347.016
2022.3638 RAJ
Dr. Rena Latifa, M.Psi.
Muhamad Fahri, M.Pd.
MODERASI BERAGAMA
Potret Wawasan, Sikap, dan Intensi Masyarakat
Cetakan ke-1, September 2022
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Editor : Dzuriyatun Toyibah
Copy Editor : Dhea Aprilyani
Setter : Fazri Ramadhani
Desain Cover : Tim Kreatif RGP
Dicetak di Rajawali Printing
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16456
Telepon : (021) 84311162
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http://www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-16456 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243,
Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819.
Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294,
Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka
Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-
3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Hp. 081222805496. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya
Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
PRAKATA
v
dapat dijawab tanpa adanya kajian yang melibatkan masyarakat secara
langsung dalam memotret bagaimana pemahaman mereka tentang
moderasi beragama itu sendiri.
Buku ini mencoba menelusuri perjalanan konsep moderasi
beragama yang mana sudah dikonsepkan dari berbagai macam
konferensi, baik nasional maupun internasional, hingga sampai pada
konsep yang digagas Kementerian Agama tahun 2019. Di samping
itu, yang tidak kalah pentingnya, buku ini mencoba menghadirkan
gambaran secara umum bagaimana definisi dan konsep moderasi
beragama yang dipahami oleh masyarakat Indonesia, serta faktor
apa saja yang memengaruhi intensitas mereka dalam merespons isu
moderasi beragama tersebut.
Sudah barang tentu buku ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam penyajian maupun cakupan partisipasi masyarakat dalam
memahami konsep moderasi beragama. Akan tetapi, buku ini diharapkan
mampu menjadi langkah awal dalam menggali pemahaman moderasi
beragama dari masyarakat Indonesia, yang mana secara sadar atau tidak,
mereka sudah memahami dengan gaya bahasa mereka sendiri atau
bahkan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam penyusunannya, penulis banyak berterima kasih kepada
Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) LP2M UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang sudah mempercayakan penulis untuk
meneliti dan mengkaji isu moderasi beragama ini. Banyak terima kasih
juga penulis tujukan kepada para partisipan dalam penelitian dan
penyusunan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga
buku ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dan pemahaman baru
dalam memahami moderasi beragama serta mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahul muwafiq ila aqwam al-thariq.
PRAKATA v
DAFTAR ISI vii
vii
BAB 4 MASA DEPAN MODERASI BERAGAMA 41
A. Tantangan Moderasi Beragama 41
B. Partisipasi Aktif Moderasi Beragama 45
DAFTAR PUSTAKA 47
BIODATA PENULIS 55
1
A. Sejarah Singkat Moderasi Beragama
Konsep moderat sudah diperkenalkan dalam Islam dengan turunnya
ayat yang menyinggung hal tersebut.
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan
kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.
Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS.
Al Baqarah: 143)
Merujuk pada terjemah Kementerian Agama, frasa
diartikan sebagai ‘umat pertengahan’. Ibnu Katsir dalam tafsirnya,
mengemukakan bahwa kata ‘wasath’ di sini dipahami sebagai ‘pilihan
terbaik’, sebagaimana suku Quraish merupakan
(suku yang terbaik dalam bangsa Arab), baik dari nasab maupun
kekeluargaan. Sebagaimana pula di dalam Al-Qur’an terdapat frasa
(dipahami sebagai salat yang paling utama), yaitu
salat Ashar; dan sebagaimana Rasulullah Saw. juga dikenal sebagai «
» (Rasulullah Saw.
merupakan sosok yang paling mulia di antara kaumnya) secara garis
keturunan. Tidak sedikit juga bahwa kata ‘ ’ sepadan dengan kata
‘ ’ (adil), di mana keadilan merupakan konsep/ide yang terbaik
hingga saat ini.
A. Wawasan Masyarakat
Dalam aspek wawasan, American Psychological Association (APA)
Dictionary, mendefinisikan wawasan sebagai keadaan mengenali sesuatu
atau menyadari keberadaannya yang dihasilkan dari pengalaman atau
pembelajaran (VandenBos, 2015). Yates dan Chandler mengatakan
bahwa wawasan adalah ketersedian informasi yang tersimpan secara
mental di dalam diri seseorang, baik itu dewasa maupun anak-anak.
mereka menjelaskan bahwa wawasan adalah variabel yang dapat
membedakan individu satu dengan yang lain. Wawasan biasanya dinilai
dalam bentuk tes, seperti tes kosakata dan tes prestasi belajar (Yates
dan Chandler, 1991). Sementara itu, Stenberg (Yates dan Chandler,
1991) menjelaskan bahwa wawasan adalah komponen fundamental dari
intelegensi di mana intelegensi dapat membuat seseorang membangun
wawasan yang efektif, sehingga dapat memiliki kemampuan dan
keahlian.
Plato (Bolisani dan Bratianu, 2018) mengatakan bahwa wawasan
adalah hasil dari proses penalaran manusia tanpa melibatkan
pancaindra. Wawasan hanya bisa didapatkan dari penalaran rasional.
Berbeda dengan Aristoteles (Bolisani dan Bratianu, 2018) yang
mengatakan bahwa wawasan adalah hasil dari sensasi pancaindra
yang diproses dalam pikiran manusia. Mohajan (2016) mengatakan
bahwa wawasan adalah sekumpulan pengalaman, informasi yang
tepat, dan wawasan keterampilan yang menawarkan struktur untuk
memperkirakan dan mengintegrasikan pengalaman dan informasi baru
23
(Mohajan, 2016). Nasimi, et al. (2013) mengatakan bahwa wawasan
adalah kesadaran, pengidentifikasian, dan penerapan informasi dengan
tujuan mengembangkan umat manusia. Wawasan dibuat dalam
pikiran manusia dan meningkat seiring manusia menggunakannya.
Jadi, wawasan yang sudah dimiliki seseorang dapat meningkatkan
pembentukan wawasan yang baru (Nasimi, et al., 2013).
Alexander dan Judy (De Jong dan Ferguson-Hessler, 1995)
menjelaskan bahwa knowledge dibagi menjadi tiga tipe. Pertama,
declarative, yaitu wawasan faktual mengenai sesuatu. Kedua, procedural,
yaitu pengumpulan wawasan deklaratif ke dalam unit fungsional. Ketiga,
conditional, yaitu memahami kondisi dan situasi ketika suatu fakta atau
prosedur digunakan. Yates dan Chandler (1991) menjelaskan lebih dalam
bahwa wawasan memiliki dua dimensi besar, yaitu declarative knowledge
dan procedural knowledge. Declarative knowledge pada dasarnya wawasan
ini adalah wawasan verbal mengenai sesuatu. Wawasan ini sering kali
berbentuk informasi fakta atau konsep, sehingga dapat dengan mudah
dikomunikasikan lewat verbal. Procedural knowledge adalah perubahan
dari wawasan yang berbentuk informasi, konsep, atau fakta ke suatu
aksi atau perilaku. Wawasan ini pada dasarnya merupakan wawasan
mengenai bagaimana proses sesuatu dapat terjadi. Yates dan Chandler
menambahkan bahwa beberapa peneliti lain membedakan antara
procedural knowledge dengan conditional knowledge. Conditional knowledge
adalah wawasan mengenai kapan dan di mana procedural knowledge
digunakan (Yates dan Chandler, 1991).
Dombrowski, et al. (Bolisani dan Bratianu, 2018) mengatakan
bahwa wawasan dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu experiential knowledge,
skills, dan knowledge claims, di mana ketiganya saling berkaitan tetapi
memiliki ciri khasnya masing-masing. Experiential knowledge adalah
wawasan yang didapatkan dengan cara berhubungan langsung dengan
lingkungan melalui sistem pancaindra, diproses oleh otak manusia
dan bersifat personal. Skills adalah wawasan mengenai bagaimana cara
melakukan sesuatu. Wawasan ini sering kali disebut procedural knowledge.
Wawasan ini berasal dari experiential knowledge yang lebih terstruktur
dengan baik dan berorientasi pada suatu aksi atau perilaku. Wawasan
ini didapatkan dengan cara melakukan suatu tugas berulang-ulang
dan learning by doing. Knowledge claims adalah wawasan yang seseorang
ketahui atau yang seseorang rasa dia mengetahuinya. Wawasan
Hospitality
(Konsep: Meleburnya Definisi Minoritas–Mayoritas)
Cukup Islam apa adanya
tidak perlu istilah lain
Tidak berlebihan
dalam beragama Inti ajaran islam
Al-Qur'an dan sunah
Toleransi Tegas dan 'Radikal'
Mengutamakan
kemanusiaan
Tidak mengusik selama
Beragama yang memudahkan tak diusik
tidak memberatkan
Agama pada posisi Agama diaplikasikan
yang sama Akimodasi agama dalam keseharian
dan budaya Mengurangi
Ketidakjelasan
dalam beragama kekerasan Jalan tengah yang tidak Fundamental
setengah-setengah
Menghormati agama lain Moderat
dalam bentuk perilaku Proses pembelajaran
dan pendewasaan Liberal
Sikap beragama
yang cari aman
B. Sikap Masyarakat
Dalam skala sikap moderasi beragama, mayoritas masyarakat juga
masuk ke dalam kategori tingkat rendah, dengan persentase 53%
kategori rendah dan 47% kategori tinggi. Sikap moderasi beragama
33
Perkembangan media sampai hari ini sangatlah drastis, mengingat
media berkembang didukung oleh banyak aspek, seperti perkembangan
keilmuan, dinamika sosial, politik, ekonomi, dan kemajuan teknologi.
Mediamorphosis mungkin menjadi istilah ilmiah yang dapat mewakili
sejarah perjalanan media dari masa ke masa. Berawal dari gagasan
Roger Fidler yang mengenalkan konsep mediamorphosis pada tahun 1990
dan lanjut dengan bukunya yang terbit (Mediamorphosis; Understanding
New Media) di tahun 1997. Roger Fidler mendefinisikan mediamorphosis
sebagai proses transformasi atau perubahan media komunikasi
yang biasanya disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara rasa
kebutuhan, tekanan kompetisi dan politik, serta perubahan sosial dan
inovasi teknologi (Fidler, 1997). Sebagaimana kita ketahui bahwa 35
tahun yang lalu media yang sangat bergengsi hanyalah televisi dan radio,
di mana teknologi fiber optik network, video camera, smartphone, internet,
laptop (komputer), televisi digital, aplikasi sosial media yang berbasis
internet, dan teknologi canggih lainnya yang ada di sekitar kita belum
muncul pada saat itu. Media mengalami perubahan yang sangat drastis
hingga saat ini.
41
Konferensi, deklarasi, serta diskusi ilmiah terkait moderasi
beragama, sudah menjadi kekhasan dalam Islam sendiri. Tidak sedikit
peneliti-peneliti yang membahas bangunan konseptual hal tersebut.
Di Indonesia misalnya, wawasan tentang moderasi beragama yang
dihadirkan, baik oleh institusi akademik maupun cendikiawan, cukup
mudah dijumpai. Seperti wawasan moderasi beragama yang dihadirkan
oleh Quraish Shihab dalam bukunya Wasathiyyah; Wawasan Islam tentang
Moderasi Beragama tahun 2020. Ia mencoba menghadirkan bagaimana
konsep wasathiyah Islam dapat menjembatani pemahaman tentang
moderasi beragama melalui pendekatan dan kajian Al-Qur’an. Di sisi lain,
Suhartawan dalam penelitiannya mengemukakan bahwa wawasan yang
terkandung dalam Al-Qur’an tentang moderasi beragama mengarahkan
manusia agar dapat memaksimalkan manfaat kelembagaan agama dan
negara; mendidik generasi mendatang; membangun kerja sama lintas
generasi; meningkatkan serta memperbaiki kualitas pemahaman agama
yang lebih terbuka; dan juga menciptakan budaya dialog antara tokoh
agama dan tokoh negara (Suhartawan, 2021).
Dengan fenomena di atas, yang menjadi permasalahan adalah
bahwa selama ini konsep moderasi beragama terkesan memiliki siklus
top-bottom. Di mana para cendikiawan, negarawan, dan akademisi
menawarkan sebuah konsep tentang moderasi beragama yang sudah
dianggap cukup matang untuk dapat disosialisasikan dan direalisasikan
di dalam kehidupan bermasyarakat tanpa ada pertimbangan menggali
lebih dalam wawasan dan pengetahuan masyarakat terlebih dahulu
tentang konsep moderasi beragama itu sendiri. Penelitian-penelitian
yang melibatkan masyarakat tentang moderasi beragama, selama ini
dirasa masih kurang komprehensif dan cenderung bersifat observasi atas
praktik-praktik agama dan budaya yang sudah kental di masyarakat, tanpa
mendalami lebih lanjut apakah masyarakat memiliki pemahaman dan
wawasan yang memadai dalam memaknai konsep moderasi beragama
tersebut. Kita ambil contoh, beberapa penelitian yang diwadahi oleh
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI tahun 2020 misalnya,
dalam dokumentasi bukunya yang berjudul Dinamika Moderasi Beragama
di Indonesia, beberapa peneliti mencoba menggali praktik moderasi
beragama dengan pendekatan geografis mengikuti konsep yang sudah
dirumuskan oleh Kementerian Agama sendiri (empat dimensi/indikator
moderasi beragama). Secara singkat, laporan penelitian tersebut
47
Ali, N. (2020). Measuring Religious Moderation Among Muslim
Students at Public Colleges in Kalimantan Facing Disruption Era.
Inferensi: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 14(1), 1–24, https://Doi.
Org/10.18326/Infsl3.V14i1.1-24.
Aminuddin, A. T. (2017). Instagram: Bingkai Kasus Agama di Media
Sosial. Jurnal The Messenger, 9(2), 163, https://Doi.Org/10.26623/
Themessenger.V9i2.403.
Amirudin. (2018). Antropologi Media: Agama & Produksi Budaya di Layar
Kaca (1st Ed.). Semarang: Undip Press.
Ardi, R., Tobing, D. H., Agustina, G. N., Iswahyudi, A. F., & Budiarti, D.
(2021). Religious Schema and Tolerance Towards Alienated Groups
in Indonesia. Heliyon, 7(7), E07603, https://Doi.Org/10.1016/J.
Heliyon.2021.E07603.
Blakemore, S. J., & Decety, J. (2001). From The Perception of Action to
The Understanding of Intention. Nature Reviews Neuroscience, 2(8),
561–567, https://Doi.Org/10.1038/35086023.
Bolisani, E., & Bratianu, C. (2018). The Elusive Definition of Knowledge.
In Knowledge Management and Organizational Learning (Vol. 4, Issue
December 2017), https://Doi.Org/10.1007/978-3-319-60657-6_1.
Browers, M. (2011). Official Islam and The Limits of Communicative
Action: The Paradox of The Amman Message. Third World Quarterly,
32(5), 943–958, https://Doi.Org/10.1080/01436597.2011.578969.
Bruinessen, M. V. (2013). Contemporary Developments in Indonesian Islam
Explaining The “Conservative Turn”. Iseas Publishing.
Campbell, H. A. (2012). Understanding The Relationship Between
Religion Online and Offline in a Networked Society. Journal
of The American Academy of Religion, 80(1), 64–93, https://Doi.
Org/10.1093/Jaarel/Lfr074.
De Jong, T., & Ferguson-Hessler, M. G. (1995). Types and Qualities of
Knowledge. Educational Psychologist, 31(2), 105–113, https://Doi.
Org/10.4324/9780203764596.
Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia. 25(2), 6.
Fakhruroji, Moch., Rustandi, R., & Busro, B. (2020). Bahasa Agama di
Media Sosial: Analisis Framing pada Media Sosial “Islam Populer.”
Jurnal Bimas Islam, 13(2), 203–234, https://Doi.Org/10.37302/Jbi.
V13i2.294.
Daftar Pustaka 49
Kementerian Agama (Ed.). (2019). Moderasi Beragama (Cetakan
Pertama). Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama. (2020). Dinamika Moderasi Beragama di Indonesia.
Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI.
Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi (V). Aksara Baru.
Kumar, R., & Ramendran, C. (2014). A Study on Turnover Intention in
Fast Food Industry: Employees’ Fit to The Organizational Culture
and The Important of Their Commitment. Institute for Humanities
and Social Sciences, 15(3), 291–318, https://Doi.Org/10.15818/
Ihss.2014.15.3.291.
Latifa, Rena, Muhamad Fahri, Imam Subchi, and Naufal Fadhil
Mahida. (2022). “The Intention of Becoming Religiously
Moderate in Indonesian Muslims: Do Knowledge and Attitude
Interfere?” Religions 13, No. 6: 540, https://doi.org/10.3390/
rel13060540.
Maghfiroh, S. L., Rohmah, S., & Hamdan Yuwafik, M. (2020).
Reinterpretasi Makna Moderasi Beragama dalam Konteks Era Pasca
Kebenaran (Post-Truth). Hikmah, Uin Sunan Ampel Surabaya, Vol. 14
(No. 2), 199–230.
Maichum, K., Parichatnon, S., & Peng, K. (2016). Application of
The Extended Theory of Planned Behavior Model to Investigate
Purchase Intention of Green Products Among Thai Consumers,
1–20, https://Doi.Org/10.3390/Su8101077.
Mccaffery, K., Wardle, J., & Waller, J. (2003). Knowledge, Attitudes,
and Behavioral Intentions in Relation to The Early Detection of
Colorectal Cancer in The United Kingdom. Preventive Medicine,
36(5), 525–535, https://Doi.Org/10.1016/S0091-7435(03)00016-
1.
Menski, W. (2018). Religion, Governance and The Need for Plurality-
Conscious Moderation. South Asia Research, 38(1), 92–102, https://
Doi.Org/10.1177/0262728017725647.
Mohajan, K. H. (2016). Knowledge is an Essential Element at Present
World Knowledge is an Essential Element at Present World.
International Journal of Publication and Social Studies, 1(1), 31–53.
Mohd Khambali, K., Sintang, S., Awang, A., Mat Karim, K. N., Abdul
Rahman, N. F., Wan Ramli, W. A., Senin, N., Zainal Abidin, A., Ismail,
Daftar Pustaka 51
Ramayah, T., Lee, J. W. C., & Lim, S. (2012). Sustaining The
Environment Through Recycling: an Empirical Study. Journal
of Environmental Management, 102, 141–147, https://Doi.
Org/10.1016/J.Jenvman.2012.02.025.
Riniti Rahayu, L., & Surya Wedra Lesmana, P. (2020). Potensi
Peran Perempuan dalam Mewujudkan Moderasi Beragama di
Indonesia. Pustaka : Jurnal Ilmu-ilmu Budaya, 20(1), 31, https://Doi.
Org/10.24843/Pjiib.2020.V20.I01.P05.
Rustandi, R. (2020). Cyberdakwah: Internet Sebagai Media Baru dalam
Sistem Komunikasi Dakwah Islam. Nalar: Jurnal Peradaban dan
Pemikiran Islam, 3(2), 84–95, https://Doi.Org/10.23971/Njppi.
V3i2.1678.
Salamah, N., Nugroho, M. A., & Nugroho, P. (2020). Upaya Menyemai
Moderasi Beragama Mahasiswa IAIN Kudus Melalui Paradigma
Ilmu Islam Terapan. Quality, 8(2), 269, https://Doi.Org/10.21043/
Quality.V8i2.7517.
Suhartawan, B. (2021). Wawasan Al-Qur’an tentang Moderasi Beragama.
1(2), 50–64.
Sutrisno, E. (2019). Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga
Pendidikan. Jurnal Bimas Islam, 12(2), 323–348, https://Doi.
Org/10.37302/Jbi.V12i2.113.
Ulinnuha, M., & Nafisah, M. (2020). Moderasi Beragama Perspektif
Hasbi Ash-Shiddieqy, Hamka, dan Quraish Shihab. Suhuf, 13(1),
55–76, https://Doi.Org/10.22548/Shf.V13i1.519.
Velleman, D. (1991). Philosophical Review Intention, Plans, and
Practical Reason. The Philosophical Review, 100(2), 277–284.
Wahab, N. A., & Muhamad, N. (2019). Media Sosial Sebagai Medium
Dakwah Masa Kini [Social Media As A Medium Dakwah Nowadays]. 2, 11.
Wibowo, A. (2019). Kampanye Moderasi Beragama di Facebook:
Bentuk dan Strategi Pesan. Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial
Keagamaan, 5(2), 85–103, https://Doi.Org/10.32923/Edugama.
V5i2.971.
Wibowo, A. (2020). Komodifikasi Agama: Studi Analisis Terhadap
Tampilan Agama di Media Televisi. Edugama: Jurnal Kependidikan
dan Sosial Keagamaan, 6(1), 56–74, https://Doi.Org/10.32923/
Edugama.V6i1.1325.
Daftar Pustaka 53
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BIODATA PENULIS
55
menjalin kerja sama dalam penelitian dan penulisan dengan akademisi,
baik dalam maupun luar negeri.