Makalah PTM - Riska
Makalah PTM - Riska
Oleh:
Riska Amelia Putri
NIM 20211440121081
Oleh:
Riska Amelia Putri
NIM 2021140121081
Disetujui
Tanggal
Oleh:
(…………………………….) (.........................................)
NIP/NIK.
NIP.
Mengetahui,
Ketua Program
(........................................)
NIP/NIK.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah program esensial
puskesmas yang berjudul “Program Esensial Puskesmas: Program Deteksi Dini Faktor
Risiko PTM di Puskesmas Martapura Barat” tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi mata kuliah Pelayanan Kesehatan Dasar pada
program Studi Diploma Tiga Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intan Martapura.
Tidak penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman terkasih yang telah
memberikan dukungan dan doa-doa terbaiknya sehingga proses penyusunan makalah ini
dapat berjalan lancar.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembimbing lahan praktik sebagai
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
C. Tujuan .......................................................................................................................... 3
D. Manfaat ........................................................................................................................ 3
1. Bagi Mahasiswa........................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................................... 4
1. Definisi ................................................................................................................... 4
2. Kebijakan .............................................................................................................. 4
3. Strategi .................................................................................................................. 4
1. Pengertian ............................................................................................................. 9
2. Dasar Hukum/Pedoman....................................................................................... 9
3. Tujuan ................................................................................................................... 9
4. Sasaran .................................................................................................................. 9
iv
5. Wadah Kegiatan.................................................................................................. 10
BAB IV .................................................................................................................................. 22
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang mengkhawatirkan bagi dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia saat ini
menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab utama dari 41 juta
kematian penduduk dari seluruh kasus kematian di dunia setiap tahunnya. Sekitar
74% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% di antaranya
karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% karena penyakit kanker, 6%
karena penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes melitus, dan 15% karena
penyakit tidak menular lainnya. (WHO, 2022). Di Indonesia, penyakit jantung,
kanker, penyakit paru kronis, dan diabetes mellitus masuk dalam 5 besar penyebab
kematian dengan kasus yang terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan
meningkatnya faktor isiko, seperti meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks
massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok,
serta konsumsi alkohol yang berdampak pada sisi ekonomi. Pada tahun 2020, BPJS
Kesehatan menghabiskan 17.05 triliun rupiah untuk pelayanan Penyakit Tidak
Menular (PTM) (Direktorat P2PTM, 2022). Meningkatnya kasus Penyakit Tidak
Menular (PTM) secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah
karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar,
dan teknologi tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan, namun mematikan dan
mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif (Direktorat P2PTM,
2019).
Dibandingkan dengan hasil riset tahun 2013 di Indonesia, prevalensi kanker
meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, penyakit stroke meningkat dari 7% menjadi
10,9%, dan penyakit ginjal kronik meningkat dari 2% menjadi 3,8%. Sementara
berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa, angka kejadian diabetes mellitus meningkat
dari 6,9% menjadi 8,5% dan hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan penyakit
hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%. Di Kalimantan Selatan, hasil riset
1
menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi pada penduduk Kalimantan Selatan
yang berusia di atas 18 tahun adalah yang tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai
vii
angka 44,13% (Riskesdas, 2018). Di tahun 2019, ditemukan 10 kasus Penyakit Tidak
Menular (PTM) di Kota Banjarbaru, dengan prevalensi penyakit hipertensi yang
paling tinggi sebanyak 14.727 kasus diikuti oleh diabetes mellitus sebanyak 5.449
kasus dan penyakit jantung koroner sebanyak 748 kasus (Riskesdas, 2019)
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong
lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan pengendalian
PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam
agenda SGDs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen bersama dalam menurunkan morbiditas, mortalitas,
dan disabilitas PTM melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian menuju
Indonesia Sehat atau yang kemudian diaplikasikan melalui program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), sehingga perlu adanya pemahaman
yang optimal serta menyeluruh tentang besarnya permasalahan PTM dan faktor
risikonya pada semua pengelola program disetiap jenjang pengambil kebijakan dan
lini pelaksanaan. (Direktorat P2PTM, 2019).
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) adalah
upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa
mengabaikan aspek kuratif, rehabilitatif, serta paliatif yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian yang dilaksanakan secara
komprehensif, efektif, dan berkelanjutan (Dinkes Kabupaten Banjar, 2018). Salah
satu bentuk upaya pencegahan dan pengendalian PTM di Kota Banjarbaru adalah
pelaksanaan program Posbindu PTM oleh Puskesmas Astambul. Dalam menjalankan
program Posbindu PTM, setiap fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk Puskesmas
Astambul, harus mengacu pada Petunjuk Teknis Kegiatan Posbindu PTM yang sudah
ada sehingga upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan berhasil guna.
Atas dasar hal tersebut, maka sangat penting untuk melihat gambaran Program
Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Posbindu Puskesmas Astambul melalui makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Puskesmas
Martapura Barat?
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di
Puskesmas Martapura Barat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di
Puskesmas Martapura Barat
b. Untuk mengetahui kegiatan pokok Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di
Puskesmas Martapura Barat
c. Untuk mengetahui pelaksana kegiatan Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM
di Puskesmas Martapura Barat
d. Untuk mengetahui capaian kinerja kegiatan Program Deteksi Dini Faktor Risiko
PTM di Puskesmas Martapura Barat
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai literature tambahan untuk membantu mahasiswa melihat gambaran
Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Puskesmas Martapura Barat
3
BAB II
DESKRIPSI POKOK
2. Kebijakan
Kebijakan yang ditetapkan dalam pelaskanaan program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, antara lain (Direktorat P2PTM, 2019):
a. Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program
kesehatan dan sosialisasi P2PTM.
b. Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif
secara komprehensif.
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
d. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans.
e. Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat.
3. Strategi
Strategi yang ditetapkan untuk menunjang terlaksananya kebijakan-kebijakan
dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, antara lain (Direktorat P2PTM, 2019):
a. Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program
kesehatan dan sosialisasi P2PTM.
Strategi:
1) Mendorong penguatan komitmen dari pengambil kebijakan untuk
mendukung program P2PTM terutama dalam alokasi sumber daya
daerah.
4
2) Memberikan informasi dan pemahaman potensial produktitas serta
potensial ekonomi yang hilang akibat P2PTM kepada para pengambil
kebijakan lintas sektor.
5
2) Mengoptimalkan dan mengintegrasikan sistem informasi yang
dibangun oleh pusat maupun yang diupayakan oleh daerah.
3) Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil pendataan secara
berkala dan dijadikan bahan pengambilan keputusan secara berjenjang
untuk perbaikan program.
4) Mendorong dilakukannya penelitian PTM yang diperlukan.
6
Mengurangi hingga seperti angka kematian dini akibat penyakit tidak menular
pada tahun 2030.
Target Global
1. Penurunan kematian dini akibat PTM 25% tahun 2025
2. Penurunan konsumsi tembakau 30%
3. Tidak ada peningkatan diabetes/obesitas (0%)
4. Penurunan asupan garam 30%
5. Penurunan kurang aktivitas fisik 10%
6. Penurunan tekanan darah tinggi 25%
7. Cakupan pengobatan esensial dan teknologi untuk pengobatan PTM 80%
8. Cakupan terapi farmakologis dan konseling untuk mencegah serangan
jantung dan stroke 50%
9. Penurunan konsumsi alkohol 10%
10. Penurunan prevalensi kebutaan yang dapa tdicegah sebesar 25% pada tahun
2020
11. Penurunan prevalensi gangguan pendengaran sebesar 90% pada tahun
2030
RPJMN 2015-2019
a. Penurunan prevalensi hipertensi dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi
23,4% pada tahun 2019
b. Pengendalian obesitas usia ≥ 18 tahun tetap 15,4%
c. Penurunan prevalensi merokok ≤ 18 tahun dari 7,2% tahun 2013 menjadi
5,4% tahun 2019
RENSTRA 2015-2019
1. 50% puskesmas melaksanakan pengendalian terpadu PTM (PANDU PTM)
2. 50% desa/kelurahan melaksanakan posbindu PTM
3. 50% puskesmas yang melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan
payudara pada perempuan usia 30-50 tahun
4. 50% kabupaten/kota melaksanakan kebijakan KTR minimal 50% sekolah
5. 30% puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak
7
Tabel 2. 2. Indikator per-Program P2PTM
Program Indikator Keterangan
Penurunan Faktor 1. Penurunan prevalensi hipertensi RPJMN 2015-
Risiko Penyakit Jantung dari 25,8% pada tahun 2013 2019
dan Stroke menjadi 23,4%
pada tahun 2019
2. Pelayanan hipertensi PP No. 2 Tahun
sesuai standar 2018 tentang
SPM
3. Penderita hipertensi berobat PIS PK
teratur
8
1. Pelayanan Kesehatan pada usia 1. PP No. 2
dasar Tahun 2018
2. Pelayanan Kesehatan pada usia tentang SPM 2.
produktif Permenkes
3. Pelayanan Kesehatan pada usia No. 43
lanjut
Tahun 2016
tentang SPM
Tahun 2015-
2019
B. Deskripsi Pokok Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM
1. Pengertian
Deteksi dini faktor risiko PTM di Puskesmas adalah upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM), Posbindu PTM merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko.
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah
kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM terintegrasi (penyakit
jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut, dan kanker)
serta akibat kecelakaan dan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola
oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran
serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
pengendalian dini keberadaan faktor risiko penyakit tidak menular secara terpadu
(Dinkes Kabupaten Banjar, 2018).
2. Dasar Hukum/Pedoman
a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular
c. Petunjuk Teknis Posbindu PTM
9
d. Buku Pintar Kader
e. Buku Monitoring Faktor Risiko PTM
3. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM.
4. Sasaran
a. Setiap warga negara berusia 15 tahun keatas di suatu desa/kelurahan/institusi
b. Sasaran pemeriksaan gula darah adalah setiap warga negara berusia 40 tahun
ke atas atau kurang dari 40 tahun yang memiliki faktor risiko obesitas dan atau
hipertensi
5. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan
bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan,
di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang
dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan
sarana dan tenaga yang ada (Kemenkes RI, 2012).
10
b. Sarana standard lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur
kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol,
tesam fetaminurin kit, dan IVA kit.
c. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan
khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun
Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan
tersertifikasi.
d. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
e. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku
pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model)
dan lainnya.
Kartu 1
Posbindu Alat ukur gula darah, : 1 buah
Kontrol buah
PTM kolesterol total, dan
Utama trigliserida FR-PTM
11
Alat ukut kadar alcohol Kamar : 1
: 1 buah
pernafasan khusus buah
Tesamfetaminurin Alat tulis : 1
: 1 buah
kantor paket
Bahan IVA, alat : 1 set
kesehatan dan
penunjang lainnya
12
masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut
sesuai dengan kompetensinya (Kemenkes RI, 2012).
8. Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi
9. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
1) Dinas Kesehatan Provinsi
a) Menetapkan jumlah target sasaran di kabupaten/kota yang harus
dicakup dalam 1 tahun
b) Melakukan integrasi kegiatan UKBM (UKK, Posyandu Lansia,
UKS, Posyandu Remaja)
c) Menetapkan sasaran di wilayah kabupaten/kota menggunakan data
yang telah disepakati bersama dengan kabupaten/kota dan institusi
13
f) Kader mensosialisasikan kepada masyarakat jadwal Posbindu
g) Pengelola program puskesmas dan kader memastikan ketersediaan
bahan habis pakai
b. Tahap Pelaksanaan
1) Dinas Kesehatan Provinsi
a) Memfasilitasi peningkatan kapasitas kader melalui dana
dekonsentrasi dan APBD
b) Melakukan koordinasi dengan lintas sector terkait
10. Pelaksana
a. Perawat
b. Kader terlatih
14
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM di suatu
wilayah
15
BAB III
KEGIATAN POKOK
16
bulan sekali. Untuk pemeriksaan gula darah dan kolesterol darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya
minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negative
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tata laksana lanjutan dilakukan oleh dokter
terlatih di Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tesamfeminurin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu
PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang
bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktivitas fisik dan atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin
setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan kefasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumberdaya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penanganan pra-rujukan.
C. Peran Perawat dalam Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Puskesmas
Martapura Barat
17
Perawat Martapura Barat sebagai salah satu komponen petugas Puskesmas
memiliki tanggung jawab dalam pembinaan Posbindu PTM di wilayah kerja
Puskesmas Astambul sehingga kehadirannya dalam kegiatan Posbindu PTM sangat
diperlukan dalam wujud peran:
18
D. Alur Pelayanan Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Posbindu
Puskesmas Martapura barat
22
BAB IV
A. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5
meja dengan rincian sebagai berikut:
1. Meja 1 : Registrasi pemberian nomor kode/urut yang sama serta pencatatan
ulang hasil pengisian Kartu Kontrol Faktor Risiko PTM (Skrining FR-PTM).
B. Sarana Kegiatan
Media KIE dan Penunjang
Peralatan Deteksi Dini dan Monitoring
Alat ukur gula darah 1 buah Leaflet atau brosur : 1 buah
23
kader untuk digunakan dalam pembinaan dan melaporkan ke instansi terkait secara
berjenjang. Untuk pencatatan digunakan:
1. Kartu Kontrol Faktor Risiko PTM (Skrining FR-PTM)
Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh
yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus memiliki
alat pantau individu berupa Kartu Kontrol Faktir Risiko PTM (Skrining FR-PTM)
2. untuk mencatat kondisi faktor risiko PTM. Format Kartu Kontrol Faktir Risiko
PTM (Skrining FR-PTM) mencakup nomor urut pendaftaran, data demografi,
waktu kunjungan pertama, jenis faktor risiko PTM dan tindak lanjut. Pada
Kartu Kontrol Faktir Risiko PTM (Skrining FR-PTM) ditambahkan keterangan
golongan darah dan status penyandang PTM yang berguna sebagai informasi
medis jika pemegang kartu mengalami kondisi darurat di perjalanan. Hasil dari
setiap jenis pengukuran/pemeriksaan faktor risiko PTM pada setiap kunjungan
peserta ke Posbindu dicatat pada Kartu Kontrol Faktir Risiko PTM (Skrining
FRPTM) oleh masing-masing kader factor risiko.
Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa
ketika berkunjung ke tempat pelaksanaan Posbindu PTM. Tujuannya agar setiap
individu dapat melakukan mawas diri dan melakukan tindak lanjut, sesuai saran
Kader/Petugas. Sedangkan bagi petugas dapat digunakan untuk melakukan
tindakan dan memberi saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan kondisi
peserta Posbindu.
Buku register pencatatan ini berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu
saat diprelukan. Melalui buku ini, dapat diketahui karakteristik peserta secara
22
umum. Buku Register Pencatatan Posbindu PTM diperlukan untuk mencatat
faktor risiko PTM dari setiap peserta. Buku ini merupakan alat bantu mawas diri
bagi koordinator dan seluruh petugas Posbindu PTM dalam mengevaluasi kondisi
faktor risiko PTM seluruh peserta.
23
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kabupaten Banjar. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2018. Retrieved
from: https://dinkes.banjarkab.go.id/profil-kesehatan-kabupaten-banjar/. Accessed:
Januari,17 2024
Direktorat P2PTM. 2019. Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Kemenkes RI.
Firdha, Wahyu. 2023. 10 Kasus Penyakit Tak Menular masuk Kabupaten Banjar, Terbanyak
Hipertensi. Retrieved from: https://pojokbanua.com/10-kasus-penyakit-tak-
menularmasuk-kabupaten-banjar-terbanyak-hipertensi/. Accessed: Januari, 17 2024
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM). Jakarta: Kementerian Keseharan RI.
Riskesdas. 2018. Laporan Provinsi Kalimantan Selatan. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan
Litbangkes Kesehatan.
25