
terdapat Capaian Pembelajaran (CP), Alur Tujuan Penelitian, dan Modul ajar. Dalam membuat
perencanaan pembelajaran sendiri terdiri dari beberapa langkah yakni memahami capaian
pembelajaran (CP), merumuskan tujuan pembelajaran (TP), menyusun alur tujuan pembelajaran
dari tujuan pembelajaran, dan merancang pembelajaran Merdeka Belajar yaitu tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau penilaian. Serta dalam pelaksanaan
pembelajaran kurikulum merdeka terdapat pembelajaran di kelas sesuai karakteristik peserta didik
serta pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif terdiri dari beberapa langkah yakni memahami
capaian pembelajaran (CP), merumuskan tujuan pembelajaran (TP), menyusun alur tujuan
pembelajaran dari tujuan pembelajaran, Guru sebagai suatu unsur yang sangat penting dan tidak
15
bisa dilalaikan begitu saja dalam proses belajar mengajar, sebab guru sebagai pengajar dalam
proses belajar mengajar yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar
mengajar. Ketercapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa hal yang digunakan oleh
guru untuk menunjang pembelajaran di antaranya adalah menyusun suatu perencanaan yang baik
serta pelaksanaan pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini perencanaan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan suatu komponen yang penting. Sehingga kemampuan
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran merupakan salah
satu bagian dari kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Selain itu dalam
pelaksanaannya perlu diterapkan dengan baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Guru sebagai pengajar disini memiliki peranan yang sangat penting dalam merancang,
menyusun dan melaksanakan sebuah pembelajaran. Dalam proses penyusunan modul ajar pada
kurikulum Merdeka Belajar yang menjadi fokus utama oleh guru yaitu memahami capaian
pembelajaran (CP), merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun alur tujuan pembelajaran dari
tujuan pembelajaran, dan merancang pembelajaran Merdeka Belajar yaitu tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau penilaian. Implementasi pembelajaran yaitu pembelajaran
di kelas sesuai karakteristik peserta didik atau disebut diferensiasi pembelajaran serta pelaksanaan
asesmen formatif dan sumatif. Guru harus memiliki kompentensi tersebut dengan baik sehingga
tercapai tujuan pembelajaran nasional yakni efektif dan efisien. Diferensiasi pembelajarannya guru
dapat mengelompokkan dalam hal konten (materi yang akan diajarkan), proses (cara
mengajarkan) dan produk (luaran atau performa yang akan dihasilkan).
1.1 Paradigma
2 Kurikulum
merdeka
belajar
Implementasi kurikulum
merdeka belajar
: Garis Implementasi
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian secara umum dimengerti sebagai suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data dan menganalisis
data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu
tertentu. Dikatakan 'bertahap' karena kegiatan ini berlangsung mengikuti suatu proses tertentu,
sehingga ada langkah-langkah yang perlu dilalui secara berjenjang sebelum melangkah pada tahap
berikutnya (Semiawan, 2010).
Metode penelitian menurut Sugiyono adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Darna dan Elin, 2018).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka metode penelitian adalah suatu kegiatan dengan cara
atau prosedur dengan bertahap untuk mendapatkan objek yang valid yang dapat dibuktikan
sehingga penelitian tersebut dapat digunakan untuk memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Maka untuk mempermudah proses penelitian yang dilakukan, maka metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Menurut Creswell dalam (Abdi, 2020) penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk mengeksplorasi serta memahami gejala sentral dengan melakukan analisis
dokumen, observasi langsung, dan wawancara. Menurut Satori dan Aan Komariah dalam
(Suwandayani, 2018) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Menurut Moleong dalam (Purwaningsih, 2012) penelitian kualitatif
adalah penelitian yang tidak dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, serta tindakan.
Dapat disimpulkan demikian, maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang dengan
maksud untuk memahami fenomena yang terjadi dengan menggunakan latar alamiah atau
memahami fenomena yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang ada.
pada akhir studi, Menekankan pada pengorganisasian, pengkoordinasian, dan mensintesa jumlah
data yang banyak, Bersifat subjektif atas data individual dan muatan nilai, Bersifat induktif, lebih
Mengembangkan teori, Mengembangkan nilai dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data,
18
dengan berorientasi pada proses, Komplek dan pengalaman yang kaya (berisi), terlepas dari data-
data numerik, Reliabilitas dan validitas tidak diketahui,Perangkat pengukuran tidak standar,
Perangkat pengukuran tidak standar, Keterlibatan partisipan, Tidak mengikuti langkah-langkah
metode ilmiah, mencari makna dan substansi,Data naratif kata-kata untuk menggambarkan
kompleksitas, Pada prinsipnya menggunakan observasi dan interview,Dengan asumsi realitas yang
dinamis, Berorientasi pada penemuan, Melaksanakan observasi holistik dari total kontek dalam
kejadian-kejadian sosial, Menggunakan analisis induksi untuk menganalisis data, Studi kasus yang
maksudnya studi kasus atau kajian kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu
sosial,Dalam penelitian yang menggunakan metode ini,dilakukan pemeriksaan longitudinal yang
mendalam terhadap suatu keadaan. dengan sifat metode kualitatif (practical reasons associated with
the nature of qualitative methods).
Sementara itu, menurut McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015), pemilihan penggunaan
metode kualitatif dalam hal tujuan penelitiannya adalah untuk memahami bagaimana suatu
komunitas atau individu-individu dalam menerima isu tertentu. Dalam hal ini, sangat penting bagi
peneliti yang menggunakan metode kualitatif untuk memastikan kualitas dari proses penelitian,
sebab peneliti tersebut akan menginterpretasi data yang telah dikumpulkannya.
Metode kualitatif membantu ketersediaan diskripsi yang kaya atas fenomena. Kualitatif
mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa. Dengan demikian, penelitian kualitatif
tidak hanya untuk memenuhi keinginan peneliti untuk mendapatkan gambaran/penjelasan, tetapi
juga membantu untuk mendapatkan penjelasan yang lebih dalam (Sofaer, 1999). Dengan demikian,
dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai
terkait permasalahan yang akan ditelitinya.
Creswell (2007, p. 45-47) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang
baik, antara lain:
a. peneliti menggunakan prosedur mendapatkan data yang tepat.
b. Peneliti membatasi penelitian di dalam asumsi dan karakteristik dari pendekatan kualitatif.
c. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.
d. Peneliti memulai penelitian dengan satu fokus.
e. Penelitian berisi metode yang rinci, pendekatan yang tepat dalam pengumpulan data, analisis
data, dan penulisan laporan.
f. Peneliti menganalisis data menggunakan pemisahan analisis dalam beberapa level.
g. Peneliti menulis secara persuasif, sehingga pembaca dapat merasakan pengalaman yang sama.
Proses penelitian dengan pendekatan kualitatif
Penelitian kualitatif dimulai dengan ide yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian
(research questions). Pertanyaan penelitian tersebut yang nantinya akan menentukan metode
pengumpulan data dan bagaimana menganalisisnya. Metode kualitatif bersifat dinamis, artinya
19
selalu terbuka untuk adanya perubahan, penambahan, dan penggantian selama proses analisisnya
(Srivastava, A. & Thomson, S.B., 2009).
Dalam hal pengumpulan data, Gill et. al. (2008) mengemukakan terdapat beberapa macam
metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu observasi, analisis visual, studi pustaka,
dan interview (individual atau grup). Namun demikian, yang paling popular adalah menggunakan
metode interview dan focus group discussion (FGD). Selanjutnya data yang berhasil dikumpulkan,
dianalisis untuk dapat memahami dan mendapatkan kesimpulan dalam penelitian tersebut.
Untuk analisis data sendiri, terdapat empat permasalahan yang ditemui dalam menganalisis
data (Li & Seal, 2007), yaitu:
a. not knowing where to begin analyzing a large amount of material or how to relate
research questions to data.
b. ambiguous definition of coding categories
c. reporting or recording of data, often involving the omission of line numbers in
transcripts or the names of speakers.
d. inaccurate or overinterpretation of data.
Selanjutnya, untuk mengantisipasi permasalahan dalam analisis data, Li & Seal (2007) memberikan
lima strategi dalam analisis data, yaitu:
a. connecting, was characterized by the need to establish a rigorous and valid connection
between statements made by the researcher and the actual data.
b. Separating, was characterized by the need to separate participants’ categories (emic
analysis) from researchers categories (etic analysis) and from the views of other authors.
c. Contrasting, was characterized by advice on adopting a systematic approach to identify
regular features or differences across settings.
d. Quantifying, was characterized by advice about counting or establishing the size of
selection of data needed to sustain arguments.
e. Deleting, was charactized by advice to get rid of irrelevant materials.
Metode kualitatif merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh
karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu
fenomena yang lebih komprehensif. Penelitian kualitatif yang memperhatikan humanisme atau
individu manusia dan perilaku manusia merupakan jawaban atas kesadaran bahwa semua akibat
dari perbuatan manusia terpengaruh pada aspek-aspek internal individu. Aspek internal tersebut
seperti kepercayaan, pandangan politik, dan latar belakang sosial dari individu yang bersangkutan.
Selanjutnya, masing-masing pendekatan metode penelitian (kuantitatif dan kualitatif)
memiliki keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan metode penelitian juga tergantung
pada fenomena yang ingin diteliti.
B. Pendekatan Penelitian
C. Tahapan Penelitian
Menurut Miles dan Huberman dalam (Sidiq dan Choiri, 2019) analisis
data dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi:
1 . Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemofokusan, dan penyederhanaan semua jenis
informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Reduksi
data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dan catatan data yang diperoleh
di lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian
hingga laporan akhir penelitian siap untuk disusun.
2. Penyajian data
Sajian data merupakan sekumpulan organisasi informasi, deskripsi,
dalam bentuk narasi lengkap sehingga mudah dipahami dan dapat ditarik
simpulan penelitian. Sajian data ini meliputi narasi kalimat, matriks,
gambar/skema, jaringan kerja kegiatan dan juga tabel. Kedalaman dan
kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan bertujuan untuk pemantapan, penelusuran data kembali
dengan cepat untuk mendapatkan simpulan penelitian yang kokoh dan dapat
dipercaya. Melakukan penarikan kesimpulan, maka sajian data yang
dikemukakan bila telah didukung oleh data-data yang lengkap maka dapat
dijadikan kesimpulan yang kredibel.
E. Sumber data
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemofokusan, dan penyederhanaan semua jenis
informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Reduksi
data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dan catatan data yang
diperoleh di lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian hingga laporan akhir penelitian siap untuk disusun.
2. Penyajian data
Sajian data merupakan sekumpulan organisasi informasi, deskripsi, dalam bentuk narasi
lengkap sehingga mudah dipahami dan dapat ditarik simpulan penelitian. Sajian data ini
meliputi narasi kalimat, matriks, gambar/skema, jaringan kerja kegiatan dan juga tabel.
Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya
3. Penarikan Kesimpulan
Kadang- Tidak
No Aspek yang diamati Sering
kadang pernah
Pada awal tahun ajaran, guru berusaha mencari tahu
1.
kesiapan belajar peserta didik
Guru merancang pembelajaran yang menyenangkan
2. agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai
pengalaman yang menimbulkan emosi positif.
3. Guru mendorong peserta didik untuk melakukan
refleksi
4. Guru senantiasa memberikan umpan balik langsung
yang mendorong kemampuan peserta didik untuk
terus
belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
5. Guru menggunakan pertanyaan terbuka yang
menstimulasi pemikiran yang mendalam
6. Guru memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif
agar terbangun sikap pembelajar mandiri.
7. Guru memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
8. Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah
ditujukan untuk mendorong pembelajaran yang
mandiri
Kadang- Tidak
No Aspek yang diamati Sering
kadang pernah
dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan dengan
mempertimbangkan beban belajar peserta didik
9. Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran
yang bervariasi dan untuk membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi,
10. Guru merefleksikan proses dan sikapnya untuk
memberi
keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi peserta
didik.
11. Guru merujuk pada profil pelajar Pancasila dalam
memberikan umpan balik (apresiasi maupun koreksi)
12. Guru menyelenggarakan pembelajaran sesuai
kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata,
lingkungan,
dan budaya yang menarik minat peserta didik.
24
13. Guru memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas,
organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai
narasumber
untuk memperkaya dan mendorong pembelajaran
yang
relevan.
14. Guru berupaya untuk mengintegrasikan kehidupan
keberlanjutan (sustainable living) pada berbagai
kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai
dan perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap
lingkungan dan masa depan bumi
15. Guru memotivasi peserta didik untuk menyadari
bahwa masa depan adalah milik mereka dan mereka
perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk
masa depan mereka.
16. Guru melibatkan peserta didik dalam mencari solusi-
solusi permasalahan di keseharian yang sesuai
dengan
tahapan belajarnya.
17. Guru memanfaatkan projek penguatan profil pelajar
Pancasila untuk membangun karakter dan kompetensi
peserta didik sebagai warga dunia masa depan.
Rumus interval yang digunakan menentukan kategori pelaksanaan pembelajaran kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Durenan adalah sebagai berikut
𝑁𝑇−𝑁𝑅
I=
𝐾
Keterangan:
NT: Skor yang paling tinggi
Kadang- Tidak
No Aspek yang diamati Sering
kadang pernah
1. Guru menguatkan asesmen di awal
pembelajaran
2. Guru memberikan umpan balik berupa
Kadang- Tidak
No Aspek yang diamati Sering
kadang pernah
kalimat dukungan untuk menstimulasi
pola pikir bertumbuh.
3. Guru melibatkan peserta didik dalam
melakukan asesmen, melalui penilaian
diri, penilaian antar teman, refleksi diri,
dan pemberian umpan balik antar teman.
4. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berefleksi tentang
kemampuan mereka
5. Guru merancang asesmen untuk
mendorong peserta didik terus
meningkatkan kompetensinya melalui
asesmen dengan tingkat kesulitan yang
tepat dan umpan balik yang membangun
6. Guru memikirkan tujuan pembelajaran
pada saat merencanakan asesmen dan
memberikan kejelasan pada peserta didik
mengenai tujuan asesmen di awal
pembelajaran
7. Guru menggunakan teknik asesmen yang
beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan
asesmen
27
8. Guru menyediakan waktu dan durasi
yang cukup agar asesmen menjadi sebuah
proses pembelajaran dan bukan hanya
untuk kepentingan menguji.
9. Guru menggunakan hasil asesmen untuk
menentukan tindak lanjut pembelajaran
10. Guru memberikan umpan balik secara
berkala kepada peserta didik
11. Guru menyediakan waktu bagi guru
untuk membaca, menganalisis, dan
melakukan refleksi hasil asesmen
12. Guru menggunakan hasil asesmen
sebagai bahan diskusi untuk menentukan
hal-hal yang sudah berjalan baik dan area
yang perlu diperbaiki
Sumber: (Anggraena dkk, 2022)
Setiap jawaban akan dihubungkan dengan bentuk pertanyaan yang berupa
pertanyaan pilihan jamak. Pertanyaan tersebut memiliki ketentuan responden
memilih jawaban sering maka akan memperoleh skor 3, jika memilih jawaban
kadang-kadang maka akan mendapatkan skor 2 sedangkan jika memilih jawaban
tidak pernah akan mendapatkan skor 1. Langkah selanjutnya adalah
menggolongkan tingkatan asesmen pemelajaran responden dalam implementasi
kurikulum merdeka menurut kategori sebagai berikut:
𝑁𝑇−𝑁𝑅
I=
𝐾
Ali, A. M. D., & Yusof, H. (2011). Quality and qualitative studies: The case of
validity, reliability, and generalizability. Issues in Social and
Environmental Accounting, 5(1/2), 25-26
Basri, H. (2014). Using qualitative research in accounting and management
studies: not a new agenda. Journal of US-China Public Administration,
October 2014, Vol.11, No.10, 831-838. DOI: 10.17265/1548-
6591/2014.10.003
Chua, W.F. (1986). Radical Developments in Accounting Thought. The
Accounting Review, Vol. 61, No. 4 (Oct., 1986), pp. 601-632.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative inquiry & research design choosing among five
approaches. Second Edition. Sage Publications – California.
Gill, P., Stewart, K., Treasure, E., & Chadwick, B. (2008). Methods of data
collection in qualitative research: interviews and focus groups. British
Dental Journal Volume 204 No.6. DOI: 10.1038/bgj.2008.192
Kasinath, H. M. (2013). Understanding and using qualitative methods in
performance measurement. Journal of Educational Studies, Trend and
Practices, 3(1), 46-57.
Li, S., & Seale, C. (2007). Learning to do qualitative data analysis: An
observational study of doctoral work. Qualitative Health Research, 17,
1442–1452. https://doi.org/10.1177/ 1049732307306924
McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015). Research using qualitative, quantitative or
mixed methods and choice based on the research. Perfusion. DOI:
10.1177/0267659114559116
Mohamed, Z. M., Abdul Majid, A. H., & Ahmad, N. (2010). Tapping new
possibility in accounting research, in qualitative research in accounting,
Malaysian case. Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Sale, M. J., Lohfeld, L. H., & Brazil, K. (2002). Revisiting the quantitative-
qualitative debate: Implication for mixed-method research. Quality and
Quantity, 36(1), 43-53.
Sofaer, S. (1999). Qualitative methods: what are they and why use them?. Health
Services Research 34:4 Part II (December 1999).
Srivastava, A. & Thomson, S