Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH HASIL DISKUSI 2

MODUL 514

Disusun oleh :
Kelompok 2

Caesiovita Indah Virandani 040001800026


Christian Natanael 040001800029
Christopher Arvando J 040001800030
Cindy 040001800031
Cindy Kovianti 040001800032
Citra Satelina Salsabila 040001800033
Cornellia Aninda Kusuma P 040001800034
Cristina Dewi 040001800035
Danisa Alivia 040001800036
Debi Agita 040001800037
Denilson 040001800038
Deviria Alviranty Boru Simatupang 040001800039
Dewi Larasati Yona Permatasari 040001800040
Dinda Priscilia Septiani 040001800041
Diva Irvani Alhumaira Masrur 040001800042
Echita Mulia Saputri 040001800043
Edward Siyulan 040001800044
Elisa Millennia 040001800045
Elita Theofani Juliawan 040001800046
Evita Dewi Fortuna 040001800048
Fathiah Devi Syaharani 040001800049
Feby Febryanti 040001800050
Felicia 040001800051
Felicia Fransisca Maggie Christi W. 040001800052
Fitri Siagian 040001800053

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Kami mengharapkan supaya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 Oktober 2020

Kelompok Diskusi 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
2.1 Dukungan, Biomekanika Gaya, dan Pergerakan Rotasi yang Bekerja Pada GT
Pada Kasus ........................................................................................................................ 3
2.2 Bagian-Bagian GT Untuk Kasus Paradental dan Free End (Seleksi Warna, Bentuk
Elemen Gigi, dll) ............................................................................................................... 5
2.3 Klasifikasi PDI Sebagai Suatu Self Assessment Untuk drg, Pola Oklusi Bagaimana
Artikulasi, dan Cara Penentuan Hubungan Rahang Pada Kasus ...................................... 14
2.4 Cengkeram GT Akrilik RA dan RB Pada Kasus Beserta Gambar ............................. 16
2.5 Cengkeram GT Kerangka Logam RA dan RB Pada Kasus Beserta Gambar ............. 17
2.6 Macam-Macam GT Inkonvensional ........................................................................... 18
BAB III ................................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien wanita umur 36 tahun, kasir supermarket datang dengan menggunakan masker
ke RSGM untuk membuat geligi tiruan dengan tujuan mengembalikan penampilan dan
pengunyahan. Pada anamnesa pasien 3 minggu yang lalu kecelakaan sepeda motor, sehingga
ada gigi depan yang lepas saat kejadian. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan secepatnya.
Status umum: Pasien meminum obat Metformin 500 mg setiap harinya.
Pemeriksaan:
- Extra Oral:
- Bentuk muka: Ovoid
- Profil: Protrusive
- Pemeriksaan sendi terjadi keletuk sendi
- Intra Oral:
- OH sedang
- Gigi yang hilang 16, 12, 11, 21, 24, 25 dan 37, 36, 43, 45, 46, 47, 48
- Gigi 22 goyang derajat 4
- Terdapat torus maksilaris yang meluas ke posterior
- Terdapat karang gigi di lingual gigi depan bawah
- Saat pemeriksaan Intra Oral dengan instrument, pasien merasa mual

1.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan latar belakang yang ada, rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebutkan dukungan, biomekanika gaya, pergerakan rotasi yang bekerja pada
geligi tiruan pada kasus!
2. Sebutkan bagian-bagian GT untuk kasus paradental dan free end (seleksi warna,
bentuk elemen gigi, dll)!
3. Jelaskan klasifikasi PDI sebagai suatu self assessment untuk drg, pola oklusi
bagaimana artikulasi, dan cara penentuan hubungan rahang pada kasus!
4. Gambarkan dan sebutkan cengkeram gigi tiruan akrilik RA dan RB pada kasus!
5. Gambarkan dan sebutkan cengkeram gigi tiruan kerangka logam RA dan RB
pada kasus!
6. Sebutkan macam-macam GT inkonvensional!

1
1.3 Tujuan
Berkaitan dengan rumusan masalah yang ada, tujuan dari rumusan masalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dukungan, biomekanika gaya, pergerakan rotasi yang bekerja pada
geligi tiruan pada kasus.
2. Mengetahui bagian-bagian GT untuk kasus paradental dan free end (seleksi
warna, bentuk elemen gigi, dll).
3. Mampu menjelaskan klasifikasi PDI sebagai suatu self assessment untuk drg,
pola oklusi bagaimana artikulasi, dan cara penentuan hubungan rahang pada
kasus.
4. Mampu menggambarkan dan mengetahui cengkeram gigi tiruan akrilik RA dan
RB pada kasus.
5. Mampu menggambarkan dan mengetahui cengkeram gigi tiruan kerangka
logam RA dan RB pada kasus.
6. Mampu mengetahui macam-macam GT inkonvensional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dukungan, Biomekanika Gaya, Pergerakan Rotasi yang Bekerja Pada GT Pada
Kasus
1. Dukungan Gigi
Dukungan pada rahang atas kasus ini adalah dukungan gigi karena pada rahang
atas gigi yang dijadikan dukungan masih cukup kuat untuk mendukung gigi tiruan,
gigi yang menjadi sandaran pada rahang atas yaitu 17, 15, 13, 23, dan 26.
Dukungan pada rahang bawah kasus ini adalah dukungan kombinasi, yaitu
dengan dukungan sandaran gigi dan jaringan lunak. Gigi yang menjadi dukungan
pada rahang bawah yaitu 38, 35, dan 44. Gigi tiruan yang didukung oleh jaringan
lunak adalah gigi 43, 46, 47 dan 48.
2. Biomekanika Gaya
Protesa sebagian lepasan hanya dapat berfungsi dengan baik dan membuat si
pemakai merasa nyaman bila si pembuat memahami berbagai gaya yang terjadi pada
sebuah geligi tiruan. Gaya-gaya ini meliputi:
a. Gaya Oklusal
Gaya oklusal yang sering pula disebut gaya vertikal, adalah gaya yang
timbul pada saat bolus makanan berada di permukaan oklusal gigi tiruan pada
saat berfungsi ataupun oklusi. Pada gigi tiruan yang free end sebagian gaya
oklusal akan diterima oleh gigi penyangga, dan sebagian oleh jaringan
mukosa dibawah basis protesa, yang dimana pada skenario pada rahang
bawah klasifikasi Kennedy kelas II/2 pada gigi yang hilang 45 sampai 48,
gigi 44 sebagai gigi penyangga. Sedangkan pada bounded saddle (gigi tiruan
yang dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisi) gaya oklusal akan disangga oleh
sandaran oklusal cengkram dimana gaya oklusal akan disalurkan ke akar gigi
lalu ke membran periodontal sampai akhirnya diterima oleh tulang alveolar,
yang dimana pada skenario pada rahang atas klasifikasi Kennedy kelas III/2.
b. Gaya Lateral
Berdasarkan arahnya, gaya horizontal dapat dibagi menjadi gaya
lateral dan gaya antero-posterior. Gaya lateral timbul saat rahang bawah
bergerak dari posisi eksentrik ke sentrik atau sebaliknya. Gaya ini adalah
gaya yang paling merusak gigi asli maupun tulang alveolar pada daerah tidak

3
bergigi karena hanya sebagian serabut periodontal atau mukosa saja yang
berfungsi menyangganya.
Untuk mencegah kerusakan gigi asli dan resorpsi tulang alveolar
berlebih, dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:
i. Penyaluran gaya lateral sebanyak mungkin ke gigi asli
ii. Pengurangan sudut tonjol gigi
iii. Pengurangan luas permukaan bidang oklusal
iv. Pemakaian desain cengkeram bilateral
v. Oklusi dan artikulasi yang harmonis
c. Gaya Antero-Posterior
Gaya Antero-Posterior adalah gaya yang timbul pada saat terjadinya
pergerakkan rahang dimana gigi anterior ada pada posisi edge to edge atau
oklusi protrusif ke oklusi sentrik dan sebaliknya. Pada pergerakkan ini gigi
tiruan rahang bawah bergerak ke arah posterior dan gigi tiruan rahang atas
bergerak ke arah anterior.

d. Gaya Pemindah
Gaya Pemindah adalah gaya yang timbul pada saat mastikasi,
makanan lengket yang melekat pada permukaan oklusal gigi tiruan sehingga
pada saat membuka mulut protesa akan tertarik ke arah oklusal. Gaya ini juga
dapat disebabkan oleh pergerakkan otot perifer, dimana kekuatan tak
terkontrol seperti batuk, bersin, dan gaya berat untuk protesa rahang atas.
3. Pergerakan Rotasi
a. Pergerakan Rotasi pada Garis Fulkrum
Pergerakan ini terjadi sekeliling sumbu putar yang terbentuk oleh dua
buah sandaran utama. Garis ini disebut dengan garis fulkrum atau garis rotasi
dan merupakan pusat rotasi geligi tiruan dalam arah vertikal. Pada skenario
pergerakan rotasi garis fulkrum yaitu pada rahang bawah gigi 38 dan 44.
Garis fulkrum ini terjadi karena ada perbedaan dukungan.
b. Pergerakan Rotasi Longitudinal
Pergerakan rotasi ini terjadi pada sumbu longitudinal yang melalui
pusat sandaran dan puncak lingir. Pada skenario pergerakan rotasi
longitudinal dari gigi 44 ke lingir sisa gigi 45-48.
c. Pergerakan Rotasi pada Sumbu Imajiner

4
Pergerakan pada sumbu imajiner tegak lurus pusat rahang terjadi
karena gaya kunyah horizontal dan diagonal bekerja pada protesa. Pada
skenario sumbu imajiner terletak diantara gigi 31 dan 41 yang ditarik ke arah
tegak lurus.

Gambar 1. Pergerakan Rotasi pada Gigi Tiruan

2.2 Bagian-Bagian GT Untuk Kasus Paradental dan Free End (Seleksi Warna, Bentuk
Elemen Gigi, dll)
1. Elemen Gigi
Bentuk gigi sesuai dengan wajah pasien yaitu oval dan warnanya disesuaikan
dengan gigi pasien yang masih ada dengan patokan bahwa gigi caninus warnanya lebih
kuning.
2. Konektor
Konektor pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major
connector) dan konektor minor (minor connector) sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
a. Konektor Utama (Mayor)
Dalam kasus ini rahang atas pasien termasuk dalam Kennedy kelas III/2
dengan torus maxillaris meluas ke posterior sehingga berdasarkan indikasi
tersebut bentuk konektor utama rahang atas yang akan digunakan adalah

5
konektor dengan batang palatal ganda, sementara untuk rahang bawah yang
termasuk dalam Kennedy kelas II/2 akan menggunakan konektor berbentuk plat
lingual
konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan
yang ada pada bagian lainnya. Agar dapat berfungsi dengan baik, bagian ini
harus memenuhi beberapa persyaratan seperti pertama, konektor harus tegar (
rigid ), sehingga gaya-gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke
seluruh bagian atau daerah pendukung. Kedua, lokasinya diatur sedemikian
sehingga tidak mengganggu pergerakan jaringan dan tidak menyebabkan
bergesernya mukosa dan gingiva. Ketiga, bagian perifer konektor utama harus
terletak cukup jauh dari tepi gingiva, sehingga tidak menekan atau menggeser
jaringan ini. Tepi batang lingual paling sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi
gingiva. Tepi bawah konektor juga tidak boleh mengganggu pergerakan
jaringan dan frenulum lingualis. Pada rahang atas, tepi konektor utama minimal
6 mm dan sebaiknya dibuat sejajar dengan lengkung gigi. Keempat, kontur
bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam, sehingga
tidak mengganggu lidah atau pipi.
i. Konektor Utama Rahang Atas
Konektor utama rahang atas dapat terbuat dari metal atau resin
akrilik. Konektor yang terbuat dari metal dapat berbentuk Single Palatal
Bar, U Shaped Palatal Bar, Double Palatal Bar, atau Palatal Plate.
Pada jenis resin, dikenal bentuk plat saja. Terdapat empat macam
konektor utama rahang atas, yaitu batang palatal tunggal, plat palatal
berbentuk U, batang palatal ganda, dan plat palatal penuh.
a. Batang Palatal Tunggal
Konektor ini disebut juga Single Palatal Bar, Palatal
Strap atau Middle Palatal Bar dan merupakan jenis konektor
yang paling banyak dipakai. Besar dan bentuknya disesuaikan
dengan letak dan jumlah gigi yang hilang. Diletakkan pada
bagian tengah palatum dan dapat diadaptasi penderita dengan
baik karena terletak pada jaringan yang kompresibilitasnya
rendah. Selain itu, biasanya jenis ini dipakai pada geligi tiruan
dukungan jaringan gigi, sehingga berada di antara sandaran

6
oklusal karena itulah stabil. Indikasi pemakaiannya adalah
kehilangan 1 atau 2 gigi tiap sisi lengkung rahang, daerah tak
bergigi berujung tertutup dan kebutuhan dukungan palatum
minimal.
b. Plat Palatal Berbentuk U
Disebut juga sebagai konektor palatum tapal kuda,
bentuk ini sering menimbulkan keluhan dari penderita. Indikasi
pemakaiannya adalah kehilangan 1 atau lebih gigi anterior atau
posterior atas, adanya torus palatinus luas, perlunya splint gigi
anterior. Supaya tegar, konektor ini harus dibuat cukup tebal.
c. Batang Palatal Ganda
Konektor ini disebut juga Double Palatal Bar atau
Anterior-posterior Palatal Bar. Indikasi pemakaiannya semua
kelas Kennedy, terutama kelas II & IV sera kasus gigi penyangga
anterior dan posterior terpisah jauh. Konektor ganda ini terdiri
dari dua buah batang yang dihubungkan dengan prinsip cincin,
batang palatal anterior dan batang palatal posterior. Batang
anteriornya mempunyai kelebihan dari segi retensi tak langsung,
kekurangannya adalah terletak di sekitar ruggae sehingga agak
mengganggu fonetik. Sehingga pada pembuatannya harus tipis,
lebar dan datar. Batang palatal posteriornya biasanya tarletak
pada perbatasan palatum lunak dan palatum keras, sedikit ke
anterior dan menutupi palatum keras serta bersatu dengan
penahan langsung. Kelebihan batang posterior adalah
kemampuannya sebagai penahan tak langsung.
d. Plat Palatal Penuh
Disebut juga Palatal Plate atau Full Palatal Coverage,
konektor ini menutupi palatum lebih luas daripada jenis lainnya.
Fungsi utamanya adalah memberikan dukungan secara
maksimal kepada geligi tiruan. Disini terjadi penyaluran beban
fungsional yang lebih merata pada permukaan yang luas,
sehingga beban persatuan luas menjadi lebih kecil dan
membantu stabilitas basis pada waktu berfungsi. Indikasi
pemakaiannya adalah kasus Kennedy kelas I dan II.

7
Pada skenario dapat digunakan jenis plat palatal berbentuk
batang palatal ganda karena pasien memiliki torus palatinus yang
meluas ke posterior.
ii. Konektor Utama Rahang Bawah Konektor rahang bawah biasanya
dibuat menutupi jaringan maupun sebagian permukaan gigi. Pemilihan
konektor rahang bawah memiliki beberapa kriteria, seperti retensi tidak
langsung, stabilisasi gigi yang lemah, pertimbangan anatomis
mandibula, dan persiapan kemungkinan penambahan elemen.
a. Batang lingual
Merupakan bentuk yang paling sederhana yang
digunakan untuk unifikasi saja. Konektor ini umumnya dapat
dipakai oleh kebanyakan orang, namun tepi inferior batang ini
tidak boleh mengganggu frenulum lingualis dan m. genioglossus
saat dasar mulut bergerak saat lidah menyentuh palatum, dan
juga tidak boleh berkontak dengan permukaan jaringan di
bawahnya.
b. Batang lingual ganda
Berfungsi sebagai tahanan tidak langsung, stabilisasi,
dan pemberi dukungan. Konektor ini mampu mengurangi
tekanan pada tulang pendukung.
c. Plat lingual
Merupakan penahan tak langsung dan stabilisator yang
baik. Plat lingual ditempatkan pada bagian 1/3 tengah
permukaan lingual gigi rahang bawah. Plat ini digunakan untuk
pasien dengan torus mandibularis besar, sehingga tidak dapat
digunakan batang yang konvensional, juga bisa untuk pasien
yang memiliki frenulum lingualis yang tinggi.
d. Batang labial
Digunakan untuk pasien dengan gigi yang terlalu miring
ke lingual sehingga tidak dapat digunakan bentuk konektor yang
konvensional.
Pada skenario dapat digunakan jenis plat lingual karena termasuk
kedalam kelas II pada klasifikasi kennedy yaitu pada salah satu sisi terdapat
daerah tak bergigi yang terletak pada bagian posterior dari gigi yang masih ada,

8
sehingga memerlukan retensi tidak langsung, plat lingual dapat
mendistribusikan gaya lateral pada sejumlah gigi asli sehingga turut berperan
dalam stabilisasi protesa.
b. Konektor Minor
Konektor minor adalah komponen yang merupakan penghubung antara
konektor mayor atau basis GTSL dan komponen lain dari cangkolan, penahan
tidak langsung. misalnya suatu penahan langsung atau sandaran oklusal
dihubungkan dengan konektor utama melalui konektor minor.
Dalam kasus ini rahang atas pasien termasuk dalam Kennedy kelas III/2
menggunakan konektor utama dengan batang palatal ganda, jadi konektor minor
yang dipakai konektor berbentuk batang, sementara untuk rahang bawah yang
termasuk dalam Kennedy kelas II/2 akan menggunakan konektor berbentuk plat
lingual, jadi konektor minor yang dipakai yaitu konektor minor berbentuk plat.
Pembuatan konektor minor terletak di embrassure gigi dan diperhatikan
bentuknya. Kehadiran konektor ini jangan sampai mengubah anatomi semula.
Jadi permukaannya harus berbentuk segitiga dan melancip ke arah ruang
interproksimal gigi.
Bentuk konektor minor ada 2 yaitu: konektor berbentuk plat dan batang.
Fungsi konektor minor yaitu:
i. Memindahkan tekanan fungsional ke gigi penyangga.
ii. Menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan pada
sandaran ke seluruh lengkung gigi tiruan.
3. Cengkram
Disebut juga klammer, clasp, atau crib. Cengkeram harus didesain berdasarkan:
a. Pemelukan / encirclement
Sebuah cengkeram harus memeluk permukaan gigi lebih dari 1800
tetapi kurang dari 3600, dapat secara kontinu atau terputus-putus. Sedikitnya
ada tiga permukaan gigi yang dilewati cengkeram, yaitu sandaran oklusal,
terminal retentive, dan terminal pengimbang.
b. Pengimbangan / reciprocation
Dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bagian gigi tiruan untuk
mengimbangi atau melawan gaya yang dihasilkan oleh bagian bagian lain. Hal
ini harus ditinjau dalam arah horizontal maupun vertikal.
c. Retensi

9
Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan melawan gaya-gaya
pemindah yang cenderung memindahkan protesa ke arah oklusal. Retensi
biasanya diberikan lengan retentive, karena ujung lengan ini ditempatkan pada
daerah gerong.
d. Stabilisasi
Merupakan gaya untuk melawan pergerakan gigi tiruan dalam arah
horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berperan, kecuali bagian
ujung lengan retentive.
e. Dukungan
Cengkeram harus sanggup melawan gaya oklusal atau vertikal yang
terjadi pada waktu berfungsi atau mastikasi. Hal ini merupakan fungsi utama
dari sandaran oklusal, cingulum, atau insisal dan dibantu oleh badan dan bahu
cengkeram.
f. Pasivitas
Lengan retentif pada daerah gerong retentif gigi penyangga harus
bersifat pasif, sehingga tidak menekan gigi, sampai diaktifkan oleh pergerakan-
pergerakan geligi tiruan pada saat melakukan fungsi atau pada saat keluar-
masuk mulut

Bagian Cengkeram dan Fungsi:


a. Badan Cengkeram (Body)
Terletak antara lengan dan sandaran oklusal.
b. Lengan Cengkeram (Arm)
Terdiri dari bahu dan terminal.
c. Bahu Cengkeram (Shoulder)
Bagian lengan yang berada di atas garis survey, biasanya tegar.
d. Ujung Lengan
Bagian ujung lengan cengkeram.
e. Sandaran (Rest)
Bagian yang bersandar pada permukaan oklusal atau insisal gigi
penahan.
f. Konektor Minor (Minor Connector)
Bagian yang menyatukan cengkeram dengan kerangka logam gigi
tiruan.

10
Cengkeram hanya dapat berfungsi dengan baik bila merupakan suatu kesatuan
terdiri dari:
a. Satu lengan retentif yang berada di bawah garis survei atau pada daerah gerong
retentif.
b. Satu lengan pengimbang yang secara keseluruhan berada di daerah non retentif.
c. Satu sandaran oklusal.
d. Satu atau lebih konektor minor.

Lengan Retentif dibuat sedemikian rupa sehingga bagian sepertiga terminalnya


fleksibel dan terletak di bawah garis survei. Bagian sepertiga tengah semi fleksibel dan
bagian pangkal lengannya tegar.
Fungsi utama lengan retentif :
a. Melawan pergerakan geligi tiruan kearah vertikal atau oklusal dan ini diperoleh
melalui ujung lengan yang berada di bawah garis survei.
b. Menetralisasi gaya yang akan memutar atau memiringkan gigi penyangga.
c. Stabilisasi protesa dengan mengurangi pergerakan horizontal.

Lengan Pengimbang ditempatkan pada daerah bukan gerong di atas garis survei,
serta permukaan berlawanan dengan lengan retentif. Lengan ini akan berfungsi dengan
baik, bila semua bagiannya tegar.
Fungsi lengan pengimbang :
a. Pengimbangan atau stabilisasi terhadap pergerakan horizontal atau gaya yang
ditimbulkan lengan retentif pada saat fungsi, atau gaya ortodontik yang timbul.
b. Membantu fungsi penahanan tak langsung apabila ditempatkan anterior atau
posterior dengan garis fulkrum.
c. Membantu retensi, walaupun amat terbatas karena adanya friksi lengan
cengkeram dengan gigi.
d. Membantu dukungan protesa karena ada bagian yang terletak diatas garis survei

Sandaran Oklusal ditempatkan pada kedudukannya (Rest Seat atau Recess)


yang memang di preparasi untuk itu.
Konektor Minor menyatukan badan dan lengan cengkeram dengan
kerangka logam gigi tiruan.

11
4. Basis
Basis dibagi menjadi dua golongan, yaitu basis dukungan gigi atau basis
tertutup dan basis kombinasi atau berujung bebas. Dalam kasus yang terdapat pada
skenario, basis yang dipilih untuk gigi 16, 12, 11, 21, 24, 25, 36, 37, 43 basis tertutup
untuk kasus paradental. Basis untuk kasus gigi 45, 46, 47, 48 menggunakan basis
berujung bebas. Fungsi basis tertutup untuk mencegah migrasi gigi secara horizontal
atau vertikal. Basis tertutup juga dapat menyalurkan tekanan oklusal pada gigi
penyangga. Basis berujung bebas menyalurkan tekanan oklusal ke gigi tetangga dan
jaringan sekitar.
Bahan basis gigi tiruan dapat berupa metal, resin akrilik, dan metal-resin. Dalam
skenario, basis bahan resin lebih baik digunakan. Kelebihan bahan resin memiliki
warna mirip dengan jaringan sekitar sehingga memenuhi faktor estetik, dapat dilapisi
dan dicekatkan dengan mudah, lebih ringan, teknik pembuatan mudah, dan harganya
murah. kekurangan dari bahan resin merupakan penghantar termal yang buruk, mudah
terjadi abrasi, resin dapat menyerap cairan mulut walaupun dalam derajat kecil, dan
dapat terbentuk kalkulus dan deposit makanan.
Desain basis harusnya menutup seluas mungkin jaringan lunak(sesuai dengan
prinsip dasar biomekanik)tapi harus mempertimbangkan toleransi pasien. Desain basis
juga harus memiliki pergerakan yang minimal untuk mencegah atrofi proc alv dan
meningkatkan stabilisasi dan retensi.
Permukaan jaringan maksila yang dapat dimanfaatkan lebih banyak dibanding
dengan mandibula dengan perbandingan 1,6:1. Desain basis rahang atas harus menutupi
palatum hingga hamular notch. Dan basis rahang bawah menutupi retromolar pad dan
sulkus bukalis di bagian lateral dan sulcus alveolingual pada distolingual. Perluasan ke
bagian distal tidak memberikan efek apa-apa
Bagian sayap labial juga dibebaskan dari frenulum labialis namun harus
diperhatikan pembesarannya jangan terlalu lebar untuk mencegah masuknya udara,
makanan, atau benda asing ke celah tersebut. Garis servikal sebaiknya dibuat sealami
mungkin agar tidak berbeda dengan gigi tetangga Untuk sayap lingual bergantung pada
anatomi lingir mylohyoid. Jika tajam, sayap berakhir pada puncak lingir. Jika tidak
tajam, sayap diteruskan sampai sulkus alveolingual.
Free end memiliki masalah yang lebih kompleks karena gigi tiruan tidak stabil
karena ada perbedaan kompresibilitas dukungan antara posterior sadel ujung bebas

12
dengan anteriornya dan serta tidak ada gigi di bagian distal. Cara mengatasi hal ini
dengan cara:
a. Perpanjangan basis ke anterior dari titik retensi untuk mencegah terangkatnya
sadel ke arah oklusal
b. Ungkitan kelas 2(titik fulcrum lebih anterior dari titik retensi) saddle free end
akan tertahan waktu terangkat ke arah oklusal
c. Memperluas landasan ujung bebas(posterior)untuk mengurangi tekanan kunyah
ke arah mukosa dan mengurangi resorpsi alveolar. Kadang perlu muscle
trimming
d. Membuat titik retensi mesial/lebih jauh ke mesial dari titik fulkrum paling distal
untuk mengurangi gaya ungkit
e. Sekedar tambahan, sebaiknya pasien mengurangi memakan makanan keras
untuk mengurangi tekanan oklusal
f. Indikasi akhir: GTSL Desbilat (rekomendasi perluasan distal)

Paradental relatif lebih mudah daripada free end. Berikut adalah desain basis
untuk kasus paradental(dukungan gigi dan mukosa):
a. Pemakaian oklusal rest
b. Tidak memiliki basis yang luas karena tidak terlalu bergantung ke dukungan
mukosa
c. Indikasi: GTSL Desbilat Dukgi, GTC, Desunilat

5. Sandaran
Sandaran bagian gigi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga,
memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran ini dapat ditempatkan pada
permukaan oklusal premolar dan molar atau pada permukaan lingual gigi anterior.
Daerah untuk meletakan sandaran harus dipreparasi. Daerah ini disebut kedudukan
sandaran. Sandaran ini dapat berupa sandaran oklusal, sandaran oklusal internal, dan
sandaran gigi kaninus. Sandaran oklusal ditempatkan pada gigi premolar dan molar.
Dasar sandaran harus sedikit miring mengarah ke pusat gigi penyangga dan harus
konkaf seperti piring atau sendok. Sudut yang dibentuk antara sandaran oklusal dengan
konektor minor kurang dari 90 derajat.Sandaran oklusal internal digunakan pada gigi
tiruan sebagian lepasan dengan dukungan gigi sepenuhnya. sandaran gigi kaninus dan
sandaran inisial. penggunaan gigi depan sebagai gigi depan harus diusahakan tidak

13
terjadi gaya ortodonti. bila sandaran tidak baik maka cengkram dapat meluncur ke
bawah dan menekan gingiva.

2.3 Klasifikasi PDI Sebagai Suatu Self Assessment Untuk drg, Pola Oklusi Bagaimana
Artikulasi, dan Cara Penentuan Hubungan Rahang Pada Kasus
1. Klasifikasi PDI
PDI (Prosthodontic Diagnostic Index) merupakan indeks klasifikasi yang
dikembangkan oleh The American College of Prosthodontists (ACP). Indeks ini
penting untuk tindakan diagnostik dan juga digunakan oleh dokter gigi untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah pada pasien dengan
kehilangan gigi. PDI sendiri terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Kelas I: Ideal/ Minimally Compromised
Kelas II: Moderately Compromised
Kelas III: Substantially Compromised
Kelas IV: Severely Compromised
Pada kasus di atas termasuk PDI Kelas III dengan alasan berikut.
a. Lokasi dan perluasan daerah edentulous
Klasifikasi PDI pada Lokasi dan perluasan daerah edentulous kasus di
atas adalah kelas III ( substantially Compromised) karena area edentulous
ditemukan pada kedua rahang dan jumlah gigi yang hilang lebih dari tiga gigi
baik untuk gigi baik untuk rahang atas maupun rahang bawah (sudah melibatkan
lebih dari satu molar) dan belum ada perubahan dimensi vertikal
b. Kondisi gigi penyangga
Klasifikasi PDI untuk kondisi gigi penyangga pada kasus ini adalah
kelas III, karena gigi sudah tidak mendapatkan dukungan restorasi intrakoronal
atau extrakoronal pada 4 sextant maka perlu pencabutan gigi, pembersihan
karang gigi maka dari itu terdapat lebih dari 2 sextant yang pre-prostetik.
c. Skema Oklusal
Untuk skenario ini merupakan skema oklusal kelas III yaitu skema
oklusal yang secara substansial dikompromikan membutuhkan pembentukan
kembali seluruh skema oklusal tanpa perubahan dalam dimensi vertikal.
2. Pola Oklusi dan Artikulasi
Dalam pengembangan oklusi untuk pembuatan protesa sebagian lepasan,
terdapat tiga konsep yang selama ini dikenal. Masing-masing konsep menggambarkan

14
bagaimana gigi-geligi hendaknya berkontak dalam gerakan dalam gerakan lateral
mandibula
a. Oklusi seimbang dua sisi (bilateral balance occlusion).
Pada konsep ini pergerakan protesa lengkap diharapkan dapat
dicegah dengan mengandalkan kontak dari sebanyak mungkin gigi pada
kedua sisi rahang. Dengan demikian diharapkan protesa lengkap
menjadi lebih stabil.
b. Oklusi seimbang satu sisi (unilateral balance occlusion).
Dalam konsep unilateral balance occlusion, diharapkan
terjadinya maximum intercuspation pada semua sisi working side, tetapi
tidak ada kontak pada sisi non-working side. Pada konsep ini diharapkan
terjadi gerakan halus mulus dari kedudukan oklusi lateral ke intercuspal
position.
c. Oklusi saling lindung (mutually protected occlusion) atau dikenal juga
dengan canine guided.
Pada konsep ini, ketika gigi belakang berada dalam kontak,
gaya-gaya juga jatuh pada sumbu panjang gigi. Jika gigi posterior
berkontak, gigi anterior hendaknya terpisah sedikit. Dalam konsep ini
gigi anterior bertindak sebagai pelindung gigi posterior saat gerakan
eksentrik, sedangkan gigi posterior menjadi pelindung gigi anterior saat
mencapai posisi antar-tonjol.
Berdasarkan kasus diatas, pola oklusi pasien merupakan pola oklusi unilateral
balance occlusion.
3. Hubungan Rahang
Hubungan rahang berpedoman pada kontak gigi yang masih ada, dimana
terdapat sentrik oklusi pada slope mesial gigi 13 dengan slope distal gigi 44, gigi 23
dengan gigi 33 dan gigi 34, gigi 27 dengan gigi 38. Kontak pada gigi yang masih ada
adalah sentrik oklusi. Regio yang tidak bergigi pada anterior rahang atas (gigi 11, 12,
21, 22) dan posterior rahang bawah (gigi 45, 46, 47, 48) dapat dibantu dengan galengan
gigit. Penentuan hubungan vertikal rahang tidak diperlukan karena adanya gigi geligi
pasien yang masih berkontak.
Berdasarkan pada kasus diatas, terdapat daerah yang terjadi perluasan distal dan
geligi yang masih ada sudah saling tidak berkontak. Dengan adanya kondisi seperti itu

15
maka dilakukan penentuan hubungan horizontal rahang dengan cara merekam dengan
bantuan gelangan gigit.
Cara :
1. Galengan dilunakkan dengan pisau malam dan dimasukkan ke dalam mulut
pasien
2. pasien diminta untuk menutup rahang pada sentrik oklusi dengan cara menelan
ludah, sehingga galengan akan tertekan dengan gigi antagonisnya.
3. Setelah galengan mengeras, galengan dikeluarkan dari mulut dan diletakkan
pada model rahang atas dan bawah. Kedua model dioklusikan
4. Periksa apakah oklusi pada model sudah sesuai dengan keadaan mulut pasien
dan oklusi di model harus sesuai dengan keadaan oklusi di mulut pasien

2.4 Cengkeram Gigi Tiruan Akrilik RA dan RB Pada Kasus Beserta Gambar
1. Rahang Atas

Gambar 2. Cengkeram Gigi Tiruan Akrilik Rahang Atas

Keterangan Gambar 2.
a. Gigi 17 menggunakan cengkeram C tanpa rest
b. Gigi 15 menggunakan cengkeram C + rest
c. Gigi 13 ditambahkan peninggian plat
d. Gigi 23 menggunakan cengkeram C disertai peninggian plat

16
e. Gigi 26 menggunakan cengkeram C tanpa rest

2. Rahang Bawah

Gambar 3. Cengkeram Gigi Tiruan Akrilik Rahang Bawah


Keterangan Gambar 3.
a. Gigi 38 menggunakan cengkeram 3 jari
b. Gigi 35 menggunakan cengkeram C + rest pada bagian distal
c. Gigi 44 menggunakan cengkeram C + rest pada bagian mesial

2.5 Cengkeram Gigi Tiruan Kerangka Logam RA dan RB Pada Kasus Beserta Gambar
1. Rahang Atas

Gambar 4. Cengkeram Gigi Tiruan Kerangka Logam Rahang Atas


Keterangan Gambar 4. :
a. Gigi 17 18 menggunakan cengkeram double akers
b. Gigi 14 15 menggunakan cengkeram embrasure clasp
c. Gigi 23 menggunakan cengkeram mesiodistal

17
d. Gigi 26 menggunakan cengkeram akers
2. Rahang Bawah

Gambar 5. Cengkeram Gigi Tiruan Kerangka Logam Rahang Bawah


Keterangan Gambar 5. :
a. Gigi 38 menggunakan cengkeram cincin atau ring clasp
b. Gigi 35 menggunakan cengkeram akers
c. Gigi 44 menggunakan cengkeram half and half.

2.6 Macam-Macam GT Inkonvensional


Desain protesa inkonvensional digunakan untuk rahang atas pada pasien anak-anak.
Rancangan yang sangat lazim digunakan adalah jenis dukungan jaringan (tissue borne) yang
meliputi daerah yang luas dari palatum keras dan tepi gingiva semua gigi yang masih ada.
Protesa ini dibuat dari bahan resin akrilik karena dalam proses pembuatan protesa jenis
ini surveyor jarang digunakan untuk daerah gerong pada permukaan palatal dan kontak yang
diinginkan antara gigi-gigi dan dasar protesa di daerah perifer sering kali hilang. Kelemahan
dari desain protesa inkonvensional adalah adanya kontak tepi yang hilang, sisa makanan yang
mudah terjebak, desain ini tidak dianjurkan karena sering menyebabkan terjadinya karies dan
gingivitis marginalis.
Terdapat 3 macam desain protesa inkonvensional, yaitu
1. Protesa Sendok (spoon denture)
Protesa sendok atau dikenal pula sebagai spoon denture menutupi sebagian
daerah palatum keras, tetapi tepinya tetap bebas dari tepi gingiva dengan jarak 8 mm,
Protesa ini digunakan pada indikasi kehilangan 1-2 gigi saja. Keuntungan pada jenis
protesa ini adalah harga pembuatannya terjangkau dan mudah. Kerugian dari spoon
denture yaitu retensi nya relatif kecil. retensi ini bergantung pada adhesi dan aktivitas

18
bagian dorsal lidah. Oleh karena adhesi bergantung langsung pada luasnya permukaan
yang ditutupi basis protesa, maka dapat dilakukan perluasan dasar gigi tiruan hingga
batas palatum keras dan palatum lunak namun juga terdapat pendapat lain yang
menyebutkan bahwa dasar protesa ini cukup sampai mesial gigi molar dua. Dalam
menilai keberhasilan pembuatan protesa sendok, terdapat hal-hal yang sebaiknya
dipertimbangkan, yaitu sifat mukosa, bentuk palatum keras, pengguna sayap anterior,
saliva, kecekatan karena gesekan, kebiasaan buruk, jumlah gigi yang hilang, dan
gigitan.

Gambar 6. Protesa Spoon Denture/Sendok

2. Protesa Sadel (saddle prosthesis)


Protesa satu sisi ini dikenal sebagai unilateral denture, disebut juga sebagai
removable bridge, side plate, atau saddle prosthesis. Disebut demikian, karena protesa
ini hanya menutupi jaringan mulut pada salah satu sisi rahang saja. Indikasi protesa ini
adalah pada kasus kehilangan gigi kelas VI Applegate-Kennedy.

Gambar 7. Protesa Sadel

19
Kelemahan pada protesa ini adalah kurang stabil, retensi hanya ada pada satu
sisi rahang, geligi tiruan cenderung bergerak ke arah bukal, dan memiliki bentuk yang
kecil sehingga mudah tertelan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah ketidakstabilan satu sisi,
antara lain:
a. Upayakan terjadinya kontak tonjol bukal dan lingual
b. Penggunaan sandaran oklusal yang lebar
c. Upayakan pengimbangan yang memadai
d. Upayakan retensi yang memadai
3. Protesa Tapal Kuda (horseshoe)
Indikasi dari geligi tiruan inkonvensional ini adalah kelas IV Kennedy rahang
atas anak-anak, dengan 1-2 gigi yang hilang. Bagian-bagian geligi tiruan ini terdiri dari
elemen dan basis dengan dukungan jaringan. Kelebihan dari geligi tiruan macam ini
adalah estetik yang baik karena tidak terlihat adanya cengkeram. Sedangkan
kekurangannya adalah seringnya terjadi gingivitis marginalis ataupun karies, dan
kurang nyaman dipakai karena basis harus dibuat luas.

Gambar 8. Protesa Tapal Kuda

20
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Dukungan pada rahang atas adalah dukungan gigi. Gigi yang menjadi sandaran pada
rahang atas yaitu 17, 15, 13, 23, dan 26. Dukungan pada rahang bawah adalah dukungan
kombinasi. Gigi tiruan yang didukung oleh jaringan lunak adalah gigi 43, 46, 47 dan
48. Untuk biomekanika gaya terdiri dari 4 jenis yaitu gaya oklusal, gaya lateral, gaya
antero-posterior, dan gaya perpindahan. Rotasi yang terjadi pada kasus terdapat 3 jenis
yaitu rotasi garis fulkrum, rotasi longitudinal, dan rotasi pada sumbu imajiner.
2. Bentuk gigi pasien oval dan warna gigi disesuaikan dengan gigi yang masih ada. Gigi
tiruan untuk kasus paradental dan free end memiliki bagian-bagian seperti elemen,
konektor, basis, cengkeram, dan sandaran.
3. Berdasar skenario, pasien merupakan PDI kelas III dengan pola oklusi unilateral
balance occlusion dan hubungan rahang horizontal ditentukan dengan cara merekam
dengan bantuan galengan gigit, sedangkan penentuan hubungan vertikal rahang tidak
diperlukan karena adanya gigi geligi pasien yang masih berkontak.
4. Cengkram untuk gigi tiruan kerangka logam rahang atas menggunakan cengkeram
double akers, embrasure clasp, cengkeram mesiodistal, dan cengkeram akers
sedangkan untuk rahang bawah menggunakan cengkeram cincin atau ring clasp, akers,
dan half and half clasp.
5. Terdapat 3 macam desain protesa inkonvensional, yaitu protesa sendok, protesa sadel,
dan protesa tapal kuda.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, Haryanto. A, et. al. Buku Ajar: Prostodonsia Sebagian Lepasan Ed. 2. Jakarta:
EGC. 2018

22

Anda mungkin juga menyukai