Ilide - Info Laporan Praktikum Lamun PR
Ilide - Info Laporan Praktikum Lamun PR
PRAKTIKUM 3
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN ORGANISME LAUT (LAMUN)
OLEH
A. Latar Belakang
yang lebih luas daripada daratan. Oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai
negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora
maupun fauna. Banyak daerah di laut dangkal yang di liputi oleh tumbuhan air
yang lebat, yang secara umum di sebut rumput rumputan laut (lamun).
Keanekaragaman hayati laut terfokus pada variasi bentuk kehidupan, seperti jenis
tanaman laut dan hewan laut yang beraneka ragam, struktuk genetis yang
berbunga yang terdapat di lingkungan laut dan hidup di perairan pantai yang
dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak
berbunga, berbuah, dan menghsilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan
sistem internal untuk mngangkut gas dan zat-zat hara. Secara ekologis lamun
yang ada di sulawesi tenggara. Kualitas suatu ekosistem lamun yang baik dapat
B. Rumusan Masalah
Tanjung Tiram?
Tiram?
C. Tujuan Praktikum
Tujua yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tiram.
Tiram
D. Manfaat Praktikum
Tanjung Tiram.
A. Keanekaragaman Lamun
yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keaadaan
struktural lamun memiliki batang yang terbenam dalam tanah yang di sebut
rimpang. Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat
( Rahman, dkk.,2016 ).
B. Zonasi Lamun
fotosintesis. Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur substrat
Jenis lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan
lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari
serupa karna memiliki rhizoma, daun dan akar. Perbedaanya dalam hal pemisahan
struktur morfologi daun, tangkai, akar dan struktur reproduksi (bunga dan buah).
Lamun memiliki daun-daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai
tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut disebut rhizoma. Semua lamun
mempunyai rhizoma yang mirip silinder dan sebagian besar tidak berkayu, kecuali
pada Thalassodendron ciliatum. Lamun ini memiliki rhizoma tumbuh pula akar
dan beberapa cabang pendek yang tumbuh tegak untuk menahan daun-daunnya
D. Vegetasi Lamun
Pola hidup lamun sering berupa hamparan, maka dikenal juga dengan
istilah padang lamun (seagrass bads) yaitu hamparan vegetasi lamun yang
menutup suatu area pesisir atau laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih
padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem
Lamun (Seagrass ecosystem). Lamun atau disebut juga ilalang laut atau yar
berbuah, berdaun dan berakar sejati yang tumbuh pada substrat berlumpur,
berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di dalam air laut dangkal dan jernih
kedalaman, kecerahan, arus, air dan tipe substrat. Morfologi lamun juga
oleh beberapa faktor lingkungan yaitu suhu, cahaya, salinitas, kedalaman, substrat
dasar, nutrien dan pergerakan air laut (ombak, arus, pasang surut). Faktor
suatu daerah, sehingga jumlah dan kelimpahan lamun akan berbeda-beda pada
F. Fungsi Lamun
oksigen dan materi organik dari hasil fotosintesis. Oleh karena itu, padang lamun
digunakan oleh biota laut sebagai tempat mencari makan (feeding ground),
pemijahan (spawning ground), dan asuhan (nursery ground). Padang lamun juga
berfungsi sebagai penyaring nutrient yang berasal dari sungai atau laut, pemecah
gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu
Sulawesi Tenggara.
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.
C. Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.
2. Mengisi lembar kerja lapangan yang terdiri dari nama pengamat lokasi, kode
stasiun, tanggal dan waktu pengamatan, nomor transek, serta informasi umum
perbedaan daun karena adanya beberapa spesies dalam genus yang memiliki
A. Hasil Praktikum
Hasil pengamatan jenis lamun pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3.
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
1. Enhalus Kelas : Angiospermae
acoroides Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
2. Thalassia Kelas : Mocotyledonia
hemprichii Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Species : Thalassia hemprichii
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
3. Cymodocea Order : Alismatales
Serullata Family : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea serullata
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
4. Halodule Class : Liliopsida
pinifolia Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
2. Keanekaragaman jenis Invertebrata laut
Hasil pengamatan invertebrata laut pada praktikum ini dapat dilihat pada
tabel 4.
Kingdom : Animalia
3 Ikan buntal Filum : Chordata
(Colomesus Class : Actinopterygji
psittacus) Ordo : Tetraodontiformes
Family : Tetraodontidae
Genus : Colomesus
Species : Colomesus
psittacus
Kingdom : Animalia
4 Ikan selar Filum : Chordata
kuning Class : Actinopterygji
(Selaroides Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
leptolepis)
Genus : Selaroides
Species : Selaroides leptolepis
2. Pembahasan
berkembangbiak dan mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas
dan zat-zat hara. Lamun hidup terendam di perairan laut. Lamun hidup di lautan
yang dangkal dan biasanya menempel pada substrat yang berlumpur, thalusnya
tegak berdiri dengan panjang bisa mencapai 1 meter. Dari hasil praktikum yang
telah dilakukan di kawasan tanjung tiram, ada ada 3 lamun yang berhasil di
Cymodocea Serullata.
besar biomasa total tumbuhan pada ekosistem lamun perairan dangkal. Enhalus acoroides
sebagai salh satu komponen keanekaragaman hayati daerah padang lamun, berkaitan erat
terhadap rantai makanan. Kondisi perairan akan mempengaruhi jumlah, sebaran dan
biomassa lamun tersebut. Bentuk daun Enhalus acoroides yang seperti memudahakan
Enhalus acoroides dilakukan pada bagian daun lamun yang didasarkan atas fungsi daun
rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari 1,5 cm, memiliki akar yang
banyak dan bercabang dengan panjang antara 10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm. Daun dari
tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm. Enhalus
acoroides ini hidup pada perairan yang terlindungi dengan substrat pasir atau lumpur
merupakan jenis lamun yang dominan pada rataan karang mati dengan sedimen
yang terdiri dari pasir karang dan pecahan karang. Spesies ini juga telah diamati
tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan lumpur lunak, serta lumpur tertutup
buku, memiliki sisik rhizoma yang berdekatan. Dipermukaan akar tidak ditutupi
oleh jaringan hitam, batangnya tertutupi oleh serat-serat halus berwarna coklat,
ujung daun bulat dan kadang-kadang sedikit. Jenis ini paling banyak ditemukan,
biasanya berasosiasi dengan jenis lain dan tumbuh baik sampai kedalaman 25
Morfologi dari Cymodocea serrulata yaitu tepi dau halus atau licin, tidak
bergerigi. Akar pada tiap nodus terdiri dari 2 -3 helai. Akar tidak bercabang dan
tidak mempunyai rambut akar . tulang daun sejajar, jumlah tulang daun pada
selembar daun adalah 9-15 buah. Tiapa nodus hanya ada satu tegakan. Tiap
penyimpanan karbon di lautan atau dikenal dengan istilah blue karbon untuk
yang terdapat pada lamun ini yaitu C-organik dan karbon (Putra, I. A., 2017).
substrat, asosiasi dengan jenis lamun yang berbeda. Pada dasar berpasir lembut,
rotundata.
panjang pisau daun sempit berukuran 5-20 cm panjang dan 0,61.2 mm
lebar. Ujung daun bulat dan bergerigi luas. Selubung daun kira-kira 1-4 cm
panjang. Halodule pinifolia memiliki rimpang merayap dengan 2-3 akar di setiap
bakteri dan fungi belum pernah dilakukan, hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan
(Protoreaster nodosus)
Protoreaster nodulosus yang memiliki ciri-ciri morfologi secara umum yaitu
mempunyai lengan sebanyak 5 buah dan tergolong besar, bentuk tubuh keras, warna
tubuh ada yang berwarna putih kehitaman, cokelat kehitaman dan orange kehitaman serta
yang dimiliki oleh Protoreaster nodulosus di kelima lenganya dan ujung setiap lengan
berwarna hitam. Jenis Bintang Laut ini kebanyakan terdapat di area padang lamun dan
rumput laut dengan substrat pasir, makanan utama untuk jenis Protoreaster nodulosus ini
Bintang Laut Biru (Linckia laevigata) merupakan salah satu Asteroidea yang
termasuk dalam famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah lengan
berbentuk silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, L.laevigata memiliki
madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di bagian oral. Bintang laut
ini memiliki granul-granul kecil yang menutupi cakramnya. Pada umumnya L.laevigata
silindris dan ujungnya tumpul. Bintang laut ini dijumpai di sekitar daerah berkarang.
Mulut bintang laut terletak di tengah cakram di bawah tubuhnya. Mulut tersebut
terletak di sebelah kerongkongan pendek yang berhubungan dengan lambung
besar. Lambungnya memiliki lima cabang. Makanan yang masuk dicerna oleh
getah lambung, lalu dikirimkan kelima cabang usus yang kemudian sisanya akan
Ikan buntal adalah sejenis ikan yang bisa hidup di air tawar dan air laut
jenis. Hewan air ini tergolong dari spesies karnivora atau (pemakan daging),
penyebaran ikan buntal ini adalah di perairan tropis seluruh dunia. Ikan Buntal ini
hari dan baru akan berakasi mencari makan pada malam hari. Gigi yang menyatu
bersama menjadi satu kesatuan, menciptakan mulut yang kuat dan dapat
meretakan kulit kerang siput, landak laut, dan kepiting. Ikan buntal termasuk
predator perenang lambat, untuk mempertahakan dirinya dari predator ikan ini
berjumlah banyak sehingga membuatnya nampak lebih besar dan nyaris bulat.
Ikan buntal isaat menggelembungkan tubuhnya duri-duri yang berada di
dalam tubuh ikan buntal juga akan nampak bermunculan, ini merupakan sistem
pertahanan dirinya dari para musuh. Predator yang mengabaikan peringatan dari
ikan buntal, kemungkinan akan mati tersedak duri, bentuk pertahanan mereka
yaitu racun. Beberapa jenis tertentu dari ikan buntal mengandung racun saraf
semacam hiu bisa tahan terhadap racunnya dan tidak menghasilkan dampak sama
sekali. Ikan buntal disamping bisa mengembung seperti balon ada keunikan lain
ikan selar kuning memiliki bentuk tubuh yang jorong memanjang dan pipih tegak
atau yang biasa disebut fusiform, pangkal ekor kecil. Bentuk mulut ikan ini adalh
subterminal. Mempunyai sisik-sisik kecil tipis jenis sikloid. Terdapat bintik hitam besar
dibagian atas tutup insang. Sisi tubuh dan perut berwarna keperakan. Bagian punggung
ikan berwarna biru dan terdapat garis kuning di bagian punggung. Punggung ikan
berwarna biru metalik dengan pita kuning terang yang lebar dari sisi atas mata hingga ke
umumnya kurang dari 15 cm. Bentuk jorong memanjang dan pipih tegak; kurang
lebih simetris pada lengkung punggung dan perutnya. Garis tengah mata
sebanding atau lebih pendek daripada panjang moncong, dengan pelupuk mata
berlemak setengah penuh pada separuh bagian belakang mata. Rahang atas tak
bergigi, dan rahang bawah dengan sederet gigi kecil-kecil. Sisir saring insang
pada lengkung insang yang pertama berjumlah 10-14 buah pada lengan (bagian)
sebelah atas, dan 27-32 pada lengan bawah. Cleithrum (gelangan bahu) halus pada
A. Simpulan
Halodule pinifolia. Dan beberapa jenis biota asosiasi yaitu Bintang laut coklat
(Colomesus psittacus), dan Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) Jenis spesies
lamun tersebut tumbuh pada perairan yang relatif dangkal, dan tinggi
subtidal dangkal.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu pada saat
melakukan identifikasi jenis – jenis lamun, dan untuk asisten pembimbing terima
keramahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Christon., Djunaedi, O. S., Purba, N. P., 2012., Pengaruh Tinggi Pasang Surut
Terhadap Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun, Jurnal Perikanan
dan Kelautan, 3(3) : 287-294
Farihin, M., 2015, Ikan Buntal Sebagai Ide Dasar Pencintaan Keramik Teko
Pasutri, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Gosari, B. A. J dan Haris, A., 2012, Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun,
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 22(3) : 156-162.
Hafizah, H., Sulastriana., 2015, Uji Daya Hambat Etanol Bintang Laut
Bertanduk, Medula, 3(1) : 192-196.
Kepel, R. C dan Baulu, S., 2011, Komunitas Lamun di Pearairan Pesisir, Jurnal
Perikanan dan Kelautan Tropis, 7(1) : 27-31.
Kurnia, M., Pharmawati, M., Yusup, D. S., 2015, Jenis – jenis Lamun, Jurnal
Simbiosis 3(1) : 330-333.
Minerva, A., Purwati, F., Suryanto, A., 2014, Analisis Hubungan Keberadaan dan
Kelimpahan Lamun dengan Kualitas Air, Management Of Aquatic
Resources, 3(3) : 88-94.
Naturalita, Y., 2014, Inventarisasi Ikan Hasil Tangkapan, Skripsi, Universitas
Tanjungpura : Pontianak
Rahman, A. A., Nur. A. I., Ramli, M., 2O16, Studi Lanjut Pertumbuhan Lamun,
Jurnal Sapa Laut, 1(1) : 10-16
Sakey, W. F., Wagey, B. T., Gerung, G. S., 2015, Variasi Morfometrik pada
Bebearapa Lamun, Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 1(1) : 1-3
Sombo, I. T., Wiryanto., Sunarto., 2016, Karakteristik dan Struktr Komunitas
Lamun, Jurnal Ekosains, 11(2) : 33-44.
Triana, R.., Elfidasari, D., Vimono, I. B., 2015, Identifikasi Echinodermata, Pro
Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(3) : 455-459.