KATA PENGANTAR
NAMA PENULIS
Satu
3. Khoirunnisa' (06010122017)
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
3. Dwi Ramadhani(0604122095)
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
NAMA PENULIS...................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................vii
BAB 1 KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM................................1
A. Pengertian Pendidikan Islam.................................................1
B. Tujuan Pendidikan Islam.......................................................9
C. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam..............................11
D. Objek Pendidikan Islam.......................................................17
E. Prinsip Pendidikan Islam.....................................................18
F. Perbedaan dan Persamaan Materi dan Metode Pendidikan
Islam di Indonesia dan Timur Tengah...........................................25
BAB 2 TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM.............................................33
A. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF AL-
QUR’AN DAN HADITS..................................................................33
B. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
INDONESIA.....................................................................................41
C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
TAXONOMY BLOOM......................................................................45
D. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
PAKAR/ILMUWAN KLASIK DAN KONTEMPORER............49
BAB 3 MATERI DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM..........56
Ilmu Pendidikan Islam viii
BAB 1
1
Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj 2005), hal. 52
Ilmu Pendidikan Islam 2
2
Ibid, hal. 54
3
Suyudi, op.cit., hal. 56
Ilmu Pendidikan Islam 4
4
Suyudi, op.cit., hal. 57
Ilmu Pendidikan Islam 6
5
Suyudi, op.cit., hal. 55
Ilmu Pendidikan Islam 7
6
Suyudi, op.cit., hal. 62
Ilmu Pendidikan Islam 10
7
Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2009) hal. 47
8
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Diakses pada 24 Maret 2023 dari
https://sg.docworkspace.com/d/sAEk0efCe4fiAAeWcw6ewpxQ
Ilmu Pendidikan Islam 12
2. Peserta didik
Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu 10. Peserta didik
9
Op.cit, hal 47
10
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Diakses pada 24 Maret 2023 dari
https://sg.docworkspace.com/d/sAEk0efCe4fiAAeWcw6ewpxQ
Ilmu Pendidikan Islam 13
12
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012) hal. 24
Ilmu Pendidikan Islam 15
6. Lingkungan Pendidikan
Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan
dalam konteks ini ialah keadaan-keadaan yang ikut
berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil Pendidikan
Islam. Lingkungan belajar disini menunjuk kepada situasi
dan kondisi yang mengelilingi dan mempunyai peranan
terhadap perkembangan pribadi anak didik yang
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan
rumah, sekolah dan masyarakat.13
14
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: upaya mengefektifkan pendidikan agama
islam di sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 20
Ilmu Pendidikan Islam 18
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008) hal. 28
Ilmu Pendidikan Islam 19
16
Abdul Mujib dan Ahmad Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. 2(Jakarta:
Kencana, 2008) hal. 25-26
17
Ibid, hal. 27-29
Ilmu Pendidikan Islam 20
1. Pendidikan Islam
Merupakan implikasi dari karakteristik manusia
menurut Islam. Dalam ajaran agama Islam telah
18
Ramayulis, op.cit., hal. 29-31
Ilmu Pendidikan Islam 21
a. Fitrah agama
yaitu setiap manusia sesuai dengan
perjanjian bahwa manusia menerima Allah
sebagai Tuhan yang disembah. Wujud fitrah atau
keimanan kepada Tuhan berbentuk ibadah dan
ibadah itu merupakan tujuan utama penciptaan
manusia (QS:al-A’raf:172).
19
Ramayulis, op.cit., hal. 32-36
Ilmu Pendidikan Islam 24
1. Materi
Materi pendidikan Islam sangat erat kaitannya
dengan kurikulum. Kurikulum adalah pola pembelajaran
yang memuat seperangkat mata pelajaran yang harus
Ilmu Pendidikan Islam 25
20
Prof. Dr. Zaki Fuad, Ilmu Pendidikan Islam, dalam
https://www.academia.edu/42523057/Buku_Panduan_Perkuliahan_Ilmu_Pendidikan_I
slam
Ilmu Pendidikan Islam 26
a. Maroko
1) Persamaannya: Sama-sama
mengutamakan pendidikan agama islam.
Jenjang pendidikan dasar (Ta’lim Asasi)
di Maroko selama 9 tahun masa belajar,
yang terdiri dari:
22
Prof. Dr. Zaki Fuad, Ilmu Pendidikan Islam, dalam
https://www.academia.edu/42523057/Buku_Panduan_Perkuliahan_Ilmu_Pendidikan_I
slam
Ilmu Pendidikan Islam 29
BAB 2
َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُر ْو ا َك اَّۤف ًۗة َفَلْو اَل َنَف َر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّمْنُه ْم َطإۤىَِفٌة ِّلَيَتَف َّقُهْو ا ِفى الِّد ْيِن َو ِلُيْنِذ ُرْو ا
23
Muhammad Zaim, “Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Al-Quran dan Hadis (Isu
dan Strategi Pengembangan Pendidikan Islam)” Jurnal Muslim Heritage, Vol. 4, No. 2
(November 2019), hal. 240-241.
Ilmu Pendidikan Islam 35
ٰ الّلَه ِۗاَّن
الّلَه َش ِد ْيُد ٰ ى َو اَل َتَعاَو ُنْو ا َعَلى اِاْل ْثِم َو اْلُعْد َو اِن َۖو اَّتُقوا
ۖ َو َتَعاَو ُنْو ا َعَلى اْلِبِّر َو الَّتْق ٰو
اْلِعَق اِب
b. Aż-Żāriyāt ayat 56
24
Nasruddin Hasibuan, “Tujuan Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Quran” Jurnal
Darul ‘Ilmi, Vol. 2, No.2 (Juli 2014), hal. 8-9.
Ilmu Pendidikan Islam 38
25
Ibid., hal. 10.
Ilmu Pendidikan Islam 39
َعْن َاِبي ُه َر ْيَر َة َر ِض َي الَّلُه َعْنُه َقاَل َقاَل َرُسْو ُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلم "ِإَّنَم ا ُبِعْثُت
ُأِلَتِّم َك اِر َم اَأْلْخ اَل ِق
َم َم
26
Muhammad Abror Rosyidin dan Muhammad Latif Mukti, “Tujuan Pendidikan Islam
Perspektif Hadis” Nabawi: Journal of Hadith Studies, Vol. 2, No. 2 (Maret 2022), hal.
179.
Ilmu Pendidikan Islam 40
28
Peraturan Perundang-undangan Himpunan. Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta:
Fokus
Media.2005)
Ilmu Pendidikan Islam 42
29
Peraturan Perundang-undangan Himpunan. Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta:
Fokus
Media.2005)
30
Peraturan Perundang-undangan Himpunan. Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta:
Fokus
Media.2005)
Ilmu Pendidikan Islam 44
31
Peraturan Perundang-undangan Himpunan. Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta:
Fokus
Media.2005)
Ilmu Pendidikan Islam 45
32
Ni’am, M. Athoun ”Taksonomi Bloom Dalam Perspektif Ilmu Pendidikan Islam”,
Jurnal Artikel Bab V (Maret 2023), hal. 1
Ilmu Pendidikan Islam 47
b. Aspek Afektif
Aspek afektif taxonomy bloom dalam pandangan ilmu
pendidikan Islam adalah Afektif berarti pembinaan sikap
mental (mental attitude) yang baik dan matang. Aspek
sikap ini dapat memberikan acuan pada aspek perasaan
seperti minat dan sikap bukan pada pola pikir. Dalam
prosesnya pemberian pengetahuan ini harus
ditindaklanjuti dengan contoh yang sebelumnya yaitu
guru perlu menyampaikan ilmu terlebih dahulu sebagai
dasarnya. Karena dalam sebuah pembelajaran seorang
Ilmu Pendidikan Islam 48
33
Suriyanti ”Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ibnu Khaldun Dan Relevansi Pada
Pendidikan Islam Kontemporer” Jurnal Sekripsi (Maret 2023), hal. 87
Ilmu Pendidikan Islam 50
35
Ibid., hal 31.
36
Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Yogyakarta: Mikraj, 2005), hal.
55.
Ilmu Pendidikan Islam 53
BAB 3
39
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam: Menuntun Arah Pendidikan Islam
Indonesia (Medan, 2016), 1.
40
Sabarudin, “Materi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2023”, Jurnal An Nur, Vol. 3.
No. 4 (Januari Juni, 2018), hal. 3
Ilmu Pendidikan Islam 57
41
Irpan Abd. Gafar, “Kurikulum dan Materi Pendidikan Islam” Jurnal Hunafa, Vo. 3.
No. 1 (Maret 2006), 45-47
42
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi
informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), h. 42
43
Rijal Firdaos, Pedoman Evaluasi Pembelajaran, (Bandar Lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja, 2019), h.29
Ilmu Pendidikan Islam 58
49
Bae U Bach Tiar, “ Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam”.
http://bayumusty.blogspot.com. Di akses pada 19 Maret 2023.
Ilmu Pendidikan Islam 63
5. Asas Teknologi
Asas pengembangan ilmu dan teknologi ini berarti bahwa para
pengambil kebijakan kurikulum hendaknya memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi sekarang yang
telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga amenimbulkan
kebutuhan baru, aspirasi baru, dan sikap hidup baru. Hal tersebutlah
yang menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan. Sehingga
pendidikan tidak hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan
lama saja, melainkan juga mempersiapkan generasi muda agar
mampu hidup pada masa kini dan masa yang akan datang. Dengan
begitu, sudah sepatutnya pengajaran di Indonesia muali
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
ada sekarang ini. Maka dari itu, kemajuan dibidang teknologi ini
membawa perubahan yang besar dalam pola hidup masyarakat.
Menurut Al-Syaibann, kurikulum pendidikan islam seharusnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kurikulum pendidikan islam harus menonjolkan mata
pelajaran agama dan akhlak, yang nantinya dapat diambil
dari Al-Quran dan Hadith serta contoh-contoh dari orang
saleh terdahulu.
b) Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan
pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yang
meliputi aspek jasmani, akal, dan ruhani. Untuk itu,
pengembangan kurikulum harus berisi mata pelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek tersebut.
c) Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan
antara pribadi dan masyarakat , dunia dan akhirat, jasmani,
Ilmu Pendidikan Islam 65
52
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafika,
2008), 10.
Ilmu Pendidikan Islam 71
53
Muhammad Salim Muhsin, Tarikh Al-Qur’an al-Karim (Iskandariyah: Muassasah
syabaab al-Jam’iyah, tt), 5.
54
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz I, (Kairo: Dar alManar,1373), 17.
Ilmu Pendidikan Islam 72
55
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafika,
2008), 32
56
Al Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Al-Ta'rifat (Jeddah: Al Haramain, tt), 122.
57
Al Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Al-Ta'rifat (Jeddah: Al Haramain, tt), 122.
58
Muhammad Ajaj al-Katib, Ushul al-Hadist, cet III (Beirut: Dar al Fikr, 1975), 18.
Ilmu Pendidikan Islam 73
59
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008), 15.
60
Satria Efendi & M. Zaeni, Ushul Fiqh, ed. 1, cet. 2(Jakarta: Prenada Media, 2008),
169.
61
Abdul Wahab Khallaf, Mashadir al-Tasyri’ al Islami fi ma la Masdhara fih (Kuwait:
Dar al-Qalam, 1972), 85-86
Ilmu Pendidikan Islam 74
62
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafika,
2008), 41
63
Masjfuk Zuhdi, pengantar Hukum Islam (Jakata: Haji Masagung,1990), 124.
64
Rahmat Syafi'ie, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Pustaka setia, 1999), 98.
Ilmu Pendidikan Islam 75
65
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta; Bumi Aksara,
2010), 4
66
Hikmatul Hidayah, “Pengertian, Sumber dan Dasar Pendidikan Islam”, Jurnal As
Said, Vo. 3. No. 1 (2023),25
Ilmu Pendidikan Islam 76
67
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafika,
2008), 10.
Ilmu Pendidikan Islam 77
BAB 4
71
Ahmad Arifai, /Pengembangan kurikulum pesantren, sekolah dan madrasah /, jurnal
tarbiyah islamiyah Volume 3 Nomor 2 Edisi Desember 2018
Ilmu Pendidikan Islam 86
BAB 5
72
RUU Kemendikbud
Ilmu Pendidikan Islam 91
َۗو اْخ ِف ْض َلُه َم ا َج َناَح الُّذِّل ِم َن الَّر ْح َم ِة َو ُقْل َّرِّب اْرَحْمُه َم ا َك َم ا َر َّب ٰيِنْي َص ِغْيًر ا
73
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, prenadamedia grup, jakarta, 2017, hlm139
145
74
Ibid, 144
75
Surat Al-Isra’ ayat 24
Ilmu Pendidikan Islam 92
َك َم ٓا َاْرَس ْلَنا ِفْيُك ْم َرُس ْو اًل ِّمْنُك ْم َيْتُل ْو ا َعَلْيُك ْم اٰٰيِتَن ا َو ُيَز ِّك ْيُك ْم َو ُيَعِّلُم ُك ُم اْلِك ٰتَب َو اْلِح ْك َم َة
76
Ibid, 144
77
Surat Al-Baqarah ayat 151
Ilmu Pendidikan Islam 93
َأخ جَۡنا ِبِهۦ َث ٍٰت ُّمخَۡتِلًف ا َألۡ ُٰنَه ا ِم ٱ ۡلِج َباِل ِء ِم َّل
َو َو َن َمَر َلم َتَر َأَّن ٱل َه َأنَز َل َن ٱلَّس َم آ َم ٓاًء َف َۡر
ۡ َأ
َأخ جَۡنا ِبِهۦ َث ٍٰت ُّمخَۡتِلًف ا َألۡ ُٰنَه ا ِم ٱ ۡلِج َباِل ِء ِم َّل
َو َو َن َمَر َلم َتَر َأَّن ٱل َه َأنَز َل َن ٱلَّس َم آ َم ٓاًء َف َۡر
ۡ َأ
78
Ibid, 144
Ilmu Pendidikan Islam 94
79
Surat Al-Fathir ayat 27-28
Ilmu Pendidikan Islam 95
80
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, PT Indragiri Dot Com, Riau 2019, hal 8-9
Ilmu Pendidikan Islam 97
81
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, prenadamedia grup, jakarta, 2017, hal 145
Ilmu Pendidikan Islam 98
82
Rahmadani persepektif pendidikan dalam al quran Jurnal sains riset,vol 9
No.2(2019) 17-25
Ilmu Pendidikan Islam 100
84
Mukhlis pendidik perspektif hadis Jurnal sains riset, vol.9 No.1(2019
Ilmu Pendidikan Islam 102
85
4Muslim,Sahih Muslim,tarqim wa tartib Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, (Kairo:
Dar Ibn Hamz, 2010),no.1478,h.415
Ilmu Pendidikan Islam 103
َو َمْن َك اَنْت، َفَمْن َك اَنْت ِه ْج َر ُتُه ِإَلى اِهلل َو َرُسْو ِلِه َفِه ْج َر ُتُه َإَلى اِهلل َو َرُسْو ِلِه،ِبالِّنَّياِت َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ مَّاَنَو ى
ِه ْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص ْيُبَه ا َأو اْم َر َأٍة َيْنِكُحَه ا َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم اَه اَج َر ِإَلْيه
86
Al-Qur’an,Al-‘Araf: 199.hal.175
87
Heri Gunawan, 2014, Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.67
Ilmu Pendidikan Islam 104
)البخارى ومسلم
ُمَتَق اِر ُبوَن َفَأَقْم َنا4 َعْن َأِبي ُس َلْيَم اَن َم اِلِك ْبِن اْلُحَو ْيِر ِث َقاَل َأَتْيَنا الَّنِبَّي َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َو َنْح ُن َش َبَبٌة
ِع ْنَدُه ِع ْش ِر يَن َلْيَلًة َفَظَّن َأَّنا اْش َتْق َنا َأْه َلَنا َو َس َأَلَنا َعَّم ْن َتَر ْك َنا ِفي َأْه ِلَنا َفَأْخ َبْر َناُه َو َك اَن َر ِفيًق ا َر ِح يًم ا َفَق اَل
88
Al-Bukhâriy, Op.cit., juz 4, hal. 2436
89
Muslim, Op.cit., Juz 1, h. 36; al-Bukhari, Op.cit., juz 1, h. 31-32
Ilmu Pendidikan Islam 105
90
Al-Bukhâriy, Op.cit., juz 4, h. 2436
Ilmu Pendidikan Islam 106
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bukan hanya untuk
mencari kedudukan serta kekayaan dunia. Keempat, pendidik tidak
boleh bersikap kasar terhadap muridnya. Jika ada murid yang
melakukan suatu kesalahan sebaiknya mengingatkan secara baik-baik,
bukan dengan mencela, atau memaki murid karena hal tersebut akan
membuat murid semakin memberontak dan tidak lagi patuh terhadap
aturan. Bagi seorang murid yang pemahamanya lemah, sebaiknya
seorang pendidik memberi informasi yang memudahkan murid dalm
memahami pelajaran. Sehingga murid memiliki semangat yang tinggi
dalam menuntut ilmu.92
Menurut muhaimin bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang tenaga pendidik antara lain: kemampuan Khusus dalam bidang
keagamaan (religious personality), sosial religi (peduli terhadap
problem yang ada di masyarakat), dan professional religious
( kemampuan menjalankan tugas sesuai dengan syariat Islam). 93 Dalam
kajian Al-qur’an dan Hadits ditemukan ayat-ayat dan hadits tentang
etika seorang pendidik, yang kemudian hanya dikembangkan oleh para
pemikir islam dan disesuaikan dengan masa dimana mereka hidup.
92
Ibid,110-111
93
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004. Hal.111
Ilmu Pendidikan Islam 108
94
Prof, Dr. H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Prenamedia Grup, Jakarta, 2017,
hal 145
Ilmu Pendidikan Islam 110
َعْن َأِبي ُه َر ْيَر َة َر ِض َي الَّلُه َعْنُه َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ِإَذا ُض ِّيَعْت
اَأْلَم اَنُة َفاْنَتِظ ْر الَّس اَعَة َقاَل َك ْيَف ِإَض اَعُتَه ا َيا َرُس وَل الَّلِه َقاَل ِإَذا ُأْس ِنَد اَأْلْم ُر ِإَلى
102
Nurmansyah Fahrurozi, Perbedaan Kinerja Guru Yang Telah Bersertifikasi Dengan
Non Sertifikasi di Kota Surakarta, (Surakarta: Naskah Publikasi, 2014), Hal. 2
Ilmu Pendidikan Islam 125
103
Hamzah Uno, Nina Lamatenggo. Teori Kinerja dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012)
Ilmu Pendidikan Islam 126
BAB 6
104
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018),
hal. 156
105
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 177
Ilmu Pendidikan Islam 128
tersebut adalah malaikat dan Nabi Adam as. Kedua peserta didik
ini terlibat dalam interaksi pembelajaran melalui pendekatan
inquiry dan discovery. Malaikat, yang tidak memiliki kapasitas
dan kapabilitas sebagai pemberdaya bumi tidak memiliki
pengetahuan yang berkembang sehingga pengetahuannya bersifat
statis. Namun, Allah memberikan hak kepada malaikat untuk
dievaluasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki dan ternyata tidak dapat menunjukkan kreativitas dan
inovasinya sebagai calon pemberdaya bumi yaitu khalifah.106
Berbeda dengan Nabi Adam as, yang memang memiliki
kapasitas dan kapabilitas sebagai pemberdaya bumi. Nabi Adam
as, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dinamis,
berkembang, kreatif, dan inovatif. Hal ini dapat dilihat dari
evaluasi yang dilakukan oleh Allah kepada Nabi Adam as, hal itu
dapat diketahui sebagaimana Allah telah mendesain dengan hasil
sangat memuaskan karena dari kata kunci ayat tersebut ‘allama.
Allah telah memberikan daya indra, akal dan kalbu kepda Nabi
106
Fakhrurrazi, “Peserta Didik Dalam Wawasan Al-Qur’an” Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam, Vol. 12, No. 01, (Juni 2020), hal. 42.
Ilmu Pendidikan Islam 129
107
Ibid., hal. 42.
Ilmu Pendidikan Islam 130
اشُك رۡ ِل ۡى َو ِلـَو اِلَد يَۡك ؕ ِاَلَّى الَۡم ِص ۡيُر َ ١٤و ِا ۡن َج اَه ٰدَك َعلٰٓى َانۡ
َحَم َل ۡتُه ُاُّمهٗ َو ۡهًنا َعلٰى َو ۡهٍن َّو ِفصُٰل ٗه ِفىۡ َعاَم ۡيِن َاِن ۡ
ِا ِا ِح ِط ِع
ُتشِۡر َك ِب ۡى َم ا َۡليَس َلَك ِبهٖ لٌۡمۙ َفاَل ُت ۡعُه َم ا َو َص ا ۡبُه َم ا ِفى الُّدنَۡيا َم ۡعُر وًۡفا َّو اَّتِبعۡ َس ِب ۡيَل َمنۡ َاَناَب َلَّى ۚ ُثَّم َلَّى
َمرِۡج ُعُك ۡم َفُاَنِّبُئُك ۡم ِبَم ا ُك نُۡتمۡ َتعَۡم ُل ۡوَن ٰ ١٥يُبَنَّى ِاَّنَهۤا ِانۡ َتُك ِم ۡثَق اَل َح َّبٍة ِّمنۡ َخ رَۡدٍل َفَتُك نۡ ِفىۡ َص خَۡر ٍة َا ۡو ِفى
الّلُه ؕ ِاَّن ٰ
الّلَه َلِط ۡيٌف َخ ِب ۡيٌر ٰ ١٦يُبَنَّى َاِقِم الَّص لٰوَة َو ۡاُمرۡ ِبالَۡم ۡعُر ۡوِف َو ۡانَه َعِن الَّس ٰمٰوِت َا ۡو ِفى الَۡارِۡض َياِۡت ِبَه ا ٰ
اصِبرۡ َعلٰى َمۤا َاَص اَبَك ؕ ِاَّن ٰذِلَك ِم نۡ َع ۡزِم الُۡاُم ۡوِرۚ َ ١٧و اَل ُتَص ِّعرۡ َخ َّد َك ِللَّناِس َو اَل َتمِۡش ِفى الَۡارِۡض
الُۡم ۡنَك ِر َو ۡ
الّلَه اَل ِح ُّب ُك َّل خَۡتاٍل َفُخ ۡوٍر ۚ ۡ ١٨اقِص ۡد ِفىۡ شِۡيَك اغُۡض ضۡ ِم نۡ وِۡتَك ؕ ِاَّن َانَۡك الَۡاصۡ اِت ِا
َو َر َص َو َم َو ُم َمَر ًح ا ؕ َّن ٰ ُي
Artinya:
"(13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
!ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku
Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar. (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar
Ilmu Pendidikan Islam 131
Jika melihat ayat ini, hal pertama yang harus diterima oleh
seorang siswa dari gurunya adalah pendidikan tentang
mengesakan Allah (tauhid). Dalam pendidikan Islam, hal pertama
yang harus diajarkan oleh seorang guru kepada siswanya adalah
memberikan dasar-dasar tauhid sebagai pondasi awal sebelum
mengajarkan ilmu-ilmu yang lain.
Ayat 14: Hak seorang siswa untuk mendapatkan pendidikan dari
guru dan berterima kasih atas jasa-jasa yang telah diberikan oleh
guru
Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, ayat ini
menjelaskan tentang kewajiban seorang siswa untuk berbuat baik
kepada gurunya. Selain mendapatkan hak pendidikan, seorang
siswa juga memiliki kewajiban kepada gurunya. Kewajiban
tersebut adalah antara lain dengan berterima kasih kepada guru
serta memenuhi hak-hak yang harus didapatkan oleh guru.
Ayat 15: Batasan ketaatan seorang siswa terhadap guru
Kaitannya ayat ini dengan pendidikan Islam yaitu
menjelaskan tentang batasan-batasan ketaatan seorang siswa
kepada guru. Artinya, seorang siswa menaati perintah gurunya
Ilmu Pendidikan Islam 133
الَّر ْح َم ِن َس ِم ْعُت ُمَعاِو َيَة َخ ِط يًبا َيُقوُل َس ِم ْعُت الَّنِبَّي َص َّلى اُهلل عليه وسلم َيُقْو ُل َمْن ُيِر ْد اُهلل ِبِه َخ ْيًر ا
Ilmu Pendidikan Islam 135
َأِبي َذْنٍب َعْن َس ِعيٍد اْلَم ْق ُبِر ي َعْن َأِبي ُه َر ْيَر َة َقاَل ُقْلُت َيا َرُس وَل الَّلِه إِّني َأْسَمُع ِم ْنَك َح ِد يًثا َك ِثيًر ا
َأْنَس اُه َقاَل اْبُس ط رَداَءَك َفَبَس ْطُتُه َقاَل َفَعَر َف ِبَيَد ْيِه ُثَّم َقاَل ُضَّم ُه َفَض َمْم ُتُه َفَم ا َنِس يُت َش ْيًئا َبْعَدُه
)َح َّد َثَنا ِإْبَر اِه يُم ْبُن اْلُم ْنِذ ِر َقاَل َح َّد َثَنا اْبن أبي ُفَد ْيٍك ِبَه َذ ا َأْو َقاَل َغَر َف ِبَيِدِه ِفيِه (رواه البخاري
ُه َر ْيَر َة َر ِض َي الَّلُه َعْنُه َقاَل َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ُك ُّل َمْو ُلوٍد ُيوَلُد َعَلى اْلِفْطَر ِة َفَأَبَو اُه
ُيَه ّو َداِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه َك َم َثِل اْلَبِه يَم ِة ُتْنَتُج اْلَبِه يَم َة َه ْل َتَر ى ِفيَه ا َج ْد َعاَء (رواه
)البخاري
112
M. Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013), hal. 92.
Ilmu Pendidikan Islam 141
113
Abdul Mujib dan Yusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana
Predana Media, 2010), hal. 104.
Ilmu Pendidikan Islam 142
114
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2006), hal. 56.
115
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendiidkan Islami (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), hal. 165.
Ilmu Pendidikan Islam 143
116
Abdul Mujib dan Yusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 104.
117
M. Yatimim Abdullah, Pengantar Study Etika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hal 4.
Ilmu Pendidikan Islam 144
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).118 Etika dibedakan dalam tiga pengertian utama, yakni
ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas
atau nilai yang berkembang dengan akhlak, dan nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.119
Dari beberapa pengertian di atas, etika dapat dikatakan
sebagai ilmu yang objek kajiannya berupa perilaku manusia
berkaitan dengan baik dan buruknya hal tersebut. Selain itu, objek
kajian etika juga berfokus tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak. Pada dasarnya, akhlak merupakan objek kajian dari
etika. Setiap manusia seharusnya hidup beretika, termasuk para
peserta didik. Dengan beretika, diharapkan manusia akan lebih
terarah dalam berperilaku, karena telah dapat membedakan mana
yang baik dan buruk.
Pembahasan kali ini adalah tentang bagaimana seharusnya
etika seorang peserta didik jika ditinjau dari perspektif Al-Qur’an
dan Hadits.
118
KBBI Daring, “Etika”, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/etika (diakses pada 12
Maret 2023).
119
Abdullah Idi dan Safarina Hd, Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hal 2.
Ilmu Pendidikan Islam 145
1. Niat
Peserta didik sebelum menuntut ilmu, sebaiknya meniatkan
untuk mencari keridhoan Allah SWT. Karena sesungguhnya apa
yang ia dapatkan nanti tergantung pada niatnya. Hal ini
sebagaimana dalam hadits:
َل اِهلل ِم ِض ِم ِن ِم
َس ْعُت َرُسْو: َعْن َأ ْيِر اْلُم ْؤ ْيَن َأِبْي َح ْف ٍص ُعَمَر ْبِن اْلَخ َّطاِب َر َي اُهلل َعْنُه َقاَل
ِه ِل
َفَمْن َك اَنْت ْج َر ُتُه. ِإَّنَم ا ْاَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت َو ِإَّنَم ا ُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى: صلى اهلل عليه وسلم َيُقْو ُل
َو َمْن َك اَنْت ِه ْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص ْيُبَه ا َأْو اْم َر َأٍة َيْنِكُحَه ا،ِإَلى اِهلل َو َرُسْو ِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى اِهلل َو َرُسْو ِلِه
(رواه إماما المحدثين أبو عبد اهلل محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن. َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َه اَج َر ِإَلْيِه
المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في
َس َّياٍر َعْن اْلَح َس ِن َقاَل َم ْنُه وَم اِن اَل َيْش َبَعاِن َم ْنُه وٌم ِفي اْلِعْلِم اَل َيْش َبُع ِم ْنُه َو َم ْنُه وٌم ِفي الُّد ْنَيا اَل
َيْش َبُع ِم ْنَه ا َفَمْن َتُك ِن اآْل ِخ َر ُة َه َّم ُه َو َبَّثُه َو َس َد َم ُه َيْك ِف ي الَّلُه َض ْيَعَتُه َو َيْجَعُل ِغ َناُه ِفي َقْلِبِه َو َمْن َتُك ِن
Ilmu Pendidikan Islam 147
الُّد ْنَيا َه َّم ُه َو َبَّثُه َو َس َد َم ُه ُيْف ِش ي الَّلُه َعَلْيِه َض ْيَعَتُه َو َيْجَعُل َفْق َر ُه َبْيَن َعْيَنْيِه ُثَّم اَل ُيْص ِبُح ِإاَّل َفِق يًر ا َو اَل
120
Syaifulloh Yusuf, “Kitab Kuning dan Pembentukan Karakter Religious Muslim
Indonesia” Jurnal Keislaman dan Humaniora, Vol. 06, No.01 (Juni 2020).
Ilmu Pendidikan Islam 150
121
Syeikh Az-zarnuji, Terjemah ta’lim wal muata’alim (Surabaya: Mutiara Ilmu), hal.
12.
Ilmu Pendidikan Islam 151
Karena Semua yang terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan oleh
Allah dan masalah rizki dan pekerjaan sudah ditakar oleh Allah
yang maha adil, sebagaimana firman Allah dalam QS. Hud 11:
Ayat 6 yang berbunyi:
ٰ َو َم ا ِم ْن َدآ َّبٍة ِفى اَاْل ْر ِض ِااَّل َعَلى
الّلِه ِر ْز ُقَه ا َو َيْعَلُم ُمْس َتَقَّر َه ا َو ُمْس َتْو َدَعَه ا ۗ ُك ٌّل ِفْي ِك ٰتٍب ُّمِبْيٍن
124
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara), hal. 16.
Ilmu Pendidikan Islam 154
125
Septia Wulandari dan Rengga Satria, “Stategi Guru dalam Membentuk Akhlak
Peserta Didik di Sekolah Alam Islami Mumtaz” Jurnal An – Nuha: Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol. 01 No.02 (Mei 2021).
126
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa” Jurnal Mandiri: Ilmu
Pengetahuan, Seni, dan Teknologi, Vol. 2, No. 1, (Juni 2018), hal. 71-72.
Ilmu Pendidikan Islam 155
127
Ibid., hal. 72.
Ilmu Pendidikan Islam 156
128
Pratiwi Agustini, “Indeks Literasi Digital Indonesia Kembali Meningkat Tahun
2022”, dikutip dari https://aptika.kominfo.go.id/ (diakses pada 16 Maret 2023).
Ilmu Pendidikan Islam 159
BAB 7
129
Unang Wahidin dan Ahmad Syaefuddin, “Media Pendidikan Dalam Perspektif
Pendidikan Islam” Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 07, No. 1 (April 2018), 50.
130
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Ciputat: Quantum
Teaching, 2005), 112.
Ilmu Pendidikan Islam 162
131
Unang Wahidin 2015, “Interaksi Komunikasi Berbasis Media Pembelajaran dalam
Proses Belajar Mengajar” Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 04, No. 07 (Januari 2015),
819.
Ilmu Pendidikan Islam 163
132
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 203.
Ilmu Pendidikan Islam 164
134
Ramayulis, Ilmu Pendidikan, 212.
Ilmu Pendidikan Islam 166
136
Tinggal Purwanto, Pengantar Studi Tafsir Al-Qur’an (Yogyakarta: Adab Press,
2013), 1.
Ilmu Pendidikan Islam 168
137
A. Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Grafindo Persada, 2002 ), 41.
Ilmu Pendidikan Islam 170
138
Sadiman A.S. dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya,
(Jakarta: Rajawali, 1990), 29.
139
Ibid, 30.
Ilmu Pendidikan Islam 171
(rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih
jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media
kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput
media.140
Gagne sebagaimana dikutip kembali oleh Anderson,
mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar
yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok
media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan,
media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar.141
Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis
berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media
dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut
adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio,
media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi,
dan gambar (grafis).142
140
Ibid, 31.
141
R.H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran,
(Jakarta: Rajawali, 1987), 27.
142
Ibid, 28.
Ilmu Pendidikan Islam 172
143
Arsyad, Media Pembelajaran, 35.
144
Ibid, 35.
Ilmu Pendidikan Islam 173
145
Heinich R. Dkk. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition,
65.
Ilmu Pendidikan Islam 178
146
Ibrahim H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan,
klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, TV, dan
penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV. FIP-
IKIP Malang.,74.
Ilmu Pendidikan Islam 179
147
O. Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), 18.
Ilmu Pendidikan Islam 182
150
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2010), 75.
Ilmu Pendidikan Islam 187
151
Chaeruddin B., “Pendidikan Islam Masa Rasulullah Saw.” Jurnal Diskursus Islam,
Vol. 1, No. 3 (Desember 2013), 424.
Ilmu Pendidikan Islam 190
152
Hamim Hafiddin, “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah” Jurnal Tarbiya Vol.1,
No. 1 (2015), 20.
Ilmu Pendidikan Islam 191
153
B. Chaeruddin, “Pendidikan Islam”, 427.
Ilmu Pendidikan Islam 194
154
Ibid, 433.
Ilmu Pendidikan Islam 196
BAB 8
155
Ismail Marzuki and Lukmanul Hakim, “Evaluasi Pendidikan Islam,” Jurnal Kajian
Islam dan Pendidikan Tadarus Tarbawy 1, no. 1 (2019): 38–51.
156
Ibid.
Ilmu Pendidikan Islam 199
a. Al-Taqdiir
Kata Al-Taqdiir terdapat dalam Al-Qur’an sebanayak 5 kali yang
tersebar dalam 5 surat. Al-Taqdiir sendiri memiliki arti ketentuan.
Maksud dari ketentuan ini adalah ketentuan tiap-tiap mahkhluk sesuai
ketentuan yang berkaitan dengan kebaikan, keburukan, kemanfaatan,
kemudharatan dan lainnya.157 Sebagai contoh kata tersebut, Firman
Allah penggalan surat Al-Furqon ayat 2:
َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء َفَقَّد َر ٗه َت ْق ِد ْيًر ا
Artinya: “Dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu mengaturnya
menurut ukuran tertentu.”
Kata yang digunakan ayat diatas, merujuk pada kedua makna
tersebut. Penggunaan kata taqdiir oleh ayat ini menunjukkan dalam
bahasa Qur’an. Kata taqdiir digunakan dalam konteks uraian tentang
hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya, disamping hukum-
hukumnya yang berlaku bagi manusia. Faqaddarahu yang akar katanya
qaf, dal dan ra' yang makna dasamya adalah batas terakhir dari
sesuatu. Kata qaddara antara lain mengukur, memberi
kadar/ukuran, sehinga pengertian ayat ini adalah memberi kadar/ukuran
batas-batas tertentu dalam diri, sifat, ciri-ciri kemampuan
maksimal, bagi setiap makhluk-nya. Mereka tidak dapat melampui batas
ketetapan itu.
Lafads at-taqdir dapat disamakan dengan cara penilaian dengan
memberikan penetapan nilai pada setiap soal yang diberikan atau
ketentuan pembobotan seperti pemberian nilai sikap pada penelitian
yang menggupakan statistik. Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin
S Bloom, Maka jelaslah bahwa yang dijadikan sasaran evaluasi Tuhan
dan Nabi adalah sebagai berikut. Pertama, Evaluasi Tuhan lebih
157
Muhammad 'Abd. Rauf, M. At-Tauflw 'Ala Mutammat al-Ta 'arif-Mu 'jam lughawi
Mushthalahi, (Bairut-Lebanon: Dar al-Fikri wa al-'Ashirah, 1031/952), h. 196-197.
Ilmu Pendidikan Islam 201
160
Lailial Muhtifah, “Evaluasi Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Alqalam 22,
no. 2 (2005): 245.
Ilmu Pendidikan Islam 203
Shihab kata hisab memiliki arti yang sangat luas diantaranya adalah
perhitungan, pertanggung jawaban, batas dan dugaan.
Al-hisab adalah prinsip evaluasi yang berlaku umum, mencakup
teknik dan prosedur evaluasi Allah terhadap makhluknya. Oleh karena
itu tugas pendidik adalah memotivasi peserta didik agar mereka
sungguh-sungguh belajar dan serius dalam menjawab soal-soal
ujian. Evaluasi yang dilaksanakan Allah terhadap mahkluk-Nya pada
hari penerimaan hasil evaluasi , maka manusia itu sendiri yang disuruh
membaca atau memberikan penilaian terhadap hasil perbuatannya di
dunia. Sebagaiman Firman Allah yang terdapat pada QS. Al-Isra’:14
berbunyi:
ِاْقَر ْأ ِك َتاَبَۗك َك ٰف ى ِبَنْفِس َك اْلَيْو َم َع َلْيَك َح ِس ْيًبۗا
Artinya: "Bacalah kitabmu cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai
penghisab terhadapmu".
Berdasarkan ayat diatas bahwa evaluasi diri (self evaluation) sudah
dikenal didalam Al-Qur’an. Dari sudut evaluasi Pendidikan, evaluasi
diri sering figunakan oleh para guru untuk mengetahui sejauhmana
pembelajaran telah dilakukan dengan baik
161
Muhammad 'Imarah, D, Qamus al-Mushthalah al-lqtishadiyyahfi al-Q ur'an Jilid I
(Bairut: Dar asy-Syuruq, 1993), h. 170
Ilmu Pendidikan Islam 204
162
Aulia Diana Devi and Andrean Seka, “Konsep Evaluasi Pendidikan Islam
Perspektif Al-Qur’an Beserta Implikasinya,” Jurnal For Islam Studies: Al-Afkar 4, no.
1 (2021): 48
163
Laila muhtifah, “Evaluasi pendidikan dalam prespektif Al-Qur’an” Jurnal Kajian
dan Penelitian Pendidikan Islam,Vol.22,no.2(agustus 2005)259-260
Ilmu Pendidikan Islam 205
ِذ ِم
َقاَل َس َنْنُظُر َأَص َد ْقَت َأْم ُك ْنَت َن اْلَك ا ِبَني
"Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk
orang-orang yang berdusta." (QS.Al-Naml, 27:27).
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dipahami dari QS. Al Ankabut, 29: 2-3 sebagai
berikut.
164
Fitriani Rahayu,”Subtansi Evaluasi Pendidikan dalam Prespektif Pendidikan
Islam”Jurnal Pendidikan islam, Vol.17,no.2(2019) 109.
Ilmu Pendidikan Islam 207
أََح ِس َب الَّناُس َأْن ُيْتَر ُك وا َأْن َيُقوُلوا آَم َّنا َو ُه ْم اَل ُيْف َتُنوَن
َو َلَقْد َفَتَّنا اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلِهْم ۖ َفَلَيْع َلَم َّن ُهَّللا اَّلِذ يَن َص َد ُقوا
َو َلَيْع َلَم َّن اْلَك اِذ ِبيَن
Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
( dievaluasi) lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orangorang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.
Tujuan ayat diatas untuk mengevaluasi kualitas keimanan seseorang.
2. Kelulusan
Siswa yang dikatakan lulus apabila lulus dalam ujian atau evaluasi
dan memenuhi nilai yang ditargetkan.
ُقْل ُك ٌّل َيْع َم ُل َعَل ٰى َش اِكَلِتِه َفَر ُّبُك ْم َأْع َلُم َمِبْن ُه َو َأْه َد ىٰ َس ِبياًل
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya.(Q.S.Al-Isra’:84)
4. Prinsip Evaluasi
1. Prinsip Kesinambungan(Kontinutas)
ُقْل َٰيَق ْو ِم ٱْع َم ُلوا۟ َعَلىٰ َم َك اَنِتُك ْم ِإىِّن َعاِم ٌل ۖ َفَس ْو َف َتْع َلُم وَن َم ن
َتُك وُن َل ۥُه َعِٰق َبُة ٱلَّداِر ۗ ِإَّن ۥُه اَل ُيْف ِلُح ٱل َّٰظِلُم وَن
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia
ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan.
2. Prinsip Menyeluruh(komperhensif)
3. Prinsip Objektif
165
Ibid.263-265
166
Dwi Ivayana Sari, Buku diktat Evaluasi Pembelajaran.11
Ilmu Pendidikan Islam 212
167
Ismail Marzuki dan Lukmanul Hakim, “EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal
Tadarus Tarbawy, Vol. 1 No. 1 (Jan – Jun 2019), Hal 82-83
Ilmu Pendidikan Islam 214
juga dapat dengan kritis mengambil celah yang mudah dalam proses
belajar mengajar setiap harinya.
d. Evaluasi Penempatan
Evaluasi ini memfokuskan pendidik untuk mencari tau mengenai
minat dan bakat dari peserta didik sehingga nantinya para pendidik
dengan mudah mengajarkan peserta didik sesuai dengan keahlian
bidangnya masing masing.
akurat, namun belakangan ini bahkan mulai akhir akhir ini sudah
ditiadakan dikarenakan dalam praktiknya semakin tidak efektif dan
tidak memberikan hasil yang diinginkan seperti pertama kali Ujian
Nasional mengudara. Ini disebabkan karena semakin kesini urgensi
daripada Ujian Nasional sendiri semakin dipertanyakan, banyak perkara
dan kasus yang terus menyelimuti Ujian Nasional. Mulai dari
kecurangan, kejujuran siswa dan guru yang patut dipertanyakan, hingga
permasalahan lainnya yang pada akhirnya membuat Ujian Nasional
semakin tidak efektif dalam proses evaluasi pendidikan itu sendiri.
Jika dilihat dari proses dan hasilnya, evaluasi yang dilaksanakan
oleh pendidik dalam proses belajar mengajar sehari hari memiliki
tingkat keefektifan yang tinggi bagi evaluasi pendidikan khususnya.
Karena dalam tatap muka sehari harinya, para pendidik sering
berinteraksi dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Tentu
ini membutuhkan ketelatenan, keuletan serta kesabaran yang lebih
kepada para pendidik dalam mengaktualisasikannya. Sehingga, hasil
dari evaluasi yang dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar dalam
kurun waktu yang lama akan menghasilkan hasil yang diinginkan.
Berbagai jenis dan macam evaluasi pendidikan diatas sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Karena dengan mengevaluasi
pendidikan dengan berbagai cara diatas memberikan data yang lebih
sehingga pendidik dapat menganalisis bagaimana mengembangkan
pendidikan supaya tidak monoton dan memberikan ketertarikan sendiri
di dalam kelas.
Sehingga dengan mudahnya kita akan mengetahui apa kekurangan
dan kelebihan dari pendidik, peserta didik, bahkan lembaga
kependidikan secara umum. Dan pendidikan Islam dapat dengan
mudahnya difahami sesuai dengan ajaran Al Quran, As Sunnah, dan
hukum Islam lainnya oleh para peserta didik serta proses pembelajaran
menjadi hidup dan memiliki suasana yang berwarna. Dan ini
Ilmu Pendidikan Islam 217
168
Fitriana Rahayu, “Substansi Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan
Islam”, Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 17 No. 2 (2019), Hal 113
169
Ibid, Hal 113
Ilmu Pendidikan Islam 218
Evaluasi yang kita kenal dan diajarkan oleh guru kita adalah
evaluasi terhadap diri sendiri. Bagaimana seorang manusia harus
introspeksi diri terhadap dirinya sendiri mengenai kekurangan dan
kelebihan yang ia punya. Serta bagaimana manusia itu sendiri
mengelola serta memanfaatkan apa yang telah diberikan Allah
kepadanya. Kekurangan yang harus terus diperbaiki kedepannya dan
kelebihan yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk diri sendiri
bahkan untuk orang lain.
Evaluasi terhadap diri sendiri ini sebenarnya telah sangat melekat
pada kehidupan Islam. Sejak kecil kita diajarkan bahwa ada dua
malaikat yang diperintahkan oleh Allah untuk mencatat amal baik dan
amal buruk, yakni Malaikat Roqib dan Atid. Kedua malaikat ini
bertugas semenjak manusia hidup hingga mati. Sehingga kehadiran dari
malaikat ini adalah menjadi alarm atau pengingat bagi kita semua agar
terus berbuat kebaikan serta menghindari perbuatan yang dilarang oleh
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
hal yang mengenai diri kita. Tentu kita membutuhkan sudut pandang
orang lain terhadap diri kita, karena selama ini kita pasti akan menilai
diri kita adalah pribadi yang baik menurut kita. Padahal baik menurut
kita belum tentu menjadi baik di hadapan orang lain. Sehingga evaluasi
yang dilakukan orang lain terhadap kita memiliki kesinambungan
dengan evaluasi diri sendiri.
Evaluasi dalam dunia pendidikan sendiri memiliki konsep yang
tidak jauh dengan kedua konsep evaluasi diatas. Namun evaluasi dalam
dunia pendidikan melibatkan banyak pihak atau unsur yang bisa kita
cermati. Mulai dari pendidik, peserta didik, hingga lembaga pendidikan
itu sendiri adalah menjadi sebuah pihak dalam proses evaluasi ini. Tentu
dalam evaluasi pendidikan memiliki hasil yang diinginkan dari sistem
pendidikan itu sendiri.
Dilihat dari jenis jenis evaluasi pendidikan, ada banyak contoh yang
dapat kita cermati dari masing masing jenis evaluasi pendidikan. Seperti
contohnya dalam proses belajar mengajar secara umum kita mengenal
dengan UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir
Semester). Evaluasi ini bertujuan agar pendidik mengetahui apakah
selama pembelajaran yang telah dilaksanakan memberikan tambahan
pengetahuan serta mengukur kemampuan peserta didik terhadap materi
yang telah diberikan. Dari evaluasi yang telah dilakukan ini, maka
pendidik dapat mengetahui bagian bagian mana yang kurang difahami
oleh peserta didik sehingga dalam proses belajar mengajar kedepannya
ada fokus yang bertambah dari apa yang akan disampaikan oleh para
pendidik.
Pada proses belajar mengajar sehari hari contohnya, sebelum
memulai atau sebelum mengakhiri materi yang akan diajarkan biasanya
para pendidik akan menanyakan kepada peserta didiknya mengenai
materi pada bagian mana yang belum dikuasainya. Sehingga dari sini
akan mendapatkan tambahan informasi kepada pendidik mengenai
Ilmu Pendidikan Islam 220
Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah
umat Islam. Dalam prosesnya, pendidikan Islam menjadikan tujuan
sebagai sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses
dalam produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam
dengan tolok ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya
evaluasi.170
Dalam pendidikan Islam khususnya, dapat kita temui proses evaluasi
evaluasi yang berjalan sama persisnya dengan pendidikan umum
biasanya. Seperti contoh dalam Lembaga Pendidikan Al Quran, santri
santri biasanya mendapatkan materi seputar keislaman seperti Aqidah,
Ibadah, Sejarah, dan lain lainnya. Tentu dari materi yang disampaikan
oleh pendidik kepada peserta didik harus disampaikan dalam berbagai
metode yang cocok untuk usia di kalangan Lembaga Pendidikan Al
Quran tersebut agar materi dapat tersampaikan dengan baik.
Murojaah hafalan surat surat atau doa harian, tanya jawab seputar
sejarah nabi dan rosul, dan hal semacamnya adalah salah satu penerapan
evaluasi dalam pendidikan Islam. Evaluasi ini bertujuan sebagai tolak
ukur sampai mana pemahaman peserta didik mengenai pengetahuan
tentang keislaman. Sehingga dari hasil evaluasi tersebut dapat diambil
kesimpulan yang kesimpulan tersebut sangat berguna bagi
perkembangan proses belajar mengajar kedepannya.
Sehingga Evaluasi pendidikan Islam tidak akan pernah lepas dan
keluar dari sistem pendidikan itu sendiri, dikarenakan dalam berjalannya
pendidikan memerlukan adanya evaluasi evaluasi jangka pendek
maupun jangka panjang yang terus berjalan untuk terus menjadi tolak
ukur keefektifan dalam proses belajar mengajar. Dan peran pendidik,
peserta didik, lembaga kependidikan, serta hal hal yang berkaitan
170
Ismail Marzuki dan Lukmanul Hakim, “EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal
Tadarus Tarbawy, Vol. 1 No. 1 (Jan – Jun 2019), Hal 84
Ilmu Pendidikan Islam 222
BAB 9
171
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008). H.277
Ilmu Pendidikan Islam 225
172
Asna Andriani, “Munculnya Lembaga Pendidikan Islam” (2018), 327
Ilmu Pendidikan Islam 227
174
Ahmad Taofik, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia” Indonesian Journal of
Adult and Community Education, Vol. 2, No. 2 (Desember 2020), 7
Ilmu Pendidikan Islam 230
175
Ahmad Taofik, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia” Indonesian Journal of
Adult and Community Education, Vol. 2, No. 2 (Desember 2020), 5.
Ilmu Pendidikan Islam 234
b. Periode keemasan
Periode ini terjadi saat masa dinasti abbasiyah dan
dinasti umayyah di spanyol.176 Terdapat karakteristik
yang menonjol pada periode ini diantaranya:
Kesempatan untuk mendapatkan Pendidikan
kepada anak setiap orang islam dengan Cuma
Cuma.
Sifatnya universal, toleran, berpikiran luas, kreatif,
dinamis, rasional, terdapat keseimbangan antara
ilmu dan agama dan sumbernya al quran dan hadist.
c. Periode penurunan
Periode ini dimulai pada abad 11M sampai 15 M.
karakteristik yang menonjol pada periode ini adalah
tumbuhnya sekolah sekolah untuk anak yatim dan anak
miskin.
d. Periode stagnasi dan kehancuran
176
Lembaga Pendidikan Islam” dalam
https://pustakauinib.ac.id/repository/files/original/4b07bb8ee8d48078ac8a2e27b7e952
70.pdf.
Diakses pada Agustus 2017
Ilmu Pendidikan Islam 235
177
Suriadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, Jurnal Pendidikan Islam,
Vol.2 No. 02, (tb 2017), hal. 141
178
Chaeruddin B, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, Jurnal Diskursus Islam,
Vol. 1 No. 3, (Desember 2013), hal. 423
Ilmu Pendidikan Islam 238
179
Al-Qur’an, 3:164
Ilmu Pendidikan Islam 239
1. Lembaga Pendidikan
180
Chaeruddin B, Pendidikan Islam , hal. 423
Ilmu Pendidikan Islam 240
181
Suriadi, Pendidikan Islam, hal. 148
182
Ubaidillah, “PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PADA MASA
RASULULLAH SAW”, Al-Ittihad (ISSN: 2407-2095), hal 125
Ilmu Pendidikan Islam 242
b) Masjid
Pendidikan dalam Islam erat sekali hubungannya dengan
masjid. Kaum muslimin telah memanfaatkan masjid untuk
tempat beribadah dan sebagai lembaga pendidikan keagamaan
dimana dipelajari kaidah–kaidah Islam, hukum-hukum agama
dan sebagainya. Masjid pertama yang didirikan Rasulullah
Ilmu Pendidikan Islam 243
183
Chaeruddin B, Pendidikan Islam, hal. 432
Ilmu Pendidikan Islam 244
184
Ubaidillah, “PENGELOLAAN LEMBAGA, hal 128
185
Ibid., hal 128-129
Ilmu Pendidikan Islam 245
c) Al Suffah
Al Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung
dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah sekolah
karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara
teratur dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang
mempunyai suffah yang digunakan untuk majelis ilmu.
Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat
yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal permanent.
Mereka yang tinggal di suffah ini disebut ahl al suffah.186
186
Ibid., hal 129
Ilmu Pendidikan Islam 246
d) Kuttab
Pendidikan kuttab tidak sama dengan pendidikan yang
diadakan di rumah Arqam bin Arqam, pendidikan di rumah
Arqam bin Arqam kandungan materi tentang hukum Islam dan
187
Tarikh Al-Hafidz Hasibuan, “AL-SUFFAH SEBAGAI EMBRIO LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 01 No. 01, (t.b. 2020), hal 62-
63
188
Ibid., hal 65
Ilmu Pendidikan Islam 247
189
Suriadi, Pendidikan Islam, hal. 148-149
190
Ubaidillah, “PENGELOLAAN LEMBAGA, hal 130-131
Ilmu Pendidikan Islam 248
191
Ibid., hal 131
Ilmu Pendidikan Islam 249
2. Materi Pendidikan
Berikut adalah komponen materi pendidikan di Makkah;
3. Metode Pendidikan
Ada juga metode pendidikan yang digunakan pada masa Rasulullah,
sebagai berikut;
194
Chaeruddin B, Pendidikan Islam, hal. 433
195
Ibid., hal. 433
196
Suriadi, Pendidikan Islam, hal. 152
Ilmu Pendidikan Islam 254
Keimanan, ibadah,
muamalah, akhlak
(individu dan sosial),
kesehatan (jasmani),
Tauhid, Pengajaran
politik, ekonomi,
Al-Qur’an, ibadah,
Materi sosial, budaya, serta
akhlak, dan
ajaran-ajaran yang
pendidikan jasmani
mencakup
keseluruhan aspek
hidup dan kehidupan
manusia
197
Al-Qur’an, 2:151
Ilmu Pendidikan Islam 256
198
Chaeruddin B, Pendidikan Islam, hal. 422
Ilmu Pendidikan Islam 257
estetika, dan spiritual. Yang semua itu saling dikaitkan satu sama
lain dengan penyampaian yang mudah dimengerti dan
menyenangkan. Hal ini dapat menjadikan seorang individu yang
beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan beramal shaleh.
3. Menggunakan kurikulum yang sesuai dengan ajaran islam.
7. Bersifat responsif
203
Nita Oktifa, “5 Hal yang Harus Guru Lakukan Supaya Siswa Aktif di Kelas” dalam
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/5-hal-yang-harus-guru-lakukan-supaya-siswa-
aktif-di-kelas. Diakses pada 22 Maret 2023.
204
Abuddin Nata, “MANAJEMEN PENDIDIKAN: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia” (Jakarta: Kencana, 2003) hal. 142-143.
Ilmu Pendidikan Islam 264
BAB 10
َو اْع ُبُد وا ال ّٰلَه َو اَل ُتْش ِر ُك ْو ا ِبه َش ْيـًٔا َّو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنا َّو ِبِذ ى اْلُقْر بٰى
ِباَجْلْنِۢب َو اْبِن الَّس ِبْيِل ۙ َو َم ا َم َلَك ْت َاَمْياُنُك ْم ۗ ِاَّن ال ّٰلَه اَل ِحُي ُّب َمْن َك اَن
ْۙخُمَتااًل َفُخ ْو ًر ا
Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang
205
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Kepribadian Muslim Ideal (Jakarta: Mizan, 2011), 29-
30.
Ilmu Pendidikan Islam 266
ِاَّن الّل َٰه َي ْأُمُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَت اِۤئ ِذ ى اْلُق ْر بٰى َو َيْنهٰى َعِن
اْلَف ْح َشۤاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغِي َيِعُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر ْو َن
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (
Q.S An-nahl 16 : 90 )
Ilmu Pendidikan Islam 267
206
Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an: Terapi Qur’ani dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka al-Farisi (Bandung: Pustaka Setia,
2005), 384.
Ilmu Pendidikan Islam 269
Seluruh umat islam telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu
sumber ajaran islam. Keharusan mengikuti hadits bagi umat islam (baik
berupa perintah maupun larangannya) sama halnya dengan kewajiban
mengikuti Al-Qur’an.207 Kita juga dapat menggunakan hadits sebagai
sumber utama dalam memahami konsep kepribadian muslim dalam
Islam. Terdapat banyak hadits yang mengajarkan tentang pentingnya
menjaga kepribadian muslim yang baik, mulia, dan terpuji. Beberapa
contoh hadits yang berkaitan dengan konsep kepribadian muslim adalah
sebagai berikut:
َلْو َأْن َتْلَق ى َأَخ اَك ِب ْج ٍه َطْلٍق،َال ْحَتِق َّن ِم اْل ْع ْو ِف َش ْيئًا
َو َو َر َن َم ُر
“Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun,
meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-
208
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia. 1994), 192.
Ilmu Pendidikan Islam 273
3. Pendidik
Pendidik atau juga di sebut murabbi, mu’alim. Kata-kata tersebut sering
terdengar dalm konteks Pendidikan islam. Pada teori pembentukan
kepribadian muslim pendidik berperan sangat penting. Tugas pendidik
menurut Al-Ghazali209 yakni menyempurnakan hati untuk mendekatkan
diri(taqarrub) pada Allah SWT. Karena tujuan dari Pendidikan islam
yakni untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Pendidik sangatv
berpengaruh terhadap anak didiknya, seperti halnya, jika pendidik dapat
mempraktikkan kebiasaan diri yang baik maka anak didik akan meniru
209
Dalam Abdul Mujib. Loc.cit,. 90.
Ilmu Pendidikan Islam 274
nya dan jika kebalikannya, maka anak didik pun meniru apa yang
dilakukan oleh pendidik nya.
4. Peserta didik
Peserta didik maupun juga dikenal sebagai murid, peserta didik ini
cenderung menonjol dengan kata-kata Thalib dalam konteks islam. Dan
peserta didik ini yang akan diberikan arahan oleh pendidiknya, dan dua
hal tersebut selalu gendeng atau bersamaan yakni peserta didik dan
pendidik.
5. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh juga terhadap pembentukan
kepribadian muslim, karena kita selalu berada pada lingkungan yang
berbeda beda. Lingkungan dalam hal ini terdapat 3 kategori yakni,
lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya, lingkungan alam ialah
semua sesuatu yang terdapat pada sekitar kita dan yang termasuk
dalamnya ialah letak geografis dan iklim.
Lingkungan sosial berpengaruh pada perkembangan pola kepribadian
dan lingkungan sosial ini lah yang dapat membimbing pertumbuhan
atau perkembangan sesorang. Adapun pengaruh yang diberikan oleh
lingkungan tersebut ialah semacam perilaku masyarakat sekitar seperti
Ilmu Pendidikan Islam 275
210
Saifurrahman, “Pembentukan Kepribadian Muslim Dengan Tarbiyah Islamiyah”
Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol. 1, No. 1, (Juni 2016), 70.
Ilmu Pendidikan Islam 278
211
Ibid
Ilmu Pendidikan Islam 279
212
Rosyana Tina, “Komponen Pembelajaran” dalam
https://cls.ikipsiliwangi.ac.id/blog/komponen-pembelajaran#:~:text=Di%20dalam
%20pembelajaran%2C%20terdapat%20komponen,pembelajaran%20(media)%2C
%20evaluasi. Diakses pada 25 Maret 2023.
Ilmu Pendidikan Islam 280
BAB 11
213
Q.S. Al-Alaq [96]; 1-5
Ilmu Pendidikan Islam 284
215
Samsul Nizar dan Zaenak Efendi Hasibuan, Hadits Tarbawi: Membangun
Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rosulullah, (Jakarta: Kalam Mulia,
2011),hlm.150-152.
Ilmu Pendidikan Islam 287
217
Q.S. Az-Zariyat [51]; 56.
Ilmu Pendidikan Islam 291
218
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, kuliah ibadah, (Semarang, PT. Pustaka
Rizki Putra, 2011) hal.74
Ilmu Pendidikan Islam 292
219
Yusuf Al Qardawy, Pengantar Kajian Islam, (Jakarta, Pustaka Al Kautsar, 1997)
hal.100.
Ilmu Pendidikan Islam 293
ٰحِف ٰظٌت ِّلْلَغْيِب َمِبا َح ِف َظ ال ّٰلُه َۗو ا ّٰلْيِت َخَتاُفْو َن ُنُش ْو َز ُه َّن َفِعُظْو ُه َّن َو اْه ُج ُر ْو ُه َّن ىِف اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِرُبْو ُه َّن ۚ َفِاْن
َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغْو ا َعَلْيِه َّن َس ِبْياًل ِۗاَّن ال ّٰلَه َك اَن َعِلًّيا َك ِبْيًر ا
220
QS. An nisa’ [4]; 34
Ilmu Pendidikan Islam 296
dalam tenaga lebih dalam kecerdasan, sebab itu lebih pula dalam
tanggung jawab.221
Di dalam rumah tidak mungkin ada dua kekuasaan yang sama
hak dan sama kewajiban, mesti ada pimpinan. Pimpinan itu,
menurut kejadian jasmani dan rohani manusia, tidak lain adalah
laki-laki. Bertambah kecerdasan fikiran manusia, bertambah dia
menyetujui hal ini. Maka atas dasar demikianlah tegak hukum
agama, sehingga perkabaran laki-laki adalah pemimpin bagi
perempuan, bukan saja kabar dan berita kenyataan, tetapi telah
bersifat menjadi perintah, sebab demikianlah irama hidup.
Maka ayat berkata selanjutnya tentang watak perempuan yang
dipimpin laki-laki itu: “maka perempuan yang baik-baik ialah
yang taat.” Yaitu taat kepada Allah dan taat menuruti peraturan
sebagai perempuan dan sebagai istri, bertanggung jawab dalam
rumah tangga terhadap harta benda, suami dan pendidikan anak-
anak. “Yang memelihara hal-ihwal yang tersembunyi dengan
cara yang dipeliharakan Allah.” Artinya tiap-tiap persuami-
istrian, pasti ada rahasia kamar yang ditutup terus, dan menutup
rahasia rumah tangga yang demikian termasuklah dalam rangka
221
Hamka, Tafsir Al-Azhar juz 4 (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1987), hlm. 46
Ilmu Pendidikan Islam 297
adab dan sopan santun seorang istri. Sebab itu maka dikatakan
dengan cara yang dipeliharakan Allah.222
Seorang istri yang mempunyai bekal ilmu yang mumpuni,
meskipun karirnya lebih melesat daripada sang suami, ia akan
tetap bersikap merendah kepada suaminya, sebab ia tau, seorang
suami tetaplah menjadi pemimpin bagi dirinya. apabila seorang
istri menghabiskan hidupnya untuk mengabdikan diri kepada
suami hanya di dalam rumah saja meskipun ia tidak berkontribusi
apa apa dalam urusan pekerjaan justru hal tersebut tidak menjadi
halangan bagi Wanita untuk menuntut ilmu, sebab dialah yang
nantinya banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anak
anaknya. Anak yang baik, pintar, sholeh sholehah akan tercipta
dalam didikan ibu yang hebat.
3. Eksistensi Pendidikan Wanita dalam kehidupan sosial (hablum
minannaas)
223
Yaumil Agoes Achir, "Wanita Dan Karya Suatu Analisa Dari Segi Psikologi" dalam
Emansipasi Dan Peran Ganda Wanita Indonesia, (Jakarta : UI Press, 1985), hal. 71
Ilmu Pendidikan Islam 300
)(رواه البخري
224
Dârut Tauhîd, Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam, (Bandung : Mizan, 1990),
Cet. I, h. 65. Lihat juga : Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga..., h. 144 ;
Saifuddin Mujtaba`, Istri Menafkahi..., h. 99-100.
Ilmu Pendidikan Islam 302
225
Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhâri, Kitab : al-
Âdzân, Bab : Isti`dzân al-Mar`ah Zaujahâ Bi al-Khurûj Ilâ al-Masjid, Juz. I, h. 220.
Ilmu Pendidikan Islam 303
226
Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim (Jakarta, Gema Insani Press,
1998), Hal.146.
Ilmu Pendidikan Islam 304
227
Siti Muri`ah, Wanita Karir Dalam Bingkai Islam, Bandung : Penerbit Angkasa,
2004, Cet. I, h. 20.
Ilmu Pendidikan Islam 305
228
Abdul Hadi, “Posisi Wanita dalam Sistem Politik Islam Perspektif Fenomelogi” An
Nisa’a: Jurnal Kajian Gender dan Anak Volume 12, Nomor 01, Juni 201712, hlm.12
229
Abdul Hadi, “Posisi Wanita dalam Sistem Politik Islam Perspektif Fenomelogi” An
Nisa’a: Jurnal Kajian Gender dan Anak Volume 12, Nomor 01, Juni 201712, hlm.13
Ilmu Pendidikan Islam 306
230
Mutamakin, “Relasi Gender Dalam Pendidikan Islam” Ta’limuna. Vol.1, No. 2,
September 2012, hlm. 124
Ilmu Pendidikan Islam 307
231
Mutamakin, “Relasi Gender Dalam Pendidikan Islam” Ta’limuna. Vol.1, No. 2,
September 2012, hlm. 124
Ilmu Pendidikan Islam 308
232
Mutamakin, “Relasi Gender Dalam Pendidikan Islam” Ta’limuna. Vol.1, No. 2,
September 2012, hlm. 125
Ilmu Pendidikan Islam 309
3. Rabiah al-Adawiyah
Tidak heran pada masa awal dinasti islam khusunya
dunia sastra, syair, nyanyian sangat diperhatikan dan
Ilmu Pendidikan Islam 312
234
Siti Mu’awanah, Peluang Bisnis Bagi Wanita Di Era Digital Dalam Perspektif Al-
Qur’an: Studi Keberhasilan Khadijah Dalam Berbisnis, (Jakarta: Nida’ Al-Qur’an,
Vol. 20, No. 1, Tahun 2022), hal. 43-44
Ilmu Pendidikan Islam 314
2. Rohmah El-Yunusiyah
Beliau mendirikan lembaga diniyah putri pertama di
Indonesia yang terletak di Padang. Lembaga ini menjadi
daya tarik bagi perempuan saat itu, karena kurikulum
pengajarannya meliputi pendidikan umum dan penidikan
agama.
3. Rasuna Said
Ilmu Pendidikan Islam 316
235
Ibid, hal. 43-47
236
Ibid, hal. 50-51
Ilmu Pendidikan Islam 318
1. Sri Mulyani
Sri Mulyani beliau salah satu wanita inspiratif yang
menjabat sebagai menteri keuangan. Beliau adalah
salah satu deretan tokoh perempuan yang berhasil
dan diakui secara internasional. Beliau terpilih
sebagai menteri keuangan terbaik se-Asia pada
sidang tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.
Beliau juga menjadi wanita berpengaruh ke-23 di
dunia, serta ke-2 di Indonesia. Gaya
kepemimpinannya yang menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi departemen yang dipimpinnya. Beliau
juga memberikan kualitas dan menghargai keadilan
dan integritas serta memiliki visi dan misi yang jelas.
Sampai beliau pun bisa disebut dengan pemimpin
yang transformasional yang dapat mendorong
pengikut atau anggota nya untuk melebihi pencapaian
serta menanggapi perubahan dan ketidakpastian
lingkungan. Beliau mencetak banyak pencapaian
seperti tembusnya penerimaaan pajak melebihi 100%
yang terjadi selama 12 tahun lamanya. Beliau juga
Ilmu Pendidikan Islam 319
2. Dian Sastrowardoyo
Dian Sastrowardoyo beliau adalah seorang aktris
terkenal, cerdas dan multi talenta. Dian Sastro adalah
lulusan Universitas Indonesia dan memulai karir nya
sebagai model dan menjuarai di Gadis Sampul
majalah, disitulah Dian menuangkan bakat
menulisnya. Selain bidang permodelan, beliau salah
satu aktris Indonesia yang terkenal di dunia
perfilman, bahkan sampai melangkahkan
kesuksesannya di Cannes Film Festival tahun 2012
mewakili Asia Tenggara sebagai brand ambassador
L’Oreal Paris. Selain mahir dalam dunia akting dan
penulisan. Dian juga merintis bisnis makanan
bersama temannya yang diberi nama 3 Skinny
Ilmu Pendidikan Islam 320
َو ِاَذا ُبِّش َر َاَح ُد ُه ْم ِباُاْلْنثٰى َظَّل َو ْجُهُه ُم ْسَو ًّدا َّو ُه َو َك ِظ ْيٌمۚ
238
Bagas Luay Ariziq, KEDUDUKANDAN KONDISIWANITA SEBELUM DAN
SESUDAH DATANGNYA AGAMA ISLAM, (Surabaya: Jurnal Keislaman, Volume
5, Nomor 1, Maret 20222), hal. 4-5
Ilmu Pendidikan Islam 324
ۗ َيَت وٰٰرى ِم َن اْلَق ْو ِم ِم ْن ُس ْوِۤء َم ا ُبِّش َر ِب ِهۗ َاْمُيِس ُك ه َعلٰى ُه ْو ٍن َاْم َيُد ُّس ه ىِف الُّتَر اِب
239
Husein Muhammad, Islam dan Pendidikan Perempuan, (Yogyakarta: Jurnal
Pendidikan Islam Volume III, Nomor 2, Desember 2014), hal. 236-237
Ilmu Pendidikan Islam 326
قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم طلب العلم:عن أنس بن مالك قال
240
Wikhdatun Khasanah, Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam, (Bandung: Jurnal
Riset Agama, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2021), hal. 300
Ilmu Pendidikan Islam 327
ۢ ِاْن َّيْنُصْر ُك ُم ال ّٰلُه َفاَل َغاِلَب َلُك ْم ۚ َو ِاْن ْخَّيُذْلُك ْم َفَمْن َذا اَّلِذْي َيْنُصُر ُك ْم ِّم ْن
األم مدرسة إذا أعددهتا أعددت شعبا طيب األعراق Yang memiliki
BAB 12
244
Mukhammad Hubbab Nauval, Neo-Tradisonalisme Sayyed Hossein Nasr dan
Implikasinya Terhadap Penafsiran, https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45317/#
Ilmu Pendidikan Islam 333
245
Rusli, Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer di Indonesia. hal. 164-
165.
246
Siti Makhmudah, Dinamika dan Tantangan Masyarakat Islam, Jurnal Lentera, hal.
99.
Ilmu Pendidikan Islam 336
247
Ismail Latuapo dan Muliati Amin, Islam Liberal, Sejarah Perkembangannya, dan
Kritik serta Saran Terhadap Pemikiran Islam Liberal. Vol. 3, No. 1 (2021), hal. 58.
Ilmu Pendidikan Islam 337
248
Audio Dakwah, MENGEJUTKAN‼ Ditanya tentang ISLAM LIBERAL, Ini
JAWABAN Ustadz Adi Hidayat LC MA, https://www.youtube.com/watch?
v=4i56Rn4aFZE
249
Norarfan Zainal, Fahaman Islam Liberal dan Pertentangannya Terhadap Islam,
hal. 2.
Ilmu Pendidikan Islam 338
sifat dan tingkah laku yang sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia, juga dengan bersamaan dapat menjadi warga yang
bersifat global.250 Maka dari itu guru tidak hanya wajib
mengajarkan mengenai materi pembelajaran guna meningkatkan
kemampuan siswa saja, namun juga memperdalam potensi diri
siswa agar kedepannya dapat berperilaku dengan baik.
Dengan adanya program ini, hubungan siswa dengan
guru pasti akan lebih dekat yang akhirnya siswa akan sering
berkomunikasi dengan gurunya. Seperti curhat, bercerita apa
yang dia ingingkan atau menyangkut pelajaran yang ia keluhkan,
sehingga guru mengerti apa yang diingankan murid-muridnya
dan ini jelas akan berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Oleh karena itu
komunikasi sangatlah penting.
Pelaksaan profil pelajar Pancasila dapat dilakukan
dengan kegiatan sebagai beriku;
1. Pembelajaran di dalam kelas
250
Umi Nahdiyah, dll. Pendidikan Profil Pelajar Pancasila Ditinjau Dari Konsep
Kurikulum Merdeka, hal. 3.
Ilmu Pendidikan Islam 340
kurikulum-merdeka/
Ilmu Pendidikan Islam 342
2. Dimensi Kompetensi
4. Dimensi Pembelajaran
5. Dimensi Penilaian
254
Lita Latiana, Peran Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Profesionalisme
Pendidik, (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang) hal. 2
Ilmu Pendidikan Islam 352
255
Lita Latiana, Peran Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Profesionalisme
Pendidik, (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang) hal. 5
Ilmu Pendidikan Islam 356
Agoes Achir, Yaumil. "Wanita Dan Karya Suatu Analisa Dari Segi
Kautsar, 1997.
Haramain, tt.
Al-Katib, Muhammad Ajaj. Ushul al-Hadist, cet III. Beirut: Dar al Fikr,
1975.
Desember 2018
Ilmu Pendidikan Islam 3
2008.
https://www.youtube.com/watch?v=4i56Rn4aFZE
Ilmu Pendidikan Islam 4
Efendi, Satria & M. Zaeni, Ushul Fiqh, ed. 1, cet. 2. Jakarta: Prenada
Media, 2008.
Prodi Pendidikan Agama Islam, Vol. 12, No. 01, (Juni 2020)
Mizan, 2011.
https://www.academia.edu/42523057/Buku_Panduan_Perkuliaha
n_Ilmu_Pendidikan_Islam
IKIP Malang.
2019)
Setia, 2007.
https://pustakauinib.ac.id/repository/files/original/4b07bb8ee8d4
Rosdakarya, 2018.
2021.
Maret 20222.
(2019).
Miftahus Surur, Agus. “Integarsi Ilmu Agama dan Ilmu Umum untuk
Rosdakarya, 2001.
Bandung, 2004.
no.2(agustus 2005)259-260
https://mui.or.id/hikmah/31575/4-tokoh-intelektual-muslimah-
No.1(2019
2010.
2017.
suka.ac.id/id/eprint/45317/#
2008.
(Juni 2018)
Oktifa, Nita. “5 Hal yang Harus Guru Lakukan Supaya Siswa Aktif di
22 Maret 2023.
No. 2 (2019)
Ilmu Pendidikan Islam 17
riset,vol 9 No.2(2019)
al-'Ashirah, 1031/952.
alManar,1373.
Ponorogo 2019.
RUU Kemendikbud
2019.
2022.
2016)
Press, 2014.
https://blog.kejarcita.id/profil-pelajar-pancasila-kurikulum-
merdeka/
(Maret 2023)
2005.
2005.
Karya, 2006.
(Desember 2020)
https://cls.ikipsiliwangi.ac.id/blog/komponen-
pembelajaran#:~:text=Di%20dalam%20pembelajaran%2C
%20terdapat%20komponen,pembelajaran%20(media)%2C
https://sg.docworkspace.com/d/sAEk0efCe4fiAAeWcw6ewpxQ
(Mei 2021).
Terhadap Islam.