Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang adanya tiga rangkaian dosa yang bisa
jadi kita terjatuh di dalamnya tanpa sadar. Allah Ta’ala berfirman,
Renungkanlah ayat ini, ketika Allah Ta’ala menyebutkan tiga rangkaian dosa,
yaitu su’udzan (buruk sangka tanpa dasar), tajassus (berusaha mencari-cari
keburukan orang lain) dan ghibah (menggunjingkan orang lain).
Orang yang memiliki sifat suka berburuk sangka kepada orang lain tanpa
dasar, maka dia akan berusaha mencari-cari kesalahan dan keburukan
saudaranya tersebut untuk mengecek dan membuktikan prasangkanya. Inilah
yang disebut dengan tajassus. Sedangkan tajassus itu sendiri adalah pintu
awal menuju dosa berikutnya, yaitu ghibah. Karena orang tersebut berusaha
untuk menampakkan aib dan keburukan saudaranya yang berhasil dia cari-
cari, meskipun dia berhasil mendapatkannya dengan susah payah.
Al-Qasimi rahimahullahu Ta’ala berkata,
“Ketika buah dari su’udzan adalah tajassus, hati seseorang tidak akan merasa
puas dengan hanya ber-su’udzan saja. Maka dia akan mencari-cari bukti (aib
saudaranya tersebut) dan akan sibuk dengan tajassus. Allah Ta’ala
menyebutkan larangan tajassus setelah su’udzan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), ‘Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.’”
(Mahaasin At-Ta’wiil, 9: 3690)
Sekali lagi, renungkanlah, ketika su’udzan tersebut diiringi dengan dua dosa
besar lainnya, yaitu tajassus dan ghibah. Karena ketika seseorang sudah
berburuk sangka kepada saudaranya, dia akan melakukan tajassus, yaitu dia
mencari-cari bukti aib dan keburukan saudaranya tersebut untuk
membuktikan prasangkanya. Dan jika dia sudah menemukannya, dia akan
bersemangat untuk melakukan ghibah, alias menyebarkan keburukan
saudaranya tersebut. Inilah urutan yang disebutkan dalam ayat di atas.