Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDEKATAN EKSPLORATIF & PENDEKATAN SAVI (SOMATIC,


AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL)
Di ajukan untuk memenuhi salahsatu tugas matakuliah Model-model
Pembelajaran Matematika pada semester VI tahun akademik 2015/2016

Dosen : Maulana,M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Kelas 3 B

AIDA AZIZAH 1303838 27


PUTRY EKA SETYAWATY 1303612 17
SERLI MUZZILAWATI 1303840 28
MAULANA IBNU SOLEH 1302066 10

PGSD PRODI KELAS


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatnya kami diberikan
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah model-model matematika dengan
judul bahasan pendekatan eksploratif dan pendekatan SAVI.
Solawat serta salam semoga selalu terlimpah curah kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umat
yang taat pada ajarannya.
Makalah ini merupakan sebuah bahasan mengenai pendekatan
pembelajaran matematika yakni pendekatan eksploratif, dimana setiap bahasan
mengenai pendekatan eksploratif akan dijabarkan dalam makalah ini. Selain itu
pendekatan SAVI merupakan salah satu pilihan pendekatan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu dalam makalah ini akan di bahas
mengenai kedua pendekatan tersebut.
Semoga dengan pembahasan yang dibuat dapat membuka pemahaman dan
pengetahuan para calon guru SD untuk senantiasa dapat menentukan pendekatan
yang tepat dalam pembelajaran.

Sumedang April 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1. Pendekatan Eksploratif ....................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian pendekatan eksploratif ...................................................................... 3
2.1.2. Landasan Teori pendekatan eksploratif .............................................................. 4
2.1.3. Karakteristik pendekatan eksploratif................................................................... 4
2.1.5. Implementasi pendekatan ekslporatif.................................................................. 7
2.1.5. Kelebihan dan kekurangan pendekatan ekslporatif............................................. 8
2.2. Pendekatan SAVI ................................................................................................ 9
2.2.1. Pengertian pendekatan SAVI .............................................................................. 9
2.2.2. Landasan teori pendekatan SAVI ..................................................................... 10
2.2.3. Karakteristik pendekatan SAVI ........................................................................ 10
2.2.4. Prinsip-prinsip pendekatan SAVI ..................................................................... 14
2.2.5. Tahapan pembelajaran pendekatan SAVI ......................................................... 14
2.2.6. Aplikasi pendekatan SAVI................................................................................ 16
2.2.7. Kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI ................................................. 17
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 18
3.2. Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran merupakan sebuah cara pandang guru dalam
mengadaptasikan pembelajaran kepada siswa. Pendekatan pembelajaran sangat
penting sekali untuk bagaimana guru dapat membawa pembelajaran sesuai dengan
harapan atau tujuan yang telah di tetapkan. Setiap pendekatan tentu mempunyai
ciriyang khas dalam pengimplementasiannya. Dengan harapan setiap pendekatan
ini dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar matematika.
Oleh karena itu, penting kiranya untuk membahas lebih dalam mengenai
pendekatan eksploratif dan pendekatan SAVI sehingga para calon pendidik dapat
memahami dan menemukan sebuah konsep yang dapat diadaptasikan dalam
pembelajarannya nanti.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa itu pendekatan eksploratif?
1.2.2. Teori apa yang melandasi pendekatan eksploratif?
1.2.3. Bagaimana karakteristik pendekatan eksploratif?
1.2.4. Bagaimana langkah-langkah pelaksanan pendekatan eksploratif?
1.2.5. Bagaimana implementasi pendekatan ekslporatif?
1.2.6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan eksploratif?
1.2.7. Apa itu pendekatan SAVI?
1.2.8. Teori apa yang mendukung dalam pendekatan SAVI?
1.2.9. Bagaimana karakteristik pendekatan SAVI?
1.2.10. Bagaimana tahapan pembelajaran pendekatan SAVI?
1.2.11. Bagaimana implementasi pendekatan SAVI?
1.2.12. Bagaiamana kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu pendekatan eksploratif.
1.3.2. Untuk mengetahui teori apa yang melandasi pendekatan eksploratif.
1.3.3. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan eksploratif.
1.3.4. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanan pendekatan eksploratif.

1
2

1.3.5. Untuk mengetahui implementasi pendekatan ekslporatif.


1.3.6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan eksploratif.
1.3.7. Untuk mengetahui pendekatan SAVI.
1.3.8. Untuk mengetahui teori apa yang mendukung dalam pendekatan SAVI.
1.3.9. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan SAVI.
1.3.10. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran pendekatan SAVI.
1.3.11. Untuk mengetahui implementasi pendekatan SAVI.
1.3.12. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pendekatan Eksploratif
2.1.1. Pengertian pendekatan eksploratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013), “Eksploratif adalah
penyelidikan, penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih
banyak”. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Ramlan & Ari (2011),
“Eksploratif adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary)”. Strategi yang digunakan
memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar
aktif.
“Eksploratif merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar
siswa dari tidak tahu menjadi tahu” (Fatcul, 2011). Pada dasarnya pendekatna
eksploratif ini mengasah dan mengembangkan kemampuan siswa. “Kegiatan
eksplorasi matematika, menuntut siswa untuk melakukan semacam percobaan
berbagai cara baik formal maupun tidak formal (cara siswa sendiri) untuk
menemukan jawaban”(Karlimah, dkk., 2010).
Pendekatan ekslporatif memiliki kesamaan dengan pendekatan investigasi.
Selain kesamaan terdapat juga perbedaannya, sejalan dengan pendapatnya Cifarelli
& Cai (dalam Karlimah, dkk., 2010) yang menyatakan bahwa,
“Investigasi matematika lebih banyak digunakan oleh peneliti berkaitan
dengan penggunaan strategi formal dalam aktivitas mencari solusi masalah
seperti penggunaan berbagai metode ilmiah dalam 8 aktivitas penalaran.
Sedangkan eksplorasi matematika menunjukkan pada suatu aktivitas yang
berkaitan dengan penggunaan strategi formal dan tidak formal untuk
mencari suatu solusi masalah. Baik investigasi maupun eksplorasi
matematika merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemecahan masalah.”
Dari beberpa pendapat diatas di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
eksploratif adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dengan membangun
pengetahuan awal siswa untuk mencari informasi tentang materi ajar yang akan
dipelajari berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dengan
kata lain, siswa dituntut untuk berperan aktif saat pembelajaran berlangsung,
sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator.

3
4

2.1.2. Landasan Teori pendekatan eksploratif


Pendekatan eksploratif ini didukung oleh beberapa teori yang
melandasinya, diantarannya sebagai berikut.
1) Construtivism
Teori konstruktivisme merupakan salahsatu teori yang melandasi adanya
pendekatan eksploratif. Suparno (2008) mengemukakan bahwa,
“Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki
anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan)
manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui
interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan
mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat
berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.”
Dengan kata lain, kontruktivisme merupakan salahsatu pendukung
munculnya pendekatan eksploratif, yang menekankan bahwa belajar itu tidak hanya
sekedar dihafal, dipahami dan diingat, tetapi merupakan suatu proses belajar
mengajar yang dimana siswa diajak untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2) Inquiri
Inquiri yang berarti suatu proses menemukan. Yulianto (2013) mengatakan
bahwa, “Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk
lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri,
serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah”. Inquiri juga
mementingkan aspek sistematis dalam proses berpikir dalam memecahkan suatu
permasalahan yang ada.
3) Problem Solving
Pemecahan masalah atau problem solving merupakan suatu landasan teori
yang banyak dibahas di beberapa model pembelajaran ataupun pendekatan
pembelajaran. Soedjadi (dalam Karlimah, dkk., 2010) menyatakan bahwa,
“Melalui pelajaran matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan
kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-
masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan.
Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan memecahkan
masalah”.
2.1.3. Karakteristik pendekatan eksploratif
Pendekatan eksploratif adalah suatu pendekatan yang memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan
suatu permasalahan dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah siswa miliki
5

sebelumnya. Selain itu, siswa juga dituntut harus bisa membangun pengetahuannya
sendiri agar pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Dalam
pendekatan eksploratif menurut Ramlan & Arie (2011) terdapat beberapa
karakteristik yang harus diperhatikan oleh guru agar pembelajaran yang
dilakukukan dapat berjalan dengan efektif, yaitu sebagai berikut.
1) Melibatkan siswa mencari informasi (topik tertentu).
Artinya ketika pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya sebagai
penerima informasi, teteapi dalam pendekatan ini siswa dilibatkan secara langusung
dalam proses mencari informasinya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lao Tsu,
seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget, I see and I Remember.
I do and I Understand.” Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pembelajaran yang
dilakukan dengan melibatkan siswa secara langsung tidak hanya akan membuat
siswa menjadi ingat apa yang dipelajari tetapi juga mengerti.
2) Menggunakan beragam pendekatan, media dan sumber belajar.
Dalam pendekatan ini guru bisa menggabungkannya dengan pendekatan-
pendekatan lain, karena pada umumnya hampir dalam semua pendekatan terdapat
fase eksploratif. Selain itu guru juga bisa menggunakan berbagai media yang
mendukung jalannya pembelajaran. Dengan demikian maka pembelajaran yang
dilakukan akan lebih menarik dan kreatif.
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa.
Dalam pembelajaran interaksi siswa dengan guru mutlak harus ada, karena
kalau tidak ada interaksi maka tidak bisa disebut pembelajaran. Selain itu interaksi
antar siswa juga merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan interaksi
siswa akan belajar komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan itu pendekatan
eksploratif memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan oleh guru untuk memberikan stimulus berinteraksi kepada siswa
adalah dengan diskusi kelompok.
4) Guru memberi umpan balik positif terhadap hasil belajar siswa.
Umpan balik atau feed back sering kali terlupakan oleh guru, padahal
umpan balik ini merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk membangun
pengetahuan dan kemampuan siswa. Dengan pendekatan eksploratif siswa akan
6

selalu diberi umpan balik oleh guru terhadap hasil belajar siswa, dengan demikian
pengetahuan dan kemampuan siswa bisa meningkat.
5) Guru memberi konfirmasi hasil eksplorasi siswa.
Setelah siswa melakukan eksplorasinya guru harus melakukan konfirmasi
terhadap pengetahuan yang didapat oleh siswanya. Maksudnya agar pengetahuan
yang didapat oleh siswa tidak salah.
6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksi pengalaman
belajarnya.
Dalam pendekatan ini siswa dibiasakan untuk merefleksikan hasil
belajarnya dengan tujuan agar siswa mengetahui apa saja yang harus di perbaiki
dan ditingkatkan dalam proses belajarnya.
2.1.4. Langkah-langkah pelaksanan pendekatan eksploratif
Dalam pendekatan eksploratif menurut Purnomo & Maulidam (2011) ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, diantaranya yaitu.
1) Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dalam topik atau tema materi
yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam, jadi guru akan belajar dari
aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis,
kreatif, kerjasama).
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras).
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta siswa dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan).
4) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).
5) Memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras).
Berdasarkan langkah-langkah kegiatan di atas, Faizin (2012) terdapat
beberapa kegiatan yang dapat digunakan oleh guru untuk mendukung pendekatan
tersebut berjalan dengan baik yaitu sebagai berikut.
1) Membaca tentang.
2) Mendengar tentang.
3) Berdiskusi tentang.
7

4) Mengamati model (teks atau karya).


5) Mengamati demonstrasi.
6) Mengamati simulasi kasus.
7) Mengamati dua perbandingan (yang salah dan yang benar).
8) Mencoba melakukan kegiatan tertentu.
9) Membaca kasus (bedah kasus).
10) Berwawancara dengan sumber tertentu (menggali informasi).
11) Observasi terhadap lingkungan.
12) Mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awalnya.
13) Mencoba bereksperimen.
14) Bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas).
2.1.5. Implementasi pendekatan ekslporatif
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester :V/1
Materi : Menentukan Volume Kubus.
Alokasi
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Melibatkan siswa mencari  Guru mengingatkan siswa 20 Menit
informasi yang luas tentang tentang ciri-ciri kubus
topik/tema materi yang yang pernah dipelajari
dipelajari. sebelumnya.
 Siswa disuruh ke
perpustakaan untuk
mencari sumber tentang
volume kubus.
Menggunakan beragam  Guru mengkombinasikan -
pendekatan pembelajaran, pembelajaran ini dengan
media pembelajaran, dan pendekatan tak langsung.
sumber belajar lain.  Guru memberikan media
pembelajaran berupa
kubus.
Memfasilitasi terjadinya  Siswa dibagi menjadi 15 Menit
interaksi antarsiswa serta beberapa kelompok.
antara siswa dengan guru,  Siswa mendiskusikan
lingkungan, dan sumber mengenai secara
belajar lainnya. berkelompok mengenai
volume kubus
berdasarkan sumber yang
sudah didapat.
8

Melibatkan siswa secara aktif  Siswa mendiskusikan


dalam setiap kegiatan hasil kerja dari setiap
pembelajaran. kelompok.
 Dari setiap kelompok
bisa memperhatikan dan
mengomentari hasil kerja
dari kelompok yang
sedang dipresentasikan.
Memfasilitasi siswa  Guru memberikan sebuah
melakukan percobaan di LKS yang didalamnya 35 Menit
laboratorium, studio, atau menyuruh siswa untuk
lapangan. mencari benda yang
memiliki kemiripan
dengan kubus.
 Kemudian dicari
volumenya.
 Diskusikan lagi secara
bersama-sama.
 Guru meluruskan apabila
terjadi kekeliruan.
 Guru mengajak siswa
untuk menyelesaikan
mengenai permasalahan
yang ada, dengan guru
hanya sebagai
pembimbing.
 Guru selalu memberikan
pujian dan masukan
sebagai umpan balik
kepada siswa.

2.1.6. Kelebihan dan kekurangan pendekatan eksploratif


Kelebihan pendekatan eksploratif :
1) Pada pendekatan eksploratif siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2) Pendekatan ini mudah untuk dikombinasikan dengan pendekatan yang lain.
9

3) Terdapat interaksi antar siswa, sehingga menumbuhkan sifat kerjasama,


menghargai pendapat dan bertanggung jawab.
4) Dengan adanya media dan kombinasi dengan pendekatan yang lain, maka
pembelajaran akan lebih efektif dan menarik minat siswa untuk belajar.
5) Melalui percobaan, siswa dapat menambah pengalaman dan penguatan
terhadap materi yang dipelajarinya.
Kekurangan pendekatan eksploratif :
1) Jika guru belum memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan
dalam mengkombinasikannya.
2) Menuntut fasilitas yang lengkap dalam pembelajaran, seperti laboratorium,
studio, dan lapangan.
2.2. Pendekatan SAVI
2.2.1. Pengertian pendekatan SAVI
Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Dave Maeier (2002) dalam
(skripsi Dede Ahmad Sobandi, 2015), yakni direktur dari Center of Accelerated
Learning di Lake Geneva. Menurutnya Belajar Berdasarkan Aktivitas (BBA)
berarti fisik bergerak secara aktif dengan memanfaatkan seluruh panca indera
sehingga membuatnya terlibat dalam proses pembelajaran. Proses belajar secara
aktif lebih efektif dan mampu menciptakan kegembiraan siswa daripada proses
pembelajaran yang hanya berceramah atau fokus pada buku pelajaran. Aktivitas
fisik yang dilakukan secara bertahap, seperti bangkit dari tempat duduk, bergerak
melakukan sesuatu yang dapat menyegarkan tubuh dan meningkatkan peredaharan
darah pada otak.
Meier 2002, dalam (skripsi Dede Ahmad Sobandi, 2015) mengemukakan
bahwa pembelajaran tidak serta merta meningkat dengan menginstruksikan orang
untuk berdiri dan bergerak kesana kemari tanpa adanya tujuan yang pasti, tetapi
diperlukan penggabungan dari gerakan fisik dengan aktivitas intelektual siswa
melibatkan seluruh alat indera. Pendekatan SAVI terdiri dari empat unsur yang
diantaranya adalah Somatis berarti belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori
berarti belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual berarti belajar dengan
mengamati dan menggambarkan, dan Intelektual berarti belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung. Keempat unsur di atas merupakan suatu
keterpaduan yang seluruhnya harus dilaksanakan guna memaksimalkan proses dan
10

hasil belajar siswa. Hal ini yang mengakibatkan pendekatan SAVI (Somatis,
Auditori, Visual, dan Intelektual) ini merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan seluruh panca indera yang
dimiliki oleh siswa.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pendekatan SAVI adalah
pendekatan yang dihasilkan dari pemikiran Dave Meier yang memfokuskan suatu
pembelajaran pada keterlibatan siswa secara penuh selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa tidak hanya hadir dalam pembelajaran melainkan turut berperan
aktif dalam menggunakan setiap pengalaman belajar yang dimiliki berupa empat
unsur dari pendekatan SAVI yaitu somatis, auditori, visual, dan intelektual untuk
membangun pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
2.2.2. Landasan teori pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI dilandasi oleh teori ilmu kognitif modern, yang
menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar yang melibatkan emosi,
seluruh tubuh, semua alat indera, dan seluruh wawasan pribadi yang dimiliki
dengan menghormati gaya belajar orang lain yang berbeda setiap masing-
masingnya kemudian mengaitkannya dengan kenyataan yang nonlinear,
nonmekanis, kreatif, dan hidup.
2.2.3. Karakteristik pendekatan SAVI
1) Somatis
“Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti
dalam psikosomatis). Belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba,
kinestesis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar. Namun, pembelajaran somatis yang kuat berada dalam posisi yang
tidak menguntungkan dalam kebudayaan barat, yang mempunyai sejarah panjang
dalam memisahkan tubuh dan pikiran dan mengabaikan tubuh sebagai sarana untuk
belajar.
Kendala terhadap para pembelajar somatis terus berlanjut hingga hari ini
dan bahkan telah meningkat dalam dua puluh tahun terakhir. Anak-anak yang
bersifat somatis tidak dapat duduk dengan tenang dan harus menggerakkan tubuh
11

mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap


mengganggu,tidak mampu belajar dan merupakan ancaman bagi system.
Pengertian budaya barat dan prasangka terhadap penggunaan tubuh dalam
belajar menghadapi tantangan serius. Penelitian neurologis telah membongkar
keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah dua
identitas yang terpisah. Temuan mereka menunjukkan bahwa pikiran tersebar di
seluruh tubuh. Intinya, tubuh adalah pikiran. Pikiran adalah tubuh. Keduanya
merupakan satu sistem elektris kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu. Jadi
dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya
dalam belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. (Mungkin
dalam beberapa peristiwa, sistem pendidikan itu sendiri yang membuat sesuatu hal
yang kurang dalam proses belajar, dan faktornya bukan dari pembelajar itu sendiri).
Pembelajar Somatis dapat beraktifitas melalui: (1) Membuat model dalam
suatu proses atau prosedur. (2) Menggerakkan berbagai komponen dalam suaru
proses atau sistem. (3) Menciptakan piktogram besar serta periferalnya. (4)
Memeragakan suatu proses, sistem atau seperangkat konsep. (5) Mendapatkan
pengalaman kemudian membicarakannya. (6) Melengkapi suatu proyek yang
memerlukan kegiatan fisik. (7) Menjalankan pelatihan belajar aktif melalui
simulasi, permaianan belajar, dan lain-lain. (8) Melakukan tinjauan lapangan
kemudian menerapkan dalam bentuk tulisan dan gamar serta mendiskusikan
tentang hal-hal yang dipelajari. (9) Mewawancarai orang-orang di luar kelas. (10)
Mengaktifkan pembelajaran pada seluruh kelas. Peran tubuh dalam merangsang
hubungan pikiran tubuh dapat menciptakan suasana belajar yang dapat membuat
orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik. Pola tersebut
didukung dengan cara bergantiganti menjalankan aktifitas belajar aktif dan pasif
secara fisik. Cara tersebut dapat membuat pengajar terlibat secara fisik dalam
belajar.
2) Auditori Belajar
Auditori pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga
kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa
kita sadari. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area
penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran guru
12

hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari,


menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau
menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. Belajar dengan
auditori dapat menggunakan pengulangan dengan meminta siswa menyebutkan
kembali konsep, guru menggunakan variasi vokal berupa perubahan nada,
kecepatan dan volume.
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat
dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa
yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka
dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka
mau. Ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat
rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau
menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
Berikut ini merupakan gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan
penggunaan sarana auditori dalam belajar, antara lain: (1) Mengajak para
pembelajar membaca dengan suara yang keras dari buku panduan dan layar
komputer. (2) Mengajak para pembelajar membaca sebuah paragraf, kemudian
mintalah mereka menguraikan dengan kata-kata sendiri setiap paragraf yang dibaca
dan merekamnya ke dalam kaset untuk mereka perdengarkan. (3) Mintalah
pembelajar membuat rekaman sendiri yang berisi kata-kata kunci, proses, definisi
atau prosedur dari apa yang telah dibaca. (4) Menceritakan kisah-kisah yang
mengandung materi pembelajaran di dalam buku pembelajaran. (5) Mengajak para
pembelajar untuk berpasang-pasangan mendiskusikan secara terperinci tentang
materi yang mereka pelajari dan penerapannya. (6) Mengajak pembelajar
mempraktikan suatu keterampilan atau memeragakan suatu fungsi yang kemudian
diucapkan secara terperinci apa yang dikerjakan. (7) Mengajak para pembelajar
membuat sajak atau hafalan dari hal yang dipelajari. (8) Mengajak pembelajar
berdiskusi secara berkelompok untuk menyusun pemecahan masalah atau membuat
rencana jangka panjang.
3) Visual
13

Visual berarti belajar dengan menggunakan indra penglihatan. Meier


(2005,hlm.97) mengemukakan bahwa belajar visual berarti belajar dengan
mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual daripada indera yang lain. Setiap siswa yang
menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara
khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia
nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Guru juga dapat
menggunakan variasi tulisan, warna, gambar dan kertas. Guru harus mendorong
siswa untuk menyusun pelajaran mereka dengan berbagai kreasi pada catatan,
tugas, peta konsep dan lain-lain.
Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan
keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia
nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan prose,
prinsip atau makna yang dicontohkannya. Berikut ini ada beberapa hal yang dapat
dimanfaatkan oleh pengajar untuk membuat pembelajaran lebih visual: (1) Bahasa
yang penuh gambar (metafora, analogi), (2) Grafik peresentasi yang hidup, (3)
Benda tiga dimensi, (4) Bahasa tubuh yang dramatis, (5) Cerita yang hidup, (6)
Kreasi piktogram (oleh pembelajar), (7) Ikon alat bantu kerja, (8) Pengamatan
lapangan, (9)Dekorasi berwarna-warni, (10) Periferal ruangan, (11) Pelatihan
pencitraan mental.
4) Intelektual
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan
manusia untuk “berpikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf
baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan
intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang
digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman (kita harap) menjadi kearifan.
Aspek Intelektual dalam belajar akan terlatih jika anda mengajak
pembelajar terlibat dalam aktifitas seperti: (1) Memecahkan masalah, (2)
Menganalisis pengalaman, (3) Mengerjakan perencanaan strategis, (4) Melahirkan
gagasan kreatif, (5) Mencari dan menyaring informasi, (6) Merumuskan
14

pertanyaan, (7) Menciptakan model mental, (8) Menerapkan gagasan baru pada
pekerjaan. (9) Menciptakan makna pribadi, (10) Meramalkan implikasi suatu
gagasan.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V) tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat
melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa
yang sedang mereka pelajari (A) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam
presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat meningkatkan
kemampuan mereka memecahkan masalah(I) jika mereka secara simultan
menggerakkan sesuatu(S) untuk menghasilkan pictogram atau pajangan tiga
dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan.
2.2.4. Prinsip-prinsip pendekatan SAVI
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated
Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning (AL),
Meier (2002) juga menyebutkan bahwa guru harus paham prinsip-prinsip SAVI
sehingga mampu menjalankan model pembelajaran dengan tepat. Prinsip tersebut
adalah:
1) Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2) Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3) Kerjasama membantu proses pembelajaran
4) Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan
5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan
6) Balik.
7) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
8) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
2.2.5. Tahapan pembelajaran pendekatan SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan,penyampaian,
pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan marang dalam
keempat tahapan tersebut.
1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka
dalam situasi optimaluntuk belajar. Secara spesifik meliputi hal: (a) Memberikan
sugesti positif (b) Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa (c)
15

Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna (d) Membangkitkan rasa ingin tahue)
Menciptakan lingkungan fisik yang positif (f) Menciptakan lingkungan emosional
yang positif (g) Menciptakan lingkungan social yang positif (h) Menenangkan rasa
takut (i) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar (j) Banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah (k) Merangsang rasa ingin tahu siswa (l)
Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar
yang barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya
belajar. Hal-hal yangdapat dilakukan guru: (a)Uji coba kolaboratif dan berbagai
pengetahuan, (b) Pengamatan fenomena dunia nyata, (c) Pelibatan seluruh otak,
seluruh tubuh, (d) Presentasi interaktif, (e) Grafik dan sarana yang presetasi
berwarna-warni, (f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya
belajar, (g) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim, (h) Latihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok), (i) Pengalaman belajar di dunia
nyata yang kontekstual, ( j) Pelatihan memecahkan masalah.
3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerapengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik,
yang dilakukanguru yaitu: (a) Aktivitas pemrosesan siswa (b) Usaha aktif atau
umpan balik atau renungan atau usaha kembali (c) Simulasi dunia-nyata (d)
Permainan dalam belajar (e) Pelatihan aksi pembelajaranf) Aktivitas pemecahan
masalah (g) Refleksi dan artikulasi individu (h) Dialog berpasangan atau
berkelompok (i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif (j) Aktivitas praktis
membangun keterampilan (k) Mengajar balik .
4) Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas
pengetahuanatau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat
dilakukan adalah: (a) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera (b)
Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi (c) Aktivitas penguatan penerapand)
Materi penguatan persepsi (e) Pelatihan terus menerus (f) Umpan balik dan evaluasi
16

kinerja (g) Aktivitas dukungan kawan (h) Perubahan organisasi dan lingkungan
yang mendukung.
2.2.6. Aplikasi pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI meliputi beberapa kegiatan belajar yaitu
Somatis,auditory, Visual, Intellectual. Adapun aplikasi pendekatan SAVI adalah
sebagai berikut.
1) Somatis
Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh dalam pembelajaran
matematika, maka perlu diciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa
bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik.
Contoh : Guru meminta siswa untuk menggambar jaring-jaring tabung ke
papan tulis sebagai langkah awal menemukan rumus luas permukaan tabung.
Kegiatan somatis juga dapat dilakukan dengan meminta siswa sesering
mungkin untuk bangkit dari bangku dan maju ke depan kelas, misalnya untuk
mengerjakan soal-soal latihan. Dapat juga secara bergantian siswa dimintai
pendapat atau ditanyai mengenai materi pelajaran dan siswa menjawabnya dengan
berdiri.
2) Auditori
Dengan merancang pembelajaran matematika yang menarik saluran
auditori, guru dapat meminta siswa untuk membaca penjelasan pelajaran yang ada
di buku dengan suara yang jelas. Atau guru bisa melakukan tindakan seperti
mengajak siswa membicarakan materi apa yang sedang dipelajari. Siswa diminta
mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan
guru. Dalam hal ini siswa diberi pertanyaan oleh guru tentang materi yang telah
diajarkan.
Contoh :
Guru : “Apakah yang dimaksud dengan tabung?”
Siswa : “Tabung adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang
lingkaran yang sejajar dan kongruen dan sisi lengkung sebagai sisi tegak di
sekeliling lingkaran tersebut.
Guru : “ Sisi tabung terdiri dari?”
17

Siswa :” Sisi tabung terdiri dari alas dan tutup berbentuk lingkaran, selimutnya
berbentuk persegi panjang”.
3) Visual
Dalam merancang pembelajaran matematika yang menarik kemampuan
visual, guru dapat melakukan tindakan seperti meminta siswa menjelaskan kembali
materi tabung yang telah diajarkan dengan menggunakan alat peraga, dengan
maksud agar siswa yang lain dapat memperhatikan dan melihat alat peraga yang
dipakai, sehingga mereka lebih memahami yang mana yang disebut alas dan tutup
tabung, selimut tabung, jari-jari alas tabung (r),dan tinggi tabung(t).
Contoh : Guru meminta siswa untuk menggambarkan tabung di kertas
karton dan menunjukkan pada siswa yang lain dan menjelaskannya.
4) Intelektual
Dalam proses belajar Intelektual, siswa diminta mengerjakan soal-soal
latihan dari materi lingkaran yang telah dijelaskan oleh guru.
2.2.7. Kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan SAVI. Menurut
Goez (2011), kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain:
1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.
2) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.
3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotor siswa.
4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara
visual, auditori dan intelektual.
Menurut Goez (2011) dan Whinie (2013) pendekatan SAVI juga memiliki
kekurangan, yaitu:
1) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik
2) Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu
minder
3) Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok
bahasan materi pembelajaran. Jadi tidak berlaku untuk semua pelajaran
matematika
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan eksploratif adalah suatu proses pembelajaran yang diawali
dengan membangun pengetahuan awal siswa untuk mencari informasi tentang
materi ajar yang akan dipelajari berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki siswa
sebelumnya. Dengan kata lain, siswa dituntut untuk berperan aktif saat
pembelajaran berlangsung, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan
fasilitator. Teori yang mendukung dalam pelaksanaan pendekatan eksploratif
adalah teori konstruktivisme, inquiry, problem solving.
Pendekatan SAVI terdiri dari empat unsur yang diantaranya adalah Somatis
berarti belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori berarti belajar dengan
berbicara dan mendengar, Visual berarti belajar dengan mengamati dan
menggambarkan, dan Intelektual berarti belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung. Keempat unsur di atas merupakan suatu keterpaduan yang seluruhnya
harus dilaksanakan guna memaksimalkan proses dan hasil belajar siswa. Hal ini
yang mengakibatkan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)
ini merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan seluruh panca indera yang dimiliki oleh siswa.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pendekatan SAVI adalah
pendekatan yang dihasilkan dari pemikiran Dave Meier yang memfokuskan suatu
pembelajaran pada keterlibatan siswa secara penuh selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa tidak hanya hadir dalam pembelajaran melainkan turut berperan
aktif dalam menggunakan setiap pengalaman belajar yang dimiliki berupa empat
unsur dari pendekatan SAVI yaitu somatis, auditori, visual, dan intelektual untuk
membangun pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
3.2. Saran
Sebagai seorang guru maka sudah saatnya untuk tepat dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Hamdan Saputro. (2013). SKRIPSI. Penggunaan pendekatan SAVI untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar apresiasi seni music nusantara pada
siswa kelas VIII B SMPN 7 Pemalang.
Faizin, Noor (2012). Kegiatan Inti Pembelajaran. [Online] Tersedia
di:http://noorfaizin.wordpress.com/2012/02/26/kegiatan-inti-pembelajaran/.
Fatcul, Arif. (2011). Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. [Online]. Tersedia
di:http://rif67.blogspot.com/2011/08/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi.html.
Goez. (2011). Pendekatan SAVI. [Online] Tersedia di:
http://goez17.wordpress.com/2011/11/23/pendekatan-savi/.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Kamus Versi Online/Daring (Dalam
Jaringan). [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/.
Karlimah, dkk. (2010). Pengembangan Kemampuan Proses Matematika Siswa
Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Tidak Langsung di
Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/Direktori/KD-
TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-
TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-
%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20Metamatika
%20Tidak%20Langsung%20dan%20Kemampuan%20Proses%20Matemati
ka.pdf
Naibaho, Agus. (2013). Pendekatan SAVI. [Online]. Tersedia di:
http://agusjnaibaho.blogspot.co.id/2013/08/pendekatan-savi.html
Purnomo dan Maulida. (2011). Model Pembelajaran Penemuan, Terbimbing,
Eksplorasi, Inkuiri, dan Penemuan. [Online] Tersedia
di: http://purnomomaulida.blogspot.com/2011/12/model-pembelajaran-
penemuan-terbimbing.html
Ramlan dan Ari (2011). Pembelajaran dengan Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi. [Online]. Tersedia di:http://ramlannarie.blogspot.com/2011/07/
pembelajaran-dengan-eksplorasi.html
Restu. (2010). Teori-teori Belajar. [Online] Tersedia
di:http://teknologipembelejaran.blogspot.com/2010/02/teori-teori-
belajar.html
Suparno, Paul. (2008). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Tanpa Nama, 2014. Pendekatan Eksploratif dan RPPnya Tersedia di
http://bayulikids.blogspot.co.id/2015/06/pendekatan-eksploratif-dan-
rppnya.html

19
20

Whinie. (2013). Model SAVI. [Online] tersedia di:


http://sweetywhinie.blogspot.com/2013/03/model-savi.html.
Yulianto, Toto (2013). Metode Inkuiri Metode Pembelajaran. [Online] Tersedia
di: http://totoyulianto.wprdpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-
pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai