Auditing I - 042452646
Auditing I - 042452646
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengundudari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE
melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan
peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
1
Jawaban No 1
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 1.24-1.26.
2) Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu sebagai berikut.
a) Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan pengendalian
Faktor ini berkaitan dengan kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap
1
manajemen atas pengendalian internal. Contoh faktor risiko ini antara lain
yaitu:
Dorongan manajemen untuk melakukan kecurangan pelaporan
Kegagalan manajemen dalam mengkomunikasikan sikap yang tepat
mengenai pengendalian internal
Partisipasi berlebihan manajemen non keuangan terhadap pemilihan
prinsip akuntansi
Tingkat perputaran anggota manajemen senior atau dewan komisaris
yang tinggi
b) Kondisi industri
Faktor ini meliputi lingkungan ekonomi dan peraturan dalam industri di
mana perusahaan berada. Contoh faktor risiko ini antara lain yaitu:
Peraturan atau prinsip akuntansi baru yang dapat menghancurkan
stabilitas keuangan perusahaan
Tingkat kompetisi yang tinggi, kejenuhan pasar, dan penurunan laba
Meningkatnya kegagalan bisnis dan menurunnya permintaan
pelanggan
Perubahan pesat dalam industri, seperti perubahan teknologi
c) Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan
Faktor ini berkaitan dengan sifat dan kompleksitas entitas dan
transaksinya, kondisi keuangan, dan kemampuan menghasilkan laba.
Ketidakmampuan menghasilkan arus kas dari operasi, sementara
perusahaan melaporkan laba
Tekanan untuk memperoleh modal untuk mempertahankan daya saing
Aktiva, kewajiban, biaya, atau pendapatan berbasis pada estimasi
signifikan yang subjektif
Transaksi signifikan antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021). Auditing I. Penerbit Universitas Terbuka. Hal 3.47-3.51.
3) Hubungan kasus dalam soal dengan Kode Etik Akuntan Publik dapat
dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan Kode Etik Akuntan Publik yang
disusun oleh IAPI, dalam menjalankan tugasnya akuntan publik harus
mematuhi lima prinsip dasar etika, yaitu:
2
a) Prinsip integritas
b) Prinsip objektivitas
c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
d) Prinsip kerahasiaan
e) Prinsip perilaku profesional
Akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia
telah melakukan pelanggaran kode etik, yaitu dengan melakukan kelalaian
dalam audit sebagai berikut.
Akuntan publik belum menilai dengan tepat substansi transaksi terkait
pengakuan piutang dan pendapatan lain-lain secara sekaligus di awal.
Akuntan publik belum memperoleh bukti yang cukup dan memadai sesuai
perjanjian yang mendasari transaksi tersebut.
Akuntan publik belum mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal
laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan penilaian ketepatan
perlakuan akuntansi.
Menurut saya, prinsip kode etik akuntan publik yang terutama dilanggar
oleh auditor laporan keuangan PT Garuda adalah prinsip kompetensi serta
sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional competence
and due care ). Hal ini ditunjukkan dengan sikap lalai dan kurang berhati-
hatinya auditor dalam menilai ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi.
Auditor belum memperoleh bukti yang cukup dan belum mempertimbangkan
peristiwa setelah tanggal laporan keuangan dalam melakukan penilaian.
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 4.37-4.48.
4) Berikut ini adalah opini saya atas kasus yang terjadi pada PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Laporan keuangan PT Garuda Indonesia
tahun 2018 dinyatakan cacat karena perusahaan mengakui pendapatan terkait
kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi atas pembayaran yang akan
diterima setelah setelah penandatanganan perjanjian sehingga hal ini
mempengaruhi laporan laba rugi. Kementerian Keuangan menemukan telah
terjadi pelanggaran standar auditing dan kelalaian oleh auditor yang
mengaudit laporan keuangan PT Garuda, yaitu KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan dan Akuntan Publik Kasner Sirumapea. Sehingga, baik PT
3
Garuda dan auditor laporan keuangannya dijatuhi sanksi oleh OJK.
Keterlibatan auditor dalam kasus ini sangat disayangkan karena pihak
auditor independen seharusnya bisa mendeteksi penyajian laporan keuangan
dan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum, terutama karena jumlah transaksi yang besar dan material.
Seharusnya, auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar karena terdapat penyimpangan prinsip akuntansi dalam
jumlah yang material. Kasus seperti ini seharusnya tidak terjadi lagi di
Indonesia. Auditor independen seharusnya cermat dan berhati-hati dalam
menggunakan pertimbangan profesional dalam menjalan tugasnya. Kantor
Akuntan Publik juga seharusnya selalu memperbaiki Sistem Pengendalian
Mutu KAP untuk memastikan bahwa jasa yang diberikan berkualitas.
Referensi:
Hidayati, N. (2019, Juni 29).Ditemukan Pelanggaran pada Audit Laporan
Keuangan Garuda, Izin AP Kasner Sirumapea Dibekukan. https://pppk.
kemenkeu.go.id/in/post/ditemukan-pelanggaran-pada-audit-laporan-
keuangan-garuda,-izin-ap-kasner-sirumapea-dibekukan
Jawaban No 2
1) Pada kasus dalam soal, menurut saya terdapat fraud dalam penyajian
laporan audit dan laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Kecurangan (fraud ) dalam pelaporan keuangan yang dilakukan adalah adanya
laba semu sejak tahun 2006 dan manipulasi laporan keuangan (window
dressing ) agar kondisi keuangan perusahaan terlihat sehat. Perusahaan
melakukan manipulasi laporan keuangan sehingga bisa melaporkan laba,
walaupun pada kenyataannya mengalami kerugian bahkan hingga saldo
modal (ekuitas) minus atau negatif. Hingga akhirnya pada tahun 2018, terjadi
gagal bayar polis JS Saving Plan. Meskipun terjadi kecurangan, auditor
independen atau akuntan publik tidak bisa mendeteksi kecurangan ini. Auditor
seharusnya bisa mendeteksi adanya kecurangan yang material ini. Tetapi,
auditor independen malah memberi opini wajar tanpa pengecualian pada
tahun 2016.
4
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 8.12.
2) Metode yang dilakukan dalam tindakan fraud pada kasus dalam soal
adalah salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting ), yaitu salah saji atau penghilangan dengan
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabui pemakai laporan. Kecurangan ini dilakukan dengan tindakan
manipulasi serta perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang
menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
Hal ini bisa dilihat dengan adanya laba semu sejak tahun 2006 dan
manipulasi informasi dalam laporan keuangan (window dressing ). Window
dressing adalah teknik yang dilakukan manajemen untuk membuat laporan
keuangan menyajikan kondisi keuangan yang lebih baik dari yang sebenarnya
agar kondisi perusahaan terlihat sehat. Laba semu yang ada sejak tahun 2006
juga menunjukkan terjadinya manajemen laba (earnings management ) yang
membuat PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dapat melaporkan laba, padahal
sesungguhnya perusahaan mengalami kerugian.
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 8.12-8.13.
5
selama periode setelah tanggal laporan keuangan dan hal ini harus
diungkapkan dalam laporan audit. Auditor seharusnya menambahkan paragraf
penjelasan (explanatory paragraph ) dalam laporan auditnya jika manajemen
telah melakukan pengungkapan dengan memadai atau melakukan modifikasi
laporan keuangan standar atas penyimpangan jika manajemen tidak
melakukan pengungkapan yang memadai atas kelangsungan hidup entitas.
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 3.53.
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021). Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 7.13-7.15.
6
5) Langkah untuk menilai risiko audit atas kemungkinan terjadinya kesulitan
keuangan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
a) Menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan menghitung rasio
keuangan dan melakukan prosedur analitis lainnya. Rasio-rasio keuangan
yang biasanya digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, dan rasio aktivitas.
b) Menelaah atau me-review laporan arus kas historis dan laporan arus kas
yang diproyeksikan untuk mempelajari kecenderungan arus kas masuk
(cash inflow ) dan arus kas keluar (cash outflow ).
Dalam melakukan penilaian risiko audit atas kemungkinan terjadinya
kesulitan keuangan, auditor perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini.
a) Likuiditas perusahaan
Jika perusahaan mengalami kekurangan kas dan modal kerja, maka hal ini
adalah indikasi adanya kesulitan keuangan, karena perusahaan akan
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.
b) Laba dan rugi tahun-tahun sebelumnya
Penurunan laba atau meningkatnya kerugian selama beberapa tahun dapat
merupakan indikasi kesulitan keuangan perusahaan karena hal ini akan
mengancam solvensi klien di masa depan.
c) Metode pembiayaan pertumbuhan
Auditor perlu mengevaluasi sumber pembiayan perusahaan karena
kebutuhan arus kas keluar dalam jangka pendek dapat membuat
perusahaan bankrut.
d) Sifat operasi klien
Auditor perlu mempertimbangkan sifat operasi klien karena jenis bisnis
tertentu memiliki risiko bawaan yang lebih besar dibandingkan dengan
bisnis lainnya.
e) Kompetensi manajemen
Kompetensi manajemen akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya
kepailitan karena manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap potensu kesulitan keuangan.
Referensi:
Sumiyana, Bone, H., Pribadi, A., Khaidir, I. A., Muhsyi, A. A., & Nurjanah, L.
(2021).Auditing I . Penerbit Universitas Terbuka. Hal 8.36-8.38.