Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TUGAS KELOMPOK
TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI ILMIAH

IMPLEMENTASI DAN TANTANGAN PROGRAM E-KTP SEBAGAI


UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI
INDONESIA

Disusun oleh:
Melani Khairunnisa 1706108342
Mia Fitria Nurjanah 1706108355
Michella Allifinda 1706108361
Nila Ratna Sari 1706108424
Rinny Arifa 1706108456
Rivina Relita Puspita Hasan 1706108462

diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas mata kuliah


Depok
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 6
1.4 Komposisi Tulisan .................................................................................................... 6
BAB 2 ANALISIS ................................................................................................................... 8
2.1 Induk Gagasan 1. Sistem Pelayanan Publik di Indonesia ......................................... 8
2.2 Induk Gagasan 2. Revolusi Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Indonesia................ 10
2.3 Induk Gagasan 3. Faktor yang Memengaruhi Perubahan KTP menjadi e-KTP ..... 11
2.4 Induk Gagasan 4. Bentuk Penyalahgunaan Wewenang .......................................... 12
2.5 Induk Gagasan 5. Penyalahgunaan Dana atau Korupsi .......................................... 13
2.6 Induk Gagasan 6. Dampak Penyalahgunaan Dana e-KTP terhadap Pelayanan
Publik ............................................................................................................................ 15
2.7 Induk Gagasan 7. Dampak Positif dan Negatif Korupsi terhadap Masyarakat ....... 18
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................ 20
3.1 Simpulan ................................................................................................................. 20
3.2 Saran ....................................................................................................................... 21

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat Per Indikator ....................................... 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Program Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) pertama kali diluncurkan
oleh Kementerian Dalam Negeri secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun
2011. Peluncuran program e-KTP ini merupakan salah satu upaya Pemerintah
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kependudukan.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009
tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
secara Nasional, disebutkan bahwa Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP)
bertujuan untuk menghindarkan seorang individu dari kepemilikan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) ganda.1 Apabila seorang individu memiliki NIK ganda, hal
tersebut akan mengakibatkan dampak buruk bagi individu yang bersangkutan dan
bagi Pemerintah.2
Pelaksanaan pembuatan e-KTP tidak terlepas dari berbagai tantangan yang
dihadapi, yaitu kualitas pegawai yang kurang mumpuni, sulitnya pendistribusian
dan terbatasnya jumlah alat perekam data serta terjadinya tindak pidana korupsi.
Tantangan tersebut terjadi karena kurangnya persiapan dari Pemerintah untuk
pembuatan e-KTP dan adanya celah untuk menyalahgunakan anggaran dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).3 Total anggaran untuk e-KTP
adalah sebesar Rp5,9trilliun, sementara dana yang digunakan hanya

1
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 26
tahun 2009, Di akses dari http://www.peraturan.go.id/perpres/nomor-26-tahun-
11e44c4edeb5751098c1313231373135.html, Pada tanggal 03 September 2017 pukul 20.21 WIB
2
Rosad Nurdin, Ternyata Miliki NIK Ganda Tidak Diakui Negara, Diakses dari
http://www.headlinejabar.com/nasional/1184-ternyata-miliki-nik-ganda-tak-diakui-negara, Pada
tanggal 03 September 2017 pukul 21.00 WIB
3
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB

4
Rp3,6trilliun.4 Dana sebesar Rp2,3trilliun disalahgunakan oleh beberapa pihak
tertentu yang seharusnya dana tersebut digunakan untuk pelayanan publik.5

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penyalahgunaan dana program e-KTP terhadap
kualitas pelayanannya?
Salah satu bentuk pelayanan publik di bidang administrasi adalah
pembuatan Kartu Tanda Penduduk atau yang sekarang disebut dengan e-
KTP. Program e-KTP merupakan program berskala nasional yang
diterapkan di seluruh wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia,
maka tidak heran jika dana yang dikeluarkan untuk program ini pun sangat
besar.
Penyalahgunaan dana e-KTP bukan hanya merugikan negara namun
juga mempersulit masyarakat dalam kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi dan membutuhkan kartu identitas penduduk. Akibatnya
masyarakat harus harus meminta surat keterangan ke Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil bahwa dirinya sudah melakukan perekaman e-KTP,
namun belum mendapatkan fisik kartunya.
Analisis ini mencakup teori kependudukan, e-government,
penyalahgunaan wewenang, dan indeks kepuasan masyarakat. Analisis ini
juga membahas adanya penyalahgunaan dana yang terjadi dalam proses e-
KTP dan dampak dari adanya penyalahgunaan dana tersebut kepada
pegawai pemerintah sebagai fasilitator untuk masyarakat dan kepada
masyarakat sebagai penerima pelayanan publik.

4
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB
5
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB

5
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh positif dan negatif penyalahgunaan dana e-KTP
terhadap pelayanannya.

1.4 Komposisi Tulisan


Dalam Tugas Kelompok ini, pembahasan dibagi menjadi beberapa bab, di
mana antara satu bab dengan bab lainnya saling berkaitan dan merupakan satu
kesatuan yang utuh. Secara garis besar, Tugas Kelompok ini terdiri dari empat bab
dengan komposisi tulisan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan penulisan
tugas kelompok ini. Bab ini terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
komposisi tulisan. Latar belakang menjelaskan secara
singkat alasan pemilihan topik tugas kelompok ini,
dijelaskan mengenai tujuan penulisan serta komposisi
tulisan yang menjelaskan alur penulisan tugas kelompok
ini.

BAB 2 : ANALISIS
Bab ini merupakan inti dari penulisan tugas karya akhir
yang membahas mengenai Implementasi dan
Tantangan Program E-KTP sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia.
Analisa dan pengumpulan data mengacu pada artikel dan
teori.

BAB 3 : PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari analisis masalah Implementasi
dan Tantangan Program E-KTP sebagai upaya
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia, serta

6
saran tim penyusun dalam menghadapi kendala atau
hambatan yang dihadapi.

7
BAB 2
ANALISIS

2.1 Induk Gagasan 1. Sistem Pelayanan Publik di Indonesia


Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
disebutkan bahwa yang dimaksud pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.6 Pengertian ini mengandung makna bahwa Negara berdiri untuk
kepentingan masyarakat, yaitu untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasar
(fundamental rights), yang kemudian dilaksanakan dalam bentuk pelayanan
publik.
Pelayanan publik di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pelayanan
barang, pelayanan jasa dan pelayanan administratif.7 Pelayanan barang
menghasilkan berbagai macam bentuk atau jenis barang yang dapat digunakan
oleh publlik, misalnya jaringan telepon, air bersih dan listrik. Pelayanan jasa
menghasilkan berbagai macam bentuk jasa yang bermanfaat bagi publik, misalnya
pendidikan, kesehatan dan trasportasi. Dan yang terakhir, pelayanan administratif
menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik, seperti
Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi dan Paspor.8
Dalam prakteknya, pelayanan publik harus didasarkan pada prinsip-prinsip
pelayanan prima yaitu sebagai berikut:
1. Kesederhanaan, berarti rosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan tentang persyaratan teknis, unit kerja yang berwenang dan
rincian biaya pelayanan serta tata cara pembayaran.

6
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
7
Nuriyanto, Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Indonesia. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/108607-ID-penyelenggaraan-pelayanan-publik-di-
indo.pdf. Pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB
8
Ibid., Hlm. 6

8
3. Akurasi, berarti produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
4. Keamanan, berarti proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
5. Tanggung jawab, berarti pimpinan penyelenggara pelayanan publik harus
menyelesaikan berbagai macam keluhan dalam pelayanan publik.
6. Kelengkapan sarana dan prasarana, berarti tersedianya peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang menunjang pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kemudahan akses, berarti tempat dan lokasi pelayanan publik harus
mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat.
8. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Berarti pemberi pelayanan harus
disiplin dan memerhatikan etika dalam melayani masyarakat.
9. Kenyamanan, berarti lingkungan pelayanan harus bersih, tertib dan
teratur.9

Secara filosofis salah satu arti penting keberadaan Negara dan Pemerintahan
adalah untuk memberikan pelayanan kepada warga negara sesuai dengan
kebutuhannya. Dengan demikian kehadiran dan peran Negara dapat dirasakan
warga negaranya. Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan yang baik dan profesional sebagai wujud dari fungsi
aparatur negara sebagai abdi masyarakat dan sebagai abdi negara.
Setiap warga negara pasti akan berurusan dengan instansi Pemerintahan untuk
keperluan administrasi publik. Beraneka dokumen kependudukan dan dokumen
usaha, mengharuskan warga negara berinteraksi dengan aparat pemerintah di
berbagai lembaga. Sayangnya pelayanan yang diberikan hingga kini dinilai belum
memuaskan.

9
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

9
Dari segi kualitas, pelayanan publik Indonesia memang bukan yang terburuk
di ASEAN. Indonesia sedikit lebih baik dari Myanmar, Filipina, Laos, dan
Kamboja.10 Namun, Indonesia kalah jauh dari Singapura, Vietnam, dan Malaysia.
Di tingkat global, pelayanan publik di Indonesia berada di peringkat 126 dari 180
negara yang diobservasi. Itu jelas bukan prestasi yang layak dibanggakan.11
Buruknya pelayanan publik di Indonesia bukan semata-mata disebabkan oleh
mentalitas para aparatur pelaksana birokrasi di lapisan bawah saja. Tetapi, juga
karena masalah mentalitas para pejabat negara, mulai dari Menteri, Dirjen
(Direktur Jenderal), kepala daerah, Sekda (Sekretaris Daerah) hingga kepala-
kepala dinas sebagai pihak yang bertanggung jawab membuat prosedur operasi
standar (SOP) pelayanan publik.
Pada kenyataannya dalam membuat SOP tersebut cenderung tidak
mengimplementasikan UU No 25 Tahun 2009 dengan baik. Selama lima tahun
terakhir, Ombudsman RI menemukan bahwa kepatuhan penyelenggara pelayanan
publik terhadap UU tersebut memang sangat rendah, yakni hanya berkisar 18-20
persen.12

2.2 Induk Gagasan 2. Revolusi Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Indonesia


Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti
diri yang diterbitkan oleh Instansi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang
berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Indonesia.13 Seiring berjalannya
waktu KTP berevolusi dari KTP lama (KTP jaman penjajalan Belanda dan

10
Danang Girindrawardana, Pelayanan Pelayanan Publik belum Membanggakan. Diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/bincang-bisnis/14/12/16/ngny4a19-danang-
girindrawardana-ketua-ombudsman-ri-pelayanan-publik-belum-membanggakan. Pada tanggal 13
Oktober 2017 pukul 09.18
11
Ibid., hlm. 8
12
Ringkasan eksekutif Hasil Penilaian Kepatuhan Ombudsman 2016
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan

10
Jepang, KTP awal kemerdekaan, dan KTP masa orde baru) menjadi KTP nasional
hingga kemudian menjadi KTP Elektronik (e-KTP).14
KTP Nasional mulai berlaku mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.
Disebut dengan KTP Nasional, karena satu daerah dengan daerah lain tidak
memiliki perbedaan warna ataupun lambang dan boleh dipakai di seluruh
Indonesia. KTP ini dicetak dengan bahan dasar plastik dan penggunaannya
diawasi oleh pihak RT/RW hingga jenjang di atasnya.15
Pada tahun 2010, Pemerintah Indonesia mulai mengandalkan teknologi
komunikasi dan informasi dalam pelayanan publik melalui sebuah sistem yang
bernama e-Government. Dengan adanya e-Government maka informasi,
komunikasi, dan transaksi antara masyarakat dan Pemerintah dilakukan via
internet. Sehingga ada beberapa manfaat yang dihasilkan seperti misalnya,
komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung dalam hitungan jam, bukan
hari atau minggu. Akselerasi kecepatan pelayanan berarti juga merupakan
penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya.
Dalam rangka turut menyukseskan sistem e-Government, maka Pemerintah
meluncurkan KTP Elektronik (e-KTP) untuk mewujudkan sistem pencatatan
kependudukan di Indonesia yang berbasis teknologi informasi dengan harapan
dapat menutupi kelemahan-kelemahan yang sebelumnya ada saat menggunakan
sistem konvensional.

2.3 Induk Gagasan 3. Faktor yang Memengaruhi Perubahan KTP menjadi e-


KTP
Program e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP nasional di
Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal
ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk

14
Fransisca Meilani, Revolusi Kartu Tanda Penduduk di Indonesia, Diakses dari
https://civitas.uns.ac.id/fransiskameilani/2016/09/27/revolusi-kartu-tanda-penduduk-ktp-di-
indonesia/, pada tanggl 13 Oktober 2017 pukul 12.21 WIB
15
Ibid., Hlm. 8

11
dari seluruh Indonesia16. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin
berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya
dapat digunakan untuk menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor palsu,
mengamankan korupsi dan menyembunyikan atau membuat identitas palsu.
E-KTP mencantumkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang bersifat
unik atau khas, tunggal dan melekat pada diri seseorang yang terdaftar
sebagai penduduk Indonesia. NIK diberikan setelah dilakukan pencatatan
biodata penduduk dan perekaman sidik jari. Sehingga tiap orang hanya akan
memiliki satu NIK dan dicantumkan dalam e-KTP. 17
E-KTP merupakan salah satu bentuk dari E-Government yang bertujuan
untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan layanan administratif
kenegaraan. Di sisi Pemerintah e-KTP juga memberikan kemudahan, yaitu agar
Pemerintah mudah dalam mencari tahu informasi masing-masing individu warga
negara Indonesia apabila diperlukan dengan cepat. Namun dalam kenyataannya
penggunaan e-KTP masih belum bisa digunakan secara maksimal.

2.4 Induk Gagasan 4. Bentuk Penyalahgunaan Wewenang


Pengertian kewenangan menurut konsep Hukum Administrasi Negara, dari
pandangan SF. Marbun (2004:47) adalah kekuasaan yang diformalkan baik
terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap suatu bidang Pemerintahan
tertentu yang berasal dari kekuasaan legislatif atau dari kekuasaan Pemerintah,
sedangkan pengertian wewenang (competence, bevoegheid), hanyalah mengenai
onderdil tertentu atau bidang tertentu saja. Dengan demikian, wewenang adalah
kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau secara juridis
wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang
yang berlaku untuk melakukan hubungan hukum tertentu. 18

16
Nurul Purnamasari, Penerapan e-Government dalam Pelayanan Publik, Diakses melalui
https://www.kompasiana.com/nurulpurnama07/e-government-system-dalam-pelayanan-
publik_5512a8bf813311476cbc601f, pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 12.35 WIB
17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi
Kependudukan
18
SF. Marbun dan Moh Mahfud MD, 2004, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta.

12
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Setya Novanto sebagai
tersangka kasus korupsi e-KTP karena diduga dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri, atau orang lain, atau suatu korporasi dengan menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatannya. Setya
Novanto juga kemudian diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara,
perekonomian negara sekurang-kurangnya Rp2,3triliun dari nilai paket pengadaan
sekitar Rp5,9triliun dalam paket pengadaan KTP elektronik pada tahun 2011-2012
di Kementerian Dalam Negeri. 19
Dalam proses pembuatan e-KTP terdapat beberapa pihak yang memiliki
kewenangan dalam mengambil keputusan terkait pembuatan e-KTP. Dalam
mengambil keputusan terkait pembuatan e-KTP pihak-pihak yang berwenang
tersebut diduga telah menyalahgunakan kewenangan yang dimilikinya dengan
melakukan penyalahgunaan dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan
pembuatan e-KTP. Pihak-pihak tersebut diduga telah melakukan tindak pidana
korupsi sebesar Rp2,3triliun.20

2.5 Induk Gagasan 5. Penyalahgunaan Dana atau Korupsi


Total anggaran sebesar Rp5,9trilliun, dana yang digunakan hanya
Rp3,6trilliun. Sementara Rp2,3trilliun disalahgunakan oleh beberapa pihak
tertentu sementara Rp2,3trilliun disalahgunakan oleh beberapa pihak tertentu,
karena nominal angka yang besar disalahgunakan oleh pemangku kekuasaan/
pejabat-pejabat tinggi negara yang seharusnya dana tersebut digunakan untuk
pelayanan publik.21 Salah satu bukti aliran dana korupsi e-KTP [sic!] yang

19
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB
20
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB
21
Kompas.com, KPK: Korupsi E-KTP, Setya Novanto Rugikan Negara Rp 2,3 Triliun, Diakses
dari http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/07/17/20105251/kpk-korupsi-e-ktp-setya-
novanto-rugikan-negara-rp-2-3-triliun, Pada tanggal 25 September 2017 pukul 17.00 WIB

13
didapatkan KPK yang berkoordinasi dengan Federal Bereau Of Investigation
(FBI) Amerika Serikat, yaitu:
Dalam kerjasama itu KPK mengaku telah mengantongi sejumlah alat bukti
adanya indikasi aliran dana korupsi e-KTP [sic!] ke sejumlah pejabat Indonesia.
Dana yang diduga mengalir ke pejabat itu berasal dari Johanes Marliem, salah
satu saksi kunci korupsi e-KTP [sic!] yang ditemukan tewas di Amerika Serikat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Johanes Marliem sebelum ditemukan tewas,
FBI pernah memeriksa Johanes terkait kepemilikan aset mewah dan tunggakan
pajak di Amerika Serikat. Johanes Marliem adalah pelaksana pengerjaan software
IT e-KTP [sic!]. Dia telah pindah kewarganegaraan Amerika Serikat. Di peradilan
Amerika Serikat, Marliem mengatakan mendapat bayaran dari proyek e-KTP
[sic!] sebesar USD13 juta atau setara Rp130 miliar.
Pembayaran dengan rentang waktu Juli 2011-Maret 2014. Marliem juga
mengatakan pernah memberikan uang serta jam mewah kepada sejumlah pejabat
Indonesia. Informasi yang dihimpun, uang sebesar USD700 ribu dan arloji senilai
USD 135 ribu.
Jam tangan mewah itu diduga diterima Ketua DPR Setya Novanto. Marliem
juga mengaku memberikan uang sebesar USD 1 juta kepada pihak ketiga yang
kalah dalam tender e-KTP [sic!]. . .22
Korupsi menurut Robert Klitgaard adalah suatu tingkah laku yang
meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk
memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan
pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi.23Alattas membagi korupsi
menjadi 7 jenis, salah satu diantaranya adalah
Korupsi transaktif merujuk kepada adanya kesepakatan timbal-balik
antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah

22
Sindonews.com, Kerjasama dengan FBI, KPK Kantongi Bukti Aliran Dana E-KTP ke Pejabat,
Diakses dari https://nasional.sindonews.com/read/1245764/13/kerjasama-dengan-fbi-kpk-
kantongi-bukti-aliran-dana-e-ktp-ke-pejabat-1507204701, Pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul
09.00 WIB
23
Teori Korupsi menurut Robert Klitgaard. Diakses melalui
http://repository.unpas.ac.id/3347/11/BAB%20II%2C.pdf, Pada tanggal 30 September 2017 pukul
12.41 WIB

14
pihak, dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh
kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan
Pemerintah, atau antara masyarakat dan Pemerintah . . .24
Penyalahgunaan anggaran dana proyek pembuatan e-KTP yang dilakukan
oleh sejumlah pejabat negara digunakan untuk kepentingan pribadi. Korupsi yang
dilakukan termasuk ke dalam korupsi transaktif karena dalam salah satu contoh
kasus dari artikel yang telah dijelaskan, Johanes Marliem sebagai pelaksana
pengerjaan software IT e-KTP memberikan sejumlah uang atau barang hasil dari
pembayaran proyek pembuatan e-KTP kepada para pejabat yang tentunya
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Selain itu, Johanes juga memberikan sejumlah uang kepada pihak ketiga yang
telah kalah dalam tender proyek pembuatan e-KTP. Para pelaku tindak pidana
korupsi anggaran dana pembuatan e-KTP menempatkan kepentingan publik di
bawah kepentingan pribadi sehingga mengakibatkan negara mengalami kerugian
dengan jumlah yang cukup besar. Diduga dana sebesar Rp2,3trilliun telah
dikorupsi dan menyebabkan pelayanan terkait pembuatan e-KTP menjadi kurang
maksimal.

2.6 Induk Gagasan 6. Dampak Penyalahgunaan Dana e-KTP terhadap


Pelayanan Publik
Pelayanan publik administratif e-KTP dilakukan oleh pegawai Pemerintah
yang menjadi fasilitator bagi masyarakat dalam hal pembuatan e-KTP. Pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat dilakukan berdasarkan peraturan Kemenpan.
Sejak munculnya berita korupsi e-KTP kualitas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat tidak berpengaruh dan masih berjalan seperti biasa. Namun
terdapat hambatan dalam proses pencetakan e-KTP seperti yang terjadi pada salah
satu daerah seperti yang telah disebutkan pada artikel di atas, yaitu kekurangan
blanko sehingga menghambat proses selanjutnya dalam pembuatan e-KTP.
Hambatan yang dialami pada proses pembuatan e-KTP merupakan
permasalahan pada sumber daya dalam bentuk benda/barang, bukan pada
pelayanan yang diberikan oleh pegawai Pemerintahan. Sehingga pegawai

24
Alattas, Syed Hussein. 1999. The Sociology of Corruption. Kuala Lumpur : Prentice Hall.

15
Pemerintahan tidak dapat bertindak sampai bahan yang dibutuhkan datang namun
pelayanan yang diberikan akan tetap sama kepada masyarakat.
Hiruk-pikuk korupsi e-KTP, yang konon merugikan negara sekitar
Rp2,3triliun, berkaitan erat dengan temuan Ombudsman atas kekisruhan
pelaksanaannya di lapangan. Publik sangat dirugikan akibat penyelenggaraan
pelayanan yang tergolong bermasalah, jauh dari keberadaan pelayanan prima yang
dijanjikan.25
Kepala Dinas Administrasi Kependudukan Pencatatan Sipil Pengendalian
Penduduk dan KB Kabupaten Purworejo, Sukmo Widi Harwanto mengklaim
bahwa munculnya kasus korupsi mega proyek e-KTP memang tidak memengaruhi
pelayanan di Kabupaten Purworejo karena masih berjalan seperti biasanya. Hanya
saja untuk jumlah e-KTP yang belum tercetak karena keping habis dan gagal
lelang di tingkat pusat pada tahun lalu, membuat Dinas masih memiliki
tanggungan puluhan ribu data penduduk yang belum tercetak.26
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah disebutkan terdapat 14 unsur yang relevan,
valid, dan reliable yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya;
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya);

25
Sindonews.com, KTP elektronik dan pelayanan publik. Diakses melalui
https://nasional.sindonews.com/read/1186535/18/ktp-elektronik-dan-pelayanan-publik-
1488982438 Pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 13.18 WIB.
26
Purworejo.sorot.co, Dampak Kasus Korupsi, Puluhan Ribu Keping e-KTP Belum Tercetak.
Diakses melalui http://purworejo.sorot.co/berita-5062-from-widget-kebumen-link.html pada
tanggal 12 Oktober 2017 pukul 11.26 WIB.

16
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan
kepada mayarakat;
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati;
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan;
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.27

27
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah

17
Di bawah ini adalah data Indeks Kepuasan Masyarakat Per Indikator di
Kantor Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.

Gambar 2. 1 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat Per Indikator

Sumber: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/11123/7108

2.7 Induk Gagasan 7. Dampak Positif dan Negatif Korupsi terhadap


Masyarakat
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)
Titi Anggraini menilai, kasus korupsi pengadaan e-KTP dampaknya tak hanya
merugikan Negara. Tindak pidana tersebut juga merenggut hak konstitusional
masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi. Sebab, e-
KTP menjadi salah satu syarat warga negara mendapatkan haknya dalam pemilu.
28
Koalisi yang diberi nama Koalisi Masyarakat Sipil Prihatin Mega korupsi e-
KTP ini menilai, kasus ini bukan hanya menimbulkan kerugian negara, tetapi juga

28
Nasionalkompas.com. Tak sekedar rugikan keuangan negara korupsi e-KTP dinilai cederai
demokrasi. Diakses melalui
http://nasional.kompas.com/read/2017/04/02/16304531/tak.sekedar.rugikan.keuangan.negara.koru
psi.e-ktp.dinilai.cederai.demokrasi pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 19.17 WIB.

18
ada sebagian masyarakat yang akhirnya kesulitan mendapat fasilitas pelayanan
publik karena terkendala tidak memiliki e-KTP.29
Selama menjadi penduduk ilegal di Negara sendiri, saya tidak bisa bepergian
keluar kota/daerah menggunakan alat transportasi umum yang memerlukan E-
KTP, seperti naik pesawat dan kereta api. Saya tidak bisa mengurus rekening
tabungan saya, baik membuka rekening maupun pengurusan yang lain. Saya tidak
bisa melakukan segala kegiatan administrasi yang membutuhkan kartu identitas
penduduk yang sah di negara Indonesia.30
Adanya penyalahgunaan dana pada pembuatan e-KTP cukup kuat untuk
melumpuhkan berbagai macam aktifitas publik yang awalnya dapat dengan
mudah dilakukan. Masyarakat juga bahkan tidak dapat menunaikan hak pilihnya
sebagai warna negara dalam pesta demokrasi. Hal ini terjadi karena masyarakat
bahkan tidak memiliki bukti menjadi penduduk yang sah di negara sendiri.
Semua hal tersebut akibat tidak tersedianya bahan pembuatan e-KTP. Dimana
tidak tersedianya bahan tersebut dikarenakan dana yang seharusnya digunakan
untuk memasok bahan pembuatan e-KTP hilang disalahgunakan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Sehingga menimbulkan dampak yang seluruhnya
adalah negatif bagi masyarakat, seperti beberapa permisalan yang telah disebutkan
sebelumnya.

29
Merdeka.com, Peristiwa Korupsi e-KTP dinilai berdampak ke berbagai persoalan. Diakses
melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/korupsi-e-ktp-dinilai-berdampak-ke-berbagai-
persoalan.html pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 23.53 WIB
30
Kompasiana.com, Dimas Anggoro Dampak Korupsi e-KTP kita dipaksa menanggung. Diakses
melalui https://www.kompasiana.com/dimasanggoro/dampak-korupsi-ektp-kita-dipaksa-
menanggung_58d2d388729373af7e217441 pada tanggal 14 Oktober 2017 pukul 12.06 AM

19
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Setelah tim penyusun melakukan analisis mengenai pengaruh
penyalahgunaan dana program e-KTP terhadap kualitas pelayanan kependudukan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Sejak munculnya kasus korupsi e-KTP pelayanan secara jasa yang
diberikan pegawai kependudukan kepada masyarakat yang membutuhkan
tidak terlalu berpengaruh dan tetap berjalan seperti biasa, karena pada
dasarnya hambatan bukan berasal dari aparatur Pemerintahan melainkan
dari tidak memadainya sarana dalam pembuatan e-KTP, yaitu kurangnya
pasokan blangko. Kurangnya pasokan tersebut terjadi karena uang untuk
pembelian blangko disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab dan mengutamakan kepentingan pribadi di atas
kepentingan publik.
2. Pasokan blangko yang kurang membuat proses pembuatan e-KTP
terhambat bahkan terhenti. Sehingga masih banyak masyarakat di berbagai
daerah di Indonesia yang hingga saat ini belum memiliki bukti
kependudukan yang sah. Tidak adanya bukti kependudukan yang sah ini
kemudian membatasi aktifitas sosial masyarakat. Masyarakat menjadi sulit
untuk sekedar dapat menggunakan sarana transportasi yang memerlukan e-
KTP sebagai syarat administratif. Bahkan, masyarakat menjadi tidak dapat
menyuarakan hak pilihnya pada pesta demokrasi.
3. Terdapat banyak dampak atas tidak dimilikinya bukti kependudukan
karena terhambatnya proses pembuatan e-KTP, namun hal tersebut tidak
memengaruhi proses pelayanan publik yang ada, karena hal ini hanya
memengaruhi objek yang biasa digunakan oleh masyarakat, bukan pada
aparatur yang bertanggung jawab atas pelayanannya. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa kualitas objek terkait adanya penyalahgunaan dana
pembuatan e-KTP ini juga tidak sesuai dengan apa yang

20
diharapkan/direncanakan, dimana perwujudan objek e-KTP tidak dapat
bertahan lama padahal e-KTP sendiri berlaku seumur hidup.

3.2 Saran
Berikut adalah saran yang dapat disampaikan oleh tim penyusun dari
pengaruh penyalahgunaan dana program e-KTP terhadap kualitas pelayanan
kependudukan:
1. Dari berbagai macam landasan teori, induk gagasan dan simpulan yang
didapat, bahwa ketersediaan sumber daya barang dan manusia terkait
program e-KTP sebagai faktor terbesar kesuksesan program ini dapat
dijalankan, harus disiapkan dengan sangat matang. Utamanya adalah rasa
kepemilikan & tanggung jawab moral dari setiap sumber daya manusia
yang berperan dalam program ini.
2. Mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan publik yang
prima kepada masyarakat meskipun terjadi beberapa kendala dan tetap
mengedepankan kepentingan masyarakat umum.
3. Anggaran yang telah dibuat oleh pemerintah guna melaksanakan suatu
kebijakan yang bersifat nasional hendaknya digunakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan agar selama terlaksananya
kebijakan tersebut segala proses yang membutuhkan dana dapat tetap
berjalan dan memenuhi semua kebutuhan masyarakat.
4. Diperlukan juga proses perencanaan yang matang, perhitungan yang tepat
dan penempatan sumber daya manusia yang sesuai dengan latar belakang
pengalaman agar berbagai penyalahgunaan atas suatu perencanaan dapat
dihindari. Termasuk pengawalan seksama yang terus berlanjut yang
dimulai sejak program ini direncanakan sampai selesai, baik di pusat
maupun di daerah.

21
PEMBAGIAN PENULISAN MAKALAH

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. Rivina Relita P.H.
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ Rivina Relita P.H.
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... Nila Ratna Sari
1.4 Komposisi Tulisan ................................................................. Nila Ratna Sari
BAB 2 ANALISIS
2.1 Induk Gagasan 1. Sistem Pelayanan Publik di Indonesia ..... Nila Ratna Sari
2.2 Induk Gagasan 2. Revolusi Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Indonesia
............................................................................................. Melani Khairunnisa
2.3 Induk Gagasan 3. Faktor yang Memengaruhi Perubahan KTP menjadi e-
KTP ...................................................................................... Melani Khairunnisa
2.4 Induk Gagasan 4. Bentuk Penyalahgunaan Wewenang ... Michella Allifinda
2.5 Induk Gagasan 5. Penyalahgunaan Dana atau Korupsi .... Michella Allifinda
2.6 Induk Gagasan 6. Dampak Penyalahgunaan Dana e-KTP terhadap
Pelayanan Publik ................................................................ Mia Fitria Nurjanah
2.7 Induk Gagasan 7. Dampak Positif dan Negatif Korupsi terhadap Masyarakat
............................................................................................ Mia Fitria Nurjanah
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ...................................................................................... Rinny Arifa
3.2 Saran ............................................................................................ Rinny Arifa

22

Anda mungkin juga menyukai