Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 7 NOMOR 1, November 2019

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri dalam Kehamilan

Ratih Kumala Fajar Apsari, Yusmein Uyun, Wahyu Suryasaputra


Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Operasi non-obstetri selama kehamilan menjadi tantangan bagi ahli anestesi. Tujuan utamanya adalah
untuk menjaga keselamatan ibu, mempertahankan kondisi kehamilan dan mencapai hasil janin terbaik.
Pilihan teknik anestesi dan pemilihan obat anestesi yang tepat harus berdasarkan indikasi untuk operasi,
jenis, dan lokasi prosedur bedah. Ahli anestesi harus mempertimbangkan efek dari proses penyakit itu
sendiri, mencegah kontraksi uterus serta menghindari persalinan prematur dan abortus. Keamanan janin
membutuhkan perhatian dalam pemberian obat-obatan yang berpotensi berbahaya serta harus menjamin
kelanjutan perfusi uteroplasenta yang adekuat. Sampai saat ini, belum ada obat bius yang terbukti berbahaya
bagi janin manusia. Keputusan untuk melanjutkan operasi harus dibuat oleh tim multidisiplin yang melibatkan
ahli anestesi, dokter kandungan, ahli bedah, dan perinatologis. Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui
perubahan fisiologis pasien hamil yang akan menjalani operasi non obstetri dan manajemen anestesi untuk
operasi non obstetri pasien hamil.

Kata kunci: anestesi, kehamilan; operasi non-obstetri; perkembangan janin; teratogenisitas

ABSTRACT
Non-obstetric surgery during pregnancy posts additional concerns to anesthesiologists. The chief goals are to
preserve maternal safety, maintain the pregnant state and achieve the best possible fetal outcome. The choice
of anesthetic technique and the election of appropriate anesthetic drugs should be guided by indication for
surgery, type, and site of the surgical procedure. Anesthesiologist must consider the effects of the disease process
itself and inhibit uterine contractions and avoid preterm labour and delivery. Fetal safety requires avoidance of
potentially dangerous drugs and assurance of continuation of adequate uteroplacental perfusion. Until date,
no anesthetic drug has been shown to be clearly dangerous to the human fetus. The decision on proceeding
with surgery should be made by multidisciplinary team involving anesthesiologists, obstetricians, surgeons
and perinatologists. This referral aims to discuss the physiological changes of pregnant patients who will
undergo non-obstetric surgery and anesthesia management for non-obstetric operations of pregnant patients.

Keywords: anesthesia; fetal development; non-obstetric surgery; pregnancy; teratogenicity

PENDAHULUAN Wanita hamil juga bisa menderita berbagai


Kehamilan ditandai dengan perubahan penyakit yang memerlukan intervensi bedah,
berbagai sistem pada tubuh, diantaranya sistem dengan perkiraan 2% membutuhkan prosedur
kardiovaskular, pernapasan, gastrointestinal, bedah non-obstetri selama periode antepartum.
hematologi, endokrin, saraf, dan ginjal yang Mortalitas dari prosedur pembedahan tersebut
memengaruhi kondisi medis yang sudah ada dan diperkirakan 0,006-0,25%. Beberapa penelitian
membuat penilaian klinis lebih kompleks dan menunjukkan adanya peningkatan morbiditas dan
menantang. Beberapa penelitian menunjukkan mortalitas terhadap ibu maupun janin pada operasi
bahwa kehamilan mempengaruhi respon tubuh non obstetrik dalam kehamilan.1
terhadap penyakit.1

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

Manajemen anestesi perioperatif yang Tabel 1. Angka kejadian pembedahan pada


optimal pada operasi non-obtertri dalam kehamilan.4
kehamilan memerlukan pemahaman menyeluruh Penyakit Angka Kejadian
Appendiksitis 1 dalam 1500-2000 kehamilan
tentang fisiologi ibu dan janin, perubahan obat
farmakodinamik dan farmakokinetik serta Kholesistitis 1 dalam 1600-10.000 kehamilan

pendekatan psikologis terhadap pasien hamil Obstruksi Usus 1 dalam 3000 kehamilan
yang harus diberi konseling secara hati-hati Kanker Serviks 1 dalam 2000-2500 kehamilan
mengenai risiko dan manfaat dari prosedur yang Kanker Payudara 1 dalam 3000 kehamilan
akan dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk Melanoma 2,8 dalam 1000 kelahiran
memberikan anestesi yang aman untuk ibu sekaligus
Kanker Ovarii 1 dalam 20.000-30.000 kehamilan
meminimalkan risiko persalinan prematur atau
kematian janin. Hubungan multidisiplin antara
Kepentingan ibu harus selalu diprioritaskan
dokter bedah, anestesi, dan kandungan sangat
karena dengan penanganan yang tepat bagi ibu
penting untuk memastikan kondisi janin dan ibu
biasanya akan menguntungkan juga terhadap janin.4
selama periode perioperatif. Hasil akhir terhadap
Referat ini bertujuan membahas mengenai
ibu dan janin tergantung pada manajemen dari
perubahan fisiologis pasien hamil yang akan
masing-masing proses perjalanan penyakit bedah
menjalani operasi non-obstetri dan manajemen
dan anestesi.2
anestesi untuk operasi non-obstetri pasien hamil.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada
ibu hamil menimbulkan banyak hal yang harus
PERUBAHAN FISIOLOGIS/ ANATOMIS
diwaspadai mengenai keadaan ibu dan janin selama
Perubahan pada Kardiovaskular
pembedahan. Risiko bagi janin meliputi pengaruh
Curah jantung pada wanita hamil meningkat
terhadap proses penyakit tersebut maupun terapi
sebesar 50% dan puncaknya pada akhir trimester
terkait, teratogenitas obat anestesi, gangguan
ke-2. Hal ini disebabkan oleh peningkatan denyut
dalam perfusi uteroplasenta atau gangguan
jantung (25%) dan isi sekuncup (30%). Peningkatan
oksigenasi janin dan resiko aborsi atau kelahiran
denyut jantung merupakan respon refleks terhadap
prematur. Pasien hamil yang membutuhkan
Systemic Vascular Resistance (SVR) yang menurun
tindakan pembedahan datang dengan kecemasan
disebabkan oleh sirkulasi estrogen dan progesteron.
yang tinggi. Kondisi tersebut mengharuskan dokter
Kompresi vena kava inferior menyebabkan
anestesi untuk dapat memberi konseling yang baik
penurunan aliran balik vena dan preload, yang
serta menguasai tindakan anestesi pada ibu hamil.3
mengurangi curah jantung hingga 20% yang disebut
Semua gangguan pencernaan dapat terjadi
sindrom supine hipotensi. Hal ini dapat mengurangi
selama kehamilan dan 0,5-1% diantaranya
aliran darah ke rahim, yang bisa menyebabkan
memerlukan operasi. Secara umum, prinsip-
gawat janin.5
prinsip dalam mendiagnosis dan memperlakukan
Kompresi aortocaval semakin terlihat secara
wanita hamil dengan tidak hamil adalah sama
klinis sekitar umur 20 minggu kehamilan. Hal ini
pada pembedahan dalam kasus kegawatan akut
dapat diatasi dengan kemiringan lateral kiri 15
abdomen. Namun, terdapat beberapa perbedaan
derajat, yang penting pada semua pasien hamil
penting antara pasien hamil dan tidak hamil yang
setelah 20 minggu. Hal ini sangat penting untuk
dapat menyebabkan beberapa kesulitan dalam
diingat ketika pasien berada di bawah pengaruh
pengelolaan pasien bagi dokter kandungan ataupun
anestesi regional/ analgesia dimana dapat terjadi
dokter bedah. Kejadian penyakit pada kehamilan
hipotensi yang disebabkan oleh blok simpatis.5
yang memerlukan pembedahan tercantum dalam
Terjadi peningkatan volume darah pada
Tabel 1.4
kehamilan antara 35-50% pada kondisi aterm.
Peningkatan terdiri dari volume plasma dan volume

68
Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri ...

sel darah merah, tetapi peningkatan lebih besar diameter endotrakeal tube yang lebih kecil. Intubasi
pada volume plasma yang mengarah ke anemia nasal harus dihindari karena vaskularisasi yang
karena hemodilusi. Penurunan viskositas darah meningkat dari selaput lendir. Mengingat banyaknya
membantu meningkatkan sirkulasi uteroplasenta perubahan fisiologis pada ibu hamil, pra-oksigenasi
dan peningkatan volume berfungsi sebagai menjadi sangat penting sebelum induksi anestesi.
persediaan terhadap perdarahan saat persalinan.5 Pra-oksigenasi dapat kurang efisien pada saat
Kehamilan adalah sebuah kondisi terjadi persalinan aterm dalam posisi terlentang karena
hiperkoagulasi karena peningkatan sebagian besar closing volume alveoli mungkin lebih besar daripada
faktor pembekuan. Jumlah trombosit mungkin FRC. Pra-oksigenasi dalam posisi kepala sedikit
rendah tapi sebenarnya terjadi peningkatan produksi diangkat dapat membantu hal ini.5
dan konsumsi. Kehamilan merupakan faktor risiko Perubahan pada Gastrointestinal
yang signifikan terjadinya tromboemboli dan karena Progesteron akan mengurangi tonus
itu tromboprofilaksis sangat penting pada periode Lower Oesophageal Sphincter (LOS), yang akan
pasca operasi ketika risikonya meningkat karena meningkatkan kejadian refluks esofagus. Hal ini
imobilitas.5 semakin diperparah dengan perubahan anatomi
Perubahan pada Respirasi yang terjadi. Uterus akan bergeser ke atas dan ke
Perubahan respirasi pada kehamilan sangat kiri mendorong bagian esofagus yang terdapat
penting bagi dokter anestesi untuk dipahami. pada intraabdominal ke atas (rongga thoraks).
Terjadi peningkatan kebutuhan oksigen hingga Hal ini sering membuat tonus LOS terganggu
60% pada saat aterm. Minute Ventilation (MV) dan menurunkan tekanan barier. Faktor-faktor
meningkat lebih awal karena peningkatan frekuensi ini, ditambah menurunnya pH lambung, akan
pernapasan dan volume tidal dan naik 45% saat meningkatkan risiko dan tingkat keparahan
aterm. Peningkatan MV diperantarai progesteron pneumonitis akibat aspirasi karena anestesi umum.5
yang bertindak sebagai stimulator pernapasan. Direkomendasikan bahwa mulai 16 minggu
Peningkatan MV menyebabkan alkalosis respiratorik usia kehamilan pasien yang akan menjalani
ringan (PaCO2 menurun 1 kPa). Peningkatan pH anestesi umum harus diberikan profilaksis terhadap
dibatasi oleh peningkatan ekskresi bikarbonat di pneumonitis aspirasi. Termasuk di sini yaitu antasida
ginjal. Hipokapnia relatif harus dipertahankan ketika non-partikulat seperti natrium sitrat 0,3M sebanyak
melakukan ventilasi kendali pada wanita hamil. 30 ml dan antagonis reseptor H2 misalnya ranitidin
Functional Residual Capacity (FRC) akan menurun 150 mg secara oral atau 50 mg intravena. Beberapa
pada kehamilan karena rahim yang membesar ahli anastesi juga dapat memilih untuk memberikan
menekan diafragma ke atas, terlebih pada posisi obat bersifat prokinetik seperti metoklopramide.5
terlentang dan meningkat seiring berlanjutnya Induksi anestesi harus dengan teknik rapid
kehamilan.5 sequence induction dengan bantuan cricoid pressure
Manajemen jalan nafas sangat penting selama dan relaksan otot aksi cepat seperti suksametonium.
kehamilan. Ventilasi bag-mask mungkin lebih sulit Endotrakeal tube dengan cuff harus digunakan. Pada
karena bertambahnya jaringan lemak di leher. akhir operasi pasien harus diekstubasi sadar penuh
Laringoskopi dapat lebih sulit oleh karena kenaikan pada posisi lateral.5
berat badan dan pembesaran payudara. Peningkatan Perubahan pada Sistem Saraf Pusat dan Perifer
terjadinya edema pita suara akibat peningkatan Pasien hamil menunjukkan penurunan
permeabilitas kapiler dapat menyulitkan intubasi konsentrasi alveolar minimum agen anestesi volatil
dan meningkatkan risiko perdarahan. Hal ini dapat sebesar 30%. Dikarenakan peningkatan alveolar MV,
meningkatkan kejadian intubasi gagal. Peningkatan menyebabkan induksi lebih cepat jika digunakan
konsumsi oksigen ibu dan berkurangnya FRC teknik induksi dengan inhalasi. Demikian pula,
menyebabkan cepatnya terjadi desaturasi oksigen jaringan saraf menunjukkan peningkatan sensitivitas
selama upaya intubasi. Mungkin diperlukan terhadap efek obat bius lokal. Dosis terapi dan

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

kadar toksik plasma berkurang sekitar 30% pada retardasi pertumbuhan janin intrauterina dan ketika
kehamilan.2 sangat berat dapat mengakibatkan kematian janin.
Volume ruang epidural dan subarakhnoid Integritas sirkulasi ini bergantung pada kecukupan
berkurang selama kehamilan dikarenakan kompresi aliran darah uterina dan fungsi plasenta yang
dari vena kava inferior menyebabkan pelebaran normal.6
dari pleksus vena epidural. Hal ini menyebabkan Seorang anestesiologis harus waspada terhadap
penyebaran yang lebih luas dari agen anestesi lokal pengaruh intervensi yang diberikan terhadap
pada blok neuraksial.2 maternal cardiac output, penghantaran oksigen
Pada trimester pertama, ada pergeseran dan aliran darah uterina. Yang paling utama adalah
peningkatan tonus nervus vagus dan penurunan menghindari hipoksia maternal dan hipotensi.3
aktivitas simpatis dalam hubungannya dengan Aliran Darah Uterina
peningkatan volume darah. Sebuah transisi bertahap Saat aterm, aliran darah uterina mencerminkan
pada trimester kedua mengarah ke menurunnya sekitar 10% dari cardiac output atau 700 ml/menit
tonus nervus vagus dan peningkatan aktivitas (dibandingkan dengan 100ml/menit pada uterus
simpatis pada trimester ketiga, yang menyokong non hamil). Delapan puluh persen dari aliran darah
untuk mengatasi efek dari kompresi mekanik uterina mensuplai plasenta, sisanya ke miometrium.
aortocaval dan menurunnya resistensi sirkulasi Aliran darah uterina tergantung pada tekanan darah
plasenta.2 maternal dan cardiac output. Aliran darah uterina
Perubahan pada Sistem Renal biasanya tidak terpengaruh secara signifikan oleh
Vasodilatasi renal yang terjadi selama awal tekanan udara respirasi, namun hipokapnia yang
kehamilan akan meningkatkan aliran darah ekstrem (PaCO2 <20 mmHg) dapat menurunkan
ginjal, namun autoregulasi tetap dipertahankan. aliran darah uterina dan menyebabkan hipoksemia
Peningkatan kadar renin dan aldosteron janin dan asidosis.6,8
meningkatkan retensi natrium. Aliran plasma ginjal Tiga penyebab utama penurunan aliran darah
dan Glomerular Filtration Rate (GFR) meningkat uterina selama kehamilan:
sebesar 50% selama trimester pertama, GFR 1. Hipotensi sistemik,
menurun kearah normal pada trimester ketiga. 2. Vasokonstriksi uterina,
Penurunan ambang batas tubular ginjal terhadap 3. Kontraksi uterina.
glukosa dan asam amino biasa terjadi dan sering Penyebab yang paling umum dari hipotensi
berakibat glukosuria ringan (1-10 gr/dl) atau selama kehamilan adalah kompresi aortocaval,
proteinuria (< 300 mg/dl). Osmolaritas plasma hipovolemia, serta blok simpatis pada regional
menurun sekitar 8-10 mOsm/kg.6 anestesi. Pilihan pertama terapi hipotensi pada
Peningkatan aliran plasma ginjal dan GFR kasus ini adalah Fenilefrin, namun sediaan
menghasilkan peningkatan kreatinin klirens, dengan Fenilefrin tidak tersedia di Indonesia. Efedrin
penurunan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan level yang predominan memiliki aktivitas adrenergik,
kreatinin. Nilai BUN menurun 40% menjadi 8-9 mg/ secara umum dianggap sebagai pilihan pertama
dl dan nilai kreatinin menurun menjadi 0,4-0,5 mg/ vasopressor untuk hipotensi selama kehamilan.
dl. Nilai BUN 15 mg/dl, level serum kreatinin 1,0 mg/ Namun, studi klinis membuktikan bahwa agonis
dl dan kreatinin klirens 100 ml/menit menandakan adrenergik seperti fenilefrin dan metaraminol sama
fungsi renal yang abnormal pada wanita hamil yang efektif dalam terapi hipotensi pada pasien hamil dan
mendekati aterm.7 dihubungkan dengan asidosis janin yang lebih kecil
Sirkulasi Uteroplasenta dibandingkan efedrin.6
Suatu sirkulasi uteroplasental yang normal
sangat penting dalam perkembangan dan TERATOGENITAS OBAT-OBAT ANESTESI
mempertahankan fetus tetap sehat. Insufisiensi Kekhawatiran tentang efek obat anestesi pada
uteroplasental merupakan penyebab utama perkembangan janin manusia telah dipikirkan

70
Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri ...

selama bertahun-tahun. Meskipun telah dilakukan mengidentifikasi peningkatan risiko aborsi spontan
penelitian pada hewan dan studi observasi pada pada paparan nitrous oxide unscavenged pada
manusia selama bertahun-tahun, tidak ada obat praktik dokter gigi. Teknik pembuangan modern
anestesi telah terbukti secara jelas berbahaya bagi dapat mengurangi paparan nitrous oxide lebih dari
janin manusia dan tidak ada teknik anestesi yang 90%. Beberapa studi paparan nitrous oxide di rumah
paling optimal. Pembuktian untuk jawaban yang sakit modern dengan sistem pembuangan yang baik
jelas terhambat oleh kenyataan bahwa sangat telah gagal untuk menunjukkan hubungan antara
tidak etis untuk melakukan uji coba secara acak penggunaan nitrous oxide dan gangguan kehamilan.9
pada pasien hamil dan tidak ada jenis hewan yang Penelitian kecil kasus-kontrol penggunaan
sempurna menyerupai kehamilan manusia.9 benzodiazepine pada kehamilan menunjukkan
Penelitian retrospektif terbesar pembedahan hubungan kejadian bibir sumbing dan kelainan
dan anestesi pada kehamilan dilakukan oleh jantung, namun penelitian lebih terkontrol yang
Mazze dan Kallen di mana mereka mengevaluasi terbaru telah menolak anggapan ini. Obat-obat
data dari 3 unit pelayanan kesehatan di Swedia anestesi, termasuk propofol, barbiturat, opioid,
sepanjang tahun 1973-1981. Dari 720.000 ibu pelumpuh otot dan anestesi lokal memiliki catatan
hamil, 5.405 pasien (0,75%) menjalani operasi keamanan yang baik untuk digunakan selama
bedah non kebidanan, termasuk 2.252 pasien yang kehamilan. Namun, anggapan tersebut tidak dapat
menjalani prosedur pembedahan saat trimester dikesampingkan. Sebuah meta-analisis terbaru
pertama. Dari pasien yang menjalani operasi, 54% mengevaluasi 54 dari 4.052 publikasi yang memenuhi
mendapatkan anestesi umum, yang menggunakan kriteria inklusi mereka, termasuk disini 12.452 wanita
nitrous oxide pada 97% kasus. Tidak ada perbedaan yang menjalani operasi selama kehamilan. Mereka
antara pasien yang menjalani pembedahan dan menemukan bahwa angka kematian ibu adalah
kontrol yang terkait dengan kejadian bayi lahir kurang dari 1/10.000, operasi non obstetri tidak
mati atau kejadian anomali kongenital. Namun, meningkatkan risiko kelainan kongenital, operasi,
ada peningkatan insiden berat badan lahir rendah dan anestesi umum bukan merupakan faktor risiko
(1.500 g), sebagai akibat dari kelahiran prematur dan utama untuk aborsi spontan, sedangkan appendisitis
gangguan pertumbuhan intrauterin pada kelompok akut dengan peritonitis akan menimbulkan risiko
yang menjalani pembedahan dan peningkatan kehilangan janin.9
kejadian neural tube defects karena paparan pada
trimester pertama. Jelas, hanya operasi yang ANESTESI DAN KEHAMILAN
sangat diperlukan yang dapat dilakukan selama Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan
kehamilan. Jika memungkinkan, teknik regional selama kehamilan dan hanya ligasi tuba yang
lebih dipilih karena pertimbangan jalan napas ibu dapat dilakukan 6 minggu paska melahirkan untuk
dan membatasi paparan obat terhadap janin.9 memungkinkan kembalinya perubahan fisiologis
Nitrous oxide mempengaruhi sintesis DNA selama kehamilan. Operasi darurat harus dilakukan
dan memiliki efek teratogenik pada hewan. Studi terlepas dari berapapun usia kehamilan dan tujuan
kasus-kontrol pada tahun 1970 menyatakan utama adalah untuk menyelamatkan nyawa
adanya hubungan antara paparan nitrous oxide ibu. Jika memungkinkan, operasi dapat ditunda
pada awal kehamilan dengan keguguran dan sampai trimester kedua untuk mengurangi risiko
kelainan kongenital. Studi ini tidak jelas dan teratogenitas obat dan keguguran, meskipun tidak
kuantitas eksposurnya tidak diketahui. Terdapat ada bukti kuat untuk mendukung kebijakan ini.10
dua penelitian lain yang telah membuat hubungan Anestesi pada Kehamilan Trimester Pertama
lebih meyakinkan antara paparan nitrous oxide Teknik anestesi yang ideal seharusnya tidak
unscavenged dan menurunnya kesuburan pada mengganggu proses pembuahan atau awal
tenaga medis. Analisis sekunder dari kumpulan data perkembangan embrio dan harus menghasilkan efek
ini dianalisis oleh Rowland dkk pada tahun 1992 juga mual muntah yang minimal pasca operasi ataupun

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

nyeri, mengantuk, dan gangguan psikomotor. dengan keadaan hiperkoagulasi karena peningkatan
Kebanyakan prosedur dapat dilakukan dengan dosis faktor prokoagulan. Insiden tromboemboli
kecil midazolam dan opioid. Sedasi propofol terus meningkat setidaknya lima kali lebih besar selama
menerus dan kontrol pasien dengan sedasi populer kehamilan.10
dilakukan. Penggunaan propofol harus selalu Anestesi pada Kehamilan Trimester Ketiga
diawasi oleh seorang ahli anestesi. Penggunaan Pada usia kehamilan ini, dianjurkan persalinan
nitrous oxide sebaiknya dihindari karena penelitian melalui operasi sesar sebelum dilakukan operasi
pada hewan memberikan bukti bahwa gas ini dapat besar. Bila memungkinkan, operasi harus ditunda
menghambat sintase metionin. Walaupun tidak 48 jam untuk memberikan terapi steroid untuk
ada bukti yang signifikan penelitian pada manusia membantu pematangan paru janin. Pilihan yang
yang menunjukkan hal ini. Setelah umur kehamilan tepat adalah melahirkan dengan anestesi regional
6-8 minggu, jantung, hemodinamik, pernafasan, dan kemudian dikonversi ke anestesi umum untuk
parameter metabolik, dan farmakologis ibu hamil operasi definitif. Anestesi paska persalinan harus
akan berubah. Dengan peningkatan ventilasi disesuaikan dengan kebutuhan bedah, dengan
semenit, konsumsi oksigen dan penurunan cadangan tindakan pencegahan agen inhalasi tidak digunakan
oksigen (penurunan kapasitas residu fungsional atau hanya digunakan dalam dosis kecil (<0,5 MAC)
dan volume residu), ibu hamil menjadi lebih cepat bersama dengan oksitosin untuk meminimalkan
terjadi hipoksemia. Profilaksis aspirasi dianjurkan risiko atonia uterina dan perdarahan.10
dari awal trimester kedua. Kehamilan dikaitkan Pembedahan, stres, dan mungkin anestesi
dengan kebutuhan obat anestesi yang lebih rendah, dapat menekan laktasi, setidaknya untuk
meskipun mekanisme ini belum diketahui. Minimum sementara. Kebanyakan obat yang diekskresikan
Alveolar Concentration (MAC) untuk anestesi inhalasi ke dalam ASI, namun hanya sedikit yang benar-
berkurang sebesar 30% pada umur 8-12 minggu benar kontraindikasi selama menyusui (misalnya
kehamilan. Obat-obatan yang diberikan intravena zat radioaktif, ergotamin, lithium, agen
untuk menginduksi anestesi umum juga harus psikotropika). Susu mungkin perlu dikeluarkan untuk
diberikan dalam dosis yang lebih rendah.10 mempertahankan laktasi sementara bayi untuk
Kondisi janin harus dinilai dengan USG sementara diberikan susu formula.10
atau Doppler sebelum dan setelah anestesi
dan pembedahan. Karena peningkatan risiko MANAJEMEN ANESTESI
hipoksemia, kesulitan dengan intubasi, aspirasi, dan Teknik anestesi baik regional maupun umum
risiko terhadap janin, anestesi regional harus dipilih telah berhasil digunakan untuk operasi non obstetri
dibandingkan anestesi umum jika memungkinkan.10 pada pasien hamil. Tidak ada penelitian sampai saat
Anestesi pada Kehamilan Trimester Kedua ini yang menunjukkan superioritas satu teknik di
Kompresi aortocaval adalah hal yang perlu atas yang lain dalam hal keselamatan bagi janin.
diperhatikan sejak umur kehamilan 20 minggu Anestesi regional dapat menghindari potensi risiko
dan seterusnya, perubahan aliran darah uterina intubasi gagal dan aspirasi selain untuk mengurangi
ini menghasilkan sindrom supine hypotension. paparan janin dengan obat-obat yang bersifat
Efek ini dapat diperberat oleh anestesi regional teratogenik. Selama anestesi dan pembedahan,
ataupun umum ketika mekanisme kompensasi kondisi janin dipastikan dengan pengawasan yang
normal terhalang. Kompresi aortocaval dapat cermat dari parameter hemodinamik ibu yang stabil
dihindari dengan posisi lateral. Kompresi vena kava dan oksigenasi. Pemantauan ketat dari respon janin
mengakibatkan distensi dari pleksus vena epidural terhadap tanda-tanda distress.2
serta meningkatkan risiko injeksi intravaskular pada Pada penilaian preoperatif, premedikasi untuk
blok regional. Kapasitas ruang epidural berkurang, menghilangkan kecemasan dapat dipertimbangkan.
menjadikan peningkatan penyebaran dari obat Profilaksis terhadap pneumonitis aspirasi dengan
anestesi lokal saat kehamilan. Kehamilan dikaitkan antagonis reseptor H2 dan antasida non-partikulat

72
Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri ...

harus diberikan dari usia kehamilan 16 minggu. Penerapan tekanan positif akhir ekspirasi harus
Sejak saat itu, pasien harus dianggap berisiko mempertimbangkan perubahan hemodinamik
untuk kompresi aortocaval dan pneumonitis yang dapat membahayakan perfusi plasenta. Pasien
karena aspirasi. Posisi harus dipastikan miring 15° harus diekstubasi pada kondisi benar-benar sadar
ke arah lateral kiri untuk memfasilitasi perpindahan dalam posisi lateral setelah pengisapan orogastrik
rahim. Perubahan posisi ibu dapat membuat efek karena risiko aspirasi tetap ada sampai refleks jalan
hemodinamik, karena itu posisi trendelenburg atau nafas telah pulih.2
anti-trendelenburg selama anestesi harus dilakukan
secara perlahan-lahan.2 Perencanaan Preoperatif dan Konseling
Teknik anestesi umum secara Rapid Sequence Pembedahan elektif sebaiknya ditunda
Induction intravena harus didahului dengan oksigen hingga melahirkan. Pada kasus semi elektif, yang
100% selama 5 menit dan penerapan tekanan krikoid terbaik adalah jika pembedahan dapat ditunda
yang efektif. Meskipun intubasi endotrakeal adalah hingga setelah trimester pertama. Pada kasus
wajib, pada kasus gagal intubasi pada pasien hamil, emergensi, tindakan anestesi tergantung pada
Laryngeal Mask Airway (LMA) dapat digunakan tempat yang akan dioperasi dan lamanya prosedur.
untuk ventilasi dengan aman bahkan dalam posisi Jika memungkinkan, anestesi regional disarankan.
anti-trendelenburg untuk operasi periode singkat.2 Namun general anestesi dapat diberikan jika
Pemeliharaan anestesi umum paling sering diperlukan.11
dengan agen anestesi inhalasi baik dalam campuran Pemberian medikasi preoperatif untuk
udara/ oksigen atau N2O/ O2. Penelitian sampai saat meredakan kecemasan maupun nyeri diperlukan,
ini tidak mendukung mengenai kekhawatiran efek karena peningkatan katekolamin maternal dapat
teratogenitas N2O dalam praktik klinis. Efek anestesi menurunkan aliran darah uterina. Pertimbangkan
umum yang dangkal dan berhubungan dengan profilkasis aspirasi dengan menggunakan kombinasi
meningkatnya katekolamin akan terkait dengan antasida, metoklopramid, dan atau antagonis
gangguan perfusi uteroplasenta yang berbahaya reseptor H2. Diskusikan penggunaan tokolitik
bagi janin. Ventilasi tekanan positif harus digunakan periooperatif dengan dokter kandungan pasien.
dengan hati-hati dan tingkat karbondioksida end- Indometasin (oral atau supositoria) dan magnesium
tidal harus dipertahankan dalam batas-batas yang sulfat (intravena) merupakan yang paling
normal pada kehamilan. Ada hubungan linier umum digunakan sebagai tokolitik perioperatif.
antara PaCO2 ibu dan PaCO2 janin. Hiperkarbia Indometasin memiliki implikasi anestetik yang kecil,
pada ibu akan membatasi difusi CO 2 dari janin namun magnesium sulfat mempotensiasi relaksan
ke darah ibu dan dapat menyebabkan asidosis otot non depolarisasi dan menurunkan kemampuan
janin, meningkatkan risiko kematian janin. Untuk responsif vaskular, sehingga membuat hipotensi
alasan ini, analisis gas darah arteri rutin dianjurkan sulit untuk diterapi selama kehilangan darah akut
pada operasi laparoskopi dimana CO2 digunakan atau pergeseran cairan.3
untuk membuat kondisi pneumoperitoneum.

Tabel 2. Prinsip manajemen anestesi pada ibu hamil umur kehamilan < 24 minggu.3
Tunda operasi hingga trimester kedua atau post partum, jika memungkinkan
Minta penilaian preoperatif oleh dokter obstetrik
Konseling pasien pre operatif
Gunakan (setidaknya) antasida non-partikulat sebagai profilaksis aspirasi
Monitoring dan pertahankan oksigenasi, normokarbia, normotensi, dan euglikemia
Gunakan analgesia regional untuk manajemen nyeri paska operatif sesuai indikasi
Dokumentasikan denyut jantung janin sebelum dan setelah prosedur

73
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

Tabel 3. Prinsip manajemen anestesi pada ibu hamil umur kehamilan > 24 minggu.3
Tunda operasi hingga post partum, jika memungkinkan
Konseling pasien preoperatif
Dapatkan konsultasi dan diskusikan penggunaan agen tokolitik perioperatif dengan dokter kandungan
Gunakan profilaksis aspirasi yang sesuai
Pertahankan perioperatif left uterine displacement
Monitoring dan pertahankan oksigenasi, normokarbia, normotensi, dan euglikemia
Pertimbangkan penggunaan monitoring janin intraoperatif untuk mengoptimalkan kondisi intrauterine
Monitoring kontraksi uteri dan denyut jantung janin paska operatif
Gunakan analgesia regional untuk manajemen nyeri post operatif jika dimungkinkan

Manajemen Anestesi Intra Operatif uteri pada binatang percobaan, meskipun nilainya
Secara intraoperatif, tidak terdapat suatu bukti sebagai tokolitik belum diketahui. Selama trimester
bahwa suatu teknik anestesi khusus yang lebih pertama, ketamin dosis tinggi (>2 mg/kgBB) dapat
disukai dibandingkan lainnya selama oksigenasi menyebabkan hipertonus uteri. Agen inhalasi harus
maternal dan perfusi uteroplasental dipertahankan. dipertahankan dibawah 2 MAC untuk mencegah
Suatu studi kecil menemukan suatu risiko yang lebih penurunan cardiac output maternal. Nitrous
tinggi terjadi persalinan preterm pada pasien yang oksida dapat dipergunakan sesuai pertimbangan
menjalani pembedahan massa adneksal ketika anestesiologis.3
menggunakan regional anestesi dibandingkan Untuk anestesi regional, mempertahankan
GA. Namun, tidak terdapat data hasil dari studi tekanan darah normal sangat penting dan
prospektif yang lebih besar yang menunjukkan direkomendasikan penggunaan oksigen secara rutin
bahwa tipe pembedahan, tipe anestesi, trimester dengan sungkup muka. Left uterine displacement
saat pembedahan dilakukan, lamanya tindakan, wajib dilakukan dari trimester kedua baik pada
perkiraan kehilangan darah akibat pembedahan atau regional maupun general anestesia. Monitoring
lamanya anestesia mempengaruhi hasil kehamilan.3 rutin mencakup tekanan darah, elektrokardiografi,
Pada teknik anestesia umum, secara rutin saturasi oksigen, kapnograf dan temperatur.11
antasida non-partikulat sebaiknya digunakan Teknik anestesi neuroaksial memiliki
dan Rapid Sequence Induction direkomendasikan. keuntungan meminimalisir paparan obat pada
Tergantung pada lamanya operasi, kita dapat awal kehamilan. Jika sedasi dihindari, seharusnya
menggunakan pelumpuh otot depolarisasi maupun tidak terdapat perubahan variabilitas DJJ selama
non-depolarisasi. Anestesi dapat dipertahankan monitoring kontinyu janin. Pencegahan hipotensi
dengan nitrous oksida, oksigen dan agen halogenated. setelah blokade neuroaksial dengan penggantian
Morfin, fentanil, sufentanil atau alfentanil dapat volume yang adekuat dan left displacement
digunakan sebagai analgesia. Hiperventilasi uterine dan menterapi hipotensi secara agresif
harus dihindari karena dapat menurunkan perfusi menggunakan vasopressor (fenilefrin atau efedrin)
uteroplasental dan juga pergeseran ke kiri kurva jika diperlukan. Menurunkan dosis neuroaksial
disosiasi oksigen hemoglobin maternal.11 lokal anestesi sekitar sepertiga dari yang biasanya
Pemberian agen reversal pelumpoh otot digunakan pada pasien non hamil. Regional
secara perlahan telah direkomendasikan untuk anestesi memberikan kontrol nyeri pasca operatif
mencegah peningkatan akut asetilkolin yang dapat yang baik, menurunkan sedasi maternal sehingga
menginduksi kontraksi uteri. Selalu ingat bahwa pasien dapat melaporkan gejala persalinan preterm,
jalan napas ibu hamil lebih oedematous, vaskular, dan mempertahankan variabilitas DJJ dan mobilisasi
visualisasi mungkin lebih sulit selama laringoskopi. awal dapat dilakukan, menurunkan risiko terjadinya
Propofol baru-baru ini telah ditunjukkan dapat resiko komplikasi tromboemboli.3
menurunkan oksitosin-induced kontraksi otot polos

74
Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri ...

Jika tidak mengganggu lapangan pembedahan, memberikan arahan yang tepat pada keamanan
monitoring janin intermittent maupun kontinyu obat selama menyusui.5
dapat dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi Propofol dan tiopental ditemukan dalam ASI
intrauterine optimal. Suatu konsultasi obstetrik dalam jumlah yang signifikan, seperti agen inhalasi.
harus diperoleh sebelum pembedahan untuk Agen pelumpuh otot memiliki molekul yang besar,
mendokumentasikan kondisi janin preoperatif terionisasi dan larut dalam air sehingga mereka
dan untuk mengkonsultasikan pasien tersebut, tidak diekskresikan ke dalam ASI. Setelah menjalani
seandainya diperlukan tindakan obstetrik anestesi umum ibu disarankan untuk memeras dan
perioperatif.3 membuang asi pertama yang keluar dan asi dapat
Manajemen Paska Operatif dilanjutkan pemberiannya setelah ini. Banyak yang
Monitoring denyut jantung janin dan berpendapat bahwa tidak perlu ada susu yang
aktivitas uteri harus dilanjutkan paska operatif. terbuang. Semua antiemetik yang umum digunakan
Persalinan preterm harus diterapi awal dan agresif. disarankan untuk digunakan ‘dengan hati-hati’ atau
Harus diingat bahwa medikasi nyeri parenteral ‘hanya jika perlu’ oleh produsen obat.5
dapat menurunkan variabilitas DJJ, oleh karena Anestesi lokal tidak diekskresikan ke dalam ASI
itu teknik neuroaksial sebaiknya digunakan jika dalam jumlah yang cukup untuk mempunyai efek
memungkinkan. Pasien hamil berada dalam risiko yang berbahaya. Oleh karena itu menyusui dapat
tinggi terjadinya tromboembolisme dan harus terus diberikan seperti biasa setelah dilakukannya
dimobilisasi sesegera mungkin. Jika mobilisasi tidak regional anestesi.5
dimungkinkan, antikoagulasi profilaksis sebaiknya Analgesia
dipertimbangkan. Pertahankan oksigenasi maternal The American Academy of Pediatrics (AAP)
dan left uterine displacement.3 menerbitkan sebuah pernyataan tentang transfer
Masa Nifas obat ke dalam susu manusia dan kemungkinan
Masa nifas adalah periode 6 minggu pasca efeknya pada janin. AAP menganggap paracetamol,
melahirkan dimana pada saat tersebut terjadi sebagian besar obat anti inflmasi non steroid
berbagai perubahan dimana pada saat kehamilan dan morfin dapat diberikan pada ibu menyusui.
kembali ke keadaan tidak hamil. Sistem Analgesia yang memadai adalah penting karena
kardiovaskular dan volume darah kembali normal akan menyebabkan nyeri katekolamin beredar
pada akhir minggu kedua. Setelah keluarnya meningkat yang akan mengganggu perfusi
plasenta, uterus akan kembali ke ukuran kehamilan uteroplasenta. Analgesia dapat menutupi tanda-
20 minggu dan berkurang besarnya sekitar 1 jari tanda persalinan prematur dini dan oleh karena
setiap hari, sehingga pada hari ke-12 uterus tidak tokometri berguna untuk mendeteksi kontraksi.
dapat teraba dengan jelas. Disarankan untuk Hal ini akan memungkinkan tokolisis dapat
menghindari operasi elektif pada periode 6 minggu diberikan sebelum terlambat. Jika kehamilan
paska partum awal untuk memungkinkan tubuh berlanjut melampaui minggu pertama pasca operasi
untuk kembali ke fungsi normal fisiologis.5 kejadian persalinan prematur tidak lebih tinggi dari
Jika anestesi harus dilakukan saat itu, ibu harus pasien hamil yang tidak mengalami pembedahan.
mengetahui efek obat pada menyusui. Pemberian The United States Food and Drug Administration
obat pada ibu menyusui dapat menghambat laktasi (FDA) memperkenalkan sistem klasifikasi pada
atau menimbulkan efek berbahaya langsung ke tahun 1979 mengenai risiko obat terhadap janin.
bayi karena ekskresi ke dalam ASI. Banyak obat Terdapat Kategori A (paling aman) sampai Kategori
yang tidak terdapat bukti cukup tersedia untuk X (bahaya).5

75
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

Tabel 4. Klasifikasi FDA risiko terhadap fetus dari penggunaan obat.5


Kategori A Penelitian yang terkontrol tidak menunjukkan risiko bagi janin pada trimester pertama
kehamilan (dan tidak ada bukti risiko dimasa kehamilan berikutnya).
Kategori B Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko terhadap janin tetapi tidak ada
penelitian yang terkontrol pada wanita hamil, atau penelitian reproduksi hewan menunjukkan
efek yang merugikan, tapi penelitian yang terkontrol dengan baik pada wanita hamil tidak
menunjukkan risiko bagi janin di trimester berapa pun.
Kategori C Penelitian pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada
penelitian terkontrol pada manusia, atau tidak ada penelitian pada hewan dan manusia yang
pernh dilakukan. Potensial manfaat obat lebih dibandingkan potensial risiko.
Kategori D Ada bukti positif risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat pada
ibu hamil dapat diterima dibandingkan risikonya (contohnya pada situasi yang mengancam
jiwa atau penyakit yang serius dimana obat yang lebih aman tidak tersedia).
Penelitian pada hewan atau manusia telah menunjukkan kelainan janin, atau bukti
Kategori X berdasarkan pengalaman manusia dan risiko penggunaan obat pada wanita hamil
jelas melampaui manfaat yang didapatkan. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita yang
sedang atau mungkin akan hamil.

Ada banyak sistem klasifikasi dari negara banyak obat diklasifikasikan sebagai Kategori A
lain. FDA membutuhkan jumlah data berkualitas di negara lain diklasifikasikan sebagai Kategori C
tinggi yang relatif besar untuk obat yang harus oleh FDA.5
diklasifikasikan sebagai Kategori A. Akibatnya

Tabel 5. Analgesia yang umum digunakan pada kehamilan atau masa nifas.5
Obat FDA Risiko Terhadap Fetus Laktasi
Parasetamol B Melewati barier plasenta. Aman untuk Diekskresikan ke air susu dalam jumlah
penggunaan jangka pendek. Tidak ada data kecil. Aman untuk ibu menyusui.
penggunaan terhadap manusia.
Ibuprofen C Tidak terdapat data adekuat penggunaan Diekskresikan ke air susu dalam jumlah
kepada manusia. Penelitian terhadap hewan kecil. Aman untuk ibu menyusui.
menunjukkan efek merugikan terhadap fetus.
Penggunaan pada trimester ketiga dapat
menyebabkan konstriksi dari duktus arteriosus.
Diklofenak B Tidak terdapat data adekuat penggunaan Diekskresikan ke air susu.
kepada manusia. Penelitian terhadap hewan Dipertimbangkan aman untuk ibu
tidak menunjukkan efek merugikan terhadap menyusui.
fetus. Penggunaan pada trimester ketiga dapat
menyebabkan konstriksi dari duktus arteriosus.
Kodein C Tidak terdapat data adekuat penggunaan Diekskresikan ke air susu dalam jumlah
kepada manusia. Dosis tinggi pada saat aterm yang besar. Dapat diberikan untuk ibu
dapat menimbulkan gangguan perkembangan menyusui.
bayi dan depresi respirasi.
Morfin C Pemakaian kronis pada ibu hamil dapat Diekskresikan ke air susu. Pada dosis
menyebabkan gangguan perkembangan bayi terapi dipertimbangkan aman untuk ibu
dan depresi respirasi. menyusui.
Tramadol C Kurangnya data adekuat penggunaan kepada Diekskresikan ke air susu. Dapat
manusia. Saat digunakan pada kelahiran dapat diberikan untuk ibu menyusui
menyebabkan sedikit efek samping pada ibu (walaupun terdapat rekomendasi dari
dan depresi respirasi terhadap bayi yang lebih pabrikan untuk tidak diberikan pada ibu
sedikit dibandingkan opioid golongan lain. menyusui).

76
Anestesi pada Pembedahan Non-Obstetri ...

KESIMPULAN 3. Hawkins JL. Non Obstetric Surgery During


Untuk menjaga keselamatan ibu, teknik Pregnancy. In A Practical Approach to Obstetric
anestesi dan pemberian obat-obatan harus Anesthesia, edited by Bucklin BA, Gambling DR,
mempertimbangkan dan menyesuaikan perubahan Wlody DJ. 2009. Lippincott Williams & Wilkins.
fisiologis dan anatomi dikarenakan kehamilan. Philadelphia. Page 81-90.
Tidak ada obat anestesi telah terbukti secara 4. Alkisa I, Kurdoglub M, Kurdoglub Z. Nonobstetric
jelas berbahaya bagi janin manusia dan tidak ada Surgical Intervention In Pregnancy. In Eastern
teknik anestesi yang paling optimal. Pembuktian Journal Of Medicine 15. 2010. Page 1-6.
untuk jawaban yang jelas terhambat oleh kenyataan 5. Hool A. Anaesthesia In Pregnancy For Non-
bahwa sangat tidak etis untuk melakukan uji coba Obstetric Surgery. In Anaesthesia Tutorial Of
secara acak pada pasien hamil dan tidak ada jenis The Week 185.www.totw.anaesthesiologist.org.
hewan yang sempurna menyerupai kehamilan 2010.
manusia. 6. Morgan GE, Mikhail MS, Muray MJ. Maternal
Pertimbangkan penggunaan monitoring & Fetal Physiology & Anesthesia. In Clinical
janin intraoperatif untuk mengoptimalkan kondisi Anesthesiology, 4th edition. 2006. Lange Medical
intrauterine. Books. Page 874-899
Secara intraoperatif, tidak terdapat suatu bukti 7. Gaiser R. Evaluation of the Pregnant Patient. In
bahwa suatu teknik anestesi khusus yang lebih Anesthesiology edited by Longnecker DE, et al.
disukai dibandingkan lainnya selama oksigenasi 2008, Mc Graw Hill Medical. Page 358 – 373.
maternal dan perfusi uteroplasental dipertahankan. 8. Lucero JM, Rollins MD. Obstetrics. In Basics Of
Pembedahan elektif sebaiknya ditunda hingga Anesthesia edited by Miller RD, Pardo MC, Jr.
melahirkan. Pada kasus semi elektif, yang terbaik 2005. Elsevier Saunders. Page 514-545.
adalah jika pembedahan dapat ditunda hingga 9. Reitman E, Flood P. Anaesthetic Considerations
setelah trimester pertama. For Non-obstetric Surgery During Pregnancy.
Disarankan untuk menghindari operasi elektif In British Journal of Anaesthesia. 107 (S1): 2011.
pada periode 6 minggu paska partum awal untuk Page 72-78.
memungkinkan tubuh untuk kembali ke fungsi 10. Walton NKD, Melachuri VK. Anaesthesia For
normal fisiologis. Non-Obstetric Surgery During Pregnancy. In
Continuing Education In Anaesthesia, Critical
DAFTAR PUSTAKA Care & Pain. Vol.6. No.2. The Board Of
1. Huang, S., Lo, P., Liu, W., Cherng, Y., Yeh, C., Management and Trustees of the British Journal
Chen, T. and Liao, C. 2019. Outcomes After of Anaesthesia. 2006.
Nonobstetric Surgery in Pregnant Patients. 11. Datta S MD. FFARCS. Anesthesia For Surgery
2. O’Gorman DA. Anesthesia in pregnant patients During Pregnancy. In Obstetric Anesthesia
for nonobstetric surgery. In Journal Of Clinical Handbook, 4th ed. 2006. Springer Science &
Anesthesia 18. 2006. Page 60-66. Business Media. Page 333-346.

77
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 1, November 2019

78

Anda mungkin juga menyukai