Anda di halaman 1dari 90

Majalah Agama Hindu - Banjar Suka Duka Hindu Dharma Bogor

 VEDA – Kitab Suci Maha Sempurna


 Pengetahuan - Untuk Kesejahteraan Duniawi,
Surgawi, dan Untuk Pembebasan
Idealisme Belajar Kitab Suci
Veda – Dari Mana
Memulainya dan Bagaimana
Caranya
Mengembangkan Sifat Baik
Untuk Mencapai Bahagia

Edisi0001 / Februari 2024 Edisi 001 / Februari 2024


Edisi 001 / Februari 2024 1
PENGANTAR REDAKSI

MULAILAH DENGAN MENGENAL


KITAB SUCI
Oṃ Svastyastu,

Para pembaca yang kami muliakan, sehingga dapat membantu memudahkan


semoga selalu sehat dan rahayu, selamat para pembaca dengan berbagai latar
bertemu dalam edisi perdana majalah Giri belakang untuk memahami isinya.
Pustaka. Terimakasih kami ucapkan Giri Pustaka akan selalu hadir dengan
kepada seluruh pihak (termasuk para Topik Utama dalam setiap penerbitannya.
penulis artikel di majalah ini) yang telah Namun mengingat luasnya pengetahuan
memberikan dukungan dalam berbagai suci Hindu bahkan hanya untuk mengu-
bentuk dan peran dengan semangat pas satu topik, majalah Giri Pustaka ini
bhakti, sehingga upaya kami untuk kami maksudkan hanya untuk menyajikan
menerbitkan majalah Giri Pustaka ini bisa pengetahuan umum bahkan mungkin
terwujud, dengan menghadirkan edisi sebagai pengetahuan pendahuluan, yang
perdana majalah ini di hadapan para disajikan dalam beberapa artikel terpisah
pembaca. dari beberapa penulis berbeda, dan besar
Majalah tidak berbayar ini kami hadir- kemungkinan akan disajikan secara ber-
kan dalam bentuk digital (pdf) dengan sambung dalam beberapa kali penerbitan.
semangat ngayah didasari bhakti, untuk Untuk itu, kami menyarankan agar para
ikut berpartisipasi dalam menyebarkan pembaca membaca seluruh artikel dalam
pengetahuan suci di bidang agama Hindu, satu penerbitan, dan mengikuti kelan-
melengkapi pengetahuan yang para pem- jutannya pada penerbitan berikutnya,
baca sudah peroleh dari sumber-sumber untuk memperoleh pengetahuan yang
yang lain. Majalah ini kami persembahkan lengkap.
khususnya untuk warga Banjar Suka Duka Pada terbitan perdana ini, kami
Hindu Dharma (SDHD) Bogor, dan menyajikan Topik Utama seputar kitab
masyarakat luas pada umumnya. Kami suci agama Hindu yaitu kitab Veda. Kitab
mengusahakan sebisa mungkin agar suci (śāstra) sangat penting untuk diketa-
pengetahuan suci yang sangat berat untuk hui oleh umat Hindu, karena merupakan
dicerna oleh masyarakat pada umumnya, dasar hukum bagi umat Hindu dalam
dapat disajikan dengan bahasa dan menentukan apa yang patut dilakukan dan
penyajian yang ringan serta menarik, apa yang tidak patut dilakukan, sebagai-

Edisi 001 / Februari 2024 1


mana dikatakan dalam śloka 24 bab 16 menyebarkan pengetahuan suci agama
Bhagavad-Gītā, tasmāc chāstraṁ Hindu, dengan cara menjadi narasumber
pramāṇaṁ te, kāryākārya-vyavasthitau, atau kontributor sebagai penulis di
sebagai panduan dalam melaksanakan majalah ini dengan semangat pengabdian
kegiatan kehidupan di Bumi ini agar didasari bhakti.
mencapai tujuan sejati yaitu mencapai Seperti yang disampaikan dalam
ātmano mokṣārtham dan jagadhitaya, Bhagavad-Gītā, bab-IV śloka 33 tentang
atau mencapai kebahagiaan sejati bhuvana persembahan ilmu pengetahuan sebagai
alit (jiwa) dan kesejahteraan bhuvana berikut: "Wahai Arjuna, sesungguhnya
agung (jagat raya). melakukan persembahan suci berupa
Kitab suci agama Hindu jumlahnya pengetahuan suci – persembahan dengan
sangat banyak, karena Veda menyediakan cara berbagi pengetahuan sejati adalah
banyak jalan menuju Brahman yang sama. lebih mulia daripada persembahan berupa
Ibaratnya kalau seandainya keberhasilan harta benda, materi. Akhir dari segala
mencapai Brahman itu ada sertifikatnya, perbuatan adalah pengetahuan sejati."
maka jalan manapun yang ditempuh oleh Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih
seseorang, akan memperoleh sertifikat kepada pengetahuan rohani, tentang
yang sama. Oleh karena itu, sangat peningkatan kesadaran jiwa.
penting bagi umat Hindu untuk menge- Majalah Giri Pustaka hadir dari warga
tahui apa itu Veda, kitab apa saja yang Banjar SDHD Bogor untuk warga Banjar
termasuk ke dalam kitab Veda Śruti (yang SDHD Bogor serta masyarakat luas,
ajarannya bersifat sanātana atau abadi semoga majalah ini bisa memenuhi
atau berlaku sepanjang zaman) dan kitab keinginan para pembaca sekalian. Kami
apa saja yang termasuk kitab Veda Smṛti, juga mohon maaf yang sebesar-besarnya
siapa yang pertama kali menerima ajaran- bila dalam penyajian majalah ini ada
ajaran dalam Veda tersebut, bagaimana kekurangannya. Kritik dan saran dari
cara mempelajarinya terutama untuk pembaca akan membantu perbaikan dari
masyarakat di zaman Kali Yuga ini, dan majalah ini.
karena sangat banyaknya kitab suci
Hindu, dari kitab yang mana kita harus Om śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ oṃ
memulainya. Hal ini dikupas dengan lebih
lengkap dalam rubrik Topik Utama serta Pemimpin Redaksi.
beberapa artikel terkait lainnya. Ketut Adiana
Kami ingin menggugah hati para
pembaca, untuk turut serta dalam upaya

2 Edisi 001 / Februari 2024


SUSUNAN REDAKSI DAFTAR ISI
PENERBIT 01 PENGANTAR REDAKSI
• Yayasan Dharma Shanti Bogor Mulailah Dengan Mengenal Kitab Suci
PENANGGUNG JAWAB 03 DAFTAR ISI
• Parisadha Hindu Dharma Bogor 04 SURAT PEMBACA
PENASIHAT 06 TOPIK UTAMA
• Ketua Banjar SDHD Bogor 06 Veda – Kitab Suci Maha Sempurna
18 Pengetahuan - Untuk Kesejahteraan Duniawi,
• Ketua PHDI Kota Bogor
Surgawi, dan Untuk Pembebasan
• Ketua WHDI Kota Bogor
23 KONSULTASI
• Ketua PSN Kota Bogor 23 Idealisme Belajar Kitab suci
• Nyoman Sutapa 30 ARTIKEL LEPAS
• Made Soewecha 30 Īśa Upaniṣad
• Gusti Bagus Wirya 33 Padmasana
• Nengah Surati Jaya 38 Mengembangkan Sifat Baik
47 Hakikat Śānti Dalam Hindu
REDAKSI 54 Tapa, Brata dan Yoga
• Pemimpin Redaksi: 60 Hidup Meditatif
- Ketut Adiana 64 Melenyapkan Akar Penderitaan
• Redaktur Pelaksana: 67 Jalan Menuju Keluarga Sukinah
- Wayan Gemuh Kertaraharja 74 RUANG TOKOH
- Nyoman Jaya Wistara 74 Swāmi Vivekānanda
• Redaktur (Editor): 79 WIDYA CARITA
79 Calonarang
- Gede Agung Yudana
81 Saringan Tepung
• Desain Grafis: 82 SEPUTAR BANJAR SDHD BOGOR
- Made Danu 86 KUIZ ASAH PENGETAHUAN
• Bendahara dan Pendanaan: •
- Nyoman Darka
- Wayan Laba
Redaksi menerima artikel-artikel terkait agama Hindu,
ALAMAT REDAKSI: baik dari warga Banjar SDHD Bogor maupun dari luar
Kantor: KPP IPB Baranangsiang IV, Jalan Banjar SDHD Bogor. Silahkan kirim artikel Anda ke
Pawon Blok B – Pura, No. 119, Kelurahan alamat email Giri Pustaka. Redaksi berhak mengedit
judul maupun isi artikel. Redaksi tidak menyediakan
Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor.
honorarium kepada penulis.
WA: 081292476171, 0816957126 Foto sampul depan dibuat dengan memakai Microsoft
Email: giri.pustaka.bogor@gmail.com Bing AI image generator.

Edisi 001 / Februari 2024 3


SURAT PEMBACA
Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan kepada redaksi Giri Pustaka terkait dengan majalah
Giri Pustaka, ke alamat email Giri Pustaka.

Yth. Redaksi Giri Pustaka. atau komputer. Ada pertimbangan kami


untuk juga menerbitkan dalam bentuk
Om swastyastu. tercetak dalam jumlah terbatas ke masing-
Sesuai informasi yang pernah saya masing tempek di Banjar Bogor, namun
terima, bahwa Banjar Bogor akan mener- tergantung pada ketersediaan dana dari
bitkan majalah bernafaskan Hindu dengan donatur yang jumlahnya mencukupi untuk
nama Giri Pustaka yang diterbitkan dalam biaya pencetakannya, karena majalah ini
bentuk file pdf. Pertanyaan saya, apakah disebarkan dalam bentuk gratis, dan kami
redaksi juga berencana akan menerbitkan juga tidak memungut biaya kepada
majalah ini dalam bentuk tercetak? Bila pemasang iklan di majalah ini.
iya, bagaimana cara memperolehnya
Om Shanti Shanti Shanti Om.
apabila saya ingin mendapatkan versi
cetaknya? Matur suksma.
Om shanti shanti shanti.
Kepada Yth redaksi Giri Pustaka.
G.P. Subagia
Om Swasti Astu,
Saya sangat menantikan kehadiran
Jawaban Giri Pustaka: majalah Giri Pustaka. Saya yakin banyak
tambahan pengetahuan mengenai Hindu
Om Swastyastu, yang akan saya peroleh dari majalah terse-
Terima kasih kami sampaikan atas but. Saya ingin menanyakan, apakah
minatnya untuk memiliki majalah Giri majalah tersebut ditujukan hanya untuk
Pustaka. Walaupun meleset dari target warga Banjar SDHD Bogor saja? Karena
waktu semula, akhirnya majalah Giri katanya akan diterbitkan dalam bentuk
Pustaka berhasil hadir ke hadapan para pdf, apakah file pdf tersebut boleh saya
pembaca. Memang majalah Giri Pustaka bagikan ke orang di luar Banjar SDHD
diterbitkan dalam bentuk pdf, dengan Bogor? Terima kasih.
salah satu pertimbangan agar mudah Om snati santi santi om
dibawa-bawa dan bisa dibaca di mana
saja asal ada handphone maupun tablet Made Suantaya

4 Edisi 001 / Februari 2024


Jawaban Giri Pustaka: Jawaban Giri Pustaka:

Om Swastyastu, Om Swastyastu,
Terima kasih atas doanya, majalah Giri Terimakasih atas dukungannya, edisi
Pustaka edisi perdana ini akhirnya perdana majalah Giri Pustaka akhirnya
berhasil diterbitkan. Majalah Giri Pustaka sampai ke tangan pembaca. Kami sangat
ini memang bertemakan “oleh Bogor membuka kesempatan bagi penulis dari
untuk Bogor”. Akan tetapi, bilamana luar Banjar Bogor yang berkeinginan
dipandang bermanfaat bagi masyarakat di menyumbangkan tulisannya dalam agama
luar Banjar Bogor, silahkan dibagikan dan Hindu. Silahkan dikirimkan ke redaksi
dipakai dengan bijak. Terima kasih. melalui email yang disediakan. Namun
harap diketahui bahwa kami tidak
Om Shanti Shanti Shanti Om.
menyediakan honorarium kepada para
penulis yang artikelnya dimuat di majalah
Giri Pustaka ini, karena konsep majalah
Redaksi majalah Giri Pustaka Yth. ini adalah “ngaturang ayah” (bekerja
sebagai persembahan). Kami akan
Om swastyastu,
memuat tulisannya apabila kami
Saya menyambut baik rencana memandang isinya relevan dengan agama
penerbitan majalah Giri Pustaka oleh Hindu. Redaksi juga akan melakukan
Banjar Bogor. Saya yakin banyak penulis revisi terhadap naskah yang masuk,
dalam bidang agama Hindu yang memiliki apabila dipandang perlu.
kompetensi di Banjar Bogor. Yang ingin
saya tanyakan, jika ada penulis dari luar Om Shanti Shanti Shanti Om.
Bogor yang berkeinginan menyumbang-
kan tulisannya / artikel nya, apakah
redaksi akan memuatnya di majalah Giri
Pustaka? Terima kasih.
Om santi santi santi om.

Gede B. Darmika.

Edisi 001 / Februari 2024 5


TOPIK UTAMA

VEDA
Kitab Suci Maha Sempurna
Penulis: Nyoman Jaya Wistara

Penganut agama Hindu tidak dibelenggu oleh kitab-kitab sucinya. Kitab suci agama
Hindu, Veda, adalah kitab suci yang sangat lengkap, terdiri dari banyak kitab, yang
merupakan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh para mahaṛṣi terhadap setiap sudut
kehidupan. Veda menjadi tuntunan sempurna bagi manusia dalam menemukan
kesejatian diri. Tulisan ini hanya sebagai pengenalan awal terhadap kitab suci Veda, tidak
bertujuan untuk mengupas dengan detail seluruh kitab Veda.

Microsoft Bing AI generated images

V eda adalah kitab suci agama


Hindu, yang bahkan tidak
hanya dipelajari tetapi juga
dipahami oleh banyak orang dari
mengetahui, terutama pengetahuan suci.
Adapun Veda diartikan sebagai kitab yang
berisi pengetahuan suci. Namun, banyak
yang belum menge-tahui bahwa Veda
keyakinan berbeda (bukan Hindu). Kata dalam arti luas adalah kitab suci yang
Veda berasal dari kata Sanskerta Vid yang “hidup”. Veda ibaratnya buku petunjuk
artinya pengeta-huan atau untuk atau mannual book menge-nai bagaimana

6 Edisi 001 / Februari 2024


alam raya ini tercipta dan bagaimana lengkap ini tidak hanya bersifat abadi,
berbagai komponen dari alam raya ini tetapi juga berlaku secara universal,
saling berinteraksi, ibaratnya mahluk berlaku baik bagi mereka yang meyakini-
hidup yang super raksasa, ber-kembang nya maupun yang keyakinannya berbeda.
dengan dinamis, serta panduan mengenai Kitab suci Veda terdiri dari banyak
bagaimana cara kita memakai alam ini kitab suci, karena Veda sebagai pengeta-
untuk mencapai kesejahteraan dan huan suci yang kebenarannya bersifat
kebahagiaan tertinggi. Karena alam ini abadi dan universal tersebut, tidak
sendiri adalah bukan mahluk mati, mungkin dapat dengan lengkap dimuat
melainkan terus berkembang (mengalami hanya dalam satu atau beberapa kitab
perubahan), maka dalam beberapa aspek, sederhana saja. Terlebih lagi untuk
Veda juga terus berkembang, di samping memaparkan ajaran puncak dari Veda
ada aspek-aspek yang sifatnya tidak yaitu tuntunan bagi umat manusia untuk
berubah alias bersifat abadi. (pada akhirnya) bisa bersatu dengan
Hindu tidak dibelenggu maupun Brahman atau dapat merealisasikan
membelenggu kitab sucinya. Namun, Brahman dalam dirinya. Sanātana
kebenaran abadi (Sanātana Dharma) Dharma yang kini lebih dikenal dengan
tidak berubah. Sementara, praktik-praktik agama Hindu, khususnya di Indonesia
dan cara pelaksanaan agama, berkembang dikenal dengan Hindu Dharma, memiliki
mengikuti zaman. Adalah ajaran para cara atau jalan yang sangat beragam
orang suci/bijak yang mempertahankan menuju Brahman.
esensi Sanātana Dharma tetap relevan Keragaman kitab suci agama Hindu
sepanjang masa. Para mahaṛṣi telah meng- telah membentuk agama ini sebagai
eksplorasi setiap sudut kehidupan. agama yang sangat pluralistik. Dari
Intensitas pencarian dan kerinduannya pemahaman bahwa tujuan akhir yaitu
bersatu dengan Brahman (Tuhan Yang menyatu dengan Brahman, dapat dicapai
Maha Esa) yang merupakan tujuan akhir melalui beragam cara/jalan tersebut, lahir
dari kehidupan orang Hindu, telah beragam sampradāya, aliran yang teror-
melahirkan pengetahuan yang demikian ganisir di bawah pimpinan guru-guru
sempurna yang menuntun perjalanan sucinya sendiri. Sampradāya-sampradāya
hidup manusia menemukan kesejatian diri ini dapat memilih jalan tertentu di mana
mereka. Jasa para mahaṛṣi sejak zaman mereka memiliki kitab Sūtra sendiri-
dahulu kala telah membuat Hindu men- sendiri, dan bisa mengabaikan jalan
jadi satu-satunya agama di Bumi ini yang lainnya. Para guru suci masing-masing
mengembangkan kitab sucinya menjadi sampradāya merumuskan cara-cara dan
begitu lengkap. Pengetahuan Veda yang

Edisi 001 / Februari 2024 7


dasar filosofi yang bersifat unik/spesifik dapat dikelompokkan ke dalam dua
untuk memudahkan menuntun pengikut- kelompok besar yaitu kitab Veda Śruti dan
nya mencapai tujuan akhir, menyatu kitab Veda Smṛti. Veda Śruti sering
dengan Brahman. Dari enam sampradāya disebut sebagai Veda saja, atau Śruti saja.
yang dikenal, yang masing-masing Veda Śruti terdiri dari Catur Veda, yakni
mewakili aliran filsafat tersendiri, dengan Ṛg, Atharva, Sāma, dan Yajur. Sementara,
kitab Sūtra-nya masing-masing seperti Smṛti terdiri dari Itihāsa, Purāṇa, Āgama,
terlihat dalam diagram di bawah ini, Sūtra, Dharmaśāstra, dan Upaveda.
kemudian muncul beberapa sekte, tiga di Seluruh kitab suci Agama Hindu tersebut
antaranya yaitu Vaiṣṇava, Śiva, dan Śakta. dapat dikelompokkan ke dalam struktur
Semua sampradāya maupun sekte tersebut yang disederhanakan, sebagaimana
bersumber pada Veda yang sama, namun terlihat pada diagram di bawah ini.
masing-masing memberikan penekanan
pada jalan tertentu saja. 1.1. Śruti
Śruti berarti “yang didengar”, dengan
1. Veda Dibagi ke Dalam Empat Kitab
kata lain “apa yang telah diunduh”, bukan
Utama
yang telah dikarang. Artinya, Veda Śruti
Kitab-kitab suci dalam kitab Veda itu tidak ada pengarangnya, karena

8 Edisi 001 / Februari 2024


didengar ataupun diunduh langsung dari tersebut, dapat dikelompokkan ke dalam
Sang Sumber (Brahman) oleh para empat bagian yaitu: kelompok Saṃhitā,
mahaṛṣi melalui meditasinya yang sangat Brāhmaṇa, Āraṇyaka, dan Upaniṣad.
intens, dalam rentang waktu yang Artinya, setiap Veda dari Catur Veda
panjang. Veda dipahami sebagai suatu tersebut memiliki kitab Saṃhitā,
pengetahuan abadi dan bukan ajaran Brāhmaṇa, Āraṇyaka, dan Upaniṣad-nya
seseorang, sehingga Veda dikatakan sendiri-sendiri.
sebagai tanpa pengarang (apauruṣeya). Kitab Saṃhitā berisi koleksi mantra
Dalam pengertian ini Veda adalah bentuk berupa doa-doa pujaan kepada para Dewa,
tertua dan paling awal dari agama Hindu. sedangkan kitab Brāhmaṇa berisi mantra-
Pada awalnya, Veda diajarkan kepada mantra terkait dengan pelaksanaan yajña
para śiṣya secara lisan. Hanya setelah dengan benar, melalui cerita dan meditasi.
dikenal bahasa tulisan kemudian Veda Adapun kitab Āraṇyaka menjelaskan arti

Microsoft Bing AI generated images

disajikan secara tertulis dalam bentuk simbol-simbol mistis dari ritual Veda.
buku. Sampai lebih dari 5.000 tahun yang Sedangkan Upaniṣad tidak banyak mem-
lalu, Veda merupakan satu kesatuan kitab bahas upacara, dan lebih banyak men-
suci. Mahaṛṣi Vyāsa kemudian membagi- jelaskan filosofi atau tatwa bagaimana
nya menjadi empat cabang utama, yaitu: Ātmān berhubungan dengan Brahman.
Ṛg Veda, Atharva Veda, Sāma Veda, dan Buku-buku seperti Bṛhadāraṇyaka dan
Yajur Veda. Mantra-mantra isi dari Chāndogya Upaniṣad mungkin merupa-
masing-masing Veda dari empat Veda kan kitab suci pertama di dunia yang

Edisi 001 / Februari 2024 9


mendiskusikan hubungan antara Ātmān sampai dengan Upaniṣad, ibaratnya
dan Brahman. Kitab suci ini juga merupa- jenjang pengetahuan Veda dari kulit
kan yang pertama membahas tentang menuju ke inti pengetahuan Veda. Dari
karma dan reinkarnasi. konteks tersebut, Upaniṣad juga dikenal
sebagai ajaran Vedānta, atau ajaran
Saṃhitā dan Brāhmaṇa merupakan
puncak atau ajaran akhir dari Veda.
karmakāṇḍa dari Veda, yakni bagian yang
membahas pelaksanaan yajña atau ritual, Upacara ritual dalam ajaran Veda
yang banyak terkait dengan kegiatan atau utamanya berpusat kepada upacara api
kewajiban dari mereka yang berumah pengorbanan (yajña). Agnihotra (fire
tangga (gṛhastha). Sedangkan Āraṇyaka, sacrifice) dilakukan untuk memuaskan
terutama Upaniṣad merupakan Dewa Indra, Dewa Agni, dan Dewa
jñānakāṇḍa atau bagian pengetahuan Varuṇa. Para Dewa memiliki fungsi atau

Bhāṣya
Di zaman dahulu, masyarakat Hindu tidak terlalu membedakan antara
spiritual dan sekuler, keduanya dilihat sama dan menjadi satu kesatuan.
Pengetahuan duniawi dianggap sebagai pelengkap dan tidak bertentangan
dalam menemukan Tuhan. Penting untuk mengatakan bahwa di samping
terdapatnya beragam kitab suci, pada umumnya sumber utama otoritas
terletak pada penjelasan (bhāṣya) orang-orang suci. Banyak para bijak menulis
/mengajarkan ajaran baru dengan tetap berlandaskan Puraṇa dan Veda.

tatwa dari Veda, untuk mereka-mereka tugasnya masing-masing dalam ciptaan


yang menuju kepada kehidupan lepas dari dan Beliau memberikan anugerah seperti
kehidupan duniawi. Kata āraṇyaka sendiri hujan, keturunan, dan kemakmuran
artinya adalah hutan, di mana pada zaman surgawi. Istilah yajña telah berkembang
dahulu orang yang sudah melepas kehi- menjadi lebih dari sekadar ritual api
dupan duniawi, akan masuk kepada pengorbanan semata. Saat ini yajña
kehidupan vanaprastha dengan menyepi bahkan dapat dilakukan dalam bentuk
ke dalam hutan. Dengan kata lain, pengorbanan batin, yang pelaksanaanya
pengelompokan Veda Śruti dari Saṃhitā ditujukan untuk transformasi spiritual.

10 Edisi 001 / Februari 2024


Salah satu aliran kuno dalam selalu menjadi acuan bagi semua pemeluk
Hinduisme, yang saat ini tidak begitu agama Hindu, khususnya bagi aliran
berpengaruh, adalah Purva Mimaṁsa. bhakti tradisional.
Purva Mimaṁsa mengajarkan filsafat
bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari 2. Smṛti: Memiliki 24.000 Ayat
yajña (vedic ritual) dan kewajiban sosial.
Bagi mereka, kewajiban kita hanya Mantra-mantra kitab Śruti, terutama
melaksanakan ritual dan menikmati mantra-mantra dalam kitab Upaniṣad
hasilnya. Mereka hampir secara total yang berisi ajaran filsafat tingkat tinggi,
berpusat pada karmakaṇḍa, dan memberi- kurang menarik masyarakat awam karena
kan hanya sedikit penekanan pada sangat sulit untuk dipahami dengan benar.
pentingnya pencarian rahasia keberadaan Upanisad menyajikan mantra-mantra
kita atau penyerahan diri kepada secara kaku dan kurang terstruktur.
Brahman. Kecerdasan spiritual para pemula belum
mampu untuk memahami filsafat tingkat
Sementara itu, aliran Uttara Mimaṁsa tinggi, sehingga Veda (Śruti) hanya
dalam Hinduisme, menekankan penting- dipelajari dan dilaksanakan terbatas pada
nya jñānakaṇḍa, yakni hidup adalah kalangan tertentu saja. Dari hal itu
untuk merealisasikan “siapa engkau dan diperlukan kitab-kitab Smṛti dengan
siapa Brahman”. Bagi penganut aliran tujuan untuk menyebarkan ajaran Veda
yang populer disebut sebagai Vedānta ini, secara lebih luas. Kitab-kitab Smṛti
pengetahuan tentang sifat realitas dan diharapkan memudahkan masyarakat
siapa sebenarnya kita, lebih penting dari awam menyerap dan mempraktikkan
pelaksanaan upacara semata. Di dalam ajaran Veda untuk menumbuhkan rasa
berbagai Upaniṣad, terdapat pembicaraan bhakti mereka kepada Tuhan Yang Maha
dan diskusi yang mengungkap kebenaran Esa, melalui contoh-contoh nyata dari
mistis. Jñānakaṇḍa melahirkan sejarah masa lampau yang disebut dengan
mahāvākya (kata-kata bijak yang singkat Itihāsa, maupun bentuk lainnya seperti
yang memiliki kebenaran mutlak) populer cerita-cerita, legenda, kehidupan orang
antara lain: Ahaṁ Brahmāsmi, Tat Tvam suci, dan sari-sari ajaran Veda dengan
Asi, Sarvaṁ Khalvidaṁ Brahma, yang penyajian yang lebih menarik.
memberikan pondasi filsafat bagi sebagian
besar pemikiran Hindu. Melalui kitab-kitab Smṛti, Pañca
Śraddhā (ajaran mengenai lima keyakinan
Meskipun Veda adalah yang paling umat Hindu) yaitu ajaran mengenai
tinggi kedudukannya di dalam kitab-kitab Tuhan (Brahmāvidyā), roh suci atau Ātmā
suci (authoritative), tidak berarti Veda (Ātmāvidyā), karmaphala, kelahiran

Edisi 001 / Februari 2024 11


kembali atau Śaṁsāra / punarbhava atau diceritakan secara tertulis oleh Ṛṣi
punarjanma, dan moḳsa dapat dipahami Vālmīki. Kitab ini memiliki sekitar 24.000
dengan lebih mudah. Demikian pula ayat yang dikelompokkan ke dalam tujuh
dengan pemahaman ajaran tatasuśīla atau buku atau tujuh kāṇḍa. Śrī Rāma diper-
etika, yaitu termasuk catur puruṣārtha caya sebagai inkarnasi Dewa Viṣṇu untuk
(ajaran empat tujuan hidup manusia) membersihkan dunia dari kejahatan,
yakni dharma-artha-kama-mokṣa; ajaran
cāturvarṇya; ajaran mengenai Ācāra
Āgama yang antara lain mengenai tradisi
yang benar atau baik (sadācāra), tempat
suci, upacara pañcayajña, tīrthayātra atau
mengunjungi tempat-tempat suci, dan
hari-hari suci Hindu.
Smṛti artinya “yang diingat”. Untuk
memudahkan pengucapannya, Smṛti
sering disebut dengan Semriti, Semruti,
Semreti ataupun Smerti. Upaniṣad adalah
kerangka filsafat yang menjelaskan bagai-
mana segala sesuatu itu berhubungan. terutama kejahatan oleh Rāvaṇa. Keilahian
Sementara Gītā, Purāṇa, Āgama Śrī Rāma tersebut sangat jelas disebutkan
memberikan deskripsi mendetail tentang dalam Rāmāyana-nya Vālmīki. Kitab
kualitas dan sifat alamiah dari Tuhan. Rāmāyana merupakan kumpulan sifat-
sifat kebajikan Śrī Rāma dan kesetiaannya
1.2.1. Itihāsa terhadap kebenaran dan keteguhannya
berada di jalan cinta kasih murni, bahkan
Itihāsa secara harafiah berarti “yang dalam berbagai keadaan yang ekstrem.
terjadi”, di mana kita jumpai Rāmāyana
dan Mahābhārata yang merupakan catatan Selain Rāmāyana yang ditulis oleh Ṛ ̣ṣi
sejarah kemanusiaan. Kebanyakan Valmīki, belakangan muncul banyak versi
penganut Hindu akrab dengan kedua baru Rāmāyana dalam bahasa lokal,
Itihāsa ini, yang mengakar dalam seperti versi Tamil yang ditulis penyair
kebudayaan India dan bagian belahan Kamban dan Rāmāyana versi bahasa
dunia yang terkena pengaruh kebudayaan Avadi yang ditulis oleh Gosvāmī
India, termasuk Asia Selatan dan Asia Tulasīdāsa (sering disebut dengan
Tenggara. Tulsidas) yang dikenal dengan kitab Śrī
Rāma Charita Mānasa. Dalam Rāmāyana
Kisah Rāmāyana yang asli, pertama kali

12 Edisi 001 / Februari 2024


versi ini, bhakti menjadi hal yang lebih damai yang diusulkan oleh Pāṇḍava
utama. Kita melihat pribadi-pribadi ditolak oleh Kaurava) demi penegakan
seperti Hanumān, Lakṣmaṇa, dan Sabari dharma, yaitu perang Bhāratayuddha di
menunjukkan pelayanan yang sempurna, Kurukṣetra. Tidak seperti Rāmāyana yang
penyerahan diri, dan bhakti tanpa syarat secara tegas menceritakan Śrī Rāma yang
kepada Śrī Rama. memegang teguh aturan dan kebenaran,
Mahābhārata menunjukkan betapa sulit-
Adapun di Bali maupun di Jawa, kita
nya menentukan apa sebenarnya dharma
mengenal Kakawin Rāmāyana, yang
itu. Pribadi-pribadi dalam kisah Mahā-
banyak dipuji oleh para ahli sastra sebagai
bhārata seperti memandang dharma dari
sebuah karya Jawa kuno yang indah dan
sudut pandangnya sendiri. Pembaca di-
agung, atau sebagai adhi-kāvya, bukan saja
karena indah bahasanya
tetapi juga mengandung
ajaran yang sangat luhur.
Kāvya artinya puisi atau
syair, dari kata mana lahir
kata kakawin dalam bahasa
Bali maupun Jawa. Kakawin
Rāmāyana ini dipercaya
bersumber dari salah satu
versi Rāmāyana, yaitu
Rāvaṇavadha (gugurnya
Rāvaṇa) gubahan punjangga
Bhaṭṭi sehingga dikenal
dengan Bhaṭṭikāvya.
Demikian juga dengan Mahābhārata tantang untuk memahami apakah dharma
yang ditulis oleh Bhagavān Vyāsa, adalah semata-mata tentang kebenaran, atau
sebuah mahakarya. Kitab ini membentang kewajiban kita di masyarakat, atau cara
dengan 100.000 ayat yang dikelompokkan membebaskan diri dari lahir dan mati?
ke dalam 18 buku (aṣṭadaśa-parva). Beragam argumen, yang bahkan dengan
Mahābhārata menceritakan perselisihan pemahaman menyimpang, diperdebatkan
Pāṇḍava dengan para sepupunya yaitu dalam cerita itu.
Kaurava. Puncak persetruan mereka
Mahābhārata bukan semata-mata
adalah perang yang terpaksa harus ditem-
sejarah, melainkan sebuah kitab suci
puh (setelah segala bentuk usaha jalan
dengan ajaran kebenaran ditenun dalam

Edisi 001 / Februari 2024 13


cerita yang mengagumkan. Di dalam Yoga, bagaimana seseorang dapat memi-
Mahābhārata terdapat lebih dari 500 bab liki hubungan cinta kasih dengan Iṣṭa-
tentang ajaran/nasihat Bhīṣma. Beliau devatā. Setelah menunjukkan bentuk
menjelaskan bagaimana menjalankan kosmik-Nya, Dia memerintahkan Arjuna
kerajaan, bagaimana menjadi seorang untuk mengabaikan semua pemikiran/
kesatria, pengetahuan tentang vegetarian, identitas dan menyerahkan diri kepada-
bagaimana menjadi bhakta Śrī Viṣṇu, dan
banyak lagi. Dalam Mahābhārata, Śrī
Kṛṣṇa secara berulang dinyatakan sebagai
Yang Maha Agung. Meskipun Beliau
bukan sebagai pemeran utama, sepanjang
cerita menunjukkan bagaimana Beliau
mengatur pementasan agar Pāṇḍava
mencapai kesuksesan.
Mahkota utama dari Mahābhārata
adalah Bhagavad-Gītā, yang terdapat
dalam Bhīṣma Parva. Ketika dihadapkan
pada masa depan penghancuran Kaurava
dan sanak keluarganya, Arjuna dikuasai
oleh emosi dan kehilangan keberanian
untuk berperang. Dia pasrah kepada Śrī
Kṛṣṇa yang menjadi kusir keretanya, dan
hanya setelah itu dialog paling utama
Nya. Meskipun Bhagavad-Gītā adalah
dimulai. Dalam 18 bab dan 700 śloka
bagian dari Mahābhārata, Bhagavad-Gītā
(ayat), Śrī Kṛṣṇa menjelaskan tentang
kemudian tumbuh bebas terpisah dari
Sāṅkhya: bagaimana jiwa yang abadi
Mahābhārata, dan dalam banyak hal men-
(Ātmān) berbeda dengan dunia material,
jadi kitab suci utama agama Hindu. Dalam
dan Karma Yoga: bagaimana bertindak
kitab suci yang relatif pendek kita menda-
tanpa keterikatan terhadap hasilnya, serta
patkan pengetahuan filsafat dan bhakti
Dhyāna Yoga: bagaimana menenangkan
yang sangat mendalam, yang melampaui
pikiran dalam meditasi.
kebanyakan spiritualitas Hindu.
Dalam pertengahan Bab 6, Śrī Kṛsṇa
menyatakan diri-Nya sebagai Yang Maha 1.2.2. Purāṇa
Kuasa, asal dan pemelihara semua yang
ada. Dia mengajarkan Arjuna jalan Bhakti Kitab Purāṇa meliputi 18 Purāṇa

14 Edisi 001 / Februari 2024


utama, di antaranya Vaiṣṇava Purāṇa dengan penduduk Vṛndāvan, pembunuh-
seperti Śrimad Bhāgavata dan Viṣṇu an raksasa-raksasa jahat, kehidupan-Nya
Purāṇa yang menempatkan Nārāyaṇa atau sebagai raja Dvāraka, hingga akhir
Kṛṣṇa sebagai Yang Maha Kuasa. Terdapat perjalanan-Nya. Bhāgavata Purāṇa secara
Śiva Purāṇa yang menempatkan Śiva khusus membimbing bhakta berjalan
sebagai Yang Maha Kuasa. Juga terdapat menuju tujuan akhirnya, yaitu cinta kasih
pesan di dalam beberapa Purāṇa seperti tanpa syarat kepada Tuhan, yang sering
Mārkaṇḍeya Purāṇa yang menepatkan disebut dengan cinta kasih spiritual atau
Devi sebagai Yang Tertinggi. Purāṇa divine love.
sangat menekankan bhakti yang menjelas- Śiva Purāṇa adalah Mahāpurāṇa di
kan sifat-sifat mulia dari Dewa tertinggi- antara Uttama Purāṇa. Śiva Purāṇa me-
nya, masa lalunya, interaksi mereka ngajarkan berbagai pengetahuan tentang
dengan pemujanya, dan berbagai avatāra Śiva, filsafat dan kosmologi. Dalam Śiva
atau inkarnasi mereka di Bumi. Pada Purāṇa disebutkan bahwa Mahaṛṣi
umumnya, Purāṇa menjelaskan topik- Śaunaka mewakili sekelompok orang suci
topik spesifik/khusus seperti penciptaan menanyakan kepada Mahaṛṣi Sūta (murid
alam semesta, yuga (siklus waktu), dan Bhagavān Vyāsa) tentang bagaimana cara-
sejarah keluarga (dinasti) mulai dari nya mencapai Śiva di zaman Kaliyuga ini.
manusia pertama. Mahaṛṣi Suta (putra Mahaṛṣi
Purāṇa juga mengandung filsafat- Romaharshana) dikenal sebagai orang
filsafat dan pengetahuan bagaimana cara yang memiliki pengeta-
pemujaan yang benar. Bhāgavata Purāṇa huan sempurna ten-
adalah salah satu yang paling terkenal. tang Purāṇa, yang
Bhāgavata Purāṇa ditulis oleh Bhagavān dinarasikan langsung
Vyāsa yang terdiri dari 16.000-18.000 kepadanya oleh
śloka terbagi ke dalam 12 skanda (buku). Bhagavān Vyāsa.
Melalui beragam bentuk narasi Dewa Mahaṛṣi Sūta menje-
Viṣṇu, pembaca dibimbing di jalan bhakti. laskan tentang keu-
Puncak pengalaman bhakta adalah pada tamaan Śiva Purāṇa,
buku ke-10, yang menjelaskan kehidupan dan menyebutkan
Śrī Kṛṣṇa. Berbeda dengan Mahābhārata bahwa (Vidyeśvara Sāṁhitā 2. 48):
yang menerangkan Śrī Kṛṣṇa sebagai salah “Demikianlah adanya Śiva Purāṇa,
satu karakter di antara yang lainnya, memujinya setara dengan Veda, yang pada
Bhāgavata Purāṇa benar-benar bercerita mulanya diciptakan oleh Dewa Śiva
tentang Śrī Kṛṣṇa sebagai pelaku sentral, Sendiri (pada Tingkat Brahman Yang
dari kelahiran-Nya, hubungan-Nya Maha Tinggi)”.

Edisi 001 / Februari 2024 15


Selanjutnya, Mahaṛṣi Sūta menjelaskan Śakti-isme. Āgama meliputi beragam cara
tentang pembagian dan perkembangan pemujaan seperti prosedur upacara,
Śiva Purāṇa sampai dengan zaman perayaan, mantra, teknik meditasi yoga,
Kaliyuga ini (Vidyeśvara Saṁhitā 49 – 65). dan deskripsi kuil menurut Dewa-Dewi
Śiva Purāṇa pada mulanya terdiri dari 12 yang di-sthana-kan di sana. Semua
Saṁhitā suci, yaitu: Vidyeśvara, Rudra, pengeta-huan ini dapat ditemukan pada
Vaināyaka, Aumika, Mātṛ, Rudraikādaśa, kitab suci-kitab suci agama Tantra. Seperti
Kailāsa, Śatarudraka, Sahasrakoṭirudra, kitab suci Pāñcarātra bagi Vaiṣṇava-isme
Koṭirudra, Vāyavīya dan Dharma. dan Śiva Siddhānta bagi Śiva-isme, kitab-
kitab tersebut menjelaskan bagaimana me-
Jumlah sloka dari Śiva Purāṇa adalah
nyembah, berbusana, dan beretika dalam
100.000 śloka dengan pembagian:
menyembah Tuhan. Kitab-kitab Āgama
Vidyeśvara (10000), Rudra, Vaināyaka,
memberikan dasar ortodok untuk praktik-
Aumika, dan Mātṛ (masing-masing 8.000),
praktik pemujaan di dalam agama Hindu.
Rudraikādaśa (13.000), Kailāsa (6.000),
Śatarudraka (3.000), Koṭirudra (9.000),
Sahasrakoṭirudra (11000), Vāyavīya 1.2.4. Sūtra
(4.000) dan Dharma (12000). Bhagavān Berbeda dengan kitab-kitab lainnya
Vyāsa kemudian menyarikannya menjadi dalam kitab Smṛti, yang pada umumnya
24.000 śloka, seperempat dari awalnya, berbentuk śloka atau puisi atau syair,
dengan mempertahankan 7 Saṁhitā, kitab-kitab Sūtra mengandung pernya-
yaitu Vidyeśvara, Rudra, Śatarudra, taan-pernyataan pendek dan terpisah,
Koṭirudra, Aumi (dari Umā), Kailāsa, dan kadang-kadang hanya terdiri dari bebe-
Vāyavīya. Dengan 7 Saṁhitā, Śiva Purāṇa rapa kata saja. Karena sangat singkat,
tetap setingkat dengan kitab suci Veda. seringkali Sūtra memerlukan penjelasan
Bhagavān Vyāsa (seorang bhakta Śiva) maupun komentar (bhāṣya) dari para
membuat Śiva Purāṇa menjadi singkat ahlinya yaitu para ṛṣi untuk menggali arti
dengan tetap menjaga kemurnian atau yang sesungguhnya.
kesuciannya dengan tujuan agar lebih
mudah dipahami dan bermanfaat bagi Meskipun terdapat banyak kitab Sūtra,
kebaikan manusia di zaman Kaliyuga ini. secara tradisional terdapat enam kelom-
pok aliran filsafat utama, yaitu Nyāya
Sūtra (disusun oleh ̣Ṛṣi Gautama),
1.2.3. Āgama
Vaiśesika Sūtra (Ṛṣi Kaṇāda), Saṁkhya
Kitab yang tergolong kitab Āgama Sūtra (Ṛṣi Kapila), Pūrva Mimaṁsa Sūtra
menjelaskan mengenai pergerakan paham (Ṛṣi Jaimini), Vedānta Sūtra (Ṛṣi Vyāsa),
teistik, seperti Vaiṣṇava, Śiva-isme, dan dan Yoga Sūtra (Ṛṣi Patañjali). Masing-

16 Edisi 001 / Februari 2024


masing kelompok filsafat memiliki Sūtra orang suci Hindu tetap mengacu kepada
mereka sendiri yang merupakan krista- Dharmaśāstra dengan mengabaikan
lisasi intisari ajaran alirannya. Mungkin beberapa instruksi/ajaran yang tidak
yang paling terkenal adalah Yoga Sūtra relevan dengan filsafat yang mereka ikuti.
dan Vedānta Sūtra. Dewasa ini sebagian besar umat Hindu
melakukan pemujaan di tempat suci
Vedānta Sūtra menjelaskan bagaimana
(pura, kuil) atau melakukan meditasi
Ātmān atau jiwa seseorang terhubung
daripada melakukan upacara api
dengan Brahman. Bersama dengan
pengorbanan seperti di zaman dahulu.
Upaniṣad dan Bhagavad-Gītā, Vedānta
Sūtra telah dipergunakan sebagai dasar
memformulasikan filsafat-filsafat 1.2.6. Tidak Semata-mata Tentang
Vedānta. Filsafat Vedānta tergolong berat Agama dan Kebenaran: Upaveda
untuk dipahami dan dipraktikkan dalam Kitab suci agama Hindu tidak semata-
kehidupan sehari-hari masyarakat biasa. mata tentang agama dan kebenaran,
Kehidupan sosial sehari-hari umumnya melainkan juga tentang beragam hal yang
lebih banyak mengacu kepada tidak bersifat keagamaan yang dimuat di
Dharmaśāstra. dalam upaveda. Upaveda memberikan
pengetahuan tentang kesehatan dan
1.2.5. Dharmaśāstra kenyamanan hidup (Āyurveda), ilmu
peperangan (Dhanurveda), pengetahuan
Kitab Dharmaśāstra meliputi Manu
tentang seni, drama, musik, dan tari
Smṛti dan Yajñavalkya Smṛti. Dharma-
(Gandharvaveda), pengetahuan tentang
śāstra memberikan kerangka acuan dalam
ekonomi dan pemerintahan (Arthaśāstra
berkehidupan sosial. Dharmaśāstra Smṛti
atau Arthaveda), serta pengetahuan
ditulis pada masa dan untuk masyarakat
tentang arsitektur dan keteknikan
yang hidup di zaman Karmakāṇḍa,
(Sthāpatyaveda). Meskipun bukan tentang
sehingga banyak dari petunjuk/ajarannya
menemukan kebenaran, upaveda tetap
berhubungan dengan mempertahankan
didasari oleh ajaran kebenaran kitab suci
kesucian upacara/ritual.
Hindu.
Di Indonesia, selain Mānava
--- ॐ ---
Dharmaśāstra, yang juga banyak dipakai
acuan oleh uamt Hindu adalah kitab
Cāṇakya Niti Śāstra dan kitab
Sārasamuccaya. Meskipun banyak
ajarannya sudah tidak relevan dengan
pemahaman Hindusime saat ini, orang-

Edisi 001 / Februari 2024 17


TOPIK UTAMA

PENGETAHUAN
Untuk Kesejahteraan Duniawi, Surgawi, dan
Untuk Pembebasan
Penulis: Nyoman Jaya Wistara

Setiap insan, menurut agama Hindu, memiliki kesempatan untuk mencapai empat tujuan
hidup yang disebut dengan Catur Puruṣārtha. Pada mulanya, Catur Puruṣārtha ini
dipisahkan menjadi trivarga dan mokṣa. Kitab Saṁhitā, Brāhmaṇa, dan Āraṇyaka
menjelaskan trivarga itu sebagai dharma, artha, dan kāma. Sedangkan Upaniṣad
menjelaskan tentang mokṣa. Penggabungan mokṣa dan trivarga mulai ditemukan di
dalam Dharmaśāstra dan Itihāsa (Rāmāyaṇa dan Mahābhārata). Pengetahuan adalah
dasar pelaksanaan trivarga dan pencapaian mokṣa, seperti Bhagavad-Gītā
mengajarkannya, bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang dituntun oleh
pengetahuan. Menurut Swami Krishnananda, pengetahuan adalah sistem berpikir secara
benar. Lalu, pengetahuan apakah yang diperlukan untuk mencapai trivarga dan mokṣa
ini?

D i dalam Muṇḍaka Upaniṣad,


disebutkan bahwa Śaunaka
adalah seorang gṛhastha (orang
yang berada dalam tahapan kehidupan
Bhagavad-Gītā dan lain-lainya.
Kesungguhan dan kesetiaan Śaunaka
dalam mempelajari kitab suci memba-
wanya secara perlahan melepaskan diri
berumah tangga) yang memiliki tingkat dari keterikatan dalam bekerja. Sampai
spiritualitas yang tinggi. Śaunaka, pada suatu saat dia mencapai tahap
meskipun adalah seorang kepala keluarga, vairāgya (lepas dari keterikatan duniawi)
secara disiplin dan terus-menerus dan dengan spiritualitas yang meningkat,
mempelajari dan melaksanakan ajaran Śaunaka mulai merasa bahwa dia
kitab-kitab suci Veda, Upaniṣad, memerlukan bimbingan seorang guru

18 Edisi 001 / Februari 2024


untuk memahami pengetahuan yang lebih Dua Jenis Pengetahuan
tinggi. Śaunaka mengerti bahwa ada satu
Di tempat pertemuan para mahaṛṣi
pengetahuan tertinggi yang bisa mem-
terpelajar di hutan Naimiṣā, Śaunaka
bawanya mengetahui semua pengetahuan.
mendekati gurunya (Mahaṛṣi Aṅgirasa)
Kemudian Śaunaka menyerahkan keluar-
dan bertanya sebagaimana dikatakan

Śāstraprasaṅga di Hutan Naimiṣāraṇya


Zaman dahulu, orang yang ingin mempelajari pengetahuan spiritual, harus belajar dari seorang guru
suci yaitu seorang mahaṛṣi, yang pada umumnya memiliki āśrama (atau ashram dalam bahasa Hindi, atau
pasraman dalam bahasa Bali). Sebagaimana dikatakan oleh Swami Krishnananda, diceritakan dalam kitab-
kitab Purāṇa maupun Itihāsa (Rāmāyaṇa dan Mahābhārata) bahwa dulu ada acara pertemuan rutin para
mahaṛṣi yang dilakukan di suatu tempat namanya hutan Naimiṣāraṇya. Di tempat ini pula sering dilakukan
yajña suci besar. Biasanya pada saat dilaksanakannya ritual yajña, juga dilakukan penuturan maupun
diskusi (pabligbagan) isi kitab suci (śāstraprasaṅga) secara bersamaan, baik kitab śruti maupun smṛti, oleh
guru-guru suci agung zaman itu, termasuk oleh Mahaṛṣi Sūta, yang juga merupakan penutur Mahābhārata
maupun kitab-kitab Purāṇa, dengan mengambil lokasi di sisi lain dari lokasi pelaksanaan yajña.

Suatu saat, Raja Janamejaya melakukan upacara Sarpa Yaga, sebuah yajña persembahan (yaga) untuk
melawan ular (sarpa), dilakukannya untuk memulihkan nama baik ayahnya Parikesit (Parīkṣit), yang
meninggal karena gigitan (dipatuk) ular. Kemarahan Janamejaya atas gigitan ular tersebut sedemikian rupa
sehingga dia bertekad untuk memusnahkan spesies ular tersebut sepenuhnya, dan melakukan yajña yang
disebut Sarpa Yaga, yang pada akhirnya tidak berhasil karena beberapa gangguan. Saat itu Bhagavān Vyasa
hadir, dan ia menyuruh muridnya untuk menceritakan seluruh kisah Mahābhārata kepada Raja Janamejaya,
yang ingin mengetahui secara pasti apa yang terjadi pada nenek moyangnya, para Paṇḍava, yang
keturunannya adalah Parikesit, ayahnya. Dalam pertemuan tersebut juga hadir mendengarkan adalah
Śaunaka dan guru sucinya (Mahaṛṣi Aṅgirasa). Śaunaka dikenal sebagai orang yang melakukan yajña-yajña
besar di tempat yang sangat luas. Oleh karena itu, ia disebut Śaunaka Mahāśāla. Śāla artinya tempat yajña,
dan mahāśala berarti tanah (tempat pelaksanaan yajña) yang luas.

ganya kepada anak laki-lakinya dan dalam beberapa mantra dari Muṇḍaka
mendekati seorang guru, Mahaṛṣi Upaniṣad berikut:
Aṅgirasa. Mahaṛṣi Aṇgirasa memperoleh śaunako ha vai mahāśālo'ṅgirasaṁ
Brahma Vidyā (pengetahuan tentang vidhivad upasannaḥ papraccha,
Brahman) dari Mahaṛṣi Satyavāhā, putra kasmin nu bhagavo vijñāte sarvam
Mahaṛṣi Bhāradvājā. Mahaṛṣi Aṅgirasa idaṁ vijñātam bhavati iti (1.1.3)
menerima Śaunaka sebagai murid beliau.

Edisi 001 / Februari 2024 19


(Śaunaka, pelaksana yajña yang hebat, Aparāvidyā
dengan penuh sopan santun dan rasa
Dalam Muṇḍaka Upaniṣad (1.1.5),
hormat mendekati gurunya, Mahaṛṣi
Mahaṛṣi Aṅgirasa memulai dengan
Aṅgirasa, dan bertanya: “Pengetahuan
Aparāvidyā, yang meliputi semua penge-
apakah itu, Oh Bhagavān, yang dengan
tahuan tekstual seperti Ṛgveda, Yajurveda,
mengetahuinya, segalanya dapat
Sāmaveda, Atharvaeda; fonetik, ritual, tata
diketahui?”)
bahasa, etimologi, prosodi dan astronomi.
Mahaṛṣi Aṅgirasa kemudian menje- Mahaṛṣi Aṅgirasa memulai dengan
laskan kepada Śaunaka bahwa: Aparāvidyā untuk meyakinkan Śaunaka
tasmai sa hovāca: bahwa Aparāvidyā yang dikuasainya
dve vidye veditavye iti ha sma adalah vidyā yang juga utama pada
yad brahmavido vadanti, dimensi yang berbeda, namun tidak
parā caivāparā ca (1.1.4) memadai untuk memahami dan
merealisasikan Akṣaram (Brahman).
(Kepadanya beliau berkata: “Dua
pengetahuan yang harus diketahui,” Aparāvidyā berhubungan dengan
kata orang bijak (yang mengetahui kedewaan, cara penyembahan dan
Brahman). Kedua pengetahuan beragam cara/prosedur untuk mencapai
tersebut adalah: Aparāvidyā tempat di surga melalui tindakan-
(pengetahuan yang lebih rendah) dan tindakan mulia (menurut dharma) seperti
Parāvidya (pengetahuan yang lebih berdoa, ber-yajña, dan lain sebagainya
tinggi).” kepada Dewa-Dewa yang dituju.
Aparāvidyā menumbuhkan perbuatan/
tatrāparā ṛg-vedo yajur-vedaḥ sāma- tindakan untuk mendapatkan pengeta-
vedo'tharva-vedaḥ; huan kedewaan. Setelah pengetahuan
śikṣā kalpo vyākaraṇaṁ niruktaṁ dimiliki, diperlukan usaha/pengorbanan
chando jyotiṣam-iti, untuk mendapatkan anugerah Dewa yang
atha parā yayā tad akṣaram disembah. Umumnya kedewaan dalam
adhigamyate (1.1.5). Aparāvidyā tidak terlepas dari nama dan
(Aparāvidyā meliputi Ṛgveda, rupa (spesifik untuk masing-masing
Yajurveda, Sāmaveda, Atharvaeda; Dewa). Dharma merangsang seseorang
fonetik, ritual, tata bahasa, etimologi, untuk bertindak sesuai dengan dharma.
prosodi dan astronomi. Tetapi, Namun, dharma, sebagaimana dirasakan
Parāvidyā adalah dengan mana oleh Śaunaka, bersifat belum sempurna.
Akṣaram (Tuhan atau Brahman) Ketidaksempurnaan ini mendorong orang
“Yang Tidak Termusnahkan” dicapai.) untuk bertindak lebih lanjut menuju pe-

20 Edisi 001 / Februari 2024


nyempurnaan. pengertian ini disebut sebagai Karma
Yoga. Karma Yoga adalah tindakan cerdas.
Dharma secara umum merujuk pada
prilaku/tindakan yang sesuai dengan
hukum Ṛta (hukum alam). Dharma Parāvidyā
meliputi kewajiban, hak, aturan, sikap, Parāvidya dikedepankan di dalam
dan pandangan hidup yang mulia/benar. Upaniṣad, yang mengajarkan teori-teori
Dharma membawa keharmonisan kehi- tentang Akṣaram (Brahman). Parāvidya
dupan individu maupun kehidupan sosial. tidak berhubungan dengan dewa tertentu.
Artha merujuk pada cara hidup, peran dan Jika dharma (Aparāvidyā ) memicu
sumber daya yang mendukung penca- tindakan, maka semua tindakan akan
paian cita-cita seseorang. Artha meliputi menguap sebelum Brahman dicapai. Jika
kekayaan material, karir, kegiatan peno- dalam Aparāvidyā terdapat yang
pang kehidupan, serta kesejahteraan disembah dan yang menyembah, maka
finansial dan ekonomi. Kāma merujuk dalam Parāvidya hanya terdapat Yang
pada keinginan, harapan, minat, emosi, Satu (Brahman). Meskipun pada
estetika menikmati hidup, dan cinta kasih umumnya Upaniṣad dianggap sebagai
(dengan maupun tanpa konotasi birahi). Parāvidya karena mengajarkan cara atau
Kāma di dalam ajaran Hindu mesti dilan- ilmu pengetahuan yang memungkinkan
dasi oleh tanggungjawab dan kesejah- seseorang bersatu dengan Brahman,
teraan material. namun banyak orang suci mengatakan
Meskipun terdapat perbedaan bahwa Upaniṣad bukanlah Parāvidya yang
pendapat tentang hirarki keutamaan dimaksud. Parāvidya adalah Pengetahuan
komponen trivarga, pada umumnya Absolut, yaitu Brahman itu sendiri. “To
Dharma dianggap hal yang paling utama. know is to be”, mengetahui Pengetahuan
Dharma adalah pemandu tindakan Absolut (Brahman) adalah dengan
mendapatkan artha dan pelaksanaan menjadi/bersatu dengan Brahman.
kāma. Artha dan kāma yang didasari Parāvidya adalah tujuan tertinggi
dharma akan membawa keharmonisan. (Brahman), bukan cara menuju tujuan
Kesempurnaan pelaksanaan trivarga tertinggi. Swami Nikilananda dari
mendukung pencapaian pembebasan/ Ramakrishna-Vivekananda Center
mokṣa. Kewajiban kita adalah untuk mengatakan bahwa Upaniṣad ibarat
mengharmoniskan diri dengan jemari yang menunjukkan arah dan letak
lingkungan hidup kita. Harmoni disebut bulan, bukan membawa kita ke bulan.
sebagai yoga – samatvam yoga ucyate – Upaniṣad hanya memberikan kita penge-
(BG 2.48). Tindakan personal berbasis tahuan tentang keberadaan dan teori

Edisi 001 / Februari 2024 21


tentang Brahman, bukan membawa kita Mutlak, yang tidak dapat diketahui
bersatu dengan Brahman. Usaha keras dengan Jñāna Indriya (mata, telinga, kulit,
dalam mendapatkan Viveka (kebijak- lidah dan hidung), yang tidak bisa didapat
sanaan), melakukan Vicāra (refleksi dan dengan Karmendriya kita (mulut, tangan,
perenungan atas kebenaran) dan Abhyāsa kaki, sistem pelepasan dan sistem
(pelaksanaan/latihan), serta mencapai reproduksi), tidak berwarna, tidak
Vairāgya (ketidakterikatan) adalah jalan memiliki mata dan telinga, tidak memiliki
penuntun menuju ke Parāvidya. tangan dan kaki, yang bersifat abadi, maha
ada, mencakup segalanya, berstana di
Penutup dalam setiap insan, tak termusnahkan dan
sumber semua kehidupan, yang dipahami
Seseorang yang mengetahui Dharma oleh para bijaksana. Esensinya, Parāvidya
(Aparāvidyā ) akan mencapai surga, (Brahman) adalah Realitas yang
namun akan terlahir kembali. Sebelum melampaui pengetahuan yang terbatas,
mencapai Brahman (Parāvidya), bahkan pengalaman dan akal, yang melampaui
Dewa-Dewa seperti Dewa Brahmā pun kecerdasan, pikiran dan indriya. Bṛhad’
akan mati dan terlahir kembali. Tetapi, Āraṇyaka Upaniṣad menyebut-Nya
seseorang yang mencapai Brahman, akan sebagai “neti-neti” (bukan ini – bukan
abadi dan tidak terlahir kembali. itu), dan Lao Tze mengatakan “yang tahu
Bhagavad-Gītā 8.16 menyebutkan: tidak bicara dan yang bicara tidak tahu”.
ā-brahma-bhuvanāl lokāḥ punar Aparāvidyā dan Parāvidya adalah
āvartino ’rjuna pengetahuan yang seharusnya diperoleh
mām upetya tu kaunteya punar janma secara bertahap. Setelah memahami
na vidyate Aparāvidyā, seseorang selanjutnya
(Semua ciptaan, sampai Dewa tertinggi mencari Parāvidya, pengetahuan yang
Brahmā, demikian juga mereka- dengannya Akṣaram (Brahman) tercapai.
mereka yang hanya sampai pada
Brahmā-Loka, akan tetap terkena
kelahiran kembali, Oh Arjuna. Namun --- ॐ ---
yang mencapai-Ku, oh Putra Kuntī,
tidak akan terlahir kembali).
Aparāvidyā adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan dunia dan surga.
Sedangkan Parāvidya adalah pengetahuan
yang memungkinkan realisasi Yang

22 Edisi 001 / Februari 2024


RUANG KONSULTASI

Idealisme Belajar Kitab Suci


Veda
Dari Mana Memulainya dan Bagaimana
Caranya
Pertanyaan:

Om swastyastu,

Perkenalkan saya Made Pramestiwidyaswasi. Saya merasa semakin tertarik untuk


mengetahui isi dan membaca serta melantunkan isi dari kitab suci Veda. Di usia saya yang
tergolong masih muda, apakah boleh saya membaca dan melantunkan kitab suci Veda
secara otodidak? Kalau boleh, di mana saya bisa memperoleh buku tersebut? Kalau kita
lihat di toko buku, maka akan sangat mudah untuk menemukan kitab suci dari agama lain,
dan sebaliknya sangat susah untuk menemukan kitab suci Veda dijual di toko buku di kota
besar di luar Bali. Kalau seandainya belum saatnya di usia saya untuk membaca kitab suci
Veda, dan karena jumlah dan jenis kitab suci agama kita (Hindu) yang tergolong ke dalam
Veda sangat banyak, kitab mana yang sebaiknya saya baca terlebih dahulu, dan bagaimana
cara terbaik untuk memulainya.
Terima kasih.

Om shanti shanti shanti Om.

Made Pramestiwidyaswari

Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan kepada redaksi Giri Pustaka yang bersifat konsultasi di
bidang agama Hindu, ke alamat email Giri Pustaka yang disediakan.

Edisi 001 / Februari 2024 23


Microsoft Bing AI generated images.

Jawaban:

Oleh: JM I Wayan Gelgel Sartana. Ketua Bidang IV Upakara dan Upacara Yadnya PSN Pusat,
Ketua seksi Sosial dan Budaya PSN Korwil Provinsi Jawa Barat, Pengajar di Politeknik AKA
Bogor, sedang menempuh pendiddikan di STAH.

Oṃ Svastyastu, bagian-bagian yang bersifat tatwa (filsafat)


yang tidak mudah dipahami dengan benar
Sangat menggembirakan mengetahui oleh sembarang orang, maka para Guru
semakin banyak generasi muda Hindu suci pun mengajarkan ajaran Veda itu
yang semakin tertarik dengan kitab suci secara bertahap dan dengan cara yang
Veda. Ajaran Veda itu wajib diketahui dan sesuai dengan tahapan kematangan
karenanya wajib disebarkan dan diajarkan spiritual seseorang (sang murid atau
seluas-luasnya kepada umat sejak di usia śiṣya). Sebelum kita membahas lebih
dini. Karena kitab suci adalah panduan detail, mari kita lihat ke belakang bagai-
yang memiliki otoritas tertinggi untuk mana ajaran Veda sejak zaman dahulu
menentukan apa yang layak dilakukan dan diajarkan dan disebarkan tidak hanya
apa yang tidak layak dilakukan, sebagai- kepada umat Hindu tetapi meluas ke
mana dikatakan dalam kitab Bhagavad- seluruh dunia dan menuai ketertarikan
Gītā śloka 16.24. Namun, karena ajaran orang dengan keyakinan berbeda (non-
Veda itu sangat komprehensif dan ada Hindu).

24 Edisi 001 / Februari 2024


Mempelajari Veda Harus dengan ke-Tuhan-an oleh seorang murid
Bimbingan Seorang Guru diperoleh dari guru-guru yang telah
merealisasikan Tuhan, sebagaimana
Ilmuwan-ilmuwan Barat berperan
disebutkan dalam Māṇḍūkya Upaniṣad
penting dalam menyebarkan ajaran-ajaran
(1.2.12) :”Untuk mempelajari
Hindu (Veda) ke dunia Barat. Sejak terse-
pengetahuan transenden, seseorang harus
barnya ajaran-ajaran itu ke dunia luar
menghampiri seorang guru spiritual yang
(India), ketertarikan masyarakat luas
mumpuni, yang tidak tergoyahkan dari
untuk mempelajari ajaran-ajaran Hindu
Kebenaran Sejati”.
berkembang pesat. Berbagai sampradāya
telah lama bertumbuh subur di benua
seperti Amerika maupun Eropa. Beberapa Untuk Dapat Mengucapkan Mantra
di antaranya (yang dibawa oleh para dengan Benar Diperlukan Tuntunan dari
ācārya dari India) ISCKON (International Seorang Guru
Society for Krishna Consciousness), Ada dua hal yang penting untuk
Ramakrishna-Vivekananda Mission, Sai diperhatikan dalam mempelajari kitab
Baba, Self Realization Fellowship (Swami suci Veda, baik Veda Śruti maupun Smṛti,
Paramahansa Yogananda), Sadhguru Yagi yaitu: pertama (i) membaca dan melan-
Vasudeva, dan lain-lainnya. Kesungguhan tunkan dengan benar sesuai dengan guru-
masyarakat Barat mempelajari ajaran lagu dan pengucapan yang tepat mantra
Hindu terlihat dari terlahirnya banyak dari Veda Śruti maupun śloka dari Veda
orang-orang suci Hindu berdarah Barat, di Smṛti, baik mengucapkan dan melan-
antaranya adalah Swami Iswarananda tunkan dalam hati (tanpa bersuara)
Saraswati dan Satguru Bodhinatha maupun mengucapkan dan melantunkan
Veylanswami. Untuk sampai kepada dengan bersuara, dan kedua (ii)
tingkat ācārya (Swami), pribadi-pribadi memahami dengan benar arti dari mantra
ini telah mempelajari Veda secara maupun śloka tersebut (adhyayana).
langsung dari guru sampradāya masing-
Dalam upaya mempelajari dua hal
masing.
tersebut, dua-duanya harus dilakukan
Secara tradisional, Veda diajarkan dengan tuntunan langsung seorang guru.
langsung oleh para ācārya (guru suci) Untuk memperoleh penjelasan lebih
kepada murid-muridnya (ācārya- lengkap mengenai apa itu Veda Śruti dan
upāsana). Veda diajarkan secara Veda Smṛti, silahkan membaca artikel
paramparā atau melalui garis perguruan. terkait hal tersebut di majalah Giri Pustaka
Dalam tradisi Veda, pengetahuan tentang ini.

Edisi 001 / Februari 2024 25


Para śiṣya (murid-murid spiritual) Veda Śruti mensyaratkan seseorang harus
yang bersungguh-sungguh ingin dapat membaca dan melantunkan mantra
mempelajari mantra-mantra Veda Śruti tanpa kesalahan. Dengan demikian, tujuan
(Ṛg, Yajur, Sāma dan Atharva), haruslah dilakukannya sebuah ritual yajña yang
mempelajari kitab Vedāṅga terlebih banyak menggunakan mantra-mantra
dahulu. Saṁhitā maupun Brāhmaṇa, akan dapat
tercapai.
Kitab Vedāṅga tergolong Veda Smṛti,
berisi petunjuk-petunjuk tertentu untuk Sebaliknya, kesalahan dalam
memahami Veda Śruti. Kitab Vedāṅga pengucapan kata dari mantra kitab suci
antara lain terdiri dari kitab Śikṣa (ilmu dapat memberikan arti berbeda dari yang
phonetik), Vyākaraṇa (tata bahasa Veda), dimaksud, atau dengan kata lain mantra-
Nirukta (etimologi), Chanda (ilmu nya menjadi tidak efektif, atau tujuan yang
tentang irama), Jyotiṣa (astronomi) dan dikehendaki menjadi tidak tercapai,
Kalpa (tentang ritual pelaksanaan yajña). bahkan dalam beberapa hal hasilnya bisa
Proses belajar ini harus dilakukan secara bertolak belakang dari apa yang

Microsoft Bing AI generated images. Microsoft Bing AI generated images. Microsoft Bing AI generated images.

śabdapramāṇa (mendengar secara seharusnya. Misalnya, kata vaiśya yang


langsung) dari guru. Veda adhyayana artinya golongan petani, pedagang dan
menyiratkan bahwa seorang murid harus pemelihara sapi (dalam catur warna),
mendengar langsung bagaimana mantra- harus diucapkan waishya, bukan
mantra maupun śloka-śloka dari kitab diucapkan weshyaa (veśyā), karena veśyā
Veda diucapkan oleh gurunya, dan artinya wanita pelacur. Demikian juga
kemudian murid mengulanginya secara tidak tepat kalau diucapkan weschya
benar. (veṣya) karena veṣya artinya berpakaian.
Dari contoh sederhana ini terlihat bahwa
Bagian Karma-Kāṇḍa (yaitu bagian
kesalahan pengucapan “ai” menjadi “e”
mantra Saṁhitā dan Brāhmaṇa) dari kitab

26 Edisi 001 / Februari 2024


dan kesalahan pengucapan tiga jenis huruf berisi mantra-mantra filsafat ajaran
“s” yaitu s, ś dan ṣ, berdampak pada hasil spiritual yang sangat sulit untuk dipahami
yang tidak tepat. Sekadar untuk diketahui, artinya, tidak lagi memuat mantra-mantra
perbedaan pengucapakn tiga jenis huruf terkait pelaksanaan ritual yajña.
“s” tersebut ditentukan oleh posisi ujung Institusi-institusi ilmiah yang khusus
lidah pada saat mengucapkannya. mempelajari filsafat Hindu telah
Pengucapan huruf “s” dilakukan dengan berkembang di beberapa perguruan tinggi
ujung lidah di pangkal gigi, pengucapan dunia. Meskipun demikian, ilmuwan-
huruf “ś” dengan lidah di langit-langit ilmuwan ini sebagian besar masih
mulut, sedangkan pengucapan huruf “ṣ” mengacu kepada bahasan-bahasan
dengan ujung lidah di pangkal gigi tetapi (bhāṣya) dari para orang suci berbagai
dengan suara “sh”. Dalam aksara Bali, sampradāya. Para orang suci dalam
“śa” dan “ṣa” masing-masing disebut menjelaskan makna dari sebuah mantra
dengan sa-saga dan sa-sapa. kitab suci Veda tidak hanya berbasis
Kesalahan pengucapan mantra di kecerdasan, melainkan juga berbasis
dalam upacara menyebabkan hilangnya intuisi yang sangat kuat. Pengacuan
manfaat atau pahala baik dari yajña, dan terhadap bhāṣya dari para orang suci akan
tidak memberikan hasil terbaik kepada mencegah kemungkinan kesalahpahaman
sang yajamāna (orang yang meminta agar yang potensial muncul ketika seseorang
upacara dilakukan/yang mempunyai belajar Veda tanpa bimbingan guru.
hajat) – yajamāna hinasti (Darmayasa : Śrimad Bhāgavatam (4.18.5) mengatakan:
264). “orang bodoh yang memfabrikasi jalan
dan caranya sendiri melalui spekulasi
Untuk Dapat Memahami Makna Mantra mental (pemikiran sendiri) dan tidak
dengan Benar Diperlukan Tuntunan memahami kewenangan para ṛṣi yang
Seorang Guru telah meletakkan makna yang tidak dapat
dipertanyakan, akan gagal dan gagal lagi
Di dalam lingkungan masyarakat dalam setiap usahanya”.
biasa, berkembang minat mempelajari
ilmu pengetahuan Veda untuk tuntunan Berbeda dengan akses kepada kitab
spiritual dan pegangan moral dalam Veda yang saat ini masih terbatas, dewasa
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan suci ini akses kepada penjelasan-penjelasan
(jñāna) seperti itu bersumber pada Veda dari kitab suci Veda telah relatif mudah.
Śruti bagian Jñāna-Kāṇḍa (terutama Sumber-sumber valid dan terpercaya dari
Upaniṣad yang juga disebut sebagai pusat-pusat sampradāya yang membahas
vedānta, atau ajaran tertinggi Veda), yang dan menjelaskan makna dari mantra-

Edisi 001 / Februari 2024 27


mantra kitab suci (terutama Upaniṣad) kepada kebenaran itu. Selanjutnya,
relatif mudah ditemukan oleh kalangan pelayanan (sevā) kepada guru adalah hal
masyarakat umum, yang tidak sangat penting dalam usaha memperoleh
memungkinkan untuk secara langsung pengetahuan sejati. Pelayanan kepada
bertemu dengan para guru suci. Ilmu guru, orang-orang tua, orang-orang
pengetahuan tentang kebenaran hakiki berpengetahuan, dan orang suci adalah
(param tattvam atau Brahman) harus sumber sādhana spiritual dan
dipelajari dengan ketulusan hati dan pengembangan karakter yang luar biasa.
pantang menyerah. “Ketahui Itu Pelayanan adalah sebuah sādhana
(Brahman), dengan bersembah sujud, spiritual. Pelayanan mengembangkan
dengan bertanya-tanya/diskusi, dan kerendahan hati. Kerendahan hati adalah
dengan pelayanan; orang bijak (jñāni) hal mutlak dalam mencari pengetahuan
yang telah melihat Kebenaran Sejati, akan suci.
mengajarimu Kebenaran Sejati itu”
(Bhagavad-Gītā 4.34). Jika pengetahuan Mempelajari Veda Harus Dilakukan
tentang Brahman adalah tujuannya, maka secara Komprehensif dan Bertahap
seseorang harus mencari seorang guru
yang telah melihat kebenaran mutlak itu. Banyak orang suci (ācārya) telah
Murid harus bersembah-sujud (praṇipāta) mengatakan bahwa tidaklah mungkin
menyerahkan dirinya, mengosongkan diri mempelajari dan memahami Veda dalam
dari semua ego. Hanya wadah yang satu masa kehidupan, di samping karena
kosong yang bisa diisi. Dalam proses ajaran Veda itu sangat luas dan kompleks,
belajar-mengajar, di dalam Agama Hindu juga karena kemampuan orang untuk
guru memberikan kemerdekaan kepada memahami ajaran Veda akan semakin
murid-muridnya untuk secara berulang meningkat seiring dengan semakin
bertanya baik kepada guru maupun meningkatnya kemampuan yang
kepada diri sendiri. Diskusi/perdebatan bersangkutan mengaplikasikan ajaran
adalah hal yang lazim yang dapat kita baca Veda dalam kehidupan sehari-hari secara
di dalam Upaniṣad-Upaniṣad. Bertanya bertahap. Pengetahuannya akan semakin
dan berdiskusi secara bersungguh- disempurnakan oleh peningkatan praktik
sungguh sangat penting dalam pelaksanaan ajaran Veda, terutama
mengembangkan ilmu pengetahuan. peningkatan dalam membersihkan
Kebenaran Sejati tidak akan egonya, atau dikenal dengan semakin
ternoda/berubah dengan meningkatnya kemampuannya untuk
mempertanyakannya. Proses bertanya dan mendekatkan diri kepada Tuhan atau
berdiskusi ini akan mendekatkan murid merealisasikan Diri Yang Sejati.

28 Edisi 001 / Februari 2024


Oleh sebab itu, kitab-kitab suci Hindu kepada tatwa, disarankan untuk membaca
tertulis secara struktural dengan berbagai Bhagavad-Gītā. Kitab Bhagavad-Gītā,
tingkatan. Disarankan bahwa untuk pada dasarnya berisi intisari dari ajaran-
mempelajari Veda Śruti, seseorang ajaran Upaniṣad, disajikan dengan lebih
sebaiknya memulainya dari mempelajari terstruktur dan dengan bahasa yang lebih
kitab-kitab Smṛti, antara lain mempelajari mudah dipahami. Dua kitab tersebut
Itihāsa, sebenarnya sudah cukup. Namun, kedua
Purāṇa dan kitab tersebut akan dapat dipahami
kitab-kitab dengan lebih baik, apabila terlebih dahulu
lainnya dalam kita membaca kitab Itihāsa yaitu
kelompok Mahābhārata dan Rāmāyana. Dari Itihasā
Smṛti, karena ini kita bisa belajar mengenai dharma,
kegunaan artha, kama dan mokṣa.
kitab-kitab Dalam upaya memahami ajaran Veda,
Smṛti adalah baik melalui kitab Śruti maupun kitab-
sebagai kitab
Microsoft Bing AI generated images. kitab Smṛti, hendaknya membaca kitab
untuk suci Veda tidak hanya sebagian-sebagian,
membantu tetapi secara komprehenshif. Sebagai
orang memudahkan mempelajari Śruti. contoh, dalam upaya untuk memahami
Dengan kata lain, kitab Smṛti pada makna dari sebuah śloka dalam Bhagavad-
dasarnya berisi ajaran Veda yang disajikan Gītā, maka kita perlu juga membaca dan
sedemikian rupa sehingga lebih mudah memahami arti dari śloka-śloka yang lain,
untuk dipahami. Di samping itu, dampak dan pada akhirnya perlu membaca dan
negatif dari kesalahan dalam memahami seluruh (700) śloka-nya.
mengucapkan ataupun melantunkan Mengambil kesimpulan secara langsung
śloka-śloka kitab Smṛti lebih ringan hanya dari satu śloka, dapat berpotensi
dibandingkan dengan kesalahan dalam terjadinya pemahaman yang kurang tepat
mengucapkan mantra-mantra Saṁhitā. atau bahkan keliru. Pada akhirnya,
Dalam kehidupan di zaman Kaliyuga tuntunan guru dalam mempelajari kitab
yang sarat dengan kesibukan duniawi, suci penting untuk mencegah kesalahan
disarankan untuk memulai membaca dan interpretasi dan potensi penyesatan.
memahami isi kitab Sārasamuccaya, dari Semoga penjelasan di atas dapat
mana kita bisa memperoleh ajaran menge- menjawab pertanyaan adik Made.
nai etika atau susila dan menajamkan
viveka. Sedangkan untuk memperoleh - ॐ śantiḥ śantiḥ śantiḥ ॐ -
pengetahuan spiritual yang sifatnya lebih

Edisi 001 / Februari 2024 29


ĪŚA UPANIṢAD
Penulis: Ketut Adiana

Īśa Upaniṣad, yang dikenal juga dengan sebutan Īśāvāsya Upaniṣad, adalah Upaniṣad
terkecil dan terpendek. Upaniṣad ini hanya memiliki 18 mantram. Īṣa, yang berarti Tuhan
atau Brahman, tentu saja lebih fokus membicarakan Tuhan. Upaniṣad ini memuat intisari
pemikiran Upaniṣad dengan semua kemurnian dan kesederhanaannya. Pemikiran yang
mengantarkan manusia menuju kebahagiaan abadi.

P da tulisan ini, akan dibahas dua Tuhan. Setelah paham politheisme dan
mantram dari Īśa Upaniṣad. monotheisme barulah dikenal paham
Mantram pertama yang berkai- pantheisme. Padahal, paham ini sudah
tan dengan paham pantheisme, keterle- disebutkan dalam Upaniṣad.
pasan dan kekayaan. Mantram kedua Politheisme menyebut dan menyem-
berkaitan dengan karma dan jñāna. Kedua bah banyak dewa. Muncullah sekte-sekte
mantram yang saya pilih ini adalah yang mengagungkan dewanya masing-
mantram-mantram yang menuntun masing. Lalu muncul persaingan bahkan
manusia menuju kebahagiaan abadi. pertikaian. (Ingat Empu Kuturan dengan
Mantram pertama dari Īśāvāsya yang Rong Tiga-nya).
sangat terkenal mempunyai arti sbb: Monotheisme hanya menyembah satu
Ketahuilah semuanya ini, apapun yang Tuhan yang tunggal (Ingat Dahyang
bergerak dan tidak bergerak di dunia yang Nirartha dengan padmasana/ padmasari-
bergerak, semuanya diliputi oleh Isa nya). Paham ini ada dampak negatifnya,
(Tuhan). Karena itu, temukanlah kebaha- yaitu adanya klaim bahwa hanya Tuhan-
giaanmu pada keterlepasan, janganlah nya yang paling baik, paling benar. Tuhan
menginginkan kekayaan orang lain. orang lain tidak baik. Hal ini sungguh
Ada tiga hal yang dapat kita lihat dari membahayakan. Bisa menimbulkan
mantram di atas. Paham pantheisme, kekerasan.
ketidakterikatan dan kekayaan itu milik
Paham pantheisme menyatakan bahwa

30 Edisi 001 / Februari 2024


Tuhan itu ada dan hadir dalam ciptaan- terlukiskan. Kata tena tyaktena ditafsirkan
Nya. Paham ini mengajarkan kita bahwa sebagai tindakan meninggalkan dunia ini.
Tuhan itu hadir di samping kita. Apapun Ini sesuai dengan konsep vānaprastha-
yang kita lakukan, Tuhan tahu. Hal ini aśrama dalam Catur Aśrama.
akan mengontrol tingkah laku kita. Dalam percakapan ketiga Bhagavad-
Manusia akan saling menghargai satu Gītā ada śloka yang artinya: “Orang-orang
sama lain. Tidak ada yang merasa lebih bijak yang memakan sisa yajña,
hebat, lebih unggul, karena Tuhan-nya dibebaskan dari semua dosa; sedangkan
paling benar. Inilah sebabnya mengapa orang-orang tidak beriman, yang memper-
paham pantheisme dikatakan akan siapkan makanan untuk diri mereka
menyelamatkan masa depan manusia. sendiri, sesungguhnya memakan dosa.”
Tuhan Upaniṣad menyelamatkan masa
depan manusia. Paham pantheisme akan Memakan sisa yajña. Ini menyiratkan
menyelamatkan manusia dari kekerasan perintah, nikmatilah yang ditentukan
monotheisme. untuk Anda, yang telah disisihkan untuk
Anda. Jangan menginginkan kekayaan
Yang jadi pertanyaan, kenapa kita tidak orang lain. Ini juga cara untuk melepaskan
tahu atau tidak merasa bahwa ada keterikatan. Dan bila dengan cara
Tuhan di dekat kita, di samping kita, melepaskan keterikatan ini kita bisa
bahkan di dalam diri kita? Pertanyaan ini menemukan Cahaya Realitas yang
akan kita jawab di bagian akhir dari bersinar, maka kita akan bisa berseru dan
tulisan Īśa Upaniṣad ini. bersorak kegirangan, dan berkata pada
Setelah membicarakan paham diri sendiri, “Aku telah bertemu
phanteisme, mantram pertama Īśāvāsya kebahagiaan yang langgeng.”
Upaniṣad bicara tentang keterlepasan atau Kemudian mantram selanjutnya dari
ketidakterikatan dan kekayaan. Bagian Īśa Upaniṣad tentang Karma dan Jñāna
yang berbunyi: tena tyaktena bhuñjithā yang artinya sebagai berikut: “Ke dalam
berarti temukanlah kebahagiaan pada kegelapan yang dalam, jatuh orang-orang
keterlepasan. Jadi untuk memahami sifat yang mengikuti tindakan (karma); ke
Brahman, bahkan bertemu dengan dalam kegelapan yang lebih dalam, jatuh
Brahman, ada sesuatu yang harus dilepas- orang-orang yang mengikuti pengetahuan
kan. (jñāna).”
Sering dikatakan bahwa dengan Dalam kondisi normal, orang
meninggalkan dunia (kehidupan sekuler) cenderung menganggap karma dan jñāna
orang dapat bertemu Tuhan. Dan akan ini berurutan.
sampai kepada kebahagiaan yang tidak

Edisi 001 / Februari 2024 31


Mereka yang menempuh jalan karma, kita jawab pertanyaan di atas.
yaitu jalan perbuatan, maupun yang Kenapa kita tidak merasakan kehadiran
menempuh jalan jñāna, yaitu jalan Dia di sekitar kita? Bahkan di dalam diri
pengetahuan, keduanya akan jatuh dalam kita sendiri. Kenapa kita belum menemu-
kegelapan. Mereka tidak menemukan kan jalan terang itu? Di mana kebahagiaan
realitas yang bersinar. Mereka tidak abadi itu?
menemukan jalan yang bersinar terang.
Ternyata ada selubung, ada tabir, yang
Lalu apa jawaban mantram terbentang menutupi jalan itu. Tabir yang
berikutnya? terbuat dari emas permata. Bukankah
Dia mengetahui baik tindakan maupun sayang bila tabir yang mahal itu dibuang?
pengetahuan. Dengan tindakan, seseorang Siapa yang membentangkan tabir itu?
mengatasi kematian dan dengan pengeta- Ternyata tabir itu dibentangkan oleh
huan seseorang mencapai kelanggengan pikiran kita. Jadi singkirkan dulu pikiran
hidup. Jadi lakukan keduanya secara kita. Ganti dulu dengan hati, dengan rasa.
bersamaan, bukan berurutan. Tidak boleh Temuilah Dia dengan hati yang paling
ada gap atau jurang pemisah di antara dalam. Mudah-mudahan jalan bersinar
keduanya. Orang yang melakukan kedua- terang ada di depan kita.
nya secara bersamaan akan menemukan
jalan terang itu.
Jangan percaya pada omongan atau
panampilan seseorang. Lihatlah tingkah
lakunya. Orang yang berbicara soal
spiritualitas saja, belum tentu orang yang
sungguh-sungguh menekuni spiritualitas.
Orang yang pergi dari hari ke hari ke
tempat-tempat suci, belum tentu dia orang
suci. Jangan percaya pada omongan.
Jangan percaya pada tampilan. Lihatlah
apa yang dilakukan. Lihatlah tindakannya.
Bijaksanakah? Berbudikah? Orang yang
bijaksana, yang berbudi, akan menemukan
jalan terang itu. Menemukan kebahagiaan
abadi itu.
--- ॐ ---
Sebagai penutup Īśa Upaniṣad ini, mari

32 Edisi 001 / Februari 2024


PADMASANA
Pengingat Untuk Tenang dan Seimbang
Penulis: I Gede Putu Eka Putra*

Pelinggih Padmasana (Sanskerta: Padmāsana) adalah pelinggih utama di hampir semua


pura, terutama yang berada di luar Bali. Pada pelinggih yang pertama kali digagas oleh
Ida Pedanda Sakti Wau Rauh inilah kita men-sthana-kan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Mengingat pentingnya fungsi bangunan ini, maka Pelinggih Padmasana didesain dengan
begitu indah. Ukiran beragam ornamen, dari bunga padma (teratai), kura-kura, naga,
hingga Sang Hyang Achintya, selalu menghiasi sebuah Padmasana. Lalu, apa makna
ornamen-ornamen tersebut? Apa pula pesan yang ingin disampaikan kepada umat dari
keberadaan sebuah Padmasana?

S ebagai umat Hindu, tentu kita tidak


asing dengan bangunan di dalam
pura yang disebut Pelinggih
Padmasana. Pelinggih ini menjadi
Menurut sejarahnya, Pelinggih
Padmasana pertama kali digagas oleh
Dhang Hyang Dwijendra yang bergelar
Mpu Nirartha dan di Bali lebih dikenal
pelinggih terpenting di hampir semua dengan panggilan Ida Pedanda Sakti Wau
pura, terutama di luar Bali. Disebut Rauh. Beliau ke Bali pada abad ke-14. Saat
Padmasana artinya tempat duduk (asana) bermeditasi di Purancak, Beliau mendapat
di atas teratai (padma), pada pelinggih pawisik agar masyarakat Hindu di Bali
inilah kita men-sthāna-kan Ida Sang men-sthana-kan Ida Sang Hyang Widhi
Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Wasa di Pelinggih Padmasana.
Esa, dalam berbagai personifikasi Beliau
sebagai Śiva Śakti (Ardhanārīśwara). Bangunan Pelinggih Padmasana sebagai
Padmasana artinya sthāna Ida Sang Hyang Simbol dari Tri Loka
Widhi Wasa berbentuk bunga padma
(teratai). Pelinggih Padmasana didesain begitu

Edisi 001 / Februari 2024 33


indah. Bangunan yang menjadi bagian delapan kemahakuasaan Ida Sang Hyang
dari sebuah pura maupun mrajan keluarga Widhi Wasa (aṣṭa aiśvarya). Di atasnya
ini bentuknya indah. Sebagaimana dise- kita dapati ornamen kura-kura api
butkan di atas bahwa Padmasana adalah (Bedawang Nala) yang dililit oleh dua
tempat duduk (sthāna) dari Tuhan Yang ekor naga, yaitu Naga Basuki dan Naga
Maha Esa, maka Ananta Bhoga.
dapat dikatakan Ornamen bunga
Pelinggih Padmasana padma dan
ini merupakan sim- Bedawang Nala ini
bolisasi dari dunia merupakan bagian
makrokosmos bawah dari
(bhuvana agung), Pelinggih
jagat raya, alam Padmasana
semesta, maupun (melambangkan
bhuvana alit alam bawah atau
(mikrokosmos) alam bhur loka).
dalam diri kita Sedangkan di
sendiri. Terdiri dari bagian tengah sisi
tiga bagian (Tri belakang kita
Loka), yaitu bagian dapati ornamen
bawah (bhur loka), Garuḍa Viṣṇu.
bagian tengah Di bagian
(bhuvah loka), dan puncak dari depan
bagian atas (svah ke belakang, kita
loka). Padmasana dapati ornamen
juga diartikan berupa singgasana,
sebagai sikap duduk dalam yoga asana yang di sisi kanan kirinya dihiasi ornamen
dengan posisi kaki bersila. Diri dua ekor naga (Naga Takṣaka). Dan di sisi
manusiapun dapat dibagi-bagi seperti sandaran singgasana biasanya diisi hiasan
pembagian Tri Loka tersebut. Sang Hyang Achintya atau kadang
Bentuk fisik Pelinggih Padmasana juga ornamen Oṁkara. Semua ornamen ini
memiliki ukiran ornamen yang sangat dipadu dengan sangat indah (sundaraṃ),
banyak yang selalu membuat kita takjub. sehingga membuat siapapun umat yang
Pada bagian paling bawah pelinggih kita ingin sembahyang akan lembut hatinya
dapati ornamen bunga padma (teratai) melihat keindahan tersebut. Pertanyaaan
berke-lopak delapan, sebagai simbol kita sekarang adalah apakah semua

34 Edisi 001 / Februari 2024


ornamen tersebut semata-mata untuk (4) Naga Takṣaka simbol dari udara
keindahan? Adakah makna yang ingin (vāyu), (5) sedang ruang kosong di antara
disampaikan oleh ornamen-ornamen dua Naga Takṣaka adalah simbol ākāśa
tersebut? Penulis sangat yakin, ada (space). Di bagian puncak kita juga dapati
tujuan/makna yang ingin disampaikan ornamen Sang Hyang Achintya, bahwa
dari semua ornamen itu. Ida Sang Hyang Widhi Wasa itu Maha
Gaib, Maha Tersembunyi, Tidak
Hindu yang kita warisi di Bali adalah
Terpikirkan.
lanjutan Hindu Nusantara yang pernah
jaya di Jawa, di mana Hindu Nusantara ini
sangat kental dengan paham Tantra-nya. Pemutaran Gunung Mandara Giri
Dalam paham Tantra, simbol-simbol Berdasarkan berbagai literatur yang
(nyasa) itu memiliki makna yang sangat penulis baca dan hasil perenungan penulis
penting dalam penyampaian ajaran di saat-saat hening, secara keseluruhan
spiritual. Setiap simbol akan memiliki Pelinggih Padmasana juga menggam-
makna tersembunyi, yang hanya akan barkan peristiwa Pemutaran Gunung
dapat dipahami oleh mereka yang mau Mandara Giri, di mana para Dewa dan
dengan sungguh-sungguh ingin Asura, mengaduk lautan susu untuk
mendalami ajaran spiritual. mendapatkan tirta amerta (air suci yang
Merepresentasikan Bhuvana Agung, memberi kehidupan yang abadi). Dalam
pada sebuah Padmasana, Bedawang Nala cerita itu digambarkan, Dewa Viṣṇu
(kura-kura api) adalah simbol dari inti menjelma menjadi kura-kura besar, yang
Bumi (magma). Sedangkan Naga Ananta menyangga Gunung Mandara, yang dililit
Bhoga adalah simbol tanah yang memberi oleh Naga Basuki dan Naga Ananta
makanan yang tiada habis-habisnya. Naga Bhoga. Lilitan kedua naga tersebut
Basuki menyimbolkan air. Jadi inti Bumi menjadi pengikat Gunung Mandara pada
(magma) itu dibungkus/dililit oleh tanah punggung kura kura agar tidak terlepas.
dan air. Di puncak Padmasana kita dapati Di awal-awal proses pengadukan lautan
Naga Takṣaka, simbol dari atmosfir. Di susu, beberapa kali menghasilkan racun
samping merepresentasikan Bhuvana hala-hala. Namun, dengan ketekunan para
Agung, Pelinggih Padmasana juga Dewa dan asura, akhirnya muncul juga
merepresentasikan Sang Hyang Pañca tirta amerta.
Mahābhūta, yaitu: (1) Naga Ananta Bhoga Menurut penulis, cerita pemutaran
simbol dari pertiwi (pṛthivī), (2) Naga Gunung Mandara menggambarkan
Basuki adalah simbol apah (air), (3) kondisi batin manusia di kehidupan ini.
Bedawang Nala simbol theja (api, agni), Batin kita teraduk-aduk oleh tarik

Edisi 001 / Februari 2024 35


menarik kekuatan kebaikan dan kebu- Wiwaha, “Sang lwir agni sakeng tahen,
rukan dalam diri kita. Di saat batin kita kadi minyak saking dadih kita, sang saksat
belum jernih, maka peristiwa tarik metu, hyan ana wang amuter tutur
menarik ini akan menghasilkan banyak pinahayu.” (Seperti api yang tersembunyi
sekali racun penderitaan berupa kebingu- dalam kayu, seperti minyak yang
ngan, kesedihan, kemarahan, dan lain- tersembunyi dalam santan, begitu juga Ida
lain. Akan tetapi, pada akhirnya drama Sang Hyang Widhi Wasa tidak berada
tersebut akan menghasilkan pembelajaran jauh, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang membawa kebijaksanaan dalam diri. tersembunyi di dunia ini, yang hanya bisa
Puncak dari kebijaksaan tersebut terjadi ditemukan oleh mereka yang yang tekun
ketika kita sampai pada pemahaman mempelajari ajaran spiritual).
tentang hakekat diri kita yang sejati. Di
titik itu, kita mencapai pencerahan, “suka Garuḍa Viṣṇu
tanpawali duka”. Itulah tirta amerta.
Ornamen berikutnya yang juga perlu
Jadi setiap kita sembahyang di diceritakan adalah Garuḍa Viṣṇu. Cerita
depan Padmasana, kita akan diingatkan Garuḍa Viṣṇu. diawali dengan cerita
agar tetap tenang dan seimbang terhadap perbudakan yang dialami oleh ibu Sang
gejolak kehidupan. Sebab, gejolak Garuḍa. Ibu Sang Garuḍa mengalami
kehidupan tersebut pada akhirnya akan banyak penderitaan karena diperbudak
mengajarkan banyak hal kepada kita, dan oleh para ular. Garuḍa sangat sedih
pada puncaknya kita dapat mengerti melihat kondisi ini, dan beliau sangat
hakikat diri kita yang sejati. ingin membebaskan ibu dari perbudakan.
Sang Garuḍa diberitahu bahwa pembe-
Dekat tapi Sulit Ditemukan basan itu hanya dimungkinkan, jika ia
berhasil mendapatkan tirta amerta dari
Ada juga beberapa penggambaran yang
Dewa Viṣṇu. Sang Garuḍa memohon
lain, selain tentang pemutaran Gunung
kepada Dewa Viṣṇu agar berkenan
Mandara Giri. Padmasana digambarkan
memberikan sedikit tirta amerta
sebagai ibu Bumi. Ida Sang Hyang Widhi
kepadanya. Dewa Viṣṇu setuju, dengan
Wasa sebenarnya tidak jauh dari kita.
syarat, Garuḍa bersedia menjadi
Beliau ada di sini, di Bumi yang kita pijak.
kendaraan (wahana) Dewa Viṣṇu. Singkat
Namun, walaupun dekat, Ida Sang Hyang
cerita Sang Garuḍa menyetujui untuk
Widhi Wasa tidak mudah ditemukan.
menjadi wahana Dewa Viṣṇu. Dengan
Beliau hanya bisa ditemukan oleh mereka
demikian Sang Garuḍa berhasil memer-
yang sungguh-sungguh mencari. Seperti
dekakann ibunya dari perbudakan.
yang disampaikan oleh kakawin Arjuna

36 Edisi 001 / Februari 2024


Sesungguhnya, cerita Garuḍa ini harus bersedia membaktikan diri kita
membawa pesan kepada kita, bahwa jika sepenuh jiwa raga untuk Tuhan (Ida Sang
kita ingin mendapatkan kebebasan sejati Hyang Widhi Wasa). Hanya dengan
dari ikatan duniawi dan perbudakan oleh menjadi wahana bagi Tuhan, kita bisa
nafsu (ular), jalannya adalah dengan mendapatkan pembebasan permanen dari
mendapatkan tirta amerta. Air suci ini keadaan suka dan duka.
adalah simbol dari pengetahuan tentang *I Gede Putu Eka Putra adalah mantan sekretaris
kamoksan (suka tanpawali duka). Tirta PHDI Kota Bogor, yang sekarang tinggal di
amerta hanya mungkin didapatkan jika Karawang-Jawa Barat.
kita bersedia menjadi kendaraan (wahana)
Dewa Viṣṇu (Ida Sang Hyang Widhi --- ॐ ---
Wasa). Apa artinya menjadi wahana Ida
Sang Hyang Widhi Wasa? Artinya kita

Edisi 001 / Februari 2024 37


MENGEMBANGKAN SIFAT
BAIK
Untuk Mencapai Bahagia
Penulis: I Gusti Bagus Wirya

Dalam bhakti, terkandung sifat-sifat baik yang akan mengantarkan manusia pada
kedamaian, sebagai komponen penting dalam mencapai kebahagiaan. Tingkatan bhakti
seseorang berbeda-beda, sangat dipengaruhi oleh kekuatan triguṇa yang menguasai yang
bersangkutan, yang menyebabkan jenis kedamaian yang diperoleh juga berbeda.

1. Manusia Merasa Bahagia dalam spiritual. Sedangkan praṇava OṂ di


Keadaan Damai belakang sebagai penjaga makna mantram

O
tersebut agar selalu tetap berada pada
ṃ śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṃ,
esensinya. Dengan mengucapkan
demi-kian selalu kita dengar
mantram yang sangat penting tersebut
akhir sebuah doa umat Hindu.
dapat diartikan bahwa umat Hindu selalu
Mantra yang diawali dan diakhiri dengan
berharap agar dalam perjalanan hidup ini
bījākṣara pastilah merupakan sebuah
senantiasa merasakan kedamaian (śāntiḥ
mantra yang sangat penting. Di dalam
diucapkan: shaantih) di hati, di samping
Śiva Purāṇa dan Mānava-Dhārmaśāstra
adanya damai di angkasa dan di seluruh
dijelaskan bahwa praṇava (suara suci) OṂ
dunia /di alam semesta. Dengan
yang di depan diibaratkan sebagai anak
perkataan lain kedamaian merupakan
panah berbahan baja sangat tajam yang
sasaran antara dalam menjalani
akan mengantarkan mantram tersebut
kehidupan sebelum mampu mencapai
menembus sasarannya. Juga dikiaskan
sasaran tertinggi yaitu pembebasan atau
sebagai perahu sucinya Sādāśiva untuk
mokṣa. Perasaan damailah yang
menyeberangkan manusia (ātman) dari
merupakan landasan untuk mencapai
kehidupan duniawi menuju kehidupan

38 Edisi 001 / Februari 2024


kesenangan dan pada tataran tertinggi prakṛti yang kemudian semakin kasar
menjadi kebahagiaan. menjadi pañca-tanmātra selanjutnya
Manusia berhubungan dengan pañca-mahābhūta yang bisa dirasakan.
tiga aspek yaitu dengan alam lingkungan, Triguṇa meliputi sifat sattvaṃ (dalam
dengan Tuhan serta para Dewa dan kebaikan), sifat rajas (keinginan/nafsu)
dengan manusia lainnya. Hubungan inilah dan sifat tamas (kebodohan, kemalasan).
menjadi media munculnya perasaan Para duṣkṛtinaḥ (Bhagavad-Gītā VII-15)
duḥkha dan sukha, susah dan senang adalah manusia jahat yang terdiri dari
bahkan perasaan bahagia. Semua perasaan golongan para-mūḍhāḥ (manusia yang
tersebut muncul disebabkan faktor lebih cendrung bersifat kebinatangan),
terbesarnya bukan karena dengan siapa indrianya tidak terkendali, melakukan
manusia berhubungan, namun bagaimana kerja hanya untuk kepentingannya
sikap batinnya dalam berhubungan. sendiri. Mereka adalah golongan
Hubungan yang baik kepada Tuhan dan narādhamāḥ (manusia paling rendah dari
para Dewa seharusnya dilandasi sikap 400.000 strata kesadaran manusia).
bhakti, kepada manusia lainnya berwujud Hidupnya masih belum beradab, masih
cinta kasih dan kepada alam lingkungan belum mengikuti prinsip-prinsip agama.
berupa sifat peduli. Kualitas bhakti, cinta Golongan ketiga adalah māyayāpahṛta-
kasih dan rasa peduli terhadap lingkungan jñānā (manusia yang sudah pintar
tersebutlah yang menentukan kualitas terutama dalam pengetahuan dunia
pahala berupa perasaan damai yang akan material), termasuk kemungkinan sudah
diterima. Ketiga hubungan tersebut, sudah menduduki posisi tinggi dan terhormat di
tidak asing lagi, dirumuskan sebagai “tri masyarakat, namun tidak mengikuti
hita-kāraṇa” atau tiga sumber kaidah-kaidah yang dituntunkan Tuhan
keharmonisan hidup. melalui kitab suci. Mereka ini disesatkan
oleh tenaga khayalan kekuatan māyā yang
2. Keterkaitan Bhakti dengan Perasaan demikian memikat dan menggiurkan.
Damai Dewasa ini (Kaliyuga) dunia dipenuhi
Berdasarkan kecendrungan perilaku- oleh golongan manusia seperti ini.
nya, manusia dikelompokkan menjadi dua Keempat adalah golongan āsuraṃ bhāvaṃ
yaitu duṣkṛtinaḥ (orang yang melakukan āśritāḥ (golongan yang secara tegas
hal-hal buruk) dan sukṛtinaḥ (orang yang menyatakan tidak percaya keberadaan
melakukan kebaikan). Itu terjadi karena Tuhan).
pengaruh Triguṇa kepada ātman. Triguṇa Dalam Bhagavad-Gītā (VII-15)
tersebut adalah sifat yang melekat pada dinyatakan bahwa keempat golongan

Edisi 001 / Februari 2024 39


tersebut yang tergabung sebagai “mānava sendiri.
duṣkṛtina”, golongan manusia yang tidak Golongan mānava-mānava yaitu
berserah diri kepada Tuhan. Pada kelom- manusia yang manusiawi dengan berbagai
pok ini tāmaguṇa dan rājaguṇa sangat “rwa-bhineda-nya” atau eksistensi kehi-
berkuasa atas dirinya. Nafsunya masih dupan yang bersifat binari, bersifat
bergelora ke arah perbuatan kasar dan berlawanan. Dalam perjalanan hidupnya
rendah. Pikiran dan kemauannya semata selalu mengalami terjadinya hal-hal yang
merupakan alat dari ahaṅkāra-nya, dan berkebalikan. Setelah menikmati kese-
jauh dari sinar suci Tuhan. Mereka tidak nangan beberapa waktu, disusul dengan
mencari perlindungan Tuhan maupun kesedihan, karena setelah mengalami
para Dewa. Karena itu, dapat dipastikan kehidupan pasti ada kematian. Durasi
mereka belum mengembangkan perasaan setiap pegalamannya sangat tergantung
bhakti kepada Tuhan maupun para Dewa. dari pūrvakarma-nya (perbuatan terda-
Di sisi lain disebutkan adanya kelom- hulu). Berdasarkan kualitas bhakti-nya
pok sukṛtinaḥ (manusia saleh) yaitu mereka dikelompokkan menjadi empat
kelompok manusia yang sudah mengikuti (Bhagavad-Gītā VII-16) yaitu ārtah
prinsip-prinsip ke-Tuhan-an, yang bhakti, arthārthī (ārtah-ārth̄) bhakti,
digariskan kitab suci. Itu berarti mereka jijñāsuḥ bhakti dan jñānī bhakti. Di antara
sudah tergolong sebagai manusia bhakti. empat kelompok bhakta tersebut yang
Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua paling dikasihi Tuhan adalah yang arif
golongan yaitu mānava-mādava dan bijaksana atau yang memiliki viveka
mānava-mānava. (Bhagavad-Gītā VII-17). Walau demikian,
semuanya masih tergolong aparābhakti,
Mānava-mādava (juga disebut
bakti yang masih disertai dengan berbagai
manusia Dewa), manusia yang sudah
embel-embel permohonan. Kualitas
menebarkan sifat-sifat kadewataan.
bhakti tersebutlah yang mempengaruhi
Mereka adalah yang menjalani kehidupan
pencapaian kadar dan durasi kedamaian.
sebagai Yogi, para Ṛṣi zaman dahulu yang
Bila dikelompokkan secara garis besar
hidupnya penuh kesucian. Pada Kaliyuga
akan didapatkan kesejajaran sebagai
ini sangat jarang dijumpai manusia
berikut:
dengan kualitas demikian. Merekalah
sesungguhnya manusia-manusia suci atau a. Parāduṣkṛtina dalam hidupnya tidak
sādhu. Golongan sādhu ini selalu berkon- merasakan damai sedikitpun alias
templasi kepada Tuhan, mempersem- berada pada tingkatan aśāntiḥ. Hidup-
bahkan bhakti murni tanpa embel-embel nya bercirikan selalu resah dan gelisah.
permohonan apapun untuk dirinya Indrianya sangat tidak terkendali,

40 Edisi 001 / Februari 2024


belum tersentuh ajaran spiritual, etika, c. Mānava-mādava atau manusia Dewa.
apalagi kesucian. Belum ada niatnya Manusia yang sudah memiliki sifat-
untuk memahami keberadaan Tuhan sifat kedewataan. Bhakti yang
ataupun ātman. dipersembahkan kepada Tuhan dan
para Dewa adalah bhakti murni. Bhakti
b. Parāsukṛtina yang tergolong mānava-
yang sifatnya hanya menyenangkan
mānava (tergolong manusia saleh)
yang dipuja, tanpa embel-embel
berada pada tahapan śāntiḥ atau
berbagai permohonan, terutama per-
prāśāntiḥ bahkan mungkin sudah
mohonan yang keduniawian. Semua-
prakānti. Pada tahapan śāntiḥ atau
nya diserahkan sebagai pengabdian
prāśāntiḥ hidup mereka bercirikan
kepada Tuhan. Tingkatan rasa damai
mulai memahami ātmā-vidyā dan
yang dimiliki kelompok ini adalah
Brāhma-vidyā. Menyadari bahwa kehi-
paramjoytir atau paramśāntiḥ atau
dupan harus diterima sebagai
ānandam, suka tanpawali duka.
prasādaṃ dari pūrvakarma masing-
masing. Menyadari betapapun pahit- Demikian juga rasa cinta kasih kepada
nya kehidupan yang sedang dijalani, itu manusia lain dan kepedulian kepada
berguna untuk meningkatkan kebera- alam lingkungan. Kualitasnya adalah
daan sang diri. Yang tergolong pada sejajar, semakin berkualitas kasih
tahapan prakānti sudah memahami sayang kepada mahluk lain dan
dan menyadari Brāhma-vidyā dan semakin tinggi kepedulian kepada
ātmā-vidyā, dicerminkan dalam kelestarian alam yang dipersembahkan,
perilakunya yang sudah menerima akan semakin berkualitas kedamaian
cahaya spiritualitas. Ātmāvidyā yang dirasakan.
menjadi titik pusat/ fokus
kehidupannya. Dunia disadari sebagai 3. Keluaran (out put) Perasaan Damai
māyā (tidak nyata), khayalan bersifat
sementara atau tidak abadi. Namun Pengelompokkan perasaan damai
juga disadari bahwa pengendalinya yang dapat dicapai oleh manusia seperti
adalah Tuhan Yang Maha Kuasa uraian di atas memberikan tingkatan rasa
(Śvetāśvatara Upaniṣad IV-10). Dunia senang maupun bahagia yang berlainan.
māyā dinikmati seperlunya, dijadikan Kedamaian pada tahap praśāntiḥ/śāntiḥ
tempat berkiprah untuk mendewasa- dan prakāntiḥ tergolong dalam “kāma
kan diri. Amor Ing Acintya atau mokṣa śāntiḥ”. Paramaśāntiḥ atau paramjoytir
menjadi tujuan hidup jangka diistilahkan dengan “manaḥ śāntiḥ”.
panjangnya. Tingkat kedamaian yang pertama atau
lebih rendah adalah kāma śāntiḥ, yaitu

Edisi 001 / Februari 2024 41


merasakan kedamaian karena sebagian kebajikan kepada sesama, serta melakukan
dari keinginan, harapan, kepuasan, perbuatan yang menjaga kelestarian ling-
ambisi, cita-cita, hasrat, gairah, kepen- kungan, di samping bhakti murni kepada
tingan, atau egonya terpenuhi. Sifat Tuhan. Merasakan kebahagiaan dari
kedamaian seperti ini memberikan rasa kegiatan melepaskan, merelakan dan
senang, sangat rapuh atau goyah, serta memberikan sesuatu yang ada pada
umurnya (durasinya) tidak lama. Setelah dirinya untuk kepentingan pihak lain yang
kesenangan tersebut selesai dinikmati lebih memerlukan. Umumnya bagi
(sesuai karmanya), akan muncul mānava mānava atau manusia yang masih
kesedihan. Namun demikian bagi seorang hidup keduniawian bercirikan “binary”
brahmacārin dan gṛhasthin tentu saja belum siap melaksanakan hal ini, bahkan
tidak salah bahkan perlu mencari sering kali dapat menimbulkan keragu-
kedamaian yang berbuah kesenangan raguan, bahkan cemoohan, karena latar
seperti ini. Hal ini juga bagus dan berguna, belakang ego/pemikiran yang berbeda.
terutama ketika melaksanakan svadharma Seperti dituliskan dalam śloka Kaṭha-
(tugas-tugas kehidupan). Tujuan yang upaniṣad atau Kaṭhopanisad, ketika
menyenangkan tersebut digunakan manusia saleh pada saatnya diberi
sebagai energi pendorong kemajuan. kesempatan untuk memilih antara
kesenangan dan kebahagiaan, sangat
Apabila hal tersebut sudah disadari,
jarang ada yang memilih opsi terakhir.
adalah penting sekali agar kita mengguna-
Kebanyakan memilih jalan kesenangan
kan semua hal itu hanya sebatas sebagai
sehingga akhirnya dia harus menjalani
energi pendorong kemajuan dalam
saṃsāra/punarbhawa kembali.
menjalani kehidupan (brahmacāri dan
gṛhastha aṣrama). Hindarilah kemelekatan Manakala sudah berniat untuk
terhadap hal hal yang menyenangkan melangkah ke jalan bhakti, orang bisa
tersebut, karena semua itu dapat atau bisa berlatih secara bertahap, baik bhakti
menjadi perangkap kehidupan. langsung kepada para Dewa dan Tuhan,
mānava seva, memberikan pelayanan
Kemudian ada tingkat kedamaian yang
kepada manusia lain maupun memelihara
lebih tinggi, yang hanya bisa dicapai oleh
kelestarian alam. Berikut tahapan berlatih
mānava mādava, manusia yang sudah
yang disarankan.
menjalani sifat sifat kadewataan. Diberi
istilah “manaḥ śāntiḥ”. Kedamaian
tingkat ini didapat bukan dengan menge- a. Bakti Langsung kepada Tuhan dan
jar kesenangan atau anugerah duniawi, Para Dewa
tetapi dengan cara melakukan kebajikan- Pada umumnya manusia sangat jarang

42 Edisi 001 / Februari 2024


mengingat Tuhannya, apalagi dalam kegiatan. Di penghujung hari adalah
keadaan senang. Salah satu ajaran tentang doa menjelang tidur. Secara garis besar
bakti menyuratkan “manusia seyogyanya adalah mohon perlindungan-Nya serta
selalu mengingat Tuhan”. Ini sangat permohonan kiranya walau tidur
penting agar pada saat kematian tiba akan semoga pikiran bisa tetap tertuju
mudah baginya mengingat dan menyebut kepada-Nya. Dengan memanjatkan
nama Tuhan. Cara yang sangat mudah doa secara bersungguh-sungguh
dan murah untuk tujuan tersebut di dipastikan ingatan tentu tertuju kepada
antaranya : Tuhan ataupun para Dewa. Ini sesuai
dengan anjuran dalam Bhagavad-Gītā
• Menjadikan semua kegiatan duniawi
bab VIII.
menjadi kegiatan spiritual, yaitu
memulai setiap kegiatan dengan doa • Selalu melaksanakan ajaran bhakti
kepada Tuhan dan para Dewa. Dimulai dalam Śiva Siddhānta berupa kīrtanaṃ
dengan bangun tidur, memanjatkan (menyanyikan atau mengidungkan
doa syukur atas perlindungan-Nya. kebesaran-Nya), śravaṇaṃ (mende-
Pada saat akan mandi, memanjatkan ngarkan uraian atau ceritra tentang
doa penyucian kepada Dewi Gaṅga. kebesaran-Nya), cintanaṃ (merenung-
Pada saat memasak makanan, kan-Nya), dan mananaṃ (memusat-
menyampaikan doa syukur atas kan pikiran kepada-Nya).
anugerah alam. Pada saat selesai Sangat disadari bahwa manusia pada
memasak, memanjatkan doa pengam- umumnya hanya mengingat Tuhan
punan atas hiṃsā karma yang dilaku- ketika dia berada dalam penderitaan,
kan selama proses memasak. Menje- namun bila sudah dalam zona nyaman
lang menikmati makanan, mengucap- maka dia lupa kepada Tuhan. Tidak
kan doa anugerah amerta, doa persem- berlebihan bila kita disarankan untuk
bahan kepada Dewa dan Pitri (para selalu mengikuti amanat Taittirīya
leluhur), dilandasi pemahamanan Upaniṣad I.11.1: “Janganlah alpa
bahwa makanan yang terbaik adalah karena sudah memperoleh kemak-
“prasādaṃ”, doa penyeberangan untuk muran, janganlah alpa karena sudah
hewan/mahluk yang dijadikan boga memperoleh pengetahuan. Lakukan
dan doa suykur atas anugerah yang selalu kewajiban kepada Tuhan, para
sempurna dari Tuhan Yang Maha Dewa dan Pitri.”
Sempurna. Setiap memulai aktivias
menguncarkan doa mohon kelancaran
b. Mānava Seva
kegiatan, termasuk ajakan kepada Sang
Catur Sanak untuk menikmati Pelayanan kepada manusia juga meru-

Edisi 001 / Februari 2024 43


pakan pelayanan kepada Tuhan (mānava yang agung. Untuk kebutuhannya
seva mādava seva). sendiri, semua beliau siapkan sendiri,
karena anggota tubuhnya masih
• Tahap pertama. Berlatih mensyukuri
berfungsi baik untuk itu. Padahal
anugerah Tuhan. Latihan ini objeknya
dalam statusnya sebagai pemuka
adalah diri sendiri dan untuk memper-
masyarakat yang mapan, beliau bisa
baiki diri sendiri. Memperbaiki yang di
saja memanfaatkan tenaga orang lain.
dalam, umumnya lebih sulit diban-
Di sini nampak betapa beliau sangat
dingkan dengan memperbaiki yang di
mensyukuri anugerah Tuhan berupa
luar. Mensyukuri anugerah Tuhan
badan yang masih berfungsi dengan
adalah memanfaatkan segala anugerah-
baik. Penerapan ajaran svadeśī tersebut
Nya untuk semakin mendekatkan diri
kemudian menjadi inspirasi bagi
kepada-Nya melalui melaksanakan
masyarakat India untuk membebaskan
semua perintah-Nya yang tertuang
diri dari penjajahan pemerintah Ingris.
dalam ajaran kitab suci. Dalam hal
melaksanakan yajña, tuntunannya • Tahap kedua. Berlatih menanamkan
sudah sangat jelas dituliskan dalam benih benih welas asih serta kebajikan
lontar-lontar Bali dan berbagai kitab lainnya. Cara paling mudah dan murah
suci lainnya termasuk Bagavad-Gītā. di antaranya dengan membiasakan diri
Yang jarang kita dengar adalah secara diam-diam mendoakan orang/
memanfaatkan anugerah Tuhan mahluk lain yang sedang mengalami
berupa raga atau jasmani yang masih penderitaan agar bisa lepas dari
utuh dan sehat untuk menolong orang penderitaannya. Tatkala melihat orang
lain dan diri sendiri. Hal ini sering sakit, doakan kesembuhan mereka.
terlupakan karena alih-alih untuk Melihat pengemis di jalan, doakan agar
menolong orang lain, manusia sering mereka mendapatkan pekerjaan yang
kali selalu mengharapkan pertolongan memberinya penghasilan agar mereka
pihak lain walaupun sesungguhnya dia bisa keluar dari keadaannya yang
mampu melaksanakan sendiri. Latar sekarang. Niatkan di dalam hati untuk
belakangnya umumnya adalah ego mendoakan mereka mendapatkan
yang masih membengkak. kesenangan bahkan kebahagiaan, dan
selamat rahayu menjalani hidup.
Tokoh agung yang patut dijadikan
Lakukan dengan bahasa ibu, kata-kata
tauladan dalam hal tersebut di
singkat dan sederhana, yang penting
antaranya adalah Mahātmā Gandhi
tulus dan sepenuh hati.
dengan penerapan ajaran svadeśī-nya.
Julukan maha-atmaa berarti ātman • Tahap ketiga. Berlatih menyemaikan

44 Edisi 001 / Februari 2024


benih-benih welas asih dan kebajikan melakukan kebajikan dengan
lainnya. Selain mendoakan, tambahkan pengorbanan, atau bahkan dengan
dengan membiasakan diri kita penderitaan. Selain itu berlatihlah
menolong orang lain melaui dengan untuk memberi maaf, kemudian
hal kecil-kecil saja, seperti membantu mendoakan kebahagiaan dan
orang menyeberang di jalan, keselamatan (memancarkan welas
memberikan tempat duduk untuk asih), bagi orang-orang yang bersalah
orang tua di bis, membukakan pintu atau membenci kita. Tentu jangan
dan mempersilahkan lebih dahulu mengharapkan proses ini enak. Bahkan
orang masuk lift atau ruang terbatas seringkali terasa sangat menyesakkan
lainnya. Bila melihat sesuatu tidak pada hati. Hal itu terasa, semata-mata
tempatnya, kembalikan hal tersebut karena kita belum terbiasa dan
ketempatnya seperti sampah berse- ahaṅkāra masing-masing memberikan
rakan kita buang ke tong sampah, ada perlawanan. Namun jika hal tersebut
keran lupa dimatikan, matikan. Ada sudah terbiasa dilakukan, manakala
piring kotor, kita cucikan. Sebisanya buahnya sudah matang, secara ajaib
bila ada kemampuan berbagi kepada entah dari mana asalnya, kita akan
mahluk lainnya terutama yang lebih menerima perasaan sangat damai
lemah, melihat banyak burung kita sangat bahagia. Jika dinalar dengan
tebarkan beras untuk makanan mereka, logika, hal ini sulit dimengerti karena
dan sebagainya. Dengan menjaga memang tidak logis. Hanya bisa
kejernihan hati dan pikiran, kehidupan dibuktikan melalui pengalaman
ini sesungguhnya menghadirkan sendiri, jika kita mau dan tekun
samudera luas sebagi tempat untuk melaksanakannya.
mengekspresikan welas asih dan Jika kita sudah tekun dan penuh
kebajikan setiap saat. disiplin (sādhana) melakukan keempat
• Tahap keempat. Berlatih hal tersebut dengan baik, bisa meningkat-
menumbuhkan benih-benih belas kannya ke tahap kelima yaitu berlatih
kasih dan kebajikan. Setelah terbiasa memekarkan bunga welas asih dan
dengan perilaku mendoakan serta kebajikan. Yaitu, selain melaksanakan
menolong orang lain dalam hal-hal semua hal tersebut di depan, ditambahkan
kecil, kemudian dimekarkan lagi dengan sādhana belas kasih dan kebajikan
dengan melakukan pertolongan bagi secara abstrak. Caranya, melakukan
orang lain dalam hal-hal yang lebih kebajikan bukan dengan materi,
besar. Tahap ini bukanlah sekedar melainkan melalui kesabaran kepada
melakukan kebajikan saja, melainkan semua orang, selalu memaafkan, tidak

Edisi 001 / Februari 2024 45


menghakimi orang lain, menyediakan diri orang lain. Itu terjadi sesungguhnya
menjadi pendengar yang baik, membe- semata-mata karena ahankāra/ego masih
rikan perhatian, dan sebagainya. kuat. Tetapi dalam jangkauan pemahaman
yang lebih luas, sesungguhnya hal itu
Dengan melatih dan melaksanakan
adalah sebuah manfaat luar biasa dan
kelima sādhana (disiplin spiritual)
abadi bagi perkembangan spiritual
tersebut secara bertahap, berarti kita
masing-masing.
sudah pada lintasan yang benar untuk
mencapai manaḥ śāntiḥ, kebahagiaan Mari saling membantu untuk mencoba
sejati. Perlu dicamkan bahwa proses ini melaksanakan, bagi yang sudah siap.
pada awalnya bisa terasa tidak enak.
Mungkin kita akan sering merasa
terkurangi atau merasa mengalami --- ॐ ---
kerugian karena harus berbagi dengan

IBARAT BUAH MENTIMUM (urvārukamiva bandhanān):


SAMPAI TUA MENGKERUT, TETAP TERIKAT DENGAN BATANG POHONNYA
Pada umumnya, pohon mentimum (ataupun pohon melon) tumbuh merambat di tanah. Tentu ada
pohon mentimun yang merambat tinggi di atas tanah, kalau petaninya menyediakan media untuk
pohon mentimun tersebut merambat naik mengikuti kerangka kayu/besi yang disediakan. Dalam hal
pohon mentimum yang merambat alami di tanah, maka buah mentimum pada umumnya akan
disangga langsung oleh tanah tempat pohonnya tumbuh. Sehingga, pohon mentimun yang batangnya
sangat kecil, tidak akan kewalahan dengan buahnya yang besar dan berat, karena buah mentimum
tidak membebani batang pohonnya. Berbeda dengan pohon besar yang tumbuh tinggi, buah-buahnya
menggelayut ke bawah, ditarik gravitasi. Setelah buahnya tua, maka buahnya akan jatuh ke tanah,
secara alami terlepas dari ikatan dengan batang pohonnya. Namun, tidak demikian dengan buah
mentimun yang merambat di tanah. Buah mentimun akan tetap tersambung (terikat) dengan batang
pohonnya, bahkan sampai buah tersebut tua mengkerut. Untuk bisa lepas dari batangnya, dia
membutuhkan pertolongan orang lain, membutuhkan petani untuk memutus ikatan batang buah
dengan pohonnya.

Manusia hendaknya tidak seperti buah mentimun tersebut, sampai usia tua masih terikat dengan
duniawi. Jika dia sebuah mentimun, cepat-cepatlah minta pertolongan agar bisa lepas dari keterikatan.
Kitab suci, merupakan panduan bagi manusia untuk mencari pertolongan.

oṃ sarve bhavantu sukhinaḥ

(Wayan Gemuh K.)

46 Edisi 001 / Februari 2024


HAKIKAT ŚĀNTI DALAM
HINDU
Penulis: I Wayan Laba

Seluruh umat manusia pasti menginginkan hidup yang damai karena kedamaian adalah
syarat utama tercipatnya kebahagiaan. Tidak hanya damai di dalam diri sendiri,
melainkan damai pula pada lingkungan sekitar. Cara mencapainya tentu beragam. Umat
Hindu memiliki cara yang khas, di mana śraddhā merupakan syarat awal.

D alam kehidupan sehari-hari, kita Śānti mantra pendek Oṃ Śāntiḥ Śāntiḥ


temukan Śānti mantra pendek Śāntiḥ Oṃ yang merupakan salah satu
“Oṃ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Oṃ” mantra yang maknanya sangat penting,
banyak dipakai oleh umat Hindu (baik terdiri dari dua kata yaitu bijā-akṣara atau
secara lisan maupun dalam bentuk bijā-mantra OṂ dan kata Śānti. Sebagai-
tertulis) sebagai penutup dari berbagai hal, mana dijelaskan dalam Śiva-Purāṇa dan
di antaranya sebagai penutup dari doa Mānava-Dharmaśāstra, suara suci
(baik dalam persembahyangan maupun (praṇava) OṂ yang diletakkan di depan
dalam acara lainnya), penutup dari pidato mantra diibaratkan sebagai anak panah
maupun dharmavacana, penutup dari berbahan baja yang akan mengantarkan
kata sambutan dalam berbagai pertemuan mantra tersebut menembus sasarannya. Di
di berbagai instansi dan organisasi yang samping itu, praṇava OṂ di depan
berbeda, dan bahkan sebagai penutup mantra juga dikiaskan sebagai perahu
percakapan personal baik yang bersifat sucinya Sādā-Śiva untuk menyeberangkan
formal maupun pertemanan. Pada umum- manusia dari kehidupan duniawi menuju
nya, pasangan dari mantra penutup kehidupan spiritual. Sedangkan praṇava
tersebut adalah mantra pendek pembuka OṂ yang diletakkan di belakang mantra
yaitu Oṃ Svastyastu. diibaratkan sebagai penjaga makna

Edisi 001 / Februari 2024 47


Microsoft Bing AI generated images

mantra tersebut agar selalu tetap berada makna keadaan yang sangat menyenang-
pada lintasannya. kan dan menyejukan hati, karena
kedamaian juga mempunyai arti aman,
Adapun kata yang kedua yaitu Śānti
keadaan tidak bermusuhan dan rukun,
(diucapkan: Shaanti) artinya damai. Selain
tidak ada konflik internal (di dalam diri,
itu, śānti juga mengandung arti adanya
konflik batin), dan konflik eksternal (diri
keadilan, hukum dan ketertiban. Ketika
kita dengan yang lingkungan atau orang
kata damai tersebut diimbuhi awalan “ke”
lain). Konflik tersebut muncul karena ada
dan akhiran “an”, akan menghasilkan kata
pikiran, ucapan, maupun tindakan yang
“kedamaian” yang dalam Kamus Besar
tidak selaras dengan hukum alam semesta
Bahasa Indonesia bermakna: “keadaan
atau tidak selaras dengan ajaran agama,
damai, kehidupan yang aman dan
atau ajaran dharma.
tenteram.” Kata kedamaian mengandung

48 Edisi 001 / Februari 2024


Mengapa Kedamaian itu Penting? Kebahagiaan yang sejati atau kebahagiaan
tertinggi itu akan otomatis ada bila
Sebagai umat Hindu, dengan mengu-
kedamaian tertinggi itu ada.
capkan mantra tersebut, berarti umat
Hindu selalu berharap agar dalam perja-
lanan hidup ini senantiasa merasakan Kedamaian Tertinggi (parama-śānti)
kedamaian (Śānti) atau tercipta keda- Pada umumnya kata śānti diucapkan
maian. Menurut salah satu keyakinan dari tiga kali, yang diawali dan ditutup dengan
lima keyakinan (pañca śraddhā) dalam praṇava OṂ. Artinya, umat Hindu
ajaran Hindu, mahluk hidup datang ke mendoakan semoga tercipta kedamaian
dunia ini berkali-kali (punarbhava), untuk dalam tiga hal. Walaupun tidak ada acuan
menjalani hidup sesuai dengan hukum baku mengenai tiga kedamaian tersebut,
karmaphala. Kehidupan yang dimulai dari namun pada umumnya yang diharapkan
dalam kandungan, kemudian lahir ke adalah keadaan damai di hati, damai di
dunia ini, lalu tumbuh mejadi dewasa, dunia dan damai selalu. Hal ini sejalan
menjadi tua dan kemudian mati, atau dengan tujuan agama Hindu dan yang
mulai dari tidak ada menjadi ada dan menjadi dharma (kewajiban) bagi umat
kembali tidak ada, demikian berulang- Hindu, yaitu tidak hanya untuk mencapai
ulang sampai mencapai kebebasan kebahagiaan sejati untuk dirinya sendiri
(kebahagiaan) tertinggi yaitu mokṣa. (ātmano mokṣārtham) tetapi juga (ca)
Selama dalam putaran kehidupan turut serta mencipatakan kesejahteraan
berulang tersebut, sebelum mencapai jagat (dunia) atau jagadhitāya.
kebebasan abadi, manusia selalu berusaha
Menjadi kewajiban umat Hindu untuk
menciptakan śānti (kedamaian) dalam
medoakan semoga semua mahluk
hidupnya.
berbahagia. Kesejahteraan jagat juga
Śānti itu sangat penting, karena tanpa dipengaruhi oleh adanya keharmonisan
śānti, tanpa terciptanya kedamaian, dalam tiga jenis hubungan, yaitu hubung-
kebahagiaan tidak akan ada. Sebagaimana an yang harmonis antar sesama manusia,
dikatakan dalam Bhagavad-Gītā, śloka antara manusia dan ciptaan Tuhan yang
2.66 bait terakhir: aśāntasya kutaḥ lainnya, serta antara manusia dengan para
sukham, yang artinya kalau tidak ada Dewata dan Tuhan. Hal ini tercermin
kedamaian (aśāntasya) dari manakah dalam ajaran mulia yang diperkenalkan
datangnya kebahagiaan (sukham)? Tanpa oleh para leluhur Bali yang disebut dengan
adanya kedamaian, maka mustahil akan ajaran Tri-Hita Karana. Bahkan dalam
ada kebahagiaan. Jadi, kalau sudah mera- śānti mantra yang lebih lengkap, jagat
sakan kedamaian, itulah kebahagiaan. raya secara lebih detail didoakan untuk

Edisi 001 / Februari 2024 49


memperoleh kedamaian, seperti dalam dan svaḥ, maka kedamaian di tiga loka
śānti mantra berikut ini (Yajur Veda tersebut juga menjadi kedamaian yang
XXXVI. 17): didoakan oleh umat Hindu. Versi lain
kedamaian dalam diri itu adalah
oṃ dyauḥ śāntir-antarikṣaṃ śāntiḥ
kedamaian yang tercipta pada tiga hal
pṛthivī śāntir-āpaḥ śāntir-oṣadhayaḥ
yaitu kedamaian pada mind, body and
śāntiḥ |
soul.
vanaspatayaḥ śāntir-viśvedevāḥ śāntir-
brahma śāntiḥ Makna lain dari ṥānti mantra pendek
sarvaṃ śāntiḥ śāntir-eva śāntiḥ sā mā Oṃ śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṃ ini adalah
śāntir-edhi || mengafirmasi kedamaian pada diri, pada
oṃ śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ oṃ || lingkungan (dunia, alam jagat raya), dan
kedamaian di śūnya loka (alam setelah
Yang artinya Om Hyang Widhi Yang
kematian badan fisik). Dalam konteks ini,
Maha Kuasa, anugrahkanlah kedama-
kedamaian di śūnya loka sesuai dengan
ian di langit, damai di angkasa, damai
hukum karmaphala dipengaruhi oleh
di Bumi, damai di air, damai pada
karma (perbuatan) yang dilakukan di
tumbuh-tumbuhan, damai pada
Bumi ini. Dari beberapa jenis mokṣa,
pepohonan, damai bagi para Dewa,
kedamaian abadi di śūnya loka juga
damailah Brahman, damailah
dikaitkan dengan tujuan agama Hindu
semuanya, kedamaian hanya berada
yaitu untuk mencapai atmāno
dalam kedamaian, semogalah
mokṣārtham.
kedamaian senantiasa datang pada kita.
Adapun untuk tingkat diri sendiri, Hal-hal yang Dapat Menjadi Penghalang
menurut Swami Ishwarananda, yang untuk Mencapai Kedamaian
dikaitkan dengan ajaran Tantra, kedamai-
an tertinggi tercipta apabila ada kedamai- Bila kebahagiaan menjadi tujuan
an di ketiga bagian diri, yaitu kedamaian semua orang, dan bila kebahagiaan tidak
pada bagian bawah (ādhibhautika) yang akan bisa ada tanpa adanya kedamaian,
tercakup dalam tiga cakra bawah, dan untuk alasan apa kemudian adanya
kedamaian tengah (ādhidaivika) yang permusuhan maupun peperangan?
tercakup dalam cakra-cakra tengah, serta Sebagaimana dikatakan dalam Bhagavad-
kedamaian di bagian atas (ādhyātmika) Gītā (2.66):
yang tercakup dalam cakra-cakra bagian nāsti buddhir ayuktasya
atas. Kalau diri sendiri itu merupakan na cāyuktasya bhāvanā
miniatur dari alam semesta yang na cābhāvayataḥ śāntir
mencakup tiga loka, yaitu bhūr, bhuvaḥ aśāntasya kutaḥ sukham

50 Edisi 001 / Februari 2024


Artinya bahwa orang yang indria- (kemarahan), lobha (keserakahan), moha
indrianya tidak terkendalikan tidak (kekeliruan karena kebodohan sebagai
akan memiliki kecerdasan spiritual akibat dari tidak memiliki kecerdasan
yang baik, dan orang yang tidak spiritual), mada (mabuk) dan mātsarya
mengendalikan indria-indrianya tidak (iri hati). Karena kegelapan itu pula
akan memiliki kesadaran spiritual yang menyebabkan timbulnya enam macam
baik. Dari ketidakberadaan kesadaran sifat perusak ataupun mencelakai bahkan
spiritual yang baik, maka tidak sifat-sifat membunuh yang disebut
mungkin ada kedamaian, akhirnya ṣaḍātatāyī yaitu agnida (membakar milik
tanpa kedamaian dari manakah orang lain bahkan membakar makhluk
datangnya kebahagiaan. hidup yang masih bernyawa), viṣada
(meracuni dengan tujuan mencelakai
Ketidakmampuan dalam mengen-
mahluk hidup lainnya), atharva (menggu-
dalikan indria-indrialah yang menjadi
nakan ilmu hitam untuk mencelakai orang
sumber utama timbulnya konflik dalam
lain), śastraghna (mengamuk memakai
diri maupun dengan orang lain atau
senjata tajam), gratikrama (memperkosa),
lingkungan, yang menyebabkan tidak
dan rājāpiśuna (memfitnah, adu domba).
terciptanya kedamaian baik dalam diri
maupun dengan sekitar. Mereka-mereka Mereka juga dipenuhi kekotoran dalam
yang tidak mampu mengendalikan indria, tiga hal (trimala) yaitu pikiran yang tidak
mereka tidak memiliki buddhi jernih, perkataan yang kotor dan perbuat-
(kecerdasan spiritual). Mereka berada an yang kotor. Keadaan avidyā (kegelapan
dalam kegelapan spiritual atau avidyā, tanpa pengetahuan), dalam tri guṇa juga
dikuasai oleh kegelapan dalam diri terkait dikenal sebagai keadaan tamasik, yang
tujuh hal yang disebut dengan sapta timira apabila tidak diterangi oleh jyotir pengeta-
yang menimbulkan prilaku tidak baik, huan suci, prilakunya juga dapat dikuasai
yaitu sūrupa atau kegelapan pikiran oleh sifat rajasik.
karena kecantikan atau ketampanan,
dhana karena kekayaan, guṇa karena Jalan Menuju Terciptanya Kedamaian
kepandaian, kulīna karena keturunan Diawali dengan Sraddhā
bangsawan, yauvana karena uisa muda,
surā atau kegelapan karena minuman Jika avidyā (kegelapan akibat tanpa
keras, dan śura karena keberanian. pengetahuan suci atau kecerdasan
spiritual) yang menjadi penyebab utama
Mereka juga dikendalikan oleh enam dari tidak tercapainya kedamaian, maka
musuh di dalam diri yang disebut ṣaḍripu sebaliknya, untuk memperoleh kedamaian
yaitu kama (keinginan duniawi), krodha maka seseorang harus memiliki

Edisi 001 / Februari 2024 51


pengetahuan suci atau jñāna. Sebagai- mahluk hidup lainnya, dan siapa alam
mana disebutkan dalam Bhagavad-Gītā semesta, siapa sejatinya mereka, serta
(4.39): siapa Tuhan.
sraddhāvāl labhate jñānaṁ Memiliki kesadaran bahwa Tuhan
tat-paraḥ saṁyatendriyaḥ bersemayam di dalam setiap makhluk
jñānaṁ labdhvā parāṁ śāntim hidup, dan menerapkan kesadaran
acireṇādhigacchati. tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan pengejawantahan dari ajaran
Yang artinya bahwa hanya mereka
Tat Tvam Asi, yang melahirkan cinta
yang memiliki keyakinan (sraddhā)
kasih murni kepada seluruh ciptaan
yang sudah mantap dan kemudian
Tuhan, atau cinta kasih spiritual (divine
sudah mengendalikan indria-indrianya
love). Inilah bhakti yang sejati, bhakti
dengan baik, hanya mereka yang akan
kepada Tuhan di mana Tuhan yang
berhasil memperoleh pengetahuan
bersemayam di semua yang ada di alam
suci. Setelah mereka memiliki
ini. Mereka yang di hatinya sudah tumbuh
pengetahuan suci, maka dengan segera
kesadaran dan cinta kasih murni, akan
mereka akan memperoleh kedamaian
dapat menjalankan ajaran Tri-Hita
tertinggi.
Karana dan Trikāya Pariśudha dengan
Pertama-tama, orang harus memiliki baik.
sraddhā yang kuat tentang kebenaran dan
Kesadaran diri juga berarti yang
manfaat ajaran suci dalam menuntun
bersangkutan tidak hanya sadar akan
seseorang untuk mencapai kedamaian.
dirinya sebagai manusia tetapi juga telah
Tanpa itu, orang tidak akan tergerak
memanusiakan dirinya, yaitu sebagai
untuk mempelajari ajaran suci, apalagi
makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi
untuk mempraktikkannya dalam
sebagaimana disebutkan dalam kitab
kehidupan sehari-hari. Praktik utama dari
Sarrasamuccaya (2 & 4) bahwa menjelma
pengetahuan suci adalah pengendalian
menjadi manusia itu adalah sungguh-
indria dan pengendalian diri (yang tiada
sungguh utama karena hanya yang
lain merupakan bentuk dari usaha
dilahirkan sebagai mansuia yang dapat
penyucian rohani) melalui penerapan
menolong dirinya dari keadaan penderita-
berbagai ajaran termasuk mengikuti
an saṃsāra (lahir dan mati berulang-
ajaran daśa yama dan niyama brata
ulang) dengan jalan berbuat baik, karena
(vrata), serta pada akhirnya mencapai
hanya yang lahir sebagai manusia sajalah
kesadaran diri. Kesadaran akan diri yang
yang dapat melaksanakan perbuatan baik
sejati, secara implisit mengandung arti
ataupun buruk. Demikianlah gunanya
kesadaran akan siapa orang lain, siapa

52 Edisi 001 / Februari 2024


(keuntungan) menjadi manusia (diban- Penutup
dingkan menjadi makhluk hidup yang
Seluruh umat manusia pasti mengi-
lain). Ketika dia sudah memanusiakan
nginkan hidup yang damai karena keda-
dirinya artinya dia sudah melebur semua
maian adalah syarat utama tercipatnya
perbuatan yang buruk (aśubha-karma) itu
kebahagiaan. Tidak hanya damai di dalam
ke dalam perbuatan baik (śubha-karma),
diri sendiri, melainkan damai pula pada
dia senantiasa berada di jalan dharma.
lingkungan sekitar. Cara mencapainya
Sebagaimana disebutkan dalam kitab
tentu beragam. Umat Hindu memiliki cara
Bhagavad-Gītā (14.11) terjemahan
yang khas, di mana śraddhā merupakan
Darmayasa bahwa ketika semua pintu
syarat awal.
gerbang di dalam badan jasmani ini
memancarkan cahaya kesucian dan --- ॐ ---
pengetahuan jñāna, maka pada saat itu
hendaknya diketahui bahwa sifat kebaikan
sattva-guṇa sedang muncul berkembang.

Edisi 001 / Februari 2024 53


Tapa, Brata dan Yoga
Upaya mematangkan diri dalam
mensenyawakan diri dengan alam dalam
kehidupan sehar-hari
Penulis: Agus Widodo

Istilah tapa, brata, yoga, samadhi, bukan merupakan istilah yang asing bagi sebagian
besar umat Hindu. Tiga hal yang pertama, merupakan bagian dari praktik sādhana yang
umum dilakukan oleh mereka yang tekun di jalan spiritual, untuk memperoleh keadaan
samadhi atau bersenyawa dengan alam atau Sang Hyang Ishwara. Sādhana seperti ini
pada umumnya dilakukan di hari raya tertentu seperti Hari Raya Saraswati, Hari Raya
Nyepi maupun dalam rangkaian Hari Raya Galungan. Namun demikian, sādhana seperti
ini sebaiknya dilakukan lebih sering, tidak hanya pada hari-hari suci tersebut, untuk
melatih disiplin diri ke dalam diri.

ada unsur “brata” yaitu pengekangan atau

K
ketaatan sebagai bentuk disiplin diri. Kata
ita sering mendapatkan kata
“brata” memiliki makna yang sama
tapa yang biasanya disusul oleh
dengan kata “vrata” yaitu mengandung
kata brata, dan yoga. Kata-kata
makna pengekangan dan ketaatan. Dalam
tersebut memang saling terkait dan tidak
Yajurveda XIX.30 dinyatakan mengenai
terpisahkan. Kata “tapa” berasal dari
vrata (vratena) sebagai berikut:
bahasa Sansekerta “tap” yang artinya
membakar, memanaskan, membuat vratena dīkṣāmāpnoti
disiplin. Tapa berarti memanaskan diri dīkṣayāpnoti dakṣiṇām,
melalui praktik-praktik disiplin ke dalam dakṣiṇā śraddhāmāpnoti
diri demi pematangan fisik, mental, dan śraddhayā satyamāpyate
spiritual. Jadi di dalam “tapa” sudah pasti

54 Edisi 001 / Februari 2024


Terjemahan: ca (dan) – dūre (jauh dari) –
vyavasthitam (tempatnya tinggal) - tat
Dengan melakukan pantangan
(itu) – sarvaṃ (semua) – tapasā
(vratena) maka akan mendapatkan
(dengan pertapaan) – sādhyam (bisa
penyucian (dīkṣa), dengan penyucian
diperoleh) – tapo/tapah (pertapaan) –
akan mendapatkan kehormatan
hi (memang) - duratikramam (susah
(dakṣinā), dengan kehormatan akan
dilawan karena memiliki kekuatan
mendapatkan keyakinan (śraddhā),
yang tinggi).
dan dengan keyakinan akan mendapat-
kan kebenaran (satya) yang sejati. Terjemahan:
Tapa memiliki kekuatan yang sangat Apapun yang sangat jauh letaknya,

Sādhana
Istilah sādhana mengacu kepada metoda praktik disiplin secara teratur untuk mencapai pengetahuan
atau tujuan yang diinginkan. Sādhana juga dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di
jalan spiritual, seperti pelepasan dari keterikatan duniawi, adalah untuk mencapai tingkat realisasi
spiritual tertentu, yang dapat berupa pencerahan, bhakti kepada Tuhan, pembebasan (mokṣa) dari
siklus kelahiran dan kematian (saṃsāra), atau tujuan tertentu seperti memperoleh berkah tertentu dari
Dewa tertentu. Seseorang yang melakukan praktik semacam itu dikenal dalam bahasa Sanskerta sebagai
sādhu (sādhvī untuk wanita), atau sādhaka (sādhakā untuk perempuan). Praktik sādhanā dapat berupa
satu atau gabungan dari kegiatan berikut: meditasi, berjapa, sembahyang, puasa, pranayama, dan
lainnnya.

dahsyat, seperti dikatakan dalam Cāṇakya apapun yang sangat sulit dicapai,
Nīti Darpaṇa (17.3) berikut ini: seberapapun jauh/tingginya dari
tempat kita, semua itu dapat dicapai
Yad-dūraṃ yad-dura-ārādhyaṃ
melalui pertapaan. Karena tapa itu
Yac-ca-dūre vyavasthitam,
mempunyai kekuatan yang sangat
Tat-sarvaṃ tapasā sādhyaṃ
hebat.
Tapo hi durati-kramam.
Sesuai dengan yang dijelaskan dalam
yat (apapun) – dūraṃ (jauh) – yat
Cāṇakya Nīti Darpaṇa di atas: “tapo hi
(apapun) – dura (sangat sulit) -
duratikramam”, bahwa “tapa”
ār̄adhyam (dicapai) – yat (apapun) –

Edisi 001 / Februari 2024 55


mempunyai kekuatan yang hebat baik jangka waktu tertentu. Saat melakukan
secara fisik, mental, dan spiritual. Artinya sādhana ini tidak sekadar menjaga kesa-
kekuatan tapa ini sangat bermanfaat daran agar tidak tidur dengan melakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Bermanfaat aktivitas duniawi semata apalagi yang
dalam menyehatkan diri secara fisik, mengarah kepada kesenangan belaka.
mengembangkan mental maupun spiritual Namun saat menjaga kesadaran dengan
kita. “Sarvaṃ tapasā sādhyaṃ”, segala tidak tidur inilah kita harus berlatih untuk
yang tidak mungkin menjadi mungkin. menyadari segala sesuatu yang terjadi
Urusan-urusan yang sepertinya sudah dalam diri kita, menyadari segala rasa
tidak mungkin diselesaikan, dapat yang muncul dalam diri sendiri, menya-
diselesaikan melalui tapa. dari segala sensasi yang terjadi dalam diri
baik fisik maupun mental. Dan diharap-
Adapun bentuk-bentuk disipilin tapa
kan dari seringnya melakukan latihan
brata yang dapat kita lakukan sebenarnya
menjaga kesadaran tidak tidur inilah kita
sudah terkonsepkan dalam rangkaian-
menjadi terlatih dalam menjaga kesadaran
rangkaian berbagai hari suci Hindu. Ada
diri dalam dimensi yang lebih tinggi,
Catur Brata Penyepian saat Hari Raya
dalam ruang kesadaran yang lebih dalam.
Nyepi. Ada berbagai rangkaian sādhana
Kita akan terlatih dalam hal “sadar”, sadar
saat menyambut Hari Raya Galungan
dengan perilaku kita, sadar bahwa itu baik
mulai dari sugihan jawa hingga penam-
perlu dilakukan atau tidak baik jadi tidak
pahan. Ada jagra, monabrata dan japa
perlu dilakukan, sadar bahwa itu akan
saat Hari Raya Siwaratri.
menyenangkan atau membahagiakan
Mari kita menelisik lebih dalam orang lain atau justru akan menyakiti
tentang tapa brata yang dilakukan pada orang lain, sadar bahwa kita mungkin
salah satu perayaan hari suci tersebut yaitu telah melakukan kesalahan dan saatnya
Hari Raya Siwaratri. Siwaratri (Sanskerta: memperbaiki diri, sadar kita perlu bicara
Śivarātri) artinya malam Dewa Siwa itu atau tidak, sadar bahwa kita harus
(Śiva). Pada malam Dewa Siwa, umat bersikap bagaimana, maupun sadar
Hindu melakukan sādhana dalam satu dengan berbagai hal lainnya dalam
atau beberapa atau seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari.
berikut yaitu: jagra, monobrata, japa, dan
Survei membuktikan kebanyakan
upawasa.
orang tidak pernah melakukan latihan
menjaga kesadaran dengan tidak tidur ini,
Jagra atau Tetap Sadar atau Melek atau justru meremehkan sādhana ini. Dan
“Jagra” yaitu menjaga kesadaran diri bila memang tidak pernah memprak-
yang dilatih dengan cara tidak tidur dalam tikkan maka tidak akan menemukan kebe-

56 Edisi 001 / Februari 2024


narannya dari latihan ini. Karena kebe- kata-kata kita menjadi “siddhi”. Kita akan
naran dari tapa brata hanya akan didapat- terlatih mengendalikan ucapan, menjadi
kan dari “laku” yaitu mempraktikkannya tahu apakah kita perlu bicara atau tidak,
dengan disiplin diri yang tinggi. ucapan kita pantas atau tidak, menjadi
sangat berhati-hati dalam berucap, dan
Monobrata atau Pantang Berbicara lain-lain.

“Monabrata” (Sankserta: mauna-


vrata) artinya adalah berpantang terhadap
kata-kata, atau tidak berkata-kata sama
sekali untuk jangka waktu tertentu, sesuai
dengan arti kata “mauna” yang artinya
sunyi tanpa bicara. Memang sangat sulit
untuk mempraktikkannya, namun bisa
dilatih dari level yang mudah yaitu
mengurangi untuk berkata-kata, atau
hanya berkata seperlunya saja. Ini bentuk
dari melatih diri untuk memiliki pengen-
dalian diri dalam berkata-kata. Kekuatan
dalam berkata yang kita kendalikan
melalui latihan disiplin “monabrata”
maka hasilnya adalah diri kita memiliki
kekuatan berkata yang lebih baik atau
bahkan luar biasa. Kata-kata yang kita
katakan menjadi penuh power dirasakan
oleh orang lain. Sehingga sangat mungkin Japa atau Mengulang-ulang Eengucapan
disegani atau dituruti atau dipatuhi atau Mantra
ditaati oleh orang lain. Japa adalah bentuk sādhana dengan
Dalam konsep Tantra, bila kita sering cara melantunkan mantra secara
melatih pertapaan indria kita, maka berulang-ulang. Bisa menggunakan
lambat laun indria kita akan memiliki hitungan atau pun tidak menggunakan
kekuatan yang sangat berkembang, dan hitungan sesuai kepuasan diri. Dalam hal
monabrata adalah bentuk pertapaan ini kita berupaya bisa bersenyawa dengan
indria kita dalam hal mengembangkan mantra itu sendiri. Kita niatkan sepenuh
pengendalian, kemampuan dan kekuatan hati bahwa kita adalah mantra itu sendiri.
ucapan. Bahkan pada tingkat tertentu Pengalaman penulis, cara untuk bisa

Edisi 001 / Februari 2024 57


bersenyawa dengan mantra itu sendiri meditatif. Dan hal ini sudah pernah
adalah mulut bertugas mengucapkan penulis buktikan. Beberapa sahabat
mantra, telinga bertugas mendengarkan penulis juga sudah pernah membukti-
lantunan mantra yang diucapkan oleh kannya dengan panduan penulis.
mulut, dan pikiran bertugas mengamati
sekaligus merasakan sensasi apapun yang Upawasa atau Pantang Makan dan
timbul dari proses melantunkan mantra. Minum
Jadi pikiran tidak perlu membayangkan
figur atau bentuk apapun saat melantun- Jagra, monabrata dan japa sangat
kan mantra. Saat pikiran membayangkan bagus jika disertai dengan pelaksanaan
figur atau bentuk tertentu maka proses upawasa (Sanskerta: upavāsa) yaitu
konsentrasi menjadi mengarah keluar diri, berpantang terhadap makan dan minum.
dan ini sangat tidak stabil. Namun jika Upawasa ini sangat bagus juga sebagai
pikiran dialihkan hanya bertugas merasa- tahapan awal untuk melatih kemampuan
kan segala bentuk sensasi dalam diri maka pengendalian diri. Secara logika, jika
proses konsentrasi menjadi mengarah ke terhadap nafsu makan dan minum saja
dalam diri, dan ada sebuah kestabilan tidak mampu mengendalikan maka
proses. terhadap berbagai rasa lainnya akan
sangat sulit untuk mengendalikan,
Saat kita terlatih mampu bersenyawa misalnya marah, benci, emosi, dan lain-
dengan mantra yang kita lantunkan maka lain. Pun juga upawasa akan berdampak
kita pun akan terlatih mampu bersenyawa pada fisik yang lebih sehat karena saat
dengan setiap ucapan kita. Kita menjadi upawasa berlangsung maka saat itu ada
memiliki suatu tingkat pengendalian proses pembersihan berbagai residu dalam
dalam ucapan, tingkat kekuatan dalam semua bagian tubuh fisik.
ucapan, tingkat kesadaran dalam ucapan.
Menjadi tahu kata-kata yang perlu atau Dalam hal berpantang terhadap makan
pun yang tidak perlu diucapkan kepada dan minum bisa dilakukan dari tingkat
orang lain. Sehingga kita terhindar dari yang paling mudah dengan mengurangi
ucapan diri yang menghina, merendah- porsi makanan hingga tidak makan dan
kan, meremehkan, menyudutkan, dan minum sama sekali dalam suatu periode
lain-lain. Ucapan kita yang memiliki suatu waktu tertentu. Saat melakukan upawasa
kekuatan bisa kita manfaatkan untuk maka pikiran harus terhindar dari pemi-
membuat orang lain bahagia. Atau bahkan kiran tentang makan sehingga tidak akan
menetralisir rasa kebencian orang lain ada rasa lapar dalam perut.
terhadap diri kita dengan teknik tertentu
hanya dengan ucapan dalam kondisi

58 Edisi 001 / Februari 2024


Yoga Samadhi Yoga adalah upaya menghubungkan,
menyatukan, atau mensenyawakan diri
Penulis pernah membimbing sekelom-
dengan alam semesta. Melihat penderi-
pok generasi muda dalam melakukan
taan maupun kesedihan orang lain kita
“jagra, monabrata dan japa” saat Hari
juga merasakan itu. Kekurangan dan
Raya Siwaratri di sebuah pura. Saat “jagra
kelemahan orang lain juga kita rasakan.
dan monabrata” peserta boleh jalan ke
Demikian juga kebahagiaan orang lain
berbagai sudut area atau pun diam saja di
juga kita rasakan. Bukan hanya dengan
tempat. Saat mata melihat sesuatu maka
sesama manusia, dengan makhluk lain
diupayakan tidak banyak menganalisis apa
atau benda lain pun kita menjadi perasa.
yang dilihatnya, atau kalau mampu diupa-
Kita merasakan sebuah persatuan dengan
yakan tidak menganalisisnya sama sekali,
yang lainnya. Bila kita meyakini ajaran
cukup sekadar melihat dan tidak perlu
bahwa Tuhan (Brahman) meresap dan ada
menganalisis. Begitu pula dengan telinga
pada setiap mahluk hidup, bahwa
saat mendengar sesuatu maka diupayakan
Brahman adalah unsur inti (substrtaum)
cukup sekedar mendengar saja dan tidak
dari semua yang ada di alam ini yang
perlu menganalisisnya di dalam pikiran.
memiliki bentuk luar (fisik) yang berbeda-
Begitu pula dengan indria-indria lainnya.
beda, seperti halnya emas merupakan
Pengalaman peserta sangat beragam, substratum (unsur pembentuk) dari
ada yang merasa biasa-biasa saja, ada yang perhiasan dengan berbagai bentuk luar,
merasa dalam kondisi aneh, ada yang maka persenyawaan diri kita dengan alam
merasa menjadi “plong” alias tanpa beban semesta adalah bentuk dari samadhi.
menjadi sangat ringan dan itu tidak bisa
Om sarve bhavantu sukhinaḥ, semoga
diungkapkan dengan kata-kata. Setelah itu
semuanya (isi jagat raya) berbahagia.
baru melakukan japa. Selesai melakukan
itu, mereka semua merasa dirinya lebih sarve santu nir-āmayāḥ, semoga
ringan, lebih segar, lebih berenergi. semuanya terbebas dari penyakit.
Bila kita terlatih dalam praktik bentuk- sarve bhadrāṇi paśyantu, semoga
bentuk tapa brata maka dalam hal spiri- semuanya dapat melihat kebaikan.
tual kita akan terlatih dalam bersenyawa mā kaścid-duḥkha-bhāg-bhavet,
dengan sisi-sisi kehidupan. Inilah Yoga semoga tidak ada yang menderita
yaitu persatuan dengan isi alam semesta. (dalam keadaan duka).
Rasa cinta kasih, empati, kemanusiaan kita
menjadi berkembang. Yoga berasal dari Oṃ śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ.
bahasa Sanskerta “yuj”, yaitu menghu- --- ॐ ---
bungkan atau hubungan yang harmoni.

Edisi 001 / Februari 2024 59


HIDUP MEDITATIF
(Bagian 1)

Hidup Meditatif, Hidup Tanpa Terikat


Dunia Materi
Penulis: Ketut Adiana
Hidup bahagia. Itulah dambaan setiap manusia. Dan kebahagiaan itu dapat dicapai
dengan cara hidup tanpa keterikatan dunia materi, hidup meditatif, hidup yang selalu
ingat akan Tuhan.

M endengar kata hidup medi- liar, menghubungkan diri dengan-Nya,


tatif, tentu pikiran kita akan meningkatkan kesadaran jiwa. Meditasi
cepat terhubung dengan kata juga adalah laku hidup. Hidup berkesa-
meditasi. Namun, sejatinya pengertian daran dalam 24 jam. Biasanya meditasi
keduanya sangat berbeda. dilakukan dengan duduk bersila dalam
waktu beberapa menit atau beberapa jam.
Hidup meditatif mempunyai penger-
Meditasi akan memberikan manfaat jika
tian yang sangat luas. Hidup meditatif
dilakukan secara rutin.
adalah laku hidup sehari-hari. Laku hidup
yang mengutamakan moral etika, men-
jauhkan diri dari kesombongan, hidup Bukan Konsentrasi pada Objek Tertentu
dalam welas asih, hidup menghargai Banyak cara atau metode meditasi yang
sesama, hidup dalam kesadaran jiwa. bisa dipraktikkan saat ini. Baik metode
Sementara meditasi merupakan bagian yang sudah lama ada maupun metode
dari hidup meditatif. Meditasi adalah baru yang dikembangkan oleh para guru
kegiatan untuk menenangkan diri, melatih spiritual. Juga dapat berupa metode
diri disiplin, mengendalikan pikiran yang gabungan dari metode-metode yang

60 Edisi 001 / Februari 2024


sudah ada sebelumnya, sebagai hasil dari diperlukan dalam bermeditasi. Guru akan
olah laku atau wahyu yang diperoleh lewat mendampinginya agar ia melakukan
olah batin. meditasi secara benar. Kadang meditasi
juga memerlukan alat bantu untuk
Untuk melakukan meditasi diperlukan
mengulang-ngulang nama Tuhan. Seperti
persiapan yang cukup. Baik tempat
tasbih atau genitri yang disebut me-japa.
meditasi, sarana meditasi, maupun
kesiapan diri seperti membersihkan diri. Muncul pertanyaan, apakah untuk
Namun, yang lebih penting sebenarnya meditasi diperlukan altar pemujaan atau
adalah kebersihan batin. Sesungguhnya, citra patung atau sejenisnya untuk
tempat khusus tidak diperlukan oleh konsentrasi ?
mereka yang sudah terbiasa melakukan Meditasi bukan konsentrasi pada objek
meditasi. Di mana saja meditasi dapat tertentu. Karena konsentrasi pada objek
dilakukan, karena tidak ada tempat yang tertentu justru akan mengikatkan diri
bersih maupun kotor. Meditasi adalah pada objek tersebut. Tujuan meditasi
usaha untuk bertemu dengan Hyang adalah mengendalikan pikiran. Meditasi
Sunyi. Di manapun Beliau berada, di bukanlah berhalusinasi, melainkan duduk
tempat yang kotor sekalipun, Beliau tetap tenang mengendalikan pikiran, merasakan
suci. Emas ditaruh di lumpur pun tetap arus energi yang halus yang ada dalam
emas. Kualitasnya tidak berubah. diri. Meditasi dilakukan untuk
Namun, bagi pemula, tempat menjadi menemukan kesejatian diri, untuk
penting karena dapat mempengaruhi melepaskan keterikatan.
hasilnya, apakah optimal atau belum. Untuk melepaskan keterikatan
Ruangan yang bersih dengan aliran udara tersebut, diperlukan laku yang selalu
yang cukup akan membantu keberhasilan mengingat nama Tuhan. Dan mengingat
meditasi. Yang pasti, tempat yang dapat Tuhan di manapun berada adalah bagian
dipilih untuk melakukan meditasi dari meditasi. Seperti yang disampaikan
sangatlah banyak. Di tempat sunyi, di dalam Bhagavad-Gītā, siapa yang selalu
gunung, di daerah sejuk, di bawah air mengingat-KU, siapa yang selalu dekat
terjun, di pura, di dalam ruangan, atau di dengan Aku akan Aku sayangi.
luar ruangan. Alas tempat duduk juga
penting dipilih karena akan menentukan
Memahami Dunia Material dengan
kenyamanan saat bermeditasi. Zaman
Logika
dulu alas meditasi menggunakan rumput
kusa. Hidup meditatif juga selalu dekat
Bagi pemula, kehadiran seorang guru dengan Tuhan, yang tujuan akhirnya juga

Edisi 001 / Februari 2024 61


melepaskan keterikatan dengan hal-hal mengajak dan memberi karyawannya
yang bersifat duniawi, dengan dunia makna spiritual dalam berkarya. Tidak
material, dengan alam benda. Hidup melulu mencari imbalan gaji, tapi juga
meditatif adalah hidup dalam ketenangan kepuasan kerja. Anehnya, hal tersebut
diri, hidup dalam kebahagiaan, hidup justru meningkatkan loyalitas pekerja,
dalam keseimbangan. Kebahagiaan bukan memperbaiki integritas, dan mempercepat
hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk pencapaian target kerja. Pekerja menjadi
orang-orang di sekitar. Ibarat sebuah lagu lebih bergairah. Mereka bekerja dalam
yang indah, bila yang menyanyikan lagu suasana gembira, suasana senang dan
tersebut merasa bahagia, yang bahagia.
mendengarkan pun merasa bahagia. Kepuasan kerja akan dirasakan kalau
Cara untuk mencapai kebahagiaan dalam bekerja ada gairah spiritual, kalau
tersebut adalah melepaskan diri dari hasil kerja dijadikan persembahan. Karena
keterikatan material. Pelaksanaannya hasil kerja diperlakukan sebagai persem-
dapat dilakukan di manapun dan dalam bahan, maka pekerjaan dilakukan dengan
situasi apapun. cara terbaik. Inilah kepuasan kerja yang
tak ternilai.
Kebahagiaan itu ada di dalam diri.
Mencari kenikmatan duniawi di luar diri Memang, dalam hidup ini kebutuhan
justru akan menggiring kita semakin jauh akan materi, akan alam benda, adalah
dari kebahagiaan. Kebahagiaan bukan sebuah keniscayaan. Hal ini tidak bisa
terletak pada seberapa jauh kenikmatan dipungkiri. Hidup ini butuh pangan,
duniawi yang dinikmati, melainkan sandang, dan papan. Hidup selalu
seberapa jauh pengamatan ke dalam diri berdampingan dengan dunia material.
dilakukan. Semakin melihat ke dalam dan Namun, berdampingan bukan berarti
menyadari hakekat diri, semakin menya- terikat. Dengan demikian, pada akhirnya
dari bahwa kebahagiaan itu ada di dalam dunia material itu akan dapat dilampaui.
diri. Ini ajaran dalam Bab II Bhagavad-Gītā,
Sānkya Yoga. Ajaran ini disampaikan
Contoh yang paling dekat dengan kita
secara panjang lebar oleh Śrī Kṛṣṇa kepada
soal pencapaian kebahagiaan melalui
Arjuna. Arjuna adalah sosok yang
pelepasan diri dari keterikatan material
mewakili manusia yang sangat terikat
dapat dilihat di dunia kerja. Belakangan
pada tahta, harta dan wanita, terikat pada
banyak perusahaan multinasional kelas
kekuasaan, fasilitas, dan kenikmatan.
dunia (world class company) menunjuk
Tentu ia akan sulit melepaskannya.
orang India sebagai CEO (pimpinan
Sānkya Yoga mengajarkan untuk mema-
perusahaan) -nya. Orang-orang ini

62 Edisi 001 / Februari 2024


hami dunia material dengan logika, bahwa suputra. Anak suputra tidak hanya berarti
manusia memang membutuhkannya, anak yang baik, melainkan juga anak yang
namun kemudian melampauinya dalam bisa melepaskan orangtuanya dari
kesadaran spiritual. kewajiban dunia materi atau dari
keterikatan dunia materi. Ketidakterikatan
Dalam tujuan agama Hindu,
dengan dunia materi inilah tujuan akhir
mokṣartam jagathita ya ca iti dharma,
dari hidup meditatif.
sangat jelas disampaikan bahwa mokṣa
akan dicapai setelah melalui jagathita, --- ॐ ---
setelah melalui dunia material dan
melampauinya. Salah satu cara melepas-
kan diri dari keterikatan dunia material,
dunia kebendaan adalah melalui anak

Edisi 001 / Februari 2024 63


MELENYAPKAN AKAR
PENDERITAAN
Pnulis: Made Mariana*

Bila ditanya, tidak ada seorangpun yang mau menderita. Semua orang ingin bahagia.
Sayangnya hidup semacam itu hanya sebuah mimpi. Fakta hidup tanpa penderitaan tidak
pernah ada. Jika diibaratkan sebuah gulma (tanaman pengganggu), melenyapkan gulma
penderitaan perlu mencabut hingga ke akar-akarnya agar tidak tumbuh lagi.

R wa bhinedane tampi!” (terima


dua hal yang berlawanan/
berbeda) demikian nasihat para
tetua di Bali menyikapi kehidupan yang
kenangan akan sukacita yang dihadirkan
oleh sesuatu itu juga menyakitkan.
Sekarang lihat peristiwa dalam tubuh,
saat perut kosong, seseorang menderita
penuh dengan ketidakpastian. Mengingat- lapar. Setelah diisi makanan, rasanya
kan kita agar menyadari bahwa kehidupan nikmat sekali. Beberapa saat kemudian
diwarnai dualitas. perut sakit ingin buang air besar. Demi-
Hidup pun seperti itu, setiap kejadian kian pula, saat kurang air, seseorang
sebesar apapun kesenangan yang diberi- menderita karena rasa haus. Beberapa saat
kan selalu saja ada penderitaan yang setelah minum air, rasanya segar sekali,
mengikuti. Semakin besar sukacita yang tetapi rasa ingin buang air kecil membuat
diperoleh semakin besar pula rasa sakit seseorang menderita beberapa waktu
yang menyertainya. Merindukan sesuatu kemudian.
(barang atau orang yang kita sukai) itu
menyakitkan, menantikan datangnya Akar Penderitaan
sesuatu itu menyakitkan, setelah menda-
patkan sesuatu perasaan takut kehilangan Kalau semua ada rasa sakitnya, lalu apa
juga menyakitkan, saat sesuatu itu hilang, yang mesti dilakukan untuk melenyapkan

64 Edisi 001 / Februari 2024


penderitaan? Menurut Shri Shri Ravi memberikan penderitaan. Untuk
Shankar, tokoh spiritual dari India yang melenyapkan akar atau penyebab rasa
memiliki jutaan pengikut di seluruh dunia sakit, sangat penting untuk memahami
hingga ke Timur Tengah, sumber utama bahwa semua yang ada di dunia ini,
penderitaan adalah ketika kita melupakan termasuk tubuh ini, pikiran dan seluruh
bahwa kita terpisah dari lingkungan. Ada dunia, mengalami perubahan sepanjang
tiga hal yang patut dipahami, yaitu : sang waktu. Semua seperti sebuah aliran.
diri, sang pengamat, dan mengamati.
Kurangnya pemahaman membuat kita Kekuatan dari “Saat Ini”
menderita. Menempatkan kehidupan di
luar diri, tidak menyadari kehidupan ada Kesadaran terhadap pikiran tidak bisa
di dalam diri. Kebahagiaan dan dipelajari dengan membaca buku. Apa
penderitaan terjadi di dalam diri. yang dilakukan pikiran? Ia terombang-
ambing antara masa lalu dan masa depan.
Sering kali, seseorang menempatkan Setiap saat, ketika pikiran bergerak ke
hidupnya di tempat lain, tidak menem- masa lalu, marah, sedih, iri hati, malu,
patkan hidup di dalam diri. Sebagian benci, datang menghampiri. Saat pikiran
orang menempatkan hidupnya di bergerak ke masa depan, takut, cemas,
rekening bank, ketika banknya tutup, khawatir, gugup, mengunjungi kita. Orang
orang-orang itu mengalami gagal jantung. tahu masa lalu sudah berlalu tidak bisa
Ketika seseorang menempatkan hidupnya diputar ulang, masa depan belum terjadi,
pada pekerjaan, ketika mengalami tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
pemutusan hubungan kerja, dia menderita Untuk itu, be 100% to the present, jalani
bahkan ada sampai meninggal dunia. saat ini sepenuhnya (100%), dalam bahasa
Ringkasnya, apapun yang dianggap paling Inggris, saat ini disebut present yang
penting dalam hidup itulah yang menjadi artinya hadiah, jadi hadiah satu-satunya
penyebab rasa sakit. yang kita miliki adalah saat ini
Tatkala kita bisa menyadari adanya Sifat pikiran yang lain, melekat pada
perbedaan antara yang melihat dengan hal-hal negatif. Bila ada sepuluh kejadian
lingkungannya, hal itu akan mengurangi baik yang diikuti oleh satu kejadian
rasa sakit. Jika tidak, kesenangan itu negatif, kita mudah melupakan sepuluh
sendiri menjadi rasa sakit. Misalnya Anda kejadian baik itu, tapi melekat kuat pada
menyukai makan kripik pisang, tetapi satu kejadian negatif itu. Ini menyebabkan
makan kripik pisang terlalu banyak banyak orang menderita karena hanya
membuat sakit tenggorokan. Kripik mengingat hal-hal negatif. Padahal setiap
memberikan kesenangan, namun juga bisa kali kita mengundang perasaan negatif

Edisi 001 / Februari 2024 65


kita sedang menuangkan racun pada diri. sehingga perjalanan menjadi mudah.
Menyadari kedua karakteristik pikiran Sering kali kita meluangkan waktu
ini membuat pikiran lebih lentur, alami banyak mempelajari hal-hal di luar diri
dan sederhana yang membuat diri kita kita, tetapi sangat sedikit waktu
mekar (bertumbuh). Manusia terlahir mempelajari diri kita. Coba perhatikan,
polos, semakin dewasa dan pintar, hal pertama yang kita lakukan saat datang
manusia kehilangan kepolosan dan ke dunia ini adalah menarik napas dan hal
menjadi kaku, padahal ciri hidup fleksibel terakhir yang kita lakukan saat
dan kaku identik dengan kematian (tubuh meninggalkan dunia ini adalah
yang mati menjadi kaku). Lepaskan menghembuskan napas. Hidup kita ada di
kekakuan ini, hidup akan menjadi lebih antara dua kejadian itu. Napas menjadi
bermanfaat, menyenangkan dan menarik. jembatan penghubung antara tubuh dan
pikiran dan melalui napas membawa
Jika saat baru bangun pagi, pikiran
pikiran ke saat ini. Cara kedua membawa
meluncur ke hal negatif, imbangi dengan
pikiran ke saat ini dengan melakukan
hal-hal positif. Saat ingat hal-hal yang
pelayanan (ngayah), saat ngayah sebagai
menyakitkan, ingat pula hal-hal yang
satu-satunya tujuan hidup kita, ngayah
menyenangkan, bila ingat musibah, ingat
menghilangkan rasa takut, membuat
pula berkah yang dimiliki selama
pikiran terfokus, tindakan bermakna
menjalani kehidupan. Bila ingat ada yang
dalam hidup dan kegembiraan jangka
melukai, ingat pula ada banyak orang yang
panjang. Jika setiap orang dalam
menyayangi. Dengan keseimbangan
masyarakat hidup di “saat ini” dan jika
seperti ini, kita bisa terbang ringan seperti
kita mampu menerima orang apa adanya,
laying-layang saat badai/angin kehidupan
tidak akan ada masalah di dunia ini, tidak
datang menerjang.
ada perselisihan. Tentu ini tidak mudah,
Lingkungan sangat mempengaruhi marilah kita berlatih semoga bisa paling
tingkat pertumbuhan batin, untuk itu tidak mengurangi penderitaan.
pilihlah lingkungan yang mendukung
bertumbuhnya benih-benih indah di
dalam. Hindari percakapan yang beracun. *Made Mariana, Al Dannah City, Abu
Perbincangkan hal-hal yang menyirami Dhabi, UAE – Jan 2024.
benih indah di dalam. Seperti rasa syukur
dan terimakasih, jadikanlah ia kebiasaan --- ॐ ---
dengan melakukannya berulangkali

66 Edisi 001 / Februari 2024


JALAN MENUJU
KELUARGA SUKINAH
Penulis: I Wayan Laba

Keluarga yang sukinah dan anak yang suputra menjadi dambaan semua umat Hindu.
Untuk menuju ke sana, pernikahan yang berlandaskan hukum agama dan negara mesti
menjadi titik awalnya. Cara pernikahan yang baik juga harus menjadi pilihannya.

M anusia adalah makhluk sosial


sebagai bagian dari warga
masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa
tangga), Wanaprastha (tingkatan kehi-
dupan melepaskan diri dari ikatan
keduniawian), dan Biksuka (tingkatan
kehidupan mengabdi pada nilai-nilai
hidup sendiri, atau tidak bisa mencukupi keutamaan dharma). Pada jenjang kehi-
kebutuhan sendiri tanpa orang lain, dupan Grehastha seseorang akan mencari
karena antara diri sendiri dan orang lain kekayaan (artha) untuk meme-nuhi
saling membutuhkan. Kita harus bersama- keinginannya (kama) dan menikmati
sama berupaya untuk mencapai tujuan kehidupan, berdasarkan dharma untuk
hidup di dunia. Dan hidup bersama itu selanjutnya menuju kebebasan/kelepasan
dimulai dari pernikahanan untuk (moksa).
membentuk keluarga yang merupakan Menurut Sudarma yang dikutip Ketut
kelompok sosial terkecil. Nuasa dalam Widya Kerta Jurnal Hukum
Pernikahan dalam ajaran Hindu Agama Hindu Vol. 3 No. 2, 2020, pada
merupakan “garis start” dari jenjang pernikahan terdapat tiga aspek penting
kehidupan kedua dari empat jenjang yang akan dicapai. Ketiga aspek tersebut
kehidupan yang disebut dengan Catur meliputi aspek sosial, aspek agama, dan
Ashrama. Keempat jenjang kehidupan itu aspek hukum. Dilihat dari aspek sosial,
adalah Brahmacari (masa mencari ilmu), pernikahan merupakan dasar pemben-
Grehastha (tahapan kehidupan berumah tukan keluarga, dan akan terjadi peru-

Edisi 001 / Februari 2024 67


bahan sosial dari hidup membujang waris dan sebagai generasi penerus.
(sendiri) menjadi hidup bersama
(berumah tangga) dalam masyarakat. Dari Melibatkan Tiga Saksi
aspek agama, pernikahan merupakan
ikatan yang mulia dan suci, menentukan Di kalangan orang Bali, pernikahan
syahnya perkawinan, menghindarkan dikenal dengan istilah pawiwahan.
manusia dari perbuatan yang tidak baik Berdasarkan etimologi (asal-usul kata)
atau yang tidak diinginkan, seperti kata pawiwahan berasal dari kata wiwaha
dalam Bahasa Sansekerta yang
artinya pesta pernikahan. Upacara
wiwaha adalah puncak pelaksa-
naan Manusa Yadnya (penyucian
diri) yang merupakan bagian dari
Panca Yadnya. Oleh karena itu,
pernikahan haruslah berpedoman
dan mengikuti syarat-syarat yang
telah ditentukan di dalam hukum
Hindu. Upacara pernikahan yang
sesuai ajaran Hindu akan mampu
membuat manusia menjadi lebih
baik, yang nantinya akan berpe-
ngaruh pada kehidupan sosialnya.
Sebagai bagian dari warga
sebuah negara, tentu pernikahan
harus berlandaskan hukum negara.
Microsoft Bing AI generated images Di Indonesia, pernikahan diatur
berdasarkan Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974
perzinaan dan pemerkosaan. Rumah (Bab I, pasal 1 & 2). Pada undang-undang
tangga yang dibentuk sebagai hasil dari tersebut, dinyatakan, menurut hukum
pernikahan diharapkan dapat mengha- masing-masing agama dan keperca-
silkan keturunan untuk menghindarkan yaannya, perkawinan ialah ikatan lahir
manusia dari kepunahan. Terakhir, dari batin antara seorang pria dengan seorang
aspek hukum, pernikahan merupakan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
perbuatan hukum yang menimbulkan hak membentuk keluarga (rumahtangga) yang
dan kewajiban, berkaitan dengan ahli bahagia dan kekal berdasarkan ke-

68 Edisi 001 / Februari 2024


Ttuhan-an Yang Maha Esa. perkawinan, mengusahakan dengan tidak
jemu-jemunya supaya mereka tidak
Sementara itu, sebagai umat beragama,
bercerai dan jangan hendaknya melanggar
pernikahan haruslah berdasarkan hukum
kesetiaan antara satu dengan yang lain.
agama itu sendiri, yakni kitab suci. Pada
Selanjutnya, pada Veda Smrti. IX. 101
ajaran Hindu, perihal pernikahan ini
disebutkan, hendaknya supaya hubungan
tercantum pada Veda Shruti dan Veda
yang setia berlangsung sampai mati. Hal
Smrti. Seperti dikutip Pan Kania dalam
ini harus dianggap sebagai hukum
buku Menuju Keluarga Sejahtera dengan
tertinggi sebagai suami-istri. Selain itu, Ida
Sanathana Dharma, pada Veda Smrti. IX.
Pedanda Gde Nyoman Jelantik Oka dalam
102 dinyatakan, hendaklah laki-laki dan
buku Sanatana Hindu Dharma, mengutip
perempuan yang terikat dalam ikatan

MENAPAKI JENJANG HIDUP CATUR AŚRAMA


Berumah tangga merupakan salah satu jenjang kehidupan manusia. Ajaran Hindu menyatakan bahwa
jenjang kehidupan berkeluarga tersebut dikenal sebagai Grehastha. Secara lengkap, Hindu membagi
jenjang kehidupan sejak lahir sampai meninggal menjadi empat tahapan, yang disebut Catur Ashrama.
Keempatnya adalah Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha, dan Biksuka/Saniyasin.

Brahmacari adalah tahapan kehidupan awal, yang tugasnya untuk menuntut ilmu, sejak tingkatan
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, yakni pada kisaran umur antara umur antara 5 - 30 tahun.
Namun, bukan berarti ketika sudah memasuki Grhastha proses belajar harus terhenti. Proses belajar
tetap dapat dilanjutkan sesuai kemampuan bahkan sampai ajal menjemput.

Grehastha adalah masa berumahtangga. Pada masa ini seseorang akan mencari kekayaan (artha)
untuk memenuhi keinginannya (kama) dan menikmati kehidupan, berdasarkan dharma. Memperoleh
kekayaan harus dengan cara yang baik dan benar (berdasarkan dharma), selanjutnya menuju
kebebasan/kelepasan (moksa).

Wanaprastha adalah tahapan seseorang mulai mengurangi keinginan secara bertahap, mencari
ketenangan yang nantinya setelah mengalami kehidupan berulang-ulang, sehingga akhirnya dapat
mencapai kelepasan (moksa).

Biksuka adalah tingkat kehidupan dimana seseorang tidak terikat dengan hawa nafsu, tidak terikat
dengan materi keduniawian, selalu mengabdi kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan seluruh ciptaan-
Nya, tanpa memiliki harta benda yang bersifat keduniawian. Makan pun seadanya dan ditanggung oleh
umat. Pada umumnya seseorang memasuki kehidupan pada tahapan ini pada usia lanjut.

Edisi 001 / Februari 2024 69


Rg. Weda X 85. 23 yang berbunyi Ya, para kesaksian, yaitu Bhuta saksi (upacara
dewata, semoga kehidupan perkawinan mabyakala), Dewa saksi (upacara natab
kami berbahagia dan tentram. Beliau juga banten pawiwahan, mapiuning di
mengutip Rg. Weda X 85. 47 yang Pamerajan), dan Manusa saksi (dengan
berbunyi, Semoga para dewata dan apah hadirnya prajuru adat, kerabat, dan sanak
mempersatukan hati kami, suami-istri. keluarga, serta undangan lainnya).
Menurut Ida Pedanda Gde Nyoman Menurut Koentjaraningrat dalam buku
Jelantik Oka, kedua insan yang menikah Kebudayaan Mentalitas dan Pemba-
dianugerahi cinta dan kasih sayang oleh ngunan, upacara adalah serangkaian
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai tindakan terkait dengan aturan, sistem,
perwujudan kasih sayang-Nya kepada adat istiadat, agama dan kepercayaan,
semua ciptaan-Nya. Semua yang ada di sedangkan upacara adat adalah acara yang
alam dan berlangsung berdasarkan cinta dilakukan dengan dihadiri oleh saudara,
kasih yang melimpah. Oleh karena itu kerabat, pengurus lingkungan, para
cinta kasih hendaknya digunakan untuk undangan, sehingga dinilai dapat mem-
melaksanakan dharma sebagai pedoman buat masyarakat merasa ada kebangkitan
hidup. dalam diri mereka. Dengan demikian,
upacara pawiwahan adalah upacara sakral
Pada ajaran Hindu, pelaksanaan
dalam hubungan laki-laki dan perempuan,
upacara pawiwahan melibatkan tiga
yang mengikatkan diri secara lahir batin
dalam perkawinan sebagai suami-istri,
membentuk rumahtangga (sebuah
keluarga) yang harmonis, sejahtera, dan
bahagia melalui pembersihan diri secara
skala-niskala.

Keluarga yang Sukinah dan Anak yang


Suputra
Pernikahan dikatakan sah jika telah
dilaksanakan menurut hukum agama,
melalui suatu proses ritual secara religius
sesuai dengan kebiasaan (dresta) daerah
setempat menurut keyakinan dan keperca-
Microsoft Bing AI generated images
yaan dari kedua mempelai. Menurut
ajaran Hindu pengesahan pawiwahan

70 Edisi 001 / Februari 2024


dilakukan melalui upacara yang dipimpin kepada para guru (Rsi-rna), dapat membe-
oleh sulinggih/pemangku atau pandita/ baskan/ menyeberangkan leluhurnya dari
pinandita. Diharapkan, pernikahan yang neraka/kegelapan. Keempat, rati yaitu
dijalankan dengan cara demikian mengha- dapat menikmati kepuasan seksual dan
silkan keluarga sukinah, yaitu keluarga kepuasan-kepuasan lainnya (artha dan
bahagia dan sejahtera lahir-batin, mampu kama), selama hidupnya, yang tidak
memenuhi hajat spiritual dan material bertentangan dan berlandaskan dharma.
secara layak dan seimbang. Keluarga Terakhir, untuk meneruskan tanggung-
sukinah juga penuh rasa sayang di antara jawab (swadharma) terhadap keluarga dan
keluarga dan lingkungan menciptakan masyarakat.
suasana harmonis, mengamalkan dan
memperdalam serta melaksanakan ajaran- Delapan Cara Menikah
Nya melalui peningkatan saradha bhakti
kepada-Nya. Keluarga demikian juga biasa Menurut Manawa Dharmasastra,
disebut keluarga satyam, sivam, sundaram terdapat delapan cara seseorang laki-laki
(kebenaran, kebajikan, sejahtera), keluarga mempersunting seorang wanita untuk
yang memberikan manfaat dan hasil dijadikan istri. Tentu saja cara-cara
perbuatan (karmapala) bagi keluarga tersebut beragam dari yang paling bagus
dalam melaksanakan dharma agama dan atau ideal sampai yang paling tercela atau
dharma negara. jelek. Ke-delapan cara pernikahan tersebut
adalah:
Bila diuraikan, pawiwahan memiliki
lima tujuan. Pertama, untuk melaksa- (1) Brahma wiwaha, yaitu pernikahan
nakan dan mewujudkan dharma di dunia yang dilaksanakan dengan cara
atas petunjuk dan kehendak Ida Sang orangtua seorang gadis memberikan
Hyang Widhi Wasa. Kedua, untuk anak gadisnya kepada pria pilihan
dharmasampati, yaitu kedua mempelai orang tuanya yang dikenal berbudi
secara bersama-sama melaksanakan luhur atau ahli Veda. Pernikahan
dharma yang meliputi semua aktivitas dan dengan cara ini dapat terjadi karena
kewajiban agama, antara lain melaksa- kedua keluarga sudah saling
nakan yajña. Ketiga, praja, yaitu melahir- mengenal. Inilah pernikahan yang
kan keturunan yang akan melanjutkan paling ideal atau yang paling baik.
amanat dan kewajiban kepada leluhur, (2) Daiwa wiwaha, adalah bentuk
melalui yajña dan lahirnya putra yang pernikahan yang dilakukan dengan
suputra. Seorang anak yang suputra akan memberikan seorang wanita kepada
dapat melunasi hutang jasa kepada leluhur seorang pemuda atau pendeta yang
(Pitra-rna), kepada Dewa (Dewa-rna) dianggap sudah berjasa berbuat

Edisi 001 / Februari 2024 71


kebaikan. Pernikahan ini bisa dikata- orangtua si gadis, dapat dinilai
kan sama baiknya dengan yang sebagai unsur paksaan. Padahal di
pertama, karena pemuda atau antara keduanya sudah saling
pendeta tersebut dinilai dapat melin- mencitai.
dungi dan menyayangi istrinya, serta (6) Gandharva wiwaha, adalah bentuk
dikenal membuat jasa baik di masya- perkawinan berdasarkan cinta sama
rakat. cinta. Kedua belah pihak orangtua
(3) Rsi/Arsa wiwaha, adalah bentuk tidak ikut campur, meskipun mereka
pernikahan yang terjadi karena suka memaklumi dan mengetahui.
sama suka di antara kedua mempelai Pernikahan seperti ini di Bali dikenal
(atas kehendak kedua belah pihak dengan merangkat/ngerorod atau
keluarga laki-laki dan perempuan), kawin lari. Mungkin ada dari pihak
dengan menyerahkan sapi atau lembu wanita tidak setuju dengan calon
menurut kitab suci. Pernikahan ini suami, atau mungkin masalah
juga dinilai baik, sebab tidak ada penghematan biaya pernikahan.
paksaan dari kedua calon mempelai, (7) Raksasa wiwaha, adalah bentuk
maupun kedua orangtua mereka. pernikahan, dengan cara seorang
(4) Prajapati wiwaha, adalah bentuk laki-laki mengambil paksa wanita
pernikahan, dengan cara orangtua dengan kekerasan. Mungkin terjadi
memberikan anak perempuannya perkelahian antara si gadis dengan si
setelah menasihati kedua mempelai pria. Perkawinan semacam ini di Bali
untuk menjalani pernikahan dengan disebut mlegandang. Bentuk
baik, disertai doa semoga keduanya pernikahan ini dinilai buruk sekali,
dapat melaksanakan dharma sebab si gadis dipaksa mengikuti si
bersama-sama. Pernikahan ini terjadi laki, melanggar tata-susila agama, dan
sebagai bentuk penghargaan kepada menghina harkat/kedudukan/
calon suami. Perkawinan ini juga martabat dan kehormatan wanita.
dinilai cukup baik. Jika dilihat dari segi hukum, bentuk
pernikahan tersebut merupakan
(5) Asura wiwaha, adalah bentuk
pelanggaran hak azasi manusia. Pihak
pernikahan dengan cara seorang laki-
keluarga si gadis yang merasa terhina,
laki menerima wanita menjadi
direndahkan martabatnya, bisa
istrinya setelah ia memberi harta
menuntut melalui jalur hukum atau
sebanyak yang diminta oleh pihak
kekerasan.
wanita. Keharusan pihak pria
memberikan harta kepada pihak (8) Paisaca wiwaha, adalah bentuk

72 Edisi 001 / Februari 2024


pernikahan yang terjadi karena keluarga besar si gadis.
seorang laki-laki memperkosa gadis Berdasarkan delapan cara pernikahan
ketika tidur atau dengan cara di atas, Asura Wiwaha, Raksasa Wiwaha,
memberi obat hingga mabuk. Bentuk dan Paisaca Wiwaha mengandung unsur
pernikahan ini sangat jelek/tercela, paksaan, serta melanggar tujuan dan
sebab sangat jelas adanya unsur bimbingan agama. Maka, ketiga bentuk
penipuan, menyakiti, dan melanggar pernikahan tersebut dilarang untuk
susila. Bentuk perkawinan ini dilakukan.
menentang agama, hak azasi
manusia, dan menghina orangtua dan --- ॐ ---

Microsoft Bing AI generated images

Edisi 001 / Februari 2024 73


RUANG TOKOH
Pengantar Redaksi:
Rubrik Tokoh ini dimaksudkan untuk menampilkan kehidupan di jalan spiritual dari tokoh Hindu,
yang bisa diambil sebagai teladan bagi para pembaca. Tokoh yang ditampilkan bisa dari tokoh
Hindu berasal dari Bali, Indonesia, maupun India, tergantung dari sumber yang tersedia, dan tidak
bermaksud untuk secara khusus mengaitkan rubrik ini kepada salah satu sampradaya saja. Redaksi
menerima sumbangan bahan artikel ataupun tulisan mengenai tokoh Hindu yang dimaksud, yang
akan dijadikan sebagai salah satu sumber dalam tulisan di Rubrik ini.

Swāmi Vivekānanda
(Biografi bagian – 1)

Penulis: Wayan Gemuh K.

Seorang sanyāsī muda, dengan perpaduan kecerdasan sains dan kecerdasan spiritual serta
kepribadian yang menyenangkan, dari India menyeberangi samudera ke Amerika,
mempromosikan spiritualitas Timur (advaita vedānta) yang rasional namun humanis
(universal) ke dunia/spiritualitas Barat (budaya modern), dengan piawai dan tata kata
yang menyejukkan menyebarkan ajaran dan menyerukan (terutama kepada para
misionaris yang mengkonversi umat Hindu di India) bahwa kemanusiaan (tanpa
memandang sekat identitas) adalah ke-Tuhan-an tertinggi. Pelayanan kepada manusia
dengan cinta kasih spiritual, adalah bhakti yang sesungguhnya. Hal ini menjawab
kebutuhan negaranya (India) saat itu, yang membutuhkan pertolongan (dari dunia Barat)
untuk mengentaskan kemiskinan, bukan membawa agama baru ke India (karena mereka
sudah punya agama).

K
isah kehidupan (biografi) Nikhilānanda (Ramakrishna-Vivekānanda
Swāmi Vivekānanda ini ditulis Center, New York), dan yang ditulis serta
berdasarkan dua sumber yaitu diterbitkan oleh Vivekānanda
biografi yang ditulis oleh Swāmi International Foundation of New Delhi.

74 Edisi 001 / Februari 2024


Penulis sisipkan beberapa pandangan kemanusiaan. Gelar swāmi, merupakan
penulis dikaitkan dengan ajaran dari gelar kehormatan yang diberikan di India
Bhagavad-Gītā. Namun, untuk menjaga kepada orang yang sudah maju di jalan
otentitas biografi ini, hampir sebagian spiritual melalui berbagai bentuk peng-
besar tulisan ini merupakan terjemahan gemblengan batin, dan telah memiliki
bebas dari dua sumber tersebut. pengetahuan suci (jñāna) yang tinggi
terutama pengetahuan mengenai Sang
Kehidupan Swāmi Vivekanānda yang
Diri Sejati (ātmavidyā) dan pengetahuan
tergolong singkat yaitu tiga puluh
mengenai Brahman (brahmavidyā), serta
sembilan tahun (Januari 1863- Juni 1902)
telah mengimplementasikan (mereali-
namun penuh dengan arti, di mana beliau
sasikan) pengetahuan tersebut ke dalam
dalam usia sangat muda sudah menjadi
kehidupannya sehari-hari. Seorang swāmi,
seorang sanyāsī, sangatlah sayang kalau
pada umumnya juga disebut sebagai
kisah kehidupan beliau dipaparkan hanya
seorang sādhu, dan sekaligus adalah
berupa ringkasan, karena sangat banyak
seorang guru spiritual (ācārya), dan telah
yang dapat dijadikan teladan, baik dari
memilih jalan sebagai seorang sanyāsī.
(bahkan) beliau sebelum lahir, sampai
dengan meninggalkan dunia ini. Untuk
itu, penulis akan menampilkan biografi
Swāmi Vivekānanda secara bersambung
dalam beberapa kali penerbitan majalah
ini.

Lahir dan Besar di India Namun Terkenal


Sampai ke Dunia Barat
Swāmi Vivekānanda, walaupun beliau
lahir dan besar di India serta menjalani
penggemblengan di jalan spritual di India,
atau dapat dikatakan sebagai orang yang
ke-India-annya sangat kental, namun
beliau tidak hanya terkenal di India tetapi Microsoft Bing AI generated images

juga di Amerika selama dekade terakhir


abad kesembilan belas dan dekade Swāmi Vivekānanda yang awalnya
pertama abad kedua puluh, terutama tidak dikenal ini, tiba-tiba menjadi terke-
karena kepribadian beliau yang sangat nal di Parlemen Agama-Agama yang di-
inspiratif di bidang spiritual dan adakan di Chicago pada tahun 1893, di

Edisi 001 / Februari 2024 75


mana beliau mewakili agama Hindu. dalam Upaniṣad yang sari-sari ajarannya
Pengetahuannya yang luas tentang tertuang dalam kitab Bhagavad-Gītā.
budaya Timur dan Barat serta wawasan Namun menurut Anil Sooklal, ajaran
spiritualnya yang mendalam, Swāmi Vivekānanda adalah tergolong
kepiawaiannya yang luar biasa dalam neo-Vedānta yaitu "memadukan Dvaita
berbicara baik secara lisan maupun (dualisme) dan Advaita (non-
dalam bentuk tulisan, kemampuannya dualisme)," memandang “semuanya
yang cemerlang dalam berkomunikasi, adalah Brahman, hanya ada Brahman
simpatinya pada tak ada yang lain,” namun
kemanusiaan yang luas, "Brahman juga saguṇa
kepribadian yang dan nirguṇa."
penuh warna, dan Swāmi
sosoknya yang Vivekānanda
tampan, semua itu berusaha tidak
menjadi daya hanya membuka
tarik yang sangat tetapi juga
tinggi bagi meningkatkan
berbagai tipe dan memperluas
orang Amerika kesadaran keaga-
yang berjumpa
Microsoft Bing AI generated images maan orang Amerika
dengannya. Orang- melalui ajaran filsafat
orang yang pernah Vedānta yang rasional dan
berjumpa ataupun pernah humanistik. Di Amerika, ia
mendengar nama Vivekānanda sekali pun, menjadi duta spiritual India dan dengan
masih mengingatnya setelah lebih dari piawai menye-rukan agar ada pemahaman
setengah abad, dan bahkan sampai yang lebih baik antara India dan Dunia
sekarang, ajaran-ajaran dari Swāmi Modern guna menciptakan pemahaman
Vivekānanda banyak diikuti oleh dan kerjasama yang sehat antara Timur
masyarakat dunia secara luas. dan Barat, antara agama dan sains.
Di Amerika, misi Vivekānanda adalah Di tanah airnya sendiri, Swāmi
memberikan interpretasi baru terhadap Vivekānanda dianggap sebagai seorang
budaya spiritual India, khususnya dengan sanyāsī patriot di era India modern dan
latar ajaran Advaita Vedānta. Vedānta inspirator bagi kesadaran nasionalnya
adalah ajaran tertinggi dari Veda, atau yang terbengkalai. Kepada umat Hindu ia
ajaran inti dari Veda, atau ajaran akhir mengajarkan untuk menyeimbangkan
dari Veda, Veda-Anta, yang terdapat

76 Edisi 001 / Februari 2024


antara pemenuhan kebutuhan badan kesempatan untuk istirahat dalam
fisik, pikiran dan jiwa. Pelayanan pergolakan antara kontemplasi kepada
kepada manusia sebagai manifestasi Tuhan dan pelayanan kepada manusia.
nyata dari ke-Tuhan-an adalah bentuk Dalam keadaan seperti itu, dia memilih
dari bhakti yang dianjurkannya bagi orang untuk memenuhi panggilan yang lebih
India, yang waktu itu tenggelam pada tinggi, yaitu melayani umat manusia
ritual dan mitos kepercayaan kuno sebagai misinya di Bumi. Pilihannya ini
mereka. Banyak pemimpin politik India telah membuatnya disayangi oleh orang-
yang secara terbuka mengakui hutang orang di Barat, khususnya Amerika.
mereka kepada Swāmi Vivekānanda. Dalam masa hidupnya yang singkat,
Misi Swāmi Vivekānanda bersifat yaitu tiga puluh sembilan tahun (1863-
nasional dan internasional. Sebagai 1902), dimana hanya sepuluh tahun yang
seorang yang memiliki rasa kemanusiaan dicurahkan untuk aktivitas biasa – dan
yang tinggi, beliau berusaha untuk mem- juga, di tengah penderitaan fisik yang
promosikan perdamaian dan persauda- akut – ia mewariskan empat karya
raan antar umat manusia di atas landasan klasiknya kepada generasi penerus: Jnana
Vedānta yaitu ajaran vasudhaiva -Yoga, Bhakti-Yoga, Karma-Yoga, dan
kuṭumbakam. Sebagai seorang spiritualis Raja-Yoga, semuanya merupakan śāstra
tingkat tertinggi, Swāmi Vivekānanda yang luar biasa dalam memformulasikan
memiliki pengalaman Kesejatian yang filsafat Hindu (ajaran Upaniṣad) menjadi
langsung dan intuitif. Ia memperoleh ide-
idenya dari sumber pengetahuan (jñāna)
yang tiada habisnya dan sering kali
menyajikannya dalam bahasa puisi yang
menggugah jiwa.
Seperti Gurunya (Śrī Rāmakṛṣṇa
Paramahaṃsa) pikiran Swāmi
Vivekānanda melayang melampaui dunia
dan melupakan dirinya sendiri dalam
kontemplasi terhadap Yang Absolut.
Namun bagian lain dari kepribadiannya
akan mudah menjadi sangat tersentuh dan
menderita saat melihat penderitaan
manusia di Timur dan Barat. Tampaknya
pikirannya jarang menemukan

Edisi 001 / Februari 2024 77


terstruktur, jelas, dan berbentuk tuntunan Amerika dan belahan dunia lain.
pelaksanaan. Selain itu, beliau
menyampaikan ceramah yang tak Tahun-tahun Awal
terhitung banyaknya, menulis surat-surat
yang menginspirasi dengan tangannya Masa kecil Swāmi Vivekānanda,
sendiri kepada banyak teman dan penuh dengan gejolak pikiran yang tiada
muridnya, menyusun banyak puisi, dan henti untuk terus mencari Kesejatian,
bertindak sebagai pembimbing spiritual mencari apa itu Tuhan. Pada bagian-2
bagi banyak pencari Kesejatian yang biografi ini, akan penulis paparkan
datang kepadanya untuk meminta kehidupan masa kecil dan pertemuannya
petunjuk. Ia juga mendirikan organisasi dengan (yang akhirnya menjadi Guru
persatuan bagi para pendeta Hindu di sucinya yaitu) Śrī Rāmakṛṣṇa
jalan Ramakrishna, yang merupakan Paramahaṃsa, serta perjalanannya sampai
organisasi keagamaan paling menonjol di menjadi seorang sanyāsī muda.
India modern. Ini didedikasikan untuk (Bersambung)
penyebaran budaya spiritual Hindu tidak
hanya di tanah air Swāmi, tetapi juga di
--- ॐ ---

78 Edisi 001 / Februari 2024


WIDYA CARITA

CALONARANG
Penulis: I G. Putu Gede

Banyak kisah tentang Calonarang, sebuah cerita tentang kesaktian dan ilmu hitam yang
awalnya sangat mungkin dimaksudkan untuk pendidikan dan meningkatkan kesadaran.
Banyak versi dan penyesuaian/perubahan yang telah dilakukan, untuk kepentingan yang
lebih spesifik. Di Bali cerita Calonarang (versi tertentu), populer dipentaskan dalam seni
wayang dan seni tari yang penuh nuansa magis. Naskah asli cerita Calonarang ditulis oleh
Mpu Bharadah (adik Mpu Kuturan) berkaitan dengan janda Dirah (istri Mpu Kuturan).
Saat ini banyak terdapat variasi versi-versi lain mengenai kisah Calonarang ini.

A
lkisah karena ditinggalkan oleh dengan cerita sebagai berikut (versi di
suaminya, janda Dirah sangat Bali). Di kerajaan Padegelan terlahir dua
kecewa, kemudian dia mempe- anak kembar buncing (laki-perempuan)
lajari ilmu hitam dan mengancam rakyat berbentuk tidak normal. Karena dianggap
Daha. Raja Airlangga waktu itu mengutus dapat mencemarkan lingkungan
Mpu Bharadah untuk menemuinya dan (ngeletehing gumi), kedua bayi itu dibuang
menasihati Rondo Dirah. Setelah bertemu ke kuburan, diserahkan untuk hidup di
dan berbincang dengan Rondo Dirah, sana. Di tempat itu mereka dipelihara oleh
Mpu Bharadah kemudian menulis cerita makhluk-makhluk yang ada di sana. Yang
tentang Calonarang. Inti cerita dari kisah perempuan bernama Tanting Mas dan
Calonarang ini adalah: Orang yang men- yang laki-laki bernama Tanting Rat.
dalami kehidupan spiritual, tidak boleh
Tanting Mas bertapa di Pura
melupakan ada hal duniawi. Sebaliknya,
Kahyangan dan mendapat kesaktian ilmu
orang yang mendalami kehidupan
hitam dari Bhatari Durga. Ia kemudian
duniawi, tidak boleh melupakan ada hal
dikenal sebagai Calonarang. Tanting Rat
yang bersifat spiritual.
bersembahyang di pura Dalem, dan
Ada kisah yang menghubungkannya mendapat ilmu kependetaan (ilmu putih)

Edisi 001 / Februari 2024 79


dari Bhatara Siwa. Keduanya kemudian di mana śloka ke 400 dan seterusnya
berubah menjadi manusia biasa dan pergi dikhususkan untuk para Rsi yang telah
ke kerajaan Daha. meninggalkan kehidupan duniawi.
Peranan perempuan dalam śloka-śloka ini
Singkat cerita, Tanting Mas kemudian
terkesan sangat dilecehkan.
menjadi permaisuri Raja Dirah. Kemudian
Tanting Mas menjadi Rondo Dirah setelah Salah seorang yang membaca dan
suaminya terbunuh oleh ilmu hitamnya. terobsesi dengan isi Sārasamuccaya adalah
Tanting Rat menjadi pendeta kerajaan, Mpu Kuturan, yang kemudian meninggal-
berganti nama menjadi Mpu Peradah, kan istrinya dan pergi ke Bali. Rondo
yang juga dikenal sebagai Hyang Parama Dirah sangat kecewa, yang selanjutnya
Siwa. Cerita selanjutnya berupa intrik- oleh Mpu Bharadah dikarang buku
intrik untuk mengalahkan Calonarang, Calonarang.
juga melibatkan peranan kerajaan Kediri, Ingat pesan dari Calonarang adalah
dan tentunya peran Mpu Peradah. Cerita keseimbangan dunia spiritualitas dan
Calonarang yang dikaitkan dengan anak dunia duniawi. Dalam buku Tantra yang
Rondo Dirah bernama Ratna Mangali ditulus oleh Ketut Sadika cetakan IV,
yang mendapat dan mempunyai ilmu Maret 2023, disebutkan bahwa kekalahan
hitam yang kuat dari ibunya. Calonarang karena ia hanya mempelajari
Pesan cerita ini tentang keseimbangan/ ilmu kiri (kiwá). Ilmu kiri ini bertujuan
jalan tengah kehidupan spiritual dan untuk menyakiti orang lain. Sedangkan
duniawi. Pesan ini sekarang banyak Empu Bharadah mempelajari baik ilmu
dilupakan. Kembali sedikit ke latar bela- kanan (tengen) maupun ilmu kiri. Ilmu
kang ceritanya, pada masa kerajaan kanan bertujuan untuk kebaikan semua
Mataram di Jawa (Dharmawangsa Teguh), orang. Jadi harus ada keseimbangan dalam
banyak karya besar Hindu yang diter- mempelajari ilmu, yaitu ilmu material dan
jemahkan ke dalam bahasa Jawa Kawi spiritual. Seperti kalimat yang biasa kita
(Jawa Kuno). Di antaranya kitab dengar, agama tanpa ilmu adalah buta.
Sārasamuccaya karangan Maharesi Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Jadi
Katyayana (dikenal sebagai Vararuci). perlu keseimbangan.
Sārasamuccaya adalah karya besar --- ॐ ---
sebelum Bhagavad-Gītā. Berisi 511 śloka,

80 Edisi 001 / Februari 2024


WIDYA CARITA

SARINGAN TEPUNG
Penulis: I G. Putu Gede
Sekarang mungkin sudah tidak ada orang yang mengenal saringan tepung (sidi). Dulu
biasanya orang membuat tepung sendiri, sekarang kalau perlu tepung tinggal dibeli di
toko. Ini ceritera tentang saringan tepung.

S
eorang siswa dipanggil gurunya, an itu adalah dirimu. Sedangkan sungai itu
kemudian diberikan sebuah adalah alam semesta (Ishwara) yang dipe-
saringan tepung sambil berkata: nuhi oleh energi. Tubuhmu berada dalam
“Coba kamu penuhi saringan ini dengan lautan energi. Jenis energi apa yang dihi-
air.” Lalu dia berpikir bahwa mungkin sap oleh tubuhmu, tergantung dari dirimu
gurunya sudah pikun atau dia sengaja sendiri. Kamu bisa menghisap energi yang
mencoba dirinya apakah dia berpikir baik dan positif, juga bisa hanya sampah-
lurus. Dia berkata kepada gurunya: “Guru, sampah yang ada di air. Yang kamu hada-
saringan ini tidak mungkin diisi air hingga pi adalah “dunia perebutan energi” , orang
penuh karena saringannya ada lubang- menyebutnya “energy competitive world.”
lubangnya.” Niatkan mengambil energi hanya dari
Sang guru menoleh kepadanya dan ATAS, dari sumber energi yang tak
berkata: “Pikiranmu telah dipenuhi oleh terbatas, lalu saling memberi. Drama
berbagai pembatasan-pembatasan yang perebutan energi menjadi mencair. Yang
tidak perlu. Sekarang pergilah bersamaku, pertama-tama perlu dilakukan adalah
akan kutunjukkan bagaimana memenuhi mengirimkan “energi penuh kasih” dan
saringan ini dengan air.” Lalu mereka memusatkan perhatian kepada-Nya.
pergi ke sungai yang dalam, dekat tempat Apakah energi kita tidak akan tersedot
itu. Sampai di pinggir sungai, lalu saringan atau berkurang? Hukum dari energi suci
itu dilemparkan oleh gurunya ke dalam ini adalah: “Semakin sering dan banyak
sungai, saringan itu tenggelam dan guru- energi ini dipakai, semakin besar dan
nya berkata: “Nah, sekarang saringan itu cepat ia mengisi kembali. Semakin jarang
sudah penuh dengan air.” dan sedikit dipakai, semakin ditahan-
tahan, semakin sempit saluran lewat mana
Selanjutnya dalam perjalanan pulang,
ia mengalir.” --- ॐ ---
guru itu berkata pada muridnya: “Saring-

Edisi 001 / Februari 2024 81


SEPUTAR BANJAR-BOGOR

ruangan yang berada di Candi Śiva. Di


DHAMAYĀTRĀ KE CANDI ruangan-ruangan itu bersemayam arca
PRAMBANAN Śiva Mahadeva, Rsi Agastya, Ganeṣa, dan
Durga.
Tempek Bogor Kota, Banjar Suka Duka
Hindu Dharma Bogor, mengadakan Tujuan berikutnya dari dharmayātrā
kegiatan dharmayātrā ke Jawa Tengah dan tersebut adalah Pura Jagatnata
Yogyakarta pada Sabtu, 9 Desember 2023. Banguntopo. Pura berada di Kecamatan
Dharmayātrā diikuti oleh 36 orang warga Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah
Tempek Bogor Kota dan diisi dengan Istimewa Yogyakarta Kabupaten Bantul,
persembahyangan di Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, wilayah di
Jawa Tengah dan dua pura di Daerah mana terdapat 135 KK umat Hindu
Istimewa Yogyakarta. bermukim. Di pura yang dibangun pada
tahun 1975 dan menggunakan arsitektur
Tujuan pertama dharmayātrā adalah
gabungan Bali-Yogyakarta ini,
Candi Prambanan. Di candi Hindu
persembahyangan di-puput oleh Romo
terbesar di Indonesia yang dibangun pada
Jro Gde Dwija Achir Murti Adiwiyono.
abad ke-9 Masehi ini, peserta melakukan
Persembahyangan juga dihadiri tokoh
persembahyangan di depan Candi Śiva
Hindu Yogyakarta, Ibu Mudjirah, dan
yang merupakan candi utama. Persem-
pengurus pura.
bahyangan di-puput oleh Romo Pinandita
Bagyo Hadi, serta didampingi Romo Setelah mesimakrama sejenak, peserta
Pinandita Marsahid, Romo Pinandita meluncur ke pura yang baru selesai diba-
Purwanto, dan Romo Pinandita Prayoto. ngun di lingkungan Universitas Gajah
Usai bersembahyang, peserta diberi Mada. Di pura yang diberi nama (semen-
kesempatan untuk memasuki lima tara) Pura Sanatanagama ini peserta

82 Edisi 001 / Februari 2024


kembali bersembahyang yang di-puput Untuk meningkatkan persaudaraan di
oleh Bapak Mangku Dewa Putu Suarsha antara warga, secara rutin Pengurus
dan didampingi Bapak Mangku Dewa Tempek Parung, Banjar SDHD Bogor,
Ketut Mertha. mengadakan kegiatan simakrama bersama
seluruh warga tempek. Namun, sima-
Dharmayātrā yang kepanitiaanya
krama pada 21 Januari 2024 yang
diketuai oleh Bapak Nyoman Widiana ini
berlangsung di Pura Angkasa Amertha
dilengkapi dengan kunjungan ke dua situs
Dharma Jati, Bogor, boleh dibilang
bersejarah, yakni Candi Plaosan dan
istimewa. Pasalnya, selain dihadiri warga
Keraton Yogyakarta. Kunjungan ke Candi
dan pengurus tempek, simakrama juga
Plaosan dilakukan usai persembahyangan
dihadiri Ida Pandita Agung Putra Nata
di Candi Prambanan. Sementara, kunju-
Siliwangi Manuaba, Bapak Putu Wardana
ngan ke Keraton Yogyakarta dilakukan
(Ketua Banjar SDHD Bogor), Bapak I
pada 10 Desember 2023 pagi. (I Gede
Wayan Suastika (Ketua PHDI Bogor),
Agung Yudana)
Bapak Wayan Gelgel (Ketua PSN Kota
------------- ॐ ------------ Bogor), Bapak Made Soewecha (sesepuh
Banjar SDHD Bogor), dan Bapak I Wayan
Sulaba (Ketua Pura Angkasa Amertha
SIMAKRAMA BERSAMA IDA Dharma Jati)
PANDITA AGUNG PUTRA NATA Pada pertemuan tersebut Ida
SILIWANGI MANUABA Pandita menyampaikan banyak hal

Edisi 001 / Februari 2024 83


berkaitan dengan keberadaan Pura apa yang ditradisikan saat ini kepada
Angkasa Amertha Dharma Jati. Berkaitan anak-cucu. Beliau mengingatkan untuk
dengan desa kala patra dewa mawacara tidak meletakan sesuatu dengan tingkatan
beliau meyakini desa kala patra Bogor yang tinggi, namun generasi berikutnya
memiliki desa kala patra yang awal tidak dapat melanjutkannya.
kebijaksanaanya berasal dari tradisi yang Pada kesempatan tersebut, Bapak I
ada di Bogor dan Jawa Barat. Desa Wayan Sulaba, mewakili pengempon, juga
mawacara pun sama, apa yang ada di menyampaikan permohonan kepada Ida
lingkungan itu yang di-sungsung. Pandita untuk berkenan menjadi
Ida Pandita juga melihat ada padma manggala pura. Ida Pandita pun dengan
tunggal di Pura Angkasa Amertha kerendahan hati menerima permohonan
Dharma Jati. Menurut beliau, padma tersebut. (Gede Udiantara)
tunggal ini tidak perlu diubah. Mengapa? ------------- ॐ ------------
Karena ada śāstra yang menunjang, dan
śāstra tersebut diyakini benar.
Terkait dengan ngenteg linggih, ada tiga
hal yang Ida Pandita tekankan. Pertama,
upacara ini perlu dikembalikan ke umat
WIDYA ASRAMA SISWA
Pura Angkasa Amertha Dharma Jati. Apa PASRAMAN GIRI KUSUMA
yang dilakukan perlu sesuaikan dengan Untuk melahirkan duta dharma serta
adat tradisi Sunda dan/atau tradisi umat memperdalam dan mengembangkan
Bali yang ada di pura ini. Kedua, yajña pengetahuan dan keterampilan
yang dipersembahkan tidak menjadi keagamaan, siswa dari tiga pasraman di
beban bagi umat. Beliau mengajak umat Bogor mengikuti kegiatan Widya Asrama
untuk menyiapkan upakara dengan hati pada 15 - 17 Desember 2023. Ketiga
yang suci, mengadakan upacara dengan pasraman tersebut adalah Pasraman Giri
ketulusan yang baik, tidak dibuat-buat, Kusuma di Pura Giri Kusuma, Pasraman
tidak dipaksakan. Karena, apabila salah Bumi Nata Sakti di Pura Bumi Nata Sakti,
meletakan tradisi, maka akan salah dan Pasraman Atang Sanjaya di Pura
selanjutnya. Ida Pandita mengingatkan Angkasa Amertha Dharma Jati, Widya
untuk tidak meletakkan sesuatu yang akan asrama dengan tema Menjalin
memberatkan anak-cucu yang akan Kebersamaan Brahmacari untuk Masa
melanjutkan tradisi di Pura Angkasa Depan Hindu Indonesia ini dilakukan juga
Amertha Dharma Jati. dalam rangka memperingati Hari Raya
Yang ketiga, perlu melakukan estafet Saraswati. Pesertanya terdiri atas 15 siswa

84 Edisi 001 / Februari 2024


SD, 13 siswa SMP, 22 siswa SMA. Siswa Siswa SD belajar śloka di bawah
SD hanya berkegiatan pada 15 Desember bimbingan Bapak Gatot, belajar mekidung
2023 yang bertepatan dengan hari Raya di bawah bimbingan Ibu Ni Luh Win
Saraswati. Sedangankan siswa SMP dan Nuratini, dan bermain game bersama Ibu
SMA menginap berkegiatan hingga tgl 17 Ni Luh Puspasari dalam rangka sosialisasi
Desember 2023. pura ramah anak sebagai salah satu
Peserta Widya Asrama didampingi program PHDI. Sementara siswa SMP dan
oleh guru tiga pasraman di Bogor dan Ibu SMA mengikuti kegiatan debat
Ni Luh Puspasari (Pengurus PHDI Pusat, keagamaan bersama Ibu Adriani
Bidang Pemberdayaan Perempuan, Fransisca. Siswa SMP dan SMA juga
Pemuda dan Perlindungan Anak). Dari belajar lagu keagamaan bersama Bapak
para pendamping tersebut, mereka men- Agus Widodo. Pada hari terakhir, yang
dapat pembekalan terkait nilai-nilai ajaran merupakan hari Banyu Pinaruh, seluruh
Hindu, hak dasar dan kewajiban anak, life peserta berkesempatan untuk melukat di
skill, keterampilan berbicara di depan tujuh pancuran yang berlokasi di area
umum, disertai game/permainan yang Pura Melanting.
seru. Kegiatan ini terseleng-gara atas
kerjasama Pasraman Giri
Kusuma Bogor dengan
Seka Teruna Teruni Banjar
SDHD Bogor. (Adriani
Fransisca dan Ni Luh
Puspasari)
-------- ॐ --------

Edisi 001 / Februari 2024 85


KUIZ ASAH-PENGETAHUAN

APA NAMA PURA INI?


Nama pura ini menandakan bahwa patung harimau berwarna putih dan
lokasinya berada di luar Pulau Bali. Lokasi hitam. Candi ini dibangun untuk meng-
ini dipercaya sebagai lokasi kerajaan hormati seorang tokoh yang dipercaya
Hindu terakhir di Nusantara bersama mencapai mokṣa bersama prajuritnya di
Majapahit. Untuk mencapai pura ini, lokasi pura ini dibangun. Saat ini pura ini
umat Hindu dari Bali harus menempuh sudah dilengkapi Pura Melanting. Pura di-
perjalanan lebih dari 1.000 km. empon oleh tiga provinsi.
Pura ini berada di ketinggian 800 Dilihat dari luasnya, pura ini menjadi
meter di atas permukaan laut. Tepatnya, di pura terbesar di luar Pulau Bali atau pura
kaki sebuah gunung di mana di salah satu terbesar kedua setelah Pura Besakih.
bagiannya pernah terjadi kecelakaan pesa- Apa nama pura ini?
wat terbang Sukhoi Superjet 100 pada 9
Mei 2012 yang menewaskan 45 orang.
Pura mulai dibangun pada 1995 dan --- ॐ ---
pujawali pertamanya dilaksanakan pada
tahun 2005. Di Utama Mandala pura ini
terdapat bangunan candi lengkap dengan

Kirimkan jawaban Anda melalui e-mail:


giri.pustaka.bogor@gmail.com
dengan menyertakan nama dan alamat lengkap. Redaksi akan mengundi untuk
mendapatkan tiga pemenang. Nama pemenang akan diumumkan pada Majalah Giri
Pustaka edisi 002. Pemenang akan mendapatkan hadiah berupa cinderamata dari
Majalah Giri Pustaka.

86 Edisi 001 / Februari 2024


Edisi 001 / Februari 2024 87
88 Edisi 001 / Februari 2024

Anda mungkin juga menyukai