Anda di halaman 1dari 10

KASUS E-KTP

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Oleh :
KELOMPOK 5

HAIKAL PATUNGGA
230811020023
M. AMANDA LAWARAKAN
230811020089
YEHEZKIEL OTAY
230811020033
AURELIA DOTULUNG
230811020037
JESIKA SULILA
2308110200077
GLEN PASIAK
230811020075
NATASYA TAHULENDING
230811020005

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2023
KATA PENGANTAR
Dengan Segala Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi
kami dalam menggali serta menggambarkan aspek yang berkaitan dengan Kasus
Korupsi E-ktp di dalamnya.
Korupsi merupakan penyakit sosial yang merugikan bangsa dan negara,
menciptakan ketidaksetaraan, merusak tata kelola pemerintahan yang baik, dan
menghambat pembangunan berkelanjutan. Salah satu kasus korupsi yang mencuat
dalam beberapa tahun terakhir dan menciptakan dampak serius di Indonesia
adalah kasus korupsi e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik).
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik merupakan implementasi
teknologi modern dalam pengelolaan data penduduk dengan tujuan meningkatkan
keamanan dan efisiensi administrasi kependudukan. Namun, di balik tujuan mulia
tersebut, terungkaplah kenyataan pahit bahwa proyek pengadaan e-KTP tidak
luput dari praktik korupsi yang melibatkan para pejabat tinggi pemerintah dan
pihak swasta.
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang kasus korupsi e-
KTP, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi dalam
proyek tersebut, serta menganalisis dampaknya terhadap kepercayaan masyarakat
terhadap sistem pemerintahan dan pengelolaan dana publik.
Melalui analisis kasus ini, kita dapat memahami kompleksitas tantangan
yang dihadapi dalam memberantas korupsi di sektor publik. Pemahaman ini
menjadi landasan penting untuk merancang strategi pencegahan korupsi yang
lebih efektif dan mendorong transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan
proyek-proyek besar di masa depan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang mendalam
tentang kasus korupsi e-KTP dan menjadi kontribusi kecil dalam upaya
pemberantasan korupsi serta membangun tata kelola pemerintahan yang lebih baik
di Indonesia.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................
1.2 Perumusan Masalah................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
2.1 Awal Mula Kasus Kasus Korupsi E-KTP............................
2.2 Kronologi..............................................................................
2.3 Dampak Kasus Korupsi E-KTP............................................
2.4 Keterkaitan dengan Pancasila................................................
BAB VI PENUTUP....................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, proyek pengadaan e-KTP dimulai sebagai bagian dari upaya
modernisasi administrasi kependudukan. Pemerintah Indonesia ingin
menggantikan KTP konvensional dengan versi elektronik untuk meningkatkan
keamanan data dan efisiensi pelayanan. Proyek e-KTP melibatkan skema
pengadaan yang kompleks dan melibatkan sejumlah kontraktor swasta.
Pengelolaan dana proyek menjadi perhatian utama, terutama dalam hal
penentuan harga, alokasi anggaran, dan transparansi dalam penggunaan dana
publik. Dalam proses pengadaan e-KTP, muncul dugaan mark-up harga dan
penyelewengan dana proyek. Beberapa pejabat pemerintah dan pihak swasta
diduga terlibat dalam praktik korupsi, termasuk penerimaan suap terkait
proyek ini.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana Skema Pengelolaan Dana dan Pengadaan e-KTP Berkontribusi
pada Terjadinya Korupsi?
Apa Dampak Kasus Korupsi e-KTP Terhadap Kepercayaan Masyarakat
terhadap Pemerintah?
Bagaiman kasus tersebut di kaitkan dengan 5 sila, dari Pancasila ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk memperluas pemahaman tentang Kasus Korupsi E-KTP
b. Menjelaskan Keterkaitan terhadap 5 sila pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Kasus Korupsi E-KTP


Pada awalnya, proyek pengadaan e-KTP dimulai sebagai bagian dari upaya
modernisasi administrasi kependudukan. Pemerintah Indonesia ingin
menggantikan KTP konvensional dengan versi elektronik untuk meningkatkan
keamanan data dan efisiensi pelayanan. Proyek e-KTP melibatkan skema
pengadaan yang kompleks dan melibatkan sejumlah kontraktor swasta.
Pengelolaan dana proyek menjadi perhatian utama, terutama dalam hal penentuan
harga, alokasi anggaran, dan transparansi dalam penggunaan dana publik. Dalam
proses pengadaan e-KTP, muncul dugaan mark-up harga dan penyelewengan dana
proyek. Beberapa pejabat pemerintah dan pihak swasta diduga terlibat dalam
praktik korupsi, termasuk penerimaan suap terkait proyek ini.
2.2 Kronologi
pengadaan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) untuk tahun 2011 dan 2012
yang terjadi sejak 2010-an Kasus ini berawal saat Kemendagri di tahun 2009
merencanakan mengajukan anggaran untuk penyelesaian Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAP), salah satu komponennya adalah Nomor
Induk Kependudukan (NIK). Korupsi dimulai setelah rapat pembahasan anggaran
pada Februari 2010. Saat itu, Irman yang masih menjabat sebagai Direktur
Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri dimintai sejumlah uang
oleh Ketua Komisi II DPR Burhanudin Napitupulu. Permintaan uang itu bertujuan
agar usulan anggaran proyek e-KTP yang diajukan Kemendagri disetujui Komisi
II DPR. Proyek e-KTP ini memang dibahas di Komisi II DPR, sebagai mitra dari
Kemendagri. Irman kemudian menyetujui permintaan tersebut, dan menyatakan
pemberian fee kepada anggota DPR akan diselesaikan oleh Andi Agustinus alias
Andi Narogong. Irman sendiri bekerja sama dengan Andi Narogong agar
perusahaan Andi dimenangkan dalam tender proyek e-KTP. Andi dan Irman
kemudian meminta bantuan kepada Setya Novanto yang saat itu menjabat sebagai
Ketua Fraksi Golkar. Mereka berharap agar Novanto dapat mendukung dalam
penentuan anggaran proyek ini. Novanto pun menyatakan akan mengoordinasikan
dengan pimpinan fraksi yang lain agar memuluskan pembahasan anggaran proyek
e-KTP di Komisi II DPR. Beberapa nama disebut-sebut ikut dalam sejumlah
pertemuan untuk membahas anggaran proyek e-KTP, termasuk Nazaruddin dan
Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR kala itu, Anas Urbaningrum. Dari beberapa
kali pertemuan, disepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun.
Sebanyak 51 persen dari total anggaran yaitu Rp 2,662 triliun akan digunakan
untuk belanja modal atau belanja rill proyek, dan sisanya 49 persen yakni Rp 2,5
triliun akan menjadi bancakan.
e-KTP bisa selesai di tahun 2013. Lelang e-KTP dimulai sejak tahun 2011, dan
banyak bermasalah karena diindikasikan banyak terjadi penggelembungan dana
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemudian menyelidiki kasus dugaan
korupsi proyek e-KTP sejak pertengahan tahun 2014. Penyelidikan yang
dilakukan oleh KPK ini sudah berlangsung hampir 3 tahun dan KPK telah
memeriksa 280 orang dalam kasus ini Setya Novanto, mantan Ketua DPR RI,
menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP pada 2017Akibat korupsi berjamaah ini,
negara mengalami kerugian mencapai Rp 2,3triliun
2.3 Dampak Kasus Korupsi E-KTP
Kasus korupsi e-KTP menyebabkan kerusakan pada identitas jati diri masyarakat,
karena membuat mereka menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan e-KTP
yang sah.

Dampak pada ekonomi


Korupsi e-KTP menyebabkan penurunan investasi, terutama dalam sektor digital
dan teknologi, karena investor menghambat pengadaan proyek di tengah
ketidakpastian pemerintah.

Dampak pada demokrasi


Kasus ini menyebabkan cedera demokrasi, karena absensi e-KTP dapat membuat
warga negara kesulitan untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, karena
setidaknya ada tiga aturan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Pilkada.

Kerugian negara: Kerugian negara yang disebabkan oleh kasus korupsi e-KTP
mencapai Rp 2,3 triliun.

Dampak pada percayaan masyarakat


Kasus korupsi e-KTP menyebabkan penurunan percayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan institusi, karena membuat mereka merasa kurangnya dilihat dan
terkecuali
2.4 Keterkaitan dengan Pancasila
Kasus Korupsi E-KTP, dapat dilihat dari perspektif kelima sila Pancasila sebagai
berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Meski peristiwa Korupsi E-KTP tidak terkait langsung dengan aspek tersebut,
namun nilai ketuhanan dan moral harus menjadi pedoman dalam tindakan para
pemimpin dan pejabat yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Kasus Korupsi E-KTP menyoroti ketidakadilan dalam pengelolaan dana publik
dan kurangnya etika dalam praktik keuangan yang berdampak negatif terhadap
kesejahteraan masyarakat..

3. Persatuan Indonesia
Peristiwa Korupsi tersebut telah menimbulkan perdebatan dan ketegangan di
masyarakat Indonesia serta dapat mengancam persatuan jika tidak ditangani
dengan bijak.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.
Tindakan dan kebijakan terkait kasus E-KTP menimbulkan pertanyaan mengenai
kualitas kepemimpinan yang mencerminkan transparansi, akuntabilitas, dan nilai-
nilai demokrasi..

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Kasus ini menyoroti pentingnya melindungi keadilan sosial dan kepentingan
warga negara Indonesia, karena melibatkan dana publik.

Jadi, kasus E-KTP dapat dinilai dalam konteks kelima sila Pancasila dengan
menyoroti aspek-aspek seperti ketidakadilan, etika, transparansi, dan perlindungan
kepentingan rakyat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kasus korupsi e-KTP menciptakan kerugian finansial yang signifikan bagi
keuangan negara. Dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan
masyarakat justru disalahgunakan oleh pihak-pihak yang terlibat. Kasus ini juga
menggambarkan ketidaktransparanan dan kelemahan dalam sistem pengawasan
proyek pemerintah. Kurangnya transparansi dan pengawasan yang efektif
menciptakan peluang bagi praktik-praktik korupsi berkembang. Dampak sosial
dan politik dari kasus korupsi e-KTP sangat besar. Kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dan lembaga terkait dapat tergerus, menciptakan
ketidakpuasan dan ketidakstabilan dalam tata kelola negara.
3.2 Saran
1. Penegakan hukum yang tegas
Penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku korupsi merupakan hal
yang mutlak. Hal ini penting untuk memberikan efek jera dan mencegah
terjadinya kasus korupsi serupa di masa depan.
2. Penjelasan yang transparan
Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang transparan kepada publik
tentang kasus Century. Hal ini penting untuk menghindari spekulasi dan
kecurigaan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/04/12351421/awal-mula-kasus-
korupsi-e-ktp-yang-sempat-hebohkan-dpr-hingga-seret-setya

https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_korupsi_e-KTP

https://nasional.tempo.co/read/1041781/begini-kronologi-kasus-setya-novanto

https://lk2fhui.law.ui.ac.id/korupsi-kolosal-e-ktp-yang-mencelakakan-negara/

https://osf.io/4x5sh/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai