Anda di halaman 1dari 16

KONFLIK SAMPIT

Disusun untuk memenuhi UAS

Mata kuliah : Sosiologi


Dosen: Drs. Moh. Amin Tohari, M.Si,

Oleh:
Mohammad Faris Fauzan (23010400218)

Kelas G
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................3-11

A. Faktor Penyebebab Konflik...................................................................................................3

B. Dampak Konflik ................................................................................................................4-6

C. Upaya Penanganan Konflik...................................................................................................7

D. Analisa Pribadi Terhadap Penananganan Konflik..............................................................8-9

E. Rekomendasi Mengenai Penanganan Konflik.....................................................................10

F. Peran Mahasiswa Dalam Menangani Konflik.....................................................................11

BAB II...........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................................12

B. Saran......................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Konflik Sampit” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
(UAS) dari Bapak Drs. Moh. Amin Tohari, M.Si, pada mata kuliah Sosiologi, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amin Tohari, selaku dosen mata
kuliah Sosiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.

Penulis

iii
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konflik antara etnis Dayak dan etnis Madura bukan hanya terjadi sekali saja, dan tidak
hanya pada tahun 1996-1997 tetapi pernah juga terjadi sebelumnya masih di tempat yang
sama yaitu Samalantan. Sebagian besar sumber yang ditemukan, mengatakan ada tiga
argumen narasumber setempat untuk menjelaskan awal mula pertikaian antara Dayak dan
Madura, yaitu argumen budaya, ekonomi, politik.

Masalah kultur/budaya terfokus pada kecenderungan orang-orang Madura menggunakan


pisau untuk menyelesaikan masalah mereka dan ada keyakinan pada orang-orang Dayak
bahwa bila salah seorang warga mereka terbunuh, maka seluruh kelompok bertanggung
jawab terhadapnya. Argumen ekonomi dengan melihat adanya peminggiran terhadap orang
Dayak, karena tanah mereka digusur untuk konsensi penebangan hutan, penambangan dan
perkebunan komersial. Pertanian mereka tergusur ke belakang (yang awalnya bertani di
lahan yang lebih dekat dengan pemukiman, menjadi lebih jauh kedalam hutan-hutan), dan
peran mereka dalam ekonomi setempat secara perlahan-lahan diambil alih oleh para
transmigran dan pendatang baru lainnya termasuk orangorang MaduraSeperti yang telah
kita ketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia, yang berarti dasar
dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal
ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang terdapat di Naskah
Proklamasi Indonesia.

Argumen politik melihat adanya penggunaan kekuasaan di daerah konflik dan kepentingan
politik yang mungkin disebabkan oleh pertikaian etnis. Semua argumen di atas tidak cukup untuk
dapat menjelaskan yang terjadi pada akhir Desember 1996 dan awal 1997, namun setiap argumen
memberikan gambaran yang penting guna menjadi dasar penjelasan setiap akar permasalahan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa latar belakang konflik antar Etnis Dayak dan etnis Madura di Samalantan, Kalimantan
Barat tahun 1996-1997 ?
2. Bagaimana tindakan pemerintah terhadap konflik antar etnis Dayak dan etnis
Madura di Samalantan, Kalimantan Barat tahun 1996-1997??

3. Bagaimana dampak dari konflik antar etnis Dayak dan Etnis Madura di Samalantan,
Kalimantan Barat tahun 1996-1997?

2
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Konflik Sampit

Konflik Sampit terjadi pada tahun 2001 antara suku Dayak dan Madura di
Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Beberapa faktor penyebab konflik tersebut
termasuk perbedaan nilai dan budaya antara suku Dayak dan Madura yang berstatus
sebagai pendatang, perasaan superioritas, persaingan sumber daya, dan benturan
budaya. Selain itu, faktor penyebab konflik etnis di Sampit juga dapat diidentifikasi
sebagai terganggunya kebutuhan dasar warga etnis lokal yang berlarut-larut.
Konflik Sampit sendiri diawali dengan perselisihan antara dua etnis ini sejak akhir
2000.
Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura
terjadi di Kota Sampit. Konflik Sampit terjadi karena adanya perbedaan nilai dan
budaya antara suku Dayak dan Madura yang berstatus sebagai pendatang. Faktor
lain yang memicu konflik adalah perasaan superioritas dan persaingan sumber daya.
Terdapat juga teori pengelompokan sosial dalam kasus ini, di mana individu
cenderung membentuk kelompok berdasarkan etnis mereka sendiri, dan ini dapat
memicu konflik ketika perbedaan etnis dibatas-batasi
Faktor penyebab konflik Sampit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang melatarbelakangi konflik
Sampit adalah perbedaan budaya dan adat istiadat antara suku Dayak dan suku
Madura. Suku Dayak merupakan penduduk asli Kalimantan Tengah yang memiliki
budaya dan adat istiadat yang berbeda dengan suku Madura yang merupakan
pendatang. Perbedaan ini sering kali menimbulkan konflik, terutama dalam hal
penggunaan lahan dan sumber daya alam. Faktor eksternal yang melatarbelakangi
konflik Sampit adalah faktor ekonomi. Suku Madura yang merupakan pendatang di
Kalimantan Tengah sering kali dianggap sebagai saingan oleh suku Dayak dalam
hal ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku Madura yang berprofesi
sebagai pedagang dan pengusaha.

3
B. Dampak Konflik Sampit

1. Dampak Negatif
Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan
yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal tersebut dirasakan
sampai sekarang, dengan contoh bahwa setiap ada orang Madura masuk ke
pemukiman orang Dayak untuk berdagang maka setiap warga akan sangat curiga
dengan gerak-gerik dan perilakunya, itupun jika ada yang berani masuk, pada
umumnya orang-orang Madura tidak ada yang berani lagi menginjakkan kaki
dipermukiman orang Dayak, itu dikarenakan adanya trauma yang dalam akibat
konflik yang terjadi pada tahun 1996- 1997. Yang artinya nilai-nilai Pancasila
diwujudkan dalam mentalitas, perilaku, dan tindakan seseorang. Kepribadian
mengacu pada sesuatu yang unik dan khas, dan setiap individu mencerminkan
keadaan atau situasi mereka sendiri, seperti halnya ideologi bangsa (Bakry, 1994:
157).

A. Menelan Korban Jiwa, Konflik antara Dayak dengan Madura terjadi berulang
kali, dan ketika terjadi konflik, orang Dayak identik dengan pembunuhan sadis
terhadap lawannya, sebagai contoh saat membunuh lawannya tidak hanya dengan
membuat lawan jatuh, tetapi memenggal kepala korban dan memisahkan kepala
korban dengan tubuhnya, pemenggalan dilakukan menggunakan senjata khas orang
Dayak dengan sebutan “MANDAU”. menurut kesaksian seorang saksi yang
merupakan warga asli Samalantan dan pada saat itu sebagai pegawai negeri sipil di
Kecamatan mencatat lebih dari 100 (seratus) orang yang menjadi korban jiwa dalam
konflik tersebut, dan merupakan korban dari pihak Madura. Sedangkan dari pihak
Dayak yang menjadi korban ada 6 (enam) orang yang menjadi korban jiwa saat
terjadi konflik pada tahun 1996-1997 di Samalantan.

4
B. Kerugian Dari Segi Ekonomi, Pasca terjadi konflik antara etnis Dayak dengan
etnis Madura di Kalimantan Barat, Samalantan khususnya telah mengalami krisis
ekonomi yang buruk bahkan untuk sumber makanan saja susah didapat, ditambah
lagi keaadan sedang “panas” bagaimana mungkin warga bisa pergi keladang untuk
melakukan kegiatan bertani mereka. Maka tidak heran saat terjadi konflik, banyak
masyarakat Dayak yang memanfaatkan keadaan dengan mengambil hak milik orang
Madura yang kemudian diakuinya menjadi hak miliknya. Hal tersebut tentulah tidak
benar adanya karena memanfaatkan keadaan orang yang sedang susah, tapi hal yang
seperti itu menjadi tidak asing lagi bagi masyarakat Samalantan, karena pada saat itu
kondisi ekonomi juga sedang lemah, maka wajarwajar saja jika terjadi penjarahan
atas harta-harta orang Madura.

C. Dampak Trauma Bagi Orang Orang Madura, Pergi dari samalantan tentulah
bukan sesuatu yang mudah bagi orang-orang Madura yang telah sekian lama tinggal
di Samalantan bahkan sudah dari lahir berada di Samalantan, segala harta benda dan
lahan pertanian serta tanah yang sedang mereka tanami tanaman tentu saja menjadi
alasan kenapa mereka enggan pergi dari Samalantan, tapi karena harus bertaruh
nyawa mempertahankan hak mereka maka banyak yang tidak sempat mengurusi
harta benda mereka lagi karena harus segera mencari tempat mengungsi kejaran
massa orang Dayak. Hewan ternak seperti sapi dan kambing juga menjadi korban
amukan orang, Dayak, apabila tidak menemukan orang Madura dirumahnya maka
harta bendanyalah yang menjadi sasaran amukan massa orang Dayak.

2. Dampak Positif

Setelah mendalami akibat negatif yang didapat akibat terjadinya konflik yang ada
di Samalantan, sekarang kita akan melihat beberapa segi positif yang dirasakan orang Dayak
akibat dari konflik pada tahun 1996- 1997 adalah sebagai berikut:Pancasila sebagai jiwa
bangsa Indonesia

A. Orang Dayak Merasa Aman, Setelah puluhan tahun hidup berdampingan bersama
pendatang dari pulau Madura orang Dayak sudah terlalu sering mengalami konflik dengan
penduduk pendatang tersebut, banyak masalah-masalah sepele yang dapat menjadi pemicu
terjadinya konflik yang berakhir dengan luka-luka serius bahkan sampai kematian. Akhir
dari konflik yang setelah ditindak lanjuti oleh pihak kepolisian dinyatakan ada fase kecil,
fase sedang dan fase besar, sebelum-sebelumnya memang ada yang dinyatakan fase besar
5
tapi masyarakat Samalantan masih penuh dengan toleransinya sehingga masih bisa
menerima orang-orang Madura untuk tetap tinggal di Kecamatan Samalantan, puncak
kesabaran sudah habis ketika terjadi konflik pada tahun 1996-1997, orang-orang Dayak
yang ada di Samalantan tidak lagi bisa hidup bersama-sama dengan orang Madura karena
merasa sudah tidak aman.

B. Tidak Ada Konflik yang menelan korban, Sejak berakhirnya konflik yang terjadi
pada tahun akhir 1996 sampai awal tahun 1997 kondisi sosial di Samalantan berubah secara
signifikan, tidak ada lagi buruh Madura yang bekerja untuk orang-orang Dayak, tidak ada
lagi pula tempat-tempat jual makanan di pasar-pasar Samalantan, tidak seperti sebelumnya
waktu masih ada orang Madura, merekalah yang menguasai perdagangan-perdagangan
dipasar Samalantan. Setelah kepergian orang-orang Madura dari Samalantan suasana
menjadi aman dan tenang, walau tidak bisa dipungkiri bahwa pasti masih ada konflik antara
orang Dayak dengan orang Dayak sendiri atau dengan orang Melayu, tapi tidak sampai
berujung kematian atau korban jiwa. Jika memang ada konflik yang sampai menelan
korban maka itu bukanlah menjadi hal yang berlanjut lagi keesokan harinya, karena pasti
langsung diurusi oleh para Dewan Adat Dayak dan Ketua Adat lainnya yang bertugas
dalam hal tersebut.
C. Orang Pribumi Di Kursi Pemerintahan, Dalam kursi pemerintahan yang ada di
Kalimantan Barat orang Dayak masih sangat kurang jumlahnya untuk mewakili sebagian
besar penduduk pribumi yakni etnis Dayak di kursi pemerintahan, baik ditingkat Camat,
Bupati apalagi Gubernur sangatlah kecil jumlahnya. Dengan terjadinya konflik antara orang
Dayak dengan orang Madura maka kursi yang sebelumnya diduduki oleh orang Madura
menjadi pindah tempat kepada orang Dayak. Dengan begitu konflik pada tahun 1996-1997
memberi peluang untuk tampilnya orang-orang pribumi dikursi pemerintahan, maka
tidaklah heran jika sekarang ini banyak pula etnis Dayak yang menduduki tempat yang
sebelumnya tidak pernah disentuh oleh orang Dayak. Perlu diperjelas bahwa konflik
bukanlah jalan yang diatur oleh oknum-oknum tertentu untuk mengambil kursi
dipemerintahan, hal tersebut tentu bisa dikatakan hanya dengan kebetulan.

6
C.Upaya Penanganan Konflik

Upaya penanganan konflik Sampit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Upaya
jangka pendek dan upaya jangka panjang.

Upaya jangka pendek bertujuan untuk meredam konflik dan memulihkan situasi
keamanan. Upaya-upaya ini antara lain:

1) Peningkatan keamanan. Pemerintah meningkatkan keamanan di wilayah Sampit dengan


mengerahkan aparat keamanan, baik dari TNI maupun Polri.
2) Evakuasi warga. Warga yang menjadi korban konflik dievakuasi ke tempat yang aman.
3) Penanganan korban. Korban konflik, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka,
diberikan penanganan medis.

Upaya jangka panjang bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa yang
akan datang. Upaya-upaya ini antara lain:

1) Rehabilitasi mental. Warga yang mengalami trauma akibat konflik diberikan rehabilitasi
mental.
2) Rekonstruksi. Fasilitas-fasilitas umum yang rusak akibat konflik direkonstruksi.
3) Peningkatan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Pemerintah dan masyarakat
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya.
4) Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daerah-
daerah terpencil.

Upaya-upaya penanganan konflik Sampit telah membuahkan hasil yang cukup baik.
Konflik telah mereda dan situasi keamanan di wilayah Sampit telah pulih. Namun, upaya-
upaya jangka panjang masih perlu terus dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik
serupa di masa yang akan dating.

Berikut adalah beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman antaretnis dan antarbudaya:

Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam pendidikan, perlu diajarkan
nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan saling menghormati antaretnis dan
antarbudaya.Kegiatan kebudayaan. Kegiatan kebudayaan, seperti festival budaya, dapat
menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam
kegiatan kebudayaan, masyarakat dari berbagai etnis dapat saling berinteraksi dan belajar
tentang budaya masing-masing. Media massa. Media massa dapat berperan dalam
meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya dengan menyiarkan program-
program yang bersifat edukatif dan inspiratif.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga perlu dilakukan.
Masyarakat yang sejahtera akan lebih mudah menerima perbedaan dan lebih toleran
terhadap sesama.
7
D. Analisa Pribadi Penanganan Konflik

Konflik Sampit merupakan salah satu konflik antaretnis yang paling mematikan di
Indonesia. Konflik ini telah memakan korban jiwa yang cukup banyak, yaitu sekitar 500
orang. Konflik ini juga menyebabkan kerugian materi yang cukup besar, yaitu sekitar Rp 1
triliun.

Menurut analisis pribadi saya, konflik Sampit dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

1) Perbedaan budaya dan adat istiadat. Suku Dayak dan suku Madura memiliki budaya dan
adat istiadat yang berbeda. Perbedaan ini sering kali menimbulkan konflik, terutama dalam
hal penggunaan lahan dan sumber daya alam.
2) Faktor ekonomi. Suku Madura yang merupakan pendatang di Kalimantan Tengah sering
kali dianggap sebagai saingan oleh suku Dayak dalam hal ekonomi. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya suku Madura yang berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha.
3) Faktor politik. Konflik Sampit juga diduga dipicu oleh faktor politik. Hal ini dapat dilihat
dari adanya dukungan dari pihak-pihak tertentu terhadap salah satu kelompok yang bertikai.

Upaya penanganan konflik Sampit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya
jangka pendek dan upaya jangka panjang. Upaya jangka pendek bertujuan untuk meredam
konflik dan memulihkan situasi keamanan. Upaya-upaya ini antara lain:

A. Peningkatan keamanan. Pemerintah meningkatkan keamanan di wilayah Sampit dengan


mengerahkan aparat keamanan, baik dari TNI maupun Polri.
B. Evakuasi warga. Warga yang menjadi korban konflik dievakuasi ke tempat yang aman.
C. Penanganan korban. Korban konflik, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka,
diberikan penanganan medis.

Upaya jangka panjang bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa yang
akan datang. Upaya-upaya ini antara lain:

1) Rehabilitasi mental. Warga yang mengalami trauma akibat konflik diberikan rehabilitasi
mental.
2) Rekonstruksi. Fasilitas-fasilitas umum yang rusak akibat konflik direkonstruksi.

8
3) Peningkatan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Pemerintah dan masyarakat
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya.
4) Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daerah-
daerah terpencil.

Upaya-upaya penanganan konflik Sampit telah membuahkan hasil yang cukup baik.
Konflik telah mereda dan situasi keamanan di wilayah Sampit telah pulih. Namun, upaya-
upaya jangka panjang masih perlu terus dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik
serupa di masa yang akan datang.

Berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya konflik
serupa di masa yang akan datang:

1) Peningkatan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Pendidikan merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam
pendidikan, perlu diajarkan nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan saling menghormati
antaretnis dan antarbudaya. Selain itu, kegiatan kebudayaan, seperti festival budaya, dapat
menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam
kegiatan kebudayaan, masyarakat dari berbagai etnis dapat saling berinteraksi dan belajar
tentang budaya masing-masing.
2) Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera akan lebih mudah
menerima perbedaan dan lebih toleran terhadap sesamanya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang
berada di daerah-daerah terpencil.
3) Peningkatan peran pemerintah. Pemerintah perlu berperan aktif dalam menjaga stabilitas
keamanan dan kerukunan antaretnis. Pemerintah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan
tegas dalam menangani konflik antaretnis.

9
E. Rekomendasi Pribadi Mengenai Penanganan Konflik

Berdasarkan analisis pribadi saya, berikut adalah rekomendasi penanganan


konflik Sampit, baik upaya penanganan maupun pencegahan:

Upaya jangka pendek

1. Peningkatan keamanan. Peningkatan keamanan di wilayah Sampit harus terus dilakukan


untuk mencegah terjadinya konflik susulan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengerahkan
aparat keamanan, baik dari TNI maupun Polri, secara rutin di wilayah Sampit.
2. Evakuasi warga. Warga yang masih trauma akibat konflik perlu diberikan perlindungan dan
pendampingan. Evakuasi warga ke tempat yang aman dapat dilakukan untuk memberikan
rasa aman dan nyaman bagi warga.
3. Penanganan korban. Korban konflik, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka,
perlu diberikan penanganan medis dan rehabilitasi mental. Hal ini penting untuk
memulihkan kondisi fisik dan mental korban.

Upaya jangka Panjang

1. Rehabilitasi mental. Warga yang mengalami trauma akibat konflik perlu diberikan
rehabilitasi mental secara berkelanjutan. Rehabilitasi mental penting untuk membantu
warga untuk mengatasi trauma dan membangun kembali kehidupannya.
2. Rekonstruksi. Fasilitas-fasilitas umum yang rusak akibat konflik perlu direkonstruksi secara
bertahap. Hal ini penting untuk mengembalikan kondisi wilayah Sampit seperti sedia kala.
3. Peningkatan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Peningkatan pemahaman antaretnis
dan antarbudaya perlu dilakukan secara terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan melalui
pendidikan, kegiatan kebudayaan, dan media massa.
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil, perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya konflik serupa di masa yang akan datang

Rekomendasi Pencegahan

1. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam pendidikan, perlu diajarkan nilai-nilai
toleransi, kerukunan, dan saling menghormati antaretnis dan antarbudaya.
2. Kegiatan kebudayaan. Kegiatan kebudayaan, seperti festival budaya, dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan pemahaman antaretnis dan antarbudaya. Dalam kegiatan kebudayaan,
masyarakat dari berbagai etnis dapat saling berinteraksi dan belajar tentang budaya masing-
masing.
3. Media massa. Media massa dapat berperan dalam meningkatkan pemahaman antaretnis dan
antarbudaya dengan menyiarkan program-program yang bersifat edukatif dan inspiratif.

10
F. Peran Mahasiswa Dalam Penanggulangan Konflik di Indonesia

1) Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah membentuk Forum Solidaritas
untuk Kemanusiaan (Forsuka) untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban
konflik di Papua.
2) Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah membentuk Pusat Studi
Perdamaian dan Resolusi Konflik (PSPK) untuk melakukan penelitian dan advokasi tentang
konflik di Indonesia.
3) Mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) telah membentuk Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang membutuhkan,
termasuk masyarakat yang terlibat konflik.

11
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik Sampit terjadi pada tahun 2001 antara Suku Dayak dan Suku
Madura di Kalimantan Tengah, Indonesia. Konflik ini dipicu oleh permasalahan
ekonomi dan perbedaan budaya, yang menyebabkan kerusuhan, ketidakamanan,
korban jiwa, dan kerusakan. Pemerintah dianggap lambat dalam mengantisipasi
konflik tersebut. Konflik akhirnya mereda setelah tindakan peningkatan keamanan
dan penangkapan provokator, serta perjanjian damai antara kedua belah pihak.
Kesimpulan dari konflik ini adalah perlunya peningkatan perhatian terhadap
perbedaan budaya, peningkatan keamanan, dan penyelesaian konflik secara cepat.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat dan kampanye perdamaian melalui media juga
dianggap penting. Konflik Sampit menunjukkan pentingnya penyelesaian konflik
secara damai dan perlunya perhatian terhadap keragaman budaya dalam masyarakat
Indonesia.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentu masih banyak kekurangan dan kelemahan yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kurangnya referensi atau sumber
yang kami peroleh sehubungan dengan makalah ini. Penulis sangat mengharapkan
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembacanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak


Sebagai Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica,
Volume 13, Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child


Rights In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought
International Conference (Usicon), Volume 1, 2017.

Prawirohardjo, Soeroso, dkk. 1987. Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan


Ilmu.Yogyakarta: Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat.

Ristek (Ed.). 2009, Sains dan Teknologi: Berbagi Ide untuk Menjawab Tantangan dan
Kebutuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

A. kompasiana. 2020. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan


Pancasila. Diakses pada 4 september 2021.

Maria Farida. 2007. Ilmu perundang-undangan proses dan teknik pembentukannya.


Yogyakarta: Kanisius

13

Anda mungkin juga menyukai