Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

Mata Kuliah : Pemikiran Modern Dalam Islam


Dosen : Dr. Anas Amin Alamsyah, M.Ag.
Prodi/Semester/Kelas : IAT / 4 / C1
Hari/Tanggal : Senin, 25 April 2022
Jam : 14.20 – 16.00 WIB

1. Jelaskan beberapa karakteristik “Islam Kontekstual”! Jelaskan juga beberapa tokoh “Islam
kontekstual” dan pokok-pokok pemikirannya!
2. Berikan uraian tentang kondisi sosio-kultural umat Islam yang mendasari ide-ide dan gerakan
modernisasi dalam Islam!
3. Jelaskan konstribusi Muhammad Iqbal dalam membangun masyarakat Muslim India yang
dinamis!
4. Jelaskan kiprah Muhammad Abduh dalam pemikiran dan gerakan modernisasi dalam bidang
pendidikan Islam!

Petunjuk Teknis :
- Jawablah soal-soal UTS dengan baik dan cermat.
- Sebutkan nama dan NIM anda dalam dokumen jawaban soal UTS.
- Kumpulkan jawaban soal UTS secara individual (dalam format docx atau pdf) di Sails dalam
kolom “Penugasan” pada hari Senin tanggal 25 April 2022.
Nama: Alghaniy Pramudya Rizasawan
NIM: 07010320006

Jawaban:

1. Agaknya terdapat beberapa karakteristik penafsiran Islam kontekstual, seperti di bawah ini:
- Islam kontekstual adalah sebuah upaya / metode dalam memahami kalam Allah
dengan dihubungkan dengan dimensi konteksnya, yang mana tidak hanya mengacu
pada makna teks secara tekstual (lahiriyah). Tetapi juga melibatkan dimensi sosio-
historis teks serta terkadang adanya subjektifitas penafsir dalam kegiatan
penafsirannya yang dipengaruhi oleh latar belakang intelektual penafsir,
kecenderungan pada politik/mazhab tertentu, kondisi sosial yang sedang dialami
mufassir, dan berbagai faktor lainnya.
- Ada kaidah atau batasan-batasan dalam mengkontekstualisasi, ada hal-hal yang tidak
bisa diganggu gugat. Seperti dalam ibadah murni (ibadah mahdah) dan akidah yang
tidak dapat dikenai konteksualisasi. Sebab jika sampai melakukan perubahan baik
penambahan maupun pengurangan untuk penyesuaian dalam konteks lingkungan
tertentu, akan membuat bid’ah, khurafat, dan takhayul yang terang-terangan
diharamkan oleh agama Islam. Sehingga selain ibadah murni dapat dilakukan
kontekstualisasi selama mengacu pada inti makna teks yang dikandung guna
menyesuaikan dalam kondisi sosial tertentu yang dialami.
- Digagas oleh pemikir yang memiliki pemikiran yang universal, kritis dan progresif, serta
didorong oleh kegelisahan intelektual dalam membaca realitas umat islam disekitarnya.
Bersikap terbuka serta tidak mencakup identitas formal dalam menghadapi kondisi
sosial islam yang mana mereka telah mengakui keabsahan agama-agama lain selain
Islam dan mereka juga hidup berdampingan. Adanya semacam spirit ”Islam shalihun li
kulli zaman wa makan” (Islam sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi
zaman) untuk berijtihad sebagai sebuah respon terhadap suatu masalah yang tidak
ditegaskan secara eksplisit statusnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Tokoh “Islam Kontekstual” Pokok Pemikiran


Ashgar Ali Engineer Islam dan Teologi pembebasan, berfokus
pada bagaimana cara membebaskan
umat Islam dari kemiskinan, kebodohan,
penindasan, serta keterbelakangan yang
selama ini menjadi umum di kalangan
umat Islam, dengan cara menjadi umat
yang satu yang saling bahu membahu
untuk bebas. Karena hanya manusia
yang aktif dan merdekalah yang dapat
melepaskan diri dari belenggu
penindasan
Muhammad Iqbal Dinamisme Islam, mengubah pola pikir
dan tabiat di kalangan umat Islam yang
cenderung statis, yang diibaratkan Iqbal
“umat muslim sedang tertidur yang perlu
dibangunkan dari tidurnya”. Menurut Iqbal
pula, hakikatnya hukum Islam tidak statis
yakni terus mengalami perubahan seiring
dengan berjalannya waktu. Lewat syair-
syairnya Iqbal menghimbau masyarakat
India untuk terus terus bergerak dan
jangan tinggal diam.
Muhammad Abduh Ijtihad dan Modernisasi Pendidikan, yang
dilakukan Muhammad Abduh dalam
merobohkan dualisme (sekolah
tradisional dan modern) sistem
pendidikan di zaman modern Mesir kala
itu. Kutipannya yang terkenal yakni:
“Agama sejalan dengan akal dan tidak
ada agama bagi orang yang tidak
berakal.” Beliau juga memberantas taklid
buta dengan kembali membuka pintu
ijtihad untuk kembali pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Melalui pendidikan Muhammad
Abduh mencetak generasi muda Islam
dengan harapan di masa yang akan
datang merekalah yang mampu
mengantarkan pada puncak kejayaan
Islam.

2. Ada asap pasti ada api, Modernisasi Islam tidaklah lahir dari ruang hampa. Ia dibentuk dan
terpengaruh oleh kondisi sosial-kultural yang melingkupinya guna membuat Islam menjadi
relevan dalam segala ruang waktu. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi gerakan
modernisasi ini, yakni:
- Munculnya sifat jumud (stagnan) di kalangan umat Islam yang membuatnya berhenti
berusaha dan berpikir (ijtihad). Atau dalam kata lain disebut kultur yang malas. Sebab
jika mereka hanya diam dan terlena pada kenyamanan, umat Islam tidak akan bergerak
kemanapun. Pengkajian ilmu pengetahuan yang konsisten lalu diaplikasikan dalam
bentuknya yang konkret di kehidupan sehari-hari akan membuahkan sebuah era baru
yang mungkin pencapaiannya belum terjadi di era sebelumnya. Oleh itulah sikap jumud
hendaknya diberantas dan menggalakkan kembali tradisi keilmuan yang senang
berpikir (ijtihad) di segenap umat muslim.
- Kegelisahan segelintir pemikir Islam membaca realitas yang hampir sama dialami oleh
masyarakat muslim di seluruh penjuru, yakni keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, penindasan, menjadi pihak yang termarjinalkan dan berbagai problem
sosial lainnya. Yang kembali pada poin ke 1 tadi bahwa semua ini bermula dari sikap
kejumudan (stagnan), defensif-konservatif dalam menghadapi realitas, dan anggapan
bahwa pintu Ijtihad telah tertutup sebab pemahaman akan Islam telah usai sejak Nabi
Muhammad Saw wafat.
- Perpecahan umat Islam menjadi berbagai kelompok yang diakibatkan banyak faktor,
seperti perbedaan politik, ekonomi, mazhab, dsb. yang mengakibatkan permusuhan,
pentakfiran, bahkan pertumpahan darah sesama muslim. Gagalnya ukhuwah islamiyah
ini juga yang menggelitik para pemikir islam untuk menghasilkan gagasan ide yang
dapat menyatukan kembali umat, sebab pada mulanya Nabi Muhammad Saw berperan
sebagai penyatu umat dari berbagai golongan bukannya pemecah belah.
- Adanya semacam kontak atau interaksi antara dunia Islam dengan barat yang
menghentak saraf peradaban islam, bahwa selama ini mereka terlena oleh
kenyamanan peradaban keemasan islam sebelumnya dan tidak menyadari bahwa
emas itu kini telah memudar. Umat muslim baru menyadari bahwa selama ini mereka
tertinggal, menjadi yang terbelakang ketimbang dunia barat yang modern dengan
penggunaan teknologi yang luar biasa canggih. Sehingga mulai lahirlah ide dan
gagasan dari cendekiawan muslim dengan harapan umat Islam akan bangkit dari
tidurnya kemudian kembali mengejar ketertinggalannya selama ini.
3. Muhammad Iqbal berperan penting dalam kelahiran negara Pakistan yang semula daerah
tersebut masih dalam kekuasaan India. Ia berpendapat bahwa masyarakat muslim india
dengan masyarakat hindu tidak dapat bersatu, sehingga perlunya membuat negara Islam
agar terciptanya kedamaian hingga Muhammad Iqbal dijuluki sebagai “Bapak Pakistan”.
Menurut Muhammad Iqbal segala aspek di alam semesta ini memiliki prinsip dinamika, di
hampir semua segi, termasuk jatuh bangunnya umat, bahkan ijtihad. Menurutnya Ijtihad
merupakan konsep perubahan dalam Islam. Yang terjadi saat itu ialah pintu ijtihad
dianggap telah tertutup sehingga Islam mengalami kondisi kejumudan (stagnan) atau
statis. Hal inilah yang menyebabkan problem sosial kesenjangan umat Islam di negaranya
India. lantas Iqbal memulai gerakan dinamisme lewat menyuntikkan semangat
perjuangannya daam syair-syairnya untuk membangkit semangat kesatun komunitas
muslim yang menyebabkan mereka dapat menunjukkan eksistensinya secara penuh.
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa dalam Islam, politik dan agama tidaklah dapat
dipisahkan, bahwa negara dan agama adalah kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Keduanya menjadi dasar landasan pergerakan umat agar terus dinamis. Keduanya harus
bisa menjadi support berupa dukungan atau inspirator kepada siapapun dibawah
nauangannya. Menurut Iqbal kesalahan terbesar umat Islam terletak pada terbelenggunya
pikiran untuk menentukan pilihan nasib mereka sendiri. Iqbal memandang umat Islam
sudah terkena sindrom jumud, beku, statis dan tidak ada perubahan. Karena dipengaruhi
paham jumud umat Islam tidak mnghendaki perubahan dan tidak mau menerima
perubahan. Mereka hanya meakukan sesuatu hal yang berpegang teguh pada tradisi.
Fokus gerakan Iqba adalah mengerluarkan umat Islam dari ilusi masa lalu di mana tradisi
tesebut banyak yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadis.

4. Gagasan pemikiran Muhammad Abduh mengenai ijtihad dan modernisasi Islam dilatar
belakangi oleh ramainya dualisme pendidikan yang terjadi di Mesir modern kala itu dimana
adanya pertentangan antara sekolah modern (sekular) dengan sekolah tradisional
(berbasis agama). Sekolah modern menyuguhkan kurikulum ilmu pengetahuan barat tanpa
memberikan ilmu pengetahuan agama sama sekali, sebaliknya sekolah tradisional
memasukkan ilmu pengetahuan agama saja tanpa mengajarkan ilmu pengetahuan modern
dari Barat, sehingga melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda. Lalu
Muhammad Abduh memandang realitas ini dengan menginisiasi perbaikan sistem
pendidikan sebagai salah satu metode memberantas kejumudan dan keterbelakangan
yang menjangkiti umat islam kala itu. Di antara upaya Muhammad Abduh adalah:
- Tujuan pendidikan Islam, menurut Muhammad Abduh pendidikan tidak hanya
memfokuskan pada pengembangan aspek kognitif (akal) saja, tetapi juga diimbangi
dengan perkembangan aspek (moral) dan psikomotorik (keterampilan). Ringkasnya
Muhammad Abduh ingin mengintegrasikan sistem pendidikan yang mencakup aspek
akal dan aspek spiritual guna melahirkan generasi yang mampu menciptakan
kebudayaan yang tinggi. Sebab menurutnya pendidikan yang baik adalah pendidikan
yang dalam prosesnya mampu mengembangkan seluruh fitrah peserta didik, terutama
fitrah akal dan agamanya.
- Kurikulum pendidikan islam dari tingkat dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi.
pendidikan agama harus diberikan sedini mungkin sehingga menjadi landasan yang
kokoh. Lalu dilanjutkan pada tingkat menengah yang mengarah pada aspek akal
dengan belajar ilmu mantiq, dasar penalaran akidah yang disertai dalil qath’I dengan
menggalakkan debat dan diskusi. Sehingga mereka tidak sekedar melakukan taklid
buta dengan paham betul dasar ajaran agamanya. Dan juga sebaliknya sekolah
tradisional menerapkan ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat.
- Metode pendidikan Islam, ia mengkritik sekolah-sekolah kala itu (terutama sekolah
agama) yang menerapkan metode hafalan tanpa pemahaman mendalam. Menurut
Muhammad Abduh metode tersebut akan merusak daya nalar seseorang. Oleh karena
itu ia menawarkan metode diskusi (munadharah) dan Mudzakarrah agar pelajar
memiliki nalar dan analisis yang kuat.
- Pendidikan kaum wanita, karena pada masa itu wanita sebagai kelompok yang
termarjinalkan dalam dunia pendidikan. Mereka ibarat penghuni kelas dua setelah
lelaki, bahkan banyak hak pendidikannya yang terampas. Ini semua akibat cara
pandang Islam yang konservatif. Sehingga Muhammad Abduh mencoba mengangkat
derajat wanita agar bisa sama menumpas kebodohan dengan mengenyam bangku
pendidikan.
- Reformasi pendidikan al-Azhar,memperjuangkan pengadaan matkul kuliah filsafat dan
ilmu mantiq di universitas tersebut yang semula dipandang haram oleh para ulama.
Lalu menggandeng kerjasama dengan Syaikh Hasunnah al-Nawawi, selaku Grand
Syaikh al-Azhar masa itu, untuk mengembangkan lima sistem pendidikan diantaranya:
mengubah sistem halaqah menjadi sistem kelas yang terjadwal. Kedua, melaksanakan
ujian rutin karena sebelumnya belum ada. Ketiga, merujuk pada penggunaan sumber-
sumber primer yang dikarang oleh ulama yang memiliki otoritas di dalamnya. Keempat,
memperkaya kurikulum dengan materi-materi baru,seperti ilmu pengetahuan modern.
Kelima, memperbanyak koleksi literatur perpustakaan. Selanjutnya perbaikan
penentuan honorarium yang layak bagi ulama al-Azhar sehingga mereka bisa terfokus
untuk mengembangkan dan mendidik mahasiswa al-Azhar. Juga menaikkan beasiswa
mahasiswa dan perbaikan asrama. Lalu Muhammad Abduh juga mengajak orang-
orang kaya untuk membantu mengembangkan al-Azhar dengan bantuan hartanya.

Anda mungkin juga menyukai