Pert ke KBM
1 Pengantar
Percobaan I: identifikasi senyawa organik berdasarkan sifat
2
fisiknya
3 Percobaan II: titik lebur
Percobaan III: identifikasi gugus fungsi melalui kelarutan
4
Percobaan IV: analisis kualitatif unsur dalam senyawa
5
organik
Percobaan V: reaksi-reaksi hidrokarbon, alkil halida dan
6
amina
7 tes praktikum
8 UTS
Percobaan VI: reaksi-reaksi alkohol dan fenol
9
Percobaan VII: reaksi-reaksi aldehida dan keton
10
Percobaan VIII: identifikasi senywa organik yang
11
mengandung oksigen
12 Percobaan IX: karbohidrat
13 Percobaan X: lipid
14 Percobaan XI: asam amino dan protein
15 tes praktikum
16 UAS
KATA PENGANTAR
Buku Petunjuk Praktikum ini merupakan hasil revisi dari buku petunjuk praktikum
kimia organik I edisi 2017. Buku ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi
mahasiswa dalam hal kerja laboratorik yang dituntut bagi lulusan S1 pendidikan kimia dan
S1 kimia
. Untuk memenuhi harapan tersebut materi praktikum yang disajikan meliputi:
identifikasi senyawa organik, analisis kualitatif unsur dan reaksi-reaksi senyawa-senyawa
organik.
Dalam menyusun buku petunjuk ini, tim penulis memperhatikan: 1) Deskripsi mata
kuliah, 2) keselarasan dengan materi perkuliahan kimia organik yang telah diberikan, dan
3) ketersediaan waktu selama satu semester. Untuk menyusun prosedur masing-masing
percobaan, tim penulis menggunakan beberapa buku sumber sebagaimana yang
dicantumkan dalam Daftar Rujukan.
Tim penulis menyadari bahwa isi petunjuk ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pihak-pihak terkait sangat diharapkan.
Tim Penulis
i
DARTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Faktor Koreksi untuk Titik Didih Beberapa Senyawa 6
1.2 Konstanta Fisik Beberapa Zat Organik 7
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Susunan Alat untuk Penentuan Titik Didih Cairan 4
1.2 Rangkaian Alat untuk Penentuan Titik Didih Cairan 5
1.3 Barometer 5
2.1 Susunan Alat untuk Penentuan Titik Lebur Zat Padat 10
2.2 Susunan Alat Pengukuran Titik Lebur dengan Tabung
Thiele 10
2.3 Sibata Melting Point Apparatus 11
2.4 Fisher Scientific Melting Point Apparatus 12
4.1 Susunan Alat untuk Uji Karbon dan Hidrogen 20
8.1 Bagan Identifikasi Senyawa Organik yang Mengandung
Oksigen 42
9.1 Bentuk Kristal Osazona (Plummer, 1978)
47
iv
KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
Bila dilaksanakan dengan baik, praktikum kimia organik aman dilakukan, tetapi
harus hati-hati. Banyak bahan yang digunakan dalam kimia organik bersifat mudah
terbakar dan atau beracun.
a. Perlindungan diri
(i) Mata
Selama kerja di laboratorium, sebaiknya gunakan kaca mata pengaman atau
jika diperlukan perlindungan yang lebih besar, gunakan penutup seluruh
wajah.
(iii) Tangan
Pada umumnya, manipulasi yang cermat dan kerja yang baik akan mencegah
bahan kimia mengenai tangan. Walaupun demikian, bila menggunakan bahan
yang berbahaya, korosif atau beracun harus digunakan sarung tangan
pelindung, tetapi perlu diingat bahwa penggunaan sarung tangan akan
menghambat pekerjaan anda dalam manipulasi alat.
(iv) Pakaian
Selam bekerja di laboratorium, baju laboratorium harus dikancingkan dengan
baik, untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi pada baju yang
digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur (hati-hati
jika terkontaminasi)
b. Pencegahan Umum
1. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia
dekat dengan wajah. Arahkan mulut labu menjauhi wajah dan tubuh anda.
2. Jangan memipet dengan menggunakann mulut, selalu gunakan filler pipet
3. Berhati-hatilah terhadap asam dan basa kuat, khususnya bila
memanaskannya. Jangan pernah menambahkan air ke asam atau basa
pekat.
1
4. Bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di almari
asam dan menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut
antara lain adalah halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam,
asam nitrat berasap, larutan amonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida
dsb. Jika ragu-ragu, bertanyalah kepada pembimbing praktikum anda.
2
PERCOBAAN KE I
IDENTIFIKASI CAIRAN ORGANIK BERDASARKAN SIFAT FISIKNYA
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu cairan
organik dari sekelompok cairan yang dikaji, berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
Teori Dasar
Setiap zat mempunyai sifat fisik tertentu. Bila sekelompok cairan organik diketahui
sifat-sifat fisiknya, suatu sampel cairan dalam kelompok tersebut dapat diidentifikasi
berdasarkan sifat-sifat tersebut. Dalam percobaan ini, Anda akan mempelajari bagaimana
cara mengidentifikasi sampel berdasarkan berat jenis, titik didih, kelarutannya dalam air,
kemampuan nyala, dan titik bekunya.
Prosedur Percobaan
Mintalah sampel cairan organik dari pembimbing Anda. Catat identitasnya. (Catatan
: Karena sebagian besar cairan yang digunakan sangat mudah terbakar, hati-hatilah dalam
menggunakan api. Jangan sampai tejadi kebakaran. Jangan membuang cairan-cairan
organik tersebut ke bak cuci. Tampunglah cairan tersebut dalam botol yang telah
disediakan)
1. Berat Jenis
Tentukan berat jenis sampel dengan cara sebagai berikut:
• Timbanglah gelas ukur-10 ml yang kering dan bersih. Catat beratnya.
• Isilah gelas ukur tersebut dengan sampel. Catat volumenya.
• Timbanglah gelas ukur dan sampel tersebut. Catat beratnya.
• Hitunglah berat sampel tersebut.
• Hitunglah berat jenis sampel dengan cara membagi berat sampel dengan
volumenya.
Catatan: jagalah sampel Anda dari kontaminasi oleh zat lain, agar dapat digunakah untuk
penentuan sifat fisik berikutnya.
2. Titik Didih
• Pasanglah 2 manice pada statif
• Pasanglah 1 klemp pada salah satu manice dan 1 ring/klemp pada manice
yang lain.
• Ambillah kaki tiga
• Letakkan segi tiga keramik di atas kaki tiga
• Ambillah cawan penguapan, isilah dengan pasir, kemudian letakkan
cawan yang berisi pasir tersebut pada segitiga keramik.
3
• Tempatkan kaki tiga, segi tiga keramik dan cawan penguapan tersebut
dekat statif.
• Ambillah satu tabung reaksi yang bersih dan kering
• Masukkan bagian bawah tabung reaksi dalam pasir yang terdapat dalam
cawan penguapan
• Jepitlah tabung tersebut dengan menggunakan klemp yang terpasang
pada statif.
• Aturlah klemp sedemikian sehingga tabung reaksi tegak lurus dan dijepit
di bagian + ¾ tabung.
• Masukkan batu didih/pecahan keramik kecil ke dalam tabung reaksi
• Masukkan perkolator ke dalam tabung reaksi (batu didih harus berada di
tengah perkolator).
• Dengan menggunakan benang, gantunglah termometer pada ring/klemp
yang berada di atas tabung reaksi.
• Masukkan ujung termometer ke dalam perkolator (ujung termometer tidak
boleh menyentuh dinding perkolator)
• Amatilah rangkaian alat yang telah anda susun. Rangkaian alat tersebut
harus tegak lurus.
• Masukkan + 1 mL zat cair ke dalam tabung reaksi. Tinggi permukaan
cairan harus sedikit di bawah leher perkolator.
• Dengan menggunakan lampu spiritus panaskan cairan tersebut dengan
api kecil sampai mendidih (Perhatikan Gambar 1.1 dan 1.2)
4
Gambar 1.2: Rangkaian Alat untuk Penentuan Titik Didih Cairan
5
• Hitung titik didih cairan pada tekanan 760 mmHg dengan
menggunakan faktor koreksi yang tercantum pada Tabel 1.1.
4. Kemampuan Nyala
• Masukkan 5 tetes sampel ke dalam sebuah gelas arloji/cawan/krusibel
• Bakarlah sampel tersebut dengan menggunakan korek api dari kayu.
• Catat hasil pengamatan Anda.
Bandingkan sifat-sifat fisik (berat jenis, titik didih, kelarutan dalam air dan kemampuan
nyala) sampel Anda dengan data sifat fisik zat-zat yang tercantum dalam Tabel 4.1. Dari
hasil yang diperoleh tulislah nama zat Anda.
6
Tabel 1.2 Konstanta Fisik Beberapa Zat Organik
Titik Didih Titik Beku Berat Jenis Kemampuan Kelarutan
Zat
(oC/1 atm) (oC) (g/ml) Nyala dalam air
Pentana 36,2 -131 0,62 Ya Tidak
Aseton 56,6 -91 0,79 Ya Ya
Kloroform 61,0 -63,5 1,5 Tidak Tidak
Metanol 64,6 -98,8 0,796 Ya Ya
Heksana 68 -95 0,659 ya tidak
Heptana 98,4 -91 0,684 Ya Tidak
CCl4 76,8 -22 1,6 Tidak Tidak
Etil asetat 77,1 -83,6 0,90 Ya Sedikit
Etanol 78,5 -117 0,789 Ya Ya
Benzena 80,1 5,5 0,88 Ya Tidak
Isopropanol 82,3 -89,5 0,78 Ya Ya
Ters-butanol 82,8 25,5 0,785 Ya Ya
5. Titik Beku
Sebagian besar cairan sampel yang digunakan dalam percobaan ini mempunyai titik
beku sangat rendah, sehingga tidak dapat ditentukan tanpa menggunakan es kering atau
nitrogen cair. Tetapi ada 2 cairan yang titik bekunya dapat ditentukan dengan
menggunakan penangas es yaitu tersier-butanol dan benzena. Jika uji sebelumnya
menunjukkan bahwa sampel Anda adalah tersier-butanol atau benzena, tentukan titik
bekunya dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan 1 mL sampel ke dalam tabung reaksi.
• Masukkan tabung reaksi tersebut ke dalam beaker yang berisi es dan air.
• Kocoklah cairan perlahan dengan termometer.
• Amatilah temperatur pada waktu cairan menjadi berawan atau pada saat
kristal mulai terbentuk.
• Catat data Anda.
7
Lembar pengamatan
PERCOBAAN KE I
IDENTIFIKASI CAIRAN ORGANIK BERDASARKAN SIFAT FISIKNYA
8
PERCOBAAN KE II
PENENTUAN TITIK LEBUR SENYAWA ORGANIK
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan titik lebur zat
padat dan memperkirakan kemurnian zat padat berdasarkan titik leburnya.
Teori Dasar
Sebagaimana titik didih zat cair, titik lebur juga merupakan salah satu sifat khas
zat padat. Titik lebur suatu zat padat ditunjukkan dengan rentang temperatur pada saat zat
padat mulai melebur sampai dengan semuanya melebur. Bila murni, suatu zat padat
melebur pada temperatur tertentu dengan rentang sangat sempit (1-2oC). Zat padat yang
tidak murni mempunyai rentang titik lebur yang lebar.
Prosedur Percobaan
A. Pengukuran dengan menggunakan tabung Thiele
• Haluskan sedikit sampel zat padat.
• Masukkan padatan halus tersebut ke dalam pipa kapiler (yang salah satu
ujungnya tertutup).
• Dengan menggunakan bantuan tabung kaca, usahakan padatan mencapai
ujung yang tertutup. Susunan zat padat yang diperoleh harus rapat dan
ketinggiannya 3-6 mm dari dasar pipa kapiler.
• Ikatlah pipa kapiler pada termometer dengan menggunakan benang. Aturlah
letak pipa kapiler sehingga letak padatan sampel sejajar dengan bola air raksa
pada termometer.
• Pasanglah tabung Thiele pada statif.
• Pasanglah ring/klemp yang lain pada statif
• Gantunglah termometer pada ring/klemp yang telah terpasang tersebut
• Masukkan ujung termometer dan pipa kapiler ke dalam tabung Thiele. Aturlah
pipa kapiler dan termometer tersebut sehingga padatan sampel dan bola air
raksa pada termometer terletak pada pertigaan bagian atas pada tabung
Thiele (Gambar 2.1).
• Isilah tabung Thiele dengan minyak goreng/parafin. Permukaan
minyak/parafin terletak pada bagian atas pertigaan pada tabung Thiele.
• Panaskan tabung Thiele (lihat Gambar 2.1) dengan menggunakan api kecil.
Aturlah pemanasan, sehingga kenaikan temperatur hanya 1-2oC per menit.
• Dengan menggunakan kaca pembesar, amatilah dan catatlah temperatur saat
zat padat mulai melebur dan saat zat padat melebur semua.
9
• Lakukan pengukuran titik lebur terhadap zat padat murni dan campuran dua
zat padat dengan berbagai komposisi (misal 10:90; 50:50; dan 90:10)
Gambar 2.1 Susunan Alat untuk Penentuan Titik Lebur Zat Padat
Gambar 2.2 Susunan Alat Pengukuran Titik Lebur dengan Tabung Thiele.
10
B. Pengukuran Titik Lebur dengan Menggunakan Sibata Melting Point
Apparatus
• Siapkan alat pengukur titik lebur
• Masukkan pipa kapiler yang telah berisi padatan yang diukur titik leburnya
ke salah satu lubang dekat termometer (lihat Gambar 3.3)
• Tekan tombol power
• Atur tombol ‘heat’ dan ‘fan’
• Amatilah padatan dengan menggunakan kaca pembesar
• Catat temperatur pada saat padatan mulai melebur dan pada saat
melebur semua di lembar pengamatan anda.
• Bila telah selesai ambillah pipa kapiler anda dari alat
• Dinginkan alat tsb
• Ukurlah titik lebur padatan lain yang ditugaskan oleh pembimbing anda
Pipa kapiler
11
• Atur pemanasan dengan memutar tombol ke angka yang diinginkan (pada
awal pemanasan, padatan dapat dipanaskan dengan cepat. Pada temperatur
mendekati titik lebur padatan, pemanasan harus dilakukan perlahan-lahan).
• Amatilah padatan dengan menggunakan kaca pembesar pada alat tsb
• Catat temperatur pada saat padatan mulai melebur dan pada saat padatan
melebur semua.
Kaca + padatan
12
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE II
PENENTUAN TITIK LEBUR SENYAWA ORGANIK
Titik Lebur
Sampel
Awal Akhir
13
PERCOBAAN KE III
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK
MELALUI UJI KELARUTAN
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan
mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik dengan menguji kelarutannya dalam
pelarut-pelarut tertentu.
Teori Dasar
Kelarutan suatu senyawa yang belum dikenal banyak memberikan informasi
tentang gugus-gugus fungsi yang dimiliki senyawa tersebut. Dalam percobaan ini, akan
dilakukan pengujian kelarutan suatu senyawa dalam pelarut-pelarut: air, asam klorida 5 %,
natrium hidroksida 5 %, natrium bikarbonat 5 % dan asam sulfat pekat.
Suatu senyawa akan larut dalam air, jika senyawa tersebut ionik atau berukuran
relatif kecil (mengandung sebanyak-banyaknya 5 atau 6 atom karbon), atau bergugus
fungsi polar jamak (mengandung beberapa gugus fungsi polar). Jika senyawa larut dalam
air, kemudian diuji dengan kertas lakmus atau kertas indikator universal untuk menentukan
apakah bersifat asam (asam karboksilat atau fenol), basa (amina) ataukah netral (yang
dapat mengandung gugus fungsi lain). Senyawa yang mula-mula tidak larut dalam air
(karena terlalu besar dan non polar) akan larut dalam air, jika bermuatan. Misalnya, amina
yang bersifat basa akan larut dalam air, jika terprotonasi; asam karboksilat akan larut
dalam air jika terdeprotonasi. Jadi, amina larut dalam larutan asam klorida 5 %. Asam
karboksilat larut dalam larutan natrium hidroksida 5 % (basa kuat) dan larutan natrium
bikarbonat 5 % (basa lemah). Fenol yang merupakan asam lemah, memerlukan basa kuat
agar terdeprotonasi, sehingga fenol larut dalam larutan natrium hidroksida 5 %, tetapi tidak
larut dalam larutan natrium bikarbonat 5 %.
Jika senyawa tidak larut dalam air, larutan asam klorida 5 %, larutan natrium
hidroksida 5 % atau larutan natrium bikarbonat 5 %, senyawa tersebut berukuran besar
dan netral. Pengujian dengan asam sulfat pekat akan menentukan apakah senyawa
tersebut mempunyai gugus fungsi halida. Hanya hidrokarbon dan halida yang tidak
bereaksi dan tidak larut dalam asam sulfat pekat. Sebagian besar senyawa lain, misalnya
alkohol, keton, amida dan alkena, terprotonasi dan larut dalam asam sulfat pekat. Skema
untuk uji kelarutan digambarkan dalam bagan pada Gambar 3.1.
14
Prosedur Percobaan
Perhatikan: asam sulfat pekat sangat korosif. Hindari sentuhan dengan asam ini. Jika
tersentuh, cuci segera dengan air.
Mintalah sampel yang akan diuji kelarutannya. Catat identitas sampel tersebut. Urutan
kerja untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik dapat dilihat pada bagan di
bawah.Ujilah kelarutan sampel dengan cara sebagai berikut:
1. Kelarutan dalam air
• Larutkan sampel padat dalam beberapa tetes air, kemudian kocoklah
dengan kuat.
• Bila larut, berarti sampel tersebut larut dalam air.
• Bila tidak larut, teruskan penambahan air sedikit demi sedikit sambil
dikocok.
• Hentikan penambahan air, bila setelah dikocok sampel larut dalam air.
• Hentikan penambahan air, bila volume air yang ditambahkan telah 3 mL.
• Bila dalam 3 mL air sampel tidak larut sempurna, berarti sampel tidak larut
dalam air.
• Jika sampel berwujut cair, tambahkan sampel ke 3 mL air, kemudian
kocok dengan kuat. Amati kelarutan sampel dalam air.
15
16
2. Kelarutan dalam Larutan Asam Klorida 5 %
• Masukkan sampel ke dalam tabung reaksi
• Tambahkan 1 mL HCl 5%, kocoklah
• Bila tidak larut teruska penambahan larutan HCl sampai maksimum 3 mL.
• Senyawa yang bersifat basa membentuk hidroklorida yang larut dalam air,
tetapi akan mengendap pada kelebihan asam.
17
Lembar Pengamata
PERCOBAAN KE III
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK
MELALUI UJI KELARUTAN
Pengujian dengan
Sampel Kesimpulan
Air Lakmus HCl 5% NaOH 5% NaHCO3 5% H2SO4 pkt
18
PERCOBAAN KE IV
ANALISIS KUALITATIF UNSUR-UNSUR
DALAM SENYAWA ORGANIK
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan melakukan uji
untuk menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu senyawa organik.
Teori Dasar
Ada suatu cara yang relatif sederhana untuk menentukan secara kualitatif apakah
dalam suatu senyawa terdapat nitrogen, belerang atau halogen. Dalam metode ini,
senyawa organik yang tidak diketahui diuraikan (didekomposisi) dengan menggunakan
logam natrium, sehingga nitrogen, belerang atau halogen penyusun senyawa tersebut
berturut-turut diubah menjadi natrium sianida, natrium sulfida atau natrium-halida.
Senyawa-senyawa anorganik ini kemudian diuji dengan cara seperti di bawah ini:
Untuk menguji nitrogen, larutan direaksikan dengan besi (II) dan besi (III). Jika
terdapat sianida, akan terbentuk endapan biru gelap (biru prusia) yang ditunjukkan dengan
persamaan reaksi:
Untuk halogen, digunakan uji standar perak nitrat, dan terjadi reaksi :
Ag+ (aq) + NaX (aq) AgX (s) + Na+ (aq) (X = Cl, Br, I)
Dengan mengamati warna endapan dan kelarutannya dalam larutan amonia, kita dapat
menentukan apakah halogen tersebut klorida, bromida, atau iodida.
19
Larutan besi (III) klorida 5 % Larutan kalium fluorida 5 M
Air kapur Larutan asam nitrat encer
Tembaga (II) sulfat anhidrat/ kertas kobalt
klorida
Prosedur Percobaan
1. Uji untuk karbon dan hidrogen
• Campurlah sampai rata ½ sendok sukrosa dan ½ sendok CuO kering.
• Masukkan campuran tsb dalam tabung reaksi tahan panas.
• Ambillah tabung reaksi lain, kemudian masukkan air kapur
• Hubungkan kedua tabung dengan pipa kaca/selang plastik (lihat Gambar 4.1)
• Panaskan tabung yang berisi campuran sukrosa dan CuO.
• Amati pembentukan gas, perubahan pada air kapur dan pembentukan cairan pada
dinding tabung reaksi (yang berisi sukrosa dan CuO).
• Jika air kapur berubah menjadi keruh, senyawa (sukrosa) mengandung karbon.
• Jika terbentuk cairan pada dinding tabung, ujilah dengan:
• Kristal CuSO4. Taburkanlah kristal tsb ke cairan yang terbentuk. Jika
krisal berubah dari putih menjadi biru, berarti bahwa cairan tsb
adalah air. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa (sukrosa)
mengandung hidrogen.
• Kertas saring yang telah ditetesi larutan CoCl2, kemudian
dikeringkan. Kertas tsb berwarna biru. Tempelkanlah kertas tsb ke
cairan yang diuji. Jika kertas yang berwarna biru berubah menjadi
pink, berarti bahwa cairan tsb adalah air. Hal ini menunjukkan pula
bahwa senyawa (sukrosa) mengandung hidrogen.
Air kapur
20
• Masukkan krusibel ke vurnish.
• Jika semua kelompok telah memasukkan krusibel ke vurnish, tekan tombol on
pada vurnish tsb.
• Atur suhu dan lama pemanasan (tanyakan ke pembimbing anda).
• Jika pemanasan telah selesai, tekan tombol off.
• Tunggulah sampai vursnish agak dingin.
• Keluarkan krusibel anda, kemudian dinginkan.
• Untuk mendekomposisi kelebihan natrium, tambahkan etanol tetes demi tetes
sampai pembentukan gelembung gas berhenti.
• Untuk menguapkan kelebihan alkohol, panaskan krusibel pada hot plate sampai
kering.
• Dinginkan krusibel sebentar, pindahkan ke beaker 100 mL, kemudian tambahkan
15-20 mL air dingin. Jika terbentuk gumpalan-gumpalan, haluskan gumpalan tsb
dengan menggunakan kaca pengaduk
• Untuk menyempurnakan proses pelarutan, panaskan campuran sampai mendidih.
• Saringlah larutan untuk memisahkan zat-zat yang tidak larut.
• Filtrat yang diperoleh digunakan untuk menguji adanya unsur-unsur nitrogen,
belerang dan halogen.
21
5. Uji untuk halogen
• Masukkan sedikit filtrat ke dalam tabung reaksi.
• Asamkan filtrat tsb dengan asam nitrat encer
• Jika nitrogen atau belerang telah teridentifikasi, masukkan tabung ke almari asam,
kemudian didihkan dengan kuat selama 2 menit untuk mengusir hidrogen sianida
atau hidrogen sulfida (perhatikan: kedua gas ini sangat beracun). Jika tidak ada
nitrogen atau belerang, tahap ini tidak perlu dilakukan.
• Tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat ke dalam cairan tsb.
• Jika terbentuk endapan putih, berarti sampel mengandung klor
• Jika terbentuk endapan kuning muda, berarti sampel mengandung brom yang
akan larut dalam larutan amoniak encer
• Jiaka terbentuk endapan kuning, berarti sampel mengandung iod.
• Karena perak fluorida larut dalam air, fluorida tidak terdeteksi dengan uji ini.
22
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE IV
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ORGANIK
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
23
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
24
PERCOBAAN KE V
REAKSI-REAKSI HIDROKARBON, ALKIL HALIDA DAN AMINA
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. membedakan senyawa-senyawa golongan hidrokarbon alifatik jenuh, tidak jenuh dan
hidrokarbon aromatik.
2. memahami reaksi-reaksi yang dapat berlangsung pada alkil halida
Teori Dasar
Alkana, alkena, alkuna, dan hidrokarbon aromatik adalah nama-nama golongan
senyawa hidrokarbon yang gugus fungsinya berbeda-beda. Dalam alkana, semua ikatan
antara atom-atom karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh), dalam alkena gugus fungsinya
Prosedur Percobaan
A. Reaksi-reksi pada Hidrokarbon
1. Reaksi dengan Air Brom
• Ambillah 3 tabung reaksi
• Isilah tabung pertama dengan senyawa alkana yang disediakan
• Isilah tabung ke dua dengan senyawa alkena yang disediakan dengan
volume sama dengan pada tabung pertama
• Isilah tabung ke tiga dengan senyawa aromatik yang disediakan dengan
volume sama dengan pada tabung pertama.
• Tambahkan 1-2 tetes air brom pada senyawa alkena yang terdapat pada
tabung ke dua, amati terbentuknya 2 lapisan cairan (air brom di lapisan
yang manakah ?, apa warna air brom ?), kemudian kocoklah dengan kuat
tabung tersebut. Amati warna air brom ? (apakah warna air brom
berubah? Mengapa?). Catatlah jumlah tetesan air brom yang
ditambahkan.
• Pada tabung pertama, tambahkan air brom sebanyak yang ditambahkan
ke tabung ke dua. Amatilah terbentukya 2 lapisan cairan, kemudian
kocoklah dengan kuat tabung tersebut. Amati warna lapisan air brom.
Apakah warna air brom berubah?
• Perlakukan tabung ke tiga seperti tabung pertama.
• Jelaskan hasil yang anda peroleh.
26
C. Reaksi-reaksi Golongan Amina
1. Uji Tembaga Sulfat
• Masukkan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat 10% ke dalam tabung reaksi
• Tambahkan 1 tetes suatu amina
• Catat hasil pengamatan anda
27
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE V
REAKSI-REAKSI HIDROKARBON, ALKIL HALIDA DAN AMINA
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
28
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
29
PERCOBAAN KE VI
REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL
Tujuan
Malalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memahami reaksi-reaksi golongan
amina dan golongan alkohol dan fenol.
Teori Dasar
Alkohol dan fenol merupakan dua golongan senyawa organik yang keduanya
mempunyai gugus -OH (gugus hidroksil). Selain persamaan, keduanya mempunyai
perbedaan yaitu pada alkohol, gugus hidroksil terikat pada gugus alkil, sedangkan pada
fenol gugus hidroksil terikat pada inti benzena. Karena persamaan dan perbedaan
tersebut, kedua golongan senyawa organik ini mempunyai perbedaan dan persamaan pula
dalam reaksi-reaksinya dengan pereaksi-pereaksi tertentu.
Prosedur Percobaan
A. Reaksi-reaksi Golongan Alkohol dan Fenol
1. Reaksi-reaksi pada Alkohol dan Fenol
a. Uji keasaman
• Dalam satu tabung reaksi larutkan 5 tetes etanol dalam 1 mL air.
• Dalam tabung reaksi lain, larutkan 0,5 gram fenol dalam 1 mL air
• Ujilah keasaman kedua larutan tersebut dengan menggunakan
lakmus biru.
• Catat hasil pengamatan anda.
30
• Catat hasil pengamatan anda
• Apakah reaksi ini akan terjadi pada fenol? Berilah penjelasan.
d. Reaksi esterifikasi
• Masukkan 5 tetes alkohol dalam satu tabung reaksi
• Tambahkan 5 tetes asam asetat ke dalam tabung tersebut.
• Tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat
• Panaskan campuran dalam tabung tersebut.
• Catat bau khas produk yang dihasilkan
• Apakah reaksi ini akan terjadi juga pada fenol ? Berilah penjelasan.
e. Reaksi oksidasi
• Masukkan 5 tetes etanol ke dalam satu tabung reaksi.
• Tambahkan 10 tetes asam sulfat encer ke dalam tabung tersebut.
• Tambahkan 2 tetes larutan kalium dikromat.
• Panaskan perlahan campuran reaksi tersebut.
• amatilah warna larutan dan bau produk yang dihasilkan.
• Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan 2-propanol,
kemudia dengan tersier-butil alkohol sebagai pengganti etanol.
f. Uji Iodoform
• Ke dalam satu tabung reaksi, masukkan 5 tetes etanol
• Tambahkan 5 tetes larutan iod ke dalam tabung tersebut.
• Tambahkan larutan natrium hidroksida encer tetes demi tetes,
sampai warna iod hilang. Akan diperoleh endapan kuning
triiodometana (iodoform).
• Ulangi percobaan ini dengan menggunakan metanol, kemudian
dengan 2-propanol sebagai pengganti etanol
• Catat hasil pengamatan anda
b. Reksi oksidasi
• Ke dalam satu tabung reaksi, masukkan 5 tetes larutan kalium
permanganat.
31
• Tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat encer ke dalam cairan
tersebut.
• Tambahkan 5 tetes glikol.
• Panaskan campuran tersebut dengan hati-hati.
• Catat hasil pengamatan anda
3. Reaksi Substitusi pada Cincin Aromatik Fenol
• Ke dalam satu tabung reaksi, masukkan beberapa butir kristal fenol.
• Larutkan kristal tersebut dalam sedikit air (panaskan bila perlu)
• Biarkan dingin larutan tersebut.
• Tambahkan air brom tetes demi tetes, sampai diperoleh endapan 2,4,6-
tribromofenol.
• Catat hasil pengamatan anda.
32
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE VI
REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
33
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
34
PERCOBAAN KE VII
REAKSI-REAKSI ALDEHIDA DAN KETON
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memahami perbedaan sifat antara
aldehida dan keton terhadap pereaksi-pereaksi tertentu.
Teori Dasar
Meskipun memiliki kesamaan dalam hal gugus karbonil, aldehida berbeda dengan
keton. Aldehida dapat a) mereduksi larutan garam perak amoniakal, b) mereduksi larutan
Fehling, c) bereaksi dengan pereaksi Schiff, dan d) menghasilkan resin dengan larutan
natrium hidroksida. Sebaliknya, keton tidak memiliki sifat-sifat seperti aldehida tersebut.
Prosedur Percobaan
1. Reduksi Larutan Perak Nitrat Amoniakal
• Masukkan 1 mL larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi.
• Masukkan 1 tetes larutan NaOH ke dalam larutan tsb
• Ke dalam tabung tsb, tambahkan larutan amoniak tetes demi tetes sampai hanya
sedikit tersisa endapan (larutan tersebut mengandung ion [Ag(NH3)2]+)
• Masukkan setengah bagian larutan perak nitrat amoniakal tersebut ke dalam
tabung reaksi lain.
• Ke dalam salah satu tabung tambahkan 6 tetes larutan asetaldehida encer; ke
dalam tabung reaksi yang lain tambahkan 6 tetes larutan aseton.
• Kocoklah kedua tabung tersebut
• Pada dinding tabung akan terbentuk lapisan cermin perak
35
Catatan: Jangan memanaskan larutan perak atau biarkan beberapa jam, karena
dapat terbentuk perak fulminate yang eksplosif.
6. Reaksi Iodoform
• Ke dalam satu tabung reaksi, masukkan 10 tetes aseton.
• Ke dalam tabung tsb, tambahkan 15 tetes larutan KI
• Tambahkan larutan natrium hipoklorit tetes demi tetes sampai keruh.
• Catat hasil pengamatan anda
7. Reaksi Nitroprusida
• Masukkan 5 tetes aseton ke dalam satu tabung reaksi
• Tambahkan 2 tetes larutan natrium nitroprusida
• Tambahkan pula larutan NaOH encer berlebih.
• Amati apa yang terja
36
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE VII
REAKSI-REAKSI ALDEHIDA DAN KETON
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
37
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
38
PERCOBAAN KE VIII
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK YANG MENGANDUNG OKSIGEN
Tujuan:
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan mengidentifikasi
suatu senyawa organik yang belum dikenal, yang mengandung oksigen.
Teori Dasar
Pada percobaan yang lalu, Anda telah melakukan berbagai reaksi atau uji yang
membantu Anda untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa organik. Dalam percobaan ini,
Anda akan menggabungkan uji-uji tersebut dengan maksud agar Anda dapat
mengidentifikasi senyawa organik.
Uji seri amonium nitrat dapat membedakan alkohol, fenol, dan asam hidroksi dari
senyawa-senyawa lain. Hasil positif untuk alkohol ditunjukkan oleh perubahan warna dari
kuning ke merah, sedangkan fenol memberikan warna merah sampai coklat dalam larutan
dioksana. Beberapa aldehida dapat memberikan warna sebentar, yang kemudian
memudar dalam tiga sampai lima menit. Uji ini tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon lebih dari sembilan
buah, karena warna yang dihasilkan terlalu pucat.
Prosedur Percobaan
Dalam percobaan ini, Anda akan mendapat beberapa sampel zat yang tidak diketahui
yang ada dalam botol berlabel. Bila suatu sampel telah teridentifikasi, sampel tersebut
tidak perlu diuji lebih lanjut.
1. Uji seri amonium nitrat
• Masukkan beberapa tetes larutan seri amonium nitrat, (NH4)2Ce(NO3)6, ke
dalam sebuah tabung reaksi.
• Tambahkan sedikit larutan yang diuji.
• Kocok campuran tsb.
• Catat perubahan warna yang terjadi. Warna merah atau coklat menunjukkan
zat yang diuji mengandung gugus hidroksil.
5. Uji Benedict
• Uji ini dan uji berikutnya memerlukan penangas air. Panaskan air sebelum
melakukan uji ini.
• Ambillah pereaksi Benedict 1 mL, kemudian tambahkan 5 tetes larutan
natrium hidroksida 1M.
• Kocoklah larutan tersebut.
• Bagilah reagen tsb ke tabung-tabung yang dipergunakan untuk menguji zat-
zat yang tidak bereaksi dengan natrium karbonat atau seri amonium nitrat.
Jangan lupa menAndai tabung dengan identitas sampel.
• Tambahkan 5 atau 6 tetes larutan zat yang diuji ke tabung reaksi yang berisi
pereaksi Benedict.
• Masukkan tabung ke penangas air.
• Catat perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna dapat bervariasi dari
hijau ke kuning atau jingga atau merah, jika terdapat aldehida. Uji ini negatif
untuk keton, eter dan ester.
6. Uji iodoform
• Uji ini positif untuk keton yang mengandung gugus metil keton, etanol, etanal
(asetaldehida) dan zat-zat lain yang mudah dioksidasi menjadi metil keton.
• Masukkan 1 mL metanol ke dalam satu tabung reaksi.
• Tambahkan 4 atau 5 tetes zat yang diuji ke s tabung reaksi tersebut.
• Tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida 3 M.
40
• Kocoklah campuran tersebut.
• Tambahkan larutan iodium dalam kalium iodida sampai timbul warna kuning
pucat (biasanya memerlukan 20 tetes).
• Masukkan tabung dalam penangas air pada suhu 60 oC. Akan terbentuk
endapan kuning iodoform. Zat ini dapat pula diidentifikasi dari baunya.
• Jika tidak terbentuk iodoform, sementara Anda yakin zat Anda adalah metil
keton, Anda perlu menambahkan larutan iodium dalam kalium iodida berlebih.
7. Hidrolisis ester
• Zat-zat yang tidak bereaksi dengan seri amonium nitrat dan negatif terhadap
uji Benedict atau iodoform adalah ester atau eter. Untuk membedakan kedua
golongan senyawa tersebut, lakukanlah uji hidrolisis.
• Masukkan 1 ml zat yang diuji ke sebuah tabung reaksi yang bersih.
• Tambahkan 1 ml aquades.
• kocoklah tabung untuk mensuspensikan cairan.
• Biarkan tabung selama 15 menit sambil sekali-kali dikocok.
• Ujilah dengan lakmus biru. Ester terhidrolisis menghasilkan asam yang
mengubah lakmus biru ke merah dan alkohol yang tidak mempengaruhi kertas
lakmus.
• Jika zat tidak terhidrolisis, Anda dapat menyimpulkan bahwa zat yang Anda uji
adalah eter.
41
Senyawa yang
tidak diketahui
Uji c eri amonium nitrat (1)
Ester Eter
42
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE VIII
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK YANG MENGANDUNG OKSIGEN
Pengujian dengan
Sampel Kesimpulan
CAN FeCl3 R. Lucas Na2CO3 Lakmus R. Benedict Iodoform Hidrolisis
43
PERCOBAAN KE IX
KARBOHIDRAT
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membedakan karbohidrat dari senyawa lain melalui percobaan
2. Membedakan gula pereduksi dari gula bukan pereduksi melalui percobaan.
Teori Dasar
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan oksigen
dengan perbandingan 2:1. Karbohidrat merupakan turunan aldehida atau keton dari
alkohol polihidroksi, sehingga karbohidrat dikenal sebagai aldosa atau ketosa. Satuan
dasar karbohidrat adalah monosakarida. Monomer-monomer tersebut diberi nama sesuai
dengan jumlah atom karbon dalam rantai, yaitu tetrosa, pentosa dan heksosa yang
mengandung berturut-turut 4,5 dan 6 atom karbon.
Gugus aldehida dan alkohol primer pada aldosa dapat dioksidasi menjadi asam
aldonat dan asam uronat. Oksidasi lebih lanjut terhadap asam-asam tersebut
menghasilkan asam sakarat (saccaric acid). Gugus aldehida atau keton pada karbohidrat
dapat direduksi menjadi alkohol primer atau sekunder. Misalnya: fruktosa dan glukosa
menghasilkan alkohol heksahidrat sorbitol, sedangkan gliseraldehida direduksi menjadi
gliserol.
Sifat-sifat karbohidrat terhadap reagen-reagen tertentu berkaitan dengan adanya
gugus-gugus yang terdapat di dalamnya. Uji umum untuk mengenal adanya suatu
karbohidrat berhubungan dengan ikatan glikosida pada karbohidrat. Uji Fehling, uji
Barfoed, uji Benedict berkaitan dengan gugus aldehida, serta uji Seliwanoff berkaitan
dengan gugus keton pada karbohidrat. Sifat karbohidrat terhadap reagen-reagen tertentu
dapat digunakan untuk menentukan kadarnya dalam suatu sampel.
D-glukosa dapat mengkristal dalam bentuk atau yang masing-masing disebut
anomer. Larutan anomer-anomer tersebut mempunyai rotasi spesifik tertentu. Bila
dibiarkan, larutan-larutan tersebut menunjukkkan mutarotasi. Campuran kedua anomer
tersebut pada keadaan setimbang mempunyai rotasi spesifik tertentu pula.
Prosedur Percobaan
2. Uji Barfoed
o Ambil sejumlah tabung reaksi (sesuai jumlah sampel)
o Beri label pada masing-masing tabung reaksi
o Masukan masing-masing 2 mL reagen Barfoed dan 2 tetes larutan NaOH encer
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 mL larutan sampel yang diuji
(glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum) sesuai dengan labelnya
o Didihkan selama 1 – 2 menit, biar dingin
o Amati perubahan yang terjadi.
3. Pembuatan Osazon
o Ambil sebuah tabung reaksi
o Masukkan 2 – 3 mL sampel (tiap kelompok satu sampel-ditentukan oleh
pembimbing) dalam tabung reaksi
o Tambahkan 10 tetes asam asetat glacial
o Tambahkan 3 tetes larutan fenilhidrazin dan seujung sendok kecil kristal natrium
asetat
o Hangatkan semua tabung reaksi pada penangas air selama 5 menit sambil dikocok
o Saring dan hangatkan filtratnya dalam penangas air selama 20 menit
o Dinginkan perlahan-lahan
o Amati bentuk Kristal dibawah mikroskop
o Gambar bentuk kristalnya
o Bandingkan bentuk kristal tersebut dengan gambar kristal pada gambar 1 : 1
o Catat dengan seksama waktu yang dipelukan untuk pembentukan Kristal
o Catat apakah kristal terbentuk dari larutan panas atau dingin.
46
Glukosazona
(seperti jarum atau bulu) Galaktosazona
(datar)
Arabinosazona
(sekelompok jarum
membentuk bola) Laktosazona
(sekelompok jarum
membentuk bola)
Maltosazona Xilosazona
Gambar 9.1 Bentuk Kristal Osazona (Plummer, 1978)
C. Uji untuk Masing-masing Karbohidrat
1. Uji Seliwanoff untuk Ketosa
o Ambil sejumlah tabung reaksi (sesuai jumlah sampel)
o Beri label pada masing-masing tabung reaksi
o Masukkan masing-masing tabung reaksi 2 mL reagen Seliwanoff
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 3 - 5 tetes larutan yang diuji
(glukosa, fruktosa, dan sukrosa) sesuai dengan labelnya
o Hangatkan semua tabung reaksi pada penangas air selama 1 menit
o Catat waktu yang diperlukan untuk terjadinya warna merah
3. Uji Iod
o Ambil sejumlah tabung reaksi (sesuai jumlah sampel)
o Beri label pada masing-masing tabung reaksi
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan sampel (glukosa,
sukrosa, amilum dan glikogen) sesuai dengan labelnya
47
o Tambahkan 2 tetes larutan iod
o Ulangi percobaan dengan mengganti larutan sampel dengan air (aquades)
o Bandingkan warna larutan yang dihasilkan oleh sampel dengan hasil pengujian
terhadap air dan warna iod
4. Hidrolisis Polisakarida
o Ambil erlemeyer 100 mL (bersih)
o Masukkan 15 – 20 mL larutan polisakarida (amilum)
o Tambahkan 10 tetes larutan asam klorida pekat
o Didihkan perlahan-lahan
o Ambil 1-2 tetes larutan (yang didihkan ) dengan pipet masukkan dalam plat
tetes
o Tambahkan 1 tetes larutan iod ( larutan pada plat tetes)
o Ulang pengambilan larutan (yang didihkan) setiap 1 menit selama 6 menit atau
sampai larutan tersebut tidak mengalami perubahan warna (warna larutan
sama dengan warna iod)
o Setelah larutan tidak mengubah warna iod, netralkan dengan larutan NaOH 5
M.
o Ujilah larutan tersebut dengan menggunakan uji-uji yang telah dilakukan.
48
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE IX
KARBOHIDRAT
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
49
50
PERCOBAAN KE X
LIPIDA
Tujuan
Setelah malakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa
1. Memiliki pemahaman tentang sifat fisik dan sifat kimia lipida
2. Mampu mengidentifikasi senyawa-senyawa hasil hidrolisis lipida
3. Mampu menentukan sifat lipid secara kuantitatif
Teori Dasar
Lipida merupakan senyawa yang terdapat di alam. Senyawa tersebut merupakan
ester dari asam lemak berantai panjang. Lipid tidak larut dalalm air, tetapi larut dalam
“pelarut lemak” misalnya aseton, alkohol, kloroform, atau benzena. Pada hidrolisis oleh
basa, lipid (disebut saponifikasi) menghasilkan alkohol dan garam natrium atau kalium
asam lemak penyusunnya. Produk hidrolisis tersebut larut dalam air. Secara kimia, lipid
dapat dibagi ke dalam 2 golongan utama yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks.
Steroid dan vitamin (larut dalam lemak) dikelompokkan sebagai lipid, karena ciri
kelarutannya serupa dengan lipid, sehingga disebut lipid turunan (derived lipid).
Beberapa senyawa yang termasuk golongan terakhir tersebut adalah alkohol (bukan
ester), sehingga tidak dapat disaponifikasi.
Analisis kimia yang lengkap untuk lemak yang terdapat di alam memerlukan
prosedur yang sangat panjang. Namun, terdapat beberapa pengukuran yang memberikan
informasi yang sangat berguna tentang komposisi dan kemurnian suatu lemak, misalnya
bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iod.
Buret 50 mL Krus
Pendingin refluks (2 buah) Minyak jagung
Beaker glass 800 mL Mentega (baru/lama)
Erlenmeyer-250 ml/ labu dasar bulat-250 ml Minyak zaitun
(2 buah) Aseton
Erlenmeyer-50 ml Etanol absolut
Botol bertutup-250 ml Kloroform
Tabung reaksi Aquades
Rak tabung reaksi Kalium hidroksida alkoholis (100 g/l)
Lampu spiritus Kalium hidroksida alkoholis 0,5 M
Kaki tiga Asam klorida pekaasam klorida 0,5 M
Kasa asbes
Erlenmeyer
51
Pipet tetes Asam klorida 0,5 M
Penjepit tabung Fenolftalein (10 g/l alkohol)
Kertas saring Natrium hidroksida 0,1 M
Asam laurat Kalsium klorida (50 g/l)
Asam oleat Magnesium klorida (50 g/l)
Gliserol Timbal asetat (50 g/l)
Minyak kelapa (sawit) Kristal NaCl
Floroglusinol dalam eter Air brom
Kalium iodida (100 g/l) Larutan encer iod
Natrium tiosulfat 0,1 M 95 % alkohol
Larutan amilum (10 g/l) Dietileter
kalium hidroksida 0,1 M Reagen Hannus
Prosedur Percobaan
b. Pembentukkan Sabun
o Ambil tabung reaksi (bersih)
o Masukkan 15 tetes asam oleat bersama 15 tetes larutan NaOH 0,1 M dan
o panaskan sampai terbentuk larutan seperti sabun
o Gunakan larutan ini dan larutan hasil penyabunan pada percobaan 2a untuk
percobaan berikut:
• Masukan masing-masing larutan di atas ke dalam 5 buah tabung reaksi
(bersih)
• Tabung I asamkan dengan larutan HCl pekat, amati perubahan yang
terjadi
• Tabung II jenuhkan dengan larutan NaCl, amati perubahan yang terjadi
• Tabung III tambahkan 3 - 5 tetes larutan CaCl2 (50 g/L) sampai terjadi
perubahan, amati perubahan yang terjadi
• Tabung III tambahkan 3 - 5 tetes larutan MgCl2 (50 g/L) sampai terjadi
perubahan, amati perubahan yang terjadi
• Tabung III tambahkan 3 - 5 tetes larutan timbal asetat 0,15 M sampai
terjadi perubahan, amati perubahan yang terjadi
53
o Catat hasil pengamatan anda
c. Uji untuk Asam Lemak Bebas
o Ambil sebuah tabubg reaksi (bersih)
o Masukkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
o Tambahkan (dengan hati-hati) larutan phenolftalein sampai diperoleh warna
pink yang permanen
o Ambil 3 buah tabung reaksi (bersih)
o Masukkan masing-masing 1 mL larutan minyak (minyak zaitun, mentega,
dan asam laurat) dalam eter (hasil percobaan B.1)
o Tambahkan ke dalam masing-masing larutan lipida tersebut 5 tetes larutan
o warna pink tetes demi tetes
o Amati hilangnya warna pink pada larutan tersebut
o Catat hasil pengamatan anda
4. Uji Ketengikan
o Ambil 2 buak tabung reaksi (bersih) dan beri label
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 1 mL mentega cair atau minyak
yang diduga sudah tengik
o Tambahkan 5 tetes larutan asam klorida encer dan kocok
o Tambahkan 5 tetes larutan fluoroglusinol dalam eter
o Amati perubahan yang terjadi, dan bandingkan hasilnya (kedua larutan)
54
55
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE X
LIPIDA
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
56
57
PERCOBAAN KE XI
ASAM AMINO DAN PROTEIN
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Memiliki pemahaman tentang kelarutan asam amino dalam asam, basa dan air.
2. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi asam amino terhadap reagen-reagen
tertentu.
3. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi protein terhadap reagen-reagen tertentu.
Teori Dasar
Seperti ditunjukkan oleh namanya, asam amino merupakan senyawa organik
yang mengandung gugus asam (karboksil) dan gugus amino, sehingga asam amino
bersifat asam dan basa. Berdasarkan pengertian tersebut secara kimia jumlah asam
amino sangat banyak. Namun, jumlah asam amino yang terdapat di alam hanya sedikit.
Yang terdapat dalam protein hanya berjumlah 22 yang semuanya merupakan asam
amino-.
Sifat asam amino tidak seperti senyawa organik dengan berat molekul rendah,
tetapi mirip dengan garam anorganik. Pada umumnya asam amino larut dalam air,
tetapi larut sangat sedikit atau tidak larut dalam pelarut organik. Titik leburnya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan senyawa organik lain dengan berat molekul rendah.
Sebagian besar asam amino mempunyai titik lebur lebih besar dari 200oC.
Beberapa asam amino memiliki gugus yang terionisasi dalam gugus alkilnya.
Keberadaan gugus tersebut mempengaruhi sifat asam amino, misalnya apakah asam
amino tidak terikat dengan molekul lain dalam larutan ataukah terikat dengan molekul
lain seperti dalam protein.
Protein merupakan polimer asam amino. Dalam protein suatu asam amino
berikatan dengan asam amino lain melalui ikatan peptida (-CO-NH-) yang terbentuk
melalui kondensasi gugus karboksil asam amino pertama dengan gugus -amino dalam
asam amino yang lain. Karena asam amino mempunyai gugus alkil yang bisa
mengandung gugus yang terionisasi, sifat protein ditentukan oleh gugus-gugus tersebut
58
Glisin (1 g/l) Asam nitrat pekat
Tirosin (1 g/l) Natrium nitrit (10 g/l)
Triptofan (1 g/l) Natrium nitrit (50 g/l)
Fenilalanin (1 g/l) Asam asetat glasial
Histidin (1 g/l) Asam sulfat pekat
Sistein (1 g/l) Asam nitrat pekat
Sistin (1 g/l) Asam sulfanilat (10 g/l larutan dalam 1M
Metionin (1 g/l) HCl)
Fenol (1 g/l) Natrium karbonat (10 g/l)
Reagen Millon Natrium nitroprusida baru (20 g/l)
Urea (1 g/l) Amonium hidroksida
Albumin (5 g/l air garam) -Naftol (10 g/l dalam alkohol)
Kasein (5 g/l NaOH encer) Air brom (beberapa tetes dalam 100 ml air)
Gelatin (5 g/l air garam) Tembaga sulfat (10 g/l CuSO4.5H2O)
Putih telur (5 g/l air garam) Tembaga sulfat 0,1 M
Asam trikloroasetat (20 %, b/v) Timbal asetat 0,1 M
Asam sulfosalisilat (20 %, b/v) Merkuri nitrat 0,1 M
Asam pikrat jenuh Asam tanat (10 %, b/v)
Prosedur Percobaan
b. Reaksi Ninhidrin
o Ambil 3 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 mL larutan glisin, tirosin,
dan triptofan
o Atur pH-nya agar netral
o Tambahkan 3 - 5 tetes larutan ninhidrin
o Didihkan selama 2 menit, amati perubahan yang terjadi
o Ambil sebuah tabung reaksi (bersih)
o Masukkan 1 mL larutan glisin
o Tambah dengan 1 mL aquades
o Ambil 1 mL larutan glisin tersebut
o Uji dengan larutan ninhidrin, sisanya disimpan
o Jika masih dihasilkan warna ungu, tambahkan 1 mL aquades pada larutan
o ninhidrin sisa
o Ambil 1 mL larutan ninhidrin tersebut, simpan sisanya
o Uji dengan larutan ninhidrin, bila masih dihasilkan warna ungu, pengencer
59
o dan pengujian dilanjutkan sampai diperoleh hasil yang negatif
c. Reaksi Xanthoprotein
o Ambil 5 buah tabung reaksi (bersih) beri label
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan glisin, tirosin,
triptofan, fenilalanin, dan fenol
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan asam nitrat pekat
o Dinginkan dan cata perubahan warna yang terjadi
o tambahkan larutan NaOH 10 M sampai larutan bersifat sangat basa
o Uji positif ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi oranye.
d. Reaksi Millon
o Ambil 3 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan glisin, tirosin, dan
fenilalanin
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 3 – 5 tetes reagen Millon
o Panaskan dalam penangas air mendidih selama 10 menit
o Dinginkan (sampai suhu kamar)
o Tambahkan 5 tetes larutan natrium nitrit (10 g/L)
o Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan warna merah bata.
f. Uji Pauli
o Ambil 3 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 2,0 mL larutan glisin, tirosin,
triptofan, dan histidin
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1,0 mL larutan asam sulfanilat
o Dinginkan dalam penangas es
o Tambahkan 1,0 mL larutan natrium nitrit (50 g/L) dan 3 – 5 tetes larutan HCl 1,0
M
60
o Biarkan dalam penangas es selama 3 menit
o Tambahkan 2 mL larutan natrium karbonat (10 g/L) sampai larutan bersifat basa
o Catat perubahan warna yang terjadi
g. Uji Nitroprusida
o Ambil 3 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan sistein, sistin, dan
metionin
o Tambahkan dengan 0,5 mL larutan natrium nitroprusida (20 g/L) baru
o Kocok hingga bercampur
o Tambahkan 0,5 mL larutan amonium hidroksida
o Amati perubahan warna yang terjadi.
h. Reaksi Sakaguchi
o Ambil 2 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan arginin (1 g/L) dan
glisin (1 g/L)
o Tambahkan 1 mL larutan natriun hidroksida 10 M
o Kocok hingga bercampur
o Tambahkan 2 – 3 tetes larutan alfa naftol dalam alkohol (1 g/L)
o Kocok hingga bercampur dengan baik
o Tambahkan 4 – 5 tetes air brom
o Catat perubahan warna yang terjadi.
61
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 setengah mL larutan 1,0 M,
tabung reaksi ke-2 setengah mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung ke-3 setengah
mL air
o Masukkan pada 3 tabung reaksi III dua mL larutan gelatin (5 g/L)
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 setengah mL larutan HCl
1,0 M, tabung reaksi ke-2 setengah mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung reaksi
ke-3 setengah mL air
o Masukkan pada 3 tabung reaksi IV dua mL larutan putih telur (5 g/L)
o Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 setengah mL larutan HCl
1,0 M, tabung reaksi ke-2 setengah mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung reaksi
ke-3 setengah mL air
o Masukkan 12 tabung reaksi tersebut dalam penangas air mendidih selama 10
menit
o Dinginkan sampai mencapai temperature kamar. Kemidian netralkan
o Catat hasilnya
o Ambil 4 tabung reaksi (bersih)
o Masukkan pada masing-masing tabung 2 mL larutan albumin, kasein, gelatin,
dan putih telur (5 g/L)
o Tambahkan tetes demi tetes (sampai 2 mL) larutan asam nitrat pekat melalui
dinding tabung reaksi(jangan dikocok), sehingga terbentuk 2 lapisan
o Kocok dengan hati-hati. Catat hasil yang diperoleh.
63
64
Lembar Pengamatan
PERCOBAAN KE XI
ASAM AMINO DAN PROTEIN
No Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan Reaksi
urut (singkat)
65
66
DAFTAR RUJUKAN
Mascjeh, Sabirin. 1998. Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Norman, R. O. C. & Waddington, D. J. 1974. Modern Organic Chemistry. London: Mills &
Boon Limited.
Shriner, Ralph L., Fuson, Reynold C. & Curtin, David Y. 1964. The Systematic
Identification of Organic Compounds. A Laboratory Manual. 5th ed. New York: John Wiley
& Sons, Inc.
Willian, Arthur L., Richardson, Robert W., DeBey, Harold J., Kelley, Leon A., & Lien, Oliver
G. 1978. Introduction to Laboratary Chemistry : Organic and Biochemistry. London:
Addison-Wesley Pub. Co.
67