Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MODUL

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2021


Judul Praktikum : Stoikiometri

Disusun Oleh :

Kelompok : 9 (Sembilan)
Program Studi : Teknik Lingkungan

Nama :
Maura Maharani (2109046009)
Shafarudin Nur (2109046046)

Asisten Praktkum :
Nur Hidayat (1909066019)

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stoikiometri seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
terdapat di dalam laboratorium, industry atau pabrik, maupun di lingkungan
sekitar kita. Misalnya seperti makanan yang kita konsumsi setiap hari yang
akan dicerna kemudian diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Selain itu, pada
perusahaan mobil yang menempatan airbag di roda mobil dan ditempat-tempat
lain didalam kendaraan. Dengan stoikiometri seseorang dapat mengetahui
berapa banyak gas nitrogen yang harus diproduksi dalam hitungan detik
sehingga kantung mengembang pada benturan, sehingga dapat menyelamatkan
nyawa pengemudi dan penumpang dari kecelakaan.

Stoikiometri sendiri merupakan ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan


reaktan dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari Bahasa Yunani yaitu
stoiceion yang artinya unsur dan metrein yang artinya pengukur. Stoikiometri
dapat diartikan mengukur unsur unsur dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam reaksi kimia. Pengetahuan mengenai unsur-unsur dalam hal ini adalah
ion, molekul atau elektron, dan partikel-partikel atom yang terdapat dalam
unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri melibatkan
hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Faktor stoikiometri didasarkan pada
koefisien dalam persamaan setara dan digunakan untuk menghubungkan antara
reaktan dan produk.

Oleh karena itu, praktikum kimia dasar mengenai stoikiometri ini dibuat untuk
mengetahui tentang stoikiometri, pereaksi pembatas, serta menentukan titik
maksimum dan titik minimum sesuai dengan stoikiometri sistem.
1.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan titik maksimum pada
stoikiometri
b. Untuk menentukan titik minimum pada stoikiometri
c. Untuk mengetahui konsep dari stoikiometri dan non stoikiometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang


menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia,
baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut
perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stoikiometri berasal
dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti
mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807)
adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif
atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain
(Putri,2012).

Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi agar


membedakannya dari stoikiometri komposisi) ialah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia . Kata
ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran)(Yusuf,
2018).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam


senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hokum hokum dasar ilmu kimia. (Brady, 1986).

Ilmu kimia senantiasa berkembang seiring penguasaan manusia terhadap teknologi.


Melalui serangkaian eksperimen dan pengamatan , para ahli kimia kimia
mengemukakan teori-teori tentang perhitungan zat. Setelah melalui pengujian dan
pembuktian, teori-teori ini akhirnya dijadikan hukum dasar kimia. Untuk
memahami hukum-hukum dasar kimia ikutilah uraian berikut;
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Pada setiap reaksi kimia, massa zat-zat yang bereaksi adalah sama dengan
massa produk reaksi. Hukum ini juga dapat diungkapkan sebagai materi tidak
dapat diciptakan atau di musnahkan. Dalam setiap reaksi kimia tidak dapat
dideteksi perubahan massa. Kesimpulan Lavoisier ini dikenal dengan nama
Hukum Kekekalan Massa.

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Proust menyimpulkan bahwa pada setiap reaksi , massa zat yang bereaksi
dengan sejumlah tertentu zat lain selalu tetap , dalam suatu senyawa murni
selalu terdiri atas unsur-unsur sama yang tergabung dalam perbandingan
tertentu.

3. Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)


Dalton menyimpulkan bahwa jika dua unsur dapat membentuk lebih dari satu
senyawa maka perbandingan massa dari suatu unsur yang bersenyawa dengan
sejumlah tertentu unsur lain merupakan bilangan sederhana dan bulat.

4. Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)


Gay Lussac menyimpulkan hukum perbandingan volume, yaitu pada kondisi
temperature dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sama
dengan perbandingan koefisien dalam reaksi yang sama.
(Rahayu, 2009)

Suatu reaksi kimia seringkali berlangsung dalam keadaan zat-zat pereaksinya


mempunyai jumlah yang berlebih. Sebagian dari pereaksi yang berlebih tetap
berada dalam campuran sampai reaksi berakhir. Pereaksi yang habis bereaksi
disebut pereaksi pembatas, pereaksi ini keseluruhannya habis bereaksi
(Yusuf,2018).
Rumus kimia zat menyatakan jenis dan jumlah relative atom atom yang terdapat
dalam zat itu. Angka yang menyatakan jumlah atom suatu unsur dalam rumus kimia
disebut angka indeks. Rumus kimia zat dapat berupa rumus molekul atau rumus
empiris. Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari
unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa. Jadi rumus molekul
menyatakan susunan sebenarnya dari molekul zat. Rumus empiris adalah rumus
yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur unsur yang
menyusun suatu senyawa. Rumus kimia senyawa ion merupakan rumus empiris.
Semua senyawa mempunyai rumus empiris. Senyawa molekul mempunyai rumus
molekul selain rumus empiris. Pada banyak senyawa, rumus molekul sama dengan
rumus empirisnya, senyawa ion hanya mempunyai rumus empiris. Jadi, semua
senyawa yang mempunyai rumus molekul, pasti memiliki rumus empiris. Namun,
senyawa yang memiliki rumus empiris, belum tentu mempunyai rumus molekul
(Setyawati, 2009).

Untuk menyatakan jumlah penyusun suatu zat, dipergunakan suatu satuan jumlah
zat yaitu mol. Satu mol zat ialah sejumlah zat yang mengandung 6.0225x 1023 butir
partikel (sejumlah bilangan Avogadro). Jadi, bilangan Avogadro merupakan “factor
penghubung A” antara jumlah mol zat dengan jumlah partikel yang dikandung zat

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑣𝑜𝑔𝑎𝑑𝑟𝑜 = …...………..(1)
6.0225×1023

Massa 1 mol suatu zat = massa molekul dalam satuan gram


= Mr x 1 gram
(Yusuf, 2018)

Metode variasi kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan
kuantitas molarnya sama. Tapi masing masing kuantitas pereaksi berubah-ubah.
Salah satu sifat fisika dipilih diperiksa seperti massa, volume, suhu, dan daya serap.
Oleh karena itu, kuantitas pereaksi berlainan, perbahan harga sifat fisika dari sistem
ini dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem (Ulfah, 2012).
BAB III
METODE

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat-alat
a. Gelas beaker
b. Gelas ukur
c. Thermometer

3.1.2. Bahan-bahan
a. Larutan Asam Sulfat (H2SO4)
b. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
c. Larutan Asam Klorida (HCl)

3.2. Prosedur Percobaan


a. Diukur masing-masing larutan Natrium hidroksida (NaOH) sebanyak
5ml, 7,5ml dan 10ml, setelah itu, masukkan ke gelas beaker
b. Diukur suhu masing-masing larutan Natrium hidroksida (NaOH)
dengan termometer dan dicatat
c. Diukur masing-masing larutan Asam klorida (HCl) sebanyak 5ml,
7,5ml dan 10ml, setelah itu dimasukkan ke gelas beaker
d. Diukur suhu masing-masing larutan Asam klorida (HCl) dengan
termometer dan di catat
e. Dicampurkan 5 ml larutan Natrium hidroksida (NaOH) dengan 10 ml
larutan Asam klorida (HCl), 7,5ml Natrium hidroksida (NaOH) dengan
7,5ml larutan Asam klorida (HCl), dan 10ml Natrium hidroksida
(NaOH) dengan 5ml larutan Asam klorida (HCl)
f. Diukur masing-masing suhu campuran tersebut dengan termometer dan
dicatat
g. Dilakukan kembali percobaan yang kedua yaitu menggunakan larutan
Asam sulfat (H2SO4) dengan larutan Asam klorida (HCl) dengan
prosedur yang sama seperti sebelumnya dan di catat
h. Dilakukan perhitungan dan ditentukan letak titik stoikiometri sistem
tercapai.
BAB IV
TUGAS

4.1 Soal Paket C


a. Jelaskan apa itu pereaksi pembatas?
b. Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 5 mL direaksikan dengan larutan HCL
0,1 M sebanyak 10mL. Tentukan senyawa yang berperan sebagai
pereaksi sisa
c. Tuliskan perbedaan antara sistem stoikiometri dan non-stoikiometri
d. Apa itu reaksi eksoterm? Jelaskan!
e. Sebanyak 28 gram besi yang direaksikan dengan oksigen akan
menghasilkan 40 gram Fe2O3. Berapa perbandingan besi dengan
oksigen yang dibutuhkan?

4.2 Jawaban
a. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri
terkecil. Pereaksi pembatas juga merupakan pereaksi yang habis lebih
dahulu digunakan pada reaksi kimia.
b. M NaOH = 0,1 M
V NaOH = 5 mL
n =MxV
n NaOH = 0,1 M x 5 mL = 0,5 mmol
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 ml
n HCl = 0,1 M x 10 ml = 1 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 1 mmol 0,5 mmol
b 0,5 mmol 0,5 mmol
s 0,5 mmol - 0,5 mmol 0,5 mmol
Jadi, dapat dilihat bahwa senyawa yang berperan sebagai pereaksi sisa
adalah HCl, yaitu 0,5 mmol.
c. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis
bereaksi. Sedangkan reaksi non stoikiometri adalah suatu reaksi yang
salah satu reaktannya tidak habis (bersisa) dan reaktan yang lain habis
bereaksi.
d. Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energi
dari sistem ke lingkungan.
e. Diketahui :
Massa Fe2O3 = 40 gram
Massa Fe = 28 gram
Ditanya : perbandingan besi dengan oksigen yang dibutuhkan?
Jawab :
Massa Fe2O3 = Massa Fe + Massa O2
Massa O2 = Massa Fe2O3 – Massa Fe
Massa O2 = 40 gram – 28 gram
Massa O2 =12 gram
Massa Fe : Massa O2 = 28 : 12 = 7 : 3
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E dan Humiston.1986. General Chemistry. New York: John Willey and
Sons.

Putri, Cok Istri. 2012. DIKTAT MATA KULIAH KIMIA DASAR. Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran.

Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar KIMIA untuk Kelas X Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat perbukuan departemen Pendidikan
Nasional.

Setyawati, Arifatun Anifah. 2009. KIMIA Mengkaji Fenomena Alam. Jakarta: PT.
Cempaka Putih.

Ulfah, Zia. 2012. STOIKIOMETRI. www.pdfcoffee.com Diakses tanggal 10


Oktober 2021.

Yusuf, Yusnidar. 2018. KIMIA DASAR: Panduan untuk belajar. Jakarta: EduCenter
Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai