Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA IAI PERSIS BANDUNG

Student Loan : Fenomena Pinjaman Online Untuk Pembayaran UKT

Fahri Faturohman
023060021

Rabu,07 Februari 2024

unculnya fenomena student loan di Indonesia menandakan bahwa mahasiswa di

M Indonesia sedang membutuhkan dana pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan


merupakan salah satu dari problematika pendidikan di Indonesia. Inflasi biaya
pendidikan dari tahun ketahun terus meningkat sedangkan mutu dan kualitas pendidikan
masih stagnan, mengutip dari badan pusat statistik mengumumkan inflasi sektor pendidikan
pada Juni 2023 mencapai 2,75% atau terjadi kenaikan indeks dari 109,62 pada Juni 2022
menjadi 112,63 pada juni 2023. Penyumbang inflasi secara tahunan terbesar yaitu uang
kuliah akademik atau perguruan tinggi 0,06%. Dalam bebearapa kasus, terutama untuk
sekolah swasta atau perguruan tinggi favorit, inflasi biaya pendidikan bisa mencapai 10-15%
pertahun.

Dilansir dari biayakuliah.web.id, perkiraan biaya kuliah di perguruan tinggi negeri


(PTN) pada 2003/2024 sampai selesai adalah uang kuliah tunggal (UKT) yang dibayarkan
ditambah biaya-biaya lain. Diperkiraan biaya kuliah S1 mencapai Rp.80 jutaan. Sedangkan di
kampus swasta sampai selesai mencapai Rp.90 jutaan. Namun estimasi biaya ini cuman
perkiraan rata-rata. Realisasinya di lapangan bisa lebih besar atau lebih besar tergantung
kampus dan bidang studi yang di ambil.Sebenarnya apa yang meyebabkan biaya pendidikan
di Indonesia mahal dan mengalami kenaikan setiap tahunya?

Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk badan hukum jelas
memiliki konsekuensi ekonomis dan politis semakin semakin besar. Dengan perubahan
setatus ini pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan
warganya kepada pemilik badan hukum yang tidak jelas sosoknya. Perguruan tinggi pun
berubah menjadi badan hukum milik negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah
beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada
melambungnya biaya pendidikan di beberapa perguruan tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak
lepas dari tekanan hutang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran hutang. Hutang luar
negeri Indonesia sebesar 35-40% dari APBN setiap tahunya merupakan faktor pendorong
privatisasi pendidikan. Akibatnya pendidikan yang menjadi korban. Privatisasi pendidikan
berarti pemerintah telah melegetimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan
tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan kepasar. Dengan begitu, nantinya sekolah
memiliki otonomi untuk menentukan sendiri penyelenggaraan biaya pendidikan. Sekolah
tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan
mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan yang
berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial,
antara yang kaya dan miskin, padahal mendapat pendidikan yang layak adalah hak seluruh
bangsa.

Ironisnya karena biaya pendidikan yang begitu mahal maka terjadilah fenomena
student loan yang menggunakan sistem pinjaman online, yang mana pihak kampus
bekerjasama dengan sejumlah pihak ketiga, yaitu lembaga keuangan bukan bank (LKKB)
adapun penyedia pinjol itu danacita dan ditetapkan bunga yang lumayan besar dan mahasiswa
harus membayar dalam waktu 6 sampai 18 bulan. Dilansir dari https://economy.okezone.com
bunga pinjol danacita untuk biaya kuliah di ITB bisa mencapai 0,3% hingga 24%. Hal itu
tergantung cicilan yang dipilih selain itu ada rincian biaya bulanan platfrom sebesar 1,75%
dan biaya persetujuan sebesar 3%. Hal ini tetunya tidak sesuai dengan undang-undang yang
telah ditentukan tentang perguruan tinggi.

Dalam UU no.12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi pasal 76 ayat 1 disebutkan
bahwa pemerintah,pemerintah daerah, dan atau perguruan tinggi berkewajiban memenuhi hak
mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya susuai
dengan peraturan akademik. Adapun solusinya disebutkan dalam ayat ke 2 poin a sampai c
yaitu : a). beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi, b). bantuan atau membebaskan biaya
pendidila dan atau, c). pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah lulus dan atau
memperoleh pekerjaan. Maka dari itu berdasarkan undang-undang ini jelas bahwasanya
student loan yang terjadi pada kampus-kampus yang menggunakan sistem pinjaman online
sudah melanggar undang-undang yang telah ditetapkan.

Selain itu masih dalam UU no.12 tahun 2012 pasal 3 dikatakan bahwa pendidikan
tinggi berasaskan keterjangkauan. Keterjangkauan itu didalam penjelsanya dinyatakan bahwa
pendidikan tinggi diselenggarakan dengan biaya pendidikan yang ditanggung sesuai dengan
kemampuan ekonominya. Jadi jelas biaya yang mahal dan semakin mahal setiap tahunya itu
tidak sesuai dengan undang-undang. Disebutkan lagi dalam pasal 6 nya tentang prinsip dan
tanggung jawab penyelenggara pendidikan tinggi, bahwasanya pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan prinsip keberpihakan pada kelompok masyarakat kurang mampu
secara ekonomi.

Bukan hal yang mustahil jika semakin mahal biaya pendidikan maka akan semakin
sedikit juga yang mengakses pendidikan. Berdasarkan data dari badan pusat statistik (BPS)
tahun 2023 dilihat dari angka partisipasi kasar (APK)Perguruan tinggi bahwa yang masuk
keperguruan tinggi hanya 31,45% dalam artian ada 69% lebih anak-anak SMA tidak
melanjutkan keperguruan tinggi. Maka semakin mahal biaya pendidikan di Indonesia maka
akan semakin sedikit akses generasi muda yang akan masuk perguruan tinggi. Belum lagi
pendidikan di indonesia sedang terkena virus mcdonalisasi.

Ketika perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, terseret arus besar industrialisasi
yang menjelma dalam komodifikasi penmdidikan, maka mereka juga tidak luput masauk
kedalam perangkap dilema industrial. Perguruan tinggi ingin menggali pendanaan lokal
dengan menjual jasa pendidikan kepada masyarakat secara cepat dan menguntungkan manun
terjadi degradasi kualits pendidikan, atau tetap mempertahankan kualitas pendidikan namun
kesulitan dalam pengadaan dana pendidikan. Apa yang telah dilakukan? Tampaknya mereka
kurang menyadari dilema tersebut dan lebih memilih melakukan bisnis pendidikan demi
mengejar kesejahteraan komunitas kampus agar pembiayaan pendidikan dapat berkelanjutan,
maka mereka harus merumuskan pendidikan yang cepat saji, cepat disantap oleh konsumen,
cepat berproduksi lagi, cepat menciptakan kedejahteraan. Maka terjadilah apa yang
dinamakan denan “McDonaslisasi pendidikan tinggi” yang menyebabkan mutu pendidikan
tidak meningkat dan biaya pendidikan terus meningkat.

Student loan dalam pendidikan indonesia sebetulnya tidak salah jika diterapkan, tetapi
sistem yang digunakan harus ditata dengan rapih dan sesuai dengan udang-udang bukan
malah menawarkan pinjaman online dengan bunga yang tinggi. Ini sangat ironi dimana
mahasiswa disuruh berhutang. Seharusnya pemerintah harus mengambil peran dengan
mengeluarkan student loan yang digarap oleh pemerintah yang nanti diganti mahasiswa
setelah mereka bekerja, jadi pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab dan kemendikbud
melakukan pengawas ekstra terhadap pereguruan-perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai