Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian
penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.Faktor lingkungan mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme, hal ini juga mempengaruhi sifat mikroba. Ada beberapa mikroba
yang sangat berpengaruh terhadap perubahan lingkungan, dan ada pula yang tidak. Mikroba
yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan inilah yang dapat menyesuaikan diri.
Adapun lingkungan yang baru sedangkan mikroba yang sangat peka atau tahan terhadap
perubahan lingkungan inilah yang tidak dapat menyesuaikan diri. Kesehatan lingkungan
pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor
(air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. (Desiyanto, 2013).
Faktor lingkungan sangat penting dalam usaha pengendalian kegiatan mikroba baik
untuk kepentingan proses maupun pengendalian. Kehadiran suatu mikroba didalam suatu
tempat dapat mempengaruhi lingkungan baik lingkungan fisik, lingkungan kimia maupun
lingkungan biologisnya. Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupaka hal yang penting dalam suatu ekosistem (Syauki, 2017).
Aplikasi dalam bidang farmasi kita dapat mencegah kontaminasi dari mikroorganisme
dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan atau alat atau wadah. Oleh
karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja
dalam bidang mikrobiologi. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan


1. Memahamitentang uji kontaminasi udara dengan menggunakan medium NA
(Nutrient Agar).
2. Memahami tentang uji kontaminasi badan yaitu pada mulut dengan menggunakan
medium NA (Nutrient Agar).
3. Memahami tentang uji kontaminasi badan yaitu pada kulitkepala dengan
menggunkan medium NA (Nutrient Agar).
4. Memahami tentang uji kontaminasi badan yaitu pada lipatan kulit dengan
menggunkan medium NA (Nutrient Agar).
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui tentang uji kontaminasi udara dengan menggunakan medium NA
(Nutrient Agar).
2. Mengetahui tentang uji kontaminasi badan yaitu pada mulut dengan menggunakan
medium NA (Nutrient Agar).
3. Mengetahui tentang uji kontaminasi badan yaitu pada kulit kepala dengan
menggunkan medium NA (Nutrient Agar).
4. Mengetahuitentang uji kontaminasi badan yaitu pada lipatan kulit dengan menggunkan
medium NA (Nutrient Agar).

I.3 Manfaat Percobaan


Dapat memahami dan mengetahui cara uji kontaminasi udara dan uji kontaminasi
mulut, uji kontaminasi kulit kepala serta uji kontaminasi lipatan kulit dengan menggunakan
medium NA (Nutrient Agar).

I.4PrinsipPercobaan
Prinsip percobaan kali ini dengan cara mencairkan medium yang telah dibuat
kemudian menuangkannya kedalam kedalam cawan petri dan setelah itu dilakukan uji
kontaminasi udara dan uji kontaminasi badan dengan menguji mulut, kulit rambut, dan
lipatan kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Lingkungan merupakan andil yang paling besar terhadap status kesehatan yang disusul oleh
perilaku. Kesehatan lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan optimum yang
berpengaruh postif terhadap perwujudan status kesehatan optimum perilaku terhadap
lingkungan dengan air bersih, pengebngan air kotor,lembab, rumah sehat, dan pebersih
sarang nyamuk. Perilaku kesehatan merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara makanan dan sanitasi (Elsa.E,
Kasnodihardjo: 2013).

Induk ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan adalah ilmu kesehatan masyarakat (IKM) itu
sendiri. Oleh karena itu, memperluas pemahaman kesehatan masyarakat sebagai mother of
sciene justru akan menyulitkan perkembangan ilmu kesehatan lingkungan itu sendiri. Dilain
pihak untuk munculnya istilah kesehatan lingkungan merupakan tindakan tindak lanjut dari
perkembangan awal dari sterilisasi kesehatan lingkungan yang mengalami revilisasi menuju
pada istilah lebih luas yakni istilah kesehatan lingkungan sebagai terjemahan dari
Environental Health (Ryadi,2016).

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara lain
penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencearan udara, air, dan tanah serta
memutuskan rantai makanan penularan penyakit infeksi dan lain-lain yang dapat
membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia. Air adalah zat yang paling
penting dalam kehidupan setelah udara, ¾ bagian tubuh kita dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa meminum air. Selain itu air juga digunakan
untuk masak, mencuci, mandi, membersihkan, untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, dan lain-lain (Chandra,2009).

Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara
dan usaha individu atau masyrakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup
eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta dapat mengancam kelangsungan hidup
manusia (Chandra,2006).
Sanitasi lingkungan sangat penting bagi kita terutama dalam penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus, dan pencegahan penyakit
menular, serta keadaan perumahan yang baik agar kesehatan lingkungannya tetap terjamin
adalah kewajiban kita bersama untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Kita perlu
menyadari bahan lingkungan yang baik dan bersih penting untuk kesehatan (Arif,2007).

II.3 Uraian Medium

II.3.2 Uraian Medium Percobaan IV

1. Potato Dekstrose Agar (PDA)

Komposisi : -Kentang 100 g

-Dekstrose agar 7,5 g

-Agar 5 g

-Aquadest 500 ml

Cara Pembuatan : Kentangdikupasdipotongdadu, bersihkan,


lalu rebus sampaimendidihselama 1-2
jam, saringdancukupkanhingga volume
500 ml untukmembuat medium potato
dekstrose agar, ditambahkan agar 50 g
dandekstrose 2,5 g,
lalupanaskansampailarut,
sterilkanpadasuhu 121°C selama 15
menit di autoclave.

2. Nutrient Agar (NA)

Komposisi : -Agar 15 g

-Pepton 10 g

-Beef ekstrak 10 g
-Aquadest 250 ml

Cara pembuatan : Dimasukkan NA dalam Erlenmeyer 250


ml danditambahkan 250 ml aquadest,
dicampur/homogenesis.
Dimasukkankedalam Erlenmeyer
dansterilisasipadasuhu 121°C selama 15
menitpada autoclave.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat

1. Bunsen
2. Botol coklat
3. Bunsen
4. Erlenmeyer
5. Cawan petri
6. Inkubator CO2
7. Colony counter
8. Korek api
9. Stopwatch

III.1.2 Bahan

1. Medium nutrient agar


2. Aquadest
3. NaCl fisiologis 0,9%
4. Alcohol
5. Swab
6. Kertas bekas
7. Tali godam
8. Label
9. Kapas
10. Antiseptik

III.2 Cara kerja

III.2.1 Uji kebersihan lipatan kulit

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dituang medium nutrient agar kedalam cawan petri
3. Dimasukan dalam lemari pendingin hingga semi padat
4. Dimasukan NaCl fisiologis 10ml kedalam botol coklat
5. Dicelupkan dan diperas swab dalam botol coklat
6. Digosok swab pada lipatan kulit
7. Dimasukkan dalam lemari pendingin hingga memadat
8. Dikeluarkan cawan petri dari lemari pendingin
9. Dibungkus cawan petri menggunakan keras
10. Diinkubasi selama 1x24 jam
11. Amati jumlah koloni

III.2.2 Uji kebersihan mulut

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dituang medium nutrient agar kedalam cawan petri
3. Dimasukan dalam lemari pendingin hingga semi padat
4. Dimasukan NaCl fisiologis 10ml kedalam botol coklat
5. Dicelupkan dan diperas swab dalam botol coklat
6. Digosok swab pada bagian mulut
7. Dimasukkan dalam lemari pendingin hingga memadat
8. Dikeluarkan cawan petri dari lemari pendingin
9. Dibungkus cawan petri menggunakan keras
10. Diinkubasi selama 1x24 jam
11. Amati jumlah koloni

III.2.3 Uji kebersihan rambut

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dituang medium nutrient agar kedalam cawan petri
3. Dimasukan dalam lemari pendingin hingga semi padat
4. Dimasukan NaCl fisiologis 10ml kedalam botol coklat
5. Dicelupkan dan diperas swab dalam botol coklat
6. Digosok swab pada lipatan kulit
7. Dimasukkan dalam lemari pendingin hingga memadat
8. Dikeluarkan cawan petri dari lemari pendingin
9. Dibungkus cawan petri menggunakan keras
10. Diinkubasi selama 1x24 jam
11. Amati jumlah koloni

III.3.4 Uji kontaminasi udara

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dituang medium nutrient agar kedalam cawan petri
3. Dimasukan dalam lemari pendingin hingga padat
4. Dikeluarkan cawan petri dari lemari pendingin
5. Dibuka mulut cawan petri selama 20 menit kemudian ditutup kembali
6. Dibungkus cawan petri menggunakan keras
7. Diinkubasi selama 1x24 jam
8. Amati jumlah koloni
III.4 Skema kerja
III.4.1 Uji Kebersihan Lipatan Kulit

Alat dan bahan


- Dilidahapikan
Cawan Petri
- Dimasukkan Medium NA
Cawan Petri
- Dimasukkan hingga pada
Lemari pendingin
- Dimasukkan NaCl fisiologis 0,9 %
Botol coklat
- Dicelupkan
- Diperas
- Digosokkan pada lipatan kulit selama 3 menit
Swab

- Dioleskan secara ziq-zaq pada


permukaan medium
Cawan petri
- Dinkubasi
Inkubator (selama 24 jam)
- Dihitung jumlah koloni
Colony counter

III.4.2 Uji Kebersihan Mulut

Alat dan bahan


- Dilidahapikan
Cawan Petri
- Dimasukkan Medium NA
Cawan Petri
- Dimasukkan hingga pada
Lemari pendingin
- Dimasukkan NaCl fisiologis 0,9 %
Botol coklat
- Dicelupkan
- Diperas
- Digosokkan pada bagian gigi selama 3 menit
Swab

- Dioleskan secara ziq-zaq pada


permukaan medium
Cawan petri
- Dinkubasi
Inkubator (selama 24 jam)
- Dihitung jumlah koloni
Colony counter

III.4.3 Uji Kebersihan Rambut

Alat dan bahan


- Dilidahapikan
Cawan Petri
- Dimasukkan Medium NA
Cawan Petri
- Dimasukkan hingga pada
Lemari pendingin
- Dimasukkan NaCl fisiologis 0,9 %
Botol coklat
- Dicelupkan
- Diperas
- Digosokkan pada rambut selama 3 menit
Swab

- Dioleskan secara ziq-zaq pada


permukaan medium
Cawan petri
- Dinkubasi
Inkubator (selama 24 jam)
- Dihitung jumlah koloni
Colony counter

III.4.4 Uji Kontaminasi Udara

Alat dan bahan


- Dilidahapikan
Cawan Petri
- Dimasukkan Medium NA
Cawan Petri
- Dimasukkan hingga pada
Lemari pendingin
- Dikeluarkan
- Dibuka tutuup cawan petri selama 20 menit
- Ditutup kembali
Cawan petri
- Dinkubasi
Inkubator (selama 24 jam)
- Dihitung jumlah koloni
Colony counter

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


IV.1.1 Uji Kontaminasi Udara
No. Gambar Keterangan Jumlah Koloni
1. Cawan petri
dilidahapikan

2. Dituang medium
NA dalam cawan
petri

3. Dibuka mulut
cawan etri dan
didiamkan selama
30 menit
4. Dihitung jumlah 53
koloni dengan
colony counter

IV.1.2 Uji Kebersihan Lipatan Kulit


No. Gambar Keterangan Jumlah Koloni
1. Cawan petri
dilidahapikan

2. Dituangkan
medium NA
dalam cawan petri

3. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat
4. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat

5. Digosokkan pada
lipatan kulit
selama 3 menit

6. Dioleskan secara
zig zag pada
medium

7. Dihitung jumlah 11
koloni
IV.1.3 Uji Kebersihan Mulut

No Gambar Keterangan Jumlah Koloni


.
1. Cawan petri
dilidahapikan

2. Dituangkan
medium NA
dalam cawan petri

3. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat

4. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat
5. Dioleskan secara
zig zag pada
medium

6. Dihitung jumlah 62
koloni

IV.1.4 Uji Kebersihan Rambut

No. Gambar Keterangan Jumlah Koloni


1. Cawan petri
dilidahapikan

2. Dituangkan
medium NA
dalam cawan petri

3. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat
4. Dimasukkan
NaCl fisiologis 5
ml ke dalam botol
coklat

5. Digosokkan pada
rambut selama 3
menit

6. Dioleskan secara
zig zag pada
medium

7. Dihitung jumlah 90
koloni

Analisis Data
Densitas bakteri diudara
Diketahui :
Jumlah bakteri per koloni : 53 koloni
Luas cawan : 7,091
Penyelesaian :
2
60 menit 144 ¿
Densitas bakteri = jumlah koloni/cawan x x
30 menit 7,091¿ 2
2
60 menit 144 ¿
= 53 x x
30 menit 7,091¿ 2
= 2152,58779
IV. Pembahasan

Sanitasi sebenarnya juga berarti kebersihan, namun lebih menekankan pada faktor
lingkungan sebagai penyebabnya. Fungsi kesehatan lingkungan itu sendiri bertujuan sebagai
upaya-upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu lingkungan hidup (Ryadi, 2016).

Tujuan dilakukannnya praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat kebersihan dari
lipatan kulit, mulut, rambut, dan juga mengetahui kontaminasi udara dengan menghitung jumlah
koloni mikroba pada tiap medium uji yang dilakukan dan juga menghitung desistensinya.
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, bunsen, inkubator, colony counter,
stopwatch, autoclave, dan erlenmeyer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu aluminiumfoil,
dispo, medium PDA, medium NA, dan swab.

Untuk uji kebersihan lipatan kuit, pertama mulut cawan petri dilidahapikan. Ini bertujuan
sebagai sterilisasi untuk menghindari kontaminasi mikroba yang di inginkan. Kemudian medium
NA yang masih hangat setelah di sterilisasi dituangkan pada cawan petri dengan keadaan aseptis.
Dimana proses penuangan dilakukan disamping api bunsen. Setelah dituang, cawan petri yang
telah diisi tersebut ditutup dan dimasukkan di lemari pendingin. Hal ini untuk mempercepat
proses pemadatan medium. Sambil menunggu medium memadat, diambil NaCl fisioogis
sebanyak 5 ml. Tentu saja ujung jarum dispo yang digunakan juga botol coklat yang digunakan,
terlebih dahulu disterilisasi dengan dilidahapikan. Proses pengisianpun dilakukan secara aseptis.
Untuk penuangan medium ke cawan petri, semuauji (lipatan kulit, rambut, mulut, dan
kontaminasi udara) dilakukan saa persis dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan
untuk pengisian botol coklat hanya dilakukan pada uji kebersihan lipatan kulit, rambut, dan
mulut.

Setelah semua medium memadat, maka dikeluarkan dari lemari pendingin untuk diberi
perlakuan sesuai uji yang dilakukan. Untuk uji kebersihan lipatan kulit, swab yang telah di
celupkan di NaCl fisiologis diperas dan digosokkan pada lipatankulit selama 3 menit. Ini
dilakukan untuk mengambil mikoba yang terdapat lipatan kulit. Setelah itu di oleskan secara
perlahan dan zigzag pada medium NA. Pengolesan perlahan dilakukan agar medium tidak rusak,
sedangkan pengolesan secara zigzag bertujuan agar nantinya koloni mikroba tidak tumbuh secara
tumpang tindih dengan kata lain akan tumbuh merata sehingga mudah di amati nantinya.

Pada pengujian kebersihan mulut, swab yang telah di celupkan di NaCl fisiologis dan
telah di peras oleskan pada gigi selama 3 menit pula, lalu dioleskan pada medium NA secara
perlahan zigzag. Begitupun pada uji kebershan rambut, swab dioleskan 3 menit lalu dioleskan di
medium. Beberapa bentuk uji kontaminasi udara cawan petri hanya dibiarkan terbuka selama 20
menit. Ini dilakukan agar berbagai mikroba diudara dapatmenempel dimedium NA.

Setelah semua medium tiap uji diberi perlakuan, maka medium kembali ditutup dan
dibungkus dengan kertas. Perlu diketahui pula, pengolesan swab pada medium dilakukan pada
kondisi aseptis pula. Ini tentunya untuk menghindari kontaminasi mikroba lain. Pembungkusan
cawan petri dengan kertas bertujuan untuk memberikan lingkungan tumbuh mikroba yang sesuai
selama proses inkubator. Juga untuk mencegah mikroba mendapatkan suhu panas secara
langsung.

Inkubator dilakukan selama 24 jam dengan suhu 37°C suhu inkubai ini sesuai dengan
literatur (Gusrina,2014) yang mengatakan bahwa inkubasi bakteri dilakukan pada suhu 37°C.
Suhu ini merupakan suhu tumbuh dari bakteri. Cawan petri dimasukkan ke inkubator secara
terbalik. Ini bertujuan untuk mencegah pengembunan yang mungkin akan jatuh kebawah dan
mengganggu pertumbuhan mikroba.

Setelah 24 jam, maka cawan petri dikeluarkan dari inkubasi dan dihitung jumlah koloni
yang tumbuh dengan menggunakan colony counter. Setelah dihitung, diperoleh hasil bahwa
jumlahkoloni pada uji kebersihan lipatan kulit, mulut, rambut dan kontaminasi uadara berturut-
turut 11, 62, 90 dan 53. Pada pengukuran densitas koloni pada uji kontaminasi udara di dapatkan
hasil sebesar 2.152,58 m³. Jika dibandingkan dengan jurnal kualitas udara. Dalam ruang
perpustakaan, dimana densitas mikroba adalah 133,78 m³ sampai 985,33 m³. Maka dapat
disimpulkan bahwa kontaminasi udara dalam laboratorium sangat tinggi. Kualitas dari udara
pada suatu ruangan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sumber polutan atau debu, bau
pemeliharaan, desain, ventilasi bangunan, kelembapan serta persepsi dan kerentanan pekerja
(Fitria, wulandari dkk, 2008).
Adapun flora normal dipengaruhi oleh kondisi tempatnya ini sesuai dengan literatur
(Murwani, 2015) yang menyatakan bahwa keadaan kondisi juga akan memengaruhi jenis flora
normal. Pada daerah tubuh yang kering, flora normalnya lebih sedikit dibanding pada daerah
lembab. Staphilococcus epidermis merupakan spesies paling banyak, hampir mencapai 90% dari
bakteri aerob S.aureus banyak menempati pada daerah yang lembab. Sejumlah candida
menempati di kulit kepala dan dan jantung di temukan di kulit yang kering (Mawar, 2015).

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.1.1 KesimpulanPercobaan IV

Hal yang dapatdisimpulkandaripercobaanini, yaitu :

1. Sanitasilingkunganyaitu proses yang


dilakukanuntukmenjagakesehatanlingkungan.
2. Dalammelakukanujikebersihanlipatankulit, rambut,
gigidanudaramenggunakan medium NA.
3. Jumlahkolonipadaujikebersihanlipatankulityaitu 11, padarambutyaitu 90,
padagigiyaitu 29, danpadaudarayaitu 53 koloni.

V.2 Saran

4. Sebaiknyaalatdanbahanlebihdilengkapilagisertasebaiknyapraktikanjugaperlum
enguasaiteknikdanmateripraktikum,
sehinggapraktikumdapatberjalandenganlancar.
DAFTAR PUSTAKA

Arief,K.(2007). Memberdayakan Lingkungan. Pustaka pesantren. Yogyakarta

Chandra,B. (2006). Pengentar kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Chandra.(2009). Ilmu kedokteran Penagahan dan komunitas. EGC. Jakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Depertemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Desiyanto, F., A dan Djannah, S., N.(2013). Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan
Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman). KESMAS,
Vol. 7 No. 2.

Elisa,E dan kasnodihardjo. (2013). Jurnal kesehatan masyarakat nasional. Vol 7 No 9: Jakarta.

Syauqi, A. (2017). Mikrobiologi Lingkungan. CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai