Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SEMINAR 2

PENATALAKSANAAN KELAINAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK


MODUL GSM6519 - PARALEL 2

KELOMPOK E :
Verent Novianti Liunardy 040001900145
Vierlia Nurlailia Putri 040001900146
Vincentia Alice 040001900147
Winscheel Go 040001900148
Yohanes Baptista Aristo 040001900149
Yosepha Angelica Dinata 040001900150
Yulia Maharani 040001900151
Zahra Metha Natasya 040001900152
Zahra Salsabil Putri Rivai 040001900153
Zefanya Lady 040001900154
Zevanya Vanessa 040001900155
Zevanya Thea Kirana 040001900156
Artdhea Regita Wibowo 040001900158
Sheren Glorya Keynes 040001900159
Mutiara Arifin Nusantara 040001900160

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2021
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan Anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang di
dalamnya memuat hasil diskusi dari skenario yang ada. Makalah ini diselesaikan
sebagai syarat untuk dapat mengikuti seminar, khususnya pada diskusi 2.1 dan 2.2.
Makalah ini memuat materi modul GSM 6519 yaitu Modul Penatalaksanaan
Kelainan Gigi dan Mulut Pada Anak.

Terima kasih kami sampaikan kepada fasilitator diskusi 2.1 kami, Drg. Tri
Putriany Agustin, Sp. KGA, dan fasilitator diskusi 2.2 kami, Prof. Dr. drg. F Loes
D Sjahruddin, M.Kes. Sehingga kami dapat menjalankan proses diskusi dan
mendapatkan hasil yang tertuang di dalam makalah ini. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami
juga kepada teman-teman mahasiswa yang turut memberikan kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari masih adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab
itu, mohon maaf atas segala kekurangan karena kami masih dalam tahap
pembelajaran. Kritik dan saran akan sangat kami harapkan agar makalah ini
menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Makalah ini dibuat dengan harapan
dapat bermanfaat bagi mahasiswa atau masyarakat lain yang membaca.

Jakarta, 11 Desember 2021

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...…….………………….………………………….1

DAFTAR ISI………….……………………………....……..…………………..2

BAB I PENDAHULUAN…...………………………..….……...........................4
1.1 Latar Belakang……..……………………...………..…….……………4
1.1.1 Diskusi 2.1……...……………………..…………..…..………....4
1.1.2 Diskusi 2.2……...………………………………….........……….4
1.2 Rumusan Masalah……....………………………...…..….…………….4
1.2.1 Diskusi 2.1……...………………………………….…..…...........4
1.2.2 Diskusi 2.2…….……………………………...………........…….5
1.3 Tujuan…...………………………………..………....…..…..................5
1.3.1 Diskusi 2.1…….………………………………….......................5
1.3.2 Diskusi 2.2…….…………………………………....…...............5
1.4 Manfaat Makalah……………………………………………………....5

BAB II PEMBAHASAN....……………… ……………….…………………...6


2.1 Diskusi 2.1.…………………..…………………………………….…6
2.1.1 Apa Kemungkinan rencana perawatan untuk kasus di atas ?.....6
2.1.2 Jelaskan tahap-tahap prosedur perawatan pada kasus diatas!
(lengkap dengan alat dan bahan)………………………………….... ...8
2.2 Diskusi 2.2. .………….………………………….……......................17
2.2.1 Pertimbangan-pertimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta
berbagai perawatan lanjutannya......………………………….............17
2.2.2 Jelaskan dosis maksimum dari bahan anestesi yang digunakan
untuk pencabutan gigi 55!....................................................................18

2
2.2.3 Jelaskan tahap perawatan gigi 55 pada kasus di atas!..................19
2.2.4 Kemungkinan-kemungkinan perawatan untuk gigi 11…………23
2.2.5 Diskusikan kemungkinan-kemungkinan perawatan gigi 21…….25

BAB III PENUTUP…………………….…………………………………..….30


3.1 Kesimpulan…………………………………..…………...……...…...30
3.1.1 Diskusi 1A………………………………….…………..…………..30
3.1.2 Diskusi 1B……………………………………..……..…....…..…...31

DAFTAR PUSTAKA . …………………………………………....…….……32

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Skenario Diskusi 2.1
Seorang anak perempuan berusia 5 1/2 tahun diantar ibunya ke
dokter gigi dengan keluhan gigi belakang bawah kanan sakit menyebabkan
sering menangis di malam hari. Pemeriksaan klinis sepintas pada gigi 65
karies di oklusal mengenai dentin. Gigi 64 karies di proksimal melibatkan
sebagian oklusal mengenai dentin. Gigi 53 dan 63 karies di proksimal mesial
mengenai dentin. Gigi 85 karies mengenai pulpa.

1.1.2 Skenario Diskusi 2.2


Seorang anak perempuan usia 8 tahun di antar ibunya ke RSGM
dengan keluhan sakit pada gigi kanan bawah. Pemeriksaan ekstra oral tidak
ada kelainan. Pemeriksaan intra oral tampak gigi 75 sisa akar, gigi 85 karies
profunda/KMP non vital melibatkan furkasi, gigi 11 karies mengenai pulpa.
Gigi 21 terlihat patah melibatkan sudut mesial dan pulpa terbuka, mobilitas
(-). Berat badan pasien 23 kg. Terdapat gigi 55 berupa sisa akar yang akan
dilakukan ekstraksi dengan anestesi infiltrasi. Anestetikum yang digunakan
adalah 2 ml Lidocaine 2% 1:100.000 epi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Diskusi 2.1
1. Apa Kemungkinan rencana perawatan untuk kasus di atas ?
2. Jelaskan tahap-tahap prosedur perawatan pada kasus diatas! (lengkap
dengan alat dan bahan)
1.2.2 Diskusi 2.2
1. Pertimbangan-pertimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta
berbagai perawatan lanjutannya.

4
2. Jelaskan dosis maksimum dari bahan anestesi yang digunakan untuk
pencabutan gigi 55!
3. Jelaskan tahap perawatan gigi 55 pada kasus di atas!
4. Kemungkinan-kemungkinan perawatan untuk gigi 11.
5. Diskusikan kemungkinan-kemungkinan perawatan gigi 21

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Diskusi 2.1
1. Mengetahui apa saja kemungkinan perawatan kasus di atas.
2. Mengetahui tahap-tahap prosedur perawatan pada kasus diatas (lengkap
dengan alat dan bahan).
1.3.2 Diskusi 2.2
1. Mengetahui perawatan pada gigi 75 dan 85, serta berbagai perawatan
lanjutannya.
2. Mengetahui dosis maksimum dari bahan anestesi yang digunakan untuk
pencabutan gigi 55.
3. Mengetahui tahap perawatan gigi 55 pada kasus di atas.
4. Mengetahui kemungkinan perawatan untuk gigi 11.
5. Mengetahui kemungkinan perawatan gigi 21

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini dibuat dengan harapan agar para pembaca dan
mahasiswa/mahasiswi FKG USAKTI mengetahui dan memahami masalah
mengenai penatalaksanaan kelainan gigi dan mulut pada anak.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diskusi
2.1.1 Kemungkinan rencana perawatan untuk kasus di atas! (sesuaikan
dengan diagnosis pada skenario diskusi 1.1)
1. Gigi 65
Pada skenario, pemeriksaan intraoral menunjukan adanya
karies di oklusal mengenai dentin gigi 65. Diagnosis dari gigi 65
perlu ditetapkan berdasarkan pemeriksaan subjektif dgn anamnesis
dan objektif dgn pemeriksaan umum, intra oral, dan ekstra oral.
Pemeriksaan untuk mengetahui vitalitas gigi 65 yaitu dengan tes
chloro ethyl/cavity test. Jika pasien menunjukan respon sakit, maka
giginya masih vital. Pemeriksaan periapikalnya dengan palpasi dan
perkusi. Selain dari pemeriksaan klinis, perlu pemeriksaan tambahan
yaitu radiografis, sehingga diketahui banyaknya resorpsi akar dari
gigi tersebut, progresivitas karies serta radiolusensi. Jika pada
pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, tes vitalitas, palpasi dan
perkusi didapatkan gigi 65 karies mencapai dentin, tes vitalitas
positif, dan palpasi dan perkusi negatif dengan anamnesis tidak ada
keluhan maka diagnosisnya karies dentin dan rencana terapinya
adalah tumpat GIC atau compomer. Compomer karena sifat fisiknya
lebih kuat sehingga lebih tahan aus dibanding GIC dan kelebihannya
lain dari compomer adalah fluor release. Sedangkan, Jika mencapai
dentin dalam, maka diperlukan perlindungan pulpa dengan GIC tipe
III. Jika ditemukan karies yang sudah melibatkan banyak cusp maka
rencana perawatannya dapat menggunakan restorasi SSC (Stainless
Steel Crown).
2. Gigi 64
Pada gigi 64 karies berada di bagian proksimal melibatkan
sebagian oklusal dan mengenai dentin, maka kemungkinan

6
diagnosis untuk gigi 64 adalah karies dentin termasuk dalam
klasifikasi karies kelas II (karena karies pada oklusal melibatkan
bagian proximal gigi posterior). Rencana perawatannya dapat
berupa penumpatan dengan kompomer yang merupakan pilihan
restorasi yang tepat untuk merestorasi gigi anterior dan posterior
sulung karena konduktivitas termalnya yang relatif rendah, dapat
mempertahankan struktur gigi dalam preparasi kavitas, kuat,dan
dapat beradaptasi dengan baik pada gigi anak.
Dapat juga ditumpat menggunakan GIC (glass ionomer
cement) karena memiliki sifat dapat melepaskan fluor yang dapat
melindungi gigi terhadap kerusakan dan lebih tidak sensitif terhadap
suasana lembab maka bisa digunakan apabila kondisi pasien tidak
kooperatif dan juga pada pasien hipersalivasi. Namun, apabila
ditemukan karies yang melibatkan lebih dari dua permukaan maka
rencana perawatannya dapat menggunakan restorasi SSC (Stainless
Steel Crown).
3. Gigi 53 dan 63
Pada skenario, pemeriksaan intraoral menunjukan adanya
karies proksimal pada bagian mesial gigi 53 dan 63 yang telah
mencapai dentin. Diagnosis untuk gigi 53 dan 63 adalah karies
dentin. Untuk klasifikasi karies gigi 53 dan 63 adalah kelas III GV
Black.
Terdapat 2 alternatif untuk rencana perawatan gigi 53 dan 63,
yaitu restorasi menggunakan bahan tumpat GIC atau kompomer.
Kedua bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Maka dari itu, pemilihan bahan tumpat harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi rongga mulut, serta sifat kooperatif
pasien.
Jika karies dentin dalam dan hampir mengenai pulpa maka
dapat diberikan GIC tipe III sebagai liner dan pelindung pulpa,
kemudian ditumpat menggunakan GIC/kompomer. Bahan GIC

7
dapat digunakan apabila pasien kurang kooperatif dan dalam
keadaan hipersalivasi. Sedangkan kompomer digunakan apabila
pasien kooperatif dan dapat dilakukan isolasi daerah kerja dengan
baik karena kompomer tidak toleran terhadap kelembaban.
Kelebihan lain dari GIC adalah kemampuan melepaskan fluor yang
lebih baik. Jika selama preparasi, dokter gigi menemukan bahwa
karies telah mencapai tepi insisal, maka bahan yang harus digunakan
adalah kompomer karena lebih kuat dalam menahan beban kunyah
dan lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan bahan GIC.
4. Gigi 85
Diagnosis pada gigi 85 adalah karies mencapai pulpa dan
perawatan yang dapat dilakukan yaitu pulpektomi dan stainless steel
crown (SSC). Pulpektomi adalah pengambilan seluruh jaringan
pulpa yang terinfeksi baik di kamar pulpa dan saluran akar. Alasan
dilakukan pulpektomi pertama karena pada anamnesis dikatakan
bahwa anak sering menangis pada malam hari akibat rasa sakit di
gigi belakang bawah kiri. Kedua, melalui pemeriksaan intraoral
karies sudah mencapai pulpa. Kedua hal ini merupakan indikasi
perawatan pulpektomi yaitu gigi sulung dengan tanda dan gejala
pulpitis irreversible. Setelah pulpektomi, perawatan dilanjutkan
dengan SSC untuk mengatasi kerapuhan gigi akibat pengambilan
jaringan pulpa.

2.1.2 Jelaskan tahap-tahap prosedur perawatan pada kasus di atas! (lengkap


dengan alat dan bahan)
1. GIC (Glass Ionomer Cement)
Pada gigi 53, 63 yang di diagnosis karies dentin kelas 3 dapat
dilakukan restorasi menggunakan GIC. Alat yang digunakan dalam
restorasi GIC adalah kaca mulut, pinset, sonde/ probe explorer,
excavator, mixing pad, agate spatel, mixing slab, cotton pellet, enamel
cutter, applier (carver), wedge, dan seluloid strip. Sedangkan untuk

8
bahan yang digunakan adalah glass ionomer cement, dentin conditioner,
dan varnish. Komposisi GIC sendiri adalah powder terdiri dari
Fluoroaluminosilicate Glass dan liquid terdiri dari Polyacrylic acid,
Polybasic carboxylic acid, air. Prosedur restorasi dengan GIC adalah:
a. Isolasi gigi dengan rubber dam dan keringkan gigi.
b. Preparasi untuk membuang jaringan karies menggunakan round
bur dengan arah tegak lurus.
c. Bentuk outline form dengan handpiece high speed menggunakan
mata bur diamond fissure bur
d. Aplikasikan dentin conditioner 10% asam poliakrilat selama 15-
20 detik dan bilas dengan semprotan air/udara, lalu keringkan.
Dentin conditioner membantu membersihkan permukaan gigi
dari smear layer yang dapat menyebabkan tertutupnya tubuli
dentin dan tumpatan tidak bisa menempel.
e. Pasang matrix sectional dan wedge pada proksimal gigi 53, dan
63. Matrix membantu membentuk gic, mengembalikan kontur
anatomis, dan memperbaiki kontak proksimal.
f. Campurkan bahan dengan perbandingan bubuk dan cairan sesuai
aturan pabrik atau dengan rasio 3,5:1 untuk restorasi. Bubuk dan
Liquid diletakan di atas glass slab, bubuk dibagi 2 bagian
kemudian dicampur ke liquid satu persatu bagian, dicampur
menggunakan instrumen plastik/ spatula agate dengan cepat dan
dengan cara melipat, waktu pengadukan selama 40 detik hingga
mencapai konsistensi dempul.
g. Setelah bahan mencapai konsistensi homogen, ambil bahan
menggunakan plastis filling plastik dan padatkan hingga
membentuk gigi
h. Masukkan GIC ke dalam kavitas dan rapikan tumpatan.
i. Setelah bahan mengeras selama 2-3 menit, oleskan varnish.
j. Pengecekan oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating
paper.

9
k. Lakukan finishing dan polishing minimal 24 jam setelah
penumpatan
2. Kompomer
Gigi 65 dan 64 dapat ditumpat dengan kompomer atau polyacid-
modified resin composite. Kompomer berbeda dengan GIC,
penumpatan dengan GIC menggunakan dentin conditioner yang lama
(perlu dibilas) sedangkan kompomer menggunakan non rinse
conditioner (NRC). Alat yang digunakan dalam restorasi kompomer ini
meliputi kaca mulut, pinset, plastis filling instrument, saliva ejector/
suction, ekskavator, cotton roll, light curing, low speed bur (round &
fissure), flamed finishing bur dan seluloid strip. Sedangkan untuk bahan
yang digunakan meliputi kompomer, NRC, dan prime & bonding agent
(Prime&bond NT).

Prosedur perawatan dengan kompomer:

a. Pembuangan jaringan karies dengan menggunakan round bur


dengan handpiece low speed dengan arah tegak lurus.
b. Preparasi dengan membentuk outline form dengan handpiece
high speed, mata bur diamond fissure bur
c. Kavitas dibersihkan dengan aquades, lalu isolasi daerah kerja
penumpatan (gigi yang akan ditumpat) dengan rubber dam dan
keringkan permukaan gigi.
d. Pasang matriks atau seluloid strip (tapi untuk gigi 65 tidak
diperlukan karena kariesnya di bagian oklusal).
e. Aplikasikan NRC (Non-Rinse Conditioner) pada permukaan
kavitas selama 20 detik, kelebihan bahan dibuang dengan
semprotan udara atau gulungan kapas kecil.
f. Aplikasikan primer dan bonding selama 20 detik, keringkan
selama 5 detik. Kemudian di light cure (polimerisasi dengan
sinar) selama 10 detik.

10
g. Letakkan kompomer dengan instrumen plastis filling dengan
teknik layering (selapis demi selapis). Tiap layer disinari selama
20 detik.
h. Setelah seluruh kavitas terisi penuh, lepaskan matriks/seluloid
strip dan lakukan penyinaran terakhir dari permukaan bukal dan
palatal/lingual.
i. Rapikan tumpatan dengan flame shaped finishing bur.

3. Pulpektomi
Pulpektomi dikerjakan pada gigi 85, yang memiliki karies yang
mencapai pulpa. Prosedur pengerjaan pulpektomi dibagi 2 yaitu:
a. Single Visit pulpektomi (complete pulpectomy) :
Melakukan rontgen foto
1) Anestesi dilakukan dengan anestesi topikal dan injeksi
2) Isolasi gigi menggunakan rubber dam dan cotton roll
3) Pembuangan jaringan karies dengan menggunakan round
bur dengan handpiece low speed
4) Preparasi dengan membentuk outline form mengikuti letak
orifice (letak saluran akar) dengan handpiece high speed,
mata bur diamond fissure bur
5) Bersihkan jaringan pulpa di korona menggunakan eskavator
tajam atau round bur low speed
6) Ekstirpasi sisa jaringan pulpa dalam saluran akar dengan
jarum ekstirpasi
7) Irigasi NaOCl (sodium hipoklorit)
8) Sterilisasi akar dengan obat antibakteri: chlorophenol kamfer
menthol (ChKM) / Cresophen dan Creosote (rotation of
medication) untuk mencegah resistensi terhadap obat
9) Mengisi saluran akar dengan dengan bahan lentulo
○ Ambil bahan pengisi dengan lentulo

11
○ Putar lentulo perlahan searah jarum jam untuk
membawa bahan pengisi (ZnOE) ke dalam saluran
akar
10) Mengisi saluran akar dengan metode master point
11) Bahan pengisi dicampur sampai konsistensi dempul dan
dapat di pilin
12) Masukan kedalam saluran akar dengan root canal plugger
yang telah ditaburi ZnOE untuk mencegah agar tidak
melekat pada master point
13) Memberi dasar semen Ca(OH)2 (kalsium hidroksid)
14) Restorasi dengan GIC

b. Multiple visit pulpektomi


Kunjungan pertama :
1) Lakukan Rontgen foto.
2) Anestesi lokal dilakukan dengan anestesi topikal dan injeksi.
3) Bersihkan semua jaringan karies (pakai lowspeed handpiece
dengan round metal bur).
4) Bentuk outline form menggunakan handpiece highspeed
fissure
diamond bur dan membuka atap pulpa (handpiece lowspeed
round diamond bur).
5) Isolasi gigi menggunakan rubber dam dan cotton roll.
6) Bersihkan jaringan pulpa di korona menggunakan
eskavator/round bur low speed handpiece
7) Ukur panjang kerja.
8) Ekstirpasi sisa jaringan pulpa dalam saluran akar.
9) Irigasi NaOCL (sodium hypochlorite).
10) Sterilisasi saluran akar dengan obat antibakteri (contohnya:
Cresophen dan Creosote) → rotation of medication

12
mencegah
resistensi terhadap obat.
11) Tumpat sementara
Kunjungan kedua:
1) Setelah ruang pulpa kering dan tidak ada tanda atau gejala,
isi saluran akar dengan pasta pengisi ZOE pasta (lentulo).
2) Melakukan Rontgen foto untuk melihat hasil pengisian.
3) Memberi dasar semen.
4) Melakukan restorasi GIC.
Apabila terjadi abses, dapat dilakukan perawatan emergency
abses akut dengan pemberian analgesik, antibiotik, diet tinggi
vitamin dan bila memerlukan drainase dapat membiarkan ruang
pulpa terbuka selama 1 hari. Perawatan final yang dapat dilakukan
adalah Perawatan Saluran Akar.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk melakukan pulpektomi :
Alat :
o Rubber dam
o Kaca mulut
o Sonde
o Pinset
o Ekskavator
o Diamond bur
o Contra-angle high speed
o Plastic filling
o Jarum ekstirpasi
o Jarum K-file
o Jarum lentulo
Bahan :
o Cotton pellet
o Cotton roll
o H2O2

13
o Aquadest
o ZOE
o Zinc phosphate cement
o Tumpatan sementara
4. SSC (Stainless Steel Crown)
Pembuatan SSC dapat dilakukan untuk gigi 64 dan 85.
Prosedur penggunaan SSC:
a. Pengecekan oklusi
Pengecekan oklusi dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara gigi geligi sebelum pemakaian SSC agar dapat
disamakan dengan hubungan oklusi setelah SSC. Sebelum
dipasang dan sesudah SSC oklusi harus sama. Jika ada gigitan
dalam kontak berat, kontra indikasi dilakukan SSC.
b. Anestesi lokal
Anestesi lokal dilakukan menggunakan lidokain 2%
dengan adrenalin 1:100.000 pada bagian mucobuccal fold dan
papilla interdental. Jika gigi masih vital.
c. Preparasi gigi
1) Proksimal
Preparasi bagian proksimal gigi menggunakan
handpiece low speed tapered fissure bur ±1 mm. Tepi
gingival berbentuk feather edge finish line tidak berbahu
(lurus). Angulasi dari reduksi di bagian proksimal harus
sejajar.
2) Oklusal
Dimulai dengan pembuatan guidance groove dengan
mereduksi bagian groove lalu menghubungkannya dengan
reduksi oklusal sebanyak 1-1,5 mm sehingga dapat dilalui
oleh sonde saat oklusi.
3) Bukal atau Lingual

14
Bagian bukal dan lingual diasah bila kecembungan
terlalu prominen. Apabila diperlukan, dipreparasi 0,5-1 mm.
4) Pembulatan sudut
Pembulatan sudut oklusal melingkari gigi
menggunakan sudut 30-45°. Sudut proximal line angle
dibulatkan hingga tidak membentuk sudut.

d. Pemilihan Crown
Pemilihan crown harus yang pas, tidak longgar, dan
menutupi seluruh permukaan. Cara pemilihan crown ada tiga,
yaitu: mengukur diameter mesiodistal gigi sebelum dipreparasi,
memilih crown setelah preparasi, dan menggunakan trial and
error.
e. Adaptasi
1) Trimming dan contouring
Trimming melibatkan pemotongan mahkota
menggunakan gunting SSC untuk menyesuaikan mahkota
dengan servikal gigi. Mahkota dihaluskan menggunakan
stone bur hijau pada tepi yang tajam. Contouring dilakukan
pada ⅓ tengah mahkota hingga ⅓ servikal mahkota
menggunakan tang gordon dan tang ball and socket.
2) Crimping
Pada ⅓ servikal gigi dilakukan crimping sekitar 1
mm menggunakan crown crimping plier. Mahkota dengan
crimping yang pas membantu dalam retensi mekanis,
perlindungan semen, dan pemeliharaan gingiva

f. Finishing dan polishing

Mahkota apabila tidak terpoles dapat menghasilkan


akumulasi plak dan menyebabkan gingivitis. Oleh sebab ini,
mahkota dipoles dengan menggunakan rubber supaya halus dan

15
terlihat lebih mulus. Polishing hanya dilakukan pada bagian 1⁄3
tengah hingga 1⁄3 mahkota.

g. Sementasi

Sementasi dilakukan menggunakan zinc phosphate


cement, GIC tipe I, atau RMGIC (Resin modified glass ionomer
cement) . Insersi mahkota dilakukan dari sisi lingual dan
didorong ke arah bukal. Pasien disuruh mengunyah setelah
insersi untuk mendapatkan oklusi sentrik. Semen kelebihan
dihilangkan.

Alat yang digunakan untuk melakukan perawatan


menggunakan SSC meliputi kaca mulut, sonde, pinset, set bur,
contra angle high speed, sendok cetak sebagian, tang contouring
dan crimping (ball and socket olier, gordon plier, dan crimping
plier), gunting, dan excavator. Bahan yang digunakan untuk
membuat SSC yaitu cotton roll, cotton pellet, GIC luting tipe I,
SSC, alginate, articulating paper.

16
2.2 Diskusi 2.2
2.2.1 Pertimbangan-pertimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta
berbagai perawatan lanjutannya.
Pada skenario, tidak dikeluhkan adanya sakit pada gigi 75. Pada
pemeriksaan ekstra oral tidak ada kelainan dan pada pemeriksaan intra oral
tampak gigi 75 berupa sisa akar. Sisa akar merupakan keadaan hilangnya
mahkota gigi oleh karena karies yang telah menghancurkan email gigi
sehingga hanya tersisa akar gigi saja. Sisa akar gigi tidak baik untuk rahang,
gingiva, dan juga kesehatan lainnya karena pulpa yang mati merupakan
media pertumbuhan bakteri yang dapat menyerang jaringan dan pembuluh
darah gigi yang dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti radang gusi,
kista, tumor, dan lainnya (periapikal granuloma dan kista radikular).
Sehingga, perawatan yang dapat diberikan pada gigi 75 sesuai dengan
skenario ini adalah ekstraksi. Dimana salah satu indikasi ekstraksi adalah
gigi yang tidak dapat dilakukan restorasi lagi seperti gigi 75 yang
merupakan sisa akar. Anak tersebut mengeluhkan sakit pada gigi kanan
bawah, yang kemungkinan disebabkan karena terdapat karies
profunda/KMP non vital melibatkan furkasi pada gigi 85. Karena gigi non
vital dan telah ditemukan keterlibatan furkasi maka pertimbangan
perawatan yang dapat dilakukan adalah ekstraksi gigi 85.
Perawatan lanjutan pasca pencabutan gigi 75 dan 84 adalah
pembuatan space maintainer. Menurut usia dentalis, seharusnya gigi dm2
bawah pada anak akan digantikan dengan gigi P2 permanent saat usia 11-
12 tahun. Tetapi dalam kasus ini, gigi pasien sudah harus di ekstraksi pada
usia 8 tahun. Sehingga pasien anak memerlukan space maintainer yang
bertujuan untuk menjaga ruang akibat premature loss gigi sulung agar
komplikasi seperti crowding, ektopik, impaksi, dan maloklusi dapat
dihindari.
1. Fixed space maintainer (APR Cekat Lengkung lingual /fixed lingual
arch space maintainer)

17
Fixed lingual arch space maintainer terdiri dari crown/ band
dipasang pada kedua gigi penyangga kiri dan kanan dengan kawat
lengkung lingual yang dipasang sepanjang permukaan lingual
menghubungkan band/ crown kiri dan kanan. Space maintainer ini
diindikasikan untuk kehilangan gigi sulung posterior secara dini
pada kedua sisi rahang, bila tidak dapat dibuat APR lepas, bila
diperkirakan waktu erupsi pengganti tidak terlalu lama dan sebagai
dasar restorasi estetik yaitu hilangnya gigi sulung anterior. Oleh
karena itu pada kasus ini, pasien dapat dibuatkan jenis space
maintainer ini.
Keuntungan dari fixed lingual arch space maintainer adalah
posisi alat tidak mudah berubah karena merupakan alat cekat, dapat
mempertahankan panjang dan bentuk lengkung rahang yang sudah
baik, mencegah gigi posterior bergerak ke anterior serta tidak
menghalangi erupsi gigi tetap sehingga gigi dapat erupsi dalam
lengkung rahang secara normal. Kerugian dari space maintainer ini
adalah tidak dapat mencegah ekstrusi / supra erupsi gigi antagonis
dan tidak dapat mengembalikan fungsi pengunyahan.

2.2.2 Jelaskan dosis maksimum dari bahan anestesi yang digunakan untuk
pencabutan gigi 55!
Pada skenario, seorang perempuan berusia 8 tahun, dengan berat
badan 23 kg. Pada gigi 55 terdapat sisa akar yang akan dilakukan ekstraksi
dengan anestesi infiltrasi. Anestesi yang digunakan adalah Lidocaine 2%
dengan 1:100.000 Epinefrin.
Lidokain 2% : 2 gram lidokain dalam 100 ml larutan = 20 mg/ml
Rumus :
1. Max total dosis lidokain = Max dosis x berat badan
● Maxsimal Lidokain = 4,4 mg/kg
● Dengan demikian dosis maksimal lidokain 2% anak dengan
BB 23 kg adalah 4,4 mg/kg x 23 kg = 101,2 mg

18
● Kemudian, dosis max dalam mg dikonversikan ke satuan
ampul
2. Maksimal total dosis (mg) mg/ampul
● Dosis lidokain dalam 1 ampul :
20mg x 2 (1 ampul) = 40 mg/ampul
Dalam larutan 2000mg Lidokain 2% terdapat 20mg lidokain
dan 1 ampul berisi 2cc. Jadi, 1 ampul memiliki dosis lidokain
sebesar 40mg.
● Jadi, dosis maksimalnya adalah :
101,2mg : 40mg/ampul = 2,53 ampul = 2½ ampul.

2.2.3 Jelaskan tahap perawatan gigi 55 pada kasus di atas!


1. Tahap persiapan
Pada skenario dikatakan gigi 55 terdapat sisa akar dan rencana
perawatan yang akan dilakukan adalah ekstraksi. Tahap awal ekstraksi
adalah persiapan operator dan persiapan pasien baru kemudian dapat
dilakukan anastesi.
Tahap perawatannya:
2. Persiapan Operator
a. Cuci tangan 6 langkah WHO yaitu meliputi telapak tangan,
punggung tangan, sela jari, punggung jari, ibu jari, ujung jari
b. Menggunakan APD level 3 meliputi head cap, google/ face shield,
masker, gloves, gown all cover, sepatu tertutup, boot.
c. Salam ke pasien dan pendamping
d. Mengatur posisi operator. Karena gigi 55 adalah gigi posterior
rahang atas maka posisi operator adalah di arah jam 11 atau
belakang kanan pasien.
3. Persiapan Pasien
a. Mengatur posisi duduk pasien yaitu berbaring terlentang (posisi
duduk supine). Tujuannya agar operator bisa mengontrol
pergerakan pasien

19
b. Pasien memakai polibib
c. Sebelum melakukan anestesi, dapat dilakukan TSD (Tell Show Do)
dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti pasien
serta menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan rasa takut
dan cemas pada pasien seperti sakit, suntik, nyeri.
d. Persiapan alat dan bahan di luar pandangan pasien (blind spot).
Tujuannya adalah menghindari pasien anak melihat alat dan bahan
yang mungkin dapat menimbulkan rasa takut pada pasien seperti
injeksi dan tang.
4. Tahap Anestesi
Dilakukan untuk menimbulkan rasa baal/ menghilangkan rasa sakit.
a. Anestesi Topikal
Sebagai pre-anestesi
Tahapan :
a) Isolasi daerah kerja
b) Asepsis daerah kerja
c) Membran mukosa dikeringkan dengan menggunakan 3 way
syringe
d) Oleskan lidokain ointment dengan menggunakan cotton
pellet pada mukosa gigi 55, dan biarkan selama minimal 2
menit

b. Anestesi Infiltrasi
Tahapan :
a) Bersihkan terlebih dahulu sisa dari anestesi topikal
b) Regangkan daerah mukobukal fold bergerak gigi 55 dengan
jari
c) Arahkan jarum dengan sudut 45 derajat ke mukobukal fold
bergerak gigi 55
d) Insersikan jarum secara perlahan sampai mendekati tulang
dan apeks gigi

20
e) Aspirasi, bila negatif deponirkan bahan anestetikum 1 ml
secara perlahan
c. Anestesi blok
Tahapan :
a) Keringkan mukosa dari gigi 55 ke posterior → merupakan
lokasi foramen palatinus mayus
b) Insersi jarum dari kontra lateral → jarum membentuk sudut
90 derajat pada palatal distal gigi 55
c) Aspirasi, bila negatif deponirkan obat anestetikum sebanyak
0.5 ml
5. Ekstraksi
a. Lakukan pemisahan perlekatan epitelial pada servikal gigi yang akan
diekstraksi menggunakan elevator.
b. Gigi 55 memiliki akar ganda maka dilakukan teknik pencabutan
sebagai berikut:
1) Gerakan luksasi ke bukal, tahan
2) Gerakan luksasi ke palatal, tahan
3) Gerakan luksasi ke bukal lebih kuat
4) Gerakan luksasi ke palatal lebih kuat
5) Ekstraksi
c. Jika gigi sudah goyang setelah luksasi, lakukan ekstraksi
menggunakan tang anak untuk sisa akar gigi posterior rahang atas
memiliki ciri:
1) Handle dan sampai dengan beeknya berbentuk bayonet, ada
yang berbentuk ‘S’
2) Paruh bila ditutup akan bertemu
3) Evaluasi soket untuk melihat apakah sudah bersih. Jika
masih ada jaringan granulasi, dapat dibersihkan dengan
kuret, namun hati-hati dalam melakukan pembersihan agar
tidak menyebabkan trauma terhadap benih gigi permanen.

21
4) Lakukan hemostasis dengan meminta pasien menggigit
kapas/kasa steril.
6. Instruksi post-operatif pada anak dan orang tua:
a. Jangan berkumur selama 24 jam setelah ekstraksi.
b. Konsumsi obat analgesik yang telah diresepkan.
c. Boleh menggunakan ice pack setelah ekstraksi untuk mengurangi
pembengkakan.
d. Jangan menghisap luka.
e. Jangan memainkan lidah pada daerah luka.
f. Setelah ekstraksi disarankan makan makanan lunak terlebih
dahulu.

7. Space Maintainer
Setelah dilakukan ekstraksi, kemudian perawatan selanjutnya
yaitu pembuatan space maintainer/Alat Penahan Ruang (APR). Space
maintainer adalah suatu alat yang digunakan untuk menjaga dan
mempertahankan ruang untuk erupsi gigi permanen pengganti pada
kasus kehilangan dini gigi sulung. Indikasi penggunaan suatu space
maintainer adalah ketika gigi molar pertama atau kedua sulung tanggal
sebelum erupsi gigi permanen penggantinya. Space maintainer dibagi
menjadi beberapa klasifikasi, yaitu APR lepas (removable), APR cekat
(fixed), dan APR semi cekat (semi fixed).
Berdasarkan skenario, maka dapat disimpulkan bahwa APR
yang dipakai adalah APR semi cekat jenis band and crib loop space
maintainer. Band and crib loop space maintainer dirancang untuk
mempertahankan ruang dari tanggalnya satu gigi dalam satu kuadran.
Alat ini digunakan pada kasus tanggalnya gigi molar pertama sulung dan
molar kedua sulung secara dini untuk mencegah migrasi ke mesial yang
berhubungan dengan erupsi gigi molar pertama permanen. Prosedur
pembuatan band and crib loop space maintainer yaitu sebagai berikut:
a. Pilih band berdasarkan besarnya sesuai dengan gigi penyangga.

22
b. Buat cetakan gigi.
c. Pindahkan band pada cetakan agar band tidak berubah dan difiksasi
dengan jarum lurus dalam cetakan.
d. Cor hasil cetakan dengan stone (band harus menempel pada model
kerja).
e. Pematrian loop pada band.
f. Polishing dan finishing.
g. Band and crib loop space maintainer siap dipakai.
Keuntungan band and crib loop space maintainer yaitu
pembuatannya mudah dan bentuk loop dapat disesuaikan, biaya alat
relatif murah, memerlukan waktu kunjungan yang singkat, dan erupsi
gigi tidak terhalang (erupsi gigi permanen di dalam daerah crib).
Sedangkan kerugiannya yaitu tidak dapat mengembalikan fungsi
pengunyahan pada daerah tidak bergigi (non fungsional) dan tidak
mencegah terjadinya ekstrusi gigi antagonis.

2.2.4 Kemungkinan-kemungkinan perawatan untuk gigi 11


Pada skenario disebutkan bahwa pada gigi 11 terdapat karies
mencapai pulpa. Pasien berusia 8 tahun, maka dapat dikatakan bahwa gigi
11 pasien masih termasuk gigi permanen muda. Pada keadaan karies
mencapai pulpa pada gigi permanen muda dapat dilakukan beberapa
perawatan. Yaitu, direct pulp capping, pulpotomi, pulpektomi, atau
apeksifikasi yang dilanjutkan dengan perawatan endodontik konvensional.
Untuk menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan, dapat
dipastikan setelah melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosa dan
rencana perawatan yang akan dilakukan dan juga diperlukan pemeriksaan
radiografis untuk menegakkan diagnosis.

23
Ada beberapa kondisi dalam menentukan diagnosa dan rencana
perawatan pasien, misalnya:
Gigi 11

Anamnesis Kedalaman Sondasi Tes Palpasi Perkusi Diagnosa Rencana


Karies thermal perawatan
(chlor
ethyl)

Tidak ada Karies ++ ++ - - Reversible Pulp capping


sakit spontan profunda pulpitis direct /
/ ngilu terbuka (Pin pulpotomi
beberapa saat point untuk Ca(OH)2 +
setelah gigi permanen) Restorasi
rangsangan (GIC/Resin
atau minum Komposit/Komp
dingin / omer
makan

Ada sakit Karies ++ ++ - -/+ Irreversibl Pulpektomi +


spontan / profunda e pulpitis Restorasi (GIC /
malam hari terbuka Resin
Komposit/Komp
omer)

Ada sakit Karies - - -/+ -/+ Nekrosis Apeksifikasi +


spontan(setel Profunda Pulpa Perawatan
ah terbuka saluran akar
makan/minu
m

Tidak sakit / Karies - - -/+ -/+ Nekrosis Apeksifikasi +

24
sakit waktu profunda pulpa Perawatan
makan terbuka Saluran Akar

Tabel 1. Rencana Perawatan Gigi 11

2.2.5 Diskusikan kemungkinan-kemungkinan perawatan gigi 21


Pada skenario gigi 21 terlihat patah melibatkan sudut mesial dan
pulpa terbuka, mobilitas (-). Fraktur pada kasus tersebut dapat
diklasifikasikan menurut Ellis Davey & Andreasen sebagai fraktur kelas III,
yaitu fraktur yang melibatkan pulpa vital. Tujuan dari perawatan untuk
fraktur kelas III adalah usaha mempertahankan vitalitas dan agar terbentuk
apexogenesis, jenis perawatannya yaitu : Pulp capping, Pulpotomi,
Pulpektomi, dan Ekstraksi apabila sudah tidak dapat dirawat.
1. Direct Pulp Capping
Prosedur perawatan dimana gigi dalam kondisi pulpa terbuka
yang reversible lalu ditutupi dengan bahan biokompatibel yang
sesuai dengan tujuan untuk mempertahankan fungsi dan vitalitas
pulpa. Sebelum dilakukan tindakan dilakukan pemeriksaan
anamnesis dengan hasil :Tidak ada nyeri spontan , dan hasil
pemeriksaan klinisnya adalah kejadian <24jam, pulpa terbuka
<1mm, pulpa vital ( Sondasi dan Ch Ethyl (+)), perkusi dan palpasi
(-), akar belum terbentuk sempurna.
2. Pulpotomi
Pulpotomi merupakan perawatan yang hanya mengambil
jaringan pulpa terinfeksi pada kamar pulpa, dan mempertahankan
jaringan pulpa vital dalam saluran akar. Pemeriksaan radiografis
dilakukan untuk 28 mendukung rencana perawatan gigi 21 anak ini
untuk mengetahui apakah pembentukan akar gigi 21 nya sudah
sempurna atau belum. Mengingat juga bahwa anak baru berusia 8
tahun dimana pada usia tersebut gigi 21 sedang dalam tahap

25
penyempurnaan sehingga kemungkinan besar apex akar gigi 21
belum terbentuk sempurna. Sebelum dilakukan tindakan dilakukan
pemeriksaan anamnesis dengan hasil :Tidak ada nyeri spontan , dan
hasil pemeriksaan klinisnya adalah kejadian >24jam, pulpa terbuka
>1mm, pulpa vital ( Sondasi dan Ch Ethyl (+)), perkusi dan palpasi
(-) Apex lebar/akar belum terbentuk sempurna (daya degenerasi
besar). Pendarahan sedang (dapat terkontrol)
3. Pulpektomi
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan
korona gigi. Jika dilakukan pemeriksaan radiografi tidak terdapat
area radiolusen pada periapikal dapat dilakukan pulpektomi.

Klinis Anamnesis Rencana Prosedur


perawatan

- Kejadian <24 jam Tidak ada Direct Pulp 1. Melakukan anestesi topikal dan lokal
- Pulpa terbuka <1mm nyeri Capping (infiltrasi labial dan palatal)
- Pulpa vital : Sondasi spontan 2. Mengisolasi gigi dengan rubber dam
dan Ch ethyl (+), 3. Membersihkan tepi fraktur dengan
perkusi dan palpasi (- diamond bur high speed
) 4. Mengontrol perdarahan dengan kapas
- Akar belum terbentuk steril
sempurna 5. Meletakkan Ca(OH)2 pada pulpa
yang terbuka
6. Memberi GIC dan menumpat dengan
komposit

- Kejadian >24 jam Tidak ada Pulpotomi 1. Pemberian anestesi topikal dan
- Pulpa terbuka sudah nyeri lokal (infiltrasi labial dan palatal)
>1mm, spontan 2. Isolasi gigi dengan rubber dam
- Pulpa vital :Sondasi atau kapas

26
dan Ch ethyl (+), 3. Seluruh atap pulpa dibuka
perkusi dan palpasi (- dengan round diamond bur dengan
) handpiece high speed
- Apex lebar/akar 4. Buang jaringan pulpa yang
belum terbentuk terinfeksi sedalam + 2 mm atau
sempurna (daya sampai didapat pulpa yang sehat
degenerasi besar) dengan ekskavator sharp spoon atau
- Pendarahan sedang dengan round metal bur handpiece
(dapat terkontrol) low speed.
5. Semprot kamar pulpa dengan air
atau saline steril, syringe disposable
dan jarum steril. Penyemprotan akan
mencuci debris dan sisa-sisa pulpa
dari kamar pulpa. Keringkan dan
kontrol perdarahan dengan kapas
steril.
6. Diatas pulpa diletakkan
Ca(OH)2 dan disemen dengan semen
ionomer kaca kemudian dilakukan
restorasi resin komposit

- Kejadian >72 jam Ada nyeri Pulpektomi 1. Single Visit pulpektomi (complete)
- Degenerasi, bernanah spontan :
- akar sudah terbentuk 1) melakukan Rontgen foto
sempurna 2) Anestesi dilakukan dengan anestesi
topikal dan injeksi
3) Isolasi gigi menggunakan rubber dam
dan cotton roll
4) Preparasi dengan membentuk outline
form mengikuti letak orifice (letak

27
saluran akar) dengan handpiece high
speed, mata bur diamond fissure bur
5) Bersihkan jaringan pulpa di korona
menggunakan eskavator tajam atau
round bur low speed
6) Ekstirpasi sisa jaringan pulpa dalam
saluran akar dengan jarum ekstirpasi
7) Irigasi NaOCl (sodium hipoklorit)
8) Sterilisasi dengan obat antibakteri
akar : chorphenol kamfer menthol
(ChKM) / Cresophen dan Creosote
(rotation of medication) untuk
mencegah resistensi terhadap obat
9) Mengisi saluran akar dengan dengan
bahan lentulo
10) Memberi dasar semen Ca(OH)2
(kalsium hidroksid)
11) Restorasi dengan GIC

2. Multiple visit pulpektomi (Partial):


Kunjungan pertama :
1) Lakukan Rontgen foto
2) Anestesi lokal dilakukan dengan
anestesi topikal dan injeksi
3) Isolasi gigi menggunakan rubber dam
dan cotton roll
4) Bentuk outline form menggunakan
handpiece high speed fissure diamond
bur dan membuka atap pulpa
(handpiece low speed round diamond

28
bur)
5) Bersihkan jaringan pulpa di korona
menggunakan eskavator/round bur low
speed handpiece
6) Ukur panjang kerja
7) Ekstirpasi sisa jaringan pulpa dalam
saluran akar
8) Irigasi NaOCL (sodium
hypochlorite)
9) Sterilisasi saluran akar dengan obat
antibakteri ( contohnya: Cresophen dan
Creosote) → rotation of medication
mencegah resistensi terhadap obat
10) Tumpat sementara

Kunjungan kedua:
1) Setelah ruang pulpa kering dan tidak
ada tanda/gejala, isi saluran akar dengan
pasta pengisi ZOE pasta (LENTULO)
2) Melakukan Rontgen foto untuk
melihat hasil pengisian
3) Memberi dasar semen
4) Melakukan restorasi GIC

29
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
3. 1.1 Diskusi 2.1
Berdasarkan hasil diskusi kami maka dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan rencana perawatan untuk kasus pada gigi 65 dengan diagnosis karies
dentin dengan rencana terapinya GIC atau kompomer dan jika melibatkan banyak
cusp dapat dilakukan Stainless Steel Crown sedangkan untuk gigi 64 didiagnosis
karies dentin dengan rencana perawatan penumpatan dengan kompomer atau GIC
sedangkan gigi 53 dan 63 di diagnosa karies dentin dengan rencana perawatan
ditumpat menggunakan GIC atau kopomerdan untuk gigi 85 diagnosisnya adalah
karies pulpa dan rencana perawatan pulpektomi dan SSC. Kemudian tahap-tahap
prosedur perawatan untuk GIC untuk gigi 53 dan 63 bahan yang diperlukan adalah
dentin conditioner dan varnish, komposisinya powder terdiri dari
Fluoroaluminosilicate Glass dan liquid terdiri dari Polyacrylic acid, Polybasic
carboxylic acid, air. Sedangkan untuk kompomer pada gigi 65 dan 64 dengan non
rinse conditioner bahan yang digunakan meliputi kompomer, NRC, dan prime &
bonding agent (Prime&bond NT). Kemudian, pulpektomi dikerjakan pada gigi 85
dan ada dua yaitu single visit pulpektomi dimana hanya sekali kunjungan dan
multiple visit pulpektomi dengan kunjungan beberapa kali. Lalu ada Stainless Steel
Crown untuk gigi 64 dan 85 dengam prosedur pengecekan oklusi, anestesi lokal,
preparasi gigi, pemilihan crown, adaptasi dan sementasi.

30
3.1.2 Diskusi 2.2

Berdasarkan hasil diskusi kami maka dapat disimpulkan bahwa


pertimbangan perawatan gigi pada gigi 75 dan 85 dilakukan fixed space maintainer
atau fixed lingual arch space maintainer. Kemudian dosis bahan anestesi yang
digunakan untuk pencabutan gigi 55 yaitu 2½ ampul. Lalu tahapan perawatan pada
gigi 55 terdiri dari tahap persiapan, periapan operator, persiapan pasien, tahap
anastesi, ekstrasi dan pemasangan space maintainer. Lalu kemungkinan perawatan
untuk gigi 11 adalah direct pulp capping, pulpotomi, pulpektomi atau apeksifikasi
yang dilanjut dengan perawatan endodontik konvensional. kemudian untuk
kemungkinan perawatan gigi 21 adalah pulp capping, pulpotomi, pulpektomi dan
ekstraksi apabila sudah tidak dapat dirawat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amlani DV, Brizuela M. Stainless Steel Crowns In Primary Dentition. [Updated


2021 Sep 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK574547/
Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson L. Textbook and Color Atlas of
Traumatic Injuries to the Teeth. 5th Edition. Wiley-Blackwell; 2018.
Anusavice, Kenneth J. Phillips' Science of Dental Materials, 12th Edition. W.B.
Saunders Company, 2012.
Clinical Affairs Committee of American Academy of Pediatric Dentistry. [Internet].
Guideline of restorative dentistry; 2016 Oct. Available from:
http://www.aapd.org/media/policies_guidelines/g_restorative.pdfCamero
n AC & GV Bardinatheswar. Pedodontics Practice and Management. New
Delhi : Jaypee; 201
Krisnawaty J, Fadil MR, Sukartini E, Armilia M. Perawatan apeksifikasi pada gigi
permanen muda insisivus pertama kiri atas yang non-vital. Dentofasial
[Internet]. 2012 Jun [cited 2020Nov26];11(2):119–23. Available from:
https://jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/viewFile/325/325
Linda. Studi Pustaka: Alat Penahan Ruang pada Anak [skripsi]. Jakarta: Universitas
Trisakti; 2013.
McDonald R, Avery D, Dean J. Dentistry For The Child And Adolescent. 8th
Edition. USA: Affiliate of Elsevier;2008.
Nikhil Marwah. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry Third Edition. Pg. 449
Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th Edition. Australia: Mosby
Company; 2013

32

Anda mungkin juga menyukai