Anda di halaman 1dari 16

PUSTAKAWAN, LAYANAN REFERENSI DIGITAL DAN HOAX

Disusun untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah Literasi Informasi
Dosen Pengampu: Nor Latifah, S.Pd., M.A

Oleh: Kelompok 11
Fatimah Indah Sari : 220101120054
Wilda Ulfah : 220101120036
Salma Iasha Nur Azizah : 220101120113

PRODI S1 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْي َم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ
‫الحمد هلل رب العا لمين والصال ة والسالم على اشرف األ نبياء والمرسلين سيدنا‬
.‫محمدوعلى اله وصحبه اجمعين‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pustakawan, Layanan Referensi Digital dan Hoax”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Literasi Informasi dengan dosen pengampu Ibu
Norlatifah, S.Pd., MA.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna (masih banyak
kekurangan dan kekeliruan). Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi Mahasiswa serta
bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan meningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Aamiin Yaa Robbal „Alamin.

Banjarbaru, 4 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Persebaran Hoax dalam Era Digital ............................................................... 3
B. Peran Pustakawan dalam Menanggulangi Hoax ............................................ 4
C. Peran Layanan Referensi Digital dalam Mencegah Penyebaran Hoax .......... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan perubahan


paradigmatik dalam dunia perpustakaan seiring dengan munculnya teknologi
informasi. Pustakawan tidak lagi hanya menjadi penjaga koleksi fisik buku, tetapi
juga pemimpin dalam menyediakan akses dan menyusun informasi dalam bentuk
digital. Perkembangan ini sejalan dengan transformasi masyarakat ke arah
penggunaan intensif media digital, yang melibatkan penyampaian dan penerimaan
informasi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.1

Era digital membawa manfaat besar dengan memperluas akses ke


pengetahuan dan informasi. Namun, di sisi lain, kecanggihan teknologi ini juga
membawa tantangan serius, salah satunya adalah penyebaran berita palsu atau hoaks.
Hoaks dapat dengan cepat menyebar melalui berbagai platform digital, menciptakan
ketidakpastian dan memicu kebingungan di tengah masyarakat. Pustakawan, sebagai
penjaga pengetahuan, menjadi semakin relevan dalam memerangi dampak negatif
dari penyebaran hoaks.

Peran pustakawan tidak hanya terbatas pada penyediaan akses ke informasi


yang benar dan dapat dipercaya, tetapi juga melibatkan upaya untuk mengedukasi
pengguna tentang cara memilah dan memilih informasi yang sahih. Dalam konteks
ini, layanan referensi digital yang dikelola oleh pustakawan menjadi landasan penting
dalam mendukung ketepatan informasi yang disediakan kepada pengguna.
Ketersediaan berbagai sumber referensi digital, seperti basis data online dan jurnal
ilmiah elektronik, memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas layanan
referensi.

1
Lestari, Annisa Dwi, et al. "Perpustakaan digital sebagai alternatif utama dalam memberikan
layanan pada masa pandemi di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bandung." Al-Kuttab:
Jurnal Kajian Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan 3.1 (2021): 22-32.

1
Keberadaan hoaks memunculkan dilema baru dalam tugas pustakawan dalam
menyajikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, perlu
pemahaman yang mendalam tentang cara mengidentifikasi dan menanggulangi hoaks
dalam konteks layanan referensi digital. Ini memerlukan upaya kolaboratif antara
pustakawan, pengembang teknologi informasi, dan ahli keamanan digital untuk
menciptakan mekanisme penyaringan yang efektif dan efisien.2

Dalam makalah ini, akan diulas lebih lanjut mengenai peran pustakawan
dalam merespons tantangan penyebaran hoaks di era digital, bagaimana layanan
referensi digital dapat menjadi alat yang efektif dalam memerangi hoaks, serta
tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi solusi tersebut. Dengan
demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang
peran pustakawan dalam mendukung integritas informasi digital dan mengatasi
dampak hoaks dalam masyarakat modern.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Persebaran Hoax dalam Era Digital?


2. Bagaimana Peran Pustakawan dalam Menanggulangi Hoax?
3. Bagaimana Peran Layanan Referensi Digital dalam Mencegah Penyebaran
Hoax?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar Pembaca Mengetahui Bagaimana Persebaran Hoax dalam Era Digital


2. Agar Pembaca Mengetahui Peran Pustakawan dalam Menanggulangi Hoax
3. Agar Pembaca Mengetahui Peran Layanan Referensi Digital Dalam
Mencegah Penyebaran Hoax .

2
ISTIARNI, Atin. “Tangkal Hoax Melalui Literasi Media”. Jejak pena pustakawan, 2018. Hal.196.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persebaran Hoax dalam Era Digital

Persebaran hoaks dalam era digital telah menjadi fenomena yang semakin
meresahkan, membentuk lanskap informasi yang penuh tantangan. Era digital,
dengan akses internet yang meluas dan kemampuan berbagi informasi secara instan,
telah menciptakan lingkungan di mana hoaks dapat menyebar dengan cepat dan
meluas. Peristiwa ini tidak hanya mempengaruhi perpustakaan dan layanan referensi
digital, tetapi juga memengaruhi masyarakat secara keseluruhan.3

Satu aspek penting dari persebaran hoaks dalam era digital adalah daya
tangkalnya yang rendah terhadap kendali informasi. Platform-platform media sosial
dan situs web berita palsu menjadi wadah utama penyebaran hoaks. Informasi yang
tidak diverifikasi dengan baik dapat dengan mudah menjadi viral, menciptakan
gelombang opini dan reaksi publik yang tidak didasarkan pada fakta yang valid.
Pustakawan dan penyedia layanan referensi digital dihadapkan pada tugas yang
semakin sulit untuk memastikan keaslian informasi di tengah banjir informasi yang
tidak terkendali.

Selain itu, karakteristik viralitas hoaks menciptakan tantangan tambahan.


Hoaks sering kali dirancang agar kontennya menarik perhatian dan mendapatkan
reaksi emosional dari pembaca, yang kemudian membagikannya lebih lanjut. Hal ini
menciptakan lingkaran setan di mana hoaks dapat berkembang dan menyebar dengan
cepat. Oleh karena itu, penyebaran hoaks bukan hanya masalah kuantitas informasi
yang salah tetapi juga dampak psikologis dan sosial yang dihasilkan.4

Faktor lain yang mendukung persebaran hoaks adalah kurangnya literasi


informasi di kalangan pengguna. Seiring dengan pertumbuhan volume informasi

3
ISTIARNI, Atin. “Tangkal Hoax Melalui Literasi Media”. Jejak pena pustakawan, 2018. Hal.196.
4
Bahgia, Saiful. "Peran Pustakawan Dalam meningkatkan Produktivitas Masyarakat Pelaku UMKM
dan Percepatan Transformasi Perpustakaan Digital Di Aceh" Jurnal Kreasi Rakyat 1.1 (2023): 1-10.

3
digital, kemampuan untuk memilah dan menilai kebenaran informasi menjadi
semakin penting. Ketidakmampuan untuk melakukan verifikasi sumber atau menilai
kredibilitas informasi dapat menjadi kendala serius dalam melawan penyebaran
hoaks. Oleh karena itu, layanan referensi digital dan pustakawan memiliki peran yang
semakin penting dalam memberikan edukasi kepada pengguna tentang keterampilan
literasi informasi ini.

Untuk mengatasi kompleksitas dari persebaran hoaks dalam era digital,


diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pustakawan, penyedia
layanan referensi digital, platform media sosial, dan masyarakat umum. Peningkatan
literasi informasi, penguatan mekanisme verifikasi informasi, dan pengembangan
teknologi kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi hoaks menjadi langkah-langkah
yang esensial dalam menghadapi tantangan ini. Dengan memahami sumber dan
dinamika penyebaran hoaks, kita dapat membentuk strategi yang lebih efektif untuk
memitigasi dampak negatifnya dalam era digital ini.

B. Peran Pustakawan dalam Menanggulangi Hoax

Pustakawan sebagai agent of change artinya pustakawan tersebut harus punya


semangat untuk mendorong seseorang dan mampu menjadi penggerak perubahan
yang lebih baik dalam kehidupan di masyarakat. Pustakawan yang selama ini
berperan sebagai pengolah dan penyaji informasi diharapkan memiliki peran dalam
memberikan pembelajaran pada masyarakat dalam upaya memerangi hoax di media
sosial. Pustakawan dapat memberikan pembelajaran bagaimana masyarakat
melakukan pengunggahan dan pencarian informasi. Dalam situasi ini pustakawan
dapat melatih masyarakat melalui kegiatan literasi informasi di internet, yaitu
bagaimana mengenali kebutuhan informasinya, bagaimana menentukan sumber
informasi yang tepat, bagaimana mendapatkan informasi yang sesuai, bagaimana

4
mengevaluasi informasi yang didapat dan bagaimana menggunakan informasi secara
tepat dan bijak.5

Beberapa peran yang dapat dilakukan pustakawan untuk menanggulangi informasi


hoax yang menyebar ke masyarakat, dijelaskan sebagai berikut.

1. Berperan sebagai reference librarian

Pelayanan merupakan “roh” kehidupan bagi seorang pustakawan. Tanpa


pelayanan, pustakawan tidak dapat eksis di masyarakat. Wujud roh pelayanan bagi
seorang pustakawan adalah memberikan pelayanan informasi atau bahan bacaan
kepada pemustaka. Dalam memberikan pelayanan, pustakawan dituntut untuk
memberikan pelayanan prima agar setiap pemustaka yang dilayani merasa puas. Agar
kepuasan pemustaka terpenuhi maka pustakawan harus memiliki sifat dan sikap
sebagai seorang pustakawan referensi (reference librarian). Pustakawan referensi
tidak hanya mampu membantu pemustaka dalam mendapatkan sumber-sumber
informasi yang dibutuhkan pemustaka, tetapi juga menjadi mitra dan partner bagi
pemustaka. Ketika menjadi mitra dan partner bagi pemustaka, pustakawan harus
memberikan rasa simpati penuh dan solusi bagi permasalahan yang dihadapi
pemustaka, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi atau literatur untuk
pendidikan dan penelitian. Solusi yang dimaksud adalah pustakawan tidak hanya
menyediakan literatur yang ada, tetapi juga mampu menjelaskan tentang bagaimana
membaca, menyeleksi, dan menggunakan setiap jenis bahan bacaan referensi dengan
tepat dan efisien. Dalam konteks hoax ini, pustakawan referensi menyediakan bahan
bacaan/literatur yang jelas sumbernya, berkualitas, dan mutakhir, serta menjadi
penyaring informasi yang tidak jelas sumbernya dari internet untuk kepentingan
pendidikan dan penelitian.

5
Rahayuningsih, Fransisca. ”Peran Pustakawan sebagai agent of change memerangi hoax di media
sosial”. Media Informasi 29.2: 168-177.

5
2. Berperan sebagai information consultant

Peran ini tidak hanya sekedar sebagai pustakawan referensi, tetapi juga
sebagai penasihat (consultant) dan pemberi solusi (solution maker). Sebagai
konsultan informasi, pustakawan seolah-olah berprofesi sebagai psikolog bagi
pemustakanya. Sebagai seorang psikolog, pustakawan diharapkan mampu memahami
sifat, perilaku, dan karakteristik pemustaka ketika meminta informasi kepada
pustakawan. Dalam konteks hoax ini, pustakawan dapat menjadi mediator yang
solutif dalam memberikan penjelasan terhadap isu-isu hoax yang sedang dialami oleh
pemustaka dan masyarakat.

3. Berperan sebagai plagiarism checker

Informasi hoax ini tidak hanya berupa berita bohong atau fitnah yang berada
di internet dan media sosial, tetapi juga terkait dengan plagiarism dalam hal penulisan
atau publikasi ilmiah. Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan dapat
menunjukkan kepada pemustaka tentang bagaimana penulisan atau pembuatan karya
tulis yang tidak melanggar plagiarisme. Dalam hal ini, pustakawan dapat mengajari
tentang pengutipan tulisan (langsung atau tidak langsung) dan penggunaan daftar
pustaka, baik secara manual maupun otomatis. Cara otomatis misalnya dengan
memanfaatkan aplikasi reference manager Mendeley untuk mengutip dan menyusun
daftar pustaka; dan memanfaatkan WriteCheck, Turnitin, Ithenticate, dan Plagiarisma.
Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan mampu menjadi Pencegah
adanya informasi hoax yang terkait dengan penerbitan publikasi ilmiah.

4. Berperan sebagai PPID lembaga

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) merupakan


penghubung masyarakat (humas). Adapun tugas PPID yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pengelolaan dan pelayanan informasi publik di suatu lembaga. Selain
menjadi pustakawan referensi juga menjadi PPID suatu lembaga. Ketika menjalankan

6
perannya sebagai PPID, tugas pustakawan adalah sebagai penerima dan penjawab
aduan/komplain pemustaka dan masyarakat.

Aduan masyarakat ini bersifat bebas, artinya selain pemustaka/masyarakat


komplain tentang jasa perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang dikelola
lembaga, mereka dapat mengajukan komplain tentang masalah pribadi atau informasi
lain yang dianggap hoax dan terkait dengan lembaga induk, misalnya tentang masalah
hutang-pihutang yang terkait dengan pegawai internal lembaga atau beredarnya surat
palsu tentang kegiatan akreditasi jurnal online yang mengatasnamakan LIPI. Dalam
konteks hoax ini, pustakawan diharapkan mampu menjadi humas lembaga yang
handal dan professional dalam menangani aduan/komplain masyarakat, serta mampu
memberikan penjelasan/penerangan yang benar bagi masyarakat.6

C. Peran Layanan Referensi Digital dalam Mencegah Penyebaran Hoax

Peran layanan referensi digital dalam mencegah penyebaran hoaks menjadi


semakin penting di era digital yang penuh tantangan ini. Layanan referensi digital,
yang dijalankan oleh pustakawan dan profesional informasi, bukan hanya
menyediakan akses ke sumber-sumber informasi, tetapi juga berfungsi sebagai
gerbang penyaringan yang kritis dalam menghadapi potensi penyebaran hoaks.

Salah satu peran kunci layanan referensi digital adalah berperan sebagai filter
informasi. Pustakawan memiliki tanggung jawab untuk melakukan penyaringan
informasi dengan cermat sebelum menyajikannya kepada pengguna. Dalam konteks
hoaks, ini melibatkan penilaian terhadap keandalan sumber informasi, kredibilitas
penulis, dan konsistensi dengan fakta-fakta yang telah terverifikasi. Dengan
melakukan filter ini, layanan referensi digital dapat memitigasi risiko penyebaran

6
Nashihuddin, Wahid. “Pustakawan, penangkal informasi hoax di masyarakat”. Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah–LIPI, halaman (2017): 1-5.

7
hoaks dan memastikan bahwa informasi yang disediakan adalah akurat dan dapat
dipercaya.7

Edukasi pengguna terhadap sumber-sumber terpercaya juga menjadi bagian


integral dari peran layanan referensi digital. Pustakawan dapat mengembangkan
inisiatif edukatif yang memberikan panduan kepada pengguna tentang cara memilah
informasi yang valid dari potensi hoaks. Pelatihan ini mencakup peningkatan literasi
informasi, keterampilan penelusuran online, dan pemahaman tentang ciri-ciri hoaks.
Dengan memberikan edukasi ini, layanan referensi digital dapat memberdayakan
pengguna untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan kritis.8

Kolaborasi dengan ahli keamanan digital merupakan langkah lain yang dapat
diambil oleh layanan referensi digital untuk memperkuat pertahanan terhadap hoaks.
Kerjasama dengan ahli keamanan digital memungkinkan pustakawan untuk
memahami dan mengimplementasikan teknologi kecerdasan buatan, algoritma
analisis teks, dan metode deteksi hoaks lainnya. Dengan memanfaatkan keahlian ini,
layanan referensi digital dapat secara efektif mengidentifikasi dan menanggulangi
hoaks sebelum penyebarannya menjadi luas.

Pengembangan algoritma anti-hoaks menjadi bagian yang semakin esensial


dari peran layanan referensi digital. Pustakawan dapat bekerja sama dengan
pengembang teknologi untuk merancang algoritma yang dapat mengenali pola dan
karakteristik unik dari hoaks. Algoritma ini perlu terus diperbarui dan ditingkatkan
sesuai dengan perkembangan metode penyebaran hoaks yang semakin kompleks.9

7
Wulansari, Ayu. "Information Literacy: Peluang dan Tantangan pustakawan Di Era Digital Native
(Best practice pustakawan Universitas Muhammadiyah Ponorogo dalam pengembangan program
literasi informasi)." (2017): 123-135.
8
Bawden, David. "Origins and concepts of digital literacy." Digital literacies: Concepts, policies and
practices 30.2008 (2008): 17-32.
9
Wilson, Mat T. "A Review of “Introduction to Information Science and Technology” Davis, Charles
H., and Debora Shaw, eds. Medford, NJ: Information Today, 2011, 272 pp., $59.50, ISBN: 978-1-
57387-423-6." (2012): 222-223.

8
Dengan mengintegrasikan fungsi penyaringan informasi, memberikan edukasi
kepada pengguna, berkolaborasi dengan ahli keamanan digital, dan mengembangkan
algoritma anti-hoaks, layanan referensi digital menjadi garda terdepan dalam upaya
pencegahan penyebaran hoaks. Dengan demikian, layanan referensi digital tidak
hanya berperan sebagai penyedia informasi tetapi juga sebagai penjaga keandalan dan
kredibilitas informasi di era digital yang penuh tantangan ini.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam era digital yang terus berkembang, peran pustakawan dan layanan
referensi digital tidak hanya menjadi bagian integral dari akses informasi tetapi juga
menjadi pertahanan utama melawan penyebaran hoaks. Makalah ini telah membahas
secara mendalam tantangan dan peran krusial yang dihadapi oleh pustakawan dalam
menjaga keberlanjutan integritas informasi di lingkungan digital yang dinamis.
Melalui pemahaman mendalam tentang fenomena hoaks, pustakawan dapat
memainkan peran yang signifikan dalam melawan dampak negatifnya.

Penyaringan informasi, menjadi salah satu fungsi utama layanan referensi


digital, telah membantu mengatasi arus informasi yang tidak terkendali. Pustakawan,
dengan keterampilan penilaian kritis mereka, berperan sebagai penjaga gerbang yang
memastikan bahwa informasi yang disediakan kepada pengguna adalah akurat dan
dapat dipercaya. Dalam upaya ini, pustakawan juga merangkul teknologi kecerdasan
buatan dan algoritma analisis teks untuk meningkatkan efektivitas penyaringan.

Edukasi pengguna adalah kunci untuk membangun masyarakat yang cerdas


dan kritis terhadap informasi. Layanan referensi digital dapat menyediakan panduan
dan pelatihan untuk membantu pengguna mengembangkan literasi informasi yang
diperlukan dalam membedakan antara informasi valid dan hoaks. Dengan
memberdayakan pengguna, pustakawan berkontribusi pada pembentukan masyarakat
yang dapat membela diri sendiri terhadap penipuan informasi.

Kerjasama dengan ahli keamanan digital menunjukkan langkah proaktif


dalam menanggulangi hoaks. Pustakawan bekerja bersama untuk mengembangkan
teknologi dan strategi yang dapat mendeteksi hoaks dengan lebih akurat dan efektif.
Ini menciptakan lingkungan layanan referensi digital yang tidak hanya adaptif
terhadap perubahan tetapi juga tanggap terhadap perkembangan metode penyebaran
hoaks yang semakin canggih.

10
Sebagai penutup, memahami kompleksitas hoaks dan menghadapinya secara
efektif melibatkan komitmen pustakawan, pengembang teknologi, dan masyarakat
umum. Dengan menjalankan peran masing-masing dan terus berkolaborasi, kita dapat
membangun fondasi yang kuat untuk melindungi integritas informasi dan
memastikan bahwa layanan referensi digital tetap menjadi sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya di era digital ini.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, kami mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini, dan semoga bisa bermanfaat dan semakin
meningkatkan minat baca pada diri kita sendiri dan dapat menerapkannya pada
masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Istiarni, A. (2018). Tangkal Hoax Melalui Literasi Media. Jejak pena pustakawan.

JURNAL

Lestari, A. D., Sukaesih, S., Rukmana, E. N., & Rohman, A. S. (2021).


“Perpustakaan digital sebagai alternatif utama dalam memberikan layanan
pada masa pandemi di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bandung”.
Al-Kuttab: Jurnal Kajian Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan, 3(1), 22-32.
Diakses pada 24 November 2023.

Bahgia, S. (2023). “Peran Pustakawan Dalam meningkatkan Produktivitas


Masyarakat Pelaku UMKM dan Percepatan Transformasi Perpustakaan
Digital Di Aceh”. Jurnal Kreasi Rakyat, 1(1), 1-10. Diakses pada 24
November 2023.

Rahayuningsih, Fransisca. ”Peran Pustakawan sebagai agent of change memerangi


hoax di media sosial”. Media Informasi 29.2: 168-177. Diakses pada 2
Desember 2023.

Nashihuddin, Wahid. “Pustakawan, penangkal informasi hoax di masyarakat”. Pusat


Dokumentasi dan Informasi Ilmiah–LIPI, halaman (2017): 1-5. Diakses pada
2 Desember 2023.

Wulansari, A. (2017). “Information Literacy: Peluang dan Tantangan pustakawan Di


Era Digital Native (Best practice pustakawan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo dalam pengembangan program literasi informasi)”. (2017): 123-
135. Diakses pada 2 Desember 2023.

12
Bawden, D. (2008). “Origins and concepts of digital literacy”. Digital literacies:
Concepts, policies and practices, 30(2008), 17-32. Diakses pada 4 Desember
2023.

Wilson, M. T. (2012). A Review of “Introduction to Information Science and


Technology” Davis, Charles H., and Debora Shaw, eds. Medford, NJ:
Information Today, 2011, 272 pp., $59.50, ISBN: 978-1-57387-423-6. Diakses
pada 4 Desember 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai