Anda di halaman 1dari 40

Praktikum Ilmu Biomedik

Dosen : Nur Ilah Padhila, S.Kep.,Ns.,M.Kes

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


BERAT BADAN IDEAL DAN HAVARD (PRASAD LAB)

OLEH

Nama Mahasiswa : ARTITA PUTRI AGTRILIA


Stambuk : 14220230021
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. DEFINISI
Berat badan ideal merupakan dambaan dari setiap manusia baik tua maupun muda, karena
baik dari segi penampilan fisik maupun dari segi kesehatan. Terutama kaum muda lebih
banyak yang mendambakan karena dengan berat yang ideal penampilan fisik akan menjadi
lebih menarik.

B. TANDA DAN GELAJA


1. Obesitas
TANDA DAN GEJALA MAYOR
NO. SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. Tidak tersedia IMT 25-27 kg/m2 (pada dewasa) atau berat
dan Panjang badan lebih dari presentil untuk
usia dan jenis kelamin (pada anak)

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017)


TANDA DAN GEJALA MINOR
NO. SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. Tidak tersedia Tebal lipataan kulit trisep >25 mm1

C. ETIOLOGI
 Kurang aktivitas fisik harian
 Kelebihan konsumsi gula
 Gangguan kebiasaan makan
 Gangguan persepsi makan
 Kelebihan konsumsi alkohol
 Penggunaan energi kurang dari asupan
 Sering mengemil
 Sering memakan makanan berminyak/berlemak
 Faktor keturunan (mis.distribusi jaringan adiposa,pengeluaran energi ,aktivitas lipase
lipoprotein,sintesis lipid, liposis)
 Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada bayi
 Asupan kalsium rendah pada anak-anak
 Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama masa bayi, termasuk
minggu pertama, 4 bulan pertama dan tahun pertama)

1
PPNI, “Standar diagnosis keperawatan Indonesia” (Cet. II. Jakarta selatan : DPP PPNI,2017), h. 77.
 Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5 bln.

D. PATOFISIOLOGI

Obesitas adalah kondisi medis berupa berat badan di atas normal karena penumpukan
lemak berlebih. Hal tersebut terjadi karena asupan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan
kalori yang digunakan. Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu lama, besar
kemungkinan berat badan akan terus bertambah.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik
 Pengukuran tinggi badan
 Pengukuran berat badan
 Pengecekan detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan ukuran lingkar perut
2. Menghitung indeks massa tubuh
IMT=BB (kg) : TB (m)²
Standar kategori berat badan pria dan wanita menurut klasifikasi nasional
 Kurus : kategori berat >17,0
Kurus : kategori ringan 17,0 – 18,4
 Normal : 18,5 – 25,0
 Gemuk : kategori berat 25,1 – 27,0
Gemuk : kategori ringan > 27
3. Menghitung lingkar perut
 Obesitas jika ukuran lingkar perut untuk pria lebih dari 90, semenra perempuan
lebih dari 80
4. Tes darah
5. Tes fungsi ginjal

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
 Pola makan
 Aktivitas fisik
G. PENGKAJIAN UNTUK MASALAH PSIKOSOSIAL

1. Identitas Pasien
2. Riwayat kesehatan
3. Pemerikasaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pola fungsi kesehatan

H. TINDAKAN KEPERAWATAN

Edukasi Berat badan Efektif

Observasi Terapeutik Edukasi


 Identifikasi kesiapan  Sediakan materi  Jelaskan hubungan
dan kemampuan dan media edukasi asupan makanan ,
menerima informasi  Jadwalkan latihan, peningkatan
pendidikan dan penurunan berat
kesehatan sesuai badan
kesepakatan  Jelaskan kondisi
 Beri kesempatan medis yang dapat
pada keluarga untuk memengaruhi berat
bertanya badan
 Jelaskan risiko
kondisi kegemukan
(overweight) dan
kurus (underweight)
 Jelaskan kebiasan,
tradisi dan budaya,
serta faktor genetik
yang mempengaruhi
berat badan
 Ajarkan cara
mengelola berat
badan secara efektif 2

2
PPNI, “Standar intervensi keperawatan Indonesia ”,(Cet. II. Jakarta selatan : DPP PPNI, 2018), h. 52
DAFTAR PUSTAKA

Judi Bagiono,Bambang, Alfanikko Dwi Putra Arifin, “Sistem Pakar Penurun Berat Badan”. Jurnal
Visualika. Vol. 8, No. 1 (April 2022). file:///C:/Users/Acer/Downloads/336
Article%20Text-2129-1-10-20220513%20(1).pdf

Tim Medis Siloam Hospital’s, “Obesitas-Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya”. Siloams
Hospital’s (oktober 2023). https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
obesitas

PPNI (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta selatan : DPP PPNI

Cahyaningrum , Aladhiana, “Leptin Sebagai Indikator Obesitas”. Jurnal Kesehatan Prima.


vol. 9, No.1,(Februari 2015). https://poltekkes-mataram.ac.id/wp-
content/uploads/2015/08/1.-Aladhiana-Cahyaningrum-1364-1371-1.pdf
Praktikum Ilmu Biomedik Dasar
Dosen : Nur Ilah Phadila, S. Kep., Ns., M. Kes

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


PEMERIKSAAN TANDA TANDA VITAL (TTV)

OLEH

Nama Mahasiswa : ARTITA PUTRI AGTRILIA


Stambuk : 14220230021
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
I. DEFINISI
Pemeriksaan tanda vital atau TTV (tanda-tanda vital) adalah suatu prosedur mendasar
bagi tim tenaga Kesehatan maupun layanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi adanya suatu kelainan, gangguan, perubahan fungsi organ tubuh dan
masalah medis lainnya agar dapat membantu dokter menjadi suatu diagnosis.

J. JENIS PEMERIKSAAN TTV

1.Tekanan Darah

Merupakan tekanan yang di alami darah pada pembuluh darah arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan
menggunakan tensimeter dan stetoskop melalui nilai sistolik dan diastolik.

2. Menolak Nadi

Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengetahui jumlah detak jantung, ritme jantung dan
kekuatan detak jantung per menit. Nilai denyut nadi normal pada dewasa yaitu kisaran 60-
100 x/menit, sementara pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dari dewasa.

Pengukuran denyut nadi dapat

USIA FREKUENSI / MENIT dilakukan pada :

 Arteri Radialis.
 Arteri Brachialis.
 Arteri Karotis.

3. Laju Pernafasan

Saat mengukur tanda-tanda vital, dokter/perawat akan mengukur intensitas pernapasan dalam
satuan waktu/menit, yaitu intensitas dada naik saat inspirasi (mengambil napas) ataupun
ekspirasi (menghembuskan napas). Metode ini bertujuan untuk menilai adanya kesulitan atau
tidak dalam pernapasan. Laju pernafasan normal untuk orang dewasa yaitu 12-20 x/menit,
sementara pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dari nilai normal dewasa. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi laju pernafasan, yaitu usia, peningkatan suhu tubuh,
beraktivitas/olahraga, posisi tubuh dan jenis kelamin.
Bayi baru lahir 35-40 / menit 4. Suhu Tubuh
Bayi (6 bulan) 30-50 / menit
Suhu/suhu adalah suatu ukuran
Todler (2 tahun) 25-32 / menit
derajat panas dengan menggunakan
Anak-Anak 20-30 / menit
alat yang disebut termometer dan
Remaja 16-19 / menit suhu yang dihasilkan tergantung dari
Dewasa 12-20 / menit aktivitas yang dilakukan, cuaca,
metabolisme tambahan karena pengaruh hormon, konsumsi cairan maupun jenis kelamin.
Suhu tubuh normal yaitu antara 36,5 sampai dengan 37,2 derajat celcius.

 Melalui mulut, termometer di letakkan di bawah lidah, bisa menggunakan


termometer kaca/air raksa atau termometer digital.
 Melalui rektal/anus. Tidak dianjurkan untuk pemeriksaan suhu melalui dubur jika
mengalami diare, setelah pembedahan rektal ataupun sedang mengalami
ambeien/wasir.
 Melalui aksila/ketiak ini yang paling sering digunakan karena dirasa mudah dan
nyaman.
 Melalui telinga, merupakan termometer khusus (biasanya memakai digital) yang
dengan cepat mengukur suhu gendang telinga yang merupakan suhu inti tubuh (suhu
organ internal)
 Melalui kulit, merupakan termometer khusus (biasanya memakai digital) yang
dengan cepat mengukur suhu di kulit dahi.

K. TUJUAN TINDAKAN TTV


1. Pemeriksaan Tekanan Darah
 Untuk mengetahui nilai tekanan darah
2. Pemeriksaan Nadi
 Mengetahui denyut nadi ( irama , frekuensi, dan kekuatan pulnasi )
 Menilai kemampuan fungsi kardio vaskuler
 Saat pasien akan melakukan pembedahan
 Saat pasien dirawat inap, sebagai data pengkajian
3. Menghitung Pernafasan
 Untuk mengetahui frekuensi , irama, dan kedalaman pernafasan
 Menilai kemampuan fungsi pernafasan
4. Pengukuran Suhu Tubuh
 Mengetahui suhu tubuh pasien
 Untuk keperluan diagnosa keperawatan

L. INDIKASI MENGUKUR TTV


1. Pemeriksaan tekanan darah
2. Pemeriksaan Nadi
3. Menghitung Pernafasan
4. Pengukuran Suhu Tubuh
DAFTAR PUSAKA

Universitas of Rochester Medical Centre.


https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?
ContentTypeID=85&ContentID=P00866

Claveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10881-vital-sign

https://rsupindad.com/mengenali-tanda-tanda-vital-ttv/
https://www.scribd.com/document/435976303/SOP-Pemeriksaan-TTV
Praktikum Ilmu Biomedik

Dosen : Nur Ilah Padhila, S.Kep.,Ns.,.Kes

LAPORAN HASIL LABORATORIUM

PEMERIKSAAN FUNGSI DENGAR

OLEH

Nama Mahasiswa : ARTITA PUTRI AGTRILIA

Stambuk : 14220230021

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2023

A. DEFINISI

Gangguan pendengaran akibat bising atau noice induce hearing loss adalah hilangnya
sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat menetap, mengenai satu atau dua
telinga yang disebabkan oleh paparan bising yang cukup keras dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama dari lingkungan sekitarnya.

Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang tinggi, frekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu
dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.

Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) merupakan gangguan berupa penurunan


fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan intensitas kebisingan yang
berlebih secara terus menerus dalam waktu lama. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development) 1 (1), 73-82, 2017

B. JENIS PEMERIKSAAN FISIOLOGI

Pendengaran Pada mekanisme mendengar, aurikula berfungsi untuk menangkap,


memantulkan, mengumpulkan serta mengarahkan gelombang suara ke kanalis auditorius
eksternus. Gelombang suara ini oleh kanalis auditorius eksternus diresonansikan, diperkuat
dan diteruskan ke membrana timpani. Telinga tengah berfungsi untuk meneruskan
gelombang suara dari telinga luar ke telinga dalam dan memperkuat gelombang
tersebut.2,3,14 Impul akustik dalam perjalanannya dari telinga luar sampai telinga dalam
sebagian besar akan hilang atau tertahan akibat perpindahan media yaitu udara menuju padat
dan cair.

Suara yang hilang ini mencapai 99,9% sehingga impuls akustik yang mencapai organon
korti tinggal 0,1%. Telinga tengah memiliki mekanisme ungkit dan hidrolik yang
memperkuat impuls akustik sebesar 18,2 kali setara dengan 25 dB.2,3,14 Pada telinga dalam
terjadi dua proses penting dalam sistem pendengaran. Pertama adalah proses transmisi
hidrodinamik yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia.

Kedua adalah proses transduksi yaitu terjadi pengubahan pola energi bunyi pada organon
korti menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius. Proses transduksi dimulai dari
pergerakan membran basilaris dan membran tektoria akibat bergeraknya skala media dan
endolimfe karena proses transmisi sehingga terbentuk suatu pola energi listrik yang berjalan
sepanjang membran basilaris.13,14 Pola pergeseran membran basilaris membentuk
gelombang berjalan dengan amplitude maksimal yang berbeda dan sesuai dengan frekuensi
stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi tinggi yaitu 10 kHz mempunyai pergeseran maksimal pada bagian basal koklea,
sedangkan stimulus bunyi berfrekuensi rendah sebesar 125 Hz mempunyai pergeseran
maksimum lebih kearah apeks.

Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai
bagian apeks sedangkan bunyi yang berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal
maupun bagian apeks membran basilaris. Pergerakan membran basilaris merupakan
rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut terlepasnya neurotransmitter ke
dalam sinapsis yang menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius dan dilanjutkan ke
nucleus auditorius sampai ke pusat pendengaran di korteks serebri.2,1

C. DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN

World Health Organization atau WHO mengklasifikasikan derajat gangguan pendengaran


menjadi 5 yaitu derajat 0-4 yang menggambarkan dari tidak adanya gangguan pendengaran
sampai adanya gangguan pendengaran sangat berat.

1. Nilai ambang dengar ditentukan berdasarkan hasil rata-rata ambang dengar frekuensi
500, 1000, 2000 dan 4000 Hz pada pemeriksaaan audiometri.15-17 Tabel.Derajat
gangguan pendengaran berdasarkan WHO 1991 Derajat gangguan pendengeran
Audiometri Rata-rata dari 500, 1000,2000,4000 Hz

0 : tidak ada gangguan 25 Db atau kurang Deskripsi gangguan Tidak ada atau ada
gangguan sangat ringan,dapat mendengar bisikan

1 :gangguan ringan 26-40 dB Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
normal yang diucapkan dari jarak 1 meter
2 : gangguan sedang 41-60 dB Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
keras yang diucapkan dari jarak 1 meter

3 : gangguan berat 61-80 dB Dapat mendengar kata-kata yang diteriakkan pada telinga
yang lebih baik

4 : gangguan sangat berat atau tuli 81 Db atau lebih Tidak dapat mendengar atau mengerti
kata-kata walaupun telah diteriakkan

D. EFEK BISISNG

Efek kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu gangguan indera
pendengaran atau auditori dan gangguan non pendengaran atau non auditori.1,5,6,14 Efek
bising terhadap indera pendengaran secara klinis dapat menimbulkan reaksi adaptasi,
perubahan ambang dengar sementara atau temporary threshold shift, trauma akustik dan
perubahan ambang dengar menetap atau permanent threshold shift.1,23,24 Gangguan non
auditori dapat berupa gangguan komunikasi, ganggguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak
senang serta mudah marah.

E. DIAGNOSIS GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING


1 . Anamnesis dan gejala klinis

Dari anamnesis didapatkan informasi mengenai riwayat pajanan bising dalam waktu
tertentu. Selain itu ditanyakan juga adanya riwayat penyakit pada telinga sebelumnya dan
riwayat konsumsi obat ototoksik seperti streptomisin yang juga menjadi faktor predisposisi
terjadinya gangguan pendengaran. Gejala yang dapat muncul adalah tinnitus dengan suara
berdenging pada telinga yang timbul segera setelah pajanan dan dapat menjadi permanen
pada pajanan yang berlangsung terus menerus. Pemeriksaan fisik dan audiometri

Pada pemeriksaan otoskopi penderita dengan gangguan pendengaran akibat bising tidak
ditemukan adanya kelainan patologis. Pada pemeriksaan garpu tala didapatkan tes rinne
positif pada kedua telinga, tes weber lateralisasi ke telinga yang sehat dan tes schwabach
memendek, kesan tuli sensorineural.1,2,9 Pada pemeriksaan audiometri, tahap awal
audiogram menunjukkan gambaran yang khas berupa penurunan fungsi pendengaran pada
frekuensi 3 kHz, 4 kHz dan 6 KHz, sedangkan pada frekuensi lain masih normal.1,3,20 Pada
audiogram didapatkan suatu takik yang dikenal dengan takik akustik. Pada keadaan lanjut,
bila paparan bising terus menerus berlangsung, kerusakan koklea makin meluas mengenai sel
rambut dan saraf yang berperan untuk mengantarkan impuls bunyi dengan frekuensi lebih
rendah atau frekuensi komunikasi sehingga penderita mulai merasa adanya kendala dalam
mendengar atau berkomunikasi.1-3

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah penurunan pendengaran atau
tuli akibat bising yang melebihi nilai ambang batas dengar (NAB) dilingkungan kerja.
Dampak dari gangguan ini adalah kurangnya konsentrasi, kelelahan, sakit kepala, gangguan
tidur, hingga berdampak kepada kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi
pelaku industri maupun pekerja memahami tentang NIHL sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan dan rehabilitasi untuk mengatasi permasalahan ini. Faktor resiko yang
berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intesitas bising, frekuensi, lama pajanan
perhari, masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang
diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Secara umum NIHL memang tidak
dapat disembuhkan namun dapat dicegah dan dilakukan rehabilitasi. Pencegahan dapat
dilaksanakan dengan cara penerapan hearing conservation program (HCP) yaitu dengan
prosedur pengukuran kebisingan, pengendalian kebisingan, pengukuran audiometri berkala,
perlindungan pendengaran, pendidikan pekerja, pencatatan dan evaluasi. Beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari hearing conservation program adalah sebagai pedoman untuk
mendiagnosis hearing loss, pencegahan terhadap dampak perburukan akan terpapar
kebisingan. Kata kunci: faktor resiko, hearing conservation program, noise Induced hearing
loss, pencegahan Jurnal Agromedicine 4 (2), 354-360,
DAFTAR PUSTAKA

Dobie RA. Noise-Induced Hearing Loss. In : Bailey BJ, Johnson JT editors. Head and Neck

Surgery - Otolaryngology. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins;


2014.p. 2190-99.

Espina C. Children and noise. WHO Training Package for The Health Sector. World Health

organization. Available from URL: http://www.who.int/ceh.capacity.noise.pdf. Accessed


on june 3, 2015.

Diagnosis & Rencana Perawatan Gangguan Pendengaran - NurseTogether

https://g.co/kgs/Vztf7u

Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and Physiology of Hearing. In : Bailey BJ,

Johnson JT editors. Head and Neck Surgery - Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia :
Lippincott Williams and Wilkins; 2006.p. 2190-99
Praktikum Ilmu Biomedik
Dosen : Andi Mappanganro, S.Kep., Ns., M.Kes

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


ANATOMI MUSKULOSKELETAL

OLEH

Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA


Stambuk : 14220230021
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
ANATOMI MUSKULOSKELETAL
A. DEFINISI
Muskulo atau muskular adalah jaringan otototot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang
muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang
kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi. Ilmu yang mempelajari tentang skeletal
atau osteo tubuh adalah osteologi.
B. SISTEM MUSKULER
1. Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600
buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulangtulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Sistem muskuler terdiri dari otot, tendon dan ligamen.
a. Otot Rangka
b. Otot Polos
c. Otot Jantung

2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan
otot. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut.:
a. Origo,
b. Inersio,
3. Ligament
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang
diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen adalah sebagai berikut.
1) Ligamen Tipis
2) Ligamen jaringan elastik kuning
C. SISTEM SKELETAL/RANGKA
1. Tulang
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot.
2. Sendi
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur
khusus yang disebut sendi. Dengan adanya sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi
yang menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis hubungan
antar tulang, yaitu sinartrosis, amfiartosis, dan diartosis.
3. Low Back Region
Low back region berfungsi untuk menegakkan/menopang postur struktur tulang belakang
manusia. Postur tegak juga meningkatkan gaya mekanik struktur tulang belakang
lumbrosakral. Antar tulang belakang diikat oleh intervertebal, serta oleh ligamen dan otot.
Ikatan antar tulang yang lunak membuat tulang punggung menjadi fleksibel. Intervertebral
Disc
4. Neck/Tulang Leher
Tulang leher terdiri dari tujuh ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar.
Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lajunya saraf yang disebut foramen tranvertalis.
Ruas pertama vertebra serfikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas
kedua disebut prosesus odontois (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke
kanan. Ruas ketujuh mempunyai taju yang disebut prosesus prominan.
5. Elow/Siku
Elbow/Siku adalah suatu titik yang sangat komplek di mana terdapat tiga tulang yaitu
humerus, radius dan ulna. Ketiga tulang tersebut bekerja secara bersama-sama dalam suatu
gerakan flexi, extensi dan rotasi.
6. Shoulder/Bahu
Tulang-tulang pada bahu terdiri dari:
a. Clavicula
b. Scapula (tulang belikat
7. Muskuloskeletal Disorders
Musculoskeletal disorders adalah kondisi dimana bagian dari sistem otot dan tulang
mengalami masalah (sakit). Penyakit ini terjadi akibat bagian tubuh meregang terlalu jauh,
mengalami tubrukan secara langsung, ataupun karena kegiatan lainnya yang mengakibatkan
kesalahan pada sistem otot dan tulang. Penyakit otot dan tulang atau lebih dikenal dengan
musculoskeletal disorders/MSDs merupakan penyakit akibat kerja

DAFTAR PUSTAKA
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten, Desember 2017
https://poltekkesbanten.ac.id/wpcontent/uploads/2017/12/DAFTAR-ISI-DAN-
ANATOMI-FISIOLOGI.pdf
Praktikum Ilmu Biomedik
Dosen : Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep., Ns.,M.Kes.

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


SISTEM PERSARAFAN DAN REFLEKS

OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

SISTEM PERSARAFAN DAN REFLEKS


A. DEFINISI
Sistem saraf adalah kumpulan jaringan yang berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh
aktivitas tubuh, di antaranya adalah berjalan, berbicara, menelan, berpikir, merespons
keadaan darurat, dan mengingat.
Refleks merupakan suatu jalur saraf sederhana, dimana stimulus akan disampaikan ke
medulla spinalis. Dari medulla spinalis, sinyal akan disampaikan baik ke otak maupun ke
saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang terpengaruh oleh stimulus.
B. ANATOMI SISTEM SARAF MANUSIA
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk menerima dan
menerjemahkan informasi atau rangsangan dari sel-sel saraf tepi yang tersebar di seluruh
bagian tubuh. Adapun bagian tubuh manusia yang termasuk dalam sistem saraf pusat adalah
sebagai berikut:
 Otak
 Sumsum tulang belakang
 Neuron

2. Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi (saraf perifer) adalah bagian dari sistem saraf manusia yang terdiri dari
saraf-saraf yang bercabang keluar dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi berfungsi untuk
mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh organ tubuh.
Berdasarkan cara kerjanya, sistem saraf tepi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
 Sistem saraf somatik
 Sistem saraf otonom

3. FUNGSI SISTEM SARAF MANUSIA


Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mengatur dan mengendalikan semua aktivitas
tubuh agar dapat bekerja secara optimal. Dengan kata lain, sistem saraf manusia ini berperan
sebagai pusat kendali tubuh untuk menerima dan menerjemahkan informasi dari seluruh
bagian tubuh dan mengirimkan sinyal atau pesan ke seluruh tubuh untuk merespons
rangsangan. Adapun sejumlah fungsi organ tubuh yang memerlukan peran dari sistem saraf
adalah sebagai berikut:
 Fungsi kognitif untuk mengontrol pikiran, daya ingat, dan perasaan.
 Fungsi motorik untuk mengendalikan gerakan tubuh, seperti koordinasi dan
keseimbangan tubuh.
 Sensoris panca indra, seperti melihat, menyentuh, mendengar, dan merasakan.
 Fungsi sistem kardiovaskular dan pernapasan, seperti detak jantung dan laju
pernapasan.
 Respons terhadap ancaman, stres, dan rasa nyeri.
 Menjalankan fungsi pencernaan.
 Memengaruhi produksi hormon pada sistem endokrin.
 Memengaruhi proses neurobiologis tubuh seperti tidur, proses penyembuhan, dan
penuaan.
 Memengaruhi proses reproduktif tubuh seperti pubertas.

4. MACAM MACAM PENYAKIT PADA SISTEM SARAF MANUSIA


1. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah salah satu gangguan sistem saraf yang terjadi karena sel-sel
saraf dalam substantia nigra tidak mampu menghasilkan hormon dopamin yang cukup.
Hormon dopamin merupakan senyawa kimia yang berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
koordinasi tubuh.
2. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif (proses penuaan di otak) yang
dapat memengaruhi kemampuan fungsi kognitif, seperti penurunan daya ingat hingga
perubahan perilaku. Kondisi ini kerap dialami oleh lansia berusia di atas 60 tahun.
3. Epilepsi
Epilepsi adalah gangguan yang terjadi karena terdapat letusan aktivitas listrik di otak
yang berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami kejang berulang
tanpa penyebab yang jelas.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab seseorang mengalami epilepsi. Namun,
terdapat dugaan bahwa kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor, seperti pengaruh genetik,
gangguan perkembangan (autisme atau neurofibromatosis), kondisi medis yang menyebabkan
kerusakan pada otak (stroke, meningitis, atau tumor otak), serta cedera kepala.
4. Bell’s Palsy
Bell’s palsy adalah kondisi berupa kelemahan atau lumpuhnya saraf yang mengontrol otot
wajah pada salah satu sisi wajah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh paparan udara dingin,
dan infeksi virus tertentu, seperti herpes, influenza, gondong, dan lain-lain.
5. Ensefalitis
Radang otak atau ensefalitis adalah kondisi medis berupa peradangan pada otak akibat
infeksi bakteri, virus, atau jamur. Ensefalitis ringan biasanya akan menimbulkan gejala yang
menyerupai flu, seperti demam, nyeri kepala, mual dan muntah, serta nyeri otot dan sendi.
Namun, pada kasus yang lebih parah, ensefalitis dapat menimbulkan gejala seperti
demam tinggi, nyeri kepala hebat terus menerus, kejang, linglung, gerakan motorik menjadi
lebih lambat, gangguan pada indra pengecap, hingga penurunan kesadaran.
6. Multiple Scleroris
Multiple sclerosis adalah gangguan neurologis yang diduga disebabkan oleh penyakit
autoimun yang memengaruhi sistem saraf pusat, seperti otak dan sumsum tulang belakang
karena sistem imun tubuh secara keliru menyerang myelin (selaput pembungkus saraf) di
sistem saraf pusat.
Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan gerak dan
penglihatan, seperti mati rasa pada tungkai, kesulitan berjalan, tremor, pandangan menjadi
kabur, nyeri saat menggerakkan mata, dan lain-lain.
7. Tumor Otak
Tumor otak adalah kondisi medis yang terjadi karena adanya pertumbuhan jaringan
abnormal di otak. Tumor otak dapat disebabkan oleh mutasi genetik di dalam otak. Belum
diketahui secara pasti apa penyebab dari mutasi genetik tersebut. Namun, terdapat beberapa
faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami tumor otak, yaitu riwayat
keluarga, pertambahan usia, zat atau partikel racun, serta paparan radiasi.

5. MACAM MACAM REFLEKS


1. Mekanisme gerak refleks polisinaptik
Gerak refleks polisinaptik adalah gerak refleks yang kompleks. Refleks polisinaptik
tidak hanya menggunakan dua jenis neuron, melainkan neuron tambahan yang disebut
dengan neuron delay.
Stimulus → reseptor → neuron sensorik → sumsum tulang belakang → neuron delay →
neuron motorik → efektor → gerak reflex.
Secara garis besar, mekanisme refleks polisinaptik hampir sama dengan mekanisme
refleks monosinaptik. Bedanya, impuls dari neuron sensorik yang masuk ke sumsum tulang
belakang tidak langsung disambungkan ke neuron motorik.
Melainkan, melewati neuron delay terlebih dahulu. Neuron delay merupakan
interneuron yang berada dalam sumsum tulang belakang dan menghubungkan neuron
sensorik dengan neuron motorik. Neuron delay kemudian mengirimkan impuls ke neuron
motorik dan dilanjutkan ke efektor untuk menciptakan gerak refleks. Bedanya dengan
monosinaptik, neuron delay dapat berkomunikasi dengan bagian tubuh selain yang berada
dalam busur refleks.
2. Mekanisme Gerak refleks monosinaptik
Gerak refleks monosinaptik adalah yang paling sederhana karena hanya melalui dua
jenis neuron, yaitu saraf aferen atau neuron sensorik dan araf eferen atau neuron motorik.
Berikut adalah mekanisme gerak refleks monosinaptik:
Stimulus → reseptor → neuron sensorik → sumsum tulang belakang → neuron motorik →
efektor → gerak refleks
Terlihat bahwa mekanisme diawali dengan stimulus atau rangsangan dari luar.
Rangsangan tersebut akan dirasakan oleh reseptor. Reseptor kemudian mengirimkan impuls
listrik tentang apa yang dirasakannya pada neuron sensorik. Impuls kemudian dikirim oleh
neuron sensorik ke sumsum tulang belakang. Impuls lalu dikirimkan lagi ke neuron motorik.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Medis Siloam Hospitals, Anatomi Sistem Saraf Manusia, Fungsi, dan Jenis Penyakinya,
06 November 2023, https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/sistem-saraf-manusia
Silmi Putri Utami, Mekanisme Gerak Refleks, 07 Januari 2022,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/07/105904369/mekanisme-gerak-
refleks?page=all
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Akbar Safar, S.Kep., Ns., M.Kep

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


SISTEM PENGLIHATAN MANUSIA

OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

SISTEM PENGLIHATAN MANUSIA

A. DEVINISI

Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu
melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi
dunia di sekeliling tubuh. Mata adalah alat utama sistem ini.

B. STRUKTUR MATA

- Mata

Mata terdiri dari suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (Kornea) dan opak di
posterior (Sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular
melekat pada sklera, sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng
kribiformis. Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata
anterior (depan). Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior. Di antara
lensa dan retina terletak korpus vitreous

- Kornea

Kornea berfungsi melindungi struktur intra okular yang tersusun oleh jaringan kolagen
yang sangat teratur. Kontribusi kornea selain memiliki kemampuan untuk melindungi
kerusakan jaringan mata bagian dalam, yang paling utama adalah membantu proses optik,
serta memfokuskan gambar pada retina. Kornea merupakan salah satu media refraksi yang
paling penting, selain humor akuos, lensa dan vitreous. Kornea dipersarafi oleh nervus
trigeminal (N. V) cabang oftalmika.

- Bilik Mata Anterior dan Posterior

Bilik mata depan adalah ruang berisi humor akuos dan terletak di belakang kornea dan di
depan iris. Humor akuos diproduksi oleh sel epitel non pigmen badan siliar dan mengalir
melalui belakang pupil ke bilik mata depan serta mensuplai kebutuhan metabolik dan nutrisi
untuk lensa dan kornea Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior (yang
berbeda dari korpus vitreous), yang juga terisi oleh humor akuos.

- Sklera
Sklera merupakan lapisan terkuat yang tersusun atas serabut kolagen. Sklera membentuk
5/6 bagian posterior dari bola mata dan bagian anterior sklera dilapisi oleh konjungtiva. Zona
transisi antara sklera dan kornea perifer disebut limbus.

- Lensa

Lensa adalah struktur yang bersifat transparan yang terletak di belakang iris dan disokong
oleh zonula (ligamentum suspensorium). Lensa memengaruhi kekuatan refraksi mata dan
mempunyai kemampuan yang dapat berubah bentuk (daya akomodasi), agar dapat
menyesuaikan jarak objek yang dilihat.

- Iris dan Badan Siliar

iris merupakan diafragma tipis berpigmen dan memiliki celah di bagian tengah yang
bernama pupil. Pupil berperan dalam pengaturan jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris
memiliki dua otot yang berfungsi mengatur diameter pupil, yaitu m. sfingter pupil dan m.
dilator pupil. Refleks cahaya pupil merupakan konstriksi pupil sebagai respons terhadap
stimulus cahaya.

- Badan Vitreus

Badan vitreus atau korpus Vitreous merupakan jeli transparan yang mengisi segmen
posterior mata. Tersusun dari 98% air, dan sisanya terdiri dari asam hialuronat dan anyaman
kolagen halus Fungsinya adalah menyalurkan cahaya dan menyokong permukaan posterior
lensa serta membentuk bola mata. Vitreus menempel dengan diskus optikus, pembuluh darah
retina, dan retina perifer (ora serrata).

- Retina

Retina merupakan membrane tipis yang tersusun atas lapisan luar berpigmen dan lapisan
dalam neurosensoris. Lapisan retina menempel pada diskus optikus pada sisi posterior dan
ora serrata pada sisi anterior. Pada bagian tengah posterior retina terdapat macula yang
berperan pada sistem penglihatan. Di sentral makula terdapat cekungan (fovea sentralis) yang
berperan dalam penglihatan detil.

- Nervus Optik

Nervus optik atau saraf Optik (N.II) berada di 3 mm nasal dari makula. Diskus optikus
disebut sebagai titik buta karena tidak mengandung reseptor batang dan kerucut. Nervus optik
memiliki panjang 4 cm dan muncul keluar dari bola mata di posterior orbita melalui kanalis
optikus. Saraf optik dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina
yang membentuk lapisan serabut saraf.

- Trakus dan Jaras Optikus

Traktus optikus merupakan lanjutan dari kiasma optikum dan berjalan ke arah
posterolateral dan berakhir di korpus genikulatim lateral di thalamus. Sebagian kecil akan
pergi ke kolikulus superior di mesensefalon untuk memberi impuls pada nukleus motorik
N.III dan nukleus Edinger Westphal

C. STRUKTUR VASKULAR

Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika melalui arteri retina, arteri siliaris, dan
arteri muskularis. Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri
siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea
sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina, dan mendapat darah
secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari
koroid melewati epitel pigmen retina.

D. JALUR PENGLIHATAN

Mata berespons terhadap cahaya dan memicu potensial aksi aferen, yang menghubungkan
mata dengan otak melalui nervus optik dan traktus optik. ] Mata manusia mampu mendeteksi
cahaya dengan panjang gelombang 400-700 nm. Gelombang cahaya dari sebuah objek masuk
ke mata melalui kornea, kemudian melewati pupil menuju makula di retina. Perubahan
intensitas cahaya memengaruhi ukuran diameter pupil; apabila cahaya sangat terang, pupil
akan mengecil (miosis) dan apabila cahaya bersifat redup maka pupil akan melebar
(midriasis). Gelombang cahaya dipantulkan secara konvergen oleh kornea dan lensa kristalin
ke titik fokus yang berlokasi di permukaan posterior lensa. Cahaya yang terbiaskan oleh lensa
selanjutnya melewati vitreous, dan terfokuskan pada retina, yaitu makula. Cahaya yang
mencapai fotoreseptor pada retina (reseptor batang mendeteksi intensitas cahaya, dan reseptor
kerucut mendeteksi warna) akan menyebabkan perubahan pada senyawa kimia rhodopsin
yang akan befungsi untuk menyampaikan potensial aksi (sinyal elektrik). Sinyal elektrik
diteruskan ke sel bipolar yang merupakan neuron orde pertama dari jaras optikus. Informasi
kemudian diteruskan ke sel ganglion yang berperan sebagai neuron orde kedua di lapisan
retina. Serabutnya menyatu pada diskus optikus. Selanjutnya dikirim melalui nervus optik
melalui jalur penglihatan hingga ke korteks visual pada lobus oksipital otak belakang. Di
sinilah sinyal elektrik diinterpretasi sebagai gambar visual.
E. JENIS JENIS PEMERIKSAAN MATA
1. Pemeriksaan Fisik Mata
pemeriksaan fisik mata, seperti bagian dalam kelopak mata, kornea , sklera, lensa
mata, pupil, iris, serta cairan di dalam bola mata. Sedangkan, bagian mata yang lebih dalam,
seperti pembuluh darah, saraf mata, dan retina, akan dilakukan dengan menggunakan
alat oftalmoskop.
2. Pemeriksaan Gerak Otot Mata
Tes ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot mata dalam menggerakkan bola mata. Pada
pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien menutup dan membuka kelopak mata lalu
mengikuti gerakan jari dokter atau objek lainnya.
3. Tes Ketajaman Penglihatan (Uji Reflaksi)
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jelas penglihatan pasien ketika melihat
suatu objek pada jarak tertentu. Tes ketajaman penglihatan umumnya dilakukan
menggunakan kartu Snellen yang terdiri dari beberapa huruf dan angka dengan ukuran yang
bervariasi.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai kemampuan mata pasien dalam melihat suatu
benda di sekitar ketika mata terfokus pada satu titik.
5. Tes Buta Warna
Tes buta warna paling sering dilakukan dengan metode Ishihara. Pada metode ini, pasien
akan diminta menyebutkan tampilan angka atau pola tertentu yang muncul di kartu berwarna
khusus.

DAFTAR PUSTAKA

David Hunter Hubel (1989), Eye, Brain and Vision. New York: Scientific American Library.

David Marr (1982), Vision: A Computational Investigation into the Human Representation

and Processing of Visual Information. San Francisco: W. H. Freeman.

R.W. Rodiek (1988). "The Primate Retina". Comparative Primate

Biology Vol. 4 of Neurosciences. (H.D. Steklis and J. Erwin, editors.) pp. 203–278.
New York: A.R. Liss.
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Akbar Safar S.Kep., Ns., M.Kep

LAPORAN HASIL PENDAHULUAN


BERAT JENIS URINE

OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

BERAT JENIS URINE

A. DEFINISI

Berat jenis urin adalah pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan konsentrasi


total seluruh partikel kimia dalam urin. Penilaian dehidrasi secara klinis terbukti memiliki
tingkat ketidaksepakatan yang tinggi dan masih terdapat unsur subyektifitas sehingga
diperlukan suatu alat ukur yang akurat, murah dan mudah dikerjakan sebagai alat diagnostik
yang obyektif. Peningkatan osmolalitas urin merupakan mekanisme kompensasi bila terjadi
dehidrasi. Osmolalitas urin terbukti berkorelasi positif dengan berat jenis urin. Alat ukur yang
paling reliabel dan valid untuk menilai berat jenis urin adalah refraktometer.Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai titik potong dan akurasi refraktometer sebagai
alat diagnostik dehidrasi.

B. CARA MEMPERSIAPKAN UJI


Penyedia layanan kesehatan Anda mungkin memberi tahu Anda bahwa Anda perlu
membatasi asupan cairan 12 hingga 14 jam sebelum tes.

Penyedia layanan Anda akan meminta Anda untuk berhenti minum obat apa pun
untuk sementara waktu yang dapat memengaruhi hasil tes. Pastikan untuk memberi tahu
penyedia Anda tentang semua obat yang Anda minum, termasuk dekstran dan
sukrosa. JANGAN berhenti minum obat apa pun sebelum berbicara dengan penyedia
layanan kesehatan Anda.

Hal lain juga dapat mempengaruhi hasil tes. Beri tahu penyedia Anda jika Anda baru-
baru ini:

 Punya jenis anestesi apa pun untuk operasi


 Menerima pewarna intravena (media kontras) untuk tes pencitraan, seperti CT atau
MRI scan
 Jamu atau obat alami yang digunakan, terutama jamu Cina
C. RASA UJI
Tes ini hanya melibatkan buang air kecil normal. Tidak ada rasa tidak nyaman.
D. ALASAN DLAKUKAN TES
Tes ini membantu mengevaluasi keseimbangan air dan konsentrasi urin tubuh
Anda.
E. HASIL NORMAL TES
Air seniosmolalitasadalah tes yang lebih spesifik dan tepat untuk konsentrasi
urin. Tes berat jenis urin lebih mudah dan nyaman, dan biasanya merupakan bagian dari
rutinitasurinalisis. Tes osmolalitas urin mungkin tidak diperlukan.

Kisaran normal berat jenis urin adalah 1,005 hingga 1,030. Kisaran nilai normal
mungkin sedikit berbeda antar laboratorium. Beberapa laboratorium menggunakan
pengukuran berbeda atau menguji sampel berbeda. Bicaralah dengan penyedia Anda
tentang arti dari hasil tes spesifik Anda.

F. HASIL TIDAK NORMAL

Peningkatan berat jenis urin mungkin disebabkan oleh kondisi seperti:

 Kelenjar adrenal tidak menghasilkan cukup hormon (seperti penyakit Addison)


 Glukosa dalam urin
 Gagal jantung
 Kadar natrium tinggi dalam darah
 Kehilangan cairan tubuh (dehidrasi)
 Penyempitan arteri ginjal (stenosis arteri ginjal)
 Terkejut
 Sindrom sekresi ADH yang tidak tepat (SIADH)

Penurunan berat jenis urin mungkin disebabkan oleh:

 Kerusakan sel tubulus ginjal (nekrosis tubulus ginjal)


 Diabetes insipidus
 Minum terlalu banyak cairan
 Gagal ginjal
 Kadar natrium rendah dalam darah
 Infeksi ginjal parah (pielonefritis)

G. AKIBAT BERAT JENISURINEYANG TINGGI

Berat jenis urin yang tinggi menunjukkan adanya konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi
dan konsentrasi air yang lebih rendah dari yang diharapkan. Terminologi medis untuk ini
disebut hypersthenuria . Ada banyak alasan mengapa berat jenis urin tinggi, termasuk:

 Konsentrasi zat yang tinggi seperti glukosa, sel darah, bakteri, kristal, protein, atau
bilirubin
 Diare
 Gagal jantung
 Diabetes mellitus
 Masalah hormonal

Konsentrasi zat terlarut yang tinggi akan mengakibatkan berat jenis urin menjadi tinggi
karena adanya hubungan antara zat terlarut dengan air dalam memperoleh nilai USG. Ada
banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat terlarut, dan
profesional medis harus mempertimbangkan kemungkinan tersebut dan melakukan diagnosis
lebih lanjut tergantung pada zat terlarut mana yang meningkat.
Diare (atau kondisi apa pun yang dapat menyebabkan kehilangan banyak air, seperti infeksi
kandung kemih) akan mengakibatkan berat jenis yang tinggi karena cepatnya air dikeluarkan
dari tubuh. Kotoran yang encer telah melewati usus bagian bawah tanpa kelembapan penting
diserap kembali ke dalam aliran darah. Karena kelembapan ini tidak masuk ke aliran darah,
maka tidak ada kesempatan untuk ditambahkan ke urin dan menurunkan berat jenis.
Penyakit jantung dapat mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Dalam
beberapa kasus, cairan mungkin tertahan di area yang tidak biasa (seperti perut) sehingga
tidak melewati sistem ginjal untuk menghasilkan urin. Hal ini menyebabkan berat jenis yang
tinggi dan kadar natrium yang rendah dalam urin.
Hormon antidiuretik adalah hormon yang membantu pembentukan urin. Ketika konsentrasi
hormon antidiuretik yang tinggi ada di dalam tubuh, ginjal bekerja untuk menghasilkan urin
yang lebih pekat. Cara mudah untuk mengingat fungsi hormon antidiuretik adalah dengan
melihat kata di seluruh bagiannya. Sebuah "diuretik" adalah sesuatu yang meningkatkan
aliran cairan ke seluruh tubuh. Diuretik yang umum adalah kopi, yang mungkin membuat
seseorang lebih sering buang air kecil setelah mengonsumsinya. "Anti" di depan sebuah kata
mengarah ke kebalikan dari akar kata aslinya. Jadi, "antidiuretik" mengacu pada sesuatu yang
tidak menghasilkan produksi urin lebih banyak. Ketika seseorang memiliki masalah
kesehatan yang mengakibatkan produksi hormon antidiuretik terlalu banyak, mereka
menghasilkan urin yang sangat pekat. Artinya urin mereka akan memiliki nilai USG yang
tinggi secara klinis.
H. AKIBAT BERAT JENIS URINE YANG RENDAH
Setiap nilai berat jenis urin di bawah 1,005 dianggap rendah. Seorang pasien dengan berat
jenis rendah dikatakan menderita hipostenuria . Karena berat jenis adalah perbandingan
massa jenis urin terhadap massa jenis air, maka nilai yang rendah menunjukkan bahwa
konsentrasi airnya tinggi, sedangkan konsentrasi zat terlarutnya rendah. Nilai yang rendah
mungkin mengindikasikan salah satu kondisi berikut:

 Mengkonsumsi air dalam jumlah banyak


 Diabetes insipidus
 Penurunan fungsi ginjal atau gagal ginjal

Ketika seseorang mengonsumsi air dalam jumlah besar, tubuh harus mengeluarkan lebih
banyak air dari biasanya untuk mempertahankan kadar air homeostatis di dalam
tubuh. Dalam kasus ini, nilai berat jenis yang rendah mungkin tepat dan menunjukkan sedikit
bahaya. Faktanya, banyak penyedia layanan kesehatan mungkin menginstruksikan pasien
untuk mengonsumsi air dalam jumlah besar sebelum memberikan sampel untuk urinalisis. Ini
disebut tes pemuatan air , dan dalam hal ini penyedia layanan kesehatan mengharapkan nilai
yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Krishnan A, Levin A. Penilaian laboratorium penyakit ginjal: laju filtrasi glomerulus,

urinalisis, dan proteinuria. Dalam: Yu ASL, Chertow GM, Luyckx VA, Marsden
PA, Skorecki K, Taal MW, eds. Brenner dan The Kidney karya Rektor . edisi ke-
11. Philadelphia, PA: Elsevier; 2020: bab 23.

Riley RS, McPherson RA. Pemeriksaan dasar urin. Dalam: McPherson RA, Pincus MR,

penyunting. Diagnosis dan Penatalaksanaan Klinis Henry dengan Metode


Laboratorium . edisi ke-24. Philadelphia, PA: Elsevier; 2022: bab 29.

Villeneuve PM, Bagshaw SM. Penilaian biokimia urin. Dalam: Ronco C, Bellomo R,

Kellum JA, Ricci Z, eds. Nefrologi Perawatan Kritis . edisi ke-3. Philadelphia, PA:
Elsevier; 2019: bab 55.
Praktik Iimu Dasar Biomedik
Dosen : Sunarti, S.Kep., Ns., M.Kep

LAPORAN HASIL LABORATORIUM


TES KEHAMILAN

OLEH :
Nama : ARTITA PUTRI AGTRILIA
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

TES KEHAMILAN
A. DEFINISI
Tes kehamilan mengukur hormon dalam tubuh yang disebut human chorionic
gonadotropin (HCG atau hCG). HCG adalah hormon yang diproduksi selama
kehamilan. Tampaknya dalam darah dan urin wanita hamil sedini 10 hari setelah
pembuahan.
B. CARA TES KEHAMILAN
Tes kehamilan dilakukan dengan menggunakan darah atau urin. Ada 2 jenis tes darah:

 Kualitatif, yang mengukur apakah ada hormon HCG


 Kuantitatif, yang mengukur berapa banyak HCG yang ada

Tes darah dilakukan dengan mengambil satu tabung darah dan mengirimkannya ke
laboratorium. Anda dapat menunggu mulai dari beberapa jam hingga lebih dari satu hari
untuk mendapatkan hasilnya.

Tes HCG urin paling sering dilakukan dengan meletakkan setetes urin pada strip kimia
yang telah disiapkan. Dibutuhkan 1 hingga 2 menit untuk mendapatkan hasilnya.Untuk tes
urine, Anda buang air kecil ke dalam cangkir.

Untuk tes darah, penyedia layanan kesehatan menggunakan jarum suntikmengambil


darah dari pembuluh darahmuke dalam tabung. Ketidaknyamanan apa pun yang mungkin
Anda rasakan akibat pengambilan darah hanya akan berlangsung beberapa detik.

C. MENGAPA TES KEHAMILAN DILAKUKAN

Tes ini dilakukan untuk:

 Tentukan apakah Anda hamil


 Diagnosis kondisi abnormal yang dapat meningkatkan kadar HCG
 Perhatikan perkembangan kehamilan selama 2 bulan pertama (hanya tes kuantitatif)

D. HASIL BIASA

Tingkat HCG meningkat dengan cepat selama trimester pertama kehamilan dan
kemudian sedikit menurun.

E. HASIL TIDAK NORMAL

Tingkat HCG seharusnya hampir dua kali lipat setiap 48 jam pada awal
kehamilan. Kadar HCG yang tidak naik dengan tepat mungkin mengindikasikan adanya
masalah pada kehamilan. Masalah yang terkait dengan peningkatan kadar HCG yang tidak
normal meliputi keguguran dan kehamilan ektopik (tuba).Tingkat HCG yang sangat tinggi
mungkin menandakan kehamilan anggur atau lebih dari satu janin, misalnya kembar.

F. PERTIMBANGAN

Tes kehamilan urin hanya akan positif bila Anda memiliki cukup HCG dalam darah
Anda. Kebanyakan tes kehamilan yang dijual bebas di rumah tidak akan menunjukkan
bahwa Anda hamil sampai siklus menstruasi yang diharapkan terlambat. Pengujian
sebelum ini seringkali memberikan hasil yang tidak akurat. Tingkat HCG lebih tinggi jika
urin Anda lebih pekat. Waktu yang tepat untuk melakukan tes adalah ketika Anda pertama
kali bangun di pagi hari.

G. JENIS JENIS TEST PACK

Jenis test pack cukup bervariasi dan setiap produk tersebut memiliki instruksi
penggunaan yang berbeda-beda. Berikut adalah tiga jenis test pack yang umum digunakan:

1. Test Pack Strip

Alat uji kehamilan berupa strip plastik yang digunakan dengan cara mencelupkan strip ke
dalam urine.

2. Pregnancy Cassette Test

Alat uji kehamilan berbentuk stick yang digunakan dengan cara meneteskan urine ke
tempat tetesan urine yang ada di alat tersebut.

3. Test Pack Digital

Cara kerja alat uji kehamilan ini sama dengan jenis strip, hanya saja lebih modern karena
memiliki layar digital yang menunjukkan hasil tes, yaitu dengan keterangan “hamil” atau
“tidak hamil”.

H. CARA MENGGUNAKAN TEST PACK


Cara menggunakan tespek atau test pack yang tidak tepat dapat memengaruhi
keakuratan hasilnya. Maka dari itu, sebelum menggunakannya, pastikan untuk mengecek
tanggal kedaluwarsa dan petunjuk cara menggunakan tespek yang tertera pada kemasan.
Pasalnya, setiap alat bisa saja memiliki cara menggunakan tespek yang berbeda.

Pertama-tama, kumpulkan sampel urine ke dalam wadah. Perlu diingat bahwa


sampel urine yang digunakan sebaiknya adalah dari pancaran urine tengah (midstream
urine). Jadi buang terlebih dahulu pancaran awal urine, kemudian tampung urine tengah
dan buang pancaran urine terakhir.

Secara umum, alat uji tes kehamilan ini dilakukan dengan cara mencelupkan alat
tes ke dalam urine selama 5–10 detik. Hasil tespek biasanya akan langsung muncul dalam
beberapa menit, tergantung dari merek alat tes yang digunakan.

I. WAKTU YANG TEPAT UNTUK TEST PACK

Apabila sudah merasakan adanya tanda-tanda kehamilan, seperti telat menstruasi,


kram, mual-mual (morning sickness), perubahan pada payudara, dan sebagainya, segera
lakukan pemeriksaan menggunakan alat tes kehamilan.

Cara menggunakan tespek ini tidak disarankan untuk dilakukan beberapa hari setelah
berhubungan intim, karena hasilnya bisa saja negatif. Hal ini bisa terjadi karena hormon
hCG belum terbentuk atau kadarnya masih sangat rendah.

Sebaiknya, gunakan alat tes kehamilan minimal di hari pertama terlambat haid atau
sekitar dua minggu setelah melakukan hubungan intim. Jika ingin mendapatkan hasil lebih
akurat, lakukan tes setelah terlambat haid selama 1–2 minggu.

J. CARA MEMBACA HASIL TEST PACK

Apabila positif hamil, alat tes akan menunjukkan hasil garis dua (pada jenis strip) atau
keterangan “hamil” (pada jenis digital). Sebaliknya, jika hasil tes menunjukkan garis satu
atau keterangan “tidak hamil” maka artinya negatif/belum hamil.

Lantas, bagaimana jika hasil tes garis dua namun satunya samar? Kondisi ini bisa saja
menunjukkan kehamilan namun kadar hormon hCG belum cukup tinggi. Hal ini bisa
terjadi ketika menggunakan alat uji kehamilan terlalu dini atau urine dalam keadaan tidak
baik.

Meski alat uji kehamilan ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi, alat ini bisa saja
menunjukkan hasil yang salah. Test pack bisa saja menunjukkan hasil positif padahal tidak
dalam kondisi hamil (positif palsu) ataupun menampilkan hasil negatif padahal sedang
hamil (negatif palsu).

Hasil positif palsu bisa terjadi pada wanita yang menjalani terapi kesuburan atau
mengalami keguguran di awal kehamilan. Sementara itu, hasil negatif palsu biasanya
disebabkan oleh tes yang dilakukan terlalu dini, sehingga hormon hCG belum bisa
terdeteksi.

Kemudian, usahakan untuk melakukan tes ini di pagi hari setelah bangun tidur. Pasalnya,
urine pertama di pagi hari masih pekat, sehingga hasil tesnya bisa lebih akurat. Sebaliknya,
melakukan tes di siang hari dapat memengaruhi hasil tes karena konsistensi urine
cenderung lebih encer, sehingga hormon hCG sulit terdeteksi.

DAFTAR PUSTAKA

Jeelani R, Bluth MH. Fungsi reproduksi dan kehamilan. Dalam: McPherson RA, Pincus

MR, penyunting. Diagnosis dan Penatalaksanaan Klinis Henry dengan Metode L


aboratorium . edisi ke-24. Philadelphia, PA: Elsevier; 2022: bab 26.

Warner EA, Herold AH. Menafsirkan tes laboratorium. Dalam: Rakel RE, Rakel DP,

eds. Buku Ajar Kedokteran Keluarga . edisi ke-9. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 2016: bab 14.

Anda mungkin juga menyukai