Artita Biomedik
Artita Biomedik
OLEH
C. ETIOLOGI
Kurang aktivitas fisik harian
Kelebihan konsumsi gula
Gangguan kebiasaan makan
Gangguan persepsi makan
Kelebihan konsumsi alkohol
Penggunaan energi kurang dari asupan
Sering mengemil
Sering memakan makanan berminyak/berlemak
Faktor keturunan (mis.distribusi jaringan adiposa,pengeluaran energi ,aktivitas lipase
lipoprotein,sintesis lipid, liposis)
Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada bayi
Asupan kalsium rendah pada anak-anak
Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama masa bayi, termasuk
minggu pertama, 4 bulan pertama dan tahun pertama)
1
PPNI, “Standar diagnosis keperawatan Indonesia” (Cet. II. Jakarta selatan : DPP PPNI,2017), h. 77.
Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5 bln.
D. PATOFISIOLOGI
Obesitas adalah kondisi medis berupa berat badan di atas normal karena penumpukan
lemak berlebih. Hal tersebut terjadi karena asupan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan
kalori yang digunakan. Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu lama, besar
kemungkinan berat badan akan terus bertambah.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik
Pengukuran tinggi badan
Pengukuran berat badan
Pengecekan detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan ukuran lingkar perut
2. Menghitung indeks massa tubuh
IMT=BB (kg) : TB (m)²
Standar kategori berat badan pria dan wanita menurut klasifikasi nasional
Kurus : kategori berat >17,0
Kurus : kategori ringan 17,0 – 18,4
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk : kategori berat 25,1 – 27,0
Gemuk : kategori ringan > 27
3. Menghitung lingkar perut
Obesitas jika ukuran lingkar perut untuk pria lebih dari 90, semenra perempuan
lebih dari 80
4. Tes darah
5. Tes fungsi ginjal
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pola makan
Aktivitas fisik
G. PENGKAJIAN UNTUK MASALAH PSIKOSOSIAL
1. Identitas Pasien
2. Riwayat kesehatan
3. Pemerikasaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pola fungsi kesehatan
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
2
PPNI, “Standar intervensi keperawatan Indonesia ”,(Cet. II. Jakarta selatan : DPP PPNI, 2018), h. 52
DAFTAR PUSTAKA
Judi Bagiono,Bambang, Alfanikko Dwi Putra Arifin, “Sistem Pakar Penurun Berat Badan”. Jurnal
Visualika. Vol. 8, No. 1 (April 2022). file:///C:/Users/Acer/Downloads/336
Article%20Text-2129-1-10-20220513%20(1).pdf
Tim Medis Siloam Hospital’s, “Obesitas-Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya”. Siloams
Hospital’s (oktober 2023). https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
obesitas
PPNI (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta selatan : DPP PPNI
OLEH
1.Tekanan Darah
Merupakan tekanan yang di alami darah pada pembuluh darah arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan
menggunakan tensimeter dan stetoskop melalui nilai sistolik dan diastolik.
2. Menolak Nadi
Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengetahui jumlah detak jantung, ritme jantung dan
kekuatan detak jantung per menit. Nilai denyut nadi normal pada dewasa yaitu kisaran 60-
100 x/menit, sementara pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dari dewasa.
Arteri Radialis.
Arteri Brachialis.
Arteri Karotis.
3. Laju Pernafasan
Saat mengukur tanda-tanda vital, dokter/perawat akan mengukur intensitas pernapasan dalam
satuan waktu/menit, yaitu intensitas dada naik saat inspirasi (mengambil napas) ataupun
ekspirasi (menghembuskan napas). Metode ini bertujuan untuk menilai adanya kesulitan atau
tidak dalam pernapasan. Laju pernafasan normal untuk orang dewasa yaitu 12-20 x/menit,
sementara pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dari nilai normal dewasa. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi laju pernafasan, yaitu usia, peningkatan suhu tubuh,
beraktivitas/olahraga, posisi tubuh dan jenis kelamin.
Bayi baru lahir 35-40 / menit 4. Suhu Tubuh
Bayi (6 bulan) 30-50 / menit
Suhu/suhu adalah suatu ukuran
Todler (2 tahun) 25-32 / menit
derajat panas dengan menggunakan
Anak-Anak 20-30 / menit
alat yang disebut termometer dan
Remaja 16-19 / menit suhu yang dihasilkan tergantung dari
Dewasa 12-20 / menit aktivitas yang dilakukan, cuaca,
metabolisme tambahan karena pengaruh hormon, konsumsi cairan maupun jenis kelamin.
Suhu tubuh normal yaitu antara 36,5 sampai dengan 37,2 derajat celcius.
https://rsupindad.com/mengenali-tanda-tanda-vital-ttv/
https://www.scribd.com/document/435976303/SOP-Pemeriksaan-TTV
Praktikum Ilmu Biomedik
OLEH
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
A. DEFINISI
Gangguan pendengaran akibat bising atau noice induce hearing loss adalah hilangnya
sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat menetap, mengenai satu atau dua
telinga yang disebabkan oleh paparan bising yang cukup keras dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama dari lingkungan sekitarnya.
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang tinggi, frekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu
dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.
Suara yang hilang ini mencapai 99,9% sehingga impuls akustik yang mencapai organon
korti tinggal 0,1%. Telinga tengah memiliki mekanisme ungkit dan hidrolik yang
memperkuat impuls akustik sebesar 18,2 kali setara dengan 25 dB.2,3,14 Pada telinga dalam
terjadi dua proses penting dalam sistem pendengaran. Pertama adalah proses transmisi
hidrodinamik yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia.
Kedua adalah proses transduksi yaitu terjadi pengubahan pola energi bunyi pada organon
korti menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius. Proses transduksi dimulai dari
pergerakan membran basilaris dan membran tektoria akibat bergeraknya skala media dan
endolimfe karena proses transmisi sehingga terbentuk suatu pola energi listrik yang berjalan
sepanjang membran basilaris.13,14 Pola pergeseran membran basilaris membentuk
gelombang berjalan dengan amplitude maksimal yang berbeda dan sesuai dengan frekuensi
stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi tinggi yaitu 10 kHz mempunyai pergeseran maksimal pada bagian basal koklea,
sedangkan stimulus bunyi berfrekuensi rendah sebesar 125 Hz mempunyai pergeseran
maksimum lebih kearah apeks.
Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai
bagian apeks sedangkan bunyi yang berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal
maupun bagian apeks membran basilaris. Pergerakan membran basilaris merupakan
rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut terlepasnya neurotransmitter ke
dalam sinapsis yang menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius dan dilanjutkan ke
nucleus auditorius sampai ke pusat pendengaran di korteks serebri.2,1
1. Nilai ambang dengar ditentukan berdasarkan hasil rata-rata ambang dengar frekuensi
500, 1000, 2000 dan 4000 Hz pada pemeriksaaan audiometri.15-17 Tabel.Derajat
gangguan pendengaran berdasarkan WHO 1991 Derajat gangguan pendengeran
Audiometri Rata-rata dari 500, 1000,2000,4000 Hz
0 : tidak ada gangguan 25 Db atau kurang Deskripsi gangguan Tidak ada atau ada
gangguan sangat ringan,dapat mendengar bisikan
1 :gangguan ringan 26-40 dB Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
normal yang diucapkan dari jarak 1 meter
2 : gangguan sedang 41-60 dB Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
keras yang diucapkan dari jarak 1 meter
3 : gangguan berat 61-80 dB Dapat mendengar kata-kata yang diteriakkan pada telinga
yang lebih baik
4 : gangguan sangat berat atau tuli 81 Db atau lebih Tidak dapat mendengar atau mengerti
kata-kata walaupun telah diteriakkan
D. EFEK BISISNG
Efek kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu gangguan indera
pendengaran atau auditori dan gangguan non pendengaran atau non auditori.1,5,6,14 Efek
bising terhadap indera pendengaran secara klinis dapat menimbulkan reaksi adaptasi,
perubahan ambang dengar sementara atau temporary threshold shift, trauma akustik dan
perubahan ambang dengar menetap atau permanent threshold shift.1,23,24 Gangguan non
auditori dapat berupa gangguan komunikasi, ganggguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak
senang serta mudah marah.
Dari anamnesis didapatkan informasi mengenai riwayat pajanan bising dalam waktu
tertentu. Selain itu ditanyakan juga adanya riwayat penyakit pada telinga sebelumnya dan
riwayat konsumsi obat ototoksik seperti streptomisin yang juga menjadi faktor predisposisi
terjadinya gangguan pendengaran. Gejala yang dapat muncul adalah tinnitus dengan suara
berdenging pada telinga yang timbul segera setelah pajanan dan dapat menjadi permanen
pada pajanan yang berlangsung terus menerus. Pemeriksaan fisik dan audiometri
Pada pemeriksaan otoskopi penderita dengan gangguan pendengaran akibat bising tidak
ditemukan adanya kelainan patologis. Pada pemeriksaan garpu tala didapatkan tes rinne
positif pada kedua telinga, tes weber lateralisasi ke telinga yang sehat dan tes schwabach
memendek, kesan tuli sensorineural.1,2,9 Pada pemeriksaan audiometri, tahap awal
audiogram menunjukkan gambaran yang khas berupa penurunan fungsi pendengaran pada
frekuensi 3 kHz, 4 kHz dan 6 KHz, sedangkan pada frekuensi lain masih normal.1,3,20 Pada
audiogram didapatkan suatu takik yang dikenal dengan takik akustik. Pada keadaan lanjut,
bila paparan bising terus menerus berlangsung, kerusakan koklea makin meluas mengenai sel
rambut dan saraf yang berperan untuk mengantarkan impuls bunyi dengan frekuensi lebih
rendah atau frekuensi komunikasi sehingga penderita mulai merasa adanya kendala dalam
mendengar atau berkomunikasi.1-3
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah penurunan pendengaran atau
tuli akibat bising yang melebihi nilai ambang batas dengar (NAB) dilingkungan kerja.
Dampak dari gangguan ini adalah kurangnya konsentrasi, kelelahan, sakit kepala, gangguan
tidur, hingga berdampak kepada kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi
pelaku industri maupun pekerja memahami tentang NIHL sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan dan rehabilitasi untuk mengatasi permasalahan ini. Faktor resiko yang
berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intesitas bising, frekuensi, lama pajanan
perhari, masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang
diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Secara umum NIHL memang tidak
dapat disembuhkan namun dapat dicegah dan dilakukan rehabilitasi. Pencegahan dapat
dilaksanakan dengan cara penerapan hearing conservation program (HCP) yaitu dengan
prosedur pengukuran kebisingan, pengendalian kebisingan, pengukuran audiometri berkala,
perlindungan pendengaran, pendidikan pekerja, pencatatan dan evaluasi. Beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari hearing conservation program adalah sebagai pedoman untuk
mendiagnosis hearing loss, pencegahan terhadap dampak perburukan akan terpapar
kebisingan. Kata kunci: faktor resiko, hearing conservation program, noise Induced hearing
loss, pencegahan Jurnal Agromedicine 4 (2), 354-360,
DAFTAR PUSTAKA
Dobie RA. Noise-Induced Hearing Loss. In : Bailey BJ, Johnson JT editors. Head and Neck
Espina C. Children and noise. WHO Training Package for The Health Sector. World Health
https://g.co/kgs/Vztf7u
Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and Physiology of Hearing. In : Bailey BJ,
Johnson JT editors. Head and Neck Surgery - Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia :
Lippincott Williams and Wilkins; 2006.p. 2190-99
Praktikum Ilmu Biomedik
Dosen : Andi Mappanganro, S.Kep., Ns., M.Kes
OLEH
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan
otot. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut.:
a. Origo,
b. Inersio,
3. Ligament
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang
diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen adalah sebagai berikut.
1) Ligamen Tipis
2) Ligamen jaringan elastik kuning
C. SISTEM SKELETAL/RANGKA
1. Tulang
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot.
2. Sendi
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur
khusus yang disebut sendi. Dengan adanya sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi
yang menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis hubungan
antar tulang, yaitu sinartrosis, amfiartosis, dan diartosis.
3. Low Back Region
Low back region berfungsi untuk menegakkan/menopang postur struktur tulang belakang
manusia. Postur tegak juga meningkatkan gaya mekanik struktur tulang belakang
lumbrosakral. Antar tulang belakang diikat oleh intervertebal, serta oleh ligamen dan otot.
Ikatan antar tulang yang lunak membuat tulang punggung menjadi fleksibel. Intervertebral
Disc
4. Neck/Tulang Leher
Tulang leher terdiri dari tujuh ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar.
Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lajunya saraf yang disebut foramen tranvertalis.
Ruas pertama vertebra serfikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas
kedua disebut prosesus odontois (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke
kanan. Ruas ketujuh mempunyai taju yang disebut prosesus prominan.
5. Elow/Siku
Elbow/Siku adalah suatu titik yang sangat komplek di mana terdapat tiga tulang yaitu
humerus, radius dan ulna. Ketiga tulang tersebut bekerja secara bersama-sama dalam suatu
gerakan flexi, extensi dan rotasi.
6. Shoulder/Bahu
Tulang-tulang pada bahu terdiri dari:
a. Clavicula
b. Scapula (tulang belikat
7. Muskuloskeletal Disorders
Musculoskeletal disorders adalah kondisi dimana bagian dari sistem otot dan tulang
mengalami masalah (sakit). Penyakit ini terjadi akibat bagian tubuh meregang terlalu jauh,
mengalami tubrukan secara langsung, ataupun karena kegiatan lainnya yang mengakibatkan
kesalahan pada sistem otot dan tulang. Penyakit otot dan tulang atau lebih dikenal dengan
musculoskeletal disorders/MSDs merupakan penyakit akibat kerja
DAFTAR PUSTAKA
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten, Desember 2017
https://poltekkesbanten.ac.id/wpcontent/uploads/2017/12/DAFTAR-ISI-DAN-
ANATOMI-FISIOLOGI.pdf
Praktikum Ilmu Biomedik
Dosen : Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep., Ns.,M.Kes.
OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
DAFTAR PUSTAKA
Tim Medis Siloam Hospitals, Anatomi Sistem Saraf Manusia, Fungsi, dan Jenis Penyakinya,
06 November 2023, https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/sistem-saraf-manusia
Silmi Putri Utami, Mekanisme Gerak Refleks, 07 Januari 2022,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/07/105904369/mekanisme-gerak-
refleks?page=all
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Akbar Safar, S.Kep., Ns., M.Kep
OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
A. DEVINISI
Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu
melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi
dunia di sekeliling tubuh. Mata adalah alat utama sistem ini.
B. STRUKTUR MATA
- Mata
Mata terdiri dari suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (Kornea) dan opak di
posterior (Sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular
melekat pada sklera, sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng
kribiformis. Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata
anterior (depan). Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior. Di antara
lensa dan retina terletak korpus vitreous
- Kornea
Kornea berfungsi melindungi struktur intra okular yang tersusun oleh jaringan kolagen
yang sangat teratur. Kontribusi kornea selain memiliki kemampuan untuk melindungi
kerusakan jaringan mata bagian dalam, yang paling utama adalah membantu proses optik,
serta memfokuskan gambar pada retina. Kornea merupakan salah satu media refraksi yang
paling penting, selain humor akuos, lensa dan vitreous. Kornea dipersarafi oleh nervus
trigeminal (N. V) cabang oftalmika.
Bilik mata depan adalah ruang berisi humor akuos dan terletak di belakang kornea dan di
depan iris. Humor akuos diproduksi oleh sel epitel non pigmen badan siliar dan mengalir
melalui belakang pupil ke bilik mata depan serta mensuplai kebutuhan metabolik dan nutrisi
untuk lensa dan kornea Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior (yang
berbeda dari korpus vitreous), yang juga terisi oleh humor akuos.
- Sklera
Sklera merupakan lapisan terkuat yang tersusun atas serabut kolagen. Sklera membentuk
5/6 bagian posterior dari bola mata dan bagian anterior sklera dilapisi oleh konjungtiva. Zona
transisi antara sklera dan kornea perifer disebut limbus.
- Lensa
Lensa adalah struktur yang bersifat transparan yang terletak di belakang iris dan disokong
oleh zonula (ligamentum suspensorium). Lensa memengaruhi kekuatan refraksi mata dan
mempunyai kemampuan yang dapat berubah bentuk (daya akomodasi), agar dapat
menyesuaikan jarak objek yang dilihat.
iris merupakan diafragma tipis berpigmen dan memiliki celah di bagian tengah yang
bernama pupil. Pupil berperan dalam pengaturan jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris
memiliki dua otot yang berfungsi mengatur diameter pupil, yaitu m. sfingter pupil dan m.
dilator pupil. Refleks cahaya pupil merupakan konstriksi pupil sebagai respons terhadap
stimulus cahaya.
- Badan Vitreus
Badan vitreus atau korpus Vitreous merupakan jeli transparan yang mengisi segmen
posterior mata. Tersusun dari 98% air, dan sisanya terdiri dari asam hialuronat dan anyaman
kolagen halus Fungsinya adalah menyalurkan cahaya dan menyokong permukaan posterior
lensa serta membentuk bola mata. Vitreus menempel dengan diskus optikus, pembuluh darah
retina, dan retina perifer (ora serrata).
- Retina
Retina merupakan membrane tipis yang tersusun atas lapisan luar berpigmen dan lapisan
dalam neurosensoris. Lapisan retina menempel pada diskus optikus pada sisi posterior dan
ora serrata pada sisi anterior. Pada bagian tengah posterior retina terdapat macula yang
berperan pada sistem penglihatan. Di sentral makula terdapat cekungan (fovea sentralis) yang
berperan dalam penglihatan detil.
- Nervus Optik
Nervus optik atau saraf Optik (N.II) berada di 3 mm nasal dari makula. Diskus optikus
disebut sebagai titik buta karena tidak mengandung reseptor batang dan kerucut. Nervus optik
memiliki panjang 4 cm dan muncul keluar dari bola mata di posterior orbita melalui kanalis
optikus. Saraf optik dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina
yang membentuk lapisan serabut saraf.
Traktus optikus merupakan lanjutan dari kiasma optikum dan berjalan ke arah
posterolateral dan berakhir di korpus genikulatim lateral di thalamus. Sebagian kecil akan
pergi ke kolikulus superior di mesensefalon untuk memberi impuls pada nukleus motorik
N.III dan nukleus Edinger Westphal
C. STRUKTUR VASKULAR
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika melalui arteri retina, arteri siliaris, dan
arteri muskularis. Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri
siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea
sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina, dan mendapat darah
secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari
koroid melewati epitel pigmen retina.
D. JALUR PENGLIHATAN
Mata berespons terhadap cahaya dan memicu potensial aksi aferen, yang menghubungkan
mata dengan otak melalui nervus optik dan traktus optik. ] Mata manusia mampu mendeteksi
cahaya dengan panjang gelombang 400-700 nm. Gelombang cahaya dari sebuah objek masuk
ke mata melalui kornea, kemudian melewati pupil menuju makula di retina. Perubahan
intensitas cahaya memengaruhi ukuran diameter pupil; apabila cahaya sangat terang, pupil
akan mengecil (miosis) dan apabila cahaya bersifat redup maka pupil akan melebar
(midriasis). Gelombang cahaya dipantulkan secara konvergen oleh kornea dan lensa kristalin
ke titik fokus yang berlokasi di permukaan posterior lensa. Cahaya yang terbiaskan oleh lensa
selanjutnya melewati vitreous, dan terfokuskan pada retina, yaitu makula. Cahaya yang
mencapai fotoreseptor pada retina (reseptor batang mendeteksi intensitas cahaya, dan reseptor
kerucut mendeteksi warna) akan menyebabkan perubahan pada senyawa kimia rhodopsin
yang akan befungsi untuk menyampaikan potensial aksi (sinyal elektrik). Sinyal elektrik
diteruskan ke sel bipolar yang merupakan neuron orde pertama dari jaras optikus. Informasi
kemudian diteruskan ke sel ganglion yang berperan sebagai neuron orde kedua di lapisan
retina. Serabutnya menyatu pada diskus optikus. Selanjutnya dikirim melalui nervus optik
melalui jalur penglihatan hingga ke korteks visual pada lobus oksipital otak belakang. Di
sinilah sinyal elektrik diinterpretasi sebagai gambar visual.
E. JENIS JENIS PEMERIKSAAN MATA
1. Pemeriksaan Fisik Mata
pemeriksaan fisik mata, seperti bagian dalam kelopak mata, kornea , sklera, lensa
mata, pupil, iris, serta cairan di dalam bola mata. Sedangkan, bagian mata yang lebih dalam,
seperti pembuluh darah, saraf mata, dan retina, akan dilakukan dengan menggunakan
alat oftalmoskop.
2. Pemeriksaan Gerak Otot Mata
Tes ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot mata dalam menggerakkan bola mata. Pada
pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien menutup dan membuka kelopak mata lalu
mengikuti gerakan jari dokter atau objek lainnya.
3. Tes Ketajaman Penglihatan (Uji Reflaksi)
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jelas penglihatan pasien ketika melihat
suatu objek pada jarak tertentu. Tes ketajaman penglihatan umumnya dilakukan
menggunakan kartu Snellen yang terdiri dari beberapa huruf dan angka dengan ukuran yang
bervariasi.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai kemampuan mata pasien dalam melihat suatu
benda di sekitar ketika mata terfokus pada satu titik.
5. Tes Buta Warna
Tes buta warna paling sering dilakukan dengan metode Ishihara. Pada metode ini, pasien
akan diminta menyebutkan tampilan angka atau pola tertentu yang muncul di kartu berwarna
khusus.
DAFTAR PUSTAKA
David Hunter Hubel (1989), Eye, Brain and Vision. New York: Scientific American Library.
David Marr (1982), Vision: A Computational Investigation into the Human Representation
Biology Vol. 4 of Neurosciences. (H.D. Steklis and J. Erwin, editors.) pp. 203–278.
New York: A.R. Liss.
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Akbar Safar S.Kep., Ns., M.Kep
OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. DEFINISI
Penyedia layanan Anda akan meminta Anda untuk berhenti minum obat apa pun
untuk sementara waktu yang dapat memengaruhi hasil tes. Pastikan untuk memberi tahu
penyedia Anda tentang semua obat yang Anda minum, termasuk dekstran dan
sukrosa. JANGAN berhenti minum obat apa pun sebelum berbicara dengan penyedia
layanan kesehatan Anda.
Hal lain juga dapat mempengaruhi hasil tes. Beri tahu penyedia Anda jika Anda baru-
baru ini:
Kisaran normal berat jenis urin adalah 1,005 hingga 1,030. Kisaran nilai normal
mungkin sedikit berbeda antar laboratorium. Beberapa laboratorium menggunakan
pengukuran berbeda atau menguji sampel berbeda. Bicaralah dengan penyedia Anda
tentang arti dari hasil tes spesifik Anda.
Berat jenis urin yang tinggi menunjukkan adanya konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi
dan konsentrasi air yang lebih rendah dari yang diharapkan. Terminologi medis untuk ini
disebut hypersthenuria . Ada banyak alasan mengapa berat jenis urin tinggi, termasuk:
Konsentrasi zat yang tinggi seperti glukosa, sel darah, bakteri, kristal, protein, atau
bilirubin
Diare
Gagal jantung
Diabetes mellitus
Masalah hormonal
Konsentrasi zat terlarut yang tinggi akan mengakibatkan berat jenis urin menjadi tinggi
karena adanya hubungan antara zat terlarut dengan air dalam memperoleh nilai USG. Ada
banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat terlarut, dan
profesional medis harus mempertimbangkan kemungkinan tersebut dan melakukan diagnosis
lebih lanjut tergantung pada zat terlarut mana yang meningkat.
Diare (atau kondisi apa pun yang dapat menyebabkan kehilangan banyak air, seperti infeksi
kandung kemih) akan mengakibatkan berat jenis yang tinggi karena cepatnya air dikeluarkan
dari tubuh. Kotoran yang encer telah melewati usus bagian bawah tanpa kelembapan penting
diserap kembali ke dalam aliran darah. Karena kelembapan ini tidak masuk ke aliran darah,
maka tidak ada kesempatan untuk ditambahkan ke urin dan menurunkan berat jenis.
Penyakit jantung dapat mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Dalam
beberapa kasus, cairan mungkin tertahan di area yang tidak biasa (seperti perut) sehingga
tidak melewati sistem ginjal untuk menghasilkan urin. Hal ini menyebabkan berat jenis yang
tinggi dan kadar natrium yang rendah dalam urin.
Hormon antidiuretik adalah hormon yang membantu pembentukan urin. Ketika konsentrasi
hormon antidiuretik yang tinggi ada di dalam tubuh, ginjal bekerja untuk menghasilkan urin
yang lebih pekat. Cara mudah untuk mengingat fungsi hormon antidiuretik adalah dengan
melihat kata di seluruh bagiannya. Sebuah "diuretik" adalah sesuatu yang meningkatkan
aliran cairan ke seluruh tubuh. Diuretik yang umum adalah kopi, yang mungkin membuat
seseorang lebih sering buang air kecil setelah mengonsumsinya. "Anti" di depan sebuah kata
mengarah ke kebalikan dari akar kata aslinya. Jadi, "antidiuretik" mengacu pada sesuatu yang
tidak menghasilkan produksi urin lebih banyak. Ketika seseorang memiliki masalah
kesehatan yang mengakibatkan produksi hormon antidiuretik terlalu banyak, mereka
menghasilkan urin yang sangat pekat. Artinya urin mereka akan memiliki nilai USG yang
tinggi secara klinis.
H. AKIBAT BERAT JENIS URINE YANG RENDAH
Setiap nilai berat jenis urin di bawah 1,005 dianggap rendah. Seorang pasien dengan berat
jenis rendah dikatakan menderita hipostenuria . Karena berat jenis adalah perbandingan
massa jenis urin terhadap massa jenis air, maka nilai yang rendah menunjukkan bahwa
konsentrasi airnya tinggi, sedangkan konsentrasi zat terlarutnya rendah. Nilai yang rendah
mungkin mengindikasikan salah satu kondisi berikut:
Ketika seseorang mengonsumsi air dalam jumlah besar, tubuh harus mengeluarkan lebih
banyak air dari biasanya untuk mempertahankan kadar air homeostatis di dalam
tubuh. Dalam kasus ini, nilai berat jenis yang rendah mungkin tepat dan menunjukkan sedikit
bahaya. Faktanya, banyak penyedia layanan kesehatan mungkin menginstruksikan pasien
untuk mengonsumsi air dalam jumlah besar sebelum memberikan sampel untuk urinalisis. Ini
disebut tes pemuatan air , dan dalam hal ini penyedia layanan kesehatan mengharapkan nilai
yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
urinalisis, dan proteinuria. Dalam: Yu ASL, Chertow GM, Luyckx VA, Marsden
PA, Skorecki K, Taal MW, eds. Brenner dan The Kidney karya Rektor . edisi ke-
11. Philadelphia, PA: Elsevier; 2020: bab 23.
Riley RS, McPherson RA. Pemeriksaan dasar urin. Dalam: McPherson RA, Pincus MR,
Villeneuve PM, Bagshaw SM. Penilaian biokimia urin. Dalam: Ronco C, Bellomo R,
Kellum JA, Ricci Z, eds. Nefrologi Perawatan Kritis . edisi ke-3. Philadelphia, PA:
Elsevier; 2019: bab 55.
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Sunarti, S.Kep., Ns., M.Kep
OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
TES KEHAMILAN
A. DEFINISI
Tes kehamilan mengukur hormon dalam tubuh yang disebut human chorionic
gonadotropin (HCG atau hCG). HCG adalah hormon yang diproduksi selama
kehamilan. Tampaknya dalam darah dan urin wanita hamil sedini 10 hari setelah
pembuahan.
B. CARA TES KEHAMILAN
Tes kehamilan dilakukan dengan menggunakan darah atau urin. Ada 2 jenis tes darah:
Tes darah dilakukan dengan mengambil satu tabung darah dan mengirimkannya ke
laboratorium. Anda dapat menunggu mulai dari beberapa jam hingga lebih dari satu hari
untuk mendapatkan hasilnya.
Tes HCG urin paling sering dilakukan dengan meletakkan setetes urin pada strip kimia
yang telah disiapkan. Dibutuhkan 1 hingga 2 menit untuk mendapatkan hasilnya.Untuk tes
urine, Anda buang air kecil ke dalam cangkir.
D. HASIL BIASA
Tingkat HCG meningkat dengan cepat selama trimester pertama kehamilan dan
kemudian sedikit menurun.
Tingkat HCG seharusnya hampir dua kali lipat setiap 48 jam pada awal
kehamilan. Kadar HCG yang tidak naik dengan tepat mungkin mengindikasikan adanya
masalah pada kehamilan. Masalah yang terkait dengan peningkatan kadar HCG yang tidak
normal meliputi keguguran dan kehamilan ektopik (tuba).Tingkat HCG yang sangat tinggi
mungkin menandakan kehamilan anggur atau lebih dari satu janin, misalnya kembar.
F. PERTIMBANGAN
Tes kehamilan urin hanya akan positif bila Anda memiliki cukup HCG dalam darah
Anda. Kebanyakan tes kehamilan yang dijual bebas di rumah tidak akan menunjukkan
bahwa Anda hamil sampai siklus menstruasi yang diharapkan terlambat. Pengujian
sebelum ini seringkali memberikan hasil yang tidak akurat. Tingkat HCG lebih tinggi jika
urin Anda lebih pekat. Waktu yang tepat untuk melakukan tes adalah ketika Anda pertama
kali bangun di pagi hari.
Jenis test pack cukup bervariasi dan setiap produk tersebut memiliki instruksi
penggunaan yang berbeda-beda. Berikut adalah tiga jenis test pack yang umum digunakan:
Alat uji kehamilan berupa strip plastik yang digunakan dengan cara mencelupkan strip ke
dalam urine.
Alat uji kehamilan berbentuk stick yang digunakan dengan cara meneteskan urine ke
tempat tetesan urine yang ada di alat tersebut.
Cara kerja alat uji kehamilan ini sama dengan jenis strip, hanya saja lebih modern karena
memiliki layar digital yang menunjukkan hasil tes, yaitu dengan keterangan “hamil” atau
“tidak hamil”.
Secara umum, alat uji tes kehamilan ini dilakukan dengan cara mencelupkan alat
tes ke dalam urine selama 5–10 detik. Hasil tespek biasanya akan langsung muncul dalam
beberapa menit, tergantung dari merek alat tes yang digunakan.
Cara menggunakan tespek ini tidak disarankan untuk dilakukan beberapa hari setelah
berhubungan intim, karena hasilnya bisa saja negatif. Hal ini bisa terjadi karena hormon
hCG belum terbentuk atau kadarnya masih sangat rendah.
Sebaiknya, gunakan alat tes kehamilan minimal di hari pertama terlambat haid atau
sekitar dua minggu setelah melakukan hubungan intim. Jika ingin mendapatkan hasil lebih
akurat, lakukan tes setelah terlambat haid selama 1–2 minggu.
Apabila positif hamil, alat tes akan menunjukkan hasil garis dua (pada jenis strip) atau
keterangan “hamil” (pada jenis digital). Sebaliknya, jika hasil tes menunjukkan garis satu
atau keterangan “tidak hamil” maka artinya negatif/belum hamil.
Lantas, bagaimana jika hasil tes garis dua namun satunya samar? Kondisi ini bisa saja
menunjukkan kehamilan namun kadar hormon hCG belum cukup tinggi. Hal ini bisa
terjadi ketika menggunakan alat uji kehamilan terlalu dini atau urine dalam keadaan tidak
baik.
Meski alat uji kehamilan ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi, alat ini bisa saja
menunjukkan hasil yang salah. Test pack bisa saja menunjukkan hasil positif padahal tidak
dalam kondisi hamil (positif palsu) ataupun menampilkan hasil negatif padahal sedang
hamil (negatif palsu).
Hasil positif palsu bisa terjadi pada wanita yang menjalani terapi kesuburan atau
mengalami keguguran di awal kehamilan. Sementara itu, hasil negatif palsu biasanya
disebabkan oleh tes yang dilakukan terlalu dini, sehingga hormon hCG belum bisa
terdeteksi.
Kemudian, usahakan untuk melakukan tes ini di pagi hari setelah bangun tidur. Pasalnya,
urine pertama di pagi hari masih pekat, sehingga hasil tesnya bisa lebih akurat. Sebaliknya,
melakukan tes di siang hari dapat memengaruhi hasil tes karena konsistensi urine
cenderung lebih encer, sehingga hormon hCG sulit terdeteksi.
DAFTAR PUSTAKA
Jeelani R, Bluth MH. Fungsi reproduksi dan kehamilan. Dalam: McPherson RA, Pincus
Warner EA, Herold AH. Menafsirkan tes laboratorium. Dalam: Rakel RE, Rakel DP,
eds. Buku Ajar Kedokteran Keluarga . edisi ke-9. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 2016: bab 14.