Literasi Informasi Makalah Kel.11-2
Literasi Informasi Makalah Kel.11-2
Oleh: Kelompok 11
Fatimah Indah Sari : 220101120054
Wilda Ulfah : 220101120036
Salma Iasha Nur Azizah : 220101120113
الر ِح ْي َم
َّ الر ْح َم ِن ِ بِس ِم
َّ اهلل ْ
الحمد هلل رب العا لمين والصال ة والسالم على اشرف األ نبياء والمرسلين سيدنا
.محمدوعلى اله وصحبه اجمعين
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pustakawan, Layanan Referensi Digital dan Hoax”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Literasi Informasi dengan dosen pengampu Ibu
Norlatifah, S.Pd., MA.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna (masih banyak
kekurangan dan kekeliruan). Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi Mahasiswa serta
bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan meningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Aamiin Yaa Robbal „Alamin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Lestari, Annisa Dwi, et al. "Perpustakaan digital sebagai alternatif utama dalam memberikan
layanan pada masa pandemi di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bandung." Al-Kuttab:
Jurnal Kajian Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan 3.1 (2021): 22-32.
1
Keberadaan hoaks memunculkan dilema baru dalam tugas pustakawan dalam
menyajikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, perlu
pemahaman yang mendalam tentang cara mengidentifikasi dan menanggulangi hoaks
dalam konteks layanan referensi digital. Ini memerlukan upaya kolaboratif antara
pustakawan, pengembang teknologi informasi, dan ahli keamanan digital untuk
menciptakan mekanisme penyaringan yang efektif dan efisien.2
Dalam makalah ini, akan diulas lebih lanjut mengenai peran pustakawan
dalam merespons tantangan penyebaran hoaks di era digital, bagaimana layanan
referensi digital dapat menjadi alat yang efektif dalam memerangi hoaks, serta
tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi solusi tersebut. Dengan
demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang
peran pustakawan dalam mendukung integritas informasi digital dan mengatasi
dampak hoaks dalam masyarakat modern.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
ISTIARNI, Atin. “Tangkal Hoax Melalui Literasi Media”. Jejak pena pustakawan, 2018. Hal.196.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persebaran Hoax dalam Era Digital
Persebaran hoaks dalam era digital telah menjadi fenomena yang semakin
meresahkan, membentuk lanskap informasi yang penuh tantangan. Era digital,
dengan akses internet yang meluas dan kemampuan berbagi informasi secara instan,
telah menciptakan lingkungan di mana hoaks dapat menyebar dengan cepat dan
meluas. Peristiwa ini tidak hanya mempengaruhi perpustakaan dan layanan referensi
digital, tetapi juga memengaruhi masyarakat secara keseluruhan.3
Satu aspek penting dari persebaran hoaks dalam era digital adalah daya
tangkalnya yang rendah terhadap kendali informasi. Platform-platform media sosial
dan situs web berita palsu menjadi wadah utama penyebaran hoaks. Informasi yang
tidak diverifikasi dengan baik dapat dengan mudah menjadi viral, menciptakan
gelombang opini dan reaksi publik yang tidak didasarkan pada fakta yang valid.
Pustakawan dan penyedia layanan referensi digital dihadapkan pada tugas yang
semakin sulit untuk memastikan keaslian informasi di tengah banjir informasi yang
tidak terkendali.
3
ISTIARNI, Atin. “Tangkal Hoax Melalui Literasi Media”. Jejak pena pustakawan, 2018. Hal.196.
4
Bahgia, Saiful. "Peran Pustakawan Dalam meningkatkan Produktivitas Masyarakat Pelaku UMKM
dan Percepatan Transformasi Perpustakaan Digital Di Aceh" Jurnal Kreasi Rakyat 1.1 (2023): 1-10.
3
digital, kemampuan untuk memilah dan menilai kebenaran informasi menjadi
semakin penting. Ketidakmampuan untuk melakukan verifikasi sumber atau menilai
kredibilitas informasi dapat menjadi kendala serius dalam melawan penyebaran
hoaks. Oleh karena itu, layanan referensi digital dan pustakawan memiliki peran yang
semakin penting dalam memberikan edukasi kepada pengguna tentang keterampilan
literasi informasi ini.
4
mengevaluasi informasi yang didapat dan bagaimana menggunakan informasi secara
tepat dan bijak.5
5
Rahayuningsih, Fransisca. ”Peran Pustakawan sebagai agent of change memerangi hoax di media
sosial”. Media Informasi 29.2: 168-177.
5
2. Berperan sebagai information consultant
Peran ini tidak hanya sekedar sebagai pustakawan referensi, tetapi juga
sebagai penasihat (consultant) dan pemberi solusi (solution maker). Sebagai
konsultan informasi, pustakawan seolah-olah berprofesi sebagai psikolog bagi
pemustakanya. Sebagai seorang psikolog, pustakawan diharapkan mampu memahami
sifat, perilaku, dan karakteristik pemustaka ketika meminta informasi kepada
pustakawan. Dalam konteks hoax ini, pustakawan dapat menjadi mediator yang
solutif dalam memberikan penjelasan terhadap isu-isu hoax yang sedang dialami oleh
pemustaka dan masyarakat.
Informasi hoax ini tidak hanya berupa berita bohong atau fitnah yang berada
di internet dan media sosial, tetapi juga terkait dengan plagiarism dalam hal penulisan
atau publikasi ilmiah. Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan dapat
menunjukkan kepada pemustaka tentang bagaimana penulisan atau pembuatan karya
tulis yang tidak melanggar plagiarisme. Dalam hal ini, pustakawan dapat mengajari
tentang pengutipan tulisan (langsung atau tidak langsung) dan penggunaan daftar
pustaka, baik secara manual maupun otomatis. Cara otomatis misalnya dengan
memanfaatkan aplikasi reference manager Mendeley untuk mengutip dan menyusun
daftar pustaka; dan memanfaatkan WriteCheck, Turnitin, Ithenticate, dan Plagiarisma.
Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan mampu menjadi Pencegah
adanya informasi hoax yang terkait dengan penerbitan publikasi ilmiah.
6
perannya sebagai PPID, tugas pustakawan adalah sebagai penerima dan penjawab
aduan/komplain pemustaka dan masyarakat.
Salah satu peran kunci layanan referensi digital adalah berperan sebagai filter
informasi. Pustakawan memiliki tanggung jawab untuk melakukan penyaringan
informasi dengan cermat sebelum menyajikannya kepada pengguna. Dalam konteks
hoaks, ini melibatkan penilaian terhadap keandalan sumber informasi, kredibilitas
penulis, dan konsistensi dengan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Dengan
melakukan filter ini, layanan referensi digital dapat memitigasi risiko penyebaran
6
Nashihuddin, Wahid. “Pustakawan, penangkal informasi hoax di masyarakat”. Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah–LIPI, halaman (2017): 1-5.
7
hoaks dan memastikan bahwa informasi yang disediakan adalah akurat dan dapat
dipercaya.7
Kolaborasi dengan ahli keamanan digital merupakan langkah lain yang dapat
diambil oleh layanan referensi digital untuk memperkuat pertahanan terhadap hoaks.
Kerjasama dengan ahli keamanan digital memungkinkan pustakawan untuk
memahami dan mengimplementasikan teknologi kecerdasan buatan, algoritma
analisis teks, dan metode deteksi hoaks lainnya. Dengan memanfaatkan keahlian ini,
layanan referensi digital dapat secara efektif mengidentifikasi dan menanggulangi
hoaks sebelum penyebarannya menjadi luas.
7
Wulansari, Ayu. "Information Literacy: Peluang dan Tantangan pustakawan Di Era Digital Native
(Best practice pustakawan Universitas Muhammadiyah Ponorogo dalam pengembangan program
literasi informasi)." (2017): 123-135.
8
Bawden, David. "Origins and concepts of digital literacy." Digital literacies: Concepts, policies and
practices 30.2008 (2008): 17-32.
9
Wilson, Mat T. "A Review of “Introduction to Information Science and Technology” Davis, Charles
H., and Debora Shaw, eds. Medford, NJ: Information Today, 2011, 272 pp., $59.50, ISBN: 978-1-
57387-423-6." (2012): 222-223.
8
Dengan mengintegrasikan fungsi penyaringan informasi, memberikan edukasi
kepada pengguna, berkolaborasi dengan ahli keamanan digital, dan mengembangkan
algoritma anti-hoaks, layanan referensi digital menjadi garda terdepan dalam upaya
pencegahan penyebaran hoaks. Dengan demikian, layanan referensi digital tidak
hanya berperan sebagai penyedia informasi tetapi juga sebagai penjaga keandalan dan
kredibilitas informasi di era digital yang penuh tantangan ini.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era digital yang terus berkembang, peran pustakawan dan layanan
referensi digital tidak hanya menjadi bagian integral dari akses informasi tetapi juga
menjadi pertahanan utama melawan penyebaran hoaks. Makalah ini telah membahas
secara mendalam tantangan dan peran krusial yang dihadapi oleh pustakawan dalam
menjaga keberlanjutan integritas informasi di lingkungan digital yang dinamis.
Melalui pemahaman mendalam tentang fenomena hoaks, pustakawan dapat
memainkan peran yang signifikan dalam melawan dampak negatifnya.
10
Sebagai penutup, memahami kompleksitas hoaks dan menghadapinya secara
efektif melibatkan komitmen pustakawan, pengembang teknologi, dan masyarakat
umum. Dengan menjalankan peran masing-masing dan terus berkolaborasi, kita dapat
membangun fondasi yang kuat untuk melindungi integritas informasi dan
memastikan bahwa layanan referensi digital tetap menjadi sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya di era digital ini.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kami mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini, dan semoga bisa bermanfaat dan semakin
meningkatkan minat baca pada diri kita sendiri dan dapat menerapkannya pada
masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Istiarni, A. (2018). Tangkal Hoax Melalui Literasi Media. Jejak pena pustakawan.
JURNAL
12
Bawden, D. (2008). “Origins and concepts of digital literacy”. Digital literacies:
Concepts, policies and practices, 30(2008), 17-32. Diakses pada 4 Desember
2023.
13