Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PAI

GURU PENGAMPU: Ibu Retno Palupi S.Pd

DISUSUN OLEH:
1. Anggun Nurhidayah
2. Fahri Eza Raditya
3. Muhamad Ridwan
4. Nabila
5. Sarimah

XI TE E

SMK NEGERI 1 SETU

JL. MT HARYONO NO. 71A SETU KABUPATEN BEKASI, Cileduk, Kec. Setu,
Kab. Bekasi, Prov. Jawa Barat
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentang|"Abdus Samad Bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani".

Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani adalah seorang ulama besar yang berasal dari Palembang, Sumatra
Selatan. Beliau lahir pada tahun 1126 H/1714 M dan wafat pada tahun 1206 H/1789 M. Syaikh Abdus
Samad Al-Palimbani memiliki peran penting dalam perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di
bidang tasawuf.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui biografi dan pemikiran Syaikh Abdus Samad
Al-Palimbani. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang latar belakang keluarga, pendidikan,
pemikiran, dan karya Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bekasi, 02 Februari 2024

Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii

Bab I ASAL USUL KELUARGA ...................................................................................................... 1


Bab II PENDIDIKAN .......................................................................................................................2-4
Bab III PEMIKIRAN ........................................................................................................................5-6
Bab IV KARYA ................................................................................................................................7-8
Kesimpulan/Penutup........................................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA ...........................................................................................................................10.
Bab I

Abdus Samad bin Abdullah Al-jawi Al-palimbani

 ASAL USUL KELUARGA

Abdus Samad salah seorang ulama pengusung gerakan pembaruan Islam di Nusantara, lahir di
Palembang tahun 1704 dan wafat tahun 1788. Ayahnya berasal dari San'a, Yaman, bernama Abdul Jalil
bin Syekh Abdul Wahab bin Syekh Ahmad al-Madani. Sebelum menetap dan menjadi mufti di
Kesultanan Kedah pada awal abad ke-18, ayahnya sering bepergian ke India dan Jawa. Ibunya bernama
Radin Ranti, seorang perempuan yang berasal dari Palembang.¹

Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal
dari Palembang. Abdus Shamad lahir pada 1116 H (1704) M dan wafat pada 1203 H (1789 M) dalam
usia 85 tahun,di Palembang.Dari Persegi silsilah, nasab Syeikh Al-Falembani berketurunan Arab, dari
sebelah ayah. Syeikh Abdul Jalil bin Syeikh Abdul Wahhab bin Syeikh Ahmad Al-Mahdani, ayah Al-
Falembani, adalah ulama yang berasal dari Yaman yang dilantik menjadi Mufti negeri Kedah pada
awal abad ke-18. Sementara ibunya, Radin Ranti, adalah wanita Palembang yang diperisterikan oleh
Syeikh Abdul Jalil, setelah sebelumnya menikahi Wan Zainab, puteri Dato´ Sri Maharaja Dewa di
Kedah.²

Abdus-Samad adalah putera Syaikh ahmad al- Mahdani --dari Yaman-- seorang Arab yang setelah
tahun 1112 Hijri/1700 Masehi diangkat menjadi mufti negeri Kedah dengan isterinya Radin Ranti di
Palembang. (Quzwain, 1985:9). Walaupun sumber ini menyebutkan ada darah Palembang yang
mengalir dari seorang perempuan yang bernama Radin Ranti, akan tetapi menurut adat istiadat negeri
Palembang dan berlaku umum di semua tempat bahwa nashab keturunan seorang anak diambil dari
nasab ayahnya. Satu hal lagi yang sangat prinsip berdasarkan informasi dari dirinya sendiri serta dari
muridnya bahwa ia bukanlah anak dari Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab akan tetapi anak
dari Abdurrahman.⁴

Didalam Zuhratul Murid Fi Bayan Kalimatut Tauhid, tokoh ini menuliskan dengan tangannya sendiri
nama beliau, dengan kalimat: Hamba yang hina lagi yang faqir kepada Allah Ta'ala yaitu Abdussomad
bin Abdurrahman Jawi al- Palimban (Abdussomad al-Palimbani, 1339 H: 3)⁴. Begitupun di dalam kitab
Faidhal Ihsani yang ditulis oleh salah seorang muridnya juga ditulis nama beliau: penghulu kita dan
yang martabat kita yaitu Syaikh Abdussomad yang anak Abdurrahman al-Jawi Palimbani.⁵
(1)buku pendidikan agama islam dan budi pekerti kurikulum merdeka kelas xi
(2)https://id.m.wikipedia.org
(3)buku tarikh salasilah negeri kedah
(4) buku Zuhratul Murid Fi Bayan
(5)buku Faidhal Ihsani
1

Bab II
Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al Palimbani

• PENDIDIKAN

Abdus Samad menjalani masa kecilnya di Palembang. Di sana ia belajar dari buku-buku ulama
terkenal, seperti belajar tasawuf dari buku Tuhfah al-Mursalah karya Syekh Abdur Rahman bin Abdul
Aziz al-Magribi dan karya-karya Syekh Abdurrauf as-Singkili dan Syamsuddin as-Sumatrani yang
keduanya merupakan ulama Aceh. Di samping itu, ja juga mempelajari ilmu suluk dari karya dari
karya Syekh Muhammad as-Saman,sedangkan ilmu tauhid dipelajarinya dari karya Mustafa al-Bakri.

Ketika menginjak remaja, Abdus Samad memutuskan untuk memperdalam ilmunya ke Mekah. Selama
menuntut ilmu dan Madinah, ja bersahabat dengan ulama-ulama Nusama di Mekah yaitu Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari dari Kalimantan Selatan, Abdul Wahab Bugis (Sadanring Daeng Bunga
Wardiah) dari Sulawesi Selatan, dan Syekh Abdurrahman Masri dari Jakarta. Keempat sahabat itu
dikenal dengan sebutan "Empat Serangkai dari Jawa". "Empat serangkai" ini berguru pada ulama yang
sama.

Selain mengutamakan menimba ilmu, mereka pun mengamalkan ilmu yang diperoleh dengan pulang
bersama-sama ke Indonesia untuk mengemban tugas mensyiarkan ajaran Islam. Guru-guru mereka
adalah Athaillah bin Ahmad al-Azhari al-Mashri al-Makki (ahli hadis), Syekh al-Islam Muhammad bin
Sulaiman al-Kurdi, Syekh Abdul Karim as-samani al-Madani, Abdul al-Mun'in al-Damanhuri, Ibrahim
bin Muhammad al-Ra'is al-Zamzami al-Makki (ahli ilmu falak), Muhammad Khalil bin Ali bin
Muhammad bin Murad al-Husaini (ahli sejarah), Muhammad bin Ahmad al-Jauhari al-Mishri (ahli
hadis).⁶

Syeikh Abdus Shamad mendapat pendidikan dasar dari ayahnya sendiri, Syeikh Abdul Jalil, di Kedah.
Kemudian Syeikh Abdul Jalil mengantar semua anaknya ke pondok di negeri Patani. Zaman itu
memang di Patani lah tempat menempa ilmu-ilmu keislaman sistem pondok yang lebih mendalam
lagi.Mungkin Abdus Shamad dan saudara-saudaranya Wan Abdullah dan Wan Abdul Qadir telah
memasuki pondok-pondok yang terkenal, antaranya ialah Pondok Bendang Gucil di Kerisik, atau
Pondok Kuala Bekah atau Pondok Semala yang semuanya terletak di Patani.Di antara para gurunya di
Patani, yang dapat diketahui dengan jelas hanyalah Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok.
Demikianlah yang diceritakan oleh beberapa orang tokoh terkemuka Kampung Pauh Bok itu (1989),
serta sedikit catatan dalam salah satu manuskrip terjemahan Al-‘Urwatul Wutsqa, versi Syeikh Abdus
Shamad bin Qunbul al-Fathani yang ada. Kepada Syeikh Abdur Rahman Pauh Bok itulah sehingga
membolehkan pelajaran Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani dilanjutkan ke Mekah dan Madinah.
Walau bagaimanapun mengenai Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani belajar kepada Syeikh Abdur
Rahman Pauh Bok al-Fathani itu belum pernah ditulis oleh siapa pun, namun sumber asli didengar di
Kampung Pauh Bok sendiri.

Sistem pengajian pondok di Patani pada zaman itu sangat terikat dengan hafalan matan ilmu-ilmu
Arabiyah yang terkenal dengan ‘llmu Alat Dua Belas’. Dalam bidang syariat Islam dimulai dengan
matan-matan fiqh menurut Mazhab Imam Syafi’i. Di bidang tauhid dimulai dengan menghafal matan-
matan ilmu kalam/usuluddin menurut paham Ahlus Sunah wal Jamaah yang bersumber dari Imam
Syeikh Abul Hasan al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi.

Dia juga mempelajari ilmu sufi daripada Syeikh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-
kitab tasawuf daripada Syeikh Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, kedua-duanya dari
Aceh. Oleh sebab dari kecil dia lebih banyak mempelajari ilmu tasawuf, maka dalam sejarah telah
tercatat bahawa dia adalah ulama yang memiliki kepakaran dan keistimewaan dalam cabang ilmu
tersebut.

Setelah Syeikh Abdus Shamad banyak hafal matan lalu dilanjutkan pula dengan penerapan pengertian
yang lebih mendalam lagi. Sewaktu masih di Patani lagi, Syeikh Abdus Shamad telah dipandang alim,
kerana dia adalah sebagai kepala thalaah (tutor), menurut istilah pengajian pondok. Namun ayahnya
berusaha mengantar anak-anaknya melanjutkan pelajarannya ke Makkah. Memang merupakan satu
tradisi pada zaman itu walau bagaimana banyak ilmu pengetahuan seseorang belumlah di pandang
memadai, jika tak sempat mengambil barakah di Mekah dan Madinah kepada para ulama yang
dipandang Wali Allah di tempat pertama lahirnya agama Islam itu.

Orang tua Al-Falembani kemudian menghantar anaknya itu ke Arab yaitu Makkah, dan Madinah.
Tidak jelas, bilakah dia diantar ke salah satu pusat ilmu Islam pada waktu itu. Setakat yang terakam
dalam sejarah, dia dikatakan menganjak dewasa ketika ´berhijrah´ ke tanah Arab. Di negeri barunya
ini, dia terlibat dalam masyarakat Jawa, dan menjadi teman seperguruan, menuntut ilmu dengan ulama
Nusantara lainnya seperti Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis, Abdul Rahman Al-
Batawi, dan Daud Al-Fatani. Walaupun dia menetap di Mekah, tidka bermakna dia melupakan negeri
leluhurnya. Syeikh Al-Falembani, menurut Azyumardi, tetap memberikan perhatian besar pada
perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.

Sejak perpindahannya ke tanah Arab itu, Syeikh Al-Palembani mengalami perubahan besar berkaitan
dengan intelektualitas dan spiritual. Perkembangan dan perubahan ini tidak terlepas dari proses
´pencerahan´ yang diberikan para gurunya. Beberapa gurunya yang masyhur dan berwibawa dalam
proses tersebut, antara lain Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-
Kurdi, dan Abdul Al-Mun´im Al-Damanhuri. Selain itu, tercatat juga dalam sejarah Al-Palembani
berguru kepada ulama besar, antaranya Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari,
dan Athaullah Al-Mashri. Tidak sia-sia, perjuangannya menuntut ilmu di Masjidil Haram dan tempat-
tempat lainnya, ´mengangkat´ dirinya menjadi salah seorang ulama Nusantara yang disegani dan
dihormati di kalangan ulama Arab, juga Nusantara.⁷

(6)buku paket pendidikan agama Islam dan budi pekerti kurikulum merdeka kelas xi
(7)https://www.google.com/gasearch?q=pendidikan%20abdus%20samad%20bin%20abdullah%20al-jawi%20al-
palimbani&tbm=&source=sh/x/gs/m2/5#ip=1

Al-Palimbānī mendapatkan pendidikan awalanya di tempat dia dibesarkan, yaitu Keddah dan Patani.
Kemudian Syeikh Abdul Jalil mengantar semua anaknya ke pondok di negeri Patani. Zaman itu
memang di Patanilah tempat menimba ilmu-ilmu keislaman sistem pondok yang
lebih mendalam lagi. Mungkin Al-Palimbānī dan saudara-saudaranya Wan Abdullah dan Wan Abdul
Qadir telah memasuki pondok-pondok yang terkenal. Di antara pondok-pondoknya adalah Pondok
Bendang Gucil, di Kerisik, dan Pondok Kuala Berkah atau pondok Semala. Sistem pondok ini, terkenal
dengan hafalan matan-matan ilmu ʿArabiyah yang terkenal dengan, Ilmu Alat Dua Belas‟, dalam
bidang syari‟at islam diajarkan kitab matan-matan fiqh dalam madzhab Syāfiʿī dan tawḥīd dengan
menghafal kitab matan dalam mazhab al-Asyʿarī dan alMāturīdī.⁸

Orang tua Al-Palimbānī kemudian menghantar anaknya itu ke Arab yaitu Makkah, dan Madinah.Di
negeri barunya ini, beliau terlibat dalam masyarakat Jawa, dan menjadi teman seperguruan untuk
menuntut ilmu dengan ulama Nusantara lainnya seperti Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahhab
Bugis, Abdul Rahman Al-Batawi, dan Daud Al-Fatani. Keterlibatannya dalam komunitas Jawa inilah
yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan-perkembangan sosio-religius dan politik
Nusantara.Sejak perpindahannya ke tanah Arab itu, Al-Palimbānī mengalami perubahan besar
berkaitan dengan intelektualitas dan spiritual. Perkembangan dan perubahan ini tidak terlepas dari
proses ´pencerahan´ yang diberikan para gurunya. Beberapa gurunya yang masyhur dan berwibawa
dalam proses tersebut, antara lain Syaikh Muhammad Al-Sammani Al-Madani, pendiri tarekat Al-
Samaniyah AlKhalwatiyah.11 Kurang lebih selama lima tahun ia belajar pada pendiri tarekat
AlSamaniyah Al-Khalwatiyah ini. Lama menuntut ilmu darinya, ia akhirnya di percaya mengajar
sebagian murid Al-Samani. Al-Palimbānī juga mendapatkan Ijazah dari gurunya untuk
memperkenalkan dan mengajarkan tarekat AlSamaniyah di Nusantara.Al-Palimbānī juga belajar suluk
kepada syaikh tersebut bersama-sama dengan Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang merupakan
salah satu anggota dari ‘empat serangakai’ dari Nusantara yang belajar diMakkah, kemudian di
Madinah, pada tahun 1772 M pulang menuju daerahnya masing-masing kecuali Al-Palimbānī yang
tidak pulang lagi ke Palembang.16 Ia lebih memilih untuk menetap dan menghabiskan seluruh
umurnya di tanah suci Makkah dan Madinah, di kedua kota inilah, Al-Palimbānī terus berburu ilmu
dan berkarya.⁹

(8)Ali Muchtar, Shaykh ʿAbd Ṣamad al-Palimbānī, ʿAlīm Nusantara Abad Ke VIII. 1
(9)buku Intelektualisme Pesantren

Bab III

Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al Palimbani

• PEMIKIRAN
Adapun pemikiran Abdus Samad dalam mengembangkan Islam, antara lain sebagai berikut.

1) Abdus Samad memadukan ajaran tasawuf wahdatul wujud (alam tidak berwujud dan yang berwujud
hanya Tuhan) yang digagas Ibnu Arabi dan ajaran tasawuf al-Ghazali. Menurut pendapatnya, insan
kamil adalah manusia yang memandang hakikat Tuhan dalam fenomena alam sehingga mampu
memandang Allah Swt. dalam wujud yang mutlak.
) Pokok-pokok ajaran tasawufnya meliputi taubat, takut dan harap, 2 zuhud, sabar, syukur, ikhlas,
tawakal, mahabbah, rida, makrifat, fana, dan baqa'.
3) Pelopor Tarekat Sammaniyah di Indonesia dan penganut tarekat Khalwatiyah.¹⁰

Beberapa pemikiran utama Abdus Samad al-Palimbani mencakup:


1)Tauhid (Keesaan Allah): Salah satu konsep sentral dalam pemikiran al-Palimbani adalah tauhid,
keyakinan akan keesaan Allah. Ia menekankan pentingnya memahami dan mengamalkan tauhid dalam
kehidupan sehari-hari sebagai dasar utama iman dan ibadah seorang Muslim.
2)Tasawuf (Mistisisme Islam): Al-Palimbani menekankan pentingnya tasawuf dalam mencapai
kesucian hati dan pemurnian jiwa. Konsep tazkiyat an-nafs (pemurnian jiwa) menjadi fokusnya, di
mana individu dianjurkan untuk mengembangkan kebersihan hati dan kesucian jiwa melalui
penyerahan sepenuhnya kepada Allah.
Akhlak dan Ibadah: Dalam pemikirannya, al-Palimbani menekankan pentingnya akhlak yang mulia
dan ibadah yang ikhlas. Ia memandang bahwa akhlak yang baik dan ibadah yang tulus merupakan
cerminan dari keimanan yang kuat dan kesadaran akan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.
3)Hukum Islam (Fiqh): Al-Palimbani juga memberikan kontribusi penting dalam bidang fiqh, atau
hukum Islam. Pemikirannya mencakup berbagai aspek hukum Islam yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari umat Muslim, seperti ibadah, muamalah (urusan dunia), dan akhlak sosial.
Penyerahan kepada Allah: Salah satu pesan yang sangat ditekankan oleh al-Palimbani adalah
pentingnya penyerahan sepenuhnya kepada kehendak Allah dalam semua aspek kehidupan. Ia
mengajarkan bahwa dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seseorang dapat mencapai
kedamaian dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Pemikiran-pemikiran ini mencerminkan upaya al-Palimbani untuk mengintegrasikan ajaran Islam
dengan konteks budaya dan sosial Nusantara pada zamannya, serta untuk membimbing umat Muslim
dalam mencapai keselamatan rohani dan kehidupan yang bermakna menurut prinsip-prinsip Islam.¹¹
(10)Buku Paket Pendidikan Agama Islam Kurikulum Merdeka Kelas 11
(11) Question AI
5

Dari kitab manakib Faidhal Ihsani didapatkan beberapa perkataan Syaikh


Abdus Somad al- Palimbani kepada para murid dan pengikutnya. Perkataanperkataan tersebut
berisikan nasihat-nasihatyang ditujukan terutama kepada para pencinta tarekat.Perkataan pertama
terdiri dari tiga hala yaitu: (1) anjuran untuk selalu berkata benar, (2) mengikhlaskan seluruh amal
hanya kepada Allah Ta’ala (3) tidak menunda-nunda menyucikan hati.Perkataan pertama ini secara
lengkap berbunyi: “Makasetengah dari pada perkataan radhiallahuanhu “jadikan pakaian oleh kamu
akan bernar didalamsegala perkataan kamu, maka bahwasanya ia menyerukan di dalam menerangkan
akan anggota yangzahir didalam berbuat dan ikhlaskan oleh kamu bagi Allah Ta’ala di dalam segala
umur kamu, makabahwasanya ia menyegerakan di dalam menyucikan akan rahasia yang di dalam hati”
(Zen, 1937: 33).Perkataan yang kedua merupakan pernyataan tentang kedudukan seseorang yang
banyakberzikir kepada Allah. Abdussomad al-Palimbani mengatakan bahwa orang yang banyak
berzikiradalah seorang wali Allah. Sebagaimana pada perkataan radhiallahuanhu wa ardhahu itu”
danapabila kamu liat akan manusia membanyakkan dari pada zikrullah Ta’ala maka ketahui oleh
kamubahwasanya yaitu Wali Allah Ta’ala dengan tiada syak” (Zen, 1937: 33-34).Perkataan ketiga,
patuh kepada guru (syaikh). Termaktub dalam Faidhal Ihsani denganbahasa sebagai berikut: “dan
setengah dari pada perkataan radhiaalhu anhu itu” bermula setengahdari pada alamat anak murid yang
benar serta syaikhnya itu yakni tiada meninggalkan barang yangdapat oleh gurunya barang yang
sekuasanya. Dan lagi bahwa memeliharakan ia akan dia samadihadapannya dan di dalam belakangnya
yakni jangan syak di dalam hati kita pada guru padahadapannya dan pada belakangnya (Zen, 1937:
34).

Perkataan keempat tentang keutamaan pengikut tarekat al-Palimbani (terekat Samaniyah)yaitu: “Dan
adalah ia berkata bahwasanya aku mengakui bagi orang yang menjalani tarekat kami inipadahal ini
benar, niscaya bahwa memasukkan Allah Ta’ala akan dia kedalam surga. Bermula tarekatkami itu
dinding dari pada api neraka dan pembatas daripadanya” (Zen, 1937: 34Perkataan kelima tentang
minuman yang menyejukkan jiwa, ungkapan simbolik yangmeminum air yang dapat melepaskan
dahaganya, dan adalah ia berkata “berani atas diri kamu denganmemeliharakan dari pada aurad maka
bahwasanya ia minuman yang bening” (Zen, 1937: 34)Perkataan keenam. Nasihatnya untuk
memanfaatkan dunia sebagai jemabatan menujukehidupan yang akhirat,, karena dunia adalah karunia
dari Allah yang wajib disyukuri. Dan adalah iaberkata “Jangan kamu membagi akan dunia maka
bahwasanya adalah ia daripada nikmat Allah Ta’alayang amat besar, jikalau tiada dunia dibacanya tiada
ada akhirat” (Zen, 1937: 35).Perkataan ketujuh nasihatnya untuk mempelajari kitab-kitab yang
berhubungan dengan dunia tasawuf yang dikarang oleh para sufi. Sebagaimana ungkapannya berikut
ini: Dan adalah ia berkata:“Lazimkan atasmu dengan mutholaah akan segala kitab kaum orang sufi
yang abror, maka bahwasanya ia terlebih daripada segala ilmu dan terlebih menyekas akan didalam
menerangkan mata hati dan mata kepala (Zen, 1937: 36).Perkataan kedelapan meliputi berbagai hal,
yaitu: (1) menerima pengetahuan dari siapa sajayang dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala,
asalkan yakin pada kebenarannya, (2) mudahkanjalan (tarekat) menuju Allah SWT, (3) memperhatikan
adab-adab tarekat. (Zen, 1937: 36)¹²

(12) Kitab Faidhal Ihsani

6
Bab IV

Abdus Samad bin Abdullah Al-jawi Al-palimbani

 KARYA

Abdus Samad tidak hanya menaruh perhatian terhadap Berkembangan masyarakat dan keagamaan
di Nusantara, tetapi juga terhadap perkembangan politik. Di samping mengajarkan neas uentue a juga
menykermbangantuk menentang penjajahan. Sebagrin surat keprihatinannya terhadap dunia Islam, ia
pernah mengirim surat kepada Hamengku Buwono I di Yogyakarta dan Prabu Jaka (Pangera Singosari)
putra Amangkurat IV. Namun surat tersebut jatuh ke tangan Belanda dan pembawa surat tersebut
terbunuh. Ia kemudian menulis buku berjudul Nasihah al-Muslimin wa Tazkirnha al-Mukminin fi
fada'il al Jihad fi Sabil Allah wal Karamah-Mujahidin (Nasehat Bagi Umat Islam dan Pengingat Bagi
Orang Beriman Mengenai Keutamaan Jihad di Jalan Allah) yang ditulisnya. dalam bahasa Arab pada
tahun 1772. Seruan jihadnya juga sampai ke tokoh-tokoh Islam dunia. Demikian dikutip dari buku 100
Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Indonesia yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza.

Sultan Najamuddin dari Palembang pernah meminta AbdusaSamad untuk menulis tentang hakikat
iman dan hal-hal yang dapatmerusaknya. Untuk memenuhi permintaan Sultan Najamuddin.terwujudlah
buku dalam bahasa melayu yang berjudul Tuhfah arRägibin fi Bayan Haqiqah Iman al-Mukmin wa
Yufsiduh fi Riddahal-Murtaddin (berisi hakikat iman orang-orang mukmin dan hal-halyang
merusaknya karena kemurtadan).Abdus Samad adalah seorang sarjana dan penulis produktif. Selain
karya-karya yang telah disebutkan, beliau juga menulis kitab-kitab berikut: Zuhrah al-Murod fi Bayan
Kalimah at Tauhid, Al-Urwah al-Musqa wa Silsilah Uli al-Ittiqa, Hidayah as-Salikin fi Suluk Maslak
al-Muttaqin, Ratib Abd as-Samad, Sair as-Salikin ila Ibadah Rabb al-Alamin, Zaad al-Muttaqin fi
Tauhid Rabb al-Alamin.¹³

Karyanya yang terkenal dan sampai saat ini masih dipergunakan adalah Hidayatus Salikin dan
Siyarus Salikin. Kedua kitab tersebut, merupakan penjelasan dari 2 kitab karya Hujjatul Islam Imam al-
Ghazali, yakni Bidāyat al-Hidāyah dan Lubāb Ihyā` ‘Ulūm al-Dīn.
Adapun kitab dan karyanya yang lain, sebagai berikut:
1. Zahratul Murīd fi Bayāni Kalimah al-Tauhīd, 1178 H/1764 M
2. Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M.
3. Hidāyatus Sālikīn fī Sulūki Maslakil Muttaqīn, 1192 H/1778 M
4.Siyārus Sālikīn ilā ‘Ibādati Rabbil ‘Alamīn, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M
5. Al-‘Urwatul Wutsqā wa Silsilatu Waliyil Atqā.
6. Ratib Sheikh ‘Abdus Shamad al-Falimban
7. Nashīhatul Muslimīna wa Tazkiratul Mu’minīna fi Fadhāilil Jihādi wa Karāmatil Mujtahidīna fī
Sabīlillah

(13) buku paket pendidikan agama islam dan budi pekerti kurikulum merdeka Kelas xi

8. Ar-Risālatu fī Kaifiyatir Rītib Lailatil Jum’ah9. Mulhiqun fī Bayāni Fawaidin Nafi’ah fī Jihādi fī
Sabīlillah
10. Zātul Muttaqin fī Tauhidi Rabbil ‘Alamīn
11. Ilmut Tasawuf
12. Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil Mahdah ‘Alaihis Shalātu was Salām
13. Kitab Mi’raj14. Anisul Muttaqin14. Anisul Muttaqin
15. Puisi Kemenangan Kedah
Itulah karya-karya Syekh Abdus Samad yang terkenal dan sampai saat ini masih dipergunakan.¹²

Dari Kitab Faidhal Ihsani di ketahui hasil karya Al Palimbani berjumlah delapan buah.adapun
keseluruhan karya- karya tersebut adalah :
-Zuhrah al-Murid Fi Bayan Kalimat at-Tauhid
-Tuhfah al-Raghibin fi Bayan Haqiqat al-Imani al-Mukminin wama Yufsidu fi Riddah al-
-Murtadin
-Urwah al-Wustqo wa Silsilah Wali al-Atqa Sayidi Syaikh Muhammad Samman
-Risalah fi Kayfiyat Ratib Lailata al-Jum'ati ba'da Shalatin al-Isya'i Ratib Abdussomad
-Zad al-Muttaqin Fi Tauhid Rabb al-Alamin
-Siwatha al-Anwar
-Fadhal al-Ihya Li al-Ghazali
-Risalah Aurad Wa al-Zikir
-Irsyadan Afdhal al-Jihad
-Nasihat al-Muslimin wa Tazkirat al-Mukminin Fi Fadhal al-Jihad fi Sabillah
-Hidayah al-Salikin Fi Suluk Maslak al-Muttaqin
-Sair al-Salikin ila Rabb al-Alamin
-Risalah Ilmu Tasawuf
-Wahdat al-Wujud. ¹⁵

(14)https://intisari.grid.id
(15) Kitab Faidhal Ihsani

Kesimpulan/Penutup

Syaikh Abdus Somad Al-Palimbani merupakan salah satu tokoh tasawuf dari Indonesia tepatnya di
Palembang yang hidup antara tahun 1736 M 1819 M. Beliau memiliki pemikiran-pemikiran
diantaranya ialah anjuran untuk selalu berkata benar, mengikhlaskan seluruh amal hanya kepada Allah
Ta'ala, tidak menunda-nunda menyucikan hati. Ia selalu menganjurkan orang untuk selalu jujur dan
ikhlas dalam setiap perbuatan. Yang kedua yaitu kedudukan orang yang banyak berdzikir ialah Wali
Allah. Ketiga kita tidak boleh membenci ataupun syak kepada guru baik di hadapannya maupun di
depannya, karena menurut beliau guru merupakan ganti dari Nabi Muhammad SAW. Keempat, yaitu
keutamaan. orang yang mengikuti tarekatnya. Kelima, memelihara diri dengan berdzikir kepada
allah,keenam,manusia harus memanfaatkan dunia untuk kebahagiaan akhirat

Demikian tadi yang dapat dipaparkan mengenai materi yang telah menjadi pokok bahasan di dalam
makalah ini, tentunya di dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan serta kelemahannya,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya sumber atau referensi yang ada kaitannya dengan
makalah ini.sekian dari kelompok 5,kami ucapkan mohon maaf dan terimakasih.wassalamualaikum
warahmatullahi wa barakatuh
9

Daftar Pusaka

Dimyathi Sholeh.(2022.)Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMK
Kelas XI Kurikulum Jakarta: Erlangga
Fathaniyah, Khazanah.2016.Zahratul Murid Fi Bayani kalimat tauhid.Kuala Lumpur.
Matsuki HS,Mujib A.(2006) Intelektualisme Pesantren.Jakarta; Diva Pustaka
Syarifuddin, K. (2021). Faidh al-Ihsānī Naskah Manaqib Syaikh Abduş Şamad al-
Palimbānī. Medina-Te: Jurnal Kajian Islam, 17(2), 113-126.
Hasan,Muhammad.(1968).Al Tarikh Salasilah Negeri Kedah.Kuala Lumpur.
https://id.m.wikipedia.org
https://www.google.com/gasearch?q=pendidikan%20abdus%20samad%20bin
%20abdullah%20al-jawi%20al-palimbani&tbm=&source=sh/x/gs/m2/5#ip=1
Question AI
https://intisari.grid.id
10

Anda mungkin juga menyukai