Anda di halaman 1dari 10

Mobilitas Sosial:

Definisi, Teori, Bentuk, Faktor Pengaruh

Pengertian Mobilitas Sesuai Menurut Para Ahli


Pembicaraan mengenai mobilitas sosial itu masuk dalam disiplin ilmu sosiologi, sehingga
pengertian akan hal tersebut tentu saja diungkapkan oleh para ahli yang merupakan para ahli
sosiologi.

Edward Ransford: Menurut Ransford, mobilitas sosial adalah perpindahan yang mengarah
ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hierarki.

Anthony Giddens: Menurut Giddens, mobilitas sosial adalah sesuatu yang merujuk pada
gerakan dari seorang individu dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan
sosial ekonomi yang berbeda.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
William Kornblum: Kornblum berpendapat bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan
individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan
sosial lainnya.

Michael S. Bassis: Menurut Bassis, mobilitas sosial ini merupakan proses perpindahan
dengan arah ke atas maupun ke bawah pada lingkungan sosial ekonomi yang dapat mengubah
status sosial seseorang dalam tatanan masyarakat.

Kimball Young dan Raymond W. Mack: Dua ahli sosiologi ini mengemukakan bahwa
mobilitas sosial merupakan suatu proses mobilitas dalam struktur sosial, yakni pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi di suatu kelompok sosial.

Paul B. Horton: Horton juga turut menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan mobilitas
sosial, yakni suatu gerakan perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya, atau
gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.

Nah, berdasarkan pada definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial
merupakan proses perpindahan yang terjadi pada individu atau kelompoknya dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain. Berhubung masyarakat Indonesia pada masa
sekarang ini memiliki sistem lapisan sosial terbuka, sehingga tingkat mobilitas sosialnya
dapat meningkat dibandingkan pada sistem lapisan sosial tertutup. Pada sistem lapisan sosial
tertutup, justru cenderung rendah dalam hal mobilitas sosialnya, seperti dapat dilihat pada
masyarakat yang masih mengutamakan sistem kasta.

Mobilitas sosial akan selalu menyangkut tiga hal pokok, yaitu:

1. Perubahan kelas sosial, baik ke arah atas maupun ke bawah.


2. Dialami oleh manusia sebagai individu maupun secara berkelompok.
3. Memperoleh kelas sosial baru.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
Teori Mengenai Mobilitas Sosial
Sama halnya dengan pokok materi dalam sub disiplin ilmu, mobilitas sosial ini juga
mempunyai berbagai teori, sehingga tidak berasal dari pemikiran “ngawur” saja. Teori-teori
mengenai mobilitas sosial telah banyak dirumuskan oleh para ahli sosiologi, sebut saja
Martin Lipset dan Hans Zetterberg, Ralph Turner, dan Pitirim Sorokin. Nah, berikut adalah
ulasan mengenai teori-teori tersebut!

1. Martin Lipset dan Hans Zetterberg


Teori mengenai mobilitas sosial yang dicetuskan oleh Martin dan Hans ini memfokuskan
mengenai penyebab dan dimensi terjadinya sebuah mobilitas sosial di kalangan masyarakat.

Dalam hal penyebab terjadinya mobilitas sosial ini ada dua. Pertama, adanya supply
(pasokan) dari posisi status yang tidak terisi. Kedua, terjadinya pergantian peringkat.
Sederhananya saja, setiap terjadi sebuah mobilitas sosial dengan pergerakan ke arah atas,
pasti juga akan ada pergerakan ke arah bawah.

Sementara itu, dalam hal dimensi terjadinya sebuah mobilitas sosial itu ada empat dimensi:

Okupasi: Dalam dimensi yang pertama ini, para ahli berpendapat bahwa sebuah pekerjaan
yang dimiliki oleh seorang individu, diyakini menjadi faktor penting yang membedakan
adanya keyakinan, nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan, hingga ekspresi emosional dari seorang
individu.

Konsumsi: Dalam dimensi ranking konsumsi ini mengacu pada gaya hidup yang dimiliki
oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat. Orang-orang yang memiliki gaya hidup
dan kehormatan (prestise) sama, biasanya akan berada di kelas konsumsi yang sama pula.
Indeks penghitungan konsumsi ini tidak berdasarkan penghasilan total pekerjaan, tetapi dari
total penghasilan yang telah dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

Kelas Sosial: Dalam dimensi ini, seorang individu dapat dikatakan berada di suatu kelas
sosial yang sama dengan individu lain, apabila mereka menerima individu tersebut secara
bersama-sama dan memiliki hubungan antar individu.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
Misalnya, A merupakan mahasiswa biasa yang berada di kelas sosial menengah. Namun,
dirinya bergaul dengan sekelompok mahasiswa di kelas sosial atas. Nah, orang-orang yang
berada dalam kelompok tersebut, menerima A dengan senang hati untuk bergabung bersama
mereka. Hal tersebut menjadikan A berada di dimensi kelas sosial atas, meskipun dirinya
berasal dari kelas sosial menengah.

Kekuasaan: Dalam dimensi ranking ini, merujuk pada hubungan peran, berupa hubungan
kekuasaan yang dimiliki oleh individu. Mereka meyakini bahwa kekuasaan atau jabatan yang
dimiliki oleh individu lain dapat menjadi “kendaraan” dalam upaya mobilitas sosial ini.

2. Ralph Turner
Teori yang dicanangkan oleh Ralph Turner ini menghubungkan sistem pendidikan
dengan upaya mobilitas sosial yang ada. Asumsi yang melatarbelakangi pemikiran tersebut
adalah bahwa adanya sistem kelas terbuka, ditandai dengan dibukanya sekolah-sekolah
umum, sehingga akan berpeluang bagi masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial vertikal.
Ralph Turner juga mengemukakan bahwa mobilitas sosial itu ada dua jenis, yang didasarkan
pada norma masyarakat, yakni mobilitas sponsor dan mobilitas kontes. Dalam mobilitas jenis
sponsor, penentuan anggota masyarakat yang dapat masuk di kelas sosial atas adalah melalui
pemilihan dan didasarkan pada beberapa kriteria yang semestinya. Penentuan tersebut juga
tidak bisa dibatalkan oleh strategi apapun. Sementara itu, dalam jenis mobilitas kontes,
adanya sebuah sistem dimana status sosial atas menjadi hadiah atau imbalan untuk seseorang,
apabila berhasil melalui berbagai usaha yang dilakukannya pada suatu persaingan terbuka.
Dari adanya “kontes” persaingan tersebut, seseorang akan mengupayakan kemampuan dan
strategi mereka untuk bersaing dengan individu lain secara adil.

3. Pitirim Sorokin
Teori ketiga yang diungkapkan oleh Sorokin ini berkaitan dengan kesempatan atau
peluang terjadi mobilitas sosial terhadap individu atau sekelompok individu. Sorokin
berpendapat bahwa dalam suatu masyarakat tidak semuanya akan mendapatkan kesempatan
yang benar-benar sama dengan orang lain untuk dapat berpindah status sosialnya. Melalui
teori tersebut, secara tidak langsung maka Sorokin membagi dua tipe dari mobilitas sosial,
yakni mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Pada dasarnya, setiap manusia baik secara individu maupun kelompok, tidak akan pernah
merasa puas dengan apa yang didapat dalam hidupnya, sehingga mereka berkeinginan untuk
terus berpindah ke arah atau status sosial yang lebih baik. Mobilitas sosial tentu saja
berkaitan erat dengan stratifikasi sosial, karena mengacu pada definisinya yakni suatu
perpindahan gerak dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya, baik ke arah bawah
maupun ke arah atas.

1. Mobilitas Sosial Horizontal


Mobilitas sosial horizontal ini adalah perubahan individu maupun kelompok selaku objek
sosial menuju kelompok sosial lainnya yang sederajat. Maksud sederajat ini adalah tidak ada
perubahan yang terjadi di dalam derajat kedudukan seseorang tersebut.

Contohnya, Pak David adalah seorang guru Matematika di SMA, tetapi karena lingkungan
SMA tidak cocok dengan dirinya, maka dirinya memutuskan untuk menjadi guru Matematika
di SMP.

Dalam mobilitas sosial horizontal ini dapat terjadi pada hal-hal berikut:

Tingkatan atau Status: Mobilitas sosial sangat berkaitan dengan tingkatan atau status sosial
yang dimiliki oleh individu, meskipun itu secara sederajat atau horizontal. Misalnya, Pak
Leonel adalah kepala sekolah di SMA suka-suka gue, kemudian dirinya dipindahtugaskan
untuk menjadi kepala sekolah di SMA kok nanya. Hal yang terjadi pada Pak Leonel tetap
dapat disebut sebagai mobilitas sosial tetapi dalam status sosial yang sederajat.

Wilayah: Mobilitas sosial itu dapat terjadi dalam hal sekecil apapun. Bahkan perpindahan
tempat atau wilayah tempatmu berkegiatan juga dapat disebut sebagai mobilitas sosial
horizontal, sebab status sosialmu masih sama seperti sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Vertikal


Mobilitas sosial vertikal merupakan bentuk perpindahan individu atau kelompok selaku objek
sosial menuju kedudukan sosial yang tidak sederajat. Maksud dari tidak sederajat adalah

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
status sosialnya dapat ke arah atas (naik) maupun ke arah bawah (turun). Terdapat beberapa
faktor penyebab terjadinya sebuah mobilitas sosial vertikal, yakni:

Kekayaan: Faktor ini tentu saja dapat mengubah posisi atau kedudukan sosial dari
seseorang, yang mana dapat menjadikannya lebih kaya atau justru lebih miskin.

Kekuasaan: Faktor kekuasaan turut serta dapat menyebabkan terjadinya sebuah mobilitas
sosial vertikal. Seseorang yang mempunyai kekuasaan tertentu, cenderung mudah untuk naik
jabatan sehingga kekuasaannya menjadi bertambah dan mobilitas sosialnya dapat meningkat
secara drastis. Begitu juga sebaliknya, apabila seseorang itu tidak mempunyai kekuasaan
yang cukup untuk naik jabatan, dirinya juga akan mengalami mobilitas sosial ke arah bawah.

Pendidikan: Saluran utama supaya seseorang dapat mengalami mobilitas sosial secara adil
adalah melalui pendidikan, terutama pendidikan formal. Seseorang yang mempunyai latar
belakang pendidikan bagus, tentu saja akan mengalami kenaikan kedudukan serta status
sosialnya, terutama ketika bekerja.

Arah Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas


Sebelumnya, telah dituliskan bahwa mobilitas sosial vertikal ini memiliki dua arah, yakni
menuju ke atas dan menuju ke bawah. Untuk mobilitas sosial vertikal yang menuju ke atas
juga memiliki dua bentuk, yakni:

 Masuk ke dalam kedudukan atau status sosial yang lebih tinggi


Dalam mobilitas sosial ke arah atas ini biasanya terjadi seseorang yang kala itu tengah berada
di status sosial bawah, kemudian terjadi suatu hal yang menyebabkan dirinya mendapatkan
kenaikan status sosial. Misalnya, ada seorang guru honorer yang diterima PNS. Hal itu tentu
saja menjadikan dirinya mengalami kenaikan status sosial hasil dari naiknya jabatan.

 Membentuk sebuah kelompok baru


Pembentukan kelompok baru ini didasarkan karena kelompok tersebut belum ada
sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa “sosok” yang membentuk kelompok baru ini juga
harus berada di status sosial yang lebih tinggi.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
Arah Mobilitas Sosial Turun
Sama halnya dengan arah mobilitas sosial ke arah atas (naik), mobilitas sosial ke arah bawah
(turun) pun juga memiliki bentuk-bentuk utama, yakni:

 Turunnya sebuah kedudukan


Penurunan kedudukan ini biasanya akan berkaitan dengan jabatan di lingkungan kerjanya.
Misalnya, seorang PNS yang pensiun. Ketika menjadi seorang pensiunan, tentu saja secara
tidak langsung akan menurunkan status sosialnya karena kekuasaannya ketika menjabat
posisi tertentu telah “hilang”.

 Turunnya derajat kelompok individu karena terdapat disintegrasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disintegrasi adalah keadaan yang tidak
bersatu padu. Akibat disintegrasi ini, suatu kelompok individu dapat turun status sosialnya
secara bersamaan.

3. Mobilitas Sosial Antargenerasi


Mobilitas antar generasi ini ditandai dengan adanya perkembangan taraf hidup dalam
suatu kehidupan keluarga, baik itu secara menurun maupun meningkat. Hal utama dalam
bentuk mobilitas ini adalah bukan pada perkembangan keturunannya, tetapi pada perpindahan
status sosial yang berdampak pada generasinya. Misalnya, ada seorang pedagang cabai yang
hanya menamatkan pendidikannya hingga Sekolah Dasar saja. Namun, dirinya berhasil
menyekolahkan anaknya hingga lulus sekolah pelayaran. Sang anak ini berhasil mengubah
statusnya dan keluarganya sehingga dapat berbeda dengan status orang tuanya sebelumnya.

4. Mobilitas Sosial Intragenerasi


Mobilitas horizontal intragenerasi ini adalah perpindahan status yang dialami
seseorang dalam generasi yang sama. Maksud dari generasi yang sama adalah perpindahan
status tersebut terjadi pada dirinya sendiri, bukan atas pencapaian anak atau anggota
keluarganya. Misalnya, ada seseorang yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan.
Berkat ketekunan dan keberuntungannya, dia berhasil menjadi mandor. Contoh lain adalah
para remaja kelahiran ‘90-an memiliki kesempatan untuk mengembangkan ilmu IPTEK
karena saat ini tengah berada pada era digital dan globalisasi.

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas
Sosial

Faktor Penghambat Terjadinya Mobilitas Sosial


Faktor Struktural
1. Struktur Pekerjaan
Umumnya, aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam lingkungan masyarakat
dibedakan menjadi dua sektor, yakni sektor formal dan sektor informal. Adanya perbedaan
tersebut jelas mempengaruhi tingkat “keberhasilan” mobilitas sosial masyarakat yang terlibat.
Terutama pada sektor pertanian, anggota masyarakat yang terlibat lebih banyak memiliki
status kedudukan rendah, sehingga tingkat mobilitasnya juga akan rendah. Namun, hal
tersebut tidak lantas membuat mereka “gagal” dalam upaya mobilitas sosial. Justru saat ini
sudah banyak anggota masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan berhasil melakukan
mobilitas sosial, baik secara horizontal maupun vertikal.

2. Ekonomi Ganda
Ekonomi ganda ini biasanya terjadi di negara berkembang, sehingga menimbulkan
dualisme. Pertama, kegiatan ekonominya masih dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat
tradisional. Kedua, kegiatan ekonominya dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat modern.

3. Pengalaman Belajar
Anggota masyarakat yang berasal dari kelas sosial menengah, umumnya memiliki
pengalaman belajar yang lebih terjamin daripada pengalaman belajar yang dimiliki oleh
anggota masyarakat dari kelas sosial rendah. Apalagi, adanya pandangan bahwa ijazah, test,
rekomendasi, hingga jaringan hubungan antar teman dapat menjadi tempat bertukar informasi
disertai dengan rekomendasi yang menyangkut pada kesempatan kerja. Hal tersebut
menyulitkan bagi orang-orang luar untuk “menerobosnya”, sehingga akan menimbulkan
diskriminasi.

Faktor Individu
1. Perbedaan Kemampuan
2. Perbedaan Perilaku
 Pendidikan

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
 Kebiasaan Kerja
 Pola Penundaan Kesenangan
 Kemampuan Cara Bermain
 Pola Kesenjangan Nilai
 Faktor Keberuntungan

Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi menjadi hal utama untuk mendorong terjadinya mobilitas sosial,
terutama pada individu atau kelompok individu yang hidup dalam keadaan ekonomi rendah.
Ketika mereka “memberanikan diri” untuk berpindah tempat ke daerah lain dan berhasil naik
statusnya meskipun tidak terlalu meningkat, itu dapat disebut sebagai mobilitas.

Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial


1. Perubahan Situasi Politik
Perubahan situasi politik yang terjadi di suatu negara pada dasarnya dapat menjadi
bentuk dukungan rakyat terhadap struktur pemerintah yang baru tersebut. Nah, melalui
dukungan-dukungan tersebut, maka seorang individu juga memiliki keinginan untuk
mengembangkan “usahanya” supaya dapat melakukan mobilitas sosial.

2. Perubahan Sosial Budaya


Dalam kehidupan bermasyarakat, baik di perkotaan atau pedesaan, pasti akan
senantiasa terjadi perubahan, baik dalam struktur sosial, interaksi sosial, hingga sistem tata
nilai yang berlaku. Perubahan-perubahan tersebut nantinya dapat mendorong individu
melakukan penyesuaian terhadap tuntutan perubahan tersebut, sehingga secara tidak sadar
akan menimbulkan keinginan untuk melakukan social climbing. Social climbing adalah
perpindahan status sosial anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang
lebih tinggi. Tidak hanya itu, kemajuan teknologi dan perubahan ideologi juga membuka
kemungkinan akan timbulnya mobilitas ke arah atas serta “menciptakan” stratifikasi baru
yang berkembang di masyarakat.

3. Perubahan Ekonomi
Situasi ekonomi yang berjalan di suatu masyarakat, tentu saja memberikan dorongan
kepada individu atau sekelompok individu untuk meningkatkan status sosial mereka. Apalagi

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/
jika situasi ekonomi pada kala itu membaik dan membuat mereka berhasil dalam
menjalankan berbagai macam usaha.

4. Faktor Kemiskinan
5. Faktor Diskriminasi Kelas
6. Faktor Perbedaan Ras dan Agama
7. Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
8. Perbedaan Kepentingan

https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/

Anda mungkin juga menyukai