Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)

http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijsse
E-ISSN: 2655-6278 P-ISSN: 2655-6588

Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Program In House


Training Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal di SD
Negeri 117 Rejang Lebong
Tasmini
SD Negeri 117 Rejang Lebong.
Jln lintas Desa Tanjung Dalam,Curup Selatan ,Rejang Lebong
Email: tasminisoero@gmail.com

ABSTRACT:

Preparing teching materials in one of the important competencies that must be possessed by all
teachers, especially teachers who have received certification. However, the reality on the ground at
SD negeri 117 Rejang Lebong the ability of teachers in preparing teaching materials in very low and
needs to be improved. This research was carried out with the aims of increasing the pedagogic
competence of teachers, especially in preparing teaching materials based on local wisdom through
the In House Training program. This research conducted using the School Action Research or PTS
method with a total of two cycles. Based on the research conducted, it was found that the In House
Training program carried out by the Principal for two cycles wa proven to be able to improve the
ability of teachers in preparing teaching materials based on local wisdom at SD negeri 117 Rejang
Lebong. The details of the results are: 1) the items of theme suitability with the basic competencies
increased from 72,85 t0 85; 2) instructions for using teaching materials increased from 75 to 90; 3)
language items increased from 60 to 60; 4) design and display items increased from 69 to 80; and 5)
evaluation items increased from 70 to 90.
Keywords: In House Training, Teacher, Head of School, Learning Matterials, Local Wisdom.

ABSTRAK:

Menyusun bahar ajar merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh semua guru,
terlebih guru-guru yang telah mendapatkan sertifikasi. Namun realita di lapangan di SD negeri 117
Rejang Lebong, kemampuan guru dalam menyusun bahar ajar sangat rendah dan perlu ditingkatkan.
Penelitan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogic guru,
khususnya dalam menyusun bahan ajar berbasis kearifan lokal melalui Program In House Training
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Penelitian ini dilakukan menggunakan maetode Penelitian
Tindakan Sekolah atau PTS dengan total dua siklus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh
hasil bahwa program In House Training yang dilakukan oleh Kepala Sekolah selama dua siklus
terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar berbasis kearifan lokal di
SD Negeri 117 Rejang Lebong. Adapun rincian hasilnnya ialah: 1) item kesesuaian tema dengan
kompetensi dasar meningkat dari 72,85 menjadi 85; 2) item petunjuk penggunaan bahan ajar
meningkat dari 75 menjadi 90; 3) item bahasa meningkat dari 60 menjadi 80; 4) itiem desain dan
tampilan meningkat dai 69 menjadi 80; dan 5) item evaluasi meningkat dari 77 menjadi 90.
Kata Kunci: In House Training, Guru, Kepala Sekolah, Bahan Ajar, Kearifan Lokal.

PLEASE CITE AS: Tasmini.(2022).Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru oleh Kepala Sekolah
Melalui In House Training Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal di SD Negeri 117 Rejang
Lebong. Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE), 4 (2), 191-198.
doi:http://dx.doi.org/10.29300/ijsse.v4i2.8228
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

A. PENDAHULUAN keperibadian ialah kemampuan personal


yang dapat mencerminkan kepribadian
Guru merupakan ujung tombak seseorang yang dewasa, arif dan
pendidikan di sekolah. Terwujudnya berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia,
pendidikan yang berkualitas sangat serta dapat menjadi teladan yang baik bagi
tergantung pada kualitas guru. Jika baik peserta didik (Alma, 2009).
kualitas guru, maka akan baik pula kualitas Dari empat kompetensi di atas,
pendidikan. Sebaliknya, kualitas guru yang kompetensi pedagogik merupakan salah
rendah akan berakibat pada rendahnya satu kompetensi penting dan sangat
kualitas pendidikan. berpengaruh pada kualitas pembelajaran di
Di Indonesia, sebagaimana di atur dalam dalam kelas. Dari beberapa indikator
Undang-Undang, Guru merupakan jabatan kompetensi pedagogik, salah satu
professional (UU No. 14 Tahun 2005). diantaranya ialah kemampuan menyusun
Sebagai jabatan profesional, maka guru bahan ajar. Kemampuan menyusun bahan
dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi ajar merupakan hal penting karena bahan
yang dapat di ukur dan di uji dengan ajar memiliki kedudukan sentral dalam
prosedur tertentu (Samsudin, 2012). Lebih proses pembelajaran. Bahan ajar,
lanjut dijelaskan di dalam Undang-Undnag sebagaimana dikemukakan oleh Sungkono
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dkk (2000) merupakan seperangkat materi
Dosen bahwa guru sebagai tenaga atau substansi pelajaran yang disusun
profesional memiliki tugas utama untuk secara runtut dan sistematis serta
mendidik, mengajar, membimbing, menampilkan sosok utuh dari kompetensi
mengarahkan, melatih, menilai, dan yang mesti dikuasai. Bahan ajar akan dapat
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan membantu peserta didik belajar secara
anak usia dini jalur pendidikan formal, mandiri, sehingga peserta didik tidak selalu
pendidikan dasar, dan pendidikan menunggu diberikan penjelasan dari guru.
menengah. Lebih jauh Prastowo (2014) menjelaskan
Selain itu, untuk dapat dikatakan sebagai bahwa tujuan pembuatan bahan ajar yaitu
guru professional, terdapat empat untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai
kompetensi utama yang harus dimiliki oleh dengan tuntutan kurikulum dengan
guru, yakni kompetensi profesional, mempertimbangkan kebutuhan peserta
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, didik, dengan memperhatikan karakteristik
dan kompetensi kepribadian. Kompetensi dan lingkungan sosial peserta didik,
professional ialah berkenaan dengan membantu peserta didik dalam memperoleh
penguasaan terhadap materi pembelajaran alternatif bahan ajar, memudahkan guru
secara luas dan mendalam. Hal ini dalam melaksanakan pembelajaran.
mencakup penguasaan terhadap materi Bahan ajar adalah apa saja yang
kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu digunakan guru untuk diberikan kepada
yang menaungi materi pembelajaran dan siswa agar dapat mencapai kompetensi atau
menguasai struktur serta metodologi kemampuan tertentu. Pada era digital (abad
keilmuannya. Kompetensi pedagogik ialah 21) saat ini, kemampuan menyusun bahan
kemampuan seorang guru dalam memahami ajar menjadi sangat penting guna
peserta didik, perancangan dan mengembangkan sejumlah kompetensi yang
pelaksanaan pembelajaran, pengembangan
dibutuhkan (Syaputra & Sariyatun, 2020).
peserta didik, dan evaluasi hasil belajar
Abad 21 dengan segala dinamika yang ada
peserta didik untuk mengaktualisasi potensi
membutuhkan bahan ajar yang beragam
yang mereka miliki. Kompetensi sosial
dan kontekstual. Indonesia dengan aneka
berkenaan dengan kemampuan guru untuk
ragam masyarakat dan budaya, tidak bisa
memahami dirinya sebagai bagian yang
hanya terpaku pada satu bahan ajar yang
tidak terpisahkan dari masyarakat dan
disusun oleh pemerintah.
mampu mengembangkan tugas sebagai
Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu
anggota masyarakat dan warga negara
bentuk bahan ajar yang penting guna
Indonesia yang baik. Adapun kompetensi

192 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

mendukung kompetensi di abad 21 ialah mencerminkan tanggung jawab kepala


bahan ajar berbasis kearifan lokal. Syaputra sekolah untuk menggerakkan seluruh
& Dewi (2020) menjelaskan ada beberapa sumber daya yang ada di sekolah, sehingga
alasan mengapa bahan ajar berbasis lahir etos kerja dan produktivitas yang tinggi
kearifan lokal penting untuk dikembangkan. dalam mencapai tujuan. Wahjosumidjo
Pertama, dalam rangka menghadirkan (2002) menjelaskan bahwa Kepala sekolah
pembelajaran yang kontekstual, yakni yang memiliki peran sebagai pemimpin di
dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta sekolahnya dan bertanggung jawab dan
didik. Kedua, dalam rangka menanamkan memimpin proses pendidikan di sekolahnya,
pendidikan karakter. Hal ini karena di dalam yang berkaitan dengan peningkatan mutu
kearifan lokal terdapat nilai-nilai karakter sumber daya manusia, peningkaan
yang bisa diteladani dalam kehidupan profesionalisme guru, karyawan dan semua
sehari-hari. Ketiga, dalam rangka yang berhubungan dengan sekolah dibawah
melestarikan kebudayaan lokal yang naungan kepala sekolah. Dalam kaitannta
tergerus keberadaannya akibat modernisasi dengan kompetensi pedagogik, khususnya
dan globalisasi. dalam menyusun bahan ajar berbasis
Sebagai elemen penting dalam proses kearifan lokal, kepala sekolah dapat
pembelajaran, bahan ajar harus disusun mengambil peran dengan cara melakukan
sebaik mungkin dengan memperhatikan berbagai matode dan pendekatan.
potensi, kebutuhan dan karakteristik peserta Untuk mengatasi persoalan sebagaimana
didik. Dengan demikian, maka setiap guru dijelaskan di atas, salah satu solusi yang
harus memiliki kecapakan dalam menyusun dapat dialkukan ialah dengan cara
bahan ajar berbasis kearifan lokal. Adapun mengadakan In House Training penyusunan
realitas di lapangan, yakni di SD Negeri 117 bahan ajar. In House Training merupakan
Rejang Lebong, kemampuan guru dalam program pelatihan yang diselenggarakan di
menyusun bahan ajar dapat dikatakan masih tempat sendiri sebagai upaya untuk
sangat memerlukan pembinaan. Hal ini meningkatkan kompetensi guru dalam
dapat di lihat dari penggunaan bahan ajar menjalankan pekerjaannya dengan
yang sangat berpaku pada buku teks atau mengoptimalkan potensi-potensi yang ada
LKS dan minimnya bahan ajar yang secara (Baharudin, 2017). In house training juga
khusus dikembangkan oleh guru. Padahal, dapat didefinisikan sebagai jenis pelatihan
Rejang merupakan suku bangsa di Bengkulu yang dilaksanakan secara internal oleh
yang memiliki banyak sekali nilai kearifan kelompok kerja guru, sekolah atau tempat
lokal. Kearifan lokal tersebut antara lain lain yang ditetapkan sebagai
dapat berupa naskah kaganga atau surat ulu penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan
(Syaputra, Mentari & Nugraha, 2021), berdasar pada pemikiran bahwa sebagian
hokum adat, tradisi lisan, arsitektur kemampuan dalam meningkatkan
tradisional, dan lain-lain. kompetensi dan karier guru tidak harus
Dalam rangka meningkatkan kemampuan dilakukan secara eksternal, namun dapat
guru dalam menyusun bahan ajar berbasis dilakukan secara internal oleh guru sebagai
kearifan lokal Rejang, peran kepala sekolah trainer yang memiliki kompetensi yang lebih
sangatlah penting. Kepala sekolah dari guru lainnya. Lebih lanjut Kirkpatrick
merupakan pemimimpin puncak pada mendefinisikan bahwa In House Training
sebuah sekolah. Kepala sekolah juga disebut adalah pelatihan yang dilaksanakan atas
sebagai the key person (penanggungjawab permintaan suatu kelompok tertentu,
utama atau faktor kunci) dalam apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit
menggerakkan potensi sekolah dan (Jayadipura, 2018).
mempunyai otoritas penuh dalam mengelola Berdasarkan pemaparan-pemaparan
sekolah termasuk melakukan pengelolaan tersebut dapat disimpulkan bahwa IHT
dan pengembangan profesionalisme guru. merupakan program yang diselenggarakan
Menurut Ariani (2017) peranan kepala di lingkungan sendiri menggunakan
sekolah sebagai pemimpin pendidikan peralatan dan materi yang relevan dengan

193 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

permasalahan yang dihadapi, sebagai upaya


untuk meningkatkan kompetensi yang
dibutuhkan. Berbagai penelitian tindakan
sekolah dnegan bentuk In House Training
telah dilakukan dan terbukti dapat secara
efektif mencapai tujuan. Hal ini antara lain
kajian yang dilakukan oleh Jasmi (2020)
untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menulis handout, Kamiludin (2021)
untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun RPP dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
ini secara khusus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun bahan ajar.
B. METODE PENELITIAN
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan
Sekolah.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) dengan pendekatan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
kualititatif deskriptif, yakni dengan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya
menyajikan data hasil penelitian secara bahwa Penelitian Tindakan Sekolah berupa
deskriftif berupa pemaparan dari data diteliti In House Training penyusunan bahan ajar
dengan membandingkan kondisi sebelum ini terhadap guru di SD Negeri 117 Rejang
tindakan dengan setelah tindakan Lebong yang berjumlah 7 orang. Total siklus
dilaksanakan. Tempat pelaksanaan yang dilakukan sebanyak dua siklus. Adapun
penelitian ialah SD Negeri 117 Rejang deskripsi dari masing-masing siklus tersebut
Lebong yang beralamat di Tanjung Dalam, adalah sebagai berikut:
Kecamatan Curup Selatan, Kabupaten
Rejang Lebong. Peserta atau objek dalam 1. Siklus I
penelitian ini ialah guru SD negeri 117
Rejang Lebong yang berjumlah 7 orang. Peserta In House Training pada siklus
Untuk mengukur keberhasillan program, pertama ialah sebanyak 7 orang guru SD
peneliti akan menggunakan teknik Negeri 117 Rejang Lebong. Berdasarkan
persentase untuk melihat peningkatan yang penelurusan yang dilakukan kepada para
terjadi dari siklus ke siklus. Pada masing- peserta diperoleh informasi bahwa semua
masing siklus juga akan dilakukan guru tersebut belum pernah melakukan
perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan penyusunan bahan ajar. Adapun bahan ajar
Refleksi. Adapun untuk penelitian ini, total yang biasanya digunakan ialah berupa Buku
sikluas yang dilakukan ialah sebanyak dua Teks serta LKS yang telah disusun.
siklus. Secara skematik dapat dilihat pada Pada siklus pertama, para peserta
skema sebagaimana yang terlihat pada diberikan materi oleh narasumber berkanaan
gambar 1. dengan dua hal utama. Pertama tentang
bahan ajar. Pada bagian ini para peserta
diberikan wawasan tentang hakekat bahan
ajar, mulai dari pengertiannya, fungsi hingga
jenis-jenis bahan ajar. Selain itu juga
dijelaskan bagaimana langkah-langkah
penyusunan bahan ajar oleh guru kelas di
Sekolah Dasar. Tidak hanya itu, trainer juga
menjelaskan secara rinci berkenaan

194 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

komponen-komponen bahan ajar, mulai dari melakukan praktek langsung menyusun


judul, Kompetensi Dasar hingga evaluasi. bahan ajar sesuai dengan kelas masing-
Pada sesi kedua peserta mendapatkan masing. Setiap peserta diberikan waktu
materi tentang kearifan lokal. Pada sesi ini selama satu minggu untuk menyusun bahan
trainer menjelaskan apa yang dimaksud ajar bertema kearifan lokal. Selanjutnya,
dengan kearifan lokal, apa saja unsur serta masing-masing hasil kerja peserta
jenis-jenisnya. Selain itu, narasumber juga mendapatkan penilaian dari trainer dengan
menjaslan tentang beberapa jenis dan beberapa komponen penilaian, yakni: 1)
sumber kearifan lokal yang relevan dengan kesesuaian dengan kompetensi dasar; 2)
pembelajaran di Sekolah Dasar. Tidak hanya memuat petunjuk belajar yang jelas; 3)
itu, trainer juga memberikan beberapa ditulis dengan bahasa yang sederhana
contoh kearifan lokal suku Rejang seperti sesuai dengan perekembangan siswa; 4)
naskah kaganga, tradisi lisan, upacara adat, informatif dan menarik; 5) memuat evaluasi.
arsitektur, cerita rakyat, makanan tradisional Adapun penilaian hasil siklus satu pada tabel
dan lain-lain. 1 sebagaimana berikut
Setelah mendapatkan materi, maka
selanjutnya para peserta diminta untuk

Table 1. Rata-Rata Hasil Siklus 1


No Item Penilaian Skor Rata-Rata Kategori

1 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar. 510 72,85 Cukup

2 Memuat petunjuk belajar yang jelas. 530 75 Cukup

3 Ditulis dengan bahasa yang sederhana dan 420 60 Cukup


baik.
4 Bersifat informative dan menarik. 485 69,28 Cukup

5 Memuat evaluasi. 540 77,14 Baik

Sumber: Hasil Analisis Data Primer

Dari hasil penilaian terhadap siklus pada adanya beberapa tema bahan ajar
pertama di atas, dapat diperoleh informasi yang kurang sesuai dengan Kompetensi
bahwa rata-rata peserta masih belum bisa Dasar. Meskipun demikian, beberapa orang
mencapai hasil yang memuaskan dalam hal peserta sudah secara tepat melakukan
penyusunan bahan ajar. Dari lima item analisis kesesuaian tema dan Kompetensi
penilaian, item kelima (evaluasi dan Dasar.
penilaian) merupakan satu-satunya item Kedua, berkenaan dengan petunjuk
yang mendapatkan skor baik. Selebihnya, penggunaan bahan ajar, dimana sebagian
masih berada pada skor cukup. Dari hasil besar peserta hanya sekedar mencantumkan
tersebut peneliti melakukan upaya refleksi tujuan pembelajaran namun tidak memuat
guna mengidentifikasi kesulitan atau petunjuk penggunaan bahan ajar secara
hambatan-hambatan yang ada. Dari hasil jelas. Secara teoritis hal ini akan dapat
refleksi tersebut ditemukan beberapa membuat siswa kesulitan dalam
kendala utama: menggunakan bahan ajar yang disusun.
Pertama, guru kesulitan mengidentifikasi Ketiga, berkenaan dengan bahasa. Hasil
kesesuaian antara tema yang akan evaluasi menunjukkan bahwa bahan ajar
dikembangkan menjadi bahan ajar dengan yang dikembangkan masih ditulis dengan
Kompetensi Dasar yang ada dalam bahasa yang belum sesuai dengan tingkat
kurikulum. Hal ini yang kemudian berakibat perkembangan kognitif peserta didik Sekolah

195 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

Dasar. Hal ini perlu perbaikan sehingga Setelah melakukan refleksi terhadap
bahan ajar yang dikembgkan dapat secara siklus pertama sebagaimana dibahas
efektif mencapai tujuan pembelajaran. sebelumnya, maka pada siklus kedua trainer
Keempat, dari sisi kemenarikan dan secara khusus memberikan materi
informasi. Bahan ajar semestinya dapat berkenaan dengan beberapa poin yang
bersifat informatif dalam artian memuat menjadi kendala.
informasi penting sesuai tujuan Pada siklus kedua, trainer memberikan
pembelajaran. Namun bahan ajar juga mesti materi tentang beberapa hal berikut ini:
menarik sehingga dapat meningkatkan a. Analisis kesesuaian tema dan
minat dan motivasi para pembaca. Adapun kompetensi dasar;
bahan ajar yang dikemangkan oleh para b. Membuat petunjuk belajar yang jelas
peserta, secara umum sudah informatif
pada bahan ajar;
namun belum menarik karena didominasi
oleh informasi berupa teks. Hal ini mestinya c. Bahasa yang baik dan sederhana
dapat disiasati dengan menampilkan untuk bahan ajar tingkat Sekolah
informasi dalam bemtuk lain seperti gambar Dasar;
dan lain-lain. Kelima, evaluasi yang dibuat d. Mendesain bahan ajar yang
pada bagian akhir bahan ajar pada informative dan menarik untuk siswa
umumnya sudah baik karena sudah sesuai Sekolah Dasar.
dengan tujuan pembelajaran. Namun karena
e. Menyusun evaluasi pada bahan ajar.
bahan ajar yang dikembnagkan berkenaan
dengan kearifan lokal maka evaluasi
semestinya dapat menguhungkan antara Setelah dilakukan penyampaian materi
kompetensi dasar dengan tema yang secara mendalam, para peserta juga
diangkat. mendapatkan bimbingan khusus.
Beberapa catatan di atas menjadi Selanjutnya peserta kemudian diberikan
perhatian trainer sehingga dapat secara waktu untuk melakukan perbaikan bahan
khusus diperdalam pada siklus kedua.
ajar. Adapun setelah satu minggu kemudian
2. Siklus II maka kembali dilakukan evaluasi oleh
trainer. Adapun hasilnya dapat dilihat pada
tabel 2

Tabel 2. Hasil Eveluasi Siklus 2


No Item Penilaian Skor Rata-Rata Kategori
1 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar. 595 85 Sangat Baik
2 Memuat petunjuk belajar yang jelas. 630 90 Sangat Baik
3 Ditulis dengan bahasa yang sederhana dan 540 80 Baik
baik.
4 Bersifat informative dan menarik. 540 80 Baik
5 Memuat evaluasi. 630 90 Sangat Baik
Sumber: Analisis Data Primer

Dari hasil penilaian tersebut dapat meningkat dari 60 menjadi 80 atau 20%.
diperoleh informasi bahwa setiap item Item keempat meningkat dari 69 menjadi 80
mengalami peningkatan secara signifikan. dan item kelima mengalami peningkatan
Item pertama mengalami peningkatan dari 77 menjadi 90. Persentase peningkatan
signifikan dari rata-rata 72,85 menjadi 85. tersebut dapat dilihat melalui diagram yang
Item kedua meningkat dari 75 menjadi 90 terlihat pada gambar 2
atau 15% peningkatan. Item ketiga

196 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

100
90
80
70
60
50 Siklus 1
40
Siklus 2
30
20
10
0
Kesesuaian KD Petunjuk Bahasa Tampilan Evaluasi
Belajar

Gambar 2. Persentase Siklus 1 & 2

D. SIMPULAN DAN SARAN


E. DAFTAR PUSTAKA
Dalam rangka meningkatkan kompetensi
Alma, B. (2009). Guru Profesional
guru, khususnya kemampuan dalam
(Menguasai Metode dan Terampil
menyusun bahan ajar, peran kepala sekolah
Mengajar). Bandung: Alfabeta.
sangatlah vital. Kepala sekolah dapat
menggelar In House Training penyusunan
Ariyani, R. (2017). Kepemimpinan Kepala
bahann ajar terhadap guru-guru yang ada.
Sekolah dalam Pengembangan
Dalam melakukan pelatihan, kepala sekolah
Profesionalisme Guru. Jurnal Al-Afkar, 5
dapat mengundang trainer dari luar ataupun
(1), 108-127.
dengan cara memanfaatkan sumber daya
yang ada seperti guru senior atau guru-guru
Baharuddin. (2017). Pengembangan
muda.
Profesionalisme Guru Melalui In House
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
training. El-Idare: Journal of Islamic
sekolah yang dilakukan di SD Negeri 117
Education Management , 3 (2), 1-20.
Rejang Lebong, diperoleh hasil bahwa In
Hiuse Training yang dilakukan sebanyak dua
Jasmi, O. (2020). Upaya Peningkatan
siklus dapat meningkatkan kemampuan guru
Kemampuan Guru Menulis Hand Out
dalam menyusun bahan ajar. Hal ini dapat
Melalui In House Training di Masa
dilihat dari adanya peningkatan keammpuan
Pandemi. Inovasi Pendidikan, 7 (2),
dari siklus pertama dengan siklus kedua,
102-112.
yakni item pertama mengalami peningkatan
signifikan dari rata-rata 72,85 menjadi 85;
Kamiludin, J. (2021). Pelaksanaan In House
item kedua meningkat dari 75 menjadi 90
Training (IHT) untuk Meningkatkan
atau 15% peningkatan; tem ketiga
kemampuan Guru dalam Menyusun
meningkat dari 60 menjadi 80 atau 20%;
RPP. Jurnal Pedagogia, 8 (49), 1-9.
item keempat meningkat dari 69 menjadi 80
dan item kelima mengalami peningkatan
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah
dari 77 menjadi 90. Dengan demikian, maka
Profesional. Bandung: Remaja
dapat pula direkomendasikan bahwa In
Rosdakarya
House Training dapat diterapkan guna
meningkatkan kemampuan para guru,
Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan
khususnya berkenaan dengan kompetensi
Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan
pedagogic.
Praktik. Jakarta: Kencana.

197 | P a g e
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
Vol. 4, No. 2, Juli 2022

Samsudin. (2012). Penilaian Kinerja Guru


Pasca Sertifikasi. Yogyakarta: Teras.

Syaputra, E., & Dewi, D. E. C. (2020).


Tradisi Lisan sebagai Bahan
Pengembangan Materi Ajar Pendidikan
IPS di SMP: Sebuah Telaah Literatur.
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran
IPS, 5 (1), 51- 62.

Syaputra, E., & Sariyatun, S. (2020).


Pembelajaran Sejarah di Abad 21
(Telaah Teoritis terhadap Model dan
Materi). Yupa: Historical Studies
Journal, 3 (1), 18-27.
https://doi.org/10.30872/yupa.v3i1.1
63.

Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen.

198 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai